PS : All
images credit and content copyright : KBS
Ah Ro
yang kebinggungan memetik daun bayam sambil memilih Lulus atau Gagal dan
hasilnya itu Lulus. Joo Ki datang mengagetkan Ah Ro sambil mengeluh. Ah Ro
langsung bertanya pendapat Joo Ki apakah kakaknya itu akan lulus.
“Dia tidak
bisa mendapatkan segalanya secara cuma-cuma . Apa kau memiliki hati nurani?Dia
baru mempelajari cara membaca dan menulis.” Ucap Joo Ki, Ah Ro kembali
mengambil bayam ingin kembali memetiknya.
“Sudahlah
hentikan.Kenapa kau melakukan itu terhadap bayam yang malang?” keluh Joon Ki,
Ah Ro akhirnya melihat tumpukan daun yang bercampur dengan batang, seperti tak
sadar kalau ia yang melakukanya. Ia pun meminta maaf tapi kembali memetik bayam
memikirka apakah kakaknya akan lulus atau gagal.
Wi Hwa
memberikan cap nilai pada kertas ujian, untuk Kim Ki Bo, Kim Shib, Kim Jang
Hyun hasilnya gagal. Lalu melihat hasil Suk Han Sung yang mengetahui kalau menyontek
Bab Tiga dari "Tao Te Ching" dan hasilnya tetap Gagal. Kim Soo Ho,
Kim Yeo Wool pun gagal. Keduanya terlihat tertunduk sedih.
“Park Ban
Ryu- Lulus.” Ucap Wi Hwa, Senyuman Ban Ryu pun terlihat. Moo Myung terlihat
tegang menunggu hasilnya.
“Kim Ji
Dwi.... Kau lulus.Itu bukan karena aku menyukai jawabanmu,tapi karena itu
berdasarkan pada "Tao Te Ching".” Ucap Wi Hwa pada Maek Jong.
“Kim Sun
Woo, Kau gagal.Itu bukan karena aku tidak menyukai jawabanmu,tapi tugas
iniuntuk mendasari jawabanmu pada "Tao Te Ching". Dan kau menyebutnya
omong kosong, jadi aku tidak bisa meluluskanmu.” Jelas Wi Hwa pada Moo Myung
dan mengakhiri pelajaran dalam kelasnya.
Maek Jong
melihat Sun Woo yang terlihat kecewa dengan hasilnya, lalu keluar dari ruangan. Moo Myung masih
duduk diam didepan meja, Wi Hwa mendekatinya memperingatakan kalau Moo Myung
punya dua kesempatan lagi dan sebelumnya sduah memberitahu kalau jawabannya akan sama dan Moo Myung akan
membuang-buang energi dua kali, lalu diusir jadi teruskan saja.
Wi Hwa
duduk sambil memancing mengingat jawaban Moo Myung yang berani "Jika hukum
mengabaikan tanah yang keringdan ada yang namanya jalur raja,maka raja seharusnya
tidak menjadi raja." Maek Jong sudah berdiri disamping Wi Hwa, menanyakan
alasan Moo Myung bisa gagal. Wi Hwa melihat Maek Jong yang datang, menganggap
sebagai keponakan palsunya.
“Jadi,
Kau bilang akan menurunkan Ratu, Bagaimana jalannya?” ejek Wi Hwa
“Apa kau
tidak sependapat dengan dia? Kau membenci arogansi kaum atas dan lebih
mengutamakan rakyat.” Kata Maek Jong
“Apa yang
bisa dilihat seorang raja dari bawah?” tanya Wi Hwa, Maek Jong melihatRaja yang
bersembunyi mungkin mampu melakukannya.
“Kau tampaknya
berharap terlalu banyak dari raja tidak berwajah.” Bala Wi Hwa
Maek Jong
pikir Wi Hwa seperti itu, karena itu
alasanya menentang Wali Kuasa Ratu. Wi Hwa pikir tak mengetahui tentang Raja, menurutnya tak mungkin seorang
anak kecil yang bersembunyi seumur hidupnya dan tidak bisa melindungi diri bisa
berhasil melakukannya saat kembali. Ia merasa
Raja yang muda dan tidak berguna, tidak akan mampu melakukan apa pun di
tengah-tengah para pejabat yang licik itu.
“Ratu tidak
punya alasan untuk terus berkuasa, dan Raja yang belum siap akan membawa
bencana untuk Silla. Itu sebabnya aku membentuk Hwarang Untuk melindungi masa
depan... yaitu Masa depan Silla.” Ucap Wi Hwa dengan tawanya.
“Jika kau
menemukan cara untuk melindungi Silla tanpa Ratu, kembalilah kepadaku. Lagi
pula tidak ada ikannya, tapi kau membuatnya semakin sulit.” Kata Wi Hwa lalu
melepaskan ikan yang baru memakan pancinganya. Maek Jong hanya bisa diam saja.
Seorang
pelayan membakar hasil ujain pada tungku masak.
Ah Ro melihat langsung mengambil dan melihat hasilnya Gagal dan lembar
nama "Kim Ji Dwi" yang kosong diberi cap lulus.
“Kenapa
lembar kosong ini lulus sedangkan kakakku gagal?” ucap Ah Ro binggung.
“Ahh..
Aku mengerti. Ini korupsi yang terkenal di dalam Hwarang. Aku tidak akan
membiarkannya.” Tegas Ah Ro dengan mata melotot, pelayan yang tak mengerti
apapun hanya menatap binggung.
Ah Ro
langsung menghadang Wi Hwa yang baru keluar seperti ingin buru-buru pergi. Wi
Hwa menyapa Ah Ro karena mengetahuinya dari
Pi Joo Ki bahwa kalau A Ro ada dalam di Hwarang. Ah Ro mengaku kalau Ada yang harus dikerjakan dan ingin tahu
alasan Wi Hwa yang melakukan hal ini. Wi Hwa binggung maksudnya apa.
“Penyalahgunaan
kekuasaan, Tulang Murni tidak bersalah dan Tidak ada yang bersalah.
Bisa-bisanya kau melindungi keponakanmu seperti itu?”ucap Ah Ro tak terima, Wi
Hwa sudah tak bisa menahan meminta agar Ah Ro minggir.
“Lembar
kosong ini lulus. Kenapa jawaban yang bijaksana yang ditulis dengan upaya oleh
seseorang yang baru belajar menulis bisa gagal? Tugas ini berdasarkan pada
"Tao Te Ching", tapi...” ucap Ah Ro memperlihatkan lembaran yang
berbeda. Wi Hwa tak peduli menyuruh Ah Ro segera menyingkir.
Ah Ro tak
bisa membiarkan begitu saja, Wi Hwa pun
ingin tahu apa yang dinginkan sekarang.
Ah Ro pikir Wi Hwa ingat penelitian tentang para bangsawan muda di ibu
kota dan ia mempertimbangkan soal memberi tahu para pejabat bagaimana Wi Hwa
melakukan penelitian atas permintaan itu. Wi Hwa mengerti dan menyuruh
melakukan yang dinginkanya saja karena ia
terburu-buru.
“Apa kau tidak
tahu? Ini bukan masalah sederhana. Mereka akan mengatakan ini penyelidikan
ilegal dan percobaan meniadakan Hwarang. Lalu Ratu akan sangat tidak senang.”
Ucap Ah Ro memperingatinya. Saat itu Wi Hwa seperti merasakan sesuatu dan
akhirnya bisa berdiri tegak.
“Jadi,
apa yang kau mau?” ucap Wi Hwa, Ah Ro memperingatkan agar Wi Hwa tak melakukan
hal seperti ini lagi lalu berjalan pergi. Wi Hwa pikir dirinya sebaikanya
kembali ke dalam ruangan terlihat jejak kakinya yang basah, seperti tak bisa
menahan buang air kecilnya.
Ah Ro
bertemu dengan Maek Jong untuk mengembalikan uang koin yang dipinjamnya jadi
sekarang impas dan meminta agar jangan bertemu lagi. Sebelum pergi Ia ingin
tahu alsasan Maek Jong ingin agar diajarkan
cara menulis menurutnya Maek Jong itu punya koneksi yang kuat untuk meluluskanya meskipun
mengumpulkan lembar kosong.
“Aku
kurang memperhatikan kakakku gara-gara kau sehingga dia gagal. Aku seharusnya
membantu dia sampai akhir. Kau menghancurkan semuanya.” Ucap Ah Ro kesal
“Maksudmu,
kau memikirkan aku dan tidak bisa memperhatikan kakakmu? Ahh.. Ini hal paling
menyenangkan yang pernah kudengar.” Ucap Maek Jong dengan wajah bahagia, Ah Ro
merasa tidak mengatakn seperti itu.
“Tapi kau
lagi-lagi, itu mungkin ada artinya setelah apa yang terjadi kepadaku. Itu
mungkin ada artinya.” Kata Maek Jong
“Ini
bukan soal ciuman. Aku merasa kasihan kepadamu, Kau terlihat seperti orang yang
paling kesepian di dunia. Karena aku juga seperti itu, Aku kesepianItu tidak
akan terjadi lagi.” Tegas Ah Ro.
“Apa yang
harus kulakukan agar kau menemuiku lagi? Saat aku menatapmu, aku merasa tidak
berdaya. Itu membuatku gila.”akui Maek Jong
Ah Ro
merasa kalau Maek Jong itu bercanda denganya, Maek Jong mengaku merasa menyesal
soal siapa dirinya dan tak mengerti yang harus dilakukan karena hanya
memikirkan Ah Ro. Moo Myung tak sengaja lewat melihat keduanya sedang berbicara
seperti sangat serius
Di depan "Rumah
Hwarang" Tuan Park dan Hong Kong sudah menunggu didepan pintu, seorang
pengawal membuka pintu. Hong Kong bertanya apakah mereka boleh masuk hari ini.
Tuan Park hanya diam saja, Hong Kong sengaja meninggikan suara kalau ia sudah
datang kesekian kalinya dan meminta agar memanggil Wi Hwa.
Pengawal
memberikan selembara kertas, Hong Kong memberikan pada Tuan Park agar
membawanya. Tuan Park tertawa membacanya, Hong Kong ikut membawa dan tulisan “Mari
kita minum-minum tiga puluh tahun kemudian.” Lalu berteriak marah, Tuan Park
mengajak mereka pergi saja karena mungkin
ada kesempatan lain.
Hong Kong
tak percaya Tuan Park menolak begitu saja, Hong Kong tetap memohon agar bisa
membiarkan mereka masuk saja, karena hanya ingin menemui seseorang. Tuan Park
mengajak mereka segera pergi saja, menurutnya bukan hanya tempat ini ingin
menemui seseorang.
Tuan Ahn
sedang merabu obat, Tuan Park tiba-tiba masuk menyapa Tuan Ahn yang sudah lama
tak bertemu. Tuan Ahn kaget melihat petinggi kerajaan yang datang menemuinya.
Akhirnya Tuan Ahn duduk sambil memeriksa denyut nadi Tuan Park, seperti
pasiennya.
“Kudengar
kau menemukan putramu, Aku ucapan Selamat dan dia seorang Hwarang, bahkan Ratu
sendiri yang memilih dia.” Ucap Tuan Park sengaja mengajaknya bicara.
“Perutmu
mualdan energimu menurun, jadi, kau membutuhkan istirahat.Aku akan menerapkan
akupunktur terhadapmu dan memberimu resep.Suruhlah pelayanmu mengambil obatmu.”
Ucap Tuan Ahn tak mengubris ucapan Tuan Park
“Konon,
kecemburuan wanita membuat salju jatuh pada musim panas. Sudah Lama waktu telah
berlalu. Tapi kebencian tidak memudar. Kau pasti tahu betul dan Kurasa kita
melihat pemandangan yang sama.” Ungkap tuan Park seperti berusaha menghasut
Tuan Ahn.
Ah Ro
berjalan sendirian sambil bertanya-tanya apakah si Tuan Mesum sungguh menyukainya, memang bisa
mengaku kalau Maek Jong lumayan. Sebagai
keponakan Tuan Wi Hwa dan tidak miskin dan pasti telah mempelajari banyak hal
di Tiongkok melihatnya dari segi objektif,
tidak buruk. Lalu ia terlihat heran sendiri malah memikirkan itu.
“Ada apa
dengan hari ini?” tanya Moo Myung yang tiba-tiba datang, Ah Ro kaget melihat
kakaknya kalau ini bukan hari yang spesial.
“Kau Pulanglah
dengan hati-hati. Lewati jalan besar. Pastikan kau pergi bersama Pi Joo Ki.”
Pesan Moo Myung pada adiknya.
“Kudengar
semuanya gagal. Jadi, jangan terlalu kecewa. Tuan Wi Hwa yang aneh karena
memberi tugas itu, bukan Kau. Dari apa yang kulihat, kau menjawab dengan cukup
baik.” Ucap Ah Ro, Moo Myung mengerti dan meminta Ah Ro segera pergi.
“Ibu... Ini
hari peringatan kematiannya. Tapi kau Jangan khawatir. Aku sudah terbiasa
sendiri. Dia akan sangat bahagia mengetahui kami menemukan Kakak. Kau harus
tetap di sini, jadi, aku yang akan mengurusnya.” Ucap Ah Ro sebelum Moo Myung
pergi, Moo Myung terdiam karena hari ini upacara peringatan kematian ibu
temanya.
Yeo Wool
melihat lembaran daun bayam di mangkuk yang tak berbentuk. Han Sung memberitahu
kalau rasanya enak seperti masakan Ibu.
Yeo Wool mengeluh Han Sung ikut duduk bersama mereka, Han Sung pikir lebih
sudah duduk dikursi itu karena jumlahnya
menjadi genap.
“Sudah
kubilang kau tidak bisa bertahan di sini. Kau sudah gagal, jadi waktu kita
bersama akan segera berakhir.” Ucap Ban Ryu sinis pada Moo Myung.
“Apa kau
bangga soal lulus? Menurutku jawaban Anjing-Burung yang terbaik. Semua orang
juga berpikir demikian, benarkan?” kata Yeo Wool membela. Semua orang terdiam
seperti menyetujui, Ban Ryu semakin melirik sinis pada Yeo Wool.
“Peringatan
kematian... Apakah itu sangat penting?” tanya Moo Myung, So Ho ingin tahu
kematian siapa. Moo Myung menyebut kalau itu ibu mereka.
Maek Jong
sedikit kaget, Han Sung pikir Moo Myung
sebaiknya pulang karena sudah menyelesaikan tugas. Semua melirik seperti
tak setuju, Han Sung pun kembali makan nasinya dengan wajah tanpa masalah.
Moo Myung
berbaring dikamar dengan tatapan kosong, teringat kembali ucapan Ah Ro “Ini
hari peringatan kematiannya ibu”. Sementara So Ho terlihat frustasi menurutnya
tempat ini seperti penjara karena sudah menyelesaikan tugas tapi kenapa harus
tidur bersama mereka. Yeo Wool pikir mereka lebih baik pergi saja.
“Kau
bilang ini seperti penjara dan Sebaiknya kau juga mengunjungi keluargamu.” Ucap
Yeo Wool pada So Ho dan Moo Myung
“Aku
memperingatkanmu. Jangan melakukan hal bodoh. Jangan membuat kami menderita
gara-gara kau.” Tegas Ban Ryu tak ingin lagi dihukum, So Ho terlihat penasaran
menanyakan rencana Yeo Wool dan berpikir kalau tidak akan melakukan hal bodoh.
Yeo Wool mengaku telah membuka jalan sedikit.
Wi Hwa
terlihat bahagia melihat sebuah botol besar diatas meja, Yeo Wool mengaku kalau Ibuny memberikan saat
datang, dan itu adalah arak berharga
dari Tiongkok jadi menyuruh untuk menawarkannya. Wi Hwa mengucapkan terimakasih
dengan wajah bahagia.
“Itu arak yang paling mematikan. Sekali
minum, tubuhmu akan berangsur melemah.”
Wi Hwa
dan assitentnya terlihat sudah tak sadarkan diri setelah meminumnya, Wi Hwa
sempat tersadar karena kakinya menyentuh lilin tapi setelah itu kembali
tertidur.
“Kedua
kalinya minum, kau tidak akan mengenali orang tuamu karena Arak yang paling
mematikan.” Cerita Yeo Wool tentang kekuataan arak yang diberikanya.
“Apa
maksudmu sekarang tidak ada yang berjaga di Rumah Hwarang?” kata So Ho
Yeo Wol
pun memberikan pilihan untuk pergi atau tetap didalam asrama, tapi menurutnya
lebih baik pergi karena mereka juga akan kena hukuman kalau salah satunya
pergi. Ban Ryu mengumpat itu tak masuk akal,
So Ho pun menantang Ban Ryu untuk melaporkan saja, Tapi lakukan itu
setelah mereka pergi. Yeo Wool akhirnya menanyakan pendapat dua temanya.
Maek Jong
mengaku akan pergi, Yeo Wool melihat Moo Myung yang paling punya alasan untuk
pergi. Mereka berempat berjalan perlahan keluar dari kamar sambil
mengendap-ngendap lalu dikejutkan dengan penjaga yang masih berjaga monda
mandir didepan pintu, So Ho mengumpat kesal pada Yeo Wool karena sebelumnya
mengatakan kalau bisa tak menyadarkan orang.
“Apa
Araknya tidak manjur? Padahal Aku memberi dia sebotol. Dengan menghirupnya,
mereka akan tergoda untuk meminumnya.” Ucap Yeo Wool, So Ho panik karena mereka
semua pasti mati kalau sampai ketahuan.
Saat itu
So Ho mencoba mengintip dari celah, matanya dibuat kaget. Akhirnya semua
melihat penjaga yang berjalan dengan terbentur lalu memukul kepala sendiri, Yeo
Wool tersenyum karena sama seperti yang dikatakan kalau minuman itu tak membuat
orang sadar lalu mereka pun mengendap-ngendap berjalan keluar pintu rumah.
Ban Ryu
terlihat gelisah dalam ruangan yang tak ikut pergi, Sementara Moo Myung dkk
sudah berhasil melompat keluar dinding dan mereka bertemu kembali pukul 3 pagi
dan masuk bersama-sama. Semua mengerti dan mulai berpencar, beberapa saat itu
juga Ban Ryu sudah mengunakan seragam Hwarangnya ikut keluar dari asrama
Hwarang.
Maek Jong
berjalan sendirian lalu bersiul, Pa Oh langsung keluar mengaku hampir terkena
serangan jantung bahkan melihat Raja yang
berkeliaran saat malam dan meminta agar
jangan bergaul dengan pembawa pengaruh buruk karena ia adalah seorang
Raja.
“Diamlah
dan pimpin jalan.” Tegas Maek Jong, Pa Oh bertanya kenapa Maek Jong akan pergi
dimalam hari. Maek Jong mengaku akan
pergi ke Rumah.
Ratu
sedang dalam ruangan, lalu pelayanya memberitahu kalau menemukan setangkai
bunga yang tidak mekar di area istana.
Seperti Ratu hanya melihat bunga tersebut sudah mengerti maksdunya. Akhirnya ia
masuk ke dalam ruangan Raja dan melihat anaknya yang sudah duduk di singgasana,
lalu bertanya apa yang sedang dilakukan Maek Jong.
“Aku
hanya duduk di kursiku sebentar.” Ucap Maek Jong
“Apa kau
pikir punya kekuasaan untuk mempertahankan kursi itu?” tanya Ratu, Maek Jong
menjawab tidak.
“Seperti
yang Ibu katakan,aku terlalu kecildan lemah.” Ucap Maek Jong, Ratu merasa senang, Maek Jong bisa
menyadarinya dan meminta agar meninggalkan Hwarang
“Jika
kamu meninggalkan Hwarang dan menunggu dengan tenang, aka akan mengurus
sisanya.” Kata Ratu Ji So berusaha membujuk.
“Semakin
lama aku menunggu, maka Ibu akan semakin kuat. Seorang anak tidak bisa berjalan
dari awal dan Anak itu harus jatuh dan berlatih agar kakinya tumbuh kuat serta
agar dia mampu berjalan dengan baik.” Ucap Maek Jong
Ia
mengingat ucapan Moo Myung saat ujian
“Tidak ada jalan yang dimulai sebagai bentuk sebuahjalanan. Seseorang
harus berjalan di atasnya agar itu menjadi jalur yang benar. Kita harus
menghantam dan menghancurkan tanah yang keras serta membuat lubang agar air
bisa mengalir melewatinya.”
“Jadi Aku
harus berlatih berjalan untuk mengambil jalur seorang raja. Aku akan menjadi
lebih kuat dalam Hwarang.”tegas Maek Jong pilihanya pada sang ibu.
Ah Ro
melakukan peringatan sederhana seperti menabur abu lalu berdoa, Tuan Ahn pun
membuka kertas dan menerbangkanya, seperti supaya arwah istrinya itu tenang.
Keduanya lalu berdiri berrsama, Ah Ro tahu kalau akhirnya menemukan Sun Woo
yang dicari selama ini, tapi mereka tetap berdua lagi.
“Tapi
setidaknya kita menemukan dia, jadi, jangan merasa bersalah lagi kepada Ibu.”ucap
Ah Ro menenangkan ayahnya. Tuan Ahn menyetujinya tidak akan merasa bersalah.
“Aku
punya pertanyaan. Apa yang terjadi terhadap Sun Woo? Saat kali pertama datang, dia
terluka parah. Aku tahu Sudah pasti dia baru saja melewati kejadian besar,tapi
aku tidak enak bertanya kepadanya.” Kata Ah Ro, Tuan Ahn sempat terdiam dan
saat itu terlihat Maek Jong datang ke rumah, Ah Ro tersenyum melihat kakaknya.
Maek Jong pun melakuan ritual peringatan.
Ban Ryu
berjalan sendirian, menatap ke arah depan seperti tak menyangka Dari semua tempat, datang ke tempat itu. Saat
itu terlihat Tuan Park dan Hong Kong baru saja datang dengan menaiki kudanya.
Hong Kong meminta Tuan Park menunggu
karena akan memanggil pelayan.
“Ini
sudah larut malam. Aku tidak butuh pelayan. Jangan menarik perhatian.” Kata
Tuan Park, Hong Kong mengerti lalu membungkukan badan sebagai pijakanya. Ban
Ryu seperti menahan amarahnya melihat ayah kandungnya yang diperlakukan seperti
budak.
Sementara
Yeo Wool dan So Ho keluar tempat para Gisaeng, beberapa wanita terlihat sangat
terkesima melihat ketampanan mereka, Yeo Woo heran melihat Soo Ho sangat ingin
pergi ke luar tapi tampak tidak senang melihat para gadis
“Mereka
semua belum cukup umur dan dari kelas bawah.” Ucap Soo Ho lalu tiba-tiba
matanya terpenjam mengingat saat melihat wajah cantik Ratu Ji So yang duduk
ditandu dan juga ketika berpapasan dengan ditutup oleh kain. Seperti So Ho
lebih suka wanita yang jauh lebih tua darinya, lalu menyadarikan diri kalau
sudah gila.
Soo Yun
melihat-lihat mutiara yang ada dipasar malam, lalu menemukan sosok kakaknya
yang meninggalkan Rumah Hwarang dan berkeliaran malam-malam begini. Dengan
senyuman liciknya berpikir kalau hari ini adalah saat yang tepat.
“Hari
saat aku akan menebus kesedihanku. Jadi Bersiaplah maka kau akan merasakanya”
ucap Soo Yun melemaskan tanganya.
Dari
belakang terlihat Soo Ho yang berdiri tak jauh, Soo Yun langsung meremas bokong
kakaknya, dengan wajah bahagia sebagai balasanya karena sering memitingnya.
Saat menoleh kepalanya, Soo Yun kaget melihat Ban Ryu bukan So Ho, begitu juga
Ban Ryu yang tiba-tiba Soo Yun yang meremas bokongnya. Sook Myung menjerit yang
membuat semua sedang berbelanja menatap keduanya.
Yeo Wool
melihat kalau Soo Yun tak jauh dari mereka, Soo Yun panik langsung menutup
badanya seperti Ban Ryu yang baru melakukan sesuatu padanya. Orang yang
melihatnya, tak percaya kalau Tuan Ban Ryu melecehkan Soo Yun dan Seorang Hwarang tidak pantas melakukan
itu bahkan terang-terangan memegang Soo Yun,
Ban Ryu binggung karena tak melakukan apapun.
“Sebenarnya,
dari belakang...” ucap Soo Yun ingin menjelaskan tapi Soo Ho sudah lebih dulu
datang keluar dari kerumunan. Soo Yun akhirnya menampar wajah Ban Ryu.
“Ban Ryu!
Apa yang kau lakukan kepada adikku?” teriak Soo Ho mencengkram bajunya, Soo Yun
memberikan kode meminta maaf pada Ban Ryu
“Cepat Katakan.
Apa yang dilakukan keparat ini kepadamu?” teriak Soo Ho pada adiknya, Soo Yung
mencoba menjelaskanya,
“Kau
melakukannya dengan sengaja karena tahu dia adikku.” Teriak Soo Ho benar-benar
marah,
Yeo Wool
datang meminta Soo Ho agar mengendalikan dirinya, Soo Yun ingin menjelaskanya. Tapi Soo Ho
menyuruh adiknya lebih baik diam, karena
ia yang akan menangani semuanya. Lalu mencari sesuatu untuk memukul Ban Ryu untuk
memberikan pelajaran.
Sebelum
Soo Ho memukul, Soo Yun lebih dulu memukul bagian tengkuk kakaknya. Akhirnya
Soo Ho langsung jatuh tak sadarkan diri, Soo Yun memegang pipi Ban Ryu karena
merasa khawatir memint maaf lebih dulu, Ban Ryu terlihat gugup menerima
sentuhan dari wanita.
Ah Ro dan
kakaknya berjalan bersama, dengan bertanya Bagaimana Kakaknya keluar, Moo Myung
mengakumemanjat dinding, Ah Ro kaget berpikir kakaknya menyerah karena sekali
gagal. Moo Myung menegaskan kalau tidak
menyerah dan akan kembali sebelum ketahuan. Ah Ro heran dengan Moo Myung yang
harus repot-repot keluar.
“Kau
bilang ini hari peringatan kematian Ibu.” Ucap Moo Myung
“Ini hari
ulang tahunnya, yaitu Ulang tahun Ibu. Aku tidak tahu hari peringatan
kematiannya karena kami tidak tahu kapan dia meninggal.” Ungkap Ah Ro, Moo
Myung terdiam karena ternyata ibu temanya menghilang begitu saja.
“Tapi aku
merasa senang memiliki kakak lelaki. Jadi, aku tidak mau memikirkan Kau
mendapat masalah lagi. Karena menyenangkan rasanya ada seorang Kakak di
sampingku sekarang.”ungkap Ah Ro lalu kembali berjalan, Moo Myung mengangguk
mengerti dengan wajah gugup.
“Aku
merindukan wangi Ibu. Pada hari seperti ini, dia biasanya membelai kepalaku. Suara
angin dan burung adalah pengantar tidurku.” Cerita Ah Ro
Moo Myung
binggung bertanya apakah Ibu tidak pandai bernyanyi. Ah Ro memberitahu
kalau Ibu tidak bisa menyanyikan
pengantar tidur untuk mereka karena ibu mereka adalah orang bisu yang tidak
biasa bicara. Moo Myung terdiam seperti melakuan suatu kesalahan, Ah Ro menatap
curiga karena kakaknya tak mengetahui tentang ibu mereka yang bisu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar