Nyonya Yang ingin masuk, petugas menghalanginya melarang
Nyonya Yang untuk masuk ke gedung Zeze. Nyonya Yang tak terima bertanya apakah
petugas itu tak mengenalinya dan baru pertama kalinya datang.
“Aku ibu-nya presiden kalian dan bukan
orang asing.” Tegas Nyonya Yang
“Maafkan aku. ini perintah langsung dari Tn.Je.” kata petugas
“Dia tidak memberitahumu untuk
mencegahku.” Balas Nyonya Yang tak terima. Ryang Ha
melihat dari kejauhan berjalan mendakt berusaha untuk memantapkan dirinya lebih
dulu.
“Dia benar-benar memberitahuku
secara khusus untuk mencegahmu.” Kata Petugas
Ryang Ha pun menyapa Nyonya Yang sambil menjabat tanganya
karena sudah lama tak bertemu. Nyonya Yang terlihat gembira lalu melirik pada
petugas mengajak Ryang Ha untuk masuk bersama.
“Aku hampir marah karena seseorang
yang tidak tahu apa-apa.” Kata Nyonya Yang sinis
merangkul Ryang Ha untuk masuk.
“Aku pikir mungkin lebih baik
bagimu untuk pulang hari ini.” ucap Ryang ha, Nyonya
Yang binggung berpikir temana anaknya itu sedang bercanda.
“Kau tahu kita semua sedang waspada sekarang.” Jelas Ryang Ha.
“Itu sebabnya aku di sini dengan
jimat keberuntungan.” Bisik Nyonya Yang
“Soo Ho seperti singa yang siap
menerkam hari ini. Aku
khawatir dia akan menyakiti hati manismu jika kau pergi menemuinya sekarang. Kau bisa kembali lagi nanti” kata Ryang Ha sambil memuji Nyonya Yang
tampak cantik hari ini.
Si petugas pun mengucapakan selamat tinggal pada Nyonya
Yang ketika berjalan meninggalkan gedung. Nyonya Yang melirik sinis. Ryang Ha
pun meminta agar Si petugas tak mencari perkara lagi dan langsung mengajak
Nyonya Yang untuk segera pergi.
Ryang Ha meminta Nyonya Yang menunggu didepan karena akan
mengantarnya pulang. Nyonya Yang mengomel meminta untuk tidak berlagak
pintar dengannya, karena Ryang Ha saja berpaling
darinyajadi ia tidak akan pernah masuk ke sana. Ryang Ha pun meminta Nyonya Yang agar pulang dengan
selamat dan mengatakan sangat mencintainya, lalu masuk ke dalam.
Nyonya Yang mengeluh terlalu
malu untuk menghadapi teman anaknya. Bo Nui
pun baru masuk ke kantor. Nyonya Yan melihat ID Card yang digunaka Bo Nui
bertuliskan “Zeze Factory, Shim Bo Nui” lalu memangil dengan panggila “gadis yang berambut pendek. Bo Nui membalikan badanya.
Nyonya Yang memberikan selembar kertas keberuntungan
meminta tolong pada Bo Nui. Bo Nui tahu itu adalah jimat
keberuntungan. Nyonya Yang terkejut gadis
muda seperti Bo Nui tahu
benda seperti itu. Bo Nui dengan penuh semangat memberitahu benda
itu untuk menangkal nasib buruk.
“Astaga... Bagaimana dia menemukan karyawan
cerdas sepertimu? Soo
Ho beruntung memilikimu. Masuklah diam-diam ke kantornya saat dia keluar kalau kau ketahuan,matilah kita
berdua. Kau mengerti
kan?” kata Nyonya Yang, Bo Nui mengangguk mengerti.
“Tunggu Sebentar, Boleh aku bertanya padamu?” kata Bo Nui, Nyonya Yang pikir boleh saja lalu bertanya
ada apa.
“Makanan apa yg disukai Tn.Je? Aku harus menyiapkan sebuah
restoran untuk makan malam tim.” Kata Bo Nui,
Nyonya Yang memikirkan lalu menjawab seafood karena sejak kecil anaknya suka makan ikan dan mereka pernah tinggal di daerah
dekat pesisir pantai.
Bo Nui masuk sendirian kedalam ruangan yang masih kosong
ditanganya sudah membawa jimat keberuntungan, lalu mengeluarkan dua sandwich
yang dibelinya, lalu memilih satu yang berlabel orange. Lalu ia
mengendap-ngendap masuk ke dalam ruangan Soo Ho.
Pertama-tama ia memeriksa ke bagian bawah meja Soo Ho,
dan jimatnya masih menempel dengan baik. Lalu ia pergi ke bagian rak buku,
mencari buku dibagian bawah dan menaruh jimat keberuntungan di selipan buku.
Soo Ho tiba-tiba masuk ruangan, Bo Nui kaget langsung menaruh bukunya. Soo Ho
bertanya apa yang dilakuanya, Bo Nui langsung cekukkan saking terkejutnya dan
berpura-pura terbatuk-batuk.
Soo Ho sedikit khawatir bertanya apakah ia baik-baik
saja, Bo Nui berusaha untuk berdeham. Soo Ho heran sebenarnyaada
apa dengan pegawainya itu. Bo Nui mengatakan ia
baik-baik saja, lalu memberikan sandwich tuna karena tahu Soo Ho sudah melewatkan
makan siangnya. Soo Ho mengambilnya, Bo Nui meminta
Soo Ho menikmatinya lalu buru-buru pamit pergi.
Soo Ho langsung membuangnya, tapi saat itu juga Bo Nui
kembali masuk ke ruangan dan melihat Soo Ho yang membuang sandwichnya ke tempat
sampah. Soo Ho terlihat kebinggungan menatap sandwich yang sudah ada ditempat
sampah.
“Aku tidak makan ikan, karena tidak tahan baunya.” Kata Soo Ho beralasan
“ohh... Aku mengerti.. Emmm... Kau tidak lupa tentang besok kan?” ucap Bo Nui, Soo Ho binggung.
“Sekarang hari sabtu... tentang kencannya. kau lupa ‘kan?”
kata Bo Nui kesal, Soo Ho mengaku kalau ia tak lupa dan akan memilih tempat, Bo Nui menolak akan memilihnya dan mengirimkan SMS
tempatnya.
“waktumu adalah milikku.” Ucap Bo Nui lalu keluar ruangan, Soo Ho masih terlihat
shock mendengarnya, lalu menatap sandwich yang sudah dibuangnya dan berusaha
tak peduli.
Bo Nui mencoba mencocokan baju miliknya dalam cermin tapi
menurutnya terlihat membosakan. Lalu bertanya-tanya apakah Soo Ho akan mengacuhkannya jika terlihat terlalu menggoda
dari awal, dan kembali mencoba dari baju warna
merah, biru dengan bunga-bunga atau polos seperti ingin terlihat baik dimata
Soo Ho.
Beberapa saat kemudian Bo Nui sudah melamun lalu membuka
ponselnya dan melihat website untuk memesan hotel dan mulai check in kamar pada
tanggal 4 juni.
Esok paginya, Bo Nui sudah mengunakan sepatu heels keluar
dari apartement. Tiba-tiba namanya dipanggil, Gun Wook baru saja belanja
bertanya mau kemana Bo Nui sekarang padahla
ingin mengajaknya
makan malam.
“Apa Kau ada janji kencan?” kata Gun Wook melihat pakaian Bo Nui yang sangat rapih
“Bukan,ini urusan pekerjaan. Sesuatu yg sangat mendesak.” Kata Bo Nui berbohong
“Ini Sabtu sore,mereka membuatmu
bekerja terlalu keras.” Komentar Gun Wook.
“Tidak ada yang bisa kulakukan.... Aku harus menyelesaikannya
secepatnya.... Hei... Jangan
ganti makananmu dengan susu Pastikan kau makan banyak” kata Bo Nui melihat Gun Wook membeli banyak susu.
“Kau juga Pastikan
juga jangan makan sendirian” kata Gun Wook,
Bo Nui mengerti dan pamit pergi, lalu kembali berbalik
dengan wajah tegang meminta agar Gun Wook memberikan semangat agar berhasil. Gun Wook pun memberikan semangat agar Bo Nui berhasil.
Bo Nui pun tersenyum menaiki tangga.
Bo Nui sudah menunggu didepan sebuah tempat, lalu memakai
lipstiknya agar tampil lebih sempurna, tapi wajahnya masih terlihat tegang.
Akhirnya ia meminum penambah energi agar menenangkan dirinya. Mobil Soo Ho
datang dan langsung berhenti didepan mengunakan valley, Soo Ho melihat Bo Nui
yang menunggu sambil meminum sesuatu. Bo Nui pun menyapa Soo Ho yang baru
datang.
Soo Ho dengan acuh bertanya kenapa Bo Nui menungu didepan
bukan masuk, Bo Nui terdiam melihat cara berpakaian Soo Ho bukan seperti orang
yang ingin berkencan, dengan celana jins, baju kaos dan sandal masuk ke dalam
lobby, tapi akhirnya dengan menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.
Soo Ho terus menguap dan kakinya sengaja dinaikan ke atas
kursi, Bo Nui menatapnya lalu berpikir pasti Soo Ho itu kurang
tidur dan kelihatan capek. Soo Ho seperti tak merasa seperti itu. Bo Nui mengatakan
memang terlihat tak bersemangat.
“Aku baru-baru ini memasukkan
diriku ke dalam kontrak kerja yang aneh, jadi aku kurang tidur. Apa yang bisa kulakukan?Aku harus
memegang kata-kata ku.” Kata Soo Ho tanpa peduli dengan menakikan kakinya tanpa
peduli sedang ada di sebuah restoran mewah.
“AKau sudah makan?kau belum makan ‘kan?” ucap Bo Nui mencairkan suasana
“Aku memang belum makan,tapi aku
tidak lapar. Dan aku akan
makan kalau kau mau. Itu
cara kencan yang normal.” Kata Soo Ho
“bagaimana kalau kita makan dikamar saja?” tanya Bo Nui, Soo Ho menatap binggung.
“Yah, aku memenangkan kontes
promosi. Kau tahu
hotel ini punya pemandangan malam terbaik, kan? Aku tidak pernah beruntung kalau
undian, tapi
kupikir alam semesta merestui kencan kita dan berharap semuanya lancar.. Aku menang undian menginap satu
malam di hotel ini.” ucap Bo Nui lalu
mengeluarkan sesuatu dari tasnya, Soo Ho pun menyandarkan kepala dan menurunkan
kakinya.
"Ayo
kita pergi kesana selama 5 jam. Ah.. Tidak. Aku akan senang hanya dengan 4
jam 30 menit. Jangan disia-siakan. Aku mendapatkannya gratis dan ingin memeriksa ruangannya.” Kata Bo Nui
Soo Ho hanya bisa tertunduk lesu, Bo Nui meminta Soo Ho
untuk berhenti mengerut wajahnya
seperti itu, menurutnya ruangannya sangat tenang,jadi mereka juga bisa berbicara tentang IF. Bahkan menurutnya Gary Choi
tinggal di kamar hotel seperti sekarang ketika
di luar negeri untuk laga tandang.
“Kita dapat menambahnya dalam IF.
"Pengalaman Hotel Bintang Lima". Coba pikirkan... Aku yakin banyak orang bahkan
tidak bisa bermimpi... tinggal
di tempat seperti ini sepanjang hidup mereka. Pengalaman hidup semewah ini
sekali seumur hidup adalah...” ucap Bo Nui berusaha
merayu secara logis.
Soo Ho langsung berdiri, Bo Nui menahanya untuk tak
pergi. Soo Ho langsung mengambil kartu kunci hotel dari tangan Bo Nui untuk
segera makan. Bo Nui pun buru-buru mengikutinya dari belakang.
Bo Nui sudah mempersiapkan makanan didalam kamar tapi Soo
Ho hanya melipat tangan tanpa mau memakannya. Bo Nui bertanya kenapa Soo Ho tak
makan, Soo Ho pikir tak perlu memperdulikanya dan menyuruh Bo Nui untuk makan
saja.
“Aku ingin makan stik daging, tapi aku memesan stik salmon untukmu”
kata Bo Nui
“Aku sudah bilang padamu.Aku tidak
makan ikan karena baunya” ucap Soo Ho
“Bukankah dulu kau tinggal dekat
dengan laut? kudengar
sejak kecil kau sangat suka ikan.” Kata Bo
Nui, Soo Ho tak percaya Bo Nui mencari tahu latar belakangnya.
“Dulu kau kan sangat terkenal...” ucap Bo Nui berbohong dan pikir memang itu dulu. Soo Ho
menegaskan dirinya itu masih terkenal juga sekarang.
“Pokoknya,mungkin seleraku sudah
berubah, Aku tidak
lagi makan ikan.” Tegas Soo Ho
Bo Nui pun memberikan roti agar Soo Ho bisa memakannya,
Soo Ho hanya menatapnya sambil meminum air putih. Bo Nui pun bertanya apa yang
disukai dan makanan
yang disukainya. Soo Ho mengatakan sangat suka pil jadi Itulah yang akan dilakukan pada saat pension, menurutnya Sesuatu yang akan memberi
energi yang dibutuhkan
dalam satu pil
“wahh.. Kau bahkan tidak tahu kenikmatan
makanan, bagaimana bisa kau hidup seperti
itu?” kata Bo Nui tak percaya
“Kau suka permen,coklat,dan sesuatu
yg berbahan terigu kan?” ucap Soo Ho, Bo Nui membenarkan
kalau bisa makan roti,kue beras dan mie setiap hari.
“Itu menunjukkan betapa kau tidak
bahagia dengan hidupmu, tubuhmu
kekurangan serotonin dan dopamin, dan kau merasa cemas, Ini membuatmu makan berlebihan
dan menjadi terobsesi dengan makanan. itulah
alasannya” jelas Soo Ho dengan logis lalu
mengambil salah satu roti.
“bagaimana kau tahu?Aku sangat
bahagia dengan hidupku Tapi
semuanya akan lebih baik mulai sekarang, "Sesuatu
yang hebat. Aku baik-baik saja.Semua akan baik-baik saja." kau harus mengatakan hal-hal
positif... untuk
menerima energi positif. Jadi
kau juga harus ...” kata Bo Nui, Soo menyelanya
“Itu disonansi kognitif... sederhananya,kau mencoba lari
dari kenyataan” kata Soo Ho
Bo Nui menyindir Soo Ho yang terdengar
sangat pintar. Soo Ho mengatkan kalau ia adalah Je
Soo Ho, Si
jenius. Bo Nui berusaha tertawa mendengarnya, lalu mencoba makan
kembali. Soo Ho menolehkan kepalanya ke arah lain, Bo Nui mencari kesempatan
dengan menyiram badannya dengan wine. Bo Nui pura-pura menjerit kaget lalu meminta
izin untuk pergi ke toilet sebentar. Soo Ho pun mempersilahkan tapi bertanya Bagaimana
itu bisa terjadi tiba-tiba.
Bo Nui pergi ke kamar mandi dan terlihat gelisah, lalu
menenangkan diri kalau Soo Ho itu seorang pria, dan ia adalah seorang wanita, sedangkan Dalam bahasa cerdas Soo Ho kromosom
XY bertemu kromosom XX dan energi maskulin bercampur
dengan energi feminine Saat
itulah tindakan suci, reproduksi, terjadi...... Bo Nui
pun keluar kamar dengan mengunakan pakaian dalam dan terlihat Soo Ho sudah
duduk disofa.
“Jangan salah paham dan dengarkan
saja aku.. jadi... Yang ingin kulakukan adalah...” kata Bo Nui, lalu tersadar melihat tangan Soo Ho jatuh
lemas disofa dan melihat kalau Soo Ho ternyata tidur dikursi.
“Wah... apa ini? Apakah dia tidur sekarang?” ucap Bo Nui jatuh lemas lalu matanya melihat Soo Ho
yang tertidur.
“Tapi Dia terlihat sangat manis saat
dia tidur.” Komentar Bo Nui menatap Soo Ho yang
tertidur.
Tiba-tiba Soo Ho berkata “lalu Apa yang
ingin kau lakukan? ” dengan mata tertutup. Bo
Nui langsung menjerit terkejut melihat Soo Ho membuka matanya menutupi
tubuhnya. Soo Ho meminta Bo Nui untuk selesaikan kalimatnya. Bo Nui kebingungan, tiba-tiba Soo Ho mendekatkan
wajahnya membuat Bo Nui makin panik.
“Waktunya habis, Saatnya untuk pergi.” Bisik Soo Ho lalu pergi.
“Tunggu!!! kita masih punya sisa waktu” ucap Bo Nui menahanya
“Kita juga harus berpikir tentang
waktu di jalan. Jika
kita pergi sekarang... itu
akan memakan waktu lebih dari satu jam. kita
akan terlambat.” Kata Soo Ho akan pergi.
“jadi kau akan meninggalkan aku
sendirian disini?” ucap Bo Nui tak percaya
“kita menikmati pemandangan
malamn,dan kita makan juga. kau
bisa tinggal lebih lama kalau kau mau.” Kata Soo
Ho berjalan pergi.
“Apa yang harus
kulakukan? Aku tidak bisa membiarkan dia pergi seperti ini.” jerit Bo Nui panik dalam hati.
Soo Ho ingin mengambil jaketnya, Bo Nui ingin menepuknya
tapi malah membuat dirinya terjatuh karena terlalu ke depan. Soo Ho panik
bertanya apakah Bo Nui baik-baik saja dan apakah ada yang terluka. Bo Nui
mengatakan kalau ia baik-baik saja. Soo Ho berteriak bertanya bagian mana yang
sakit.
Bo Nui menyuruh Soo Ho pergi saja, Soo Ho tak mendengar
bertanya apa yang dikatakanya. Bo Nui pun memperjelas menyuruhnya untuk pergi
saja. Soo Hoo binggung, Bo Nui berteriak menyurh Soo Ho pergi saja karena
merasa sangat malu.
Soo Ho keluar kamar dengan memakai jaketnya, Bo Nui
berteriak meminta untuk menunggunya kalau akan ikut denganya. Soo Ho hanya bisa
menghela nafas melihat Bo Nui memakai jaketnya dan membawa pakaianya yang
basah.
“Astaga, aku terlihat seperti
orang cabul berpakaian mantel.” Ucap Bo Nui
“kau bilang apa, Orang cabul berpakaian mantel?!!” Kata Soo Ho binggung.
“Apa kau tidak tahu? Aku bicara tentang orang-orang
aneh yang menunggu gadis berjalan
sendirian dan menyerang mereka. Ada
satu di setiap lingkungan... issh.. Ada
satu di daerahku yang sudah aku kenal sejak SMA.”
Cerita Bo Nui
Lalu Bo Nui dengan wajah heran bertanya apakah Soo Ho itu
benar-benar jenius. Soo Ho hanya bisa menghela nafas melihat pakaian Bo Nui
mengatakan kalau ia benar-benar jenius.
Keduanya bersama-sama keluar dari lift, beberapa orang
yang sedang berjalan melihat Soo Ho, dan mengenalnya sebagai si
jenius, Je Soo Ho. Semua orang langsung mengerubunginya
dan mengambil fotonya, Soo Ho hanya tertunduk dan terlihat tak bisa berjalan.
Semua mengatakan kalau ia adalah fansnya tak percaya bisa beruntung bertemu
dengan Soo Ho.
Bo Nui hanya melihat dari kerubungan orang yang ingin
meminta foto, dimata Soo Ho langsung melihat seperti orang mengambil fotonya
dan menertawainya, dan kembali ingatanya pada wartawan yang menanyakan
pertanyaan bertubi-tubi padanya, lalu ejekan teman-temanya.
Bo Nui melihat Soo Ho seperti menahan kesakitan, akhirnya
ia menerobos masuk ke dalam orang-orang meminta untuk tak mengambil foto dan
langsung memegang tangan Soo Ho, perlahan menanyakan keadaanya. Soo Ho tak bisa
berkata-kata lagi. Bo Nui pun meminta maaf pada semua dan menarik keluar Soo Ho
dari kerumunan.
Soo Ho terus menahan rasa sesak dadanya, Bo Nui pun
membawa Soo Ho kesudut restoran yang cukup tenang sambil bertanya apakah baik-baik saja dan
menyuruhnya duduk. Soo Ho duduk dengan nafas tak teratur dan terus memegang tangan
Bo Nui.
Bo Nui pun kembali bertanya apakah ia baik-baik saja. Soo
Ho tersadar sedari tadi memegang tangan Bo Nui dan langsung melepaskanya, lalu
menyadarkan diri dengan mengepalkan tanganya. Bo Nui khawatir dan ingin
membawakan air minum.
Beberapa saat kemudian, Soo Ho kembali mengucapkan perkalian
19 “19 kali 19 sama
dengan 361. 19 kali 18 sama dengan 342. 19 kali 17 sama dengan 323. 19 kali 16 sama
dengan 304. 19 kali 15 sama dengan 285. 19 kali 14 sama dengan 266. 19 kali 13 sama
dengan 247. 19 kali 12 sama dengan 228. 19 kali 11 sama dengan 209. 19 kali 16 sama
dengan 304.”
Dengan wajah tertunduk. Bo Nui berlari menghampirinya dan
terlihat binggung karena Soo Ho yang bisa menghitung perkalian yang sangat
rumit.
Didalam mobil terlihat sunyi, Bo Nui melirik lalu memukul
dadanya seperti merasakan sesak. Soo Ho pun melihatnya, suasana kembali senyap.
Bo Nui pun mulai berbicara Yang dihafal tadi adalah tabel perkalian dan kemarin Soo Ho kemarin juga
melakukannya sewaktu di taman.
“Ya. perkalian 19... Melakukan perhitungan sederhana
membantu saat kau ingin membersihkan
kepalamu.” Kata Soo Ho
“Aku bahkan tidak bisa kelipatan
sembilan dalam urutan terbalik. Kau
juga pingsan dalam demonstrasi. Apa kau...” ucap Bo
Nui menduga sesuatu.
“mari kita bicarakan itu lain kali
saja” kata Soo Ho tak ingin membahasnya, lalu memberhentikan
mobilnya ke pinggir jalan.
“Apa kau mau secangkir teh?” tanya Bo Nui menawarkan. Soo Ho langsung menolaknya.
“Waktu kita tinggal satu jam lagi. sebenarnya 2 jam 10 menit.” Kata Soo Ho tanpa menatap Bo Nui.
Tapi Bo Nui pikir mereka sudah
sedikit dekat. Keduanya tiba-tiba sama-sama terdiam.
Soo Ho memangil Bo Nui, dengan senyuman manis Bo Nui menjawabnya dengan penuh
semangat. Soo Ho menatap Bo Nui lalu bertanya apakah tidak
akan turun. Bo Nui pun mengatakan akan pergi dan
segera turun, ketika ingin mengatakan berhati-hati, mobil Soo Ho langsung
melaju dengan kencang.
“Wah.. Dia kembali menjadi Je Soo Ho
yang semua orang tahu. Aku hanya membuang-buang waktu dan uangku. Aku bahkan
tidak bisa melakukan apa-apa.” Keluh Bo Nui
Sementara Soo Ho terlihat mencoba menahan rasa
gelisahnya, sambil menyetir.
“Ini konyol sekali.. Aku akan tenang jika ia
meninggalkanku sendirian. Kenapa
dia tiba-tiba harus memegang tanganku seperti itu? Dia bahkan menutup mulutku, aishh.... dia sangat liar. Aku harus menambahkan poin
persyaratan bahwa dia
tidak boleh menyentuhku. Ini Serius.” Ucap Soo Ho kembali mengingat sentuhan tangan, akhirnya
ia berusaha melupakan dengan mendengarkan lagu klasik.
Gun Wook duduk dihalte bus, sambil menelp karena tak
melihat Bo Nui di bus terakhir dan bertanye kenapa masih
belum pulang karena semua es
krimnya akan mencair. Bo Nui memberikan sudah ada
didepan gedung apartement dan bertanya keradaanya. Gun Wook pun kaget karena Bo
Nui sudah rumah sekarang lalu
meminta untuk menunggunya karena akan secepat kilat menemuinya.
Bo Nui duduk dengan wajah tertunduk depan apartement, Gun
Wook mengagetkan dengan menepuk pundak Bo Nui dari belakang. Bo Nui kaget
melihat Gun Wook yang mengunakan masker. Gun Woo mengodanya agar Bo Nui tak
keluar rumah karena banyak orang cabul yang berkeliaran. Bo Nui mengeluh Gun
Wook yang sangat mengejutkan.
Tiba-tiba seseorang langsung menyerang Gun Wook dari
samping, keduanya bergulinga. Bo Nui berteriak panik. Keduanya saling menyerang
dan Gun Wook bisa mendorong si pria sampai membentur ke dinding. Lalu bisa
menelungkupkan badannya dan melintir tanganya. Si pria mulai menjerit
kesakitan.
Gun Wook meminta Bo Nui untuk segera menelp polisi, pria
itu tiba-tiba memanggil nama Bo Nui yang sudah mengeluarkan ponselnya. Gun Wook
binggung siapa sebenarnya pria itu karena mengetahui nama Bo Nui. Ketika
membuka jaket penutup kepalanya, Soo Ho terbatuk-batuk memanggil nama Bo Nui.
Bo Nui kaget melihat atasanya yang datang kerumah.
Soo Ho melihat luka dibagian telapak tanganya dan juga
dua lenganya sambil menahan rasa sakit, lalu melihat ke arah Gun Wook nampak
manja dengan meminta ditempelkan plester pada lenganya. Gun Wook pun meminta Bo
Nui untuk perlahan-lahan. Soo Ho melihatnya hanya bergidik malas, Bo Nui
bertanya apakah baik-baik saja,
“Iya.Aku punya goresan lain di
sini... Beri juga ciuman di sini.” Kata Gun Wook, Bo Nui pun mengumpat kalau Gun Wook
kurang ajar
“Tn Je, apa kau baik-baik saja?” ucap Bo Nui, Gun Wook pun mengatakan baik-baik saja.
“Luka dan goresan pasti terasa
sakit. Setidaknya sterilkan lukanya.” Kata Bo
Nui mengambilnya alkohol.
“Ya ampun,aku sudah bilang tidak
apa-apa!! Sebagai orang yang berintelektual
serta warga negara yang demokratis, Aku
pikir yang aku lakukan benar tapi sekarang Aku
kira aku salah. Itu
adalah pengalaman besar untukku.” Keluh Soo
Ho kesal
“Setidaknya tempelkan ini pada
lukamu.” Kata Bo Nui memberikan plester untuk lukanya, Soo Ho
pun mengambilnya dengan kasar.
“Jadi kau presiden perusahaan,
kan? Kau
seperti bos yang bicara omong kosong. Hanya
karena kau presiden, kau
pikir bisa mengunjungi rumah karyawanmu jam segini?” kata Gun Wook menyindirnya sambil berdiri. Bo Nui ikut
berdiri menncoba mengatakan kalau bukan seperti itu.
“Lalu apa? Ini jelas pelanggaran privasi Bahkan bisa dianggap sebagai
pelecehan seksual.” Kata Gun Wook, Soo Ho pun
berdiri tak terima dianggap sebagai pelecehan seksual
“Katakan dengan jujur. Dia
melecehkanmu, kan? Aku
akan memberinya pelajaran.” Ucap Gun Wook siap
menghukumnya.
Bo Nui menahanya memberitahu Soo Ho kalau Gun Wook itu temannya sejak kecil dan hanya bereaksi berlebihan. Gun Wook merasa tidak
berlebihan sama sekali. Bo Nui pun mendorong Gun
Wook untuk pergi sekarang.
Gun Wook menahanya karena melihat Soo Ho itu sangat
kasar. Bu Nui terus mendorongnya sampai ke pintu, Gun Wook tetap tak ingin
pergi. Bo Nui berbisik akan menceritakan semuanya nanti jadi meminta untuk segera pergi dan menelpnya nanti.
Gun Wook teringat sesuatu dan
bertanya-tanya apakah pria itu lahir pada tahun macan.
Soo Ho pun membuka plester dan ingin menempelkan pada
telapak tanganya, Bo Nui melihat dan ingin membantu tapi Soo Ho menolaknya
ingin memakain sendiri saja. Bo Nui tetap ingin membantu memakainya, Soo Ho
membiarkan Bo Nui membantu menempelkanya, ditelapak tanganya dengan menahan
rasa sakitnya.
Setelah itu Bo Nui mengambil spidol dan meminta
mengulurkan tanganya, Soo Ho menariknya apa yang ingin dilakukannya. Bo Nui
mengatakan hanya butuh 30
detik, lalu menuliskan sebuah huruf memberitahu kalau itu karakter Cina yang berarti katak
dan ular dan akan membantu menyembuhkan luka
dengan cepat.
Soo Ho mengatakan tidak
percaya tahayul seperti itu. Bo Nui membalas percaya
itu jadi memohon tinggal di rumahnya
untuk malam ini saja. Soo Ho
menatap Bo Nui yang menuliskan karakter ditanganya, Bo Nui pun menyelesaikan
tulisan ditangan Soo Ho. Soo Ho langsung berdiri dan menarik tanganya.
“Aku akan menambahkan ini ke
kontrakmu. Tidak ada sentuhan fisik. Mulai
sekarang, aku akan sangat menghargainya ... jika kau bisa menahan diri untuk
menyentuhku.” Kata Soo Ho
“Tapi .. Ini benar-benar normal jika bersentuhan
fisik sedikit selama kencan.” Ucap Bo Nui, Soo Ho
mengatakan mereka tidak benar-benar berkencan. Bo Nui ingin protes tapi Soo Ho lebih dulu berbicara.
“Aku datang untuk memberitahumu
itu, karea Aku pikir harus menarik garis yang jelas” ucap Soo Ho lalu teringat sesuatu dan mengeluarkan dari
saku jaketnya dan menaruh dilantai. Bo Nui melihat ada sebungkus obat,
“Kau tampaknya memiliki gangguan
pencernaan. Jika kau
mau antibiotik, ambil pil dalam kotak biru. Jika kau mau obat penghilang rasa
sakit, ambil yang di kotak kuning. Kau
pasti tahu lebih banyak tentang obat-obatan dari diriku. Aku yakin kau bisa mencari tahu.” Kata Soo Ho, Bo Nui binggung kenapa Soo Ho
memberikannya obat.
“Katakan padaku... Apa penyakit yang kau miliki? Aku melihatmu minum obat di hotel lalu Kau batuk sepanjang waktu. Kau sering cegukan dan Kau juga jatuh dengan sangat
mudah, serta punya masalah pencernaan. Bagaimana kondisimu?” kata Soo Ho yang mengingat saat Bo Nui minum sebotol,
seperti obat lalu terbatuk di kantor dan cegukan saat di ruanganya dan ketika
dihotel tiba-tiba terjatuh begitu saja, yang terakhir Bo Nui memukul dadanya dalam mobil Bo nui
makin binggung.
“Apa yang akan terjadi... tiga minggu kemudian? Apa kau akan dioperasi? Apa Kau akan mati? Apa yang akan terjadi sebenarnya?” kata Soo Ho
“Tunggu. Aku tidak mengerti maksudmu. Kenapa aku dioperasi? Kenapa kau tanya apa aku akan
mati?” kata Bo Nui
Soo ho meminta agar Bo Nui tidak berusaha
keras menyembunyikannya karena sudah tahu
semuanya, kalau Bo Nui punya sisa waktu terbatas. Keduanya saling menatap bersama. Bo Nui pun tertawa,
lalu memastikan kalau Soo Ho itu berpiki dirinya itu sakit parah, lalu
memberitahu yang minum di hotel adalah obat herbal anxiolytic dan meminumnya karena sangat gugup. Soo Ho pun hanya
terdiam.
“Apa itu maksudnya... kau menipuku?” kata Soo Ho salah menduganya. Bo Nui tak mengeri dengan
yang dikatakan Soo Ho
“Saat itu mengenai apa yang kau katakan padaku? Kau bilang hidupmu bergantung
pada hal itu dan akan berakhir dalam tiga minggu. Kau itu menipuku.” Ucap Soo Ho
“Kau langsung mengambil
kesimpulannya sendiri. kenapa
malah menyalahkanku ?” keluh Bo Nui
“Terserahlah.. Mari
kita berhenti membicarakannya. Aku
akan mengirim perjanjian yang direvisi dengan
bagian tentang tidak ada sentuhan fisik.” Kata Soo
Ho mengambil kembali obatnya.
Bo Nui tersenyum menahan tawa, lalu berkata Soo Ho itu ternyata
lebih baik dari yang dipikirkanya. Soo
Ho mengeluh Omong kosong apa yang dibicarakan. Bo Nui menjelaskan kalau Soo Ho berpikir dirinya
sekarat jadi merasa kasihan dan menyetujui syarat yang konyol. Soo Ho mengomel ternyata Bo
Nui itu tahu kalau itu konyol.
“Kau khawatir dan membawakan ku obat. Kau tidak mahir berkelahi,
tapi kau melakukannya untuk melindungiku... Kau
sebenarnya baik. Kalau
kau bicara sedikit lebih baik, maka kau
akan menjadi pria sempurna.” Saran Bo Nui. Soo Ho
sempat terdiam mendengarnya.
“Waktunya.... Sudah lebih 1 jam 20 menit. Batalkan kencan besok dan
tambahkan 1 jam 30 menit... ke
kencan hari sabtu depan. Sampai jumpai minggu depan.” Kata Soo Ho buru-buru keluar.
“Bisakah kita... menggunakan waktu itu sekarang? Maksudku 1 jam 30 menit. Mari kita gunakan sekarang. Tidurlah denganku, Tuan... Je Soo Ho.” Kata Bo Nui dengan penuh pengharapan
[Shim
Bo Nui sakit parah.]
Soo Ho berjalan akan meninggalkan rumah sakit, lalu tak
sengaja melihat Bo Nui yang menolong wanita tua yang panik dengan memakai
sepatu. Lalu Bo Nui berkata sendirian.
“Dia akan baik-baik saja. Semuanya
akan baik-baik saja, Yah..... Akan
baik-baik saja.” Ucap Bo Nui meyakinkan
untuk ibu pasien dan dirinya.
Soo Ho pun terdiam tak percaya ternyata dugaan Ryang Ha
benar kalau Bo Nui itu sedang sakit parah.
bersambung ke episode 5
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar