Ji Hee sudah memegang buket bunganya, dengan gaun
pengantin yang terlihat anggun. Fotographer meminta agar melempar bunga dengan
tinggi. Hae Young sudah siap untuk menangkapnya, dalam hitungan ketiga Ji Hee
melempar bunganya, Hae Young dengan mudahnya meloncat dengan sepatu high heel,
lalu mengangkapnya.
Semua tamu langsung tepuk tangan, Hae Young dengan bangga
mengangkat bunganya, Bibi Hae Young memalingkan wajahnya terlihat malu, begitu
juga ayah dan ibunya hanya bisa menghela nafas. Nenek Do Kyung bertanya pada
anaknya apakah cucunya mau menikah lagi. Tuan Oh memberitahu kalau bukan lagi, tapi memang
kemarin belum menikah.
“Jadi, dia akan menikahi lelaki
itu lagi ?” tanya Nenek Hae Young
“Ibu, nanti dirumah aku akan
ceritakan semuanya.” Ucap Bibi Hae youn pada
ibunya, tamu yang dibelakang juga penasaran dengan Hae Young, Bibinya berbisik
akan menceritakan nanti. Ibu Hae Young melirik sinis.
Fotographer kembali meminta agar melempar pelahan supaya
bisa mengambil gambarnya, Hae Young terlihat sangat bahagia menerima bunganya,
beberapa tamu berbisik membicarakan Hae Young. Sementara ayah dan ibunya hanya
bisa diam saja. Semua orang bertepuk tangan memberikan applouse.
Di dalam taksi
Ayah dan Ibu Hae Young terlihat duduk tegang, Hae Young
mencuci mulutnya dengan air merasa makanannya asin semua, lalu memberikan pada ibunya. Sang ibu menolak dengan
ketus. Hae Young mengatakan belum pernah melihat pengantin
yang cantik sekali di gedung pernikahan.
“Aku bilang mereka cantik cuma
basa basi… Nantinya
kalau aku menikah dan ada yang bilang aku cantik maka Aku tidak akan tertipu.” Ucap Hae Young dengan melihat buket bunganya.
Ayah Hae young dan Ibunya terlihat hanya bisa menghela
nafas dengan menatap kearah keluar jendela.
Do Kyung belanja di supermarket melihat Jin Sang sedang
menunggu trolly, heran karena bukan dirumah saja malah ikut denganya. Jin Sang
mengatakan kalau kakaknya itu ada dirumah dan pasti sudah tahu alasanya.Do
Kyung menyuruh temanya Jangan buang waktu dan Segera putuskan, menurutnya Apapun keputusannya, kakaknya tak akan membencinya.
“Do Kyung, apa
kau bisa ciuman dengan kakakmu ?” kata Jin
Sang, Do Kyung mengumpat temanya itu sudah gila,
“Itu perasaanku saat ini. Apa sekarang
sudah paham perasaanku ? Apakah
aku bisa ciuman atau tidak, jawabannya sudah jelas. Aku sudah punya jawaban Tapi rasanya aku tetap harus
melakukan sesuatu. Aaah, aku sungguh tidak tahu
harus bagaimana.” Keluh Jin Sang dengan wajah
kebingungan lalu tersadar kalau Do Kyung sudah meninggalkanya.
Do Kyung pergi ke bagian buah-buahan, Jin Sang
mengikutinya bertanya apakah temanya mau masak untuk Oh Hae
Young 2. Do Kyung berteriak kesal menyuruh temanya untuk
menyebut nama pacarnyadengan benar. Jin Sang menjelaskan namanya itu sama, jadi memberi
urutan yang tepat “Oh Hae
Young One... Oh Hae
Young Two.” Do Kyung melirik sinis, Jin Sang
akhirnya tertunduk meminta maaf.
“Tapi, kalau kau mau memasak untuk
perempuan harusnya
kau tanya aku dulu. Untuk apa membeli benda ini ?” ucap Jin Sang melihat trolly berisi daun selada. Do
Kyung tak peduli sibuk memilih bahan masakanya.
“Aku ini, lulusan Stanford dengan
ijazah memasak untuk wanita. Nah,
kalau lelaki ingin memasak untuk perempuan maka menunya
bisa apa saja. Kau harus memilih menu yang bisa
membuatmu terlihat keren. Misalkan, penggiling lada.” Ucap Jin Sang bersemangat dengan gaya memutar botol
lada, dengan mengunakan timun.
Menurut Jin Sang dengan Gerakan itu, bisa membuat wanita terpukau, lalu gerakan memeras leman dengan
tangan, pasti ototnya itu akan timbul. Bahkan wanita bisa tergila-gila
karena saat menabur garam. Do Kyung hanya tersenyum
melihat tingkah temanya. Jin Sang tiba-tiba merasa gaya itu sedikit
membosankan karena bisa dituduh menyontek orang.
“Jadi, kau harus memilih makanan
yang bisa menggiling lada, atau memeras lemon. Maka
harus selalu, pasta !” ucap Jin Sang penuh
semangat
“Hae Young suka masakan Korea.” Kata Do Kyung membawa bahan-bahan ke dalam
keranjangnya.
“Apa kau lihat aku? Aku
bersemangat sekali kalau membahas soal perempuan. Kenapa aku malang sekali ?” keluh Jin Sang, Do Kyung melempar melon karena kakaknya
itu menyukai buah itu, Jin Sang merasa temanya itu sedang mengejeknya lalu
membawanya.
Do Kyung berjalan dilorong bumbu dan ingin mengambil
botol kecap. Jin Sang memberitahu Dirumah ada kecap asin. Soo Kyung tiba-tiba berjalan disamping Jin Sang bertanya
apakah mencarinya, Jing Sang berusaha menghindar tapi Soo Kyung terus
memepetnya dan bertanya apakah Sudah siap, Apa kau mau ciuman, Jin Sang berusaha menjauhkan agar Soo Kyung tak
mendekatinya.
“Kalau sudah siap, bilang !” teriak Soo Kyung lalu berlari meninggalkan Jin Sang
melalui lorong.
Jin Sang terlihat mencoba menyadarkan diri dengan memukul
punduknya, lalu berlari ke lorong lainya, Do Kyung hanya bisa diam sambil
mengelengkan kepalanya melihat tingkah teman dan kakaknya.
Hae Young mengambil foto masakan pacarnya menurutnya masakannya lulus tes. Do Kyung menyuruh Hae Young segera makan saja, Hae Young mengaku
tidak terbiasa mengambil foto
makanan jadi Makanan Do Kyung akan jadi yang pertama dan akan memotret untuk
kenang-kenangan. Setelah selesai foto,
keduanya mulai memakanya.
Pertama-tama Hae Young mencoba kuahnya, menurutnya
rasanya lumayan dan bisa menebak Kaldunya dibuat terpisah, lalu berkomentar Do Kyung itu impresif. Lalu mencoba kwetiaunya, dan memberikan jempol
menurutnya tak ada yang bisa dilakukan, lalu berpikir Do Kyung itu tidak
bisa bersikap imut
“Kau tidak bisa bilang
"Imut-imut" sambil mencubit pipiku, kan ?” kata Hae Young menantang, Do Kyung berjanji akan
melakukan dan Hae Young tersipu malu dan mengajak mereka untuk lekas
makan. Do Kyung menyuruh
temanya makan pelan-pelan saja
“Kali ini apa kau tidak akan bilang aku cantik
kalau makan ?” kata Hae Young mengoda
“Apa senang mendengarnya kalau kau
yang meminta mengucapkan ?”ejek Do Kyung
Hae Young terlihat cemberut lalu kembali makan, Do Kyung
tiba-tiba memuji pacarnya itu cantik. Hae Young terdiam lalu wajahnya langsung
bersemu merah, lalu berteriak sangat bahagia. Do Kyung ikut tersenyum dan
tertawa mendengarnya.
Soo Kyung mendorong koper ke ruang tengah, Jin Sang
merengek. Soo Kyung menegaskan Sudah 24 jam dan menyuruhnya untuk pergi. Jin Sang kembali memohon
agar tak melakukannya. Soo Kyung menegaskan Jin Sang sudah tahu,karena mereka bahkan tidak bisa ciuman.
Jadi,
mana bisa kita jadi suami istri ? Tidak
akan bisa ! Jangan
buang waktu, lebih baik segera
pergi dari hidupku.” Tegas Soo Kyung
“Mana bisa aku pergi dari hidupmu
? Dan Apa bisa pergi begitu saja ? Ada bayiku disini.” Ucap Jin Sang tak tega
“Tak apa. Jangan merasa terbebani.
Ini
bukan sepenuhnya tanggung jawabmu. Aku akan besarkan anakku sendiri.
Lalu,
sampai aku pergi imigrasi kau jangan
kemari lagi.” Kata Soo Kyung dengan mengajak berjabat
tangan untuk berjanji.
“Apa nuna bisa ciuman denganku ?” kata Jin Sang menantang, Soo Kyung mengatakan bisa
melakukanya.
Jin Sang tak percaya, Soo Kyung dengan mata berkaca-kaca
merasa sepertinya bisa melakukanya.
Keduanya pergi ke luar rumah disebuah jalan yang sepi,
Soo Kyung sudah menyandarkan kepalanya di dinding. Jin Sang ada didepanya, lalu
berusaha untuk mendekat menciumnya, Soo Kyung menarik lehernya agar cepat
melakukanya, Jin Sang menahanya agar mereka melakukan perlahan-lahan dan tidak
terlalu agresif.
Soo Kyung melepaskan tanganya dari leher Jin Sang dan
menurunkan tanganya, bersikap malu-malu. Jin Sang pun mulai mendekatkan
wajahnya melakukan posisi yang baik untuk berciuman, tapi Soo Kyung sempat
membuka matanya karena Jin Sang terlalu lama. Jin Sang kembali mencoba mencium
kakak Do Kyung, tangan Soo Kyung memegang leher Jin Sang, hanya satu centi lagi
bibir keduanya akan bersentuhan.
Hae Young selesai makan mengeluarkan sesuatu dari tasnya,
Do Kyung datang membawakan minuman. Hae Young memperlihatkan sebuah surat
menceritaan Waktu SMA, ada anak laki-laki yang menulis surat untuk menurutnya sangat manis, mengaku menemukan saat
merapihkan surat-suratnya jadi meminta pacaranya untuk mendengarnya. Do Kyung mengatakan tidak
akan cemburu pada anak SMA.
“Ayo... Dengarlah dulu... "Aku melihatmu berjalan sambil menangis saat pulang sekolah, Melihatmu menangis,
rasanya hatiku ikut
hancur. Aku ingin menghiburmu Tapi aku tidak bisa
mengganggumu yang sedang menangis. Aku hanya mengikutimu dari belakang,
berjaga-jaga Kalau kau pingsan karena menangis. Aku akan memberimu pelukan"” ucap Hae Young membacanya dengan bersemu-semu
Do Kyung mulai cemburu bertanya siapa pria brengsek itu,
Hae Young tertawa lalu kembali membaca surat dari pria yang menyukainya “Kenapa ? Hal buruk apa yang terjadi sampai kau begitu ? Saat kau bilang, karena Chang Gook
Young meninggal. Aku jadi marah pada Chang Gook Young karena membuat wanita yang kusuka menangis. Aku iri padanya, dan ingin menjadi dirinya"
“Suruh dia ketemu Do Kyung hyung
dulu.” Ucap Do Kyung menantang, Hae Young tersenyum lalu
kembali membaca suratnya
"Saat
pulang, aku menyobek semua foto-fotonya Aku murka" Ini surat yang Manis, kan ?” kata Hae Young, Do Kyung mengelengkan kepala. Hae Young
merasa kalau itu sangat manis.
Flash Back
Si cantik Hae Young memberikan surat pada temanya, Hae
Young binggung. Si cantik Hae Young memberitahu Ini surat
cinta untukmu saat kita SMA. Hae Young pun
menerimanya sambil membaca di luar ruangan, lalu melihat ada lembaran surat
lainya.
“Aku langsung tahu
kalau surat ini diperuntukan untukmu. Aku tidak ingin memberinya padamu..... Aku tidak ingin
memberinya padamu.” Tulis si
cantik Hae Young pada suratnya.
Saat SMA Si cantik Hae Young membaca surat cinta
untuknya, lalu mengingat kembali kalau itu bukan Hae Young dirinya tapi orang
yang saat itu tertukar raportnya, lalu ibunya menenangkan dengan mengandeng
anaknya, tak masalah kalau nilai anaknya itu jelek.
“Kau tumbuh besar
dengan kasih sayang orang tuamu. Aku tidak ingin kau dicintai oleh seorang cowok juga. Rasanya
seperti barangku diambil olehmu. Aku selalu membuang surat cinta untukku selama
ini. Tapi aku tidak bisa membuang yang satu ini, Karena bukan
milikku.”
Saat masih SMA si cantik Hae Young menaruh surat dilaci
meja belajarnya. Lalu setelah mengirimkan surat pada Hae Young berjalan di
taman.
“Aku pikir, dapatkah
aku kembalikan surat ini padamu dengan senyum suatu hari ? Saat aku cukup baik dan mengakui kalau aku iri padamu maka aku bisa kembalikan surat ini untukmu. Makanya sampai sekarang aku tidak bisa membuang surat ini. Aku masih
belum merasa baik. Tapi rasanya aku
harus kembalikan ini padamu. Harus kukembalikan agar aku bisa jadi orang baik. Aku
akan berusaha dan akan kulakukan.”
Si cantik Hae Young terlihat berkaca-kaca setelah
memberikan surat pada Hae Young, sedangkah Hae Young terlihat terus membaca
surat yang dituliskan oleh temanya.
“Surat ini butuh 13
tahun untuk tiba di tanganmu. Maafkan aku. Aku juga merasa
kasihan pada anak laki-laki yang menulis surat ini untukmu.”
“Aku kira, hanya aku
yang membandingkan diriku dengan dirinya. Tapi dia bilang, dia selalu membandingkan dirinya dengan diriku.
Karena dia merasa
begitu, Apa aku merasa bahagia ? Apa rasanya nyaman ? Kenapa rasanya
sedih ?” gumam Hae Young seperti menyadari
kesalahanya.
Hae Young mengingat seorang pria yang melempar batu ke
rumahnya sambil mengumpat Hae Young gadis saja dan berteriak “Semoga
hidupmu bahagia !”
“Apa mungkin, anak
laki-laki yang melempar batu ke jendela rumah ... Apakah dia sungguh suka padaku ?” gumam Hae
Young memikirkanya.
Hee Ran menerima telp dari temanya, yang meminta
dicarikan pada buku kenangan SMA yang bernama “Lee Kang
Yong”. Hae Young pikir
mungkin di kelas 7 atau 8 jadi meminta agar mengirimkan foto untuknya. Hee Ran pun
menemukan lalu mengirimkan fotonya. Hae Young terdiam melihat foto yang
dikiriman Hee Ran tak sesuai dengan bayanganya.
Do Kyung penasaran ingin melihatnya, Hae Young menutup
ponselnya agar Do Kyung tak melihatnya. Do Kyung tetap ingin melihat siapa pria
brengsek yang menuliskan suratnya, Hae Young berjalan mundur tak ingin
melihatnya. Do Kyung terus mendesak agar ingin melihatnya. Ponselnya bergetar
dan langsung mengangkatnya.
Ibunya bertanya keberadaan anaknya, Hae Young berbohong
kalau sedang ada dirumah Hee Ran denga menahan tangan Do Kyung, lalu mengatakan
akan menginap malam ini. Do Kyung terdiam mendengarnya, Ibunya tak percaya
menyuruh memberikan ponselnya pada Hee Ran, Ayah Hae Young mencoba mendengar
pembicaraanya.
Hae Young akhinya duduk dengan satu tangan di pegang oleh
Do Kyung, mengeluh pada ibunya, memberitahu sudah
dewasa untuk menginap diluar, lalu mengomel pada
ibunya yang sebelumnya mengatakan akan memberikan anaknya pada Do Kyung. Ibu
Hae Young mengancam akan datang dan menyuruhnya segera pulang sebelum menyeret
keluar dari rumah itu lalu menutup telpnya. Hae Young cemberut dan Do Kyung pun
tak bisa berbuat apa-apa.
Hae Young masuk rumah sambil berteriak marah, menurutnya
ibunya Tidak masalah selama ia pulang rumah , tapi ia bisa melakukan apapun saat pulang lebih awal
bahkan siang hari pun bisa. Ibunya langsung melempar lap, meminta anaknya jangan
mengumbar
hubungan cintanya.
“Kenapa kau cerita semuanya ke
orang-orang ?! Dasar... Gadis
tidak punya harga diri. Kalau aku
sampai melihatmu memasak untuk dia dan keluar masuk rumahnya... Aku akan membunuhmu.” Teriak Ibu Hae Young
“Malam ini dia memasak untukku !” balas Hae Young berteriak
“Kenapa dia memasak untukmu ? Buat apa dia memasak untukmu
kalau kalian akan putus ?! Apa
dirumah tidak ada makanan ?!” teriak Ibunya
Kami
akan putus atau tidak, dari mana
ibu tahu?!” teriak Hae Young, Tuan Oh mencoba
menenangkan keduanya agar tak adu mulut, istrinya menepis tangan suaminya agar
tetap berbicara.
“Aku berkata begini padanya ”Kalau dia menikahimu meskipun
akan mati, maka
datanglah ke pernikahan Sun Hee. Kalau tidak, jangan datang. Dan Bajingan
itu tidak datang !” teriak Ibunya. Hae Young
terdiam, suaminya membala kalau Do Kyung itu Pasti ada
alasannya alasanya.
“Kau, semua keluarga kita sudah
tahu ceritamu. Jadi Tidak
lagi ... Asal kau tahu saja. Kalau
kau mau pacaran dengannya, lakukan diam-diam. “
tegas Ibu Hae Young lalu masuk kamar, Hae Young terdiam mengetahui jawaban Do
Kyung yang tak datang ke pernikahan.
Hae Young mencuci wajahnya, dengan tangan yang terbungkus
plastik, sambil menangis, lalu tiba-tiba keluar dari kamar mandi berteriak pada
ibunya yang sedang duduk dimeja makan.
“Kenapa bilang begitu pada dia ?! Kenapa menekannya ?! Aku
tidak perlu menikah !” teriak Hae Young
“Kalau tidak mau
menikahinya,kenapa mau dibawa ke pernikahan ?”
ucap ibunya
“Karena kukira ayah dan ibu tidak
akan terlihat menyedihkan kalau begitu. Aku tahu semua orang menggosipkan
aku, makanya
aku ingin membawanya agar kalian tidak malu ! Kalau dia datang ... maka kalian tidak akan malu !” tegas Hae Young sambil menangis lalu kembali masuk
kamarnya.
Hae Young mencoba menepuk wajahnya memasang cream wajah
walaupun masih terlihat sedih, ponselnya berdering Do Kyun menelpnya. Hae Young
pun mengangkatnya, Do Kyung mendengar suara pacarnya yang berbeda. Hae Young
mengaku sedang nangis. Do Kyung
panik bertanya kenapa menangis.
“Ibu memukulku, Karena aku bohong ada di rumah
Hee Ran. Aku sudah dewasa masih juga
dipukul.” Ucap Hae Young berbohon, Do Kyung mendengar pacarnya
menangis meminta agar tak menangis.
“Ibu sedang melotot padaku, aku
tutup dulu. Nanti telpon lagi.” Kata Hae Young berbohong lalu menutup ponselnya.
Do Kyung terdiam seperti bisa mengerti kenapa Hae Young
menangis, Hae Young tertidur dikamarnya sambil mensugestikan dirinya “Saat aku akan
meninggal kalau aku mengingat
momen ini.... ini bukan apa-apa.... Ini bukan apa-apa.
Jangan menahan diri dan lakukan.” Lalu
membuka matanya.
Jin Sang masih berada diposisi yang sama tapi belum juga
bisa mencium kakak dari temanya. Soo Kyung mulai merasakan lehernya yang sakit,
Jin Sang pun merasakan pinggangnya yang kaku karena terlalu lama membungkuk,
Soo Kyung berusaha berjalan seperti tubuhnya lemas dan hampir jatuh. Jin Sang
dengan sigap menahanya agar tak jatuh. Soo Kyung melepaskan tangan Jin Sang
mengatakan baik-baik saja, sambil memegang lehernya yang kram.
“Nuna, sungguh ... Aku minta maaf. Aku
sudah ciuman dengan banyak perempuan. Tapi
dengan nuna ...” kata Jin Sang mengakuinya.
“Aku mengerti.... Jadi Pergilah... Kau
sudah berusaha.” Ucap Soo Kyung
“Tapi, aku mana bisa pergi kalau
kau punya bayiku ?” kata Jin Sang tak tega, Soo
Kyung memilih untuk pergi dengan memegang pingang dan lehernya dengan kaki
diseret. Jin Sang tiba-tiba menarik dari belakang, dengan posisi miring
langsung mencium Soo Kyung.
Pagi hari
Hae Young keluar dari kamar dengan membawa tas kecilnya,
lalu mencari CD dan menyalakan pada Playernya, Ibunya yang sedang mengepel
mengancam anakya kalau menari lagi seperti orang gila. Lagu musik Tanggo
terdengar, Hae Young membalikan badan seperti siap menari, Ibunya pun juga siap
melempar lap pelnya.
Tapi Hae Young berjalan dan ibunya terus bersiaga kalau
anaknya sampai menari. Hae Young berjalan, mengambil tasnya lalu keluar rumah.
Ibunya hanya bisa mengangkat lap pel tanpa melemparnya, Akhirnya dengan kesal
mengepel lantai mengikuti irama musik Tanggo.
Hae Young makan ayam goreng dengan garpu dengan gelas bir
ukuran besar, Hee Ran pun datang memesan segelas bir juga, mengatakn tidak
tahu ada restoran ayam didekat sini lalu bertanya
kenapa temanya siang-siang sudah makan
ayam dan bir.
“Sebelumnya kau senang seperti di
awan. Sekarang
apa lagi ?!” tanya Hee Ran heran
“Kenapa aku selalu merendahkan
diriku saat sedang berkencan
? Aku akan
melakukan semua, sampai aku diputuskan. Aku
tidak perduli kalau aku
lebih cinta padanya. Sekarang rasanya berbeda. “ ucap Hae Young, Hee Ran bertanya apakah temanya itu
masih memikirkan tentang hal itu.
“Jujur saja ... Aku tidak mengerti kenapa kau
berpikir kalau Park Do Kyung tidak akan menikahimu. Bukankah
kau harus pelan-pelan dan melihat apakah dia tepat untukmu ?.” jelas Hee Ran
“Cinta selalu datang saat sudah
waktunya Aku tidak butuh waktu untuk memikirkannya. Aku ingin memegang
tangannya, lalu tidur dengannya dan
menikahi dia. Tapi, hal itu tidak selalu
terjadi berurutan. Saat
aku jatuh cinta di dalam kepalaku, aku sudah tidur dengannya dan menikahi dia. Apa
cuma aku saja ?” kata Hae Young heran
Hee Ran menegaskan memang hanya Hae Young saja yang
memikirkan itu, Hae Young terlihat tak yakin hanya dirinya, lalu melihat nama
di ponselnya yang menelp “Oppa tetangga.” Hee Ran bertanya kenapa tak menjawab, Hae Young
mengatakan sedang berusaha jual mahal.
Do Kyung ada diruangan akhirnya hanya diam karena Hae
Young tak menerima telpnya, didepanya terlihat berkas “Pemberitahuan
Penahanan Sementara” dan dilembaran berikutnya adalah
hasil keputusanya. Ibu Do Kyung datang dengan wajah panik, melihat lembaran berkas
dan langsung mengambilnya.
“Jangan dipikirkan.” Ucap Nyonya Heo menyembunyikan dibelakang badanya, Do
Kyung bertanya apakah itu Pinjaman pribadi
“Dia dan aku , sudah sering melakukan perjanjian.
Lalu Dia
melakukan ini tanpa alasan, selama ini dia selalu
diam kalau aku telat membayar. Sebentar lagi surat tahanannya
ditarik. Jadi Jangan khawatir.” Kata Nyonya Heo panik
“Jangan berpikir untuk mendapat
uang dari tempat lain untuk menghentikan ini.
Biarkan saja.” Kata Do Kyung terkesan
pasrah
Nyonya Heo meminta agar tak khawatir karena bisa akan
mengatasinya. Do Kyung mengatakan itu bukan masalah
jadi lebih baik biarkan saja lalu keluar ruangan. Nyonya Heo binggung anaknya
itu tak marah seperti biasanya
Hae Young pulang kerumah, sambil menendang-nendang kaleng
bekas minuman soda. Tatapan terlihat kesal sambil terus menendangnya. Tiba-tiba
kalengnya dihentikan oleh kaki seseorang, Do Kyung sudah berdiri depanya
menahan kalengnya, lalu kembali menenang ke arahnya. Hae Young pun menahan
dengan kakinya. Keduanya akhirnya berjalan bersama dengan Hae Young yang
menendang kaleng.
“Waktu aku kecil, aku
pernah menendang kaleng sampai kerumah. Aku
jadi terikat pada kaleng itu, sampai akhirnya tidak bisa
kubuang. Aku bilang "ini cuma
kaleng" lalu
masuk kedalam. Tapi aku keluar lagi dan mengambilnya.” Cerita Hae Young, Do Kyung berkomentar kalau ceritanya
itu sangat manis.
“Kenapa telponku tidak diangkat ?” tanya Do Kyung, Hae Young menjawab dengan menendang
kalengnya kalau sedang marah, Hae Young bertanya alasanya. Hae Young pun
kembali menendang lalu menatap pacarnya
“Aku kira kita sama-sama saling
suka. Tapi ternyata cuma aku yang
begitu. Kalau kau tidak menyukaiku 100%, tapi
hanya 89% lebih baik
bilang padaku maka Aku akan
ikuti angkamu. Kau hanya 89% sementara aku 100%. Setiap
terjadi sesuatu .. Aku
merasa tidak baik. Sekarang Bilang
berapa angkamu ?” kata Hae Young, Do Kyung
menjawab 100%.
“100% milikmu , sepertinya beda dengan 100%-ku.” Tegas Hae Young, Do Kyung meyakinkan kalau sungguh rasa
cintanya 100%. Hae Young
melirik sinis.
Do Kyung tersenyum karena Hae Young kembali memanggil “kau”
apabila sedang merah. Hae Young tak mau membalasnya, menyuruh Do Kyung pergi
saja. Do Kyung meminta agar memeluknya sebelum pergi, karena kalau tak
memeluknya maka akan merasa sedih, bahkan bisa ikut marah juga, lalu
membentangkan tanganya. Hae Young langsung memeluknya, lalu menyuruhnya untuk
segera pergi dan mengambil kaleng lalu dibawa masuk ke dalam rumah. Do Kyung
pun melihat dari depan pintu saat Hae Young masuk ke rumah, lalu berjalan
pulang.
Tae Jin membuka pintu rumahnya melihat sudah ada Do Kyung
yang berdiri, lalu Do Kyung mengatakan mengizinkan Tae Jin ambil
semua bahkan siap berantakan. Ia juga aka memberi tangan dan kakinya memang kalau
menginginkanya, Tapi jangan bunuhnya. Tae Jin pun menyuruh Do Kyung untuk segera masuk
karena ada CCTV diluar.
Tae Jin langsung menendang kaki Do Kyung saat masuk
kerumah, dengan posisi seperti berlutut Tae Jin duduk didepanya sambil meminum
bir.
“Pada
suatu siang ... Aku
sedang jalan dengan setelan jas favoritku. Lalu mendadak ada bajingan yang
menendang lututku. Jadi aku tanya.Kenapa kau
melakukan itu ? Apa Kau tahu
jawaban bajingan itu ? Dia
bilang kesalahan.” Cerita Tae Jin
mengumpamakan hidupnya.
“Setelah dia membuatku hancur
berantakan dan dia
bilang itu kesalahan. Tapi, itu belum selesai. Belakangan
aku tahu bajingan itu memakai pakaian favoritku. Dia
sudah salah menendangku lalu
mencuri bajuku juga ? Kalau
kau jadi aku, apa yang kau lakukan ?” kata Tae
Jin geram
“Jangan bunuh aku.” Kata Do Kyung pasrah
Tae Jin membanting gelas winenya dan pecah berantakan,
lalu mulai memukulnya, menendang, melampiaskan semua rasa kesalnya.
Hae Young menangis dalam tidurnya, lalu akhirnya
terbangun menelp “oppa tetangga” dan langsung mengucapkan permintaan maafnya. Dan
mengaku tak bisa tidur karena marah, serta sangat merindukanya. Do Kyung
terlihat sudah babak belur duduk di trotoar, Hae Young meminta Do Kyung untuk
segera datang.
“Datanglah Kemari, meskipun kau cuma 89%. Aku mohon
datanglah” ucap Hae Young
“Tidak bisa....” kata Do Kyung mau melihat babak belur, Hae Young
berpikir kalau sekarang Do Kyung cinta hanya 70% . Do Kyung hanya diam saja lalu berjalan dengan wajah
babak belur dan kaki sedikit diseret.
“Sebelum aku mati
... Aku menyesal karena tidak cinta padanya sepenuh
hati. Makanya aku membuat
keputusan berbeda. Dan sekarang ada
disini. Kalau kali ini, aku mati Aku mungkin akan
menyesali momen ini. Karena aku tidak
bisa jujur. Dan tidak bisa
bersikap jujur. Saat aku membuatnya salah paham. Aku menyakiti perasaannya. Sama dengan Han Tae
Jin yang tidak bisa jujur dan menyakiti perasaannya ... Apakah aku, melakukan kesalahan yang sama dengannya ?” gumam Do Kyung sambil berjalan menyusuri jalan.
Haruskah, aku
berkata jujur saat ini Kalau aku mungkin akan mati sebentar lagi ? Kalau aku berkata jujur dapatkah kita tetap
bahagia seperti saat ini ? Kalau dia tahu aku akan mati dapatkah dia senyum padaku seperti saat ini ? Gumam Do Kyung sambil terus berjalan.
Hae Young terdiam melihat wajah Do Kyung yang babak
belur, lalu bertanya siapa yang melakukanya, lalu berteriak bertanya “Siapa
pelakunya ?!” lalu menangis sambil tertunduk. Do
Kyung yakin Hae Young pasti tak menyangka kalau ia akan dipukul seperti ini,
tapi ia sebenarnya sudah menunggu. Hae Young terus saja terunduk menangis. Do
Kyung pun memeluknya.
“Dibandingkan kesalahanku padanya
... Aku harus
menahan semuanya , termasuk
kalau bisnisku dirusak, dan
aku dipukuli. Aku baik-baik saja
... Jangan berani-berani
menemui dia. Maaf
karena tidak bisa ke acara pernikahan. Aku
punya alasan. Sampai aku mati. Aku
tidak akan meninggalkanmu. Bukan 89%, tapi aku 100%.” Bisik Do Kyung lalu keduanya berpelukan dengan erat.
Hae Young masuk kamar sambil menangis, sambil bergumam “Aku harap luka Tae
Jin dapat segera sembuh. Aku harap kami
semua, bisa punya hati yang tenang. Aku harap tidak ada
yang pergi dengan hati yang sakit. Baik Tae Jin, aku, juga dia ...” lalu
berusaha tidur sambil menangis.
Do Kyung berjalan pulang dengan melewati jembatan pun
bergumam “Aku masih ingin melihatnya tersenyum. Aku ingin melihatnya
bahagia. Aku masih ingin melihat itu.” Lalu berlari
dengan cepat, Saat itu pengelihatanya kembali datang, Tae Jin mengendarai mobil
terlihat ingin menabraknya.
bersambung ke episode 16
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
ayo mbak dilanjut, semangaat terus yaa
BalasHapus