Sea Wa
memeluk erat Dam Ryung yang sudah tak bernyawa lagi lalu menusukan juga ke
dalam tubuhnya tombak dan mati bersama. Joon Jae terlihat membuka matanya dan
terlihat kaget, Dokter Jin sempat memanggilnya. Joon Jae mengaku kalau tidak
bisa melindunginya.
“Pada
akhirnya... Karena aku....tidak bisa melindunginya...” ungkap Joon Jae
mengingat saat Dam Ryung berbicara dengan Sea Wa ketika masih remaja.
Sea Wa
bertanya apakah Dam Ryung mampu mengingat cerita mereka. Dan Ryung berjanji, walaupun dilahirkan
kembali akan menjaga, menemukannya, bertemu dengannya, mencintainya dan
melindunginya. Dengan yakin kalau pasti
akan mengingatnya.
“Setelah
mengatakan hal itu..., setelah berjanji seperti itu..., Aku lupa semua tentang
hal itu. Meskipun dia terlahir kembali dan mencariku, bertemu denganku, dan
mencintaiku. Aku tidak ingat apa-apa. Aku hanya membuatnya menangis. Aku tidak
bisa melindungi semua itu.” Ungkap Joon Jae sambil menangis. Dokter Jin hanya
terdiam mendengar cerita Joon Jae.
Dae Young
selesai meminum kopi lalu membuang gelas dan siap membuka pintu ruangan
Neuropsychiatry dan melihat bagian punggung Joon Jae yang sedang berkonsulatsi
dengan Dokter Jin. Ia pun memasang telinga untuk mendengarnya.
“Orang
itu berusia 27 tahun. Dia seumuran denganku sekarang dan Wanita itu
terperangkap dalam jaring. Pria itu meninggal ketika mencoba menyelamatkannya
sementara wanita itu menusuk dirinya dengan tombak yang menusuk orang itu lalu
mati bersama-sama dengan dia. Itulah... Itulah akhir kisah mereka.” Cerita Joon
Jae
“Nasib
yang menyedihkan.” Komentar Dokter Jin
“Kenapa
kita dilahirkan kembali dan Kenapa kita bertemu lagi?”ucap Joon Jae binggung
“Bagi
seseorang yang dilahirkan kembali, bukankah itu artinya bahwa ada mimpi yang
belum terpenuhi? Mimpi itu bisa jadi cinta
yang tak terpenuhi atau bisa jadi keserakahan yang tidak habis-habisnya.”
Jelas Dokter Jin .
Joon Jae
masih heran kenapa nasib buruk terulang terus. Dokter Jin bertanya dari dua
cerita itu mana yang merupakan nasib buruk, Apakah itu nasib diri Joon Jae dan orang yang
mencoba menyakitimu ataukah nasib diri Joon Jae dan orang yang di cintai. Dae
Young terus mendengar pembicaraan keduanya.
“Jika kau
tidak mencintainya dan jika dia tidak mencintaimu maka seharusnya tidak akan ada akhir yang tragis seperti itu. Cinta
kalian akhirnya saling membunuh satu
sama lain. Apa ada nasib yang lebih buruk
dari hal itu?” kata Dokter Jin
“Apa
menurutmu semua ini akan terulang?”tanya Joon Jae
“Jika kau
berhenti di sini dan mengembalikannya ke
tempat asalnya, bukankah kau mampu menghindari akhir yang tragis?” kata Dokter
Jin
“Tidak...
Kenyataan bahwa segalanya telah terulang bukanlah kutukan, melainkan
kesempatan. Sebuah kesempatan untuk mengubah akhirnya.” Kata Joon Jae yakin,
Dae Young mendengarnya berjalan pergi dengan menginjak gelas kopi yang
diminumnya.
Joon Jae
mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, teringat kembali saat bicara
dengan Dokter Jin.
Flash Back
“Apa kau
percaya kau mampu mengubah nasib?” tanya
Dokter Jin
“Pasti
ada alasan kenapa aku bisa mengingat semuanya. Kali ini... Aku akan
melindunginya. Aku pasti akan melindunginya. “ ungkap Joon Jae.
Joon Jae
bergegas masuk ke rumah menanyakan keberadan Sim Chung sekarang dengan wajah
panik. Nam Doo kaget melihat Joon Jae yang tiba-tiba masuk rumah, memberitahu
tidak tahu karena tadi keluar rumah menurutnya hanya disekitar perumahan saja.
Joon Jae langsung bergegas pergi. Nam Do mengejek Joon Jae yang sudah dibutakan
oleh wanita padahal sikapnya dulu biasa-biasa saja.
Sim Chung
sedang sibuk dengan bermain mesin boneka dengan berusaha mengambil boneka
cumi-cumi berwarna pink, beberapa anak menunggu hanya bisa melihatnya. Joon Jae
berlari melihat Sim Chung dan langsung memeluknya dengan erat, Sim Chung
berpikir kalau Joon Jae mengalami mimpi
menakutkan lagi.
“Mimpi
menakutkan itu...Aku sudah tak mau lagi bermimpi menakutkan. Dan tidak akan
bermimpi lagi.” Kata Joon Jae lalu bertanya apakah ada sesuatu yang dinginkan
Sim Chung sekarang dan mengajak untuk melakukan bersama.
“Apa
maksudmu, Semua yang dinginkanya?” ucap Sim Chung heran, Joon Jae mengangguk.
“Heo Joon
Jae, apa kita harus menikmati formalitas dan kesombongan bagi orang yang
pacaran?” kata Sim Chung, Joon Jae tak mengerti maksudnya.
“Sebenarnya,
ada tiga tingkatan cinta: Cinta romantis, cinta yang panas, dan cinta kotor.
Yang akan kita coba lakukan adalah cinta romantis, yaitu Minum teh, menonton
film, makan bersama, merencanakan kegiatan khusus, pernyataan cinta, hal-hal
seperti itulah Tapi semua ini mengarah ke cinta kotor.” Jelas Sim Chung
mengulang kata-kata si bibi tuna wisma.
Joon Jae
tak mengerti maksudnya cinta kotor, Sim
Chung juga penasaran apa itu, tapi ada yang bilang kalau cinta kotor hanya bisa
dilakukan orang yang sudah ahlinya, apabila mereka sembarangan mewujudkan cinta kotor itu, maka
bisa berakhir dengan cara yang berantakan jadi merkea harus berhati-hati dan harus menikmati cinta
romantis terlebih dahulu. Joon Jae pun setuju.
Keduanya
berjalan bergandengan tangan dan makan diwarung tenda dengan saling menyuapi,
tangan mereka tetap bergandengan tanpa mau terlepas. Joon Jae menggelap mulut
Sim Chung yang saat makan begitu juga sebaliknya. Orang yang melihat mereka
hanya bisa menatap heran.
Di tempat
Arcade, keduanya bermain dance dengan tangan tetap saling bergendangan, tanpa
terlepas sedikitpun. Sim Chung melihat bermain memukul dan mencobanya, dengan
kekuatanya membuat permaian itu malah
mengeluarkan api dan terlihat rusak. Joon Jae hanya bisa melonggo dan
mengajak Sim Chung agar pergi.
Keduanya
menonton bioskop, Sim Chung terus menangis melihat film Titanic yang diputar.
Tangan mereka masih terus saling menggengam,Joon Jae hanya bisa tersenyum
melihat Sim Chung yang menangis. Saat Bibi pembersih theater ingin membersihkan
lantai, melihat butiran mutiara.
Joon Jae
dan Sim Chung duduk bersama dalam cafe menikmati kopi. Joon Jae akhirnya
memulai berbicara kalau hanya ingin menanyakan sesuatu Jadi jangan terlalu
dipikirkan, dan jawab saja langsung. Sim Chung mengangguk mengerti.
“Di film
yang kita tonton tadi, si pria menyelamatkan wanitanya dan meninggal. Maksudku,
hal itu tak mungkin terjadi, tapi jika aku mati seperti itu ,apa yang akan kau
lakukan?” ucap Joon Jae,
“Aku akan
menyusulmu.” Kata Sim Chung dengan cepat, Joon Jae malah memarahi karena malah
ingin ikut denganya menurutnya harus berpikir dulusebelum menjawab.
“Tadi
katamu aku langsung jawab saja tanpa perlu dipikirkan.” Kata Sim Chung heran
“Tapi
tetap saja, siapa orang yang menjawab seperti itu, seolah-olah mereka disuruh pergi
ke minimarket?” keluh Joon Jae
“Jika kau
hidup, aku harus hidup denganmu dan jika kau mati, aku harus mati denganmu.”
Ungkap Sim Chung
Joon Jae
mengumpat Sim Chung itu bodoh, dengan memberitahu kalau si Pria itu meninggal untuk menyelamatkan
wanita itu dan berpesan untuk terakhir kalinya, "Kumohon dengarkanlah
permintaanku. Berjanjilah kalau kau akan hidup dan kau tidak akan menyerah. Hiduplah,
dan temukan seseorang yang bisa membuatmu
bahagia sampai menua umurmu."
“Apa kau
juga mampu seperti itu? Jika aku tidak berada di dunia ini, apa kau mau bertemu
orang lain dan hidup menua bahagia bersamanya?” tanya Sim Chung membalikan
keadaan, Joon Jae menjawab “ya” dan akan melakukannya. Sim Chung tak percaya
mendengarnya.
“Kau juga
harus begitu. Jika, kalau memang sesuatu terjadi padaku maka kau harus tetap
hidup. Jangan menyerah. Semua hal yang baik, yang indah maka milikilah semua
itu.” Ungkap Joon Jae.
Sim Chung
heran dengan Joon Jae karena sebelumnya hanya ingin mengatakan tapi malah terlihat serius
sekarang. Joon Jae menegaskan kalau "jika itu terjadi " maka meminta
agar berjanji, jangan berpikir yang lainya Sampai akhirnya akan hidup dengan
baik. Sim Chung langsung menolaknya, Joon Jae heran kenapa Sim Chung malah
menolaknya.
“Kalau
aku berjanji, rasanya ada hal berbahaya yang akan terjadi.” Komentar Sim Chung,
Joon Jae mengatakan maka itu mengatakan "jika."
“Bagaimana
"jika" atau apapun itu, aku
tidak suka itu!” tegas Sim Chung
Joon Jae meyakinkan
kalau Sim Chung tidak mau berjanji. Sim Chung mengatakan tidak mau. Joon Jae
kembali menanyakanya, Sim Chung tetap mengatakan tak mau. Joon Jae terdiam
terlihat menahan amarahnya.
Keduanya
pulang bersama, Sim Chung melihat tangan Joon Jae yang tak mengenggam tanganya
seperti sebelumnya, lalu bertanya apakah ia tidak mau memegang tangannya sekarang. Joon
Jae hanya diam terlihat masih marah dengan Sim Chung.
“Apa Kau
tidak mau lagi bicara denganku?” kata Sim Chung, Joon Jae meminta Sim Chung
agar berjanji seperti yang diinginkanya.
“Apa kau
membahas tentang itu lagi? Kubilang, aku tidak mau. Kenapa aku harus berjanji
semacam itu? Sudahlah Jangan bicara padaku. Aku juga tak mau bicara denganmu.” Ucap Sim Chung
kesal dan memalingkan wajahnya ke luar jendela.
Keduanya
sampai dirumah, Joon Jae melihat Tae Oh dan langsung mengajak bicara berdua
saja. Nam Do bertanya pada Sim Chung apa
yang terjadi pada keduanya karena terlihat seperti sedang bertengkar. Sim Chung
dengan wajah cemberut mengadu kalau Joon jae terus bicara aneh, Nam Do makin
penasaran bicara aneh seperti apa.
“Dia
berkata jika sesuatu terjadi padanya, dia memintaku hidup dengan baik. Itua Aneh,
'kan?” kata Sim Chung, Nam Do measa kalau akhirnya terjadi juga. Sim Chung binggung apa maksudnya.
“Dia
bosan, Masa berlaku cinta itu hanya 3 bulan dan Kalian sudah bersama sekitar 3
bulan. Kau harus mengatasi hal ini dengan baik, kalau tidak maka perpisahan kalian
ibarat tertabrak kereta.” Kata Nam Do
“Heo Joon
Jae bukan orang semacam itu.” Ucap Sim Chung yakin dengan pacarnya.
“Dia
memang orang semacam itu. Aku telah mengenalnya selama 10 tahun, dan dia belum
punya pacar selama lebih dari 3 bulan. Mereka semua putus sebelum itu.” Kata
Nam Do, Sim Chung terlihat kesal memilih untuk masuk ke dalam kamar.
Joon Jae
memerintahkan Tae Oh agar mengatur keamanan rumah sampai maksimal dan Hubungkan
jaringan agar ia bisa memonitor semua ruangan dalam radius 100 m setiap saat,
bahkan Jika ada penerobosan dari luar, buat
alat itu mengeluarkan bunyi tanda bahaya.
“Apa ini
karena Ma Dae Young?” tanya Tae Oh, Joo Jae menatapnya.
Dokter
Jin sedang membaca buku diruanganya, Dae Young masuk ruangan menyapa dokternya.
Dokter Jin kaget melihat Dae Young datang ke tempat prakteknya. Dae Young pikir Sudah sekitar 9 bulan mereka
tak bertemu, Dokter Jin terlihat tenang.
“Heo Joon
Jae datang ke sini, kan? Jangan coba berbohong karena aku sudah lihat semuanya.
Dan Aku juga mau diperiksa seperti Heo Joon Jae. Sepertinya dia sudah melihat
akhirnya, dan aku juga ingin melihat akhirku” kata Dae Young sudah siap untuk
di hipnoterapi oleh Dokter Jin.
“Sepertinya
aku perlu tahu itu. Biar aku bisa tahu kenapa hidupku seperti itu. Dari saat
aku lahir maka aku selalu mengira kalau
aku ini kena karma. Kenapa hidupku seperti ini dan aku selalu ingin bertanya.
Aku tidak tahu kenapa tapi kurasa jawabannya terletak pada kehidupan itu.”
Ungkap Dae Young yakin.
Dae Young
sudah di hipoterapi untuk melihatnya, lalu membuka matanya mengatakan kalau
bukan ia orangnya Dokter Jin hanya
melihatnya, Dae Young pun bertanya-tanya siapa yang membunuhnya. Chi Hyun
terlihat mengubah penampilan seperti layaknya pemimpin perusahan berjalan dengan
bawahnya dan masuk ke dalam ruangan rapat.
Chi Hyun
duduk sebagai pimpinan rapat, merasa semua sudah tahu kalau sekarang kan menjadi
orang yang bertanggung jawab atas keputusan final dan memimpin pertemuan dengan
para pemegang saham. Salah satu petinggi bertanya Apa Ketua Heo sakit parah sekali karena Ada
orang luar bertanya begitu.
“Tidak, Beliau
sedang berlibur sebentar untuk bersantai dan memulihkan diri. Bahkan Beliau
kembali dan ingin mundur dari lingkungan
kerja. Kalau ada yang ingin saudara-saudara
sampaikan, kalian bisa memberitahuku” ucap Chi Hyun percaya diri
“Namun
masih ada hal-hal yang perlu dilaporkan langsung kepada Beliau.” Komentar Salah
satu petingggi lainya.
“Apa kau
takut aku akan mencampuri hal itu? Apa kau tidak bisa percaya padaku?” kata Chi
Hyun dengan mata dinginya, Si petinggi mengelengkan kepalanya.
“Jika kalian
semua memihak Ayahku dan tidak bisa bekerja di bawah Pengawasanku, maka dipersilakan
keluar sekarang.” Ucap Chi Hyun berdiri dari tempat duduknya, semua pun hanya
bisa duduk diam. Chi Hyun mengartikan kalau semua setuju dengan perintahnya.
Tuan Heo
membuka matanya dan terlihat masih saja kabur dan tak jelas Chi Hyun mencoba
memanggil ayahnya, memberitahusudah bertemu dengan dokter, ternyata hasil
pemeriksaannya baik jadi meminta agar ayahnya bisa beristirahat beberapa hari
setelah itu bisa pulang kerumah. Untuk pengobatan rawat jalan.
“Mataku
makin parah seiring berjalannya waktu. Ini masalah besar.” Kata Tuan Heo heran
“Oh, itu
karena Ayah baru menjalani operasi untuk pendarahan sulit melakukan operasi
mata Ayah. Jadi Untuk saat ini, minum obat dulu dan berhati-hati agar tidak
memperparah kondisi Ayah.”ucap Chi Hyun menenangkan ayahnya Tuan Heo mengerti.
“Chi
Hyun... Kau bisa menghubungi Joon Jae, 'kan?” kata Tuan Heo, Chi Hyun sedikit
kaget mengaku tentu saja bisa menghubunginya dengan menceritakan saat Tuan Heo
jatuh pingsan langsung menghubunginya.
Tuan Heo
seperti mempercayainya, Chi Hyun sengaja menghasut kalau Joon Jae pasti sibuk
dan yakin akan segera datang karena akan menghubunginya lagi. Tuan Heo
mengangguk mengerti, Chi Hyun mengepalkan tanganya menahan amarah karena
ayahnya hanya mempedulikan Joon Jae.
Sim Chung
duduk diruang TV sambil menonton drama, Joon Jae keluar kamar pergi ke dapur
dan bisa mendengar suara hati Sim Chung. Sim Chung mengumpat Joon Jae adalah
pria berpikiran sempit dan pendek, karnea marah soal itu dan tidak mau bicara dengannya.
“Aku pasti
telah dibutakan oleh cinta dan memang naif.cAku tinggal di air sepanjang
hidupku, dan datang ke daratan untuk pertama kalinya. Jadi, aku tahu apa?
Satu-satunya pria kutemui secara kebetulan hanya Heo Joon Jae. Jadi kukira dia
pria yang terbaik.” Ungkap Sim Chung, Joon Jae santai masuk ke dapur dengan
mendengar suara hati Sim Chung.
“Jika
Seoul itu jauh, dia seharusnya memberitahuku dulu. Dia terbang naik pesawat.
Tapi, aku butuh waktu 3 bulan dan 10 hari, hanya karena dia dan aku berenang
sepanjang lautan sampai-sampai kukira
tulang ekorku patah! Kenapa juga dia memintaku
berjanji hal yang tak masuk akal?” keluh Sim Chung ngedumel dalam hati.
Joon Jae
berteriak menyuruh Sim Chung agar menghentikanya, Sim Chung binggung. Joon Jae
meminta agas Sim Chung berhenti memakinya. Sim Chung heran kenapa Joon Jae bisa
mengetahuinya lalu kembali bergumam
“Dia
memang merasakan apa yang terjadi rupanya. Kukira Heo Joon Jae Cuma pria tampan
di dunia tapi ternyata banyak pria tampan di TV. Apa dia pikir cuma dia yang
tampan? Dia pasti punya sindrom-pangeran dan mengira semua orang tertarik
padanya!” gumam Sim Chung kesal
Joon Jae
berteriak kesal dan Sim Chung pun melawanya, Nam Do baru keluar kamar mengeluh
pada keduanya yang terus bertengkar
karena menurutnya memang tidak cocok lebih baik putus saja. Joon Jae
memperingatkan Sim Chung agar jangan keluar dan daiam dirumah saja. Sim Chung
menolak karena ada janji.
“Kau mau
bertemu siapa?” tanya Joon Jae, Sim Chung pun balik bertanya karena melihat
Joon Jae sudah membawa jaketnya. Joon Jae hanya diam. Sim Chung pun menyindir
kalau Joon Jae tidak bisa memberitahunya. Nam Do setuju dengan Sim Chung.
“Kalau
begitu, kau ikut dengan dia, Hyung.” Kata Joon Jae, Nam Do heran kenapa ia
harus mengikutinya.
“Aku tidak
mau. Ini janji ketemuanku dan tidak perlu siapa pun.” Ungkap Sim Chung, Joon
Jae pun tak peduli menyuruh Sim Chung melakukan yang dinginkan saja lalu keluar
dari ruangan.
Nam Do
memuji sikap Sim Chung menurutanya Joon Jae
mau bertemu dengan "Mi-Mi" berubah jadi mi-mi. Sim Chun
binggung apa yang dimaksud “Mi Mi”. Nam Do memberitahu maksunya “Mitchin
Misery!” (Sengsara gila) menurutnya Joon Jae itu Orang yang suka obsesif.
“Tapi aku
tidak masalahdengan keobsesifan atau semacamnya. Aku juga sedikit menyukainya.”
Komentar Sim Chung tak terganggu.
“Karena
kau seperti inilah, makanya dia bosan. Keraskan hatimu dan yang kuat!” komentar
Nam Do.
Joon Jae
membesuk Sek Kim yang sudah bisa membuka matanya, meminta maaf karena jarang
membesuknya, lalu bertanya Apa boleh menceritakan kisah yang tidak masuk akal.
Sek Kim hanya diam saja. Joon Jae menatap Sek Kim mengingat saat jaman joseon,
Sek Kim sebagai teman baik menyelamatkan Sim Chung.
“Dahulu
kala, Ahjussi teman baikku, dan selalu
di sisiku dan Kali ini, kau lahir sedikit lebih cepat dan berada di sisiku
waktu aku masih kecil. Sekarang, siapa pun yang membuat Ahjussi kecelakaan
seperti ini maka Aku akan menemukan mereka.” Ungkap Joon Jae
“Jika
orang ini pelakunya, berkediplah dua
kali.” Kata Joon Jae memperlihatkan foto Dae Young pada ponselnya, Sek Kim
memberikan jawaban dua kali mengedipkan matanya. Joon Jae kaget melihatnya.
“Apa
menurutmu ada seseorang yang kau kenal berhubungan dengan Ma Dae Young?” tanya
Joo Jae, Sek Kim belum menjawabnya dan saat itu tedengar suara yang
memanggilnya. Chi Hyun sudah berdiri didepan pintu kamar rawat Sek Kim.
Keduanya
pergi ke sudut ruangan rumah sakit, Chi Hyun pikir waktu itu sangat mabuk dan
pasti kaget setelah menerima telepon darinya. Joon Jae mengingat Chi Hyun
berkata akan melindungi ibunya dan Tuan Heo sebagai ayahnya, bertanya-tanya
pakah itu yang dikatakan karena mabuk. Chi Hyun seperti baru menyadarinya
seperti mengakupasti mabuk sekali saat itu.
“Bagaimana
kesehatan Ayah?” tanya Joon Jae khawatir, Chi Hyun mengaku Tuan Heo sudah
baikan sekarang.
“Hei,
Ayah kita melimpahkan semua tugas pekerjaan padaku dan dia sedang berlibur
bersama teman-temannya, selain itu kau akan tahu ini cepat atau lambat, kalau
Ayah sudah meresmikan surat warisannya.
Dia meninggalkan hampir semua asetnya kepadaku dan ibu.” Kata Chi Hyun seperti
sengaja mengadu domba, Joon Jae hanya terdiam
“Aku
menyuruh Ayah untuk mempertimbangkannya beberapa kali. Setelah bertemu kau
terakhir kalinya, Ayah pasti sedih.” Ucap Chi Hyun bersikap ramah tapi didalam
hatinya menyimpan dendam
“Apa kau
selalu seperti orang yang ramah seperti ini? Aku akan membenci ayahku sendiri
dan Kau tidak perlu mempengaruhiku untuk membencinya. Jika kau terus seperti
ini, sepertinya kau punya motif tersembunyi.” Komentar Joon Jae akan berjalan
pergi.
Chi Hyun
langsung bertanya kabar Sim Chung sekarang, Joon Jae membalikan badanya heran
kenapa Chi Hyun menanyakan hal itu. Chi Hyun mengaku tak tahu hanya selalu
memikirkannya dan ingin tahu bagaimana keadaannya, lalu meminta agar Joon Jae
menitipkan salam untuknya.
Joon Jae
pikir kenapa harus ia yang melakukanya, Chi Hyun berdiri dengan menatap Joon
Jae bisa menerima kalau tak mau melakukan lalu meremas bagian pundak saudara
tirinya. Joon Jae terdiam seperti merasakan sesuatu.
Si Ah
terlihat kebinggungan memikirkan keadaan sekarang, lalu menguatkan diri untuk
mengirimkan pesan pada Joon Jae “Joon Jae, ternyata Ahjummeoni di rumah kami
adalah ibu...” tapi Si Ah seperti ragu mengirimkanya, saat itu Nyonya Moo
datang membawa nampan, Si Ah kaget melihat calon ibu mertuanya itu datang.
“Katanya
kau sakit. Kau pun tidak berangkat kerja. Cobalah makan bubur.” Ucap Nyonya Moo
“Oh, aku
sakit karena membuatmubekerja berlebihan.” Kata Si Ah merasa tak enak
“tak
masalah Panggil aku kalau sudah selesai
makannya” ucap Nyonya Mo, Si Ah merasa punya tangan dan kaki jadi tak akan
memanggil, bahkan bisa membereskan sendiri. Nyonya Mo mengerti, lalu akan
keluar kamar.
Tiba-tiba
Si Ah memeluk Nyonya Moo dengan erat dari belakang. Nyonya Mo binggung dengan
sikap dari Bibinya Elizabeth. Si Ah mengaku hanya ingin melakuan sekali saja,
Nyonya Moo mengaku kalau merasa sedikit
tidak nyaman dan bergegas pergi.
Jin Joo
duduk diruang tengah dengan sibuk menelp, Nyonya Mo datang menemui majikan
menceritakan kalau Si Ah sepertinya sakit karena tidak seperti biasanya dan
agak aneh. Jin Joo pikir tak mungkin adik iparnya itu bersikap normal.
Nyonya
Moo tak bisa berbuat apa-apa lagi, Jin Joo pun sibuk menelp lalu mengomel
karena Kang Seo Hee mengabaikan panggilannya. Nyonya Moo berhenti melangkah
mendengar nama Kang Seo Hee lalu duduk disofa,
“Anak
mereka...” ucap Nyonya Moo, Jin Joo bertanya apakah yang dimaksud Anak kandungnya Ketua Heo
“Ya, apa
kau tahu sesuatu tentang anak itu?”tanya Nyonya Moo, Jin Joo malah heran kalau
pembantunya itu ingin tahu, Nyonya Mo mengaku hanya ingin tahu saja.
“Anak
yang mengurus semua bisnis CEO Heo adalah... anaknya Kang Seo Hee. Sementara
Anak kandungnya minggat dari rumah 10 tahun yang lalu dan tidak ada orang yang
tahu keberadaannya.” Cerita Jin Joo
Nyonya
Moo kaget dan wajahnya sedih mengetahui kalau Joon Jae minggat dari rumah bahkan tidak kuliah di
luar negeri. Jin Joo yakin kalau anak kandung Tuan Heo tak berada diluar
negeri,
“Yang
kutahu dia minggatwaktu masih SMA.Kalau seperti itu, jika anak Kang Seo Hee
menerima semua warisan berarti hanya orang asing yang mendapat keuntungan dari
rumahnya. Ketua Heo itu tidak terlalu pintar. Ayah macam apa dia? Kenapa dia
menelantarkan anaknya sendiri, dan mendedikasikan dirinya buat anak orang lain?
Meskipun dia suka wanita, tega sekali
dia menelantarkan anaknya.” Keluh Jin Joo mengomel.
Nyonya
Moo tak bisa menutupi rasa sedihnya, Jin Joo binggung melihat bibinya itu malah
terlihat sedih, Nyonya Moo pun meminta
izin karena harus pergi ke suatu tempat. Jin Joo tak bisa memperbolehkanya
kalau anaknya pulang harus menyiapkan makanan.
Si Ah
tiba-tiba datang mempersilahkan Nyonya Moo pergi, Jin Joo melonggo melihat
sikap adik iparnya. Si Ah mengatakan kalau akan mengantikan tugas Nyonya Moo
dengan mempersiapkan makanannya dan membawakannya ke sekolah. Nyonya Moo pun
bergegas pergi.
“Ahjumma
itu! Apa dia bertingkah semaunya karena dia mau berhenti atau apa?!” kata Jin
Joo kesal Si Ah menahan kakaknya agar tak marah,
“Dia
pasti ada urusan mendesak. Dan Juga, bagaimana kau bisa memanggilnya
"Ahjumma," dasar!” keluh Si Ah, Jin Joo pikir panggulan apa selain
Ahjumma.
“Zaman
sekarang, siapa orang yang memanggil pembantu rumah tangga Ahjumma? Tren sekarang
ini, memanggilnya "Ibu."” Kata Si Ah
“Bibi
Elizabeth coba dengar, beda usia antara Ahjumma itu dan aku... tidak terlalu jauh
buat aku memanggilnya "Ibu."” Kata Jin Joo heran
“
Panggilan "Ibu" itu artinya.. berbagi makanan yang sama, dan tidur di
bawah atap yang sama. Dia mempersiapkan makananku, dan bahkan mencuci bajuku....
Ahh.. Aku bahkan membiarkan Ibu mencuci
pakaianku!” jerit Si Ah panik dan malu, Jin Joo benar-benar aneh dengan sikap
adik iparnya yang tak seperti biasanya.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar