Ditaman, Hae Young dan Do Kyung berjalan dengan
bergandengan tangan, lalu keduanya tak malu untuk berpelukan, saling menatap
bahagia dan kembali bergandengan tangan. Hae Young tak bisa menutupi rasa
bahagia, dengan memeluk pinggang Do Kyung erat-erat. Keduanya pun kembali
berpelukan, seperti melampiaskan kerinduan.
Keduanya tertawa bahagia, Do Kyung mengajaknya untuk
pergi tapi Hae Young mengeleng tetap ingin tinggal. Keduanya saling berpegangan
dua tangan, sambil bertertawa menyusuri jalan ke rumah Do Kyung, Hae Young
melingkarkan tanganya di pinggang Do Kyung dan menarik tangan Do Kyung untuk
memeluknya dan kembali berjalan bersama-sama. Keduanya kembali berpelukan.
Hae Young berdiri dengan bersadar di dinding seperti saat
bertengkar dengan Do Kyung sebelumnya dan berciuman, Do Kyung tertawa
mengingatnya, keduanya berpelukan kembali, Hae Young merasa Do Kyung seperti
obat karena dirinya merasa baikan, dengan menaruh tangan di
dahinya kalau Demamnyajuga sudah turun. Do Kyung tersenyum lalu memberikan kecupan di bibir Hae
Young, keduanya pun kembali berpelukan.
Hae Young dan Do Kyung sudah ada di taman dengan tangan
Do Kyung yang memeluk erat pinggang Hae Young didepanya. Hae Young mengelus
tangan Do Kyung yang memeluk pinggangnya, lalu membalikan badanya mengatakan Banyak
yang sudah dialami Do Kyung jadi ia mengucapkan Terima
kasih atas usaha Do Kyung.
“Kita berdua.... Kita berdua sudah berusaha keras. Jika kau tidak mengejarku, kita pasti akan berpisah
selamanya.... Terima
kasih... Kupikir kau membuatku minta maaf
setengah hati dan kau pergi begitu saja.” Ucap Hae
Young, Do Kyung teringat dirinya terkapar di aspal dengan berlumuran darah.
“Aku sudah memikirkannya. Bagaimana jika aku mati? Jika aku melihat kenangan ini sewaktu aku mati. Kesimpulanku adalah... ini semua
bukan apa-apa., Aku tak boleh ragu dan akan
menuruti kata hatiku. Janganlah
menahan diri serta lalui saja.” Ucap Do Kyung
‘Aku suka kalimat itu.... "Aku akan menuruti kata
hatiku. Janganlah
menahan diri serta lalui
saja. " “ ungkap Hae Young lalu kembali
membalikan tubuhnya dengan memegang tangan Do Kyung yang terus memeluknya.
“Semua pria yang kukenal itu menyedihkan. Ada Pria yang
akan mempermainkan wanita maka Aku
yang akan berhati-hati. Ada Pria yang
akan mencampakkan wanita karena malu
atas kekurangannya. Tak pernah ada pria yang membuat hatiku tergerak karena pria itu berani mengisi hatiku. Aku dulu tak berperasaan tapi sekarang aku sangat senang.” Akui Hae Young mendengan menyenderkan kepalanya pada
pundak Do Kyung. Do Kyung pun semakin mengeratkan pelukanya.
“Jika aku melihatmu ragu-ragu lagi. Aku akan membunuhmu.”ancam Hae Young, Do Kyung mempersilahkanya.
“Jika kau terus bilang iya tapi
nyatanya tidak, aku tidak akan memaafkanmu.” Kata Hae
Young, Do Kyung berjanji tidak akan begitu.
Hae Young mengatakan kalau ia akan begitu, Do Kyung
menantang menyuruh Hae Young lakukan saja seperti itu kalau memang bisa. Hae
Young tersenyum karena memang dirinya selalu mengungkapkan seluruh hatinya
secara blak-blakan.
[Episode 14: Abaikan Semua Suara yang Bukan Suara Cinta]
Di depan rumah
Hae Young dan Do Kyung saling berhadapan sambil
berpegangan tangan, keduanya saling menatap tak bisa menutupi rasa bahagia. Do
Kyung terus memegang tangan Hae Young seolah-olah tak mau berpisah. Hae Young
menariknya masuk ke dalam rumah, Do Kyung tersenyum dengan tingkah gila
pacarnya.
Tapi setelah itu Do Kyung mengalahkan mundur, Hae Young
tak ingin melepaskanya terus memegang erat tanganya, Do Kyung terus berjalan
mundur agar Hae Young bisa masuk, tapi Hae Young tetap memegang tanganya.
Sampai akhirnya Do Kyung berusaha keras melepaskanya dan melambaikan tanganya
sebagai salam perpisahan.
Hae Young pun melambaikan tangan sambil berjalan mundur,
Do Kyung terus melihatnya agar Hae Young bisa masuk ke rumah. Hae Young masih
melambaikan tanganya pada Do Kyung yang berjalan meninggalkan rumahnya,
keduanya salin mengintip sampai Do Kyung tak terlihat dan Hae Young masuk
kedalam rumah.
Hae Young berbaring di lantai tak bisa menahan tawa
bahagianya, bisa kembali dengan Do Kyung. Akhirnya ia menjerit dan bergulingan
di lantai kesana kemari karena saking bahagianya, dan mengetukan kakinya ke
lantai.
Ia duduk mengambil boneka tawanya dan menyalakanya, si
boneka tertawa sambil mengerakan tanganya, Hae Young pun mengikutinya dengan
tertawa mengoyangkan tanganya. Ketika boneka jatuh sambil bertawa, Hae Young
juga mengikutinya dengan mengoyangkan kakinya dan menjerit bahagia.
Ibu Hae Young dan suaminya pulang kerumah dengan wajah
panik, lalu melihat anaknya yang sudah duduk dimeja makan dengan menyendok
nasinya. Hae Young melihat kedua orang tuanya mengeluarkan sendok dari
mulutnya. Ibunya langsung memukul anaknya bertanya darimana mana saja. Suaminya
pun menahan istrinya agar tak kalap.
“Kami sudah memeriksa atap dan tangga Rumah Sakit!
Kami kira kau sudah mati! Darimana
saja kau?” teriak Ibu Hae Young panik
“Aku pulang karena sudah merasa baikan.” Ucap Hae Young
“Kau harusnya beritahu kami kalau mau pulang!” teriak Ibu Hae Young
“Aku pulang ke rumah karena tidak lihat kalian di RS.” Kata Ha Young membela diri, Ibu Hae Young memeriksa
dahi anaknya, lalu menoyornya kebelakang.
“Orang yang masih muda memang
cepat sembuh.” Komentar ibu Hae Young sinis lalu masuk
kamar. Hae Young seperti tak peduli memilih untuk makan saja dengan senyuman
bahagia.
Dokter menopang kepalanya membahas tentang pengelihatan
Do Kyung, kalau mereka berdua putus dan menyudahi semuanya, tapi pada kenyatannya berubah
kalau mereka berdua berkencan.
“Berarti penglihatanmu berubah! Ini sudah berubah! Hei! Do Kyung! Selamat! Inilah kemenangan umat manusia!” jerit Dokter bahagia sambil memeluk Do Kyung dan
memberikan kecupan di pipinya.
“Kau telah mengubah nasibmu!” teriak Dokter bahagia, terus memberikan kecupanya. Do
Kyung tersenyum menghapus bekas ciuman dokter di pipnya.
“Tapi kenapa ekspresimu begitu dan diam saja? Bukannya harusnya kau bahagia?” jerit Dokter sambil mengoyangkan tubuh dengan bahagia.
“Daripada tidak mencintainya sama
sekali, maka aku harus mencintainya sebanyak mungkin sebelum aku pergi, 'kan? Itu
akan membuat dia lebih bahagia, kan?” kata Do
Kyung
“Kau bilang Pergi? Siapa yang pergi? Kenapa kau akan mati? Ini
sudah berubah! Kenapa kau mati?” jerit Dokter panik
Do Kyung terdiam, Dokte menjelaskan kembali dalam
pengelihatanya, Do Kyung membiarkan perempuan itu pergi, maka dari itu sebabnya Do Kyung menyesal saat sedang sekarat, lalu Do Kyung menceritakan sudah berbaikan dengan
wanita itu jadi nasibnya
telah berubah. Menurutnya masa sekarangnya itu sudah
berubah, tapi kenapa masa depanya itu tidak berubah.
“Itu sebabnya ada kekurangan dalam suatu takdir dan ramalan selalu berganti. Mereka tidak bisa memprediksikan
apa isi hati kita, apa yang diperbuat oleh cinta....
LOVE!!!” ucap Dokter dengan bahagia, Do Kyung hanya diam saja
“Kenapa? Apa Kau cemas? Apa karena meninggalkan wanita yang
kau cintai? Mulai
sekarang, hanya ada satu
hal yang perlu kau lakukan Sampai
kakimu dan hidupmu lelah..., milikilah
rasa cinta.” Ucap Dokter memegang kepala Do Kyung
mendoakan, lalu menjerit kalau sangat iri sekali. Do Kyung tertawa melihat
Dokter menari-nari tapi dari wajahnya terlihat sangat cemas.
Hae Young keluar rumah membaca pesan dari Do Kyung “Kau sedang apa?” senyuman sumringah membalas “Aku mau berangkat kerja, baru jalan dari
rumah. Kau?”
Tiba-tiba Do Kyung sudah berjalan disamping Hae Young
mengatakan kalau ia juga mau berangkat kerja. Hae Young benar-benar kaget,
mulutnya melonggo ketika melihat Do Kyung sudah ada disampingnya, lalu menjerit
karena Do Kyung membuatnya kaget. Do Kyung tersenyum bahagia bisa melihat Hae
Young kembali.
Hae Young mengaku sangat menyukai karena di pagi hari
bisa langsung meihat pacarnya. Do Kyung menyuruh Hae Young segera masuk ke
dalam mobil akan mengantarnya pulang, Hae Young sperti tak percaya di pagi hari
sudah berjalan sambil berpelukan dengan Do Kyung dan mengaku sekarang bisa melakukan apa pun sekarang bahkan melakukan pembunuhan sekalipun.
Do Kyung menyuruh Hae Young sadar Hae Young menyuruh Do
Kyung memilih saja orangnya nanti akan langsung melakukanya. Do Kyung membuka
pintu mobilnya untuk Hae Young. Keduanya tersenyum bahagia meninggalkan rumah.
Soo Kyung duduk di meja makan dengan menuangkan corn
flakes untuk sarapan. Jin Sang keluar kamar sambil berbicara dengan ibunya di
telp, mengatakan kalau ia sudah mengerti dan tak pelu mengkhawatirkanya, lalu
tak lupa bilang “aku mencintaimu” sebelum menutup pintunya.
Jin Sang langsung bergoyang-goyang pinggulnya sambil
menyanyi “rooftop party”didepan meja makan. Park Hoon melihat Jin Sang memang
masih berusia tiga tahun karena Tidak ada orang dewasa yang menari setelah bangun tidur. Jin Sang menyuruh Park Hoon bertanya alasan
dirinya itu senang, Park Hoon mengeluh malas bertanya jadi lebih baik langsung
beritahu saja.
“Aku akan hidup bahagia!!! Aku
punya mimpi yang luar biasa. Ibu
menyuruhku jangan beritahu siapa pun, jadi cuma
kalian berdua yang akan
kuberitahu. Ibu
bilang ini mimpi yang luar biasa. Daebak.....” kata Jin Sang benar-benar terlihat sangat bahagia.
“Aku biasanya tidak pernah mimpi. Tapi ini pertama kalinya dalam
hidupku aku punya
mimpi yang hidup.” Cerita Jin Sang sambil
duduk terlihat binggung, Park Hoon pun bertanya apa mimpinya itu.
“Bintang-bintang di langit bersinar terang... seolah-olah tertutup emas. Tapi tiba-tiba, mereka mulai
bergerak dan
membentuk bentuk ikan. Dan
seolah-olah itu hidup dan Ekornya
selalu bergerak lalu tiba-tiba
jatuh dari langit, aku
langsung menangkapnya.” Cerit Jin Sang dengan
gambar bintang bentuk ikan di atasnya, Soo Kyung ikut mendengarnya juga
membayangkanya dengan penuh semangat.
“Apa Kau menangkapnya dan Tidak menjatuhkannya?” ucap Soo Kyung memegang tangan Jin Sang,
“Tentu saja! Aku menangkapnya Di
tanganku!! Jangan menghancurkan ikannya.” Kata Jin Sang menarik tanganya, Soo Kyung menatap
tanganya seperti terlihat bahagia.
“Pokoknya... Setelah aku terbangun dari
mimpiku dan
membuka mataku. Aku
merasa sangat
senang, namun tenang. Rasanya
seperti aku telah mendengar suara Tuhan. "Era keberhasilanmu telah
datang."” Cerita Jin Sang
Park Hoon meminta Jin Sang menjualnya seharga 5000
won. Soo Kyung mengumpat adiknya itu gila, dan memperingatkan
agar Jin Sang tak menjual mimpinya meski seharga 100 juta won. Jin Sang juga tak akan menjualnya karena yang ia dengan
arti dari mimpinya kalau ia
akan menjadi Menteri Kehakiman,
tertawa bahagia. Park Hoon menjerit menurutnya
terlalu cepat Jin Sang naik
jabatan jadi Menteri.
Di dalam mobil
Jin Sang mengajak Soo Kyung untuk bertemu saat makan
malam dan ia yang mentraktir karena ada restoran steak yang enak. Dengan bangga merasa Soo Kyung tak bisa apa-apa tanpa
dirinya dan berjanji akan selalu menjaganya. Soo Kyung hanya diam saja. Jin
Sang menyuruh Soo Kyung cepat memberitahu keluarganya, karena pasti akan
mengetahuinya setelah perut Soo Kyung sudah membesar.
“Oh yah ,
Apa kau sudah beritahu ayahbayi itu, si Pria yang tinggal di Brasil?” tanya Jin Sang, Soo Kyung hanya diam menatap ke arah
jendela.
“Kenapa? Apa Kau tidak tahu nomor ponselnya? Apa alamat e-mail-nya pun
kau tidak tahu?” ucap Jin Sang lalu
mengumpat kesal dan meminta biodata si pria nanti akan mencarikan kontaknya.
“Dia bukan ayah dari bayi ini.” kata Soo Kyung, Jin Sang menjerit kaget tak percaya
kalau bukan pria Brazil, ayah dari bayi yang dikandung Soo Kyung.
“Tapi kau tidak punya hubungan dengan lelaki lain. Apaan ini? Mungkinkah... ini hasil hubungan cinta satu
malam?” jerit Jin Sang tak percaya
Soo Kyung menyuruh Jin Sang mengurus urusanya saja, tak
perlu ikut campur, dengan memegang kepalanya. Jin Sang melonggo dan langsung
meminggirkan mobilnya, ia benar-benar tak percaya kalau dugaanya itu benar,
bayi itu hasil dari cinta satu malam. Soo Kyung menegaskan Jin Sang untuk mengurus saja
urusanya sendiri.
“Lagipula aku sendiri yang akan membesarkan anakku.Jadi Cukup aku saja yang tahu siapa
ayahnya. Ayahnya bukan pria di Brasil. Jadi jangan buat masalah untuk
keluarganya Dan
jangan mengumbar-umbar Tentang ayah si bayi ini. Dan Juga... Aku akan pindah ke luar
negeri ” Kata Soo Kyung. Jin Sang makin kaget bertanya kenapa
harus pindah.
“Kalau aku tinggal di Korea... maka aku akan bosan setengah mati ditanyai orang-orang siapa
ayahnya. Anakku
nanti akan merasa terbebani. Aku
harus pindah ke negara lain dan
membesarkan anakku dengan tenang.” Jelas Soo
Kyung
“Kau tidak bisa membesarkan anak
sendirian di negara lain. Besarkan
saja anakmu di Korea. Kau
punya Do Kyung dan aku, jadi Kita
semua bisa membesarkan anak itu. Aku
tidak akan mengabaikanmu setelah jabatanku naik. Memangnya kau mau pindah kemana?” ucap Jin Sang tak setuju.
Soo Kyung menyuruh Jin Sang diam saja dan tak perlu
membahasnya, Jin Sang membalas Soo Kyung yang
harus lupakan ide itu. Soo Kyung melihat jam
tanganya sudah hampir terlambat jadi menyuruhnya untuk segara jalan.
Jin Sang pun sampai mengantar Soo Kyung sampai depan
kantor, wajahnya terlihat khawatir melihat kakak temanya yang sedang hamil
sedirian, akhirnya ia ikut turun dari mobil.
“Noona. Sampai bertemu nanti! Yang kuat! Fighting!” teriak Jin Sang didepan mobilnya, Soo Kyung berjalan
sambil melambaikan tanganya tanpa membalikan badannya.
“Jika aku
memberitahumu kalau ini anakmu, kau bisa pingsan. Dan kita akan
canggung. Aku akan menjaga
rahasia ini selamanya. Membesarkan anakku sendirian adalah keputusan yang tepat.” Gumam Soo
Kyung berjalan dengan memakai kacamatanya, Jin Sang pun masuk ke dalam mobilnya
masih melihat Soo Kyung yang masuk kantor lalu mengemudikan mobilnya.
“Semoga kita tetap
menjaga hubungan kakak-adik ini. Terima kasih sudah
bermimpi tentang bayiku. Aku akan selalu mengenangnya, tentang Bintang Dan ikan.” Gumam Soo
Kyung menatap ke arah Jin Sang yang sudah pergi.
Soo Kyung menatap ke arah lain dan melihat Hae Young baru
turun dari mobil bersama dengan adiknya, keduanya terlihat sangat bahagia tanpa
ada dendam. Hae Young bahkan melambaikan tangan pada Do Kyung sebelum pergi.
Soo Kyung melihat adiknya yang tersenyum lebar melambaikan tangan pada Hae
Young. Hae Young berjalan masuk ke dalam kantor dengan senyuman bahagia, lalu
terdiam melihat Soo Kyung sudah ada didepanya.
Di dalam lift
Hae Young hanya diam saja dengan menatap poninya, Soo
Kyung berkomentar kalau itu lucu sekali, menurutnya tidak ada yang perlu
dijelaskan Hae Young padanya, karena sudah tahu
Seorang pria dan wanita putus
nyambung seperti matahari
dan hujan.
“Kami tidak akan putus.” Kata Hae Young, pintu lift terbuka
“Jangan pernah putus.” Ucap Soo Kyung meninggalkan lift lebih dulu menuju
ruanganya. Hae Young hanya bisa membungkuk mengerti.
Hae Young akan berjalan keruanganya, tiba-tiba si cantik
Hae Young sudah ada didepanya dan mengucapkan “Selamat.” Dengan wajah bahagia. Hae Young binggung tiba-tiba
temanya mengucapakan selamat, seperti sudah tahu sebelum menceritakanya. Si
cantik Hae Young pun berjalan keruanganya, Hae Young menatapnya dengan wajah
binggung. Si Cantik Hae Young terlihat menahan rasa sedihnya.
Flash Back
Ibu Hae Young baru pulang belanja memeriksa kotak pos
didepan rumah, lalu membuka sebuah surat yang diterimanya. Tiba-tiba matanya
melotot, mulutnya melonggo melihat nilai yang tercantum pada lembaran kertas
nilai milik anaknya.
Dibagian bawah tertulis [Peringkat 1 dari 38 anak sekelasnya dam Peringkat 2 dari 500 anak di
sekolahnya.] lalu menjerit tak
percaya memastikan kalau dibagian atas tertulis [Nama: Oh Hae Young]
“Omo! Dia pasti sudah gila!
Sayang!!! Hae Young pasti sudah gila!” jerit ibu Hae Young pada suaminya. Ayah Hae Young
sedang memperbaiki mesin cuci heran ada pada dengan istrinya yang terlihat
histeris.
Hae Young makan cumi dengan wajah terlihat ada noda bekas
jerawat di pipi, Ibunya terlihat sibuk berbicara di telp kalau Hae Young ranking
pertama di kelasnya, dan urutan kedua
di sekolahnya, dengan banga mengatakan kalau anaknya
itu peringkat kedua dari 500 anak-anak.
“Tentu saja!!! Dia harus kuliah di Universitas
Seoul. Kita
bicara lagi nanti.” Kata Ibu Hae Young bangga
menutup telpnya
“Siapa yang kau telepon sekarang?” tanya suaminya melihat istrinya kembali mengangkat
telp. Istrinya mengatakan kalau ia menelp sepupu. Suaminya menyuruh untuk berhenti saja.
“Apa maksudmu? Dia selalu membual tentang pendidikan putrinya. jadi Dia harus mendengarku membual
juga. Dia
takkan pernah menduga kalau
hari ini akan datang.” Kata ibu Hae Young mulai
menelp sepupunya.
Ibunya mulai bertanya pada sepupunya, apakah sudah terima rapor Seo Hee belum, lalu memberitahu Hae Young
peringkat kedua di
sekolahnya. Terdengar bunyi bel rumah, Hae Young pun
berlari untuk membukanya.
Hae Young melonggo melihat Si cantik Hae Young sudah ada
dirumahnya dengan melambaikan tanganya, lalu memberitahu kalau rapor mereka
tertukar. Hae Young menerimanya dan dengan cepat membukanya, tapi langsung
mengenggamnya.
“Biar kukasih rapormu besok, aku akan kembalikan rapormu di
sekolah. Bolehkah... ...aku menandatangani rapormu sebelum kukembalikan?” ucap Hae Young
“Kalau begitu aku juga
menandatangani ini dan
besok kukasih padamu.” Kata Si cantik Hae Young
mengambl kertas dari tangan Hae Young.
Di dalam bus
Si cantik Hae Young membuka lembaran rapor milik Hae
Young, dengan rangking 29 dari 38 orang dikelas dan peringkat 218 pada 500
orang di sekolah, dengan mata berkaca-kaca dan menahan sedih sendirian memegang
kertas rapornya.
Didepan sebuah rumah yang cukup besar, dengan pohon yang
dikelilingi lampu dan gerbangnya sangat tinggi. Hae Young berdiri didepanya
nampak gugup dan mencoba untuk menenangkan dirinya, Akhirnya ia memberanika
diri dengan menekan bel rumah.
Akhirnya Hae Young duduk diruangan yang terlihat mewah,
terlihat foto ibunya yang duduk bersama dengan Ketua Jang. Seorang pelayan
datang, menyuruh Hae Young untuk segera masuk. Ibunya langsung memberikan
tandatangan di rapor anaknya lalu meminum winenya.
“Biasanya, aku selalu peringkat
pertama atau
kedua di sekolah. Tapi
aku tidak belajar kali ini jadi Aku
hanya tebak-tebak saja
jawabannya.” Kata Hae Young memberikan penjelasan.
“Sepertinya Ibu akan bercerai lagi. Aku ingin keluar dari rumah ini.” kata Ibu Hae Young
Akhirnya Hae Young menuruni tangga rumah ibunya dan
menangis meninggalkan rumah ibunya
Bibi Hae Young tertawa terbahak-bahak sampai merasakan
perutnya itu sakit, ibu Hae Young sedan mencuci piring, Ayah Hae Young menahan
amarah dengan mengenggam tanganya. Hae Young duduk di depan bibinya hanya bisa
diam saja.
“Sudah kuduga. Tidak mungkin Hae
Young ranking. Kau itu absen Nomor 27,
Oh Hae Young. Dan hasilnya B, C, C,
B, D, D, D, C, D... Aku
sempat kaget. Kukira
Hae Young memang peringkat
kedua dari semua murid.” Ucap bibinya tertawa
terbahak-bahak.
“Kenapa kau
bisa kaget?” ucap Ibu Hae Young marah, bibi Hae
Young mulai binggung menjawabnya.
“Aku tidak tahu kenapa hal itu...” kata bibi Hae Young kebinggungan, Ibu Hae Young
memberitahu anaknya tak apa-apa jadi menyuruhnya untuk tetap makan.
“Kenapa mereka menaruh dua gadis bernama sama di kelas yang sama?” kata Ibu Hae Young mengomel sambil mencuci piring
kembali.
“Kau harusnya membahasnya ke pihak sekolah. Dia biasanya memang peringkat
200-an atau 300. Dan Bisa-bisanya
kau percaya dia peringkat 2 di sekolah? Tentu saja rapor mereka tertukar.” Ucap bibi Hae Young kembali tertawa.
Tuan Oh panik melihat istrinya sudah mulai membuka
celemeknya, Bibi Hae Young tertawa malah menurutnya berkat Hae Young jadi banyak
tertawa. Ibu Hae Young berdiri di depan adik iparnya langsung
membuka kancing bajunya, Bibi Hae Young pun terkejut.
Si cantik Hae Young akhirnya bertemu denga Ibu Hae Young
dan juga Hae Young. Ibu Hae Young bertanya apakah ia Hae Young yang tertukar
rapornya, si cantik Hae Young membenarkan. Ibu Hae Young terus menatapnya, lalu
berkomentar kalau matanya
besar sekali lalu berjalan pergi.
Hae Young mengikuti ibunya dengan wajah tertunduk, Ibunya
mengengam tangan anaknya, menenangkan kalau Nilai
bukanlah segalanya, Hae Young tertunduk
menangis. Si cantik Hae Young menatap sedih karena ibu Hae Young bisa
menenangkan anaknya dengan mengengamkan tanganya.
“Saat itulah aku
punya firasat ini.... Firasat bahwa aku akan selalu di bawahmu. Firasat bahwa aku takkan mampu melakukan apa
pun... karena aku tidak pernah merasakan cinta
keluarga.”
Hae Young konsentrasi di ruang kerjanya, tapi perasaan
sedihnya kembali datang, lalu mncoba menatap keluar agar menenangkan dirinya.
Park Hoon duduk termenung dimeja kasir, Anna sedang
melayani pelanggan dengan memberitahu kalau snack yang dibelinya sedang ada
promo buy 1 get 1. Park Hoon mengingat saat Hee Ran melempar semua barangnya
keluar rumah dan ia mengambil judul skenario “Pembuka
Botol Bergairah” lalu Hee Ran berteriak “Kau
pikir aku akan menggodamu!!!”
Anna pun kembali melayani pelangan yang sudah mengambil
snack yang sama, wajahnya cemberut melihat wajah pacarnya lalu bertanya kenapa
wajah Park Hoon terlihat murung. Park Hoon merasa Sepertinya tahu kenapa dirinya tidak bisa sukses. Anna bertanya kenapa memangnya.
“Aku tidak bisa sukses... karena aku mencintaimu.” Kata Park Hoon
“Siapa yang mencoba merayumu? Pasti dia wanita yang kuat.” Komentar Anna
“Kau juga seperti itu, Pasti senang rasanya cepat mengerti.” Ucap Park Hoon
“Aku punya indra khusus di seluruh tubuhku. Asal kau tahu saja, seluruh
tubuhku ini tentakel seperti cumi-cumi” kata Anna
bangga
Park Hoon hanya diam, Anna mencubit pipi Park Hoon mengaku sangat
bangga pada pacarnya karena menurutnya sangat sulit
untuk tidak tergoda
oleh seorang wanita dan tak
tertipu olehnya meski menawari
kesuksesan, lalu mengelus kepalanya seperti good
boy, dan memberikan imbalan sosis. Park Hoon pun memakanya, Anna kembali
menyapa pelanggan yang baru datang.
“Jika aku bisa mencintaimu...dan
sukses...” ucap Park Hoon, Anna langsung
memberikan tendangan dan Park Hoon terjatuh menghindarinya, seperti anak anjing
yang ketakutan.
Seorang sutradara menelp terlihat binggung, karena petani
akan memotong
gandum barley-nya besok jadi mereka
sekarang ini mau menyelesaikan
syuting disana.
“Kapan mereka memotong gandumnya?” tanya Do Kyung, Sutradara mengatakan besok pagi.
“Aisshh... Kau harusnya periksa jadwalnya lagi!” jerit Si sutradara pada krunya, si pria hanya bisa
tertunduk meminta maaf.
“Jadi bagaimana ini? Alangkah baiknya kau datang... tapi aku merasa tak enak menyuruhmu datang. Kalau kau bisa merekam suaranya
di lokasi
lain, tak masalah” kata sutadara lalu masuk ke dalam mobilnya
denga kru lainnya.
Tim Do Kyung pun berkumpul bersama, Sang Suk berkomentar
lebih baik mereka pergi
kesana karena kalau tak ke sana, mereka
harus pergi ke
Go Chang yang baru mencabut
gandum di ladangnya
minggu depan.
“Kenapa memotong gandumnya sekarang? Padahal
ladang itu kelihatan cantik kalau tak dipotong.” Keluh
Ki Tae.
“Mereka harus memanennya.” Ucap Sang Suk
“Jadi Mereka kesana bukan karena
pemandangannya?” ucap Ki Tae binggung
“Bisakah kita pulang pergi hari ini?” tanya Park Hoon, Do Kyung hanya bisa menghela nafasnya.
Hae Young dengan wajah sedih bertanya pada Do Kyung kapan
kembali, lalu menjerit mengetahui Do Kyung yang akan pulang besok. Semua tim menatap
Hae Young dengan heran karena tiba-tiba menjerit. Hae Young pun segera menutup
mulutnya.
“Jangan besok! Jadi aku tidak bisa menemuimu
sampai besok?” bisik Hae Young sedih.
“Tak ada pilihan, karena Pekerjaan lebih penting. Baiklah. Sampai jumpa besok.” Ucap Hae Young pasrah
“Jika aku masih hidup besok, kita akan bertemu. Jika aku mati karena
merindukanmu, sepertinya
aku tidak bisa melihatmu lagi. Lihat
saja apa aku masih
hidup sampai besok.” Kata Hae Young merengek,
membuat Do Kyung hanya bisa tersenyum.
Hae Young menutup telpnya dan berpura-pura menangis,
teman satu timnya tertawa melihat Hae Young yang tak bisa bertemu dengan
pacarnya.
Do Kyung menelp kakaknya untuk meminta tolong, Soo Kyung bertanya apa yang diminta adiknya. Do Kyung
meminta agar Soo Kyung bisa menyuruh Asisten Manajer Oh bekerja di luar kantor hari ini jadi bisa keluar, tak perlu kerja
dalam kantor.
Soo Kyung menyuruh adiknya tak berpikiran konyol,
menegaskan kalau itu tak bisa. Do Kyung memohon hanya satu kali ini saja, Soo
Kyung tetap menolaknya. Do Kyung berbisik kalau ia berjanji akan
bersikap baik pada kakaknya mulai sekarang. Semua anak buahnya melonggo mendengarnya, Soo Kyung mengumpat
adiknya itu brengsek lalu menutup ponselnya. Sang Suk mengartikan kalau tak
bisa membuat Hae Young pergi, Park Hoon hanya bisa tersenyum.
Ki Tae dan Sang Suk masuk ke sebuah gedung dengan
kacamata hitamnya, terlihat mengendap-ngendap. Sang Suk menarik Ki Tae yang
berjalan dengan arah yang salah, keduanya sempat melepas kacamata ketika bertemu
pegawai kantor dengan ramah, setelah itu keduanya terlihat seperti seorang
intel.
Hae Young snack dengan teman satu timnya bertanya siapa
yang membeli snack itu, Salah seorang pria mengaku dirinya yang membelinya
karena merasa bersalah pada Hae Young.
“Tapi... Jika kalian mau nongkrong
bersamaku, cuma hari
ini waktu yang ku punya. Aku bebas hari ini. Mulai besok, aku akan sibuk selamanya Sampai aku mati.” Kata Hae Young, si pria malah mengejek sudah bagus Hae
Young sibuk dengan melepar snack pada temanya.
Sang Suk datang dengan Ki Tae, mencoba menebak wanita
yang berambut panjang itu Oh Hae Young. Wanita rambut panjang mengelengkan
kepala. Lalu semua menujukan jarinya pada Hae Young yang terlihat binggung.
Keduanya langsung membuka kacamata memastika kalau memang benar namanya Oh Hae
Young, Hae Young membenarkan.
“Kami dari kepolisian Seo Bu.” Kata Sang Suk dengan cepat memperlihatkan ID Card dalam
dompetnya takut ketahuan.
“ Nomor ponselmu 072-11...” ucap Sang Suk terlihat lupa, Ki Tae pun melanjutkan
dengan angka 1131.
Sang Suk mengucapkan Terima
kasih pada temanya, Hae Young membenarkan nomor telpnya. Sang
Suk beralasan Karena melanggar huku Informasi dan Komunikasi maka harus ikut dengan mereka dan memanggil Ki Tae menjadi petugas Go agar
menyakinkan. Hae Young menjerit kaget.
Akhirnya Hae Young dibawa oleh Sang Suk dan Ki Tae
dianggap sudah melanggar hukum dibawa oleh polisi. Semua timnya mengikutinya
dari belakang, Hae Young merasa mereka salah
orang karena ia tak membuat kesalahan apapun. Keduanya mengatakan
sudah mengetahuinya.
“Ada dua Oh Hae Youngs disini. Apa Kalian tahu?” kata Hae Young, Keduanya kembali menjawab sudah
mengetahuinya.
Sung Jin dkk binggung karena Hae Young dibawa begitu saja
keluar dari kantor, salah satu pegawai pria seperti tak peduli menyuruh mereka
kembali makan. Pegawai wanita mengomel karena mereka masih memikirkan makan
dengan keadaan seperti sekarang.
Hae Young berada didalam mobil terlihat kebinggung,
ponselnya berbunyi dari Manager Kim Sung Jin, buru-buru ia mengangkatnya. Sung
Jin bertanya apa sebenarnya yang terjadi. Hae Young merasa Sepertinya ada seseorang
yang menyalahgunakan namanya, dengan nada marah mengancam orang yang melakukan ini
padanya.
“Tolong Jangan gunakan ponselmu. Matikan.” Ucap Sang Suk memperingati dengan nada berat seorang
polisi
“Semakin banyak kau menggunakan
ponselmu, maka
kejahatanmu akan semakin serius. Setiap
kali kau menggunakan ponselmu, maka
makin banyak uang yang bocor.” Kata Ki Tae
menyakinkan.
Hae Young panik dan langsung menutup telp dan mematikan
ponselnya.
“Memangnya uang bisa bocor hanya
karena aku dapat telepon dari orang lain?” tanya Hae
Young dengan wajah serius
“Iya. Uang akan bocor setiap kali ponselmu berdering.” Kata Ki Tae menyakinkan
“Sejak kapan ponselku seperti ini? Berapa tagihan ponselku? Aku akan dibayar karena ini,
'kan? Tapi Aku tidak perlu harus membayar untuk semuanya, 'kan? Jika kita melaporkan hal ini, aku akan dibayar kembali. benar 'kan?” jerit Hae Young panik
Ki Tae berteriak mengeluh Hae Young itu cerewet
sekali dan menyuruh untuk menutup mulutnya. Sang Suk
memperingatkan Ki Tae kalau berani seperti itu. Ki Tae melihat penjahatnya
ada di sana. Sang Suk menunjuk ke arah Park Hoon yang
sudah menunggu.
“Pria bertopi itu yang paling
kejam,Kepribadiannya paling
menyebalkan.” Kata Ki Tae, Hae Young melihat pria
dengan mengunakan topi dengan tatapan sinis.
Mobil pun berhenti semuanya masuk ke dalam mobil,
Park Hoon menyuruh mereka untuk cepat berangkat
karena sudah terlambat jadi harus lewat tol. Hae Young mencoba kabur saat si
pria bertopi masuk, tapi pintu sudah lebih dulu ditutup.
Do Kyung bertanya bagaimana mereka bisa keluar, Ki Tae
mengatakan mereka memakai caranya sendiri. Do Kyung membuka topinya memuji kerjaan anak buahnya,
Hae Young terlihat masih tertunduk ketakutan, lalu melonggo ternyata Do Kyung
yang merencanakan semuanya, dan menjerita karena pacarnya itu kembali membuat
kaget.
“Semua orang kecuali supir, cepat
tidur.” Kata Park Hoon, semua pun memejamkan matanya membiarkan
Hae Young dan Do Kyung berduaan.
“Apa? Omong kosong macam apa ini! Kalian tidak boleh tidur!” teriak
Ki Tae kesal karena menjadi sopir.
Hae Young dan Do Kyung tak bisa menghentikan senyuman
bahagia karena bisa bertemu lagi.
Disebuah lapangan gandum yang luas, seorang anak
melakukan adegan menunggang kuda di padang gandum. Mobil Hae Young pun datang
ke lokasi syuting, Sutradara bertemu dengan Do Kyung merasa beruntung karena Anginnya
berhembus dengan baik.
“Kau tahu 'kan film ini dialognya
sedikit? Jadi efek
suara sangat penting disini.
Aku mengandalkanmu.” Ucap sutradra lalu pamit
pergi dan akan bertemu di lokasi berikutnya.
“Lokasi berikutnya Pantai
Manri-po. Kita tak
punya banyak waktu. Ayo cepat.” Kata seorang pria pada
semua kru yang memindahkan alat syuting.
Do Kyung menatap Hae Young yang menunggunya selama
berbicara dengan sutradara. Keduanya kembali memberikan senyuman bahagia.
Di sebuah padang gandum, Ki Tae dan Sang Suk berbaring
dengan Mic dan juga earphone ditelinga mereka. Ki Tae seperti memuaskan diri
untuk tertidur karena selama perjalaan tak bisa menutup matanya. Park Hoon dan
juga si pria muda duduk tak jauh dari meja, memegang mic dan memastikan suara
dengan earphonenya.
Park Hoon yang bosan mencoba mengemil gandum yang di
kupasnya, serta memberikan pada teman si pria muda. Hae Young ikut juga
mendengarkan suara yang direkam dengan earphonenya, ketika matanya saling menatap, keduanya kembali tersenyum
bahagia.
Sang Suk pamit pergi dengan timnya jadi Do Kyung tak
perlu menkhawatirkanya, kalau mereka sudah selesai maka akan menjemputnya
kembali. Do Kyung pun berpesan agar mereka berkerja dan berhasil. Semua mengucapkan pada mereka berdua untuk bersenang-senang. Park Hoon
memberikan tanda cinta untuk kakaknya dan Hae Young.
“Tapi bukankah ini lokasi yang
buruk meninggalkan
mereka sendirian? Apa
kita harus mengantar mereka ke kota supaya mereka bisa berbaring dan
beristirahat. Bukankah
kalian suka tempat-tempat seperti itu?” kata Ki Tae mengoda dengan suara erotisnya
Park Hoon langsung menoyor kepalanya, Sang Suk mengumpat
temanya itu memang bajingan sambil memukul mulutnya yang bicara sembarangan.
Hae Young hanya tertunduk malu, Akhirnya Sang Suk langsung menutup pintu mobil,
Ki Tae terus mengodanya dengan suara erotis dari tanganya.
Do Kyung mengajak Hae Young untuk segera pergi, Hae Young
melihat sekeliling kalau tidak ada orang jadi ingin memeluknya, lalu membuka tanganya siap
menerima Do Kyung untuk mendekatinya. Do Kyung tersenyum, berjalan mendekat
tapi malah memutar badan Hae Young seperti mengajaknya menari.
Hae Young kaget dengan memegang badan Do Kyung agar tak
jatuh, Do Kyung memegang wajah pacarnya memberitahu kalau masih siang lalu mengajaknya pergi.
“Memangnya kenapa kalau masih
siang? Aku Kenapa?!!” jerit Hae Young lalu berlari merangkul tangan
pacarnya.
Tae Jin duduk disebuah ruangan, melihat papan nama diatas
meja [C.E.O: Lee
Chan Soo] dan teringat sebelumnya papan nama
miliknya ada diatas meja bertuliskan [C.E.O: Han Tae Jin] temanya masuk, Chan Soo bertanya apakah Tae Jin sudah
menunggu lama karena seharusnya menelpnya lebih dulu kalau memang ingin datang.
“Aku harus pergi ke bea cukai pagi tadi.” Kata Chan Soo
“Kantor ini sudah besar, Padahal dulu masih sempit disini.” Komentar Tae Jin
“Keberuntungan datang setelah
kesialan. Tidak
lama setelah kau dipenjara, pasar
Eropa mulai membelinya. Setelah
melihatnya, semua bank-bank yang tadinya tak peduli
akhirnya mulai melakukan investasi. Ketika kita memohon mereka pinjaman, tapi mereka bahkan tidak bergeming.” Cerita Chan Soo sambil duduk di meja kerjanya
“Kau ingin aku lakukan apa
sekarang?” ucap Tae Jin, Chan Soo sibuk dengan
melihat surat yang datang diatas meja. Tae Jin kembali bertanya apa yang harus
dilakukanya.
“Jangan terburu-buru. Kau baru keluar dari penjara. Apa Sudah baikan dengan Hae Young dan
berjalan dengan lancar?” kata Chan Soo berpura-pura
ramah.
“Kami tidak berbaikan dan tidak ada yang bisa diperbaikai dalam hubungan kami”
kata Tae Jin pasrah.
“Tentu
saja aku akan memberikan posisimu kembali. Banyak
yang sudah kita lalui bersama. Lebih baik Bereskan dulu hubungan dengan Hae Young dan Cepatlah menikah. Jangan
menyakitinya lagi karena kau terlalu sibuk kerja. Kupikir
dia harus menjadi prioritasmu.” Ucap Chan Soo seperti sengaja mengalihkanya lalu mengajak Tae Jin
untuk pergi makan
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar