Bo Nui berkomentar
Soo Ho itu ternyata lebih baik dari yang dipikirkanya. Soo
Ho mengeluh Omong kosong apa yang dibicarakan. Bo Nui menjelaskan kalau Soo Ho berpikir dirinya
sekarat jadi merasa kasihan dan menyetujui syarat yang konyol. Soo Ho mengomel ternyata Bo Nui itu tahu kalau itu
konyol.
“Kau khawatir dan membawakan ku obat. Kau tidak mahir berkelahi,
tapi kau melakukannya untuk melindungiku... Kau
sebenarnya baik. Kalau
kau bicara sedikit lebih baik, maka kau
akan menjadi pria sempurna.” Saran Bo Nui. Soo Ho
sempat terdiam mendengarnya.
“Waktunya.... Sudah lebih 1 jam 20 menit. Batalkan kencan besok dan
tambahkan 1 jam 30 menit... ke
kencan hari sabtu depan. Sampai jumpai minggu depan.” Kata Soo Ho buru-buru keluar.
“Bisakah kita... menggunakan waktu itu sekarang? Maksudku 1 jam 30 menit. Mari kita gunakan sekarang. Tidurlah denganku, Tuan... Je Soo Ho.” Kata Bo Nui dengan penuh pengharapan.
Gun Wook kembali kerumah mengambil air minumnya dalam
kulkas, lalu teringat sesuatu dan keluar rumah. Didepan apartment melihat
bungkus es yang sudah rusak dan mencair.
Soo Ho terlihat masih kaget memastikan bertanya apa yang
dikatakan Bo Nui tadi. Bo Nui mengulang Soo Ho yang tak punya banyak waktu, jadi apabila Soo Ho bermalam dirumahnya maka kontrak mereka akan diakhiri dan mereka tak perlu kencan lagi, Soo Ho menahanya
sebentar berjalan mendekati Bo Nui.
“Jadi maksudmu....bukan sekedar
tidur. Tapi
tidur bersama seperti pasangan pria dan wanita?” kata
Soo Ho binggung, Bo Nui mengangguk, Soo Ho terdiam terlihat shok
“Apa hotel dengan pemandangan indah tadi cuma alasan? Apa Dari awal semua ini tujuanmu?” kata Soo Ho
“Iya benar... Sejak aku mengajakmu berkencan inilah tujuanku.” Akui Bo Nui
“Oh, jadi......alasanmu mengajakku
berkencan dan
menabrakku saat mabuk, karena
ini rupanya. Apa kau
maniak? kau
bilang, tak suka padaku dan kencan ini bohongan. Tapi kau ingin tidur denganku, Pada kencan pertama?” jerit Soo Ho kaget. Bo Nui membenarkan
“Harusnya bilang dari awal, Supaya aku tidak tanda tangan.” Kata Soo Ho merasa menyesal
“Tak bisakah... kau anggap saja aku orang asing? Anggap saja aku orang yang kau jumpai di club. Aku dengar pria menganggap hal seperti ini sebagai olah raga.” Ucap Bo Nui terdengar polos, Soo Ho berteriak tak
percaya.
‘Aku......tidak bohong dan
bercanda. Aku
bersungguh-sungguh.” Kata Bo Nui terdengar
sedikit bergetar, Soo Ho mengatupkan mulutnya seperti tak bisa berkata-kata
lagi.
“Hal ini memang bisa terjadi,tanpa
rasa suka dan cinta, kau
mengikuti hasrat tubuhmu. Zaman
sekarang sudah tidak aneh. Entah
kau maniak atau penggila pria, aku
tahu tak berhak untuk
mengkritikmu. Tapi,
tidak denganku. Terserah
sebebas apa hidupmu, tapi aku tidak begitu. ”tegas Soo Ho lalu berjalan
pergi.
Bo Nui memohon, Langkah Soo Ho pun terhenti lalu
membalikan badanya. Bo Nui langsung berlutut, lalu bertanya kalau ia sudah
melakukan hal ini maka Soo Ho masih tak mau menerimanya. Soo Ho melonggo
melihatnya. Bo Nui berjanji akan melakukan apapun, yang dinginkannya. Soo Ho binggung kenapa Bo Nui bisa seperti
ini.
“Kau bilang ini bukan permintaan terakhirmu. Kalau memang karena hasrat seksualmu yang mengebu-gebu, cari
pria lain. Diluar
sana pasti banyak yang
mau
tidur denganmu.” Kata Soo Ho berjalan keluar
pintu.
“Harus dirimu.... Harus, denganmu.” Ucap Bo Nui dengan mata berkaca-kaca
Soo Ho kembali berhenti melangkah, lalu menatap Bo Nui
dengan mata berkaca-kaca menatapnya, sambil berlutut memohon. Tapi akhirnya Soo
Ho memilih untuk keluar dari kamar, menyandarkan kepala di dinding seperti
kebinggungan dengan keadaanya, Bo Nui masih tetap berlutut terlihat sedih. Soo
Ho pun pergi meninggalkan rumah Bo Nui.
Soo Ho menyetir mobilnya dengan tanganya yang masih
bertuliskan kalimat cina, tatapanya masih kebinggunga. Pikiran kembali
mengingat ucapan Bo Nui “Harus dirimu.... Harus, denganmu.” Ia mencoba
menenangkan diri dengan menghembuskan nafasnya dan membuka pintu jendelanya.
Bo Nui mengajak pijakan dinding dan melihat kebawah,
kembali mengingat ucapan sinis Soo Ho padanya “Apa kau maniak? Terserah sebebas apa
hidupmu, tapi aku tidak begitu.”
“Aku juga ingin kencan normal dengan orang yang kusuka.” Ucap Bo Nui berbicara sambil menatap langit.
Di sebuah club
Soo Ho mendekati Ryang Ha yang sedang mengoda pada
wanita, Ryang Ha kaget melihat Soo Ho yang datang lalu memperkenalkan pada para
wanita kalau Soo Ho itu temanya sambil mengejek kalau dirinya itu lebih tampan
di banding Soo Ho.
“Disini berisik dan bau rokok, apa tak
ada tempat lain?” tanya Soo Ho seperti tak
nyaman, Ryang Ha mengatakan tidak ada.
Ryang Ha kembali mengoda wanita untuk mengajak jalan
berdua. Soo Ho langsung menarik temanya ke tempat lain. Ryang Ha meminta semua
wanitanya menunggu karena akan segera kembali lagi.
Bibir Soo Ho manyun duduk disamping temanya. Ryang Ha bertanya
ada masalah apa,Soo Ho mengeluh memangnya ia selalu mencarinya cuma
kalau ada masalah. Ryang Ha mengatakan kalau
Soo Ho itu tak bisa berbohong padanya Tiba-tiba bertanya keberadan dirinya
“Kau datang ke club yang kau
benci, biasanya
cuma minum soda... sekarang
kau minum alkohol, pasti
ada masalah.” Ucap Ryang Ha melihat temannya minum
wine.
“Tidak ada masalah.” Kata Soo Ho tetap menyembunyikanya, Ryang Ha menebak
masalah Sul Hee, Soo Ho mengatakan bukan.
“Saat wanita dalam kenangan muncul kembali, menyebalkan rasanya.” Komentar Ryang Ha, Soo Ho menegaskan bukan itu.
Soo Ho tiba-tiba menatap temanya dengan wajah serius,
Ryang Ha sudah siap mendengarnya. Soo Ho mengurungkan niatnya. Ryang Ha kesal
sendiri karena temanya bikin emosi saja dengan wajah cemberut. Soo Ho dengan
cepat berbisik menanyakan pendapat Ryang Ha alasan Wanita mengajak tidur. Ryang
Hae tak percaya wanita bisa berpikir begitu, Soo Ho mengaku benar-benar tak
mengerti.
“Kau tidur dengan wanita? Jadi Kau tidur dengan wanita?” jerit Ryang Ha, Soo Ho panik langsung menutup mulut
temannya agar tak berteriak
“Temanku ini... Punya kesempatan untuk...” teriak Ryang Ha mencoba melepaskan tangan temanya, Soo
Ho meminta temanya diam dan kembali duduk.
“Jadi... wanita itu mengajakmu
menghabiskan malam
bersama? Tapi kau
menolak, dasar pria bodoh” komentar Ryang Ha
“Siapa yang bodoh?! Aku biadab namanya kalau melakukannya tanpa rasa suka.” Balas Soo Ho
“Aku tak percaya ada wanita yang mau denganmu. Ini Menarik sekali. Apa dia mabuk?” kata Ryang Ha, Soo Ho menjawab tidak
“Apa Dia sedang pakai obat?” tanya Ryang Ha, Soo Ho menjawab tidak
“Apa Dia cantik?” tanya Ryang Ha, Soo Ho langsung menjawab “ya” lalu
menjerit merasa terjebak dengan pertanyaan Ryang Ha.
Ryang Ha berkomentar temannya sudah
melukai wanita itu, Soo Ho sempat tak peraya. Ryang Ha
menyakinkan lalu memperlihatkan pada ruangan
dance banyak wanita cantik,
menurutanya semabuk apapun mereka tak akan ada yang mendekati Soo Ho.
“Meski orang zaman sekarang lebih terbuka, tak mudah bagi wanita untuk mendekati pria. Apalagi saat sadar.” Jelas Ryang Ha, Soo Ho terdiam mengingat permintaan Bo
Nui untuk tidur denganya,
“Dia sadar, tapi tidak malu.” Kata Soo Ho, Ryang Ha tak percaya dan memastikan kalau
bukan Sul Hee yang dikenalnya. Soo Ho geram mendengarnya.
“Kalau Bukan, Lalu siapa? Ahh.. Bo Nui? Dia itu sekarat. Dan Itu permintaan terakhirnya?” ucap Ryang Ha menebak
“Dia tidak sekarat, bodoh.” Balas Soo Ho, Ryang Ha pikir bersyukur mendengarnya
tapi masih binggung alasan mengajaknya.
Soo Ho berteriak berusaha menyangkal kalau bukan Bo Nui
yang mengajaknya, Ryang Ha seperti sudah mengenal temanya kalau berbohong, lalu
menasehati tak perlu takut karena memang awalnya
semua juga takut dan ia juga awalnya merasa
takut karena bukan hal yang biasa jadi
wajah kalau memang takut.
“Aku selalu berharap kau punya pengalaman pertama yang indah.” Goda Ryang Ha sambil memeluknya, Soo Hoo menyuruh Ryang
Ha menyingkirkan tanganya karena panas.
“Apa Kau butuh saran?” tanya Ryang Ha mengoda. Soo Ho mendorong mulut temannya
untuk tak membahasnya lagi.
Bo Nui masih berada di atap rumah, Gun Wook datang
bertanya apa yang sedang dilakukanya. Bo Nui melihat Gun Wook mengaku sedang
mencari udara segar. Gun Wook
bertanya apakah Soo Ho sudah pergi, Bo Nui mengangguk.
“Kenapa? Apa Dia cari masalah denganmu? Apa Dia melakukannya setelah aku
pergi?” kata Gun Wook panik, Bo Nui mengatakan tidak
“Tidak apanya? Kelihatan dari wajahmu.” Ucap Gun Wook,
“Ahh.. Tidak.. Aku yang terlalu memikiran diri sendiri.” Ucap Bo Nui
“Apa Pria barusan, lahir tahun macan?” tanya Gun Wook menebak, Bo Nui kaget Gun Wook bisa
mengetahuinya.
“Apa tujuanmu? Apa sebenarnya yang kau inginkan dari pria kelahiran tahun macan?” tanya Gun Wook penasaran , Bo Nui dengan jujur menjawab
kalau harus tidur denganya.
Gun Wook tak percaya menyuruh Bo Nui tak bercanda, Bo Nui menjelaskan ia harus
tidur denganya Supaya Bo
Ra bisa sadar. Gun Wook binggung karena bisa ada
hubunganya dengan Bo Ra dan Kenapa harus tidur dengan pria macan, lalu menebak itu disuruh oleh peramal dan mengatakan
kalau itu tak masuk akal.
Bo Nui pikir Gun Wook juga
menganggapnya gila, Gun Wook tertunduk diam. Bo Nui membalikan badanya
mengetahui kalau ia sadar Perbuatannya ini tak masuk akal Tapi tak bisa diam saja karena menyangkut hidup matinya Bo Ra. Ia merasa sudah mengacaukan lagi dan bertanya dimana lagi mendapatkan pria
harimau dan membuat Kepalanya
mau pecah. Gun Wook menarik Bo Nui pergi, Bo Nui
bertanya kemana akan membawanya, Gun Wook hanya menjawab ke suatu tempat.
Soo Ho pergi ke toilet mencuci tanganya, terlihat tulisan
ditanganya kata-kata Bo Nui kembali terngiang “Harus
dirimu.” Lalu Bo Nui tiba-tiba datang disamping Soo Ho berbisik
“Harus denganmu.” Soo Ho
menengok melihat Bo Nui ada didekatnya, lalu menjerit kaget dan tersadar kalau
hanya bayangan,
“Tidak... dia sudah bilang... dia tak suka padaku.” Ucap Soo Ho buru-buru menghapus tulisan ditanganya agar
Bo Nui menghilang dari ingatanya.
Bo Nui melihat ke sebuah lorong yang gelap lalu bertanya
kemana mereka pergi, Gun Wook hanya meminta Bo Nui ikut saja sambil menariknya
tanganya, Lampu tiba-tiba menyala dan memperlihatkan stadion tenis dengan
bangku penonton. Bo Nui masih binggung kenapa Soo Ho mengajaknya ke lapangan
tenis.
Gun Wook menyuruh Bo Nui untuk memegang raketnya dan
mengajarkan cara mengayunkanya, setelah itu ke sisi depanya. Bo Nui berteriak
kalau tak pernah main tenis sebelumnya. Gun Wook menyuruh Bo Nui konsentrasi
saja. Bo Nui heran apa yang sedang dilakukan teman masa kecilnya. Gun Wook
mulai memberikan bola.
Bo Nui menghindarinya beberapa kali, Gun Wook menasehati Supaya
kepalanya jernih, maka harus bergerak, jadi menyuruh Bo Nui untuk percaya karena sudaha sering
melakukanya. Bo Nui akhirnya membalas bola yang dilemparkan Gun Wook dengan
berlari kesana kemari. Setelah beberapa menit, Gun Wook memuji sudah lumayan.
Lalu Bo Nui merasa Gun Wook itu sedang mempermainkannya, Gun Wook menjulurkan lidahnya, Bo Nui pun langsung
berlari mengejarnya. Gun Wook Bo Nui
yang merasa sakit kepala Jadi Kalau bergerak dan berkeringat, Nanti
bisa jernih. Keduanya kejar-kejaran berkeliling lapangan tenis.
Bo Nui terlihat sudah kelelahan akhirnya terjatuh, Gun
Wook panik menanyakan keadaanya. Bo Nui mengatakan baik-baik saja dan berusaha
berdiri. Gun Wook ingin melihat bagian lututnya, Bo Nui menyakinkan kalau
baik-baik saja. Gun Wook tetap ingin memeriksanya, Bo Nui menolaknya tiba-tiba
terlihat menahan tangisnya.
Gun Wook binggung menanyakan ada apa. Bo Nui langsung
duduk seperti berlutut, Gun Wook makin binggung melihat Bo Nui yang menangis
sambil menutup wajahnya, akhirnya ia duduk disampingnya menyuruh Bo Nui untuk
melepaskan semua tangisnya saja.
“Aku tahu betapa marahnya dirimu. Noona harus menangis, sampai lega.” Kata Gun Wook, Bo Nui pun mulai menangis walaupun
sedikit tertahan, lalu berteriak. Gun
Wook menyuruh Bo Nui untuk menangis lebih keras lagi
“Shim Bo Nui! Kau menjengkelkan!” teriak Gun Wook mencontohkan.
“Choi Gun Wook!!! Kau
bodoh!!!” balas Bo Nui ikut berteriak
“Tuan Choi Ho! Dimana kau?” teriak Gun Wook yang mencari ayahnya.
“Bo Ra!.. Bangunlah!!! Cepat bangun!!!” jerit Bo Nui sambil menangis
Soo Ho akan masuk rumahnya, penjaga menyapanya
memberitahu Ada bingkisan untuknya.
Soo Ho melihat paketnya dari Je Mul Po, yaitu ayahnya. Dengan malas Soo Ho menyuruh penjaga
untuk mengambilnya saja, Petugas tak percaya harus menerimanya lagi dan
akhirnya mengucapkan terimakasih.
Sesampai di ruang Tvnya, ia membaringkan tubuhnya disofa,
suara Bo Nui kembali terdengar “Harus denganmu” ia langsung terbangun dan membuatnya sangat kaget.
Akhirnya ia menyalakan TV dari tabnya, menonton Video permainan tenis Gary
Choi.
Mata Soo Ho terbuka lebar melihat wajah petenis Gary Choi
yang dikenalnya. Ia mengingat saat Bo Nui menyuruh Gun Wook keluar dari
rumahnya dan memastikan wajah yang sama dengan yang ada di TV.
Gun Wook dan Bo Nui berbaring di lapangan tenis, Gun Wook
menatapnya bertanya apakah merasa lebih baikan sekarang, Bo Nui mengangguk lalu
bertanya apakah Gun Wook pernah ingin kembali ke masa lalu. Gun Wook mengatakan ingin Kembali
ke sehari sebelum ke
Kanada.
“Waktu itu ayah mengajakku tidur dengannya. Tapi kutolak. Kalau noona ingin kembali saat kapan?” tanya Gun Wook
“Ke dua tahun lalu.. Saat Bo Ra mengalami kecelakaan. Seandainya... aku bisa kembali ke pagi itu, maka akan kulakukan segalanya.” Ucap Bo Nui sangat berharap.
Gun Wook menopang kepalanya menatap Bo Nui, ingin
memegang tanganya, tiba-tiba terdengar jeritan para pelajar wanita yang membuat
Gun Wook menarik tanganya kembali. Petugas dari belakang mengejarnya, tiga
pelajar mengatakan fans Gary dan meminta tanda
tangannya. Bo Nui ikut bangun binggung melihat Gun
Wook dikerubungi banyak pelajar.
Petugas meminta maaf pada Gun Wook karena salah satunya
itu anak bungsunya yang suka bermain tenis dan mau melihatnya dari jauh saja.
Gun Wook pun tak masalah lalu memberikan tanda tanganya. Bo Nui masih saja
binggung, melihat tiga pelajar langsung pergi setelah mendapatkan tandatangan.
“Aku mencintaimu Gary Choi!” teriak tiga pelajar meninggalka lapangan tenis, Gun
Wook memberikan semangat agar Latihan yang keras!
“Gary Choi?!!! Kau... Kau ini... Gary Choi?!!!” ucap Bo Nui kaget, Gun Wook hanya tersenyum membenarkan
Dilayar TV masih terlihat wajah Gary Choi, Soo Ho menatap
ke jendela terlihat merenung. Pikiranya kembali saat ke rumah Bo Nui yang akan
kencan. Bo Nui mengetuk pintu kamar 402, lalu memberitahu
kalau ia harus tidur dengan pria itu.
Setelah itu mereka bertemu dan Bo Nui memberitahu teman
kecilku, dan
bersikap agak berlebihan. Gun Wook mengaku kalau sikapnya tidak
berlebihan. Soo Ho hanya terdiam ternyata Gary Choi
adalah teman Bo Nui bahkan tetangga.
Bo Nui dan Gun Wook menuruni tangga berjalan kerumahnya,
Bo Nui mengeluh Gun Wook yan sangat hebat bisa membodohiya. Gun Wook hanya mengingat sebelumnya kalau dirinya itu
sangat terkenal. Bo Nui pikir hanya bisa saja tak seperti yang diduganya
sekarang. Gun Wook merasa lebih baik Bo Nui itu mengatakan kalau tak tertarik
denganya
“Noona tak pernah Tanya pekerjaanku, Seharusnya aku yang marah.” Kata Gun Wook cemberut
“Kukira kau pengangguran. Kerjamu cuma keluyuran pakai topi dan sandal.” Balas Bo Nui membela diri
“Aku sengaja, soalnya kalau orang tahu bisa heboh. Kau Lihat tadi, kan? Sulit menyembunyikan ketampananku.”
Kata Gun Wook bangga
“Hei.... Jadi Puku-ku adalah Gary Choi?” ejek Bo Nui
Gun Wook merasa kalau tadi bermain serius maka Bo Nui
pasti luka parah. Bo Nui pun
mengucapkan terimakasih, Gun Wook pikr bukan masalah untuknya, Bo Nui
berterimakasih karena Gun Wook tumbuh dengan baik. Gun Wook menatapnya, Bo Nui heran kenapa ia harus bangga
karena Gun Woo tumbuh dengan baik.
“Aku menghasilkan banyak uang. Jadi Jangan khawatir, noona bisa bergantung padaku. Bilang saja kalau butuh apa-apa.” Kata Gun Wook membanggakan diri, Bo Nui langsung
menolaknya dan pergi, tapi berhentikan langkahnya.
Gun Wook pikir Bo Nui itu menginginkan sesuatu darinya,
Bo Nui mengingat tentang Mengenai tentang harimau kanada, Gun Wook terlihat hilang
semangat. Bo Nui akhirnya mengurungkan niatnya memilih untuk mengajak mereka
pulang saja.
Bo Nui duduk di meja kerjanya membuka buku agendanya dan
tertulis (Je Soo Ho
lahir tahun 1986, tahun harimau.) dibawahnya ia menuliskan (Gagal mencari macan lain) setelah itu
mengambil amplop dan menuliskan (Surat Pengunduran Diri)
Pagi hari
Semua menyapa selamat pagi pada pegawai yang baru datang,
Seung Hyun memanggil Bo Nui untuk memeriksa grafis buatanya. Bo Nui melihat dilayar komputer dari pakaian
yang dibawat Seung Hyun dengan badan dan wajah Gary Choi sebagai model dari
games mereka. Seung Hyun menanyakan pendapat Bo Nui.
“Seung Hyun, apa kau pernah melihat Gary Choi?” tanya Bo Nui
“Apa maksudmu? Tentu saja aku sering melihatnya.” Kata Seung Hyun memperlihatkan layar monitor dengan
foto-foto Gary, Bo Nui mengerti.
“Kenapa? Apa Tidak mirip? Atau menurutmu Aneh?” tanya Seung Hyun, Bo Nui mengatakan tidak seperti itu
dan ingin memberitahu
Seung Hyun melihat Soo Ho datang langsung menyapanya, Soo
Ho tak mau menatap semua pegawai langsung menutup wajahnya menyuruh untuk membatalkan
rapatnya dan melanjutkan kerja mereka, lalu buru-buru masuk ruangan dan menutup tirai.
Setelah itu mengatakan dengan yakin kalau tadi
kelihatan normal.
Bo Nui mengeluarkan amplop Surat
Pengunduran Diri dari tasnya, Soo Ho
mengintip dari balik tirai matanya langsung melotot melihat Bo Nui yang
berjalan kearah ruangannya. Ia berjalan mundur dan membentur meja panik karena
Bo Nui malah datang ke ruangannya. Pertama-tama ia berpura-pura duduk tapi akhirnya
loncat mengangkat telpnya yang tak berdering. Ketukan pintu terdengar, Bo Nui
membuka pintu dan melonggokan kepalanya.
“Hei.. Tidak masuk akal! Kenapa servernya tidak stabil? Ulah siapa itu?” teriak Soo Ho lalu memberitahu Bo Nui kalau ia sedang
menerima telp.
Bo Nui kembali menutup pintunya, Soo Ho merasa kalau
tingkahnya tadi memang normal. Ponselnya berbunyi membuatnya kaget, ketika
melihat ibunya yang menelp memilih untuk merejectnya.
Soo Ho keluar dari ruangan, matanya sempat melihat Bo Nui,
saat itu Bo Nui mengambil surat tap Soo Ho buru-buru keluar dari ruangan
seperti menghindarinya. Beberapa saat kemudian Soo Ho baru saja keluar dari
toilet, tiba-tiba dikagetkan dengan suara Bo Nui yang memanggilnya.
“Apa Bisa bicara sebentar?” tanya Bo Nui
“Aku ada rapat penting.” Kata Soo Ho lalu berjalan lurus
“Presdir... Ruang
rapat di sebelah sini.” Kata Bo Nui menujuk ke arah
kiri
“Ah.. yah... Kartu pengenalku jatuh.” Ucap Soo Ho beralasan lalu berbelok ke kiri
Soo Ho mengintip dari lubang-lubang dinding ke dalam
ruangan kantornya, Bo Nui datang dengan kotak berkas bertanya Presdirnya ingin
mencari siapa. Soo Ho menjawab “ Shim Bo....” ketika menengok menyadari Bo Nui
sudah ada depanya.
“Apa Kau menghindariku?” tanya Bo Nui, Soo Ho menyangkal menurutnya untuk apa
melakukanya.
“Seharian ini.. kita tak bisa bertemu sama
sekali.” Kata Bo Nui
“Aku tidak memperhatikannya. Ada yang ingin kau katakan, kan? Aku juga. Datang ke ruanganku.” Kata Soo Ho tak bisa menghindarinya.
Soo Ho duduk dengan gelisah dikursinya dengan mengubah
tempat duduknya, Bo Nui mulai bicara meminta maaf tentang kemarin lalu
mengeluarkan suara pengunduran dirinya, Soo Ho melirik sinis lalu bertanya
apakah Bo Nui Sudah bosan kerja di
zeze. Bo Nui menjawab tidak. Soo Ho menatap Bo Nui dengan tatapan sinis.
“Setelah kejadian kemarin... mana bisa aku melihat wajahmu?” akui Bo Nu
“Kenapa memangnya? Tidak terjadi apa-apa kan Apa kau masih ada rasa atau mungkin tujuan lain?” kata Soo Ho
“Tidak, bukan begitu. Aku...karena terlalu putus asa akhirnya melakukan kesalahan.” Akui Bo Nui menyerahkan surat pengunduran dirinya.
Soo Ho langsung mengambilnya dengan memalingkan wajahnya
mengatakan Bo Nui itu melarikan diri. Bo Nui mengatakan ingin
bertanggung jawab. Soo Ho pun menatap Bo Nui
mengapa tak memberitahu kalau Gary Choi itu adalah tetangganya. Bo Nui binggung
Soo Ho bisa mengetahuinya, Soo Ho pun sudah menduganya, Bo Nui heran karena
menurutnya bukan seperti itu.
“Kau orangnya bertanggung jawab, kenapa merahasiakan info sepenting ini? Aku tahu, kau sudah tak peduli pada
"IF". Tapi
bagaimanapun kaulah yang
membuat "IF". Kau
tahu sepenting apa peran Gary
Choi untuk "IF".” Ucap Soo Ho
“Tidak, aku baru tahu semalam.” Kata Bo Nui
“Kapan kau tahu, dia teman atau pacarmu itu tidak penting. Bawa Gary Choi kemari. Jadikan dia model kita. Itu namanya tanggung jawab, kau paham?” tegas Soo Ho mengembalikan surat pengunduran diri.
Bo Nui melihat Soo Ho yang memalingkan wajahnya, lalu
bertanya apakah Soo Ho merasa baik-baik saja. Soo Ho bertanya apa maksudnya. Bo
Nui mengatakan dengan Melihatnya, lalu bertanya pakah Soo Ho merasa Tak
tidak nyaman?
“Kemarin aku sudah bilang... Aku menghormati kehidupan pribadimu, jadi itu tak ada hubungannya denganku.” Ucap Soo Ho, Bo Nui
bisa mengerti
“Masalah Gary Choi, berusahalah
sendiri. Perusahaan
akan mendekatinya lewat
jalur resmi.” Jelas Soo Ho, Bo Nui pun mengerti
“Presdir... Aku menyukai
"IF". Aku
yang membuatnya, manamungkin tak peduli? Tapi disini kan Zeze. Orang-orangnya hebat dan
berbakat. Aku
merasa lancang... jika
harus menyuruh-nyuruh mereka. Tapi... Aku sangat berharap
"IF" berhasil. Dengan
begitu orang-orang
bisa merasakan kehidupan
terbaik melalui game Itulah
tujuanku saat
membuat "IF" Aku
senang bisa membantu. Aku
pasti akan meyakinkan dia.” Ucap Bo Nui
mengutarakan semuanya sebelum pergi.
Soo Ho tersenyum setelah Bo Nui pergi, lalu berusaha
menyadarkan diri kalau sifatnya yang harus ditampilkan itu sebagai orang yang
dingin.
Sul Hee masuk gedung dengan petugas yang membawa sofa dan
meminta agar dibawa ke lantai 4, ponselnya berdering memberitahu kalau ia sudah
ada dilobby. Ryang Ha yang melihat wanita cantik langsung menyapanya dengan
bertanya pindah ke lantai berapa. Sul Hee tak mengubrisnya melambaikan tangan
pada orang yang baru datang.
Kurir menurunkan kotak-kotak yang dipesannya, Sul Hee
binggung karena seharusnya dibawa ke atas, kurir mengatakan hanya bisa sampai
lobby. Ryang Ha menambahkan Tak boleh masuk tanpa kartu. Sul Hee binggung karena tak mungkin membawanya, Ryang Ha
menyarankan agar meminta bantuan pada rekan kerjanya. Sul Hee mengatakan belum
punya rekan kerja lalu bertanya apa yang harus
dilakukanya, seperti memberikan kode
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Gumawo sinopnya mba dee...fighting!!!
BalasHapus