PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 24 Januari 2017

Sinopsis Hwarang Episode 11 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Moo Myung seperti tersadar dan langsung mencium Ah Ro, Ah Ro kaget karena Moo Myung sebagai kakaknya tiba-tiba menciumnya. Keduanya saling berpandangan dan Ah Ro pun memejamkan matanya. Moo Myung mendekat ingin menciumnya kembali, tapi malah tubuhnya jatuh dan pingsan.  Ah Ro kebinggungan makin panik karena Moo Myung benar-benar tak sadarkan diri. 

Moo Myung dibawa ke ruangan tabib, semua teman satu kamarnya sudah berkumpul. Soo Ho seperti tak yakin kalau Moo Myung jatuh dari kuda. Yeo Wool memberitahu kalau Moo Myung sudah tak sadarkan diri saat kudanya kembali menurutnya setidaknya beruntung ada tabib. Soo Ho melihat Ah Ro hanya diam saja menurutnya masih terkejut karena jatuh dari kuda.

“Tapi, kenapa memanggilku kesini?” tanya Ban Ryu heran seperti merasa tak ada urusananya. Soo Ho mengumpat Ban Ryu itu memang pantas di panggil orang paling kasar.
“Ada kemungkinan temannmu bisa mati, apa itu ingin kau katakan? Aku merasa kasihan pada istrimu nanti. Melihat dia masih belum bangun, apa bisa itu menjadi masalah?” ucap Soo Ho, Ban Ryu hanya diam karena hatinya itu tertuju pada adik Soo Ho. Yeo Wool binggung dengan Moo Myung yang denyut nadinya baik tapi belum juga bangun. 


Moo Myung masih juga belum bangun sampai malam hari, Ah Ro yang melihatnya jadi sedih memikirkan kalau belum bangun apa yang harus dilakukan. Lalu menduga kalau nanti Moo Myung mungkin kehilangan ingatannya, tapi akhirnya meyakinkan kalau teman kakaknya itu akan baik-baik saja, lalu meminta agar membuka matanya.
Saat itu ia memegang bagian dahi dan merasakan badan Moo Myung yang dingin, lalu mengosokan dua tangan agar mengembalikan suhu tubuhnya dengan menaruh di pipi tapi setelah beberapa kali tak ada perubahan. Ah Ro monda mandir dengan wajah gelisah.
“Aku melakukan ini sebagai tabib jadi harus melakukan terbaik pada pasien.” Ucap Ah Ro menyakinkan diri dengan berbaring disamping Moo Myung. Tapi merasa kalau pasti tak akan berhasil, sampai akhirnya Ah Ro masuk ke dalam selimut dan memeluknya agar badan Moo Myung hangat.
“Dia harus sadar seberapa baik aku merawatnya, dan harus berterima kasih padaku nanti.” Ucap Ah Ro pada Moo Myung, Moo Myung mengubah posisi tidurnya.
Ah Ro sempat kaget dan melihat dengan jelas wajah Moo Myung mengeluarkan banyak keringat, dengan wajah sedih meminta agar Moo Myung bisa cepat bangun dan melihatnya karena  Masih banyak yang harus mereka bicarakan, akhirnya ia pun tertidur disamping teman kakaknya.


Moo Myung merasa sangat kepanasan dan melirik ke arah kanan dan kiri ada Soo Ho dan Yeo Wool sudah memeluknya dengan erat. Ia langsung bangun dari tempat tidurnya kebinggungan apa yang terjadi pada dirinya. Maek Jong langsung menyapa Moo Myung yang baru bangun.
“Aku menyelamatkanmu.” Ucap Soo Ho yang masih berbaring, Yeo Wool mengoda Soo Ho kalau mereka menyelamatkannya bersama dengan ingin memeluknya, Soo Ho menjerit menyuruh Yeo Wool menjauh darinya. Moo Myung binggung melihat kesana kemari.
“Jika kau cari adikmu, dia tak di sini.” Kata Maek Jong, Moo Myung bertanya keberadaan adiknya itu.
“Dia tak bisa tidur selama empat malam, aku menyuruhnya pulang beristirahat.Kau tahu dia keras kepala,Itu tidak mudah.” Ucap Maek Jong
“Berapa hari itu aku tidak sadar?” tanya Moo Myung. Maek Jong menjawab Empat hari setengah.

Moo Myung pergi ke ke tempat Ah Ro yang tertidur pulas, lalu menatapnya dan ingin mengelus bagian kepalanya, tapi akhirnya mengurungkan niatnya dengan hanya menatapnya saja. Ah Ro akhirnya terbangun dari tidurnya dan buru-buru pergi ke tempat Moo Myung beristirahat, tapi tak ada siapapun dalam ruangan.
“Apa terjadi? Kemana dia? Mungkin...saat aku tertidur...” ucap Ah Ro memikirkanya hal yang aneh, tapi yakin pasti itu tak terjadi lalu bertanya-tanya kemana sebenarnya Moo Myung pergi. 

Ah Ro melihat Moo Myung sedang berlatih pedang dengan teman-temanya merasa kalau teman kakaknya seperti sudah baik-baik saja. Moo Myung sempat melirik melihat Ah Ro yang datang tapi berusaha tak memperdulikanya, Ah Ro sempat melambaikan tangan tapi Moo Myung seolah-olah tak melihatnya.
“Apa dia mengabaikanku?” ucap Ah Ro yang sengaja berdiri didepan pintu dengan terus melambaikan tangan, Moo Myung tetap tak mengubrisnya hanya diam dengan terus berlatih.
Ketika masuk kantin, Ah Ro langsung menghalangi jalan Moo Myung saat akan masuk menanyakan keadaaanya. Moo Myung dengan dingin menjawab sudah baik. Ah Ro memberitahu kalau sudah menyelamatkan hidup Moo Myung kemarin.
“Apa Kau tak berterima kasih padaku?” ucap Ah Ro kesal. Moo Myung dengan dingin mengucapkan Terima kasih lalu masuk ke dalam kantin. Semua temanya bingung melihat sikap Moo Myung yang dingin.
“Apa mungkin...dia tak ingat?” kata Ah Ro melihat sikap Moo Myung yang dingin padanya. 

Semua mengantri untuk mengambil makananya, Soo Ho menegur Moo Myung kalau adiknya itu yang sangat khawatir tapi malah bersikap dingin seperti itu. Moo Myung tak mengubrisnya memilih duduk di meja dan mulai makan, Maek Jong melihatnya dengan tatapan kesal.
Soo Ho lalu bertanya pada Yeo Wool apa sebenarnya yang terjadi pada teman mereka itu.  Yeo Wool mengungkapkan kalau Hubungan pria dan wanita sangat rumit lalu bertanya-tanya apakah mereka memang bersaudara. 

Ah Ro kembali bertemu dengan Soo Yun menanyakan apakah seorang pria bisa melupakan mencium seorang wanita, seperti kakak Soo Yun yang lupa pada kejadiaan antara adiknya dan juga Ban Ryu. Soo Yun piki itu berberbedan dan tak mungkin bisa melupakanya.
“Pria macam apa bisa melupakan ciuman?” komentar Soo Yun heran

“Lalu kenapa dia seolah tak menyadari?” kata Ah Ro binggung, Soo Yun menduga kalau ada seseorang yang menciumnya atau bercerita erotis baru, Ah Ro meminta agar Soo Yun menjawab pertanyaan saja.
“Mungkin tak mau tanggung jawab, Atau mungkin tak ingin terlibat, Atau... dia menyesal melakukan itu. Semua manusia seperti itu, Lebih baik menghindari masalah.” Kata Soo Yun
Ah Ro merasa kalau bukan seperti itu, Soo Yun bertanya apakah AH Ro itu belum menemui kakaknya, karena Hatinya berubah lebih dari belasan sehari, menurutnya yang dilihat kalau  satunya orang setia di dunia hanya Ban Ryu.


Maek Jong memanggil Moo Myung dengan pangggilan “Anjing-Burung” karena mendengar julukanya. Moo Myung berhenti melihat Maek Jong yang mendekatinya. Maek Jong menanyakan keadaan Moo Myung dan mengajaknya agar bisa memanah bersama. Moo Myung menolaknya.
“Ada apa sikapmu pada Ah Ro?” ucap Maek Jong menarik tangan temannya, Moo Myung memperingatkan Maek Jong agar melepaskan tanganya, tapi Maek Jong tetap menahanya, tanpa sadar gelang raja yang dipakai Moo Myung terjatuh.

“Katakan saja apa terjadi.” Kata Maek Jong penasaran, Moo Myung menegaskan kalau bukan urusan dan meminta agar segera melepaskanya.
“Itu urusanku. Seperti kau tahu, aku sangat tertarik pada adikmu. Aku tidak bisa mengabaikannya. Jika ada membuatnya menangis, Aku tak akan biarkan dia bahkan itu kau.” Ucap Maek Jong menantang agar bertarung, Moo Myung menerima tawaran. Saat itu Yoon Seob lewat melihat sebuah gelang dengan tatapan liciknya yang mengambil gelang raja. 


Keduanya naik diatas kuda dengan sebuah panah lalu sebuah tampah di lepar sebagai sasaran, sambil berlari keduanya berusaha memanah tepat di sasaran. Moo Myung behasil melakukan, Maek Jong memuji Moo Myung ternyata tak buruk karena baru saja belajar.
Moo Myung pikir tak perlu belajar lebih baik lakukan saja, keduanya kembali memacu kuda sambil memanah, Maek Jong sempat mengenai sasaran dan Moo Myung juga sekali mengenai sasaran. Maek Jong berpsan agar temanya Jangan maksakan diri karena masih baru melakukanya. Moo Myung menyuruh temanya diam dan memanah saja, terlihat tangan keduanya yang berdarah.
Maek Jong memberitahu kalau kali ini putaran terakhir jadi akan tahu siaa yang menjadi pemenangnya. Sasaran kembali di lemparnya dan keduanya sama-sama mengenai ditempat yang sama, akhirnya Moo Myung dan Maek Jong bisa tersenyum melihat hasilnya yang sama-sama kuat. 

Keduanya mencuci tangan disungai, Pa Oh dan Dan Se melihat dari kejauhan. Pa Oh berkomentar kalau Hwarang tak bisa mengalahkan Ji Dwi, karena tahu Maek Jong yang bertahun-tahun sudah berlatih bahkan Gerakannya sempurna saat menembak  panah dan juga tampan.
“Sun Woo mulai belajar 10 hari lalu, Kukira dia hebat.” Komentar Dan Se
“Aoa Kau membela Anjing-Burung?”kata Pa Oh tak percaya
“Kau harus punya orang hebat bersamamu. Lalu Berapa umurmu?” ucap Dan Se melihat Pa Oh itu sudah cukup tua. Pa Oh mengaku umurnya 22 tahun.

“Aku rasa tak seperti itu” komentar Dan Se, Pa Oh balik bertanya berapa umur Dan Se, Dan Se menjawab umurnya itu 22 tahun. Pa Oh panik karena umur mereka sama tapi wajahnya terlihat berbeda sudah banyak kerutan.
“Meskipun usia kita sama, aku lahir lebih awal.” Kata Pa Oh berdalih, Dan Se memberitahu kalau ia lahir di bulan januari dan bertanya balik.
“Aku lahir di bulan Januari...dan 20 tahun lebih tua.” Gumam Pa Oh, akhirnya Mengajak agar mereka bicara santai saja sebagai teman. Dan Se pun mengajak untuk cross. 


Moo Myung mencuci lukanya dengan sedikit menjerit, Maek Jong yang melihatnya mengeluh siapa sebenarnya Moo Myung karena tak takut pada apapun. Moo Myung balik bertanya siapa sebenarnya Maek Jong karena seperti menyembunyikan juga. Maek Jong mengodanya apakah ingin diberitahu rahasianya.
“Sejak aku lahir, aku belum pernah punya teman.Dan, sekarang, kupikir akhirnya punya teman. Aku menyukaimu.” Akui Maek Jong, Moo Myung hanya bisa tertawa mendengarnya.
“Apa itu tertawa? Kau akan terkejut saat tahu seberapa besar rahasia ini.” Ucap Maek Jong bangga
Moo Myung tak peduli mengejar Maek Jong dan menariknya masuk ke dalam sungaikarena tak harus berbagi rahasia besar. Pa Oh melihatnya seperti ingin menolong raja, Dan Se menyuruh Pa Oh duduk saja agar membiarkan dua anak-anak itu bermain. Keduanya saling menjatuhkan dalam sungai tapi setelah itu saling menyiram seperti anak kecil yang tak pernah bermain air. 
Setelah puas bermain air keduanya duduk di pinggir sungai, Maek Jong bertanya Ada apa antara Moo Myung dan adiknya. Moo Myung hanya diam saja seperti binggung menjelaskanya. Maek Jong pikir tak perlu mengatakan kalau memang tak ingin bicara.
“Aku takut.” Ungkap Moo Myung, Maek Jong bertanya takut akan hal apa.
“Aku takut pada diriku Sendiri.” Ucap Moo Myung yang benar –benar galau. Maek Jong hanya bisa menatap diam. 


Ah Ro selesai mencuci duduk di pinggir sungai bertanya-tanya apakah memang Moo Myung itu tak mengingatnya. Tapi menurutnya jika tak mengingatnya maka tak mungkin sangat dingin padanya karena tak pernah bersikap seperti ini sebelumnya.
“Lalu apa ini? Apa dia sungguh menyesal setelah bangun?Lalu kenapa dia menciumku?Kenapa dia melakukan itu padaku?” ucap Ah Ro yang terlihat kesal sendiri dengan mengoyangkan kakinya sampai sepatu terlepas dan hanyut terbawa arus sungai. 

Tiba-tiba Moo Myung datang mengambil sepatu Ah Ro yang hanyut sambil berkomentar kalau Kebiasaan melempar, sepatu dan duduk di mana saja belum berubah menyuruh  agar Berhenti melakukan itu.
“Kau ingat semua itu.. tapi apa kau tak ingat sesuatu yang lain?” ucap Ah Ro dengan wajah cemberut. Moo Myung mengakui kalau ia mengingatnya.
“Lalu... kenapa seolah mengabaikanku?” tanya Ah Ro binggung
“Karena saat aku melihatmu... Aku ingin memelukmu dan  Aku ingin lari denganmu sambil memegang tanganmu. Aku datang akhirnya setelah menahan semua itu. Aku masih ingin memelukmu sekarang, tapi jika aku lakukan, maka aku tak bisa karena hatiku bisa hancur berkeping-keping. Maaf.” Kata Moo Myung dengan senyuman, Ah Ro pun ikut tersenyum mendengar pengakuan Moo Myung, kegelisahanya seperti menghilang seketika. 


Moo Myung duduk diam ditepi danau, sementara Ah Ro terdiam dalam kamarnya. Keduanya sama-sama mengingat kejadian saat ada di sungai.
Flash back
Sebelum Moo Myung pergi, Ah Ro memeluknya dari belakang mengaku sangat merindukannya dan ingin melihat wajahnya  setiap hari. Walaupuns udah melihatnya tetap saja masih merindukannya. Moo Myung sempat terdiam lalu memegang tangan Ah Ro yang memeluk pinggangnya.
Moo Myung mengingat kejadian itu tak bisa menutupi rasa bahagia dengan berbaring di tepi danau. Sementara Ah Ro tersenyum sendiri dengan berbaring di alas tidurnya, keduanya seperti pasangan yang sedang jatuh cinta. 

Moo Myung datang ke ruangan tabib membawa sebuket bunga dan menaruhnya diatas meja, menurutnya itu tempat terbaik lalu bergegas keluar dari ruangan. Ah Ro datang tersenyum melihat bunga yang ditaruh diatas meja, seperti sudah bisa menebak siapa pengirimnya, menaruhnya dalam guci seperti memberikan semangat membersihkan ruangan tabib.
Ah Ro melihat ke tempat Hwarang berlatih, Moo Myung bisa melihatnay dan memberikan senyuman ketikan Ah Ro melambaikan tanganya. Maek Jong melihat keduanya sempat sinis mengeluh karena Ah Ro sangat senang melihat Moo Myung yang berlatih, tapi matanya melihat kearah putri Sook Myung yang menatap dari atas balkon.  

Putri Sook masuk ruangan Wi Hwa berkomentar kalau mungkin tergangu sesuatu lain, namun menurutnya lebih baik hadapi saja, karena tahu kalau Wi Hwa tak punya pilihan lain sekarang dan Kekuasaan tidak dibagi dengan orang lain. Karena dengan berbagi dengan orang lain maka akan menjadi lemah. Wi Hwa berkomentar kalau Putri Sook itu memang mirip dengan ibunya yang tak suka bertele-tele.
“Aku tidak tahu apa Ratu atau kau berpikir tentang hal itu tapi bagiku, Hwarang hanyalah  sebagai alat. Dengan Melindungi keluarga kerajaan, maka mereka harus membunuh atau dibunuh. Hwarang harus punya kemampuan seni bela diri. Menjadi lemah dan lemah, itu bukan prajurit Shilla.” Ucap Putri Sook
“Kami mengajarkan mereka seni bela diri sekarang.” Kata Wi Hwa

“Bukankah sesuatu membosankan seperti itu. Pelatihan tak berhenti, sebelum seseorang mati.Pelatihan...yang menunjukkan kekuatan, dan kuat menindas yang lemah. Itu pelatihan yang aku bicarakan.” Ucap Putri Sook dengan wajah serius.
Wi Hwa sempat terdiam teringat saat mengatakan “ Yang kuat menindas yang lemah dan mengambil dari orang lain. Biarkan mereka mencoba semuanya.” Lalu di depan lilin bertanya-tanya 

“Apa terjadi jika mereka saling membunuh? Bahkan jika belum membunuh sekarang maka mereka akan membunuh satu sama lain kemudian.” Menurutnya yang dikatakan Putri Sook memang benar kalau bawahanya melaporkan semua pada Ratu
“Kau sudah tahu bahwa kami punya informan di rumah Hwarang.” Kata Putri Sook, Maek Jong merasa kalau  Ratu mengangkat Putri Sook dengan  sangat baik.
“Aku akan memberikan 10 hari. Selama waktu itu latih mereka. Jika itu mungkin, jangan ada yang mati.” Tegas Putri Sook memperingatinya. 



Maek Jong mencari-cari di tempat mereka sebelum bertarung dengan wajah panik bertanya dimana Moo Myung menghilangkananya. Maek Jong menyuruh temannya itu lebih baik diam saja. Maek Jong menyuruh agar mencari gelang itu dan bertanya apakah tahu arti dari gelang itu. Moo Myung bertanya memang apa artinya.
“Aku bilang itu seleraku dan sangat menyukainya, Apa Kau tahu betapa berharga itu?” ucap Maek Jong mencari alasan. Moo Myung berteriak menyuruh Maek Jong diam saja karena membuat kepalanya pusing.
“Apa Kau tak lihat aku mencarinya? Lebih baik kau Pergi saja” teriak Moo Myung kesal, Maek Jong kebinggungan karena gelanganya itu jatuh. Kang Sung melihat dari kejauhan seperti bisa menebak siapa pemilik gelang tersebut. 

Pa Oh mencari dalam kolam, mengeluh karena baru mengetahuinya dan Maek Jong tak memberitahukanya. Maek Jong bertanya apakah kalau mengetahuinya makan Pak Oh akan membunuhnya, Pa Oh dengan sangat yakin pasti akan membunuhnya.
“Tidak boleh..  Aku berutang padanya...” kata Maek Jong tak ingin melakuan begitu saja.
“Apa Anda orang yang bisa berhutang? Anda adalah Raja Silla.” Kata Pa Oh berbisik
“Temannya meninggal karena aku. Tapi... aku suka dia bahkan aku menyukai adiknya lebih lagi” akui Maek Jong menyuruh Pa Oh mencarinya saja dan tak perlu banyak bicara atau menyuruh orang agar bisa menemukannya.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar