Gun Wook dengan penuh kehati-hatian menyetrika celana
dalamnya, senyumannya terlihat ketika melihat ponselnya yang berdering. Bo Nui
menelpnya bertanya apakah sedang sibuk. Gun Wook mengaku sedang sangat sibuk, Bo Nui pikir
lebih baik menelpnya nanti saja.
“Aku sedang menyetrika celanadalam
merah berhargaku. Sebuah
jimat untuk kemenangan.” Kata Gun Wook bangga
“Itu hal sangat penting” balas Bo Nui
“Ada apa? Apa Kau dipecat?” tanya Gun Wook panik,
“Tidak... Emmm... Bisa bertemu pulang kerja
nanti?” tanya Bo Nui
Sul Hee dengan wajah sumringah berjalan masuk ke lorong
sementara Ryang Ha membawa kotak sendirian. Sul Hee melihat pintu masuk Zeze
bertanya bagaimana caranya masuk, Ryang Ha tak percaya karena sebelumnya Sul
Hee mau ke lantai 4 tapi
ternyata ke lantai 8. Sul Hee
memberitahu kalau ia harus memberikan kue besar.
Ryang Ha menyuruh Sul Hee minggir karena masuk ruangan
harus mengunakan sensor mata. Sul Hee terpana ternyata ada teknologi seperti
itu di gedung ini. Ryang Ha memberitahu kalau ia pemegang saham, tapi Sul Hee
seolah tak peduli langsung masuk ke dalam ruangan.
Semua orang panik melihat kedatangan Sul Hee, bertanya
apakah mendapatkan izin, Si pria tambun melihat kartu nama bertuliskan IM Sport
di lantai empat setelah melihat kartu namanya. Sul Hee memperkenalkan dirinya
dari IM Sport dan baru saja pindah ke
lantai 4.
Ryang Ha melotot kaget karena wanita yang dibantunya itu
Sul Hee, Dal Nim dan Dae Kwon panik melihat Sul Hee yang sempat bersitegang
dengan Soo Ho diruang rapat, bertanya-tanya bagaimana wanita itu bisa masuk
keruangan mereka. Soo Ho keluar dari ruanganya.
Dal Nim panik bertanya bagaimana Ryang Ha bisa membawa
wanita itu masuk. Ryang Ha mengaku juga merasa heran. Sul Hee menatap Soo Ho
memberitahu kebiasaan Di
Korea kalau pindahan harus
memberi kue beras jadi ia ingin
bertemu pegawainya Presdir Je.
Soo Ho melirik sinis pada temanya, Ryang Ha memberi kode
kalau ia tak tahu sama sekali. Sul Hee pikir mereka akan sering bertemu mulai
sekarang jadi mohon kerja samanya. Soo Ho pun mempersilahkan Sul Hee untuk
masuk ruangan dengan tatapan dingin.
Dal Nim mendorong Ryang Ha dengan kesal mengumpat
pembohong besar, Ryang Ha tak terima dianggap pembohong, Dal Nim ingat
pengakuan Ryang ha yang tahu semuanya tentang wanita penakluk itu. Ryang Ha mengaku hanya pura-pura
tidak tahu.
“Aku ini temannya Soo Ho. Mana bisa aku cerita kehidupan pribadi Soo Ho pada pegawainya?” ucap Ryang Ha membela diri
“Jangan bohong, aku melihat wajahmu tadi.” Kata Dal Nim memperagakan mimik wajah Ryang Ha yang tak
tahu menahu, Ryang Ha menyangkal tak memperlihatkan wajah itu.
“Soal ini..ternyata Dia lebih cantik dibandingkan
fotonya. Tapi Kenapa kau marah padaku? Kemarin juga, kau lari sampai kehabisan nafas.” Kata Ryang Ha heran
“Karena Ini tugasku sebagai sekretaris. Aku harus mencatat hal sekecil apapun... di saat genting seperti ini.” ucap Dal Nim sedikit panik
“Aku akan mendukung semua jenis cinta kecuali yang dua ini, yaitu Perselingkuhan dan kesetiaan. Jangan terlalu setia. Bekerja sesuai bayaranmu saja. Cobalah cari hobi dan pacar. Kapan behel itu di lepas?” ucap Ryang Ha mengejek dengan mendekati Dal Nim.
Dal Nim menjawab tak akan pernah dilepas dengan sengaja
memperlihatkan giginya, Ryang Ha menjerit kalau itu sangat menyeramkan dan akan kebawa mimpi olehnya lalu memilih untuk pergi.
Dal Nim mengumpat kesal dengan tingkah Ryang Ha yang berbohong padanya.
Soo Ho duduk dimeja kerjanya, Sul Hee masuk terpana
dengan Ruangan Soo Ho yang menurutnya keren dengan teknologi
mutakhir, lalu melihat ada deretan buku di rak, seperti sudah
bisa mengerti Soo Ho yang Hanya tertarik pada buku.
“Apa yang kau lakukan sekarang?”
ucap Soo Ho tanpa menolehkan wajahnya dari layar komputernya.
“Ah, aku juga mau itu, Membuka pintu pakai sensor mata.” Kata Sul Hee penuh semangat mendekati meja Soo Ho
“Apa Gary Choi sudah setuju?” tanya Soo Ho tak ingin bertele-tele
“Sebentar lagi. Kau tahu sendiri banyak yang memperebutkan dia, kan? Tapi Kau akan ku utamakan.” Kata Sul Hee
“Kenapa pindah ke gedung ini?” tanya Soo Ho
“Aku butuh tempat kerja, lalu Harga sewanya masuk akal jadi cocok ‘kan. Kenapa? Jangan bilang... kau berpikir aku kesini karena dirimu?” kata Sul Hee mengoda Soo Ho yang mulai menatapnya.
Soo Ho ingin mengangap
IM Sports mau bekerja dengannya tapi mereka belum dengar kabar dari Sul Hee jadi mereka mencari
kontak Gary Choi
dari orang lain. Sul Hee binggung menurutnya
itu tak mungkin karena ia kepala
tim manajemennya. Soo Ho ingat perkataan Sul
Hee bahwa yang terpenting adalah pendapat Gary. Sul Hee menegaskan Semua
kontrak Gary terserah padanya, jadi meminta agar
menunjukan sikap sopanya.
“Lalu kami harus bagaimana? Kami harus menghubungi dia langsung karena kau tak menjawab.” Ucap Soo Ho kembali menatap layar komputernya
“Soo Ho.... Percayalah padaku. Kita bisa bertemu melalui Gary seperti ini, bukanlah sebuah kebetulan.” Kata Sul Hee, Soo Ho seolah tak peduli memilih untuk
berdiri dan berjalan ke arah rak bukunya
Sul Hee dengan nada merengek mengajak Soo Ho untuk
berbicara. Soo Ho tahu Sul Hee pasti sangat sibuk menyuruhnya pergi saja. Sul
Hee meminta Soo Ho berjanji padanya apabila Gary Choi bersedia maka ia ingin dibuatkan akses masuk ke kantornya. Soo Ho
menegaskan hanya ingin Gary Choi lebih dulu. Sul Hee mengerti lalu dengan suara
mengoda memanggi Soo Ho dengan sebutan Presdir.
Soo Ho mengeluh Sul Hee itu selalu saja seenaknya
sendiri, lalu membuka bukunya dan melihat ada selembar kertas
jimat didalamnya, dengan wajah kesal sudah tahu pasti itu kerjaan ibunya dan
langsung membuangnya ke tempat sampah.
Bo Nui baru saja akan masuk ruangan, Seung Hyun menelp
mengajak untuk makan siang di lantai satu. Ia langsung berbalik dan tak sempat
berpapasan dengan Sul Hee yang baru keluar dari ruangan. Sul Hee menyebut nama
Soo Ho yang sekarang dirinya berada dibawah juniornya lalu menuruni tangga.
Gun Wook menutupi wajahnya dengan topi dan masker didepan
toko percetakan, ponselnya berdering dengan nama Amy, Gun Wook dengan sengaja
merejectnya. orang suruhan keluar dari toko memberikan selembar kertas pada Gun
Wook, memberitahu kalau ia sudah merahasiakan nama dan nomor telponnya, serta meletakan gambar
burung hantu
sesuai keinginannya. Gun Wook mengaku sangat menyukainya dan
mengucapkan terimakasih.
Bo Nui melihat kertas pencarian orang untuk ayah Gun Wook
lengkap dengan fotonya, menurutnya karena ini foto
terbaru jad Pasti banyak yang akan mengenalinya. Gun Wook juga merasa sudah lebih
baik dan itu berkata Bo Nui, lalu menyuapi toppoki.
Bo Nui menolak karena bisa makan sendiri, Gun Wook
merengek meminta Bo Nui membuka mulutnya. Bo Nui pun menerima suapan dari Gun
Wook. Bo Nui tersenyum melihat Gun Wook yang menaruh gambar boneka hantu pada
selembarannya.
“Aku
harus buru-buru karena waktuku tak banyak tapi aku yakin pasti ketemu.Aku
punya firasat dengan hal itu.” Kata Gun Wook merasa
yakin
“Setelah liburanmu selesai, apa kau kembali ke Kanada?” tanya Bo Nui, Gun Wook mengodanya berpikir Bo Nui itu
sedih dengan kepergianya.
“Gun Wook, Kau ada tawaran jadi model game, kan?” kata Bo Nui mulai membahasnya, Gun Wook heran Bo Nui
bisa tahu dan menduga kalau sekarang Bo Nui mulai tertarik dengan kegiatanya.
“Memang ada tawaran, tapi kutolak. Aku terlalu bagus untuk itu” ucap Gun Wook
“Apa Tak ingin kau terima? Aku kerja di Zeze Factory.”akui Bo Nui
Gun Wook mengerti dengan nada kesal kalau Atasan Harimau
Bo Nui itu yang menawarinya jadi model. Bo Nui heran Gun Wook terlihat marah, Gun Wook ingat
mereka itu pernah
berkelahi jadi tentu saja sangat marah. Bo Nui
menceritakan dirinya yang mendesain game itu tapi sempat ditelantarkan, tapi akhirnya game itu dibeli
oleh Soo Ho
“Ini game bagus. Kau memberi kesempatan pada orang lain untuk menjadi dirimu dan menjalani hidupmu.” Kata Bo Nui menyakinkan
“Maaf, aku tidak bisa... Cari orang lain saja, Di dunia ini banyak orang hebat. Buat apa merasakan hidupku?” kata Gun Wook, Bo Nui bertanya memang ada apa dengan
kehidupan Gun Wook
“Aku... Sudah 10 tahun... aku tidak mencari ayahku, jadi Itu bukan hal hebat.” Kata Gun Wook rendah diri
“Tapi kau masih bisa bertemu dengannya, kan?” ucap Bo Nui, Gun Wook hanya bisa berharap bertemu
ayahnya jadi karena itu waktunya tak banyak, jadi meminta maaf pada Bo Nui
untuk menolaknya. Bo Nui mengangguk mengerti.
Nyonya Yang menjerit melihat suaminya kembali mengaduk
masakan di tungku, karena Baunya lengket di baju. Tuan Je mengumpat istrinya itu berisik. Nyonya Yang pun
meminta suaminya jujur apakah ia punya
selingkuhan. Tuan Je heran kenapa istrinya
berpikiran seperti itu.
“Bubur yang kau buat ini... selalu hilang satu kotak, Apa kau pikir aku tak tahu? Aku dengar ikan karper bagus untuk wanita yang baru melahirkan.” Kata Nyonya Yang curiga.
“Jangan bicara aneh-aneh.” Balas Tuan Je, Nyonya Yang mengeluh suaminya yang tak
bisa diajak bercanda. Tuan Je bertanya mau kemana istrinya.
“Kau pikir aku mau kemana? Tentu saja mengurusi anak kita.” Kata Nyonya Yang bangga
“Sudah kubilang jangan kesana! Dia tak menganggap kita sebagai orang tua.” Teriak Tuan Je memperingati
“Semua ini karena kau selalu
mabuk. Tapi Aku selalu anggun, jadi dia memperlakukanku seperti ratu.” Balas Nyonya Yang lalu pergi. Tuan Je tak peduli,
Nyonya Yang dengan wajah dongkol memilih untuk meninggalkan suaminya
Nyonya Yang duduk tak jauh dari pintu masuk memperhatikan
petuga dari cerminya sambil berkata kalau dirinya itu cerdas
dan bijak karena ia adalah ibu dari Je
Soo Ho. Terlihat dikaca si petugas sedang pergi mengantar tamu,
buru-buru Nyonya Yang mencari kesempatan tapi baru saja akan masuk alarmnya
berbunyi, petugas lain datang dan ia pun langsung meninggalkan pintu masuk.
“Masuk kantor anakku saja tak bisa.” Jerit Nyonya Yang kesal didepan pintu masuk,
Bo Nui keluar dari pintu mengenal ibu Soo Ho, Nyonya Yang
pun ingat dengan Bo Nui yang mengerti jimat. Bo Nui pun menyapa Ibu Soo Ho.
Keduanya duduk ditaman, Nyonya Yang memastikan Bo Nui
menaruhnya di Tempatnya tersembunyi. Bo Nui membenarkan karena meletakkan
pada buku dipojok. Nyonya Yang masih merasakan sesuatu yang aneh.
Sementara Soo Ho dalam ruanganya membuang jimat ibunya kedala tong sampah.
“Jimat itu akan mengusir rakun dan mendatangkan wanita. Seharusnya jimat itu juga membuat dia jadi baik padaku.” Jelas Nyonya Yang, Bo Nui binggung tentang rakun.
“Akhir-akhir ini... ada rakun yang mendekati Soo Ho. Dia membuat Soo Ho kesusahan.” Cerita Nyonya Yang
Bo Nui teringat saat presentasi mengunakan kepala boneka
Rakun, lalu sebelumnya menendangan selangkangan Soo Hoo agar bisa kabur dengan
pakaian kelincinya.Ketika Soo Ho datang kerumah, di banting oleh Gun Wook
karena berpikir orang jahat, setelah itu ia meminta Soo Ho harus tidur denganya.
“Karena rakun bodoh itu... Anakku jadi terluka dan terjatuh Dan mentalnya kelelahan. Apa ada seseorang yang membuatnya
susah?” tanya Nyonya Yang penasaran,
“Rakun itu, pasti
diriku.” Gumam Bo Nui menatap ibu Nyonya Yang
“Entahlah. Aku hanya pegawai kontrak jadi Jarang berhubungan dengannya.” Kata Bo Nui
“Aku yakin pasti ada.” Ucap Nyonya Yang, Bo Nui pun memilih untuk pamit pergi
karena ada pekerjan lainya.
Nyonya Yang menahannya untuk meminta nomor telp Bo Nui,
Bo Nui memberitahu hanya pegawai kontrak dan 3 bulan lagi sudah tidak disini. Nyonya Yang pikir karena itulah, menurutnya saat datang
ke kantor anaknya tak ingin hanya sendirian saja.
Nyonya Yang pun menyimpan nama Bo Nui sebagai wanita yang
percaya dengan jimat dan ramalan. Seorang pria pengantar makanan memberhentikan
motornya, Nyonya Yang akan pergi terkejut melihat sosok pria tua yang membuka
helmnya.
Young Il turun dari motor mengeluarkan sekotak ayam dan
membawa masuk ke dalam gedung. Nyonya Yang memalingkan wajahnya seolah-olah tak
percaya dengan yang dilihatnya, lalu melihat stiker yang tertempel toko ayam
goreng. Wajah Nyonya Yang sedikit sumringah melihat Young Il masuk gedung tak
percaya itu adalah “oppa” yang pernah dikenalnya.
Bo Nui makan burger sendirian dalam ruangan untuk makan
sianganya dan sibuk dengan komputernya, berbicara sendiri kalau hanya
butuh satu orang yaitu Satu
harimau yang tepat. Ketika masuk ke forum terlihat tak bisa masuk
kembali,
“Posting mu di hapus karena berisi hal
tidak pantas.” Kata Bo Nui membaca tulisan dilayar.
“Apa??!! Postingan ku di hapus? Apa yang kutulis? Aku cuma tanya nomor ktp dan mengajak ketemuan.” Ucap Bo Nui kesal lalu melihat agendanya kalau Tidak
ada waktu lagi, jadi mustahil kalau hanya tanya satu-satu.
Bo Nui langsung menutup burgernya ketika melihat Soo Ho
keluar dari ruanganya, Soo Ho berjalan mendekati Bo Nui dengan wajah tegang Bo
Nui bertanya apakah Soo Ho sudah makan. Soo Ho mengatakan ingin menanyakan
sesuatu, lalu terdiam menatap Bo Nui.
“Saat kau mengajakku tidur, apa beneran tidak ada perasaan
apa-apa?” gumam Soo Ho
“Harimau didepanku ini, merepotkan sekali.” Keluh Bo Nui bergumam
Bo Nui mempersilahkan Soo Ho untuk bertanya, Soo Ho
melirik burger yang dimakan Bo Nui lalu bertanya apakah isinya tuna, Bo Nui mengelengkan
kepala kalau isinya ham dan keju lalu menawarkanya, Soo Ho menolaknya dan
langsung pergi. Bo Nui hanya bisa menghela nafas panjang melihat tingkah Soo
Ho.
Dal Nim memberikan presentasi kalau akan lanjutkan
setelah sesi tanya jawab, menurutnya kalau
ada yang kurang, bisa mengatakanya. Soo Ho
bertanya “kenapa Sim Bo Nui seperti itu?” dengan wajah ditelungkupkan ke meja.
“Apa Dia melakukan hal aneh pada
Presdir?” tanya Dal Nim panik, Soo Ho tersadar
kalau ia sudah kecepolsan.
“Ah..Tidak, itu sudah bagus. Kenapa filenya tidak segera
dikirim?” kata Soo Ho lalu keluar ruangan, Dal Nim binggung
padahal sebelumnya sudah mengatakan berkali-kali kalau sudah mengirimnya.
Soo Ho kembali keruangan melihat sebungkus makanan diatas
meja, dengan mendekatkan wajahnya di meja menatap makanan dengan note
diatasnya, tulisan dari Bo Nui “Ini karena kau tidak sarapan, jad makanlah” Soo Ho bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan wanita
ini.
Ia berusaha untuk berkerja dengan membuka bukunya tapi
sepertinya konsentrasinya buyar, tatapan tertuju pada makana yang diberikan Bo
Nui, sambil memainkan pulpenya. Tak sengaja pulpenya terjatuh dan ketika
membungkuk untuk mengambilnya melihat sesuatu di kolong mejanya.
Bo Nui membeli makanan Tteokpokki, sundae, dan kimbab, serta twigim. Dal Nim menelp temanya dengan wajah panik bertanya apa
yang sudah dilakukan Bo Nui pada Soo Ho.
Bo Nui pun bertanya balik kenapa dan apa yang dikatakan Soo Ho.
“Kali ini apa? Apa Kau melemparinya garam? Atau Daun bawang? Jangan-jangan, disemprot darah
ayam?” ucap Dal Nim menjerit panik, Bo Nui hanya diam saja.
Soo Ho menemukan kertas jimat yang menempel pada mejanya,
lalu berusaha untuk melepaskanya.
Bo Nui melihat Gun Wook yang berlari cepat keluar dari
rumah dan memanggilnya. Gun Wook langsung bertanya apakah Chun
Nam itu jauh dari Seoul. Bo Nui binggung, Gun Wook
memberitahu kalau ayahnya mungkin ada disana memberikan kertas alamatnya.
“Oh.... Cheo Nam! Tidak jauh, kabar bagus Gun Wook!” kata Bo Nui menyebut nama yang tepat.
“”Bagaimana kesananya? dengan pesawat,
apa aku harus ke bandara noona?” tanya Gun Wook panik
“Naik kereta saja, ini tidak jauh.” Kata Bo Nui, Gun Wook mengangguk mengerti. Bo Nui pun
menawarkan diri untuk menemaninya.
Soo Ho memainkan pulpennya dengan menatap jimat bergambar
kupu-kupu dan juga makanan dari Bo Nui. Ingatanya kembali saat berpikir melihat
hantu dan ternyata Bo Nui pagi-pagi sekali sudah datang ke kantor dan berada
diruanganya. Bo Nui beralasan karena hari pertamanya jadi ingin
membersihkan ruangan dan tak tahu kalau itu kamar Soo
Ho.
Yang keduanya ketika melihat Bo Nui masuk ke kamarnya dan terkejut berada
didepan rak bukunya, ia bertanya saat itu sedang apa. Bo Nui pun langsung
cekukan.
Akhirnya ia kembali mengambil lembaran jimat yang sudah
dibuangnya dan menjejerkan didepan meja kerjanya. Matanya terlihat seperti
memikirkan sesuatu.
Sebuah taksi membawa Bo Nui dan Gun Wook ke sebuah rumah
yang terlihat sepi. Bo Nui ingin langsung masuk rumah tapi Gun Wook malah
berhenti dan hanya menatapnya dari luar. Bo Nui menghampirinya bertanya apakah
Gun Wook merasa gugup. Gun Wook memikirkan apa yang harus dikatakan ketika
bertemu dengan ayahnya.
“Apa dia mengenaliku?” tanya Gun Wook ragu,
“Tentu saja, diakan ayah kandungmu.” Kata
Bo Nui menyakinkan lalu mengajak Gun Wook masuk.
Sesampai di dalam rumah, Bo Nui bertanya apakah ada orang
didalam. Tak ada yang menyahut. Bo Nui kembali bertanya dengan sedikit
berteriak. Seorang pria tua datang bertanya siapa yang datang. Bo Nui langsung
menyapanya menjelaskan yang ia dengar Choi Ho tinggal disini. Pria itu terlihat binggung.
Gun Wook pun memdekat memberitahu Choi
Ho yang tinggal dirumah itu lalu memberikan foto ayahnya
pada selebaran orang hilang. Tuan itu mengenal itu foto tuan Choi. Bo Nui dan Gun Wook bisa sedikit
tersenyum, Bo Nui lalu bertanya keberadan Tuan Choi sekarang, apakah ada
didalam rumah. Gun Wook ingin bergegas masuk rumah. Tuan itu memberitahu Tuan
Choi sudah tidak tinggal disini. Gun Wook terhenti dan terlihat kaget. Bo Nui bertanya
kapan Tuan Choi pergi.
Tuan itu pun mengajak Gun Wook dan Bo Nui masuk ke sebuah
ruangan, mengingat-ngingat mungkin sekitar pertengahan januari Tuan Choi sudah
pergi dari tempat tinggalnya itu. Gun Wook mulai masuk kamar yang dulu pernah
di tinggali oleh ayahnya.
“Dia sangat rajin dan tenang, sampai tidak tahu datang
perginya. Tapi dia
membersihkan semuanya. dan
pergi tanpa pesan serta barang-barangnya ditinggalkanya.” Cerita Tuan
Gun Wook melihat sebuah tas ransel yang di tinggalkan
oleh ayahnya, rasa sedihnya mulai terlihat. Bo Nui mengerti lalu memutuskan
untuk keluar dulu dan
membiarkan Gun Wook sendirian.
Ponsel Bo Nui berbunyi, Tuan Won menelpnya. Bo Nui berkata kalau sekarang bukan saat yang
tepat. Tuan Won langsung bertanya apakah Bo Nui memiliki uang.
Bo Nui heran Tuan Won tiba-tiba menelpnya hanya menanyakan itu.
“Aku kehabisan uang tunai Tapi ada barang yang ingin
kubeli.” Jelas Tuan Won
“Kenapa tiba-tiba? Apa itu barang curian?” kata Bo Nui curiga
“Tentu saja bukan. Bo Nui, kau sudah gajian, kan? aku pinjam 1 jt won. Setelah membelinya, akan langsung kukembalikan malam
ini.” kata Tuan Won menyakinkan
“Sekarang sudah malam, aku tidak
punya uang dan juga
sibuk.” Tegas Bo Nui,
Tuan Won memohon agar Bo Nui tak menutup telpnya
memberitahuZaman sekarang banyak orang tidak sehat, Bo Nui berpesan agar Tuan Won menjaga kesehatanya lalu
menutup telpnya. Tuan Won pun merengek kalau memang mengkhawatirkan dengan
kesehatannya maka pinjamkan uang padanya lalu berpikir akan menjual organ
tubuhnya agar mendapatkan uang.
Gun Wook menemukan sebuah buku agenda dalam tas ayahnya,
lalu membukanya ada tulisan ayahnya yang terlihat rapih.
Flash Back
Tuan Choi menuliskan buku agenda dengan foto anaknya
diatas meja.
“11 mei 2002. Kami
bicara lewat telp, katanya dia bolos latihan dan berbohong kalau perutnya sakit. Aku menjaga rahasia
itu dari ibunya. Dia sudah besar sekarang.”
Gun Wook membaca tulisan ayahnya berusaha menahan tangis
harusnya.
Tuan Choi menonton pertandingan tenis dimalam hari sambil
memakan mie ramen dan kamar yang sudah gelap dan menjerit bahagia.
“Gun Wook memenangkan
North America Open Jr. Tuan Park memberiku rekamannya, jadi aku bisa melihatnya. Walaupun
pertandingannya sudah 5 bulan yang lalu.”
Tuan Choi pergi ke warnet dengan mencatat rangking
anaknya dari layar komputer.
“Aku selalu melihat
urutan ranking dunia tiap minggunya. Hingga nama
"Choi Geon Wook" tertulis disana. Aku akan selalu
mendukungnya.”
Ponsel Tuan Choi berdering, ia mengambil pekerjaan
sebagai sopir penganti. Beberapa hari kemudian, Tuan Choi melihat tiket pesawat
dan paspornya lalu keluar dari rumah dengan wajah bahagia.
“Aku menjual
tempatku dan membeli tiket pesawat.”
Gun
Wook membaca tulisanya tak pernah merasa kalau ayahnya pergi ke Canada lalu
mencoba lembaran lain dalam bukunya
Flash Back
Gun Wook naik ke podium nomor satu menerima piala sebagai
The 15th North America Open Jr. Champion. Tuan Choi sudah membawa bunga dan bersembunyi di sebuah
sudut. Gun Wook keluar dan berjalan dilorong, melambaikan tangan Tuan Choi yang
melihatnya langsung tersenyum dan ikut melambaikan tanganya.
Tapi ketiga akan memberika bunganya, Gun Wook berlari
melewatinya dan menghampiri ibunya yang sudah menunggu diluar. Tuan Choi
melihat dari kejauhan ada pria lain yang terlihat memberikan siraman air
sebagai hadiahnya. Anaknya terlihat sangat bahagia.
“Dia terlihat
bahagia. Itu sudah cukup.” Tulis ayahnya
pada buku agendanya.
Gun Wook menangis menyesal karena ayahnya seharusnya mengatakan
akan datang menemuinya karena mereka pasti akan bertemu. Bo Nui masuk kamar
melihat Gun Wook sedang menangis, memberikan pelukan agar Gun Wook tenang. Gun
Wook terus menangis dipelukan Bo Nui.
Soo Ho dengan wajah serius pergi ke toko buku dan
mencari-cari di rak buku yang berjejer dan langsung mengambil banyak tumpukan
buku berjudul “complete book of fortune
telling”, “the meaning of furtune” seperti mencari semua buku yang
berhubungan dari ramal meramal.
Bo Nui dan Gun Wook kembali ke Seoul denga mengunakan
bus, Gun Wook terus menatap keluar jendela dengan mendekap tas milik ayahnya.
Bo Nui menyakinkan kalau sekarang Ayah Gun Wook pasti
baik-baik saja di suatu tempat dan menyuruhnya untuk
tidur saja nanti akan dibangunkan kalau sudah sampai.
Gun Wook tersenyum lalu membaringkan kepalanya di pundak
Bo Nui, seperti seorang bayi. Bo Nui terlihat ikut khawatir, tiba-tiba bus
berguncang dan barang Bo Nui jatuh. Bo Nui kaget melihat cermin yang retak,
ketika ingin mengambilnya Gun Wook sudah tertidur pulas di pundaknya jadi tak bisa bergerak.
Soo Ho pergi ke meja Bo Nui melihat semua patung-patung
yang berjejer, dan memeganganya dengan pikiran seperti mengartikan semuanya.
Lalu melihat ada buku yang terselip surat pengunduran dirinya. Dibaliknya
tertulis “Harimau Zeze”
Di balikanya ada deretan nama dari bagian R&D dengan
tanda silang, lalu dibaliknya juga diberi tanda silang, beberapa lembar juga
mengunakan diberika tanda silang, Di lembaran akhir Soo Ho melihat.
“Je Soo Ho, 86,
tiger, gagal” Mata Soo Ho melotot tajam,
Soo Ho mondar mandir dalam ruanganya, mengingat Ketika
bertemu ditaman, Bo Nui memberikan sebuah jimat
keberuntungan. Lalu menuliskan dalam pikiranya. “Dia selalu menggunakan
jimat.”
Lalu ketika tanganya terluka, Soo Ho melihat sekeliling
rumah Bo Nui yang ditempat jimat dan pernak pernik barang keagaaman serta
burung hantu. “Percaya takhayul Jadi dia sangat percaya
takhayul.”
Ketika mengantarnya kerumah saat mabuk, Bo Nui merangkul
dilehernya dan tak akan melepaskanya. “Dia mencari... harimau”
Lalu terakhir kali Bo Nui memintanya agar bisa tidur
denganya. “Dia tidak menyukaiku, tapi harus tidur
denganku.”
Soo Ho mulai membuat bagan dikepalanya “Jimat -> Takhayul
-> Macan -> Bercinta.” Dan yang
terakhir Bo Nui mengatakan harus Soo Ho yang tidur denganya, dalam pikiran Soo
Ho itu sebuah “Pengorbanan” Ia sudah ada didalam mobilnya dengan mengendarai mobilnya
yang sangat kencang dan menyalip-nyalip.
Bo Nui dan Gun Wook akhirnya sampai rumah. Gun Wook
merasa tak enak hati karena sudah merepotkan Bo Nui. Bo Nui hanya tersenyum
menyuruh Gun Wook untuk segera masuk saja.
Gun Wook akan masuk lalu berbalik dan memeluk Bo Nui mengucapkan
terimakasih. Bo Nui tersenyum,menepuk punggung Gun Wook untuk segera masuk ke
dalam rumahnya.
Ponsel Bo Nui bergetar terlihat nama Soo Ho yang
menelpnya, beberapa saat kemudian Bo Nui berlari ke taman dan melihat Soo Ho
turun dari mobilnya dan langsung menghampirinya. Soo Ho langsung meminta
Bo Nui untuk Jawab
pertanyaannya dengan
jujur. Bo Nui terlihat binggung.
“Berjanjilah! Akan mengatakan yang sebenarnya.” Teriak Soo Ho, Bo Nui pun berjanji.
“Saat itu.. Kau bilang harus aku, kan? Hanya boleh aku. Apa Karena lahir di tahun harimau?”
ucap Soo Ho, Bo Nui terdiam keduanya saling menatap, suasana terlihat sangat
tegang.
“Jadi... selama ini, bukannya mengorbankan wanita, malah mengorbankan hewan, kau mengorbankanku karena aku
macan?” kata Soo Ho, Bo Nui menatap Soo Ho dengan mata berkaca-kaca
meminta maaf karena tidak memberitahunya
“Kalau aku memberitahumu, kau pasti akan menganggapku gila.” Ucap Bo Nui
“Kau lebih menakutkan dari yang
kukira. Memanfaatkan
orang lain itu menyenangkan? Sejak
kapan? Di kasino? Saat demo? Apa Saat perekrutan pegawai?! Ini bukan permainan dan lelucon, apa kau pikir aku orang baik? Apa alasannya kau melakukan hal
gila seperti
ini? Kenapa?” teriak Soo Ho benar-benar marah
Gun Wook tiba-tiba datang membela Bo Nui kalau Soo Ho
sudah keterlaluan. Bo Nui meminta Gun Wook tak melakukanya. Soo Ho tak
peduli menurutnya ini bukan urusan Gun Wook jadi menyuruh pergi saja.
“Lalu kenapa? kalian belum
bercinta, dan
kalian tidak pacaran. Kenapa
kau marah? Jangan
bilang... kau berpikir dia
itu mencintaimu?” ucap Gun Wook lalu menarik tangan Bo Nui untuk pergi.
Bo Nui pun mengikuti Gun Wook tapi tatapan mengarah pada
Gun Wook hanya diam menatapnya.
Di sisi taman lainnya, Bo Nui menlepaskan tangan Gun Wook
menyuruhnya untuk pergi lebih dulu saja. Gun Wook tak percaya Bo Nui
menyuruhnya, Bo Nui merasa tidak bisa membiarkannya begini dan akan kembali untuk menjelaskannya Bahwa ini demi Bo Ra.
“Lalu? Orang itu akan melakukan
yang noona
mau? Coba Lihatlah sikapnya itu! Apapun yang noona katakan, dia tidak akan didengar. Dengan kau Kembali kesana hanya akan memperkeruh masalah.” Kata Soo Ho ingin menariknya.
“Aku kesana untuk mendengarkannya. Seperti apapun marahnya dan seberapapun marahnya. Asalkan dia bisa memaafkanku
setelah melampiaskannya
padaku. Tidak
apa-apa, jika dia mengumpat "Gila",
"Sinting", "Idiot", aku sudah sering mendengarnya.” Ucap Bo Nui menyuruh masuk saja karena pasti lelah dan
tidak memikirkanya lagi lalu berlari meninggalkan Gun Wook
Soo Ho sudah duduk didalam mobilnya, mengingat kembali
ucapan Gun Wook “Kalian belum
bercinta, dan juga tidak pacaran. Kenapa kau marah? Jangan bilang... kau pikir dia mencintaimu?”
Soo Ho hanya bisa tertunduk dengan ingin menyalakan
mobilnya, ketika itu tatapan terlihat kaget. Bo Nui datang kembali berlari
menemuinya. Soo Ho seperti tak percaya Bo Nui kembali menemuinya.
[Prolog : Arti dari jimat.]
Soo Ho mengambil gambar jimat yang ditemukan pada buku
dan juga dibawah mejanya, lalu mencarinya di internet. Kertas yang berbentuk
panjang berartikan “Penangkal keburukan” lalu mencari dilayar sebelahnya dengan keyword “Jimat
Kupu-kupu” lalu melihat keduanya bersamaan.
Jimat persegi panjang bertuliskan “Arti : menangkal
hawa jahat yang akan mengganggu keinginanmu.” Lalu jimat kupu-kupu “Arti : seperti bunga yang menggoda kupu-kupu dengan aromanya.” Soo Ho
kaget karena artinya Jimat
untuk menggoda laki-laki.
bersambung ke episode 6
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
aduuh semangaat ka deee... makin seru aja...
BalasHapusLucu bngt liat so ho.... love
BalasHapusMksh mbak dyah deedee
Love love love... gomawo mba dee sinop y... fighting!!!
BalasHapusLove love love... gomawo mba dee sinop y... fighting!!!
BalasHapus