[RS. Universitas Hanguk]
Bo Nui berjalan menuruni tangga dan Soo Ho mengikutinya
dari belakang. Sampai di tangga terakhir Bo Nui membalikan badanya berpikir
kalau semua itu tak nyata dan hanya mimpi saja. Soo Ho hanya tersenyum
mengejek.
“Kubayangkan Bo Ra bangun, ratusan ribu kali. Tapi aku tak pernah egois ingin
melihatnya, dalam
mimpi sekalipun.” Ungkap Bo Nui
“Mulai sekarang, kita datang
melihatnya, bahkan Ratusan
ribu kali.” Kata Soo Ho, Bo Nui tersenyum lebar,
Soo Ho pun memalingkan wajahnya menahan senyumannya.
“Di kehidupanmu sebelumnya, aku pasti berbuat baik untukmu. Tapi aku tak akan berharap lebih. Kupikir tak akan bisa melihatnya
seumur hidup jadi aku akan melihatnya satu kali.” Kata Bo Nui lalu mengucapkan terimakasih dan pamit
pulang.
“Tunggu Sebentar! Kau mau pergi begitu
saja?” kata Soo Ho, Bo Nui binggung
Soo Ho dengan gugup akan mengantarnya pulang, Bo Nui
pikir tak perlu karena jaraknya dengan jadi bisa
jalan dan tak akan merepotkannnya. Soo Ho pun tak bisa berbuat apa-apa membiarkan Bo
Nui pergi.
Bo Nui menaiki tanga jalan, tiba-tiba dari belakang Soo
Ho berlari dengan wajah gugup mengatakan “Makan
saja” dan mengajak mereka makan. Bo Nui binggung tiba-tiba
Soo Ho mengajaknya makan.
“Maksudku, dari pagi sampai
sekarang, aku mengantarmu. Aku
kan jimatmu. Mau kabur gitu saja setelah memanfaatkanku? Kau
bilang terima kasih. Aku
tak percaya kehidupan masa lalu, jadi balasnya sekarang saja.” Ucap Soo Ho
“Tidak, tadi aku mau datang berkunjung ke tempatorang
tuaku, tapi malah memaksaku…” kat Bo Nui, Soo Ho tak mau dengar langsung menunjuk
restoran yang ada didekat sana.
Soo Ho membua buku menu, Bo Nui melihatnya mengajak untuk
pergi sja, Soo Ho mengatakan Habis makan baru mereka pergi. Bo Nui melihat menu makannya Belut, ikan
pipih, salmon, nigiri, ikan, jadi tak ada yang bisa
dimakan jadi lain kali saja mentraktirnya. Soo Ho langsung mengangkat tangan
untuk memesan. Bo Nui meminta maaf pada pelayan karena akan pergi. Tapi Soo Ho
mengatakan akan memesan makanan.
Dua menu makanan ditaruh diatas meja, Soo Ho bersyukur
karena ada menu makanan yang bisa dimakan. Bo Nui pikir benar juga. Soo Ho yakin anak buahnya itu
pasti senang karena baik-baik
saja, Bo Nui menyangkalnya, lalu Soo Ho mengajak untuk segera
makan saja.
“Setelah makan seafood perutmu pasti sakit? Kudengar dari Ibumu dulunya kau suka sekali ikan.” Kata Bo Nui khawatir, Soo Ho hanya menatapnya, Bo Nui
pun tak ingin membahasnya, tapi akhirnya
Soo Ho mulai bicara.
“Aku hampir mati, karena jatuh ke laut. Sebelumnya sudah kubilang, imajinasiku
bagus. Memoriku
bahkan lebih bagus lagi. Rasa Asinnya
seolah tertinggal di tenggorokan, bahkan baunya
seolah masih nempel di hidungku. Itu Begitu
jelas. Setelah
itu aku tak mau makan ikan dan Ini
trauma yang penyebabnya jelas.” Cerita Soo Ho lalu
menyuruh mereka segera makan setelah itu pergi membeli kopi. Bo Nui menatap Soo
Ho dengan raut wajah kesedihan.
Soo Ho membaringkan kepalanya di kursi taman, Bo Nui
membawa dua gelas kopi mesin melihat Soo Ho yang membaringkan kepalanya lalu
perlahan mendekatinya dan tepat diatas wajah atasanya langsung mengagetkanya.
Soo Ho terbangun, terlihat tenang melihat Bo Nui ada tepat didepan matanya.
“Kau Sedang apa?” ucap Soo Ho dingin, Bo Nui akhirnya duduk disampingnya
dengan memberikan segelas kopi.
“Aku cuman ingat saat pertama kali
bertemu denganmu. Hari
itu kau kesal gara-gara aku, kan?” kata Bo Nui menyadarinya.
“Kau Terus-menerus, selalu, bikin kesal, setiap waktu.” Ucap Soo Ho dingin
“Aku minta maaf karena terus-terusan, dan selalu membuat masalah untuk mu Kurasa itu sebabnya kehidupan
yang sudah digariskan tak
bisa diperbaiki. Aku akan lebih berhati-hati.”
Kata Bo Nui dengan duduk menjau karena tak ingin membuat Soo Ho sial.
“Kau bilang… orang tuamu meninggal
saat usiamu 16, kan? Menurutmu...
itu juga kesalahanmu? Karena
pisau, takdir, atau apalah namanya?” ucap Soo
Ho menatap Bo Nui
“Waktu itu aku tidak tahu. Awalnya hanya anak ayamku yang mati, hanya teman sebangkuku yang
terluka, alu Ayah-Ibuku… Bahkan saat mereka tiada ketika membelikan
tiket untuk putrinya, kupikir
hal itu kebetulan semata. Apabila sejak
awal aku tahu, mungkin keadaan akan lebih baik. Dan Kalau
tahu sejak dulu, aku akan menyerahkan Bo Ra untuk diadopsi…” ucap Bo Nui merasa menyesal
Soo Ho mengomel Bo Nui itu berlebihan karena selama ini
sudah memberikan hidupnya pada adiknya.
Bo Nui pikir harus cari uang dan tak
butuh makanan, tapi ada sesuatu yang paling
menakutkan.Pikiran kalau akan mengambil Bo Ra darinya dan beberapa terbangun dengan menyentuh wajahnya lagi
dan lagi. Soo Ho menatap Bo Nui dalam-dalam.
“Haruskah kutebak yang tengah Presdir pikirkan? Coba…“Oh, betapa menyedihkannya, betapa naifnya wanita ini...
benar-benar tidak berubah” Benar
kan?” kata Bo Nui
“Pasti berat sekali bagimu. Kau Masih kecil sudah memberi makan,
mendandani dan
membesarkan adiknya… Pasti
sangat berat.” Ucap Soo Ho, Bo Nui balik menatap dengan
berkaca-kaca lalu mengajak pulang karena sudah
menyita banyak waktunya. Soo Ho pun berlari
mengejar Bo Nui, agar bisa berjalan bersebelahan.
Bo Nui sedang berdoa tiba-tiba mengingat saat Soo Ho
memeluknya dirumah sakit, lalu menyadarkan kenapa ditengah berdoa malah
berpikir yang macam-macam dan memcoba memejamkan matanya untuk bisa fokus
berdoa.
“Aku hanya memikirkan Bo Ra! Tolong jaga dia, dari kepala
sampai kaki, dan
sadarkanlah dia, Aku tak
ingin yang lainnya.” Ucap Bo Nui berdoa
Soo Ho berbaring ditempat tidurnya, mengingat saat Bo Nui
mengagetkanya, senyuman terlihat lalu terbangun menatap tanganya, mengingat
saat memeluk Bo Nui di rumah sakit dengan mengatakan Kapanpun Bo Nui ingin membesuknya, maka katakan padanya. Akhirnya ia membanting tubuhnya di tempat tidurnya.
Bo Nui terlihat gelisah diatas tempat tidurnya begitu
juga Soo Ho, sampai akhirnya mereka seperti saling berhadapan di tempat tidur
masing-masing membuat mata mereka terlelap.
Pagi hari
Soo Ho duduk melamun di sofa depan tempat tidurnya,
seperti sedang berlatih bicara bertanya
“ apakah tidurmu nyenyak semalam?” lalu membaringkan tubuhnya di sofa
memikirkan kalau itu terlalu berlebihan atau tidak, dengan menatap ponselnya
kakinya pun dinaikan ke atas.
“Apa kau sudah bangun? Kau sedang
apa?” ucap Soo Ho kembali berlatih, lalu menghela nafas
memikirkan caranya bicara dengan Bo Nui
“Apa Kau sudah sarapan?” kata Soo Ho, akhirnya menyerah
dengan melempar ponselnya di kasurnya.
Bo Nui sudah pergi ke rumah sakit dengan membaca banyak
makanan dan diberikan pada perawat yang menjaga dilantai adiknya sedang
dirawat. Perawat Lee heran melihat Bo Nui yang bawa banyak sekali makanan, Bo
Nui menanyakan keadaan adiknya hari ini karena
Mulai sekarang, ingin menulis buku harian. Perawat Lee memberitahu kalau Bo Ra sedang sangat sibuk
karena sedang bertemu pria super tampan yang kemarin bersamanya, Bo Nui terdiam menebak-nebak.
Bo Nui mengintip melihat siapa yang mengunjungi adiknya,
Gun Wook keluar dari ruangan. Bo Nui hampir kaget tapi bisa bernafas lega
ternyata Gun Wook yang mengunjungi adiknya. Gun Wook heran menurutnya memang ada
orang lain selain dirinya.
“Tidak. Perawat Lee bilang ada pria tampan datang. Kata Bo Nui, Gun Wook dengan bangga mengatakan memang
hanya dirinya. Bo Nui hanya bisa menahan tawa saja.
“Lalu Bo Ra bagaimana? Dia makin
membaik, kan? Tangannya
bagaimana? Apa Kau lihat
jarinya gerak?” tanya Bo Nui
“Dia pasti masih tidur. Aku menyelinap ke sana untuk menyapanya lalu pergi. Nuna juga ingin lihat Bo Ra, kan?” kata Gun Wook
“Gun
Wook, aku sudah lihat wajahnya Bo Ra! Menatapnya
langsung!” Ucao Bo Nui dengan wajah bahagia, Gun
Wook kaget bertanya kapan Bo Nui melihat adiknya.
“Kemarin, berkat Presdir Je. Dia menyuruhku
menganggapnya sebagai jimat! Kapanpun
aku ingin membesuk Bo Ra, dia mau datang bersamaku. Presdir memang sangat benci takhyul! Kupikir orangnya keras, tapi
makin mengenalnya dia
ternyata sangat baik.” Ungkap Bo Nui, Gun Wook
terlihat sedih tapi berusaha untuk tersenyum menurutnya itu bagus.
Gun Wook dan Bo Nui pulang kerumah bersama-sama, Bo Nui
melihat sosok orang yang dikenalnya, tapi kenapa harus datang keruma tanpa menelpnya.
Gun Wook bertanya siapa yang datang. Bo Nui memberitahu itu Presdir Je,sambil
bertanya apakah sudah nunggu lama, karena seharusnya menelpnya lebih dulu.
“Apa Dia masih suka ke sini?” ucap Gun Wook kesal
“Kadang mampir kalau lewat sini...” kata Bo Nui merapihkan rambutnya dikaca mobil.
“Ahh.... orang kepribadiannya... Kemarin ia mendadak datang, ngomong hal yang menakutkan, kalau Nuna mau bunuh diri. Lalu
Dia mondar-mandir di sekitar sini, semalam suntuk.” Cerita Gun Wook
Bo Nui tak percaya Soo Ho bisa seperti itu dan bertanya
kapan, Gun Wook menyuruh tetanggaitu itu sadar dan memberitahu saat Bo Nui tak
pulang seharian. Bo Nui terdiam karena baru mengetahuinya, Gun Wook melepaskan
sabuk pengamanya menurutnya tak bisa dibiarkan jadi akan jelaskan batasannya. Bo Nui panik ikut keluar dari mobil untuk menahanya.
Gun Wook menepuk pria yang memakai jaket dengan memanggil
Presdir Je, tapi saat berbalik ternyata bukan Suk Ho. Pria itu tiba-tiba
mengatakan kalau dugaanya itu benar kalau Gary Choi,
“Halo, aku reporter Choi dari
Women's Sense. Kudengar
kau mencari ayahmu. Benar begitukah?” Ucap Reporter Choi langsung mengajukan pertanyaan. Gun
Wook binggung tiba-tiba disodori pertanyaan.
Bo Nui akhirnya maju bertanya apa yang sedang dilakuanya,
tiba-tiba jepretan blitz dari pintu apartement. Bo Nui melarang reporter lain
agar tak mengambil gambar. Gun Wook pun dengan tanganya mencoba menutupi kamera
agar tak mengambil gambarnya.
Foto Gun Wook yang melarang reporter mengambil gambarnya
terlihat dilayar. Sul Hee mondar mandir diruangan rapat, menurutnya Kantor
penyelidik, detektif entah apalah itu, kemungkinan
informasi bocor dari situ, sambil duduk
didepan Gun Wook meminta agar memberikan nomor telpnya. Gun Wook hanya
membaringkan tubuhnya sambil mengangkat kakinya, Soo Ho ikut melihat dari meja
sebelah.
“Jangan khawatir. Kita punya
berkas yang asli. Mereka
janji akan bayar denda kalau membuat salinannya.”
Kata Sul Hee, Gun Wook hanya diam. Suk Hee frustasi menurutnya haruskah menuntut
mereka semua
“Aku pikir Tak perlu digubris, karena Hanya akan membuat gosip yang
lain.” Kata Soo Ho
“Amy, aku mau wawancara di tv.” Ucap Gun Wook akhirnya duduk tegak dikursinya. Sul Hee
kaget mendengarnya.
“Sekarang mungkin kita bisa
memblokirnya, tapi
hanya soal waktu rumornya akan beredar. Setelah wawancara di tv, untuk game juga tidak akan ada
masalah.” Kata Soo Ho
“Jangan paksakan diri. Kalau kau tak mau, kami juga tak
akan memaksa.” Ucap Soo Ho bisa mengerti
“Gary. Orang diluar sana sangat kejam. Mungkin sekarang mereka memujimu, tapi begitu tahu kesalahan kecil Maka kau akan dicap bajingan. Atau anak palling menyedihkan.” Jelas Sul Hee
“Mereka bisa mengatakan hal
semacam itu. Akan
kutanggung sendiri. Selama
Ayah bisa kutemukan, maka tak
masalah bagiku.” Kata
Gun Wok
“Wawancara TV dampaknya bagus. Yang paling penting, karena Gary, hal itu akan jadi cepat menyebar.” Ucap Soo Ho
Sul Hee bisa mengerti lalu mengusulkan akan
ajukan konsep yang mereka inginkan karena tak mau Gary dicaci maki oleh
siapapun. Soo Ho menegaksan Zeze
juga akan mendukung Gun Wook sebisa mungkin jadi Kalau
butuh sesuatu, katakan saja. Sul He bisa sedikit
tersenyum dan Gun Wook bisa sedikit lega walaupun wajahnya terlihat khawatir.
Bo Nui mondar mandir depan ruang rawat, lalu melihat Gun
Wook baru keluar dan langsung menghampiri menanyakan kelanjutanya. Gun Wook
menjelakancPertahanan terbaik adalah menyerang jadi memutuskan melakukan dengan caranya
sendiri. Bo Nui bisa bernafa lega mendengarnya.
D-30
Soo Ho memberitahu Versi betanya harus mereka selesaikan sebelum Gary pergi. Dal Nim panik karena waktunya terlalu
mepet, begitu juga yang lainya terlihat menghela nafas
panjang.
“Gary adalah karakter utamanya, jadi kita
butuh kepastiannya. Orang
yang menangani skenarionya adalah Shim Bo Nui Setelah wawancara Sabtunya, tolong tulis kisah mengenai orang
tuanya.” Ucap Soo Ho, Bo Nui mengerti menuliskan pada agendanya.
“Dalam sebulan, kita akan buka
beta. Lalu Dalam 3 bulan, kita akan rilis
resminya.” Jelas Soo Ho semua menjerit kaget.
“Lalu Workshop kita bagaimana? Hari Jumat ini! Tak bisa dibatalkan! Aku ingin makan daging! Daging!” kata Seung Hyun merengek, Yoon Bal menyuruh teman
kantornya itu tak banyak komentar, Soo Ho menopang dagunya.
“Kalau kupikir-pikir, kita harus..... kurasa kita harus pergi.” Kata Soo Ho, Semua menjerit tak percaya Atasanya yang
gila kerja mau pergi berlibur.
“Bersenang-senanglah saat
workshop. Supaya
kalian lebih giat kerja. Mengerti!” ucap Soo Ho, semua menjerit bahagia mendengarnya. Soo
Ho bisa tersenyum melihat Bo Nui juga ikut tersenyum. Ponsel Bo Nui getar,
buru-buru Bo Nui keluar ruangan, Mata Soo Ho pun mengikuti arah saat Bo Nui
keluar lalu ikut keluar ruangan.
Bo Nui menerima telp di luar ruangan, saat membalikan
badan melihat Soo Ho sedang berjalan memberitahu akan kembali keruangan. Bo Nui
memangilnya lalu mengucapkan terimakasih. Soo Ho melihat sekeliling lalu
mendekat dan bertanya untuk apa berterimakasih.
“Dengan mempertimbangkan Geon Wook, Harus diakui kau memang Harimau yang baik.” Ungkap Bo Nui
“Ini Beda kalau bicara soal dirimu tapi kenapa aku harus jadi Harimau yang baik untuk Gary? Dan Kenapa juga kau berterima kasih
padaku karena hal itu?” keluh Soo Ho
“Karena dia sudah seperti adikku.” Ucap Bo Nui
“Wow, kau pasti sangat peduli padanya.” Komentar Soo Ho terdengar cemburu, Bo Nui langsung
tersenyum dan pamit pergi.
Soo Ho tiba-tiba berteriak “makan” Bo Nui membalikan
badanya. Soo Ho mengajak Bo Nui makan kalau memang mengucapkan terimakasih jadi
meminta untuk mentraktirnya makan. Bo Nui meminta maaf karena ada janji hari ini, Soo Ho
ingin tahu dengan siapa, tapi akhirnya bisa mengangguk mengerti dan pergi. Bo
Nui bertanya-tanya kenapa Soo Ho itu ingin sekali makan denganya.
Seung Hyun dan Dal Nim sedang di depan komputer
menganggum Gary Choi yang terlihat sangat keren dangan badan yang bagus. Seung
Hyun bahkan Gary itu lebih baik dibandingkan coklat. Soo Ho melihat keduanya
yang menganggum Grafik wajah Gary dalam games
“Dia pasti salah satu manusia tampan di bumi.” Komentar Dal Nim dengan memegang layar Komputernya
“Dengan kata lain, wanita
tergila-gila kalau
lihat pria tampan...” komentar Ji Hoon sinis,
Seung Hyun menyuruh mulut temanya itu diam saja.
Ji Hoon pun meledeknya. Seung Hyun mengajak Dal Nim untuk
melihat pemandangan indah lagi. Soo Ho yang melihatnya juga terlihat kesal lalu
masuk ruangan. Dal Nim berbisik kalau Soo Ho tak bisa
membandingkannya dengan malaikat.
Nyonya Yang mengetuk pintu memanggil Tuan Goo, Bo Nui
melihatnya panik tapi akhirnya mencoba menghampirinya. Nyonya Yang senang
melihat Bo Nui yang akhirnya datang juga, lalu memberitahu tempat itu adalah peramal
yang sangat terkenal jadi Bo Nui juga
harus meramal nasibnya dan ia yang kaan membayarnya. Bo Nui ingin menolak tapi
Nyonya Yang menariknya untuk segera masuk ke dalam.
“Kami mau minta jimat lain. Ini Nona
yang tahu soal jimat jug.Dia staf
di perusahaan anakku. Terlihat Cantik,
kan?” ucap Nyonya Yang pada Tuan Goo,
Bo Nui hanya bisa tertunduk terlihat Tuan Goo menatap
sinis padanya. Bo Nui akhirnya menyapa Tuan Goo. Nyonya Yang kaget karena
terlihat keduanya saling kenal
“Aku juga sering kesini untuk minta
jimat keberuntungan. Maaf
sebelumnya tak bilang padamu” ucap Bo Nui
mengakuinya.
“Omo, jangan-jangan di kehidupan
sebelumnya kita suami-istri. Ini kebetulan sekali, Tuan Goo Tolong
lihat kecocokan kami! Sepertinya
kami bagus kalau bersama.” Ucap Nyonya Yang penuh
semangat
“Jangan pedulikan aku, Nyonya saja, Aku
ke sini untuk melakukan tugas! “ ucap Bo Nui
“Pertama, anakku dulu! Bagaimana dengan Rakun itu? Apa masih di dekatnya?” kata Nyonya Yang, Bo Nui panik memberikan kode agar
Tuan Goo tak memberitahunya.
“Aku pernah cerita soal rakun
jahat itu, kan?” ucap Nyonya Yang pada Bo
Nui, dengan wajah tak tahu apa-apa Bo Nui mengatakan mengingat dengan mengumpat
si Rakun jahat. Nyonya Yang pun
kembali bertanya pada peramal, Tuan Go menyebar garam lalu melirik pada Bo Nui
dan memberitahu melihat sebuah ombak.
Soo Ho membungkuk di meja kerjanya melihat grafik Gun
Wook yang sedang bermain tenis dengan badan yang terlihat sangat bagus. Lalu
matanya melirik pada Garam dan kaktus di atas mejanya, keduanya pemberian dari
Bo Nui.
“Ombaknya
bergulung-gulung.” Soo Ho
menaruh semua barang Bo Nui dalam laci meja karena tak mau melihatnya.
“Dia masih bergelayut di
kakinya, Sebelum anakmu menyadarinya, maka dia ada di bawahnya!” Soo Ho pun kembali menaruh garam dan kaktusnya, lalu
tersenyum melihat barang yang diberikan Bo Nui.
Bo Nui dan Nyonya Yang makan siang bersama, Nyonya Yang
bertanya apakah di kantor tak terjadi sesuatu, seperti atap yang bocor,toiletnya
luber atau penjernih udara di ruangan Soo Ho
yang rusak. Bo Nui mengeleng, Nyonya Yang
memberitahu anaknya itu harus jauh-jauh dari air.
“Dia pernah jatuh dan hampir mati saat masih kecil!” kata Nyonya Yang khawatir
“Oh! Begitu rupanya... Aku akan mengawasinya.” Kata Bo Nui
“Aku tak percaya. Manusia bodoh
itu menceburkannya ke
laut, katanya untuk mengajarinya renang.” Ucap
Nyonya Yang menyesal
“Lalu Siapa... yang sengaja
menceburkannya?” tanya Bo Nui
“Pria yang waktu itu kepalanya bocor. Apa dia rakun bagi Soo Ho?” pikir Nyonya Yang, Soo Ho hanya diam saja
Nyonya Yang memberikan jimat pada Bo Nui untuk percayakan
jimatnya, Bo Nui pikir lebih baik Nyonya Yang memberikan
sendiri saja kalau memang sedang didekat kantornya. Nyonya Yang mengatakan tak
ingin Soo Ho membuang di depan matanya, membuatnya hatinya menciut. Bo Nui akhirnya
menerima jimatnya.
Tiba-tiba Tuan Ahn akan mengantar ayam memanggil Bo Nui,
akhirnya Bo Nui menyapa Tuan Ahn lebih dulu. Tuan Ahn melihat Bo Nui yang baru
makan siang. Nyonya Yang bisa mendengar suara Tuan Ahn yang dikenalnya. Bo Nui
pun bertanya balik apakah Tuan Ahn sudah makan, Tuan Ahn mengatakan sudah makan
lalu menyuruh Bo Nui segera menemui tamunya kembali.
Bo Nui memberitahu kalau wanita itu adalah ibu dari
Presdir Je, karena mendapatkan tugas darinya. Nyonya Yang membalikan badanya,
seolah-olah tak kenal hanya menyapa tanpa mau menatapnya. Tuan Ahn sedikit
kaget, Bo Nui memperkenalkan Tuan Ahn itu pemilik restoran ayam didekat kantor.
Nyonya Yang pun memilih untuk buru-buru pamit pergi saja, Bo Nui pun pamit
masuk ke kantor pada Tuan Ahn.
Dal Nim masuk ke dalam kantor lalu menjerit panik melihat
komputernya dan memanggil Seung Hyun, bertanya apa yang terjadi dan apakah bisa
diperbaiki. Seung Hyun kaget melihat wajah Gun Wook yang tak beraturan
menurutnya itu pasti ulah laki-laki di tim mereka.
“Siapa!!! Siapa yang melakukan ini!!!” teriak Seung Hyun marah
saat tim pria pada masuk ruangan.
“Oh! Sepertinya kau salah pencet!” kata Ji Hoon, Seung Hyun menuduh pasti Ji Hoon yang
melakukanya. Ji Hoon mengelengkan kepala kalau bukan ia yang melakukanya.
“Kami semua baru balik makan
siang. Kenapa
menuduh kami?” keluh Yoon Bal, Dal Nim berteriak siapa
yang melakukan sesuatu Kekanak-kanakan sekali.
“Mana mungkin aku mengetahuinya” jerit Dae Kwon mengikuti
gaya Dal Nim dengan bertolak pinggang.
Soo Ho berjongkok sambil memegang tabnya sengaja membuat
wajah Gun Wook jelek menurutnya, ada orang yang tulang
hidung, tulang pipi dan
jidatnya sama semua, menurutnya tak ada tampan
sama sekali. Wajahya tersenyum bahagia ketika melihat Grafik wajah Gun Wook
yang dibuatnya tak berhentuk.
Lalu tersadar melihat ada gelas berisi Garam dan kacang
merah, menurutnya Bo Nui benar-benar berlebihan karena setiap sudut pasti
diberi penangkal. Ketika akan keluar, Dal Nim menarik Bo Nui ke pantry, Soo Ho pun kembali
berjongkok dibalik counter. Dal Nim mengeluh Bo Nui yang tak akan ikut
workshop.
“Aku
harus melihat kondisi Bo Ra setiap hari. Kalau terjadi apa-apa saat aku
ikut bagaimana?” ucap Bo Nui khawatir
“Saat kuliah kau juga seperti itu, tak ikutan MT karena kerja. Kau hanya pergi ke Seoul itupun karena harus kerja sambilan! Sekarang Bo Ra sadar, apa tak bisa kau liburan sejenak?” kata Dal Nim
“Aku memang pingin seperti itu, Ke tempat yang bagus, lihat pemandangan bagus, makan
yang enak.” Ucap Bo Nui berharap, Dal Nim pun
merengek akan Bo Nui ikut denganya.
“Hari itu, Bo Ra mengalami
kecelakaan. Kupikir
kalau diberi waktu sedikit lagi, maka bugnya
bisa kutemukan. Dan
aku terus berfikir begitu, semenit, dua menit lalu
operasinya Bo Ra ditunda.” Seperti
yang kau katakan,
setelah Bo Ra sadar, hati
ini rasanya ingin istirahat. Tapi...
itu namanya aku egois.” Kata Bo Nui lalu
meninggalkan temanya karena sudah tahu pasti tak akan bisa ikut. Dal Nim mengeluh kalau itu bukan egois, Soo Ho terus
mendengar pembicaran keduanya dalam diam.
Bo Nui menemui Tuan Won bertanya apakah sudah siap, Tuan
Won membawakan beberapa eksemplar selebaran, Bo Nui pikir karena ditempatnya
sekarang baik-bauk jadi Tuan Won juga harus kerja dengan baik. Tuan Won pun mengucapkan terimakasih., berjanji akan
membalas budi secepatnya.
Bo Nui mengambil setengah dari lembaran brosur dan mengajak mereka cerita
kapan-kapan lagi.
Tuan Won meminta Bo Nui mengembalikan brosurnya, Bo Nui
pikir dua orang
kerjanya lebih cepat. Tuan Won benar-benar
mengucapkan terimakasih banyak karena membuatnya bisa bertahan hidup. Bo Nui
menyuruh Tuan Won tak perlu berkata seperti itu dan bicara kencang-kencang seperti
biasa saja. Tuan Won kembali berbicara dengan
lantang mengucapkan terimakasih.
Tuan Won dan Bo Nui memberikan brosur restoran untuk
datang makan siang, beberapa orang pun ada yang mengambil lalu membuangnya,
atau menolaknya. Soo Ho baru pulang kerja melihat Bo Nui yang membagi-bagikan
selebaran di jalan, lalu berusaha tak peduli akhirnya meninggalkanya.
Bo Nui ingin memberikan selembaran pada seorang pria
berdasi, dengan kasarnya mendorongnya sampai membuat brosurnya jatuh semuanya.
Akhirnya Bo Nui membereskan Brosur yang berserakan, tiba-tiba datang seseorang
yang membantunya, Bo Nui kaget melihat Soo Ho yang membantu membereskanya lalu
mengucapkan terimakasih.
Soo Ho mengulurkan tanganya, Bo Nui binggung. Soo Ho
bertanya apakah Bo Nui tak ingin berkerja dengan memberikan brosurnya. Bo Nui
hanya diam saja, Soo Ho akhirnya mengambil sendiri. Bo Nu menjelaskan sebagai
ganti dari air mineral itu jadi Tuan Won melakukan kerja sambil dan ia
membantunya. Soo Ho mengtakan kalau ia tak bertanya lalu berjalan pergi,
mengelilingi pohon kecil dan kembali mengulurkan tanganya.
“Sekarang ini... apa yang sedang kau lakukan?” ucap Bo Nui binggung
“Aku Minta Brosurnya, Dari orang ternaif sedunia.” Kata Soo Ho lalu mengambil banyak-banyak ke tanganya.
“Presdir Won jadi begini gara-gara aku.” Ucap Bo Nui merasa menyesal
“Kau katakan itu lagi!!! Pisau
tajam itu? Kau
bernasib sial? Itu lagi?” keluh Soo Ho
“Setelah dia merekrutku, penjualannya menurun!” kata Bo Nu, Soo Ho tak mau dengar lalu ingin membahas
tentang Worshop.
Tapi Tuan Won melihat Soo Ho langsung berlari
mendekatinya ingin menjabat tanganya, tapi Soo Ho terlihat sinis. Tuan Won memberitahu
punya proposal brilian, tentang AlphaGom, Generasi robot dan kecerdasan
buatan masa
depan akan hadir dan punya teman di Cheongwadae (istana presiden). Bo Nui langsung mengajak Tuan Won untuk menyingkir
saja.
Soo Ho pun ikut pergi, Bo Nui memohon pada Tuan Won tak
masalah kalau melakukan padanya tapi jangan pada Soo Ho. Tuan Won mengerti lalu
melihat ke arah Soo Ho lalu Bo Nui dan berbisik kalau keduanya itu pasti ada
sesuatu. Bo Nui Binggung.
“Aku Tahu, walaupun hanya melihatnya, aku tahu
semuanya.” Ucap Tuan Won bisa menebaknya.
“Kalau seperti ini harusnya kau jadi peramal saja. Tak ada apa-apa antara kami!” kata Bo Nui yakin
Oh,
kalau tak ada apa-apa, lalu kenapa Presdir Je mondar
mandir di sana?” kata Tuan Won menunjuk
kearah Soo Ho
Bo Nui melihat Soo Ho mondar mandir didepan sepedanya,
melihat Bo Nui dari kejauhan akhirnya memilih untuk membalikan sepedanya lalu
pergi. Tuan Won melihat Soo Ho yang pergi lalu mengoda Bo Nui pasti itu adalah
cinta. Bo Nui menyangkalnya menurutnya tak mungkin, Tuan Won yakin kalau
seperti itu dan sangat wajar melihatnya seperti itu.
Tuan Ahn sedang membereskan meja direstoranya, Nyonya
Yang menelpnya meminta maaf karena tadi siang bersikap seperti orang yangtak
mengenalnya. Tuan Ahn mengatakan mengerti karena merasa canggung harus
menyapanya didepan staf anaknya.
“Bukan begitu! Anak itu stafnya
putraku, jadi Takutnya dia nyebarin gosip. Maaf, Young Il Oppa.” Ucap Nyonya Yang, Tuan Je yang sedang lewat mendengar
istrinya yang menyebut nama Young Il dengan panggilan Oppa.
“Oppa! Kau harus Ingat , makan sup ikannya. Kalau habis bilang saja,
mengerti?” ucap Nyonya Yang, Tuan Je mendengar
istrinya untuk mengingatkan makan sup ikan,Tuan Ahn pun mengatakan akan
mengingatnya dan mengucapkan terimakasih.
Setelah Tuan Ahn menutup ponselnya, Soo Ho terlihat sudah
berdiri didepan pintu dengan tatapan dingin. Nyonya Yang sempat terlihat khawatir
lalu menengok memastikan tak ada yang mendengarnya. Tuan Je sudah tak
ditempatnya berdiri, ia sudah pergi ke pinggir danau menenangkan dirinya.
Tuan Ahn membawa dua gelas, satu berisi soda dan satu bir
seperti biasa. Soo Ho menukar dengan memilih minum bir, Tuan Ahn binggung
bertanya apakah terjadi sesuatu. Soo Ho yang tak biasa minum bir langsung
mengeluarkan kembali lalu menyebutkan nama Shim Bo Nui, dengan menghela nafas
kalau stafnya itu yang menjadi masalahnya.
“Bo Nui kenapa? Apa Dia bikin masalah?” tanya Tuan Ahn panik
“Tidak, aku terlihat uring-uriangan sendiri, Apa dia
juga bicara aneh saat kerja di sini?” tanya Soo
Ho
“Dia
hanya terlalu khawatir.” Kata Tuan
Ahn menenangkanya, Soo Ho dengan kebinggungan bertanya apa yang harus dilakukan
pada Bo Nui.
“Bukan soal apa yang akan kau lakukan, tapi Bo Nui khawatir terjadi sesuatu
padamu. Coba lihat, Bo Nui melekatkan itu
sendiri, Untuk memastikan aku tak terluka.” Ucap Tuan Ahn menunjuk ke langit-langit ada sebuah
lembaran jimat menempel.
“Dia tak pernah membolehkanku
mengantar kerjaan
yang menggunakan pisau dan minyak
panas, jadi dia yang mengerjakannyam Karena dia takut kesialannya
menimpaku.” Cerita Tuan Ahn
Soo Ho teringat kata-kat Bo Nui “Presdir Won jadi begini gara-gara aku. Setelah dia merekrutku penjualannya menurun!”
“Tiap kali memikirkan Bo Nui, aku merasa kasihan. Di umurnya sekaranga seharusnya dia bisa
menikmati hidup. Tapi
dia malah mengerjakan hal yang berbahaya.” Kata Tuan
Ahn ikut khawatir
Ryang Ha tiba-tiba datang membawas Soo Ho yang mengadakan
workshop lalu bertanya kapan
waktunya, dengan gayanya sok sibuk mengaku malas
ikut tapi sebagai pemegang saham terbesar maka akan traktir mereka semua. Soo Ho tiba-tiba langsung berdiri, Ryang Ha
bertanya mau kemana temanya. Soo Ho mengatakan mau ke suatu tempat dan temanya makan semuanya saja. Ryang Ha binggung
bertanya apakah ada yang salah dengan ucapanya pada Tuan Ahn.
Bo Nui baru masuk kerja, betapa kagetnya melihat Tuan Won
yang menjadi petugas kemanan saat masuk Zeze. Tuan Won pun menyapa Bo Nui
dengan senyuman bahagia. Bo Nui binggung kenapa bisa Tuan Won berkerja sebagai
petugas kemanan. Tuan Won mengatakan kalau kemarin malam, Soo Ho datang memohon
bantuannya.
Flash Back
Tuan Won kaget mengetahui tentang Petugas keamanan, Soo
Ho memberitahu ada lowongan untuk petugas keamanan, dengan begitu akan
dapat asuransi, uang tunjangan dan uang lembur. Tuan
Won pikir mereka itu posisinya sesaama atasnya, merasa aneh kalau berkerja pada
Soo Ho.
Soo Ho pikir kalau meman Tuan Won tak mau yang masalah.
Tuan Won menarik Soo Ho kembali duduk bukan mau menolaknya tapi hanya aneh
saja, dengan wajah serius bertanya kapan bisa mulai berkerja.
Tuan Won mengatakan kalau itu hanya sementara, apabila
sudah punya modal, maka akan
buat proyek. Bo Nui tersenyum bahagia merasa sekarang
beban dipundaknya jadi menghilang. Tuan Won langsung menyapa Soo Ho dari
kejauhan, Soo Ho baru masuk kantor berusaha acuh lalu masuk kantor dengan
cepat, Bo Nui pun berlari mengikutinya, dengan senyuman bahagia.
Di dalam lift
Bo Nui melirik begitu juga Soo Ho melirik tapi keduanya
tak ada yang mau bicara lebih dulu. Bo Nui menarik nafas ingin bicara, tapi Soo
Ho mulai bicara mengatakan kalau aneh sekali. Bo Nui menengok binggung berpikir
kalau yang aneh itu dirinya.
“Itu... Presdir Ku, Won Dae Hae, yang bangkrut karenamu. Kudengar dia dapat kerja di
tempat yang bagus. Kau
bilang, kalau dirimu itu membawa
sial, tapi hal
bagus terjadi. Ini Aneh
sekali!” ucap Soo Ho, Bo Nui hanya bisa tersenyum mendengarnya
karena semua itu berkat Soo Ho.
Bo Nui melihat adiknya dengan teropong, Gun Wook datang
ke atap membawakan bir, menurutnya Sepulang kerja harusnya Bo Nui mampir ke Rumah sakit.
Bo Nui mengatakan hanya ingin terus melihatnya. Gun Wook pikir karena Bo Nui akan pergi workshop
Besok jadi merasa tak tenang. Bo Nui mengatakan kalau tak akan ikut.
“Kenapa? Apa Presdir Je memintamu tak ikut? Apa dia mendiskriminasi karyawan
kontrak?” ucap Gun Wook menuduh
“Tidak! Aku harus mengawasi Bo Ra, jadi tak punya waktu untuk melakukan
hal lain. Oh iya. Apa Kau siap untuk wawancara? Jangan gugup, lebih baik santai saja!” kata Bo Nui masih memikirkan Gun Wook.
“Sebetulnya, aku mau minta bantuanmu. Nuna, Apa kau mau menemaniku? Rasanya kalau kau bersamaku, maka aku jadi punya banyak kekuatan!” ucap Gun Wook
“Kalau gara-gara aku, lalu kau dapat sial bagaimana? Aku akan mendukungmu dari rumah.” Ucap Bo Nui,
Gun Wuk pikir Bo Nui bisa mengusir
kesialan karena akan bawa
garam dan sangat yakin kalau semua ini sangat penting baginya.
Bo Nui karena itu tak bisa datang kesana, menurutnya Kalau Gun Wook tak bisa menemukan Ayahnya karena dirinya, maka nanti pasti akan
menyesalinya seumur hidup. Gun Wook tertunduk diam
terlihat sedih.
Sul Hee sedang ada dirumah, menerima telp Gun Wook
dimalam hari. Gun Wook memberitahu Latihan besok sepertinya
harus dibatalkan. Sul Hee binggung, Gun Wook pikir Sul Hee itu lupa. Sul
Hee menyangkalnya dan berpesan jangan sampai lelah sebelum tampil di tv, karena ia juga ada
keperluan penting, serta meminta agar merawat
wajah dan juga menenangkan pikiranya. Gun Wook mengerti.
Setelah menutup ponselnya terlihat senang dan sibuk
dengan membungkus bekal pada kotak makan dan memasukan ke dalam tas. Gun Wook
menatap ponselnya lalu membuka sebuah website dengan senyuman bahagia.
bersambung ke part 2
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar