Joon
Hyung kaget melihat ibunya yang ada didepan matanya, Bok Joo terdiam ternyata
wanita yang diantar olehnya adalah ibu Joon Hyung. Akhirnya Ibu Joon Hyung
mendekati anaknya, keduanya saling menatap. Joon Hyung akhirnya menangis
melihat ibunya akhirnya datang menemuinya.
“Aku
selalu ingin tahu... bagaimana dirimu setelah tumbuh dewasa. Ternyata Kau
tumbuh jauh lebih baik dari yang kubayangkan.” Ucap Ibu Joon Hyung sambil
mengelus pipi anaknya. Joon Hyung menangis bahagia melihat ibunya.
Nyonya
Lee duduk di apotik dengan wajah gelisah ingin tahu apakah Joon Hyung sudah
bertemu dengan ibunya sekarang. Tuan Jung pikir sepeti itu karena Ibunya datang
ke sekolah hari ini. Nyonya Lee berharap Ibu Joon Hyung tidak menyebutkan
tentang kartu pos dan sudah memintanya untuk tidak melakukan itu.
“Ibunya
Joon Hyung itu tidak bodoh. Kenapa dia harus menyebutkan hal itu? Itu hanya
akan menyakiti Joon Hyung.” Kata Tuan Jung yakin
“Aku
penasaran apakah dia akan mengenali Joon Hyung.” Ucap Nyonya Lee dengan wajah
khawatir.
Joon
Hyung hanya bisa tertunduk bertemu dengan ibunya di cafe. Ibunya mengatakan
tidak tahu daerah sini makanya tersesat dan bertanya pada seseorang, lalu Ternyata,
wanita tadi adalah temannya. Ia bertanya apakah
Joon Hyung sangat dekat dengannya. Joon Hyung membenarkan dengan tetap
menunduk.
“Apa kau
sudah makan? Jika kau lapar, ayo kita...” kata Ibu Joon Hyung, Joon Hyung
dengan cepat menolak karena merasa tidak
lapar seperti tak ingin merasa canggung.
“Bagaimana
dengan renang? Apa itu terasa tidak sulit atau baik-baik saja?” kata Ibu Joon
Hyung, Joon Hyung menjawab singkat, kalau bisa dibilang seperti itu.
“Ngomong-ngomong,
aku memiliki hadiah untukmu. Aku tidak
tahu apa yang kau butuhkan dan Ini sepasang sepatu. Aku pikir kau bisa
menggunakan dan berharap itu cocok untukmu.” Kata Ibu Joon Hyung menaruh hadiah
diatas meja.
Ia
menceritakan kalau hanya menebak-nebak ukurannya. Joon Hyung mengucapkan
terimakasih dengan nada canggung dan berjanji akan menggunakannya. Ibu Joon
Hyung memberitahu ketika membelikan
hadiah, banyak memikirkan anaknya, dengan bertanya-tanya setinggi apa dan
wajahnya sekarang.
“Maafkan
Ibu, Joon Hyung Ibu seharusnya datang lebih cepat untuk bertemu denganmu,
karena Ibu terlalu sibuk.” Ucap Ibu Joon Hyung, Joon Hyung bisa mengerti. Saat
itu ponsel Joon Hyung berdering, bibinya yang dipanggil Ibu menelpnya. Ibu Joon
Hyung terlihat sedikit kaget.
[Episode 15, Begitu Caranya Kau Menjadi Orang
Dewasa]
Nyonya
Lee mempersiapkan makan malam merasa tidak punya banyak waktu untuk
mempersiapkannya, tapi berharpa Ibu Joon Hyung bisa menyukai makanannya. Ibu
Joon Hyung mengaku rasanya sangat enak dan Masakannya selalu hebat seperti
biasanya.
“Itu
tidak benar akhir-akhir ini. Mungkin dia jadi bertambah tua karena makanannya
jadi semakin asin.” Goda Tuan Jung pada istrinya, Jae Yi memperingatkan ayahnya
kalau akan menyesali mengatakan hal itu pada ibu.
“Ikan ini
dagingnya sangat banyak, wahh... Kau membuat pilihan yang bagus.” Komentar Tuan
Jung tak ingin istrinya cemberut.
Ibu Joon
Hyung memberikan potongan ikan pada anaknya, Joon Hyung tetap menunduk
mengucapkan terimakasih, saat memakanya tiba-tiba tersedak dan meminta ibunya
mengambilkan minum. Dua orang yang biasa di panggil ibu langsung berdiri, Joon
Hyung hanya bisa melonggo begitu juga yang lainya.
Akhirnya
Nyonya Lee mengambilkan air dari dapur dan memberikan pada Ibu Joon Hyung agar
memberikan pada anaknya. Joon Hyung pun terlihat tak enak hati dengan keadaanya
sekarang.
Joon
Hyung mengantar ibunya pulang, Ibu Joon Hyung pikir bisa mencari taksi sendiri
tapi Joon Hyung tetap ingin mengantarnya. Tangan Ibu Joon Hyung mengenggam erat
tangan anaknya, Joon Hyung terdiam membiarkan ibunya memegang tanganya, lalu
menghentikan taksi yang lewat.
“Joon
Hyung... Apa kau ingin bertemu dengan Ibu besok? Sebelum Ibu pergi, Ibu ingin
membuatkanmu makanan. Jika kau tidak punya waktu...” kata Ibu Joon Hyung
langsung disela oleh Joon Hyung
“Aku akan datang. Setelah
latihan” kata Joon Hyung meminta nomor telp ibunya. Ibu Joon Hyung memberikan
nomor telpnya lalu naik ke dalam taksi, dengan melambaikan tangan. Joon Hyung
bisa tersenyum menantap tanganya tak percaya baru saja di genggam oleh ibunya.
Bok Joo
seperti menunggu seseorang di pinggir danau, Joon Hyung datang langsung
memeluknya dari belakang. Bok Joo berkomentar kalau Joon Hyung terlihat senang
dan menanyakan dengan ibunya, Jon Hyung pikir tidak terlalu banyak yang bisa
dikatakan. Bok Joo bisa mengerti Joon Hyung itu jauh lebih bahagia dari
sebelumnya. Joon Hyung tak percaya Bok Joo bisa melihatnya dengan jelas.
“Apa yang
kau lakukan dengan ibumu?” tanya Bok Joo menatap Joon Hyung
“Kami pulang
ke rumah dan makan malam. Aku mengantarnya sampai Ibu naik taksi.” Cerita Joon
Hyung, Bok Joo bertanya apakah hanya itu saja
“Aku akan
bertemu dengannya lagi besok.” Kata Joon Hyung, Bok Joo ingin tahu apalagi
selain itu.
“Aku
memegang tangan ibuku dan Rasanya sangat hangat.” Cerita Joon Hyung
“Aku jadi
cemburu, tapi akan membiarkannya kali ini karena dia adalah ibumu. Aku pikir
ibumu sangat merindukanmu, bahkan Dia datang jauh-jauh dari Kanada.” Kata Bok
Joo
Joon
Hyung menahan air mata bahagia, merasa dengan bangga kalau ibunya itu ingin
melihat anak tampan sepertinya. Bok Joo mengejek Joon Hyun sangat percaya diri
setelah bertemu dengan ibu dan tidak seharusnya cemburu karena ingin memiliki
ibu yang datang untuk mengunjungi kampusnya.
“Kau memiliki
ayah yang mendukungmu, bahkan kau juga memiliki paman yang hebat. Tapi Lebih
penting lagi, kau memiliki aku.” Ucap Joon Hyung memeluk pacarnya, Bok Joo
tersenyum membenarkan. Joon Hyung pun menangis haru dipelukan Bok Joo.
Joon
Hyung menerima telp dengan menyebut alamat Spring Residence kamar nomor 1803,
memberitahu kalau butuh waktu 30 menit untuk pergi ke tempat itu. Ibu Joon
Hyung meminta tolong agar Joon Hyung membawa album foto jika memilikinya,
karena ingin melihat fotonya saat masih kecil. Joon Hyung mengerti akan
membawanya beberapa dari rumah dan penuh semangat bertemu dengan ibunya.
Joon
Hyung membuka hadiah dari ibunya,
memakai sepatu berwarna abu-abu tapi terasa kekecilan, tapi hadiah dari
ibunya memaksa agar bisa memakainya. Sesampai dirumah terdengar suara
pembicaraan dari ruang makan.
“Aku
sudah mengirim 10 juta won ke rekening Ibu Jika aku menggabungkannya dengan
uang yang kumiliki, maka akan jadi 20 juta won.”ucap Jae Yi
“Terima
kasih. Aku tahu kau juga pasti butuh uang untuk hal lainnya.” Kata Ayahnya tak
enak hati, Jae Yi pikir tak masalah karena tidak membutuhkan uangnya sekarang.
“Ngomong-ngomong,
apa anaknya dalam kondisi yang serius? Bisakah anaknya mendapatkan operasi jika
dia membawa uang ini?” kata Nyonya Leek khawatir
“Aku
tidak tahu karena Dia harus mendapatkan cukup uang untuk operasinya
pertama-tama.” Ucap Tuan Jung, Nyonya Lee merasa kasihan karena anaknya yang
masih kecil terserang penyakit yang langka.
“Sepertinya
dia berpikir kalau kakaknya bisa memberikannya uang, tapi menjual tanah
membutuhkan waktu. Dia tidak akan meminjam uang pada kita jika punya pilihan
lain.” Ucap Nyonya Lee.
Joon
Hyung masuk ke ruang tengah, langsung bertanya uang apa yang dimaksud. Semua
orang kaget melihat Joon Hyung datang karena tak mendengarnya datang. Joon
Hyung ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Jae Yi menenangkan adiknya
agar duduk dan bicara. Jon Hyung yang marah menghempaskan tangan kakaknya.
“Apa ibuku
datang kesini untuk uang? Apa dia membutuhkan uang? Apakah itu alasannya kenapa
Ibu tiba-tiba datang.... Tapi kenapa dia
meminjam uang darimu? Dia seharusnya berterim kasih karena kalian memberiku makan dan membesarkanku sampai
sekarang. Bagaimana bisa dia meminta uangseperti itu kepada kalian?” teriak
Joon Hyung marah sambil menangis
“Joon
Hyung. Bukan begitu. Ibumu punya alasan untuk itu.” Kata Nyonya Lee berusaha
menenangkanya.
“Meskipun
Ibu punya alasan, ini tidak benar. Rasanya seperti tidak tahu malu melakukan
itu. Dia tidak pernah menghubungi kita selama 10 tahun terakhir. Bagaimana bisa
dia melakukan ini?” ucap Joon Hyung penuh amarah. Tuan Jung dan Jae Yi hanya
bisa terdiam.
“Aku
selama ini mengetahuinya. Kartu pos dan hadiah yang aku dapatkan setiap tahun. Aku
tahu kalian yang mengirimnya, ibuseharusnya jujur padaku. Aku merasa
menyedihkan berpikir sampai kapan aku harus terus berpura-pura, dan kapan aku
harus mengakhirinya. Tapi aku masih merasa bersalah karena Ibu mencobanya
terlalu keras.” Ucap Joon Hyung sambil menangis emosi.
“Kenapa
Ibu memberikannya uang itu? Apa Ibu merasa bersalah padaku? Atau apa Apa Ibu
berpikir kalau tidak masalah melakukan satu lagi perbuatan amal karena Ibu
sudah melakukan itu itu selama ini? Apa Ibu ingin terlihat seperti orang baik?”
teriak Joon Hyung.
Nyonya
Lee tak percaya Joon Hyung berpikir seperti itu dan langsung memberikan
tamparanya, lalu membenarkan kalau melakukan itu karena ingin masuk ke surga dan itu alasaanya dengan
memukul dada Joon Hyung karena mengatakan kata yang kasar padanya. Jae Yi
memeluk ibunya yang menangis agar menenangkanya. Joon Hyung memilih untuk pergi
keluar rumah dengan pikiran campur aduk.
Pelatih
Yoon keluar dari ruangan memarahi Bok Joo yang bersantai-santai menurutnya
sampai kapan akan duduk dan melilit kainya,
berpikir akan menjadi mumi. Bok Joo mengaku akan segera memulai latihan. Pelatih Yoon
mengumpat Bok Joo anak nakal karena sudah
memenangkan pertandinga membuatnya malas-malasan. Bok Joo hanya bisa
tertunduk diam.
“Jika kau
akan terus melakukan ini,berhenti saja dan pergi ke Taereung!” teriak pelatih
Yoon, Bok Joo binggung mendengarnya.
“Mereka
menginginkanmu di Pusat Pelatihan
Nasional Taereung. Jadi Pergilah ke Taereung. Asosiasi sudah membuat keputusan
hari ini. Kau harus bergabung dengan mereka akhir pekan ini.” Jelas Pelatih
Choi dengan senyuman.
Semua
yang ada diruangan menjerit bahagai karena Bok Joo akan bergabung dengan tim
nasional memberikan selamat. Pelatih Yoon juag memberitahu kalau “Daily Sports”
akan datang untuk mewawancarainya besok karena ingin mendengar bagaimana tim mereka
bisa maju pesan dalam turnamen terakhir.
Pelatih
Choi mengucapkan terimakasih banyak pada Bok Joo, keranan berhasil menjadi
timnas.Semua kembali memberikan selamat, tapi Bok Joo terlihat kebingungan akan
masuk ke dalam asrama timnas.
Seorang
wanita mengantarkan pesanan, Dae Ho yang sedang tak bersemangat menyuruhnya
agar menaruh di atas meja. Seorang wanita memastikan pesanannya Tiga lobak,
tiga daun bawang, dan satu bawang, Dae Hoo langsung terkesima karena biasanya
Tuan Kim yang mengantarnya.
“Oh, dia
harus melakukan vasektomi karena tidak ingin memiliki empat anak dan sangat
mencintai istrinya. Tapi Ngomong-ngomong, aku haus. Bisakah aku minta sebotol
soda?” ucap Si wanita, Dae Ho dengan gugup mengambilkanya
Ketika
ingin mencari pembuka botol, si wanita dengan mudah membuka dengan pinggiran
meja dan langsung meminumnya. Dae Ho langsung melonggo melihatnya seperti tipe
wanita yang diinginya, dimatanya wanita itu seperti malaikat. Setelah minum
wanita itu sedikit memberikan sentuhan pada pipi Dae Ho dengan jari telunjuk
dengan mengucapkan terimakasih. Dae Ho terdiam lalu menyadarkan dirinya dengan
memukul pipinya, kalau wanita itu jahat.
Nan Hee
tak percaya kalau Bok Joo akan pergi ke
Taereung dengan memujinya hebat karena mimpinyajadi kenyataan, lalu ingin tahu
apa komentar ayahnya pasti sangat senang. Bok Joo membenarkan karena Mimpi
ayahnya adalah jadi atlet nasional.
“Dia pasti
berpikir kalau kerja kerasnya di restoran akhirnya terbayarkan.”kata Nan Hee
“Kau
melakukan hal yang baik untuk ayahmu dan akan jadi berita terbaik.” Komentar Sun Ok
penuh semangat
“Aku
tidak yakin dan masih belum bisa merasakannya. Apa aku benar-benar atlet
nasional sekarang? Apa aku benar-benar akan pergi Taereung?” ungkap Bok Joo
“Rasanya
tidak nyata kalau kau akan berada jauh dari kami.” Ungkap Sun Ok sedikit sedih.
Nan Hee
mengaku memang sedih lalu ingin tahu
perasaan Joon Hyung, karena mereka berdua baru saja mulai berkencan dan sudah
harus berpisah lagi. Sun Ok pikir Ini memang hal yang baik, tapi Joon Hyung
mungkin akan merasa sedih. Bok Joo hanya bisa menghela nafas dengan wajah
sedih.
Bok Joo
kembali ke kamar mencoba menelp Joon Hyung tapi ponselnya malah mati. Si Ho
melihat wajah Bok Joo yang kesal bertanya Apa Joon Hyung tidak mengangkat
teleponnya. Bok Joo mengatakan bukan seperti itu.
“Tindakanmu
benar. Biasanyadia tidak pernah mematikan ponselnya.Itulah ciri-ciri orang yang
sedang berkencan. Kau akan khawatir kalau dia tidak menghubungimu, dan berpikir
dia sudah berubah jika terdengar berbeda di telepon meskipun hanya sedikit.”
Kata Si Ho mengodanya
“Ah,
berkencan terlalu sulit untukku.” Keluh Bok Joo kesal
“Nikmatilah
selagi kau bisa dan Kita masih muda.” Ucap Si Ho memberikan nasehat.
Jae Yi
mencoba juga menelp Joon Hyung tapi tak aktif,
Nyonya Lee merasa itu salah mereka karena harusnya jujur dengan Joon Hyung. Sambil
menangis Ia merasa kasihan dengan Joon Hyung karena berpura-pura tidak tahu tentang sandiwara
yang selama ini mereka lakukan dan pasti menghancurkan hatinya.
“Kita
semua bermaksud baik. Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Sayang.” Ucap Tuan
Jung menenangkan istrinya yang menangis
“Joon
Hyung akan baik-baik saja, kan?” kata Nyonya Lee benar-benar khawatir. Jae Yi
menyakinkan ibunya kalau Joon Hyung akan
baik-baik saja karena bukan anak kecil.
Ponsel
Nyonya Lee berdering, Ibu Joon Hyung menelp ingin tahu apakah terjadi sesuatu
pada Joon Hyung karena sebelumnya mengatakan akan segera datang tapi setelah
menunggu belum datang juga, diatas meja terlihat banyak makanan yang sudah
disiapkan dan Ponselnya juga mati.
Bok Joo
dkk menuruni tangga keluar dari Asrama Putri. Nan Hee melihat wajahnya terlihat
bengkakn dan akan terlihat jelek di
foto. Sun Ok heran malah temanya yang repok karena Bok Joo yang akan
diwawancara. Nan Hee tahu kalau wartawan akan mengambil foto mereka
bersama-sama.
“Aku
melakukan ini untuk menyelamatkan tim angkat besi. Atlet Kim Yu Na dari ski
indah, dan Son Yeon Jae dari senam indah. Jdai Harus ada juga bintang dari
angkat besi, yang akan membuat angkat besi terkenal.” Ucap Nan Hee mengejek
yang dipakai oleh Sun Ok. Tae Kwon datang menyapa Bok Joo
“Aku baru
saja akan menghubungimu. Apa kau bersama Joon Hyung tadi malam?” ucap Tae Kwon,
Dua temanya kaget begitu juga Bok Joo. Tae Kwon heran melihat Bok Joo malah
kaget.
“Bukankah
Joon Hyun kembali ke asrama tadi malam?” kata Bok Joo berpikir Joon Hyung
baik-baik saja.
“Ponselnya
dimatikan, jadi aku pikir dia bersamamu. Jadi Kemana dia pergi? Aku jadi
khawatir.” Ucap Tae Kwon mulai panik
Sun Ok
bertanya kapan Bok Joo terakhir kali bicara dengannya. Bok Joo mengatakan Kemarin sore. Nan Hee mengartikan Joon Hyung
hilang sejak kemarin. Semua mulai panik, Bok Joo memikirkan sesuatu lalu
mengeluarkan ponselnya.
Bok Joo
bertemu dengan Jae Yi di cafe. Jae Yi menceritkan Setelah Joon Hyung meninggalkan rumah dengan keadaan marah, tidak bisa menghubunginya dan masih berpikir
kalau akan kembali ke sekolah. Menurutnya Joon Hyung itu pasti sangat terkejut.
“Ibunya
kembali... setelah 10 tahun karena uang, bukan karenanya.” Kata Jae Yi bisa
mengerti
“Tapi
tetap saja, rasanya sangat kekanak-kanakan
kalau dia sampai menghilang seperti ini.” Ungkap Bok Joo sedikit kesal
“Dia itu
pria yang berhati lembut. Dan hanya dewasa sebelum waktunya. Dia terbiasa
memakai topeng kuat di luar tapi hatinya rapuh.
Ibuku tidak bisa tidur sama sekali tadi malam karena Dia tidak pernah
memukul Joon Hyung sebelumnya. Jadi Aku akan terus mencarinya. Jika kau
mendengar sesuatu darinya, beritahu aku langsung.” Kata Jae Yi, Bok Joo
memikirkan tentang Joon Hyung kemana perginya.
Woon Gi
dkk menatap kearah pintu dan mulai bersiap-siap, ketika ada orang yang masuk
langsung berpura-pura semangat berlatih, tapi ternyata yang datang adalah
pelatih Choi bukan wartawan. Semua menjerit kecewa.Pelatih Choi mennyuruh semua
berhenti bersikap seperti itu.
“Kenapa
kalian sangat berlebihan? Apa kalian tidak dengar apa yang Profesor Yoon
katakan? Wawancara ini bukanlah sesuatu yang spesial. Bersikaplah biasa.
Lakukan apa yang kau...” ucap Pelatih Choi terhenti karena mereka kembali
berlatih ketika melihat bayangan yang datang.
Kali ini
pelatih Yoon datang dengan dasi dan juga jasnya padahal selama ini hanya
mengunakan pakaian training. Pelatih Choi pun dibuat bingung, pelatih Yoon
mengaku kalau Bajunya masih belum kering. Semua menahan tawa, akhirnya keduanya
pun masuk ruangan.
Nan Hee
melihat wajah Bok Joo seperti menyimpan sesuatu meminta agar memberitahu
mereka, lalu menduga kalau keluarganya Joon Hyung bangkrut. Sun Ok memberitahu
kalau keluarga Jung itu memiliki apotek
jadi tak mungkin bisa bangkrut?
“Aku tidak
tahu apa yang terjadi, tapi kau jangan
khawatir. Aku yakin tidak terjadi apa-apa” ucap Sun Ok menenangkanya, Nan Hee
juga membenarkan menurutnya Joon Hyung
mungkin sedang minum-minum di suatu tempat.
“Bagaimana
jika dia sedang berada di pinggir jembatan...” kata Nan Hee terdiam, Bok Joo
terlihat sangat khawatir.
Akhirnya
Bok Joo kembali berusaha menelp Joon Hyung tapi ponselnya tetap tak aktif,
akhirnya meninggalkan pesan untuk pacarnya.
“ Joon
Hyung, aku sudah dengar apa yang terjadi. Aku tahu seberapa marahnya kau
sekarang. Tapi, aku sangat mengkhawatirkanmu. Kumohon hubungi aku. Ah.. Tidak,
kau tidak perlu menghubungiku. SMS saja.. mengerti?”
Joon
Hyung sedang berbaring di tepi pantai, seperti semalaman tidur dipantai, lalu
membuka matanya seperti mengingat kenangan saat masih kecil dan ibunya yang
memegang wajahnya. Joon Hyung akhirnya bangun lalu melepaskan sepatu dan
melihat ada luka dibagian belakang karena mengunakan sepatu kekecilan, sambil
mengumpat marah membuang sepatunya.
Di ruang
latihan angkat besi
Pelatih
Yoon dengan jasnya seperti pelatih memberikan perintah pada Woon Gi, luruskan
punggungnya, dan Nae Hee mengangkat besinya
dengan tatapan ke arah kamera. Semua langsung berdiri didepan kamera
saat mulai menyorotnya. Bahkan Sun Ok berteriak pada ibunya kalau masuk TV. Bok
Joo akhirnya duduk sendiri untuk melakuan wawancara.
“Bok Joo,
selamat atas terpilihnya kau masuk ke tim nasional. Aku sebenarnya dengar kalau
kau sempat merasa lesu setelah kau
memenangkan pertandingan. Bolehkah aku tahu bagaimana kau bisa berhasil
melaluinya?” tanya wartawan
“Aku
mengambil beberapa waktu untuk istirahat dan banyak memikirkannya. Aku juga
mendapat bantuan dari orang-orang di sekitarku.” Cerita Bok Joo.
Wartawan
meminta agar Bok Joo menyebutkan beberapa orang yang membantunnya. Bok Joo
menyebutkan keluarga, Pelatih, dua sahabatnya. Sun Ok dan Nan Hee bahagia, Bok
Joo menyebut nama mereka. Bok Joo mengingat seseorang yang membantunya, Joon
Hyung saat di depan kolam karena dirinya sangat gugup.
“Hei..
Kim Bok Joo.. Kartu as tim angkat besi Haneol... Kau tidak akan membuat
kesalahan apapun. Kau sudah berlatih sangat keras, dan kau adalah orang yang
kuat.” Ucap Joon Hyung
Bok Joo
mengingat saat Joon Hyung memeluknya karena kehilangan Pelatih Choi, menempelkan
pereda sakit saat melakukan demo dan juga jaket. Memujinya dengan mengelus
kepalanya, mereka juga pergi ke pantai untuk menghilangkan rasa sedihnya.
Akhirnya
Bok Joo tak bisa menyebut nama Joon Hyung, lalu berdiri meminta maaf harus
mengakhiri interviewnya karena Sesuatu yang sangat penting tiba-tiba saja
terjadi. Pelatih Choi dan Pelatih Yoon binggung melihat Bok Joo tiba-tiba
berlari begitu saja, begitu juga teman-temanya.
Bok Joo
pergi ke pinggir sungai Han karena berpikir Joon Hyung melakukan sesuatu yang
bodoh lalu mencoba menelpnya, dengan mengirimkan pesan.
“Joon
Hyung, sebenarnya dimana kau sekarang? Kakakmu dan semua orang sangat
mengkhawatirkanmu. Aku juga benar-benar khawatir. Hubungi aku segera setelah
kau mendengar pesan ini. Aku mulai marah padamu. Jadi Hubungi aku” ucap Bok Joo
dengan nada marah.
Bok Joo
pergi ke pantai bertanya-tanya kemana sebenarnya Joon Hyung, akhirnya Bok Joo kembali menelp dengan
menahan air matanya.
“Hei, kau
dimana? Kenapa kau tidak mengangkat teleponmu? Aku tidak tahu kalau kau seegois
ini. Ayo kita putus saja kalau kau akan terus seperti ini. Dasar Kau brengsek.” Ucap Bok Joo kesal
Ia
menangis memikirkan kalau Joon Hyun kecelakaan atau ada hal buruk menimpanya
lalu mencari-cari kembali.
Dae Hoo
berbelanja di minimarket dengan memegang uang di tanganya merasa kurang
berpikir akan mengurangi dua snacknya karena tidak membawa dompetnya. Wanita
pengantar bahan makan datang mengatakan akan membayar sisanya lalu memberikan
botol birnya. Dae Ho hanya bisa melonggo diam kembali bertemu dengan wanita
yang mengetarkan hatinya.
“Kau
bekerja di Ayam Bok, kan? Kita impas sekarang.” Kata Si wanita lalu mengambil
uang Dae Ho memberikan pada kasir dengan tambahan uang darinya.
Keduanya
pun minum didepan minimarket, Dae Ho melihat wanita itu bisa minum sedikit
dan pasti suka soju. Si wanita mengaku
kalau . Bir rasanya bukan apa-apa
untuknya, lalu berkomentar Dae Ho pasti
suka keripik kentang lalu berkomentar kalau seperti anak kecil, karena sangat
lucu. Dae Ho pikir terlalu tua untuk dianggap lucu.
“Tapi kau
benar-benar lucu, Kau memiliki wajah yang lucu. Kau adalah tipeku” ucap Si
wanita memberanikan diri dengan mendekat pada paman Bok Joo, Dae Ho sedikit
gugup.
“Lalu
apakah Ayam Bok milikmu? Apa kau pemiliknya?” tanya si wanita, Dae Ho mengaku
kalau itu milik kakaknya
“Aku
sebenarnya seorang aktor.Tapi hanya bermain peran yang kecil” ungkap Dae Ho, Si
wanita langsung bersemangat ingin tahu film
atau drama apa yang dibintanginya.
“Oh, apa
kau tahu. Aku bermain jadi pegawai kereta di salah satu film yang baru keluar,
"Train to Busan".Aku juga bermain jadi PrajuritNomor Tiga di
"Inside Men".” Cerita Dae Ho
“Ya, kau
terlihat tidak asing, Kau adalah pria yang memegang gergaji itu. Adegan itu
sangat menyeramkan.” Komentar Si wanita
Dae Ho
berterimakasih karena masih mengingatnya. Si wanita pun ingin meminta agar Dae
Ho mengulang adeganya, Dae Ho akhirnya mencoba mengulang adegan memotong
gergaji Keduanya terlihat bahagia membahasnya tentang Dae Hoo.
Dae Ho
kembali memapah wanita mabuk, Si wanita melihat Dae Ho sebagai seorang
selebriti mengajaknya agar minum satu kali lagi, Dae Ho menolak karena tidak
seharusnya melakukan itu. berjalan terlalu cepat. Wanita itu mengoda kalau tak
akan menyentuhnya tapi hanya minum saja, lalu memegang telinganya. Dae Ho
akhirnya mengendong si wanita untuk pergi bersamanya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar