Gun Wook mengetuk pintu, memberitahu sudah datang. Bo Nui
panik sambil menutup mulut Soo Ho mengatakan belum
siap, menyuruhnya untuk pulang dulu ke rumah dan menunggunya
sampai ia siap. Gun Wook mengatakan tidak akan pergi
kemana-mana jadi memintanya untuk cepat
keluar.
“Kalau begitu tunggu sebentar. Beri aku waktu beberapa menit.” Teriak Bo Nui terus menutup mulut Soo Ho agar tak
banyak bicara.
“Aku butuh waktu lama untuk
menjelaskannya, tapi seseorang yang sangat penting ...menunggu di luar. Jadi, kumohon ...” ucap Bo Nui berbisik, Soo Ho bisa melepaskan tangan Bo
Nui tapi Bo Nui dengan cepat menutup kembali mulut Soo Ho.
Keduanya bergantian tangan kanan dan kiri dengan saling
menutup mulut dan melepaskanya. Sampai akhirnya Soo Ho meremas tangan Bo Nui sampai
Bo Nui mengaduh kesakitan. Soo Ho mengeluh ada banyak kuman di tangan Bo Nui
jadi menurutnya tak pantas untuk menutup mulutnya. Soo Ho kembali menutup
mulutnya, karena kuman itu tak penting dan meminta agar Soo Ho tak berbicara.
Soo Ho memelintir tangan Bo Nui dan ingin keluar karena
merasa heran dengan tingkah wanita itu. Bo Nui menahanya memohon agar Soo Ho
tak keluar dengan memukulnya sampai akhirnya Soo Ho berjalan ke ruang tengah.
Bo Nui meminta Soo Ho untuk tak berbicara sambil menjelaskan keadaanya sekarang
dengan gaya lebay.
“Ada seorang pria di luar.” Ucap Bo Nui, Soo Ho mengerti jadi lebih baik dirinya
pergi karena Bo Nui juga akan pergi.
“Apa kau belum mengerti juga? Dia ke sini untuk berkencan
denganku. Tapi apa
yang akan terjadi jika seorang pria keluar dari tempat si wanita? Apa yang akan dia pikirkan dengan
situasi seperti itu?” kata Bo Nui kesal dengan
melepaskan rool rambutnya.
“Jadi, maksudmu dia akan salah
paham dengan kita? Apa
dia mungkin salah paham?” kata Soo Ho seperti tak yakin,
Bo Nui mengangguk
“Apa Dia akan mengira kita menjalin
hubungan?” ucap Soo Ho, Bo Nui merasa senang
karena Soo Ho akhirnya mengerti,
jadi menyuruhnya untuk sembunyidi kamar mandi untuk sementara.Soo Ho melepaskan tangan Bo Nui meminta untuk tenang, Bo
Nui meminta agar Soo Ho memelankan suaranya.
“Memang bagus memiliki imajinasi
liar, tapi itu terlalu primitif. Berpikir
kalau semua perempuan dan laki-laki pergi
untuk berkembang biak. Kau
mengatakan mereka hidup di dunia hewan. Manusia dapat terlihat sebagai
chordata, mamalia atau makhluk tertinggi, tapi kita sudah berkembang.” Ucap Soo Ho yang membuat Bo Nui melonggo mendengarnya.
“Kebanyakan orang memiliki alasan,
tidak sepertimu. Seseorang
dengan akal sehat akan berpikir aku seorang tamu ... jika aku meninggalkan rumah ini, baik itu pria atau wanita.” Jelas Soo Ho ingin berjalan pergi. Bo Nui pun
menghalangi jalan Soo Ho.
“Aku tidak peduli apa yang kau
pikirkan tentangku. Namun,
aku benar-benar perlu ... tidur
dengan orang itu” ucap Bo Nui yang membuat
Soo Ho binggung
“Aku harus berkencan dengan pria
itu. Jadi,
tolong beri aku beberapa waktu. Aku mohon?” kata Bo Nui, Soo Ho hanya menatapnya.
Bo Nui menahannya agar tak keluar, Soo Ho tetap memaksa
ingin keluar, Tapi akhirnya Soo Ho bisa keluar dari rumah dan Bo Nui sempat
terjatuh karena berusaha menahan kaki Soo Ho untuk tak keluar. Ternyata di luar
tak ada sosok Gun Wook, hanya ada sebuket bungan mawar yang tertinggal di
samping pintu.
“Halo.. Apa kau di sana?”
ucap Bo Nui panik mengetuk pintu tetangga sebelah dan bertanya-tanya kemana
pergi pria itu sambil melonggo ke arah jendela.
Soo Ho tak peduli sibuk menelp seseorang dengan
ponselnya, tapi terdengar suara ponsel yang tak aktif dan meminta untuk
meninggalkan pesan. Bo Nui berjongkok dengan wajah lemas, Soo Ho berjalan ingin
meninggalkan rumah, Bo Nui langsung menyalahkan Soo Ho. Tapi Soo Ho malah
bingung kenapa jadi menyalahkanya.
“Yang aku butuhkan cuma 5 menit. Kau bisa saja diam untuk
sementara waktu. Apa
kau tahu kesempatan apa yang aku lewatkan?” ucap Bo
Nui sedih
“Aku tidak peduli dan Karena kau tidak memiliki kencan
lagi, bisakah kau menelepon atasanmu?” kata Soo
Ho dingin, Bo Nui mengumpat Soo Ho itu memang
jahat
“Kenapa kau mengatakan itu dalam
situasi seperti ini? Jelaskan
kepadaku secara logis.” Kata Soo Ho
“Siapa yang peduli tentang logika? Jangan bicara denganku tentang
logika. Seluruh
hidupku sangat tidak masuk akal.” Teriak Bo
Nui kesal
Soo Ho sempat kaget tapi mukanya tetap datar, Bo Nui
menyuruh So Ho pergi saja. Soo Ho pikir dari tadi sudah ingin dilakukan dan
meminta menghubungi atasanya. Bo Nui menjawab dengan membanting pintu rumahnya.
Gun Wook membawa sebuah amplop kuning dan masuk ke dalam
sebuah gedung, setelah sampai di lobby bertemu dengan pria yang sudah berubah
dan nampak wajah Gun Wook sangat serius.
[Apartemen
Saetbyeol]
Bo Nui berlari menuruni tangga dengan membawa sebuket
bunga yang ditinggalkan Gun Wook, wajahnya panik mencari-cari kemana
“harimau”nya itu pergi, lalu teringat kata-kata Soo Ho “Ini
terlalu primitif. Kau
mengatakan mereka hidup di dunia hewan.”
“Aku berharap dia tersandung
kakinya sendiri.” Teriak Bo Nui murka
Soo Ho sedang berjalan tiba-tiba dikagetkan dengan petir
yang sangat besar disiang hari, lalu berjalan dengan wajah binggung masuk ke
dalam kantornya. Ketika sampai ruangan tak melihat satu pun pegawainya, salah
seorang pegawainya memberitahu semuanya sedang ada diruang rapat. Soo Ho pun
berjalan ke ruang rapat.
Sesampai diruang rapat, mereka sedang melihat games
olahraga yang baru, salah seorang pegawai memuji Grafis
yang menakjubkan dan ingin menebak
siapa yang membuatnya. Seung Hyun pun berkomentar Daebak
untuk yang membuatnya. Dal Nim pikir mereka perlu
menambahkan rincian lebih lanjut. Soo Ho
masuk keruangan mendengar perkataan anak buahnya.
“Kita bisa membuat ini menjadi
sebuah rangkaian, tergantung pada apa yang kita fokuskan. Kita perlu mengatur titik
peluncuran. Dan poin
meningkat.” Ucap Hyun Bin
“Betul. Ini adalah faktor yang
paling penting.” Kata Da Kwon, Salah satu
pegawai pun memberitahu kalau Soo Ho sudah ada diruangan, semua pun langsung
duduk dengan rapih.
“Aku sangat khawatir sampel itu
terlalu ceroboh, tetapi
memiliki dasar yang kuat.” Komentar Seung Hyun sambil
memakan coklat.
“Ya, aku pikir semua orang mendapat
ide yang umum. Kita akan
membuat ini menjadi sebuah permainan virtual reality.” Ucap Soo Ho,Dae Kwon terkesima menndengar pemainan VR
“Permainan sudah sampai dari
konsol ...untuk perangkat mobile. Sekarang waktunya VR di masa depan. Mari kita gunakan panorama 360
dan berbagai visi untuk
membuat virtual reality yang sempurna. Tidak
hanya rincian masing-masing olahraga penting, tapi bagaimana realistis pemain
mengalami kehidupan orang lain adalah faktor penting lainnya.” Ucap Soo Ho dengan cepat dan dicatat oleh Dal Kwan
“Dan satu lagi, Kalian tidak perlu bekerja
terlalu keras. Lakukan saja pekerjaan dengan baik.” Kata Soo Ho sebelum meninggalkan ruang rapat. Dal Nim
pun berlari mengikutinya.
Dal Kwon tak percaya ternyata So Ho sangat
cerdas dan jenius, membuatnya jadi lebih menghormatinya, menurutnya sesuatu yang uar bisa dengan Soo Ho
karena berpikir untuk mengubah permainan ceroboh ini
menjadi sebuah permainan VR.
“Apa ada yang membuat game VR
sebelumnya?” tanya pegawai yang muda. Semua binggung,
Hyun bin mengeluarkan tas yang ditaruh bawah meja.
“Kau punya adaptor dari awal! Dimana kamu mendapatkan ini?” ucap si pria melihat permain yang mengunakan kacamata,
sambil menjerit kagum. Seung Hyun menyadarkan karena kabelnya belum terpasang.
Dal Nim masuk ruangan mengikuti Soo Ho membungkuk
mengucapkan terimakasih, Soo Ho dengan dingin mengatakan untuk apa, Dan Nim
menjelaskan kalau keadaan Ini bagus untuk Zeze dan temannya.
“Kau dapat memberitahu, kan? Bo Nui mungkin tampak sedikit
eksentrik, tapi dia baik.” Ucap Dal Nim membangkan
temanya.
“Dia lebih dari sedikit eksentrik.” Komentar Soo Ho dingin
“Itu karena dia berada di dalam
berbagai situasi yang sulit.” Kata Dal Nim membela
“Aku tidak peduli apa dia
eksentrik atau berada dalam situasi yang sulit. Kita hanya perlu membeli idenya.” Tegas Soo Ho
“Aku akan membuat kontrak dan
membawanya kepada anda.” Kata Dal Nim, Soo Ho
megerti walaupun wajahnya terlihat kebinggungan.
Soo Ho duduk dicafe berusaha menelp Dae Hae tapi
ponselnya tetap saja tak aktif, lalu mencoba untuk menelp Bo Nui tapi hanya
melihat nomornya membuatnya enggan. Ryang Ha datang mengeluh sangat lelah
sambil membanting berkas diatas meja.
“Aku harus menjadi anggota
kongres.” Ucap Ryang Ha, Soo Ho tak mengeri dengan ucapan temanya sambil meminum
ice americanonya.
“Aku akan menetapkan undang-undang
baru. Mereka
yang mengatakan hal yang sama pada pertemuan tersebut harus didenda.” Kata Ryang Ha geram, Soo Ho bertanya apakah Pertemuan
pemegang saham yang mendesak
“Jangan biarkan aku memulainya. Mereka panik kalau harga saham
turun sedikit. Mereka
mengatakan tidak mungkin bisa membuat permainan baru dalam tiga minggu. Tuan Kim mengatakan dia akan
memberikan tangannya jika itu benar-benar terjadi. Aku akan membuat dia membayar
400,000 dolar. Dan orang
yang selalu duduk di sampingnya sangat menyebalkan, Dia harus didenda 500,000 dolar.” Cerita Ryang Ha mengebu-gebu, keduanya lalu sama-sama
mengehela nafas
“Jangan khawatir. Aku mengatakan kepada semua orang
bahwa kau sedang mempersiapkan sesuatu yang tak terbayangkan. Apa kau bertemu Tn. Won?” tanya Ryang Ha penuh harapan.
“Tidak, aku tidak bisa menghubunginya” ucap Soo Ho .
Ryang Ha bertanya tentang para
karyawan, Soo Ho menarik nafas mengelengkan kepala memikirkan Bo
Nui yang aneh. Ryang pikir Pihak Daebak meminta
banyak, menurutnya ia juga
akan melakukan hal yang sama jika Zeze
menginginkan sesuatu darina karena berarti
permainan memiliki potensi besar.
Soo Ho menegaksan bukan itu maksudnya, tapi menurutnya
pegawai dari Dae Hae itu tidak rasional sama sekali. Ryang Ha menduga Soo Ho itu melakukan kal itu lagi, Soo
Ho bertanya apa maksudnya. Ryang Ha menjelaskan Soo Ho yang memandang
rendah orang dan berbicara cepat Kemudian
meminta orang tersebut untuk menjelaskannya secara logis.
“Hei.. Seberapa jauh kau akan pergi? Apa kau bicara tentang lubang
hitam dengan berbicara astrofisika, atau
apa kau bicara tentang DNA dengan berbicara biologi?” ucap Ryang Ha,
Soo Ho pikir tak begitu tapi teringat dengan kata-kataya
pada Bo Nui “Berpikir kalau semua perempuan dan laki-laki
pergi untuk berkembang biak Kau akan
mengatakan mereka hidup di dunia hewan.”
“Kenapa kau tidak membawa Dal Nim
bersamamu?” keluh Ryang Ha, Soo Ho tak mengerti
memilih untuk meninggalkan cafe, Ryang Ha menahanya meminta agar temannya
menceritakan apa yang sudah dikatakanya. Soo Ho meminta agar meningalkan
sendirian.
Tiba-tiba seorang wanita datang mengaku sudah lama menunggunyda
n tidak menjawab teleponnya. Soo Ho
dan Ryang Ha binggung karena tak mengenal sosok wanita yang mendatangi mereka.
“Aku dari stasiun penyiaran.Aku
penulis naskah Lee Soo Jung dari "Orang Dari Masa Lalu".” Ucap Soo Jung,
Soo Ho langsung pergi mengaku tak tertarik dan langsung
pergi, Ryang Ha menahanya sambil meminta maaf, Soo Jung terus mengikuti
membahas tangan Soo Ho yang belum pernah
masuk TV sejak pingsan di acara live show. Soo Ho sempat berhenti dengan menahan amarahnya.
Ryang Ha menahan Soo Jung merasa kalau wanita itu bisa
bicara dengannya dan menyuruh Soo Ho kembali keruangan. Soo Jung heran kenapa
tak memperbolehkan untuk wawancara dengan berteriak hanya
perlu satu menit saja. Soo Ho tak peduli
berjalan masuk ke dalam kantornya, berpesan pada petugas keamanan untuk
menjauhkan pengunjung selama tiga minggu dari gedung.
Gun Wook bertemu si pria tua menceritakan sudah pergi ke
alamat itu tapi ternyata hanya ada karyawan dan mendengar kalau Choi Ho itu
sudah kembal ke Korea, si Pria tua itu tak percaya kalau Gun Wook masih
memilikinya. Gun Wook hanya terdiam.
Flash Back
Dimusim panas
Pertandingan Gary Choi dan Nokovic. Sul Hee terlihat
tegang di bangku penonton, seluruh tempat duduk terlihat penuh sesak dengna
penonton. Gun Wook mulai memberikan servicenya, lalu bisa mengembalikan pukulan
dari Nokovic, sampai akhirnya ia melakukan jumping smash. Semua penonton
langsung bersorak gembira, Gary Choi menang dengan angka 6-4
Setelah selesai Gun Wook pun melihat kearah penonton dan
menunjuk ke tempat duduk Sul Hee dengan seorang pria bule dan wanita yang duduk
disampingnya
Gun Wook pun akan masuk ruang ganti, sementara Sul Hee
dan dua orang tuanya terlihat bertemu dengan beberapa wartawan. Seorang pria
tua datang memangil nama Choi Gun Wook, Gun Wook pun menyapa pria tua karena sering
melihatnya bertanding, dan bertanya apakah menginginkan tanda tanganya
“Sebenarnya, Aku teman ayahmu.”ucap si pria tua
“Ayahku... ada di sana.”kata Gun Wook binggung menunjuk ke arah ayah dan ibunya
sedang bersama Sul Hee.
“Kau tahu siapa yang aku
bicarakan. Aku
bicara tentang Choi Ho, ayahmu di Korea. Apa kau tetap berhubungan dengan
dia? Sejak
tiga bulan lalu, suratku telah kembali kepadaku. Dia tidak menjawab panggilanku.” Ucap si pria tua
“Aku pikir anda datang ke orang
yang salah. Sudah 13
tahun sejak aku tak berbicara
dengannya.” Kata Gun Wook akan pergi.
Pria itu memohon agar Gun Wook menerima amplop itu karena
setelah itu pasti akan mengetahuinya tentang bagaimana
perasaan ayah, dengan menaruh amplop ditangan Gun
Wook. Ibunya melihat dari kejauhan, Gun Wook pun pamit pergi tapi setelah itu
membuang amplopnya ke tong sampah.
Beberapa saat kemudian, Gun Wook diam-diam masuk ke
kamarnya dan langsung mengunci pintu kamarnya, lalu mengeluarkan amlop yang
sudah dibuangnya dalam tas raket tenisnya. Ada 3 buah CD didalamnya, ia pun
melihat video yang berisi semua pertandingan saat ia bermain tenis dan hanya
tertuju padanya.
“Ketika aku mengatakan kepadanya
bahwa aku ditugaskan ke Kanada, dia memintaku. Dia mengatakan dia akan membayar
berapapun ... untuk
melihat wajahmu.” Jelas si pria tua
“Sejak kapan anda mengirim ini?” tanya Gun Wook
“Mungkin sekitar Tahun
2003? Itu
setelah dia mengundurkan diri secara sukarela dan Dia
tidak mengatakan apa-apa.” Kata Si pria tua
“Apa yang anda maksud dengan
pengunduran diri secara sukarela?” ucap Gu
Wook bingung
Si pria tua menjelaskan kalau Tuan Choi rela
mengundurkan diri, yaitu di PHK. Gun Wook tak
percaya menurutnya tak benar karena ia dan ibunya pergi ke
Kanada pada tahun 2001,dan bercerai pada tahun 2004, pada saa itu ayahnya itu masih
bekerja di perusahaan, karena itu selama Olimpiade jadi mengingat dengan jelas.
“Itu adalah festival untuk semua
orang, tapi itu adalah bencana bagiku.” Kata Gun
Wook merasa tak menyangka ayah dan ibunya bercerai
“Aku kira, dia tidak tahu harus berkata apa
untukmu.” Kata si pria
Gun Wook sudah duduk disamping air mancur yang berbentuk
tangga teringat kembali kata-kata teman ayahnya “ Ada banyak ayah yang menjual properti mereka hanya untuk mendukung keluarga mereka di luar negeri.” Gun Wook hanya bisa menahan sedih dan menghela nafas.
Dengan mata setengah terbuka Soo Ho melihat games yang
baru dibuatnya dalam dua layar, tiba-tiba matanya melihat wajah Bo Nui yang bermain dan pikiranya kembali teringat
saat Bo Nui mabuk dan berkata tak akan membiarkannya pergi lalu menciumnya. Soo Ho menjerit histeris, lalu tersadar
kalau gamesnya tak berjalan dengan baik.
“Mengapa bug menyebabkan kerusakan
di saraf simpatisku? Ayo...Tenanglah. Apa yang salah dengan
adrenalinku?” kata Soo Ho sambil memegang dadanya
yang berdegup kencang. Setelah itu mematikan layarnya dan mengangkat telpnya
yang berdering.
Seorang pria tua berteriak marah berusaha untuk masuk
kantor, petugas penjaga mencoba menghalanginya. Tuan Je berteriak kalau dirinya
itu tak tahu siapa dirinya, kalau ia yang membuat Je Soo Ho dari
kepala sampai kaki. Penjaga menarik Tuan Je
tetap menolak tak bisa masuk. Tuan Je mendorong Penjaga agar bisa masuk sambil
menendang papan petunjuk, Soo Ho pun keluar berdiri agak jauh, meminta agar
membiarkan saja.
“Kau dalam masalah sekarang! Dia anakku... Hei! Kau harus menyapa ayahmu! Kenapa kau tetap disana? Dimana
sopan santunmu?” teriak Tuan Je. Soo Ho
hanya diam saja
“Dasar anak manja. Aku dipermalukan di sini! Sejak masih kecil, kau mengunci
diri dengan buku dan menjadi lemah. Lalu sekarang,
kau pingsan ... dan
membuat berita utama. Kau begitu terkenal! Kau adalah orang hebat!” kata Tuan Je mengejek anaknya.
“Lakukan satu hal pada suatu
waktu. Jika kau
bersikeras bahwa aku anakmu, ambil uangnya. Jika kau bersikeras aku bukan
anakmu, hapus aku dari daftar keluarga.” Ucap Soo
Ho dengan nada dingin, Tuan Je murka dengan membuka jaketnya karena Soo Ho
bersikap kurang ajar padanya.
“Apa kau membual kalau kau hebat?
Apa kau memandang rendah ayahmu? Kau
hanya menjalankan ruang permainan, namun
kau jauh lebih hebat dariku, kan? Kau
penjahat sosial! Kau
membuat anak-anak kecil menembak senjata dan membunuh orang. Kau
mengubahnya menjadi idiot. Kau
membuat game-game bodoh. Kau
lebih baik makan ikan di peternakanku daripada
menghasilkan uang dari anak-anak! Itu
cara yang lebih baik untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat!” teriak Tuan Je
Soo Ho hanya diam saja dengan tatapan berkaca-kaca, Tuan
Je mengeluh kalau semua itu salahnya, lalu membaringkan tubuhnya dilantai merasa sudah
merugikan negaranya dan terus mengatakan
kalau semua itu salahnya. Tangan Soo Ho terlihat mengepal menahan amarahnya
pada sang ayah. Penjaga mencoba menenangkan Tuan Je agar tenang dan menyadarkan
dirinya.
Flash Back
Soo Ho kecil sudah sangat pintar dan terus menghitung
rumus-rumus dengan menuliskan pada dindin dan lantai. Ayahnya baru pulang
kerja, menghela nafas melihat anaknya mencorat coret lantai, berteriak apa yang
sedang dilakukanya. Soo Ho dengan bangga meminta ayahnya melihat sesuatu yang
dibuatnya.
“aku menemukan sesuatu yang
benar-benar menyenangkan. Ini
disebut Formula Euler. Jumlah
simpul adalah V, dan jumlah wajah adalah F. Jadi jika ayah mengurangi E dari
V ...” jelas Soo Ho terpotong karena temanya memanggi.
“ Hei!.. Kita akan berenang. Kau ingin
datang?” ajak salah satu temanya, Tuan Je dan Soo Ho melihat dua
anak yang memanggilnya.
“Dia tidak bisa berenang. Dia tidak jenius tapi Dia idiot.” Kata teman lainya mengejek lalu pergi meningalkan. Tuan
Je melihat Soo Ho yang hanya diam saja.
Beberapa saat kemudian, Tuan Je sudah membawa So Ho
diatas bebatuan, ditengah-tengah laut. So Ho berteriak kalau takut air dan tak
bisa berenang. Tuan Je memarahinya karena mereka tinggal didesa nelayan tapi
tak bisa berenang, makanya banyak orang yang membullynya.
“Aku bisa bermain sendiri! Aku
tidak perlu teman!” teriak So Ho sambil
menangis
“Jangan khawatir. Aku di sini
Untukmu. Kau tidak akan mati.” Kata Tuan Je
Soo Ho menangis ingin menahan ayahya agar tak melemparnya
ke laut, tapi ayahnya tetap mendorongnya ke laut. Ia pun tak bisa berenang
tenggelam di laut.
Soo Ho mengingat kejadian itu mulai panik dan mencoba
menghilangkan dengan menghitung pekalian 19, “19 x 18 adalah 342. 19 x 17 adalah 323. 19 x 16 adalah 304. 19 x 15 adalah 285. 19 x 14 adalah 266. 19 x 13 adalah 247. 19 x 18 adalah 342. 19 x 17 adalah 323. 19 x 16 adalah 304. 19 x 15 adalah 285.”
Bo Nui duduk didepan apartement, bertanya-tanya Apakah Guk Wook
tidak datang hari ini, lalu berpikir kalau terjadi
sesuatu pada Gun Wook yang membuatnya terluka. Sambil menundukan kepala merasa
kalau sangat malang nasibnya, Hidupnya. selalu di musim dingin.
“Apa yang kau lakukan disini? Apa kau menungguku?” ucap Gun Wook tiba-tiba sudah ada didepan, Bo Nui membenarkan
mengatakan kalau sebelumnya
“Aku benar-benar menyesal tentang
itu. Sesuatu yang mendesak datang.” Kata Gun
Wook tertunduk sedih
“Apa itu yang membuatmu pergi? Kau tidak mendengar apa-apa di
depan tempatku, kan?” kata Bo Nui memastikan
“Aku mendengarmu kalau kau akan
segera siap.” Kata Gun Wook
Bo Nui membenarkan jadi hanya sebentar saja tapi Gun Wook
malah pergi. Gun Wook benar-benar meminta maaf. Bo Nui menatap wajah Gun Wook
yang tampan terlihat terpesona. Gun Wook melihat Bo Nui yang menungu diluar
langsung melepaskan jaketnya karena pasti dingin.
“Jika tidak apa-apa denganmu, apa
kau ingin pergi kencan sekarang?” ajak Gun
Wook
“Kenapa kau seperti
harimau menakjubkan?” gumam Bo Nui
makin terpesona
Gun Wook menatapnya menunggu jawabanya, Bo Nui langsung
mengangguk setuju, dan menjerit dalam hati mengucapkan terimakasih.
Keduanya berjalan di taman sakura, Gun Wook kagum dengan
negera Korea indah dengan Bunga-bunga
indah. Bo Nui bertanya apakah Gun Wook selama ini tinggal
diluar negeri. Gun Wook berhenti berjalan bukan menjawab malah menatap
dalam-dalam Bo Nui.
“Kenapa dia
menatapku? Apa yang harus aku lakukan?” gumam Bo Nui panik, Gun Woo terus mendekatkan wajahnya,
Bo Nui berjalan mundur tapi hak sepatunya malah membuatnya hampir jatuh, Gun
Wook pun menahanya. Bo Nui bingung karena semakin mendekat.
“Jangan begitu
bersemangat! Aku hanya ingin tubuhnya.” Kata Bo Nui
sambil memejamkan matanya.
Gun Wook meniup bunga sakura yang menempel di pipi Bo Nui
dan mengambil di rambutnya, lalu mengejek kalau sedang syuting sebuah film. Bo
Nui binggung Gun Wook bisa mengetahui namanya. Gun Wook menyanyikan lagu “Hanchi,
Duchi, Sechi, Nechi” dengan gayanya. Bo Nui
masih binggung. Gun Wook pun memberitahu kalau ia adalah Choi Gun Wook. Bo Nui
melonggo tak percaya.
Flash Back
Bo Nui dan Gun Wook menari dengan berhadapan “Hanchi,
Duchi, Sechi, Nechi, Hanchi,
Duchi, Sechi, Nechi, Temanku
Duchi Senyum
untukku ketika aku sedih”
Ibu Gun Wook keluar dari rumah berteriak pada Gun Wook
yang main padahlan masih mengunakan baju tidurnya. Ibu Bo Nui dilantai atas
memanggil anaknya untuk sarapan. Bo Nui menolak karena hanya ingin main, lalu
dengan mengandeng Gun Wook berlari keluar rumah.
Bo Nui akhirnya bisa mengingat didepanya itu Choi Gun
Wook yang ada dilantai bawah, lalu melihat dari atas kebawah menurutnya tak
mungkin yang dulu kecil tinggi besar. Gun Wook menyanyikan kembali lagu yang
sering mereka mainkan “Hanchi, Duchi, Sechi, Nechi” Bo Nui pun mengikutinya tanpa sadar
“Tunggu sebentar... Kau ‘kan
pergi ke Kanada.” Kata Bo Nui
“Aku meluangkan waktu untuk
berkunjung.Aku pergi ke lingkungan lama kita ternyata
kau masih tinggal di sana, dan aku melihatmu, Duchi!” ucap Gun Wook lalu memeluk Bo Nui untuk memastiak kalau
ia adalah Puku, Gun Wook
“Jika maksudnya
seperti ini, Aku berarti celaka.” Kata Bo Nui
panik lalu melepaskan pelukan Gun Wook.
“Kenapa... Kenapa kau tidak memberitahuku
dari awal?” tanya Bo Nui heran
“Aku kecewa kau tidak mengenaliku.”ungkap Gun Wook
Bo Nui pikir seharusnya Gun Woook tak mengodanya, tapi
Gun Woo pikir sejak kecil memang selalu menjahili Bo Nui. Akhirnya Bo Nui
memukul Gun Wook karena telah membohongi umurnya padahal umurnya itu lebih
muda. Gun Wook berusaha menghindar dari pukulan Bo Nui
“Aku punya banyak hal yang
kuberitahu padamu dan ingin bertanya
banyak hal begitu aku melihatmu. Bagaimana
dengan orangtuamu? Bagaimana
dengan Bo Ra? Berapa
umur dia sekarang? Dia
pasti berumur 19 tahun. Apa dia berumur 20 tahun?”
tanya Gun Wook bersemangat
“Orang tuaku meninggal 10 tahun
yang lalu. Dan Bo Ra ... Dia di rumah sakit, Dia sedang sakit.” Ucap Bo Nui dengan menahan tangisnya.
Gun Wook benar-benar terkejut, Bo Nui pun mengaku sangatt
senang bertemu kembali dengan Gun Wook, lalu pamit pergi dan berjanji akan
bertemu nanti. Gun Wook menahanya karena tak bisa meninggalkan seperti itu. Bo
Nui berpura-pura teringat memiliki sesuatu yang mendesak
untuk di urus. Gun Wook ingin mengantar karena pasti akan pulang, Bo
Nui menolak mengaku akan ke tempat lain. Gun Wook hanya bisa menghela nafas
melihat kepergian Bo Nui.
“Aku sangat malu... Dia dua tahun lebih muda dariku
... yang
berarti dia ... lahir di tahun domba, monyet ...
Aisshhh... Ia lahir di tahun ayam.” Ucap Bo Nui kesal sendiri menatap langit yang penuh
bintang dan bunga sakura yang berguguran.
Soo Ho mengendarai sepedanya sambil bertanya-tanya dalam
hati “Bisakah Genius Two dirilis?” dalam pikiran logisnya terlihat pertanyaan dilayar
gedung yang dilewatinya
[Bisakah Genius Two dirilis?] Jawabanya adalah Tidak.
[Bisakah rencana baru diumumkan
dalam tiga minggu?] jawabanya juga Tidak
[Apa kita memiliki rencana yang
kompetitif?] jawabannya yes
Soo Ho melewati sebuah patung yang berubah seperti lampu
terbalik yaitu jawabanya adalah “IF”
[Apa kita mampu untuk
menandatangani kontrak hak cipta?] papan
bergambar wajah Bo Nui dan akhirnya jawabanya adalah tidak. Soo Ho pun berkata
kalau dirinya itu “CE-LA-KA” lalu tertunduk lesu dan kembali mengayuh sepedanya
setelah lampu merah.
Soo Ho memarkirkan sepedanya, tiba-tiba terdengar suara
seorang wanita berkomentar Soo Ho yang lebih
baik naik sepeda sekarang. Soo Ho melihat Sul Hee
yang ada didekatnya, Sul Hee pun mendekatinya menyapa Soo Ho yang hanya diam
saja. Soo Ho seperti tak mengenal wanita itu dan langsung pergi begitu saja.
Sul Hee memanggil dan menariknya, Soo Ho menghempaskan
tanganya lalu bertanya siapa orang itu. Sul Hee memberitahu kalau ia adalah Sul
Hee, dengan nama Amerikanya Amy, bertanya apakah tak mengingatnya. Soo Ho seperti
mengingat nama “Amy” lalu mengatakan tak mengingatnya.
“Aku mengenalmu sudah 10 tahun,Tapi kita dulu
begitu dekat.” Kata Amy binggung
“Lalu? Apa sesuatu yang signifikan
terjadi di antara kita? Atau
mungkin sesuatu yang benar-benar buruk terjadi. Aku cepat lupa kenangan yang
buruk.” Tegas Soo Ho lalu pergi meninggalkanya.
Sul Hee menatap Soo Ho tak percaya kalau bisa pergi seperti
sekarang, berpikir kalau dirinya itu bertingkah terlalu elegan, lalu mengomel pada sepeda Soo Ho merasa kalau harusnya bertingkah lebih ramah seperti
ini. Sementara Soo Ho terlihat panik mencoba menenangkan diri
dibelakang dinding, tiba-tiba tanganya ditepuk dari belakang.
“Aku bilang aku tidak mengenalmu!” teriak Soo Ho marah, tapi bukan Sul Hee, Dae Hae yang
menepuk pundaknya terlihat binggung.
“Tentu saja kau tidak ingat. Aku menerima pesan teks dan
datang untuk bertemu denganmu, Aku Won Dae Hae dari Daebak Soft.” Ucap Dae Hae.
Soo Ho melihat surat Kontrak
Pemindahan Hak Cipta Software Permainan, dan
bertanya kalau Dae Hae ingin Bo Nui menjadi salah satu
pengembang game. Dae Hae membenarkan. Soo Ho
menjelaska perusahaan hanya
ingin membeli secara garis besar permainan dan memberi
imbalan, Daen Hae mengatakan tidak dengan terlihat mengelurkan
es batu dari mulutnya karena merasa giginya terasa ngilu.
“kau tidak dapat melakukan ini tanpa
Bo Nui dan akan kehilangan waktu dan uang
tanpa dia.” Ucap Dae Hae
“Tn. Won? Aku adalah Je Soo Ho.” Tegas Soo Ho merasa dirinya itu sangat jenius.
“Aku tahu, kau mengirimku pesan teks, kau Je Soo Ho, presiden Zeze Factory.” Kata Dae Hae, Soo Ho menghela nafas lalu ingin
menjelaskan tapi Dae Hae lebih dulu memotongnya.
“Aku yakin anda memiliki rencana,tapi
dari pengalamanku, aku tahu industri TI ini bukan lelucon. Tanpa pengembang yang terampil,
anda tidak akan mendapatkan apa-apa dengan ini.”
kata Dae Hae
Soo Ho pikir Zeze itu bisa.... ucapanya kembali disela,
Dae Hae minta So Ho membayangkan kalau dirinya itu orang jahat, yaitu setelah
menandatangani kontrak dan menghilang dengan uangnya,
jadi mengatakan hal ini karena merasa peduli dengan memberikan
pengembang utama yang dimilikinya dan
membuatnya jadi berhasil.
Soo Ho menghela nafas kembali, mengingat kembali saat Bo
Nui yang menutup mulutnya, lalu mabuk dan muntah. Ia mengelengkan kepalanya
menurutnya itu tak percaya, lalu bertanya Bagaimana
jika merekatidak memenuhi syarat. Dae Hae sempat binggung dan mengatakan jika Soo Ho tidak
memenuhi kondisi tersebut, kesepakatan
ini tidak akan bekerja. Soo Ho kembali menghela
nafas.
Bo Nui mengunakan teropong menyapa adiknya, terlihat
adiknya sedang tidak lalu bertanya apakah tidurnya dengan nyenyak, tapi
tiba-tiba terlihat adiknya yang dibawa oleh dokter.
Dengan berlari sangat cepat, Bo Nui sampai dirumah sakit
bertanya pada perawat bertanya kemana Bo Ra dibawa pergi, apakah adiknya
mengalami kejang lagi dan terjadi sesuatu. Perawat meminta Bo Nui untuk tenang
lebih dulu karena adiknya hanya mendapatkan beberapa tes. Bo Nui bisa bernafas lega karena mengetahui Bo Ra yang dijadwalkan
check-up besok. Perawat memberitahu kalau Dokter
merubahnya jadi hari ini dan melhat Bo Ra sudah
keluar.
Bo Nui menghapus air matanya mendekatinya tanpa mau
menatapnya, perawat lain yang menyapa Bo Nui yang baru datang. Bo Nui
mengucapkan terimakasih pada perawat yang membawa anaknya, Perawat heran Bo Nui
yang tidak melihatnya lebih dekat. Bo Nui tetap membalikan badanya menurutnya tak masalah
dan menyuruh segera masuk saja.
“Tidak ada yang akan terjadi
bahkan jika kau menyentuh wajahnya. Cintamu
untuk Bo Ra akan lebih kuat ... daripada
nasib buruk yang kau bawa. Bo
Ra perlu tahu kau di sini untuk mengumpulkan kekuatannya.” Kata perawat,
Bo Nui hanya diam saja dengan sesekali menghapus air
matanya, Perawat mengeluarkan kertas memberitahu kalau itu dari administrasi rumah sakitnya karena Ada di laci samping tempat
tidurnya. Bo Nui menerima dengan mengangguk
mengerti.
Di atap rumah sakit, Bo Nui duduk melihat kertas tagihan
milik Shim Bo Ra yaitu 4.958.718 won lalu menghela nafas, lalu sambil mengelengkan
kepala tak boleh untuk mendesah.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Sinopsis nya keren mba dee,, gomawo, fighting yaa...
BalasHapusSinopsis nya keren mba dee,, gomawo, fighting yaa...
BalasHapus