Moo Myung
seperti tersadar dan langsung mencium Ah Ro, Ah Ro kaget karena Moo Myung
sebagai kakaknya tiba-tiba menciumnya. Keduanya saling berpandangan dan Ah Ro
pun memejamkan matanya. Moo Myung mendekat ingin menciumnya kembali, tapi malah
tubuhnya jatuh dan pingsan. Ah Ro
kebinggungan makin panik karena Moo Myung benar-benar tak sadarkan diri.
Moo Myung
dibawa ke ruangan tabib, semua teman satu kamarnya sudah berkumpul. Soo Ho
seperti tak yakin kalau Moo Myung jatuh dari kuda. Yeo Wool memberitahu kalau
Moo Myung sudah tak sadarkan diri saat kudanya kembali menurutnya setidaknya beruntung
ada tabib. Soo Ho melihat Ah Ro hanya diam saja menurutnya masih terkejut
karena jatuh dari kuda.
“Tapi,
kenapa memanggilku kesini?” tanya Ban Ryu heran seperti merasa tak ada
urusananya. Soo Ho mengumpat Ban Ryu itu memang pantas di panggil orang paling
kasar.
“Ada kemungkinan
temannmu bisa mati, apa itu ingin kau katakan? Aku merasa kasihan pada istrimu
nanti. Melihat dia masih belum bangun, apa bisa itu menjadi masalah?” ucap Soo
Ho, Ban Ryu hanya diam karena hatinya itu tertuju pada adik Soo Ho. Yeo Wool
binggung dengan Moo Myung yang denyut nadinya baik tapi belum juga bangun.
Moo Myung
masih juga belum bangun sampai malam hari, Ah Ro yang melihatnya jadi sedih
memikirkan kalau belum bangun apa yang harus dilakukan. Lalu menduga kalau
nanti Moo Myung mungkin kehilangan ingatannya, tapi akhirnya meyakinkan kalau
teman kakaknya itu akan baik-baik saja, lalu meminta agar membuka matanya.
Saat itu
ia memegang bagian dahi dan merasakan badan Moo Myung yang dingin, lalu
mengosokan dua tangan agar mengembalikan suhu tubuhnya dengan menaruh di pipi
tapi setelah beberapa kali tak ada perubahan. Ah Ro monda mandir dengan wajah
gelisah.
“Aku
melakukan ini sebagai tabib jadi harus melakukan terbaik pada pasien.” Ucap Ah
Ro menyakinkan diri dengan berbaring disamping Moo Myung. Tapi merasa kalau
pasti tak akan berhasil, sampai akhirnya Ah Ro masuk ke dalam selimut dan
memeluknya agar badan Moo Myung hangat.
“Dia
harus sadar seberapa baik aku merawatnya, dan harus berterima kasih padaku
nanti.” Ucap Ah Ro pada Moo Myung, Moo Myung mengubah posisi tidurnya.
Ah Ro
sempat kaget dan melihat dengan jelas wajah Moo Myung mengeluarkan banyak keringat,
dengan wajah sedih meminta agar Moo Myung bisa cepat bangun dan melihatnya
karena Masih banyak yang harus mereka
bicarakan, akhirnya ia pun tertidur disamping teman kakaknya.
Moo Myung
merasa sangat kepanasan dan melirik ke arah kanan dan kiri ada Soo Ho dan Yeo
Wool sudah memeluknya dengan erat. Ia langsung bangun dari tempat tidurnya
kebinggungan apa yang terjadi pada dirinya. Maek Jong langsung menyapa Moo
Myung yang baru bangun.
“Aku
menyelamatkanmu.” Ucap Soo Ho yang masih berbaring, Yeo Wool mengoda Soo Ho
kalau mereka menyelamatkannya bersama dengan ingin memeluknya, Soo Ho menjerit
menyuruh Yeo Wool menjauh darinya. Moo Myung binggung melihat kesana kemari.
“Jika kau
cari adikmu, dia tak di sini.” Kata Maek Jong, Moo Myung bertanya keberadaan
adiknya itu.
“Dia tak
bisa tidur selama empat malam, aku menyuruhnya pulang beristirahat.Kau tahu dia
keras kepala,Itu tidak mudah.” Ucap Maek Jong
“Berapa
hari itu aku tidak sadar?” tanya Moo Myung. Maek Jong menjawab Empat hari
setengah.
Moo Myung
pergi ke ke tempat Ah Ro yang tertidur pulas, lalu menatapnya dan ingin
mengelus bagian kepalanya, tapi akhirnya mengurungkan niatnya dengan hanya
menatapnya saja. Ah Ro akhirnya terbangun dari tidurnya dan buru-buru pergi ke
tempat Moo Myung beristirahat, tapi tak ada siapapun dalam ruangan.
“Apa
terjadi? Kemana dia? Mungkin...saat aku tertidur...” ucap Ah Ro memikirkanya
hal yang aneh, tapi yakin pasti itu tak terjadi lalu bertanya-tanya kemana
sebenarnya Moo Myung pergi.
Ah Ro
melihat Moo Myung sedang berlatih pedang dengan teman-temanya merasa kalau
teman kakaknya seperti sudah baik-baik saja. Moo Myung sempat melirik melihat
Ah Ro yang datang tapi berusaha tak memperdulikanya, Ah Ro sempat melambaikan
tangan tapi Moo Myung seolah-olah tak melihatnya.
“Apa dia
mengabaikanku?” ucap Ah Ro yang sengaja berdiri didepan pintu dengan terus
melambaikan tangan, Moo Myung tetap tak mengubrisnya hanya diam dengan terus
berlatih.
Ketika
masuk kantin, Ah Ro langsung menghalangi jalan Moo Myung saat akan masuk
menanyakan keadaaanya. Moo Myung dengan dingin menjawab sudah baik. Ah Ro
memberitahu kalau sudah menyelamatkan hidup Moo Myung kemarin.
“Apa Kau
tak berterima kasih padaku?” ucap Ah Ro kesal. Moo Myung dengan dingin
mengucapkan Terima kasih lalu masuk ke dalam kantin. Semua temanya bingung
melihat sikap Moo Myung yang dingin.
“Apa
mungkin...dia tak ingat?” kata Ah Ro melihat sikap Moo Myung yang dingin
padanya.
Semua
mengantri untuk mengambil makananya, Soo Ho menegur Moo Myung kalau adiknya itu
yang sangat khawatir tapi malah bersikap dingin seperti itu. Moo Myung tak
mengubrisnya memilih duduk di meja dan mulai makan, Maek Jong melihatnya dengan
tatapan kesal.
Soo Ho
lalu bertanya pada Yeo Wool apa sebenarnya yang terjadi pada teman mereka
itu. Yeo Wool mengungkapkan kalau Hubungan
pria dan wanita sangat rumit lalu bertanya-tanya apakah mereka memang
bersaudara.
Ah Ro
kembali bertemu dengan Soo Yun menanyakan apakah seorang pria bisa melupakan
mencium seorang wanita, seperti kakak Soo Yun yang lupa pada kejadiaan antara
adiknya dan juga Ban Ryu. Soo Yun piki itu berberbedan dan tak mungkin bisa
melupakanya.
“Pria
macam apa bisa melupakan ciuman?” komentar Soo Yun heran
“Lalu
kenapa dia seolah tak menyadari?” kata Ah Ro binggung, Soo Yun menduga kalau
ada seseorang yang menciumnya atau bercerita erotis baru, Ah Ro meminta agar
Soo Yun menjawab pertanyaan saja.
“Mungkin
tak mau tanggung jawab, Atau mungkin tak ingin terlibat, Atau... dia menyesal
melakukan itu. Semua manusia seperti itu, Lebih baik menghindari masalah.” Kata
Soo Yun
Ah Ro
merasa kalau bukan seperti itu, Soo Yun bertanya apakah AH Ro itu belum menemui
kakaknya, karena Hatinya berubah lebih dari belasan sehari, menurutnya yang
dilihat kalau satunya orang setia di
dunia hanya Ban Ryu.
Maek Jong
memanggil Moo Myung dengan pangggilan “Anjing-Burung” karena mendengar
julukanya. Moo Myung berhenti melihat Maek Jong yang mendekatinya. Maek Jong
menanyakan keadaan Moo Myung dan mengajaknya agar bisa memanah bersama. Moo
Myung menolaknya.
“Ada apa
sikapmu pada Ah Ro?” ucap Maek Jong menarik tangan temannya, Moo Myung
memperingatkan Maek Jong agar melepaskan tanganya, tapi Maek Jong tetap
menahanya, tanpa sadar gelang raja yang dipakai Moo Myung terjatuh.
“Katakan
saja apa terjadi.” Kata Maek Jong penasaran, Moo Myung menegaskan kalau bukan
urusan dan meminta agar segera melepaskanya.
“Itu
urusanku. Seperti kau tahu, aku sangat tertarik pada adikmu. Aku tidak bisa
mengabaikannya. Jika ada membuatnya menangis, Aku tak akan biarkan dia bahkan
itu kau.” Ucap Maek Jong menantang agar bertarung, Moo Myung menerima tawaran.
Saat itu Yoon Seob lewat melihat sebuah gelang dengan tatapan liciknya yang
mengambil gelang raja.
Keduanya
naik diatas kuda dengan sebuah panah lalu sebuah tampah di lepar sebagai
sasaran, sambil berlari keduanya berusaha memanah tepat di sasaran. Moo Myung
behasil melakukan, Maek Jong memuji Moo Myung ternyata tak buruk karena baru
saja belajar.
Moo Myung
pikir tak perlu belajar lebih baik lakukan saja, keduanya kembali memacu kuda
sambil memanah, Maek Jong sempat mengenai sasaran dan Moo Myung juga sekali
mengenai sasaran. Maek Jong berpsan agar temanya Jangan maksakan diri karena
masih baru melakukanya. Moo Myung menyuruh temanya diam dan memanah saja,
terlihat tangan keduanya yang berdarah.
Maek Jong
memberitahu kalau kali ini putaran terakhir jadi akan tahu siaa yang menjadi
pemenangnya. Sasaran kembali di lemparnya dan keduanya sama-sama mengenai ditempat
yang sama, akhirnya Moo Myung dan Maek Jong bisa tersenyum melihat hasilnya
yang sama-sama kuat.
Keduanya
mencuci tangan disungai, Pa Oh dan Dan Se melihat dari kejauhan. Pa Oh
berkomentar kalau Hwarang tak bisa mengalahkan Ji Dwi, karena tahu Maek Jong
yang bertahun-tahun sudah berlatih bahkan Gerakannya sempurna saat
menembak panah dan juga tampan.
“Sun Woo
mulai belajar 10 hari lalu, Kukira dia hebat.” Komentar Dan Se
“Aoa Kau
membela Anjing-Burung?”kata Pa Oh tak percaya
“Kau
harus punya orang hebat bersamamu. Lalu Berapa umurmu?” ucap Dan Se melihat Pa
Oh itu sudah cukup tua. Pa Oh mengaku umurnya 22 tahun.
“Aku rasa
tak seperti itu” komentar Dan Se, Pa Oh balik bertanya berapa umur Dan Se, Dan
Se menjawab umurnya itu 22 tahun. Pa Oh panik karena umur mereka sama tapi
wajahnya terlihat berbeda sudah banyak kerutan.
“Meskipun
usia kita sama, aku lahir lebih awal.” Kata Pa Oh berdalih, Dan Se memberitahu
kalau ia lahir di bulan januari dan bertanya balik.
“Aku
lahir di bulan Januari...dan 20 tahun lebih tua.” Gumam Pa Oh, akhirnya
Mengajak agar mereka bicara santai saja sebagai teman. Dan Se pun mengajak
untuk cross.
Moo Myung
mencuci lukanya dengan sedikit menjerit, Maek Jong yang melihatnya mengeluh
siapa sebenarnya Moo Myung karena tak takut pada apapun. Moo Myung balik
bertanya siapa sebenarnya Maek Jong karena seperti menyembunyikan juga. Maek
Jong mengodanya apakah ingin diberitahu rahasianya.
“Sejak
aku lahir, aku belum pernah punya teman.Dan, sekarang, kupikir akhirnya punya
teman. Aku menyukaimu.” Akui Maek Jong, Moo Myung hanya bisa tertawa
mendengarnya.
“Apa itu
tertawa? Kau akan terkejut saat tahu seberapa besar rahasia ini.” Ucap Maek
Jong bangga
Moo Myung
tak peduli mengejar Maek Jong dan menariknya masuk ke dalam sungaikarena tak
harus berbagi rahasia besar. Pa Oh melihatnya seperti ingin menolong raja, Dan
Se menyuruh Pa Oh duduk saja agar membiarkan dua anak-anak itu bermain. Keduanya
saling menjatuhkan dalam sungai tapi setelah itu saling menyiram seperti anak
kecil yang tak pernah bermain air.
Setelah
puas bermain air keduanya duduk di pinggir sungai, Maek Jong bertanya Ada apa
antara Moo Myung dan adiknya. Moo Myung hanya diam saja seperti binggung
menjelaskanya. Maek Jong pikir tak perlu mengatakan kalau memang tak ingin
bicara.
“Aku
takut.” Ungkap Moo Myung, Maek Jong bertanya takut akan hal apa.
“Aku
takut pada diriku Sendiri.” Ucap Moo Myung yang benar –benar galau. Maek Jong
hanya bisa menatap diam.
Ah Ro
selesai mencuci duduk di pinggir sungai bertanya-tanya apakah memang Moo Myung
itu tak mengingatnya. Tapi menurutnya jika tak mengingatnya maka tak mungkin sangat
dingin padanya karena tak pernah bersikap seperti ini sebelumnya.
“Lalu apa
ini? Apa dia sungguh menyesal setelah bangun?Lalu kenapa dia menciumku?Kenapa
dia melakukan itu padaku?” ucap Ah Ro yang terlihat kesal sendiri dengan
mengoyangkan kakinya sampai sepatu terlepas dan hanyut terbawa arus sungai.
Tiba-tiba
Moo Myung datang mengambil sepatu Ah Ro yang hanyut sambil berkomentar kalau
Kebiasaan melempar, sepatu dan duduk di mana saja belum berubah menyuruh agar Berhenti melakukan itu.
“Kau
ingat semua itu.. tapi apa kau tak ingat sesuatu yang lain?” ucap Ah Ro dengan
wajah cemberut. Moo Myung mengakui kalau ia mengingatnya.
“Lalu...
kenapa seolah mengabaikanku?” tanya Ah Ro binggung
“Karena
saat aku melihatmu... Aku ingin memelukmu dan
Aku ingin lari denganmu sambil memegang tanganmu. Aku datang akhirnya
setelah menahan semua itu. Aku masih ingin memelukmu sekarang, tapi jika aku lakukan,
maka aku tak bisa karena hatiku bisa hancur berkeping-keping. Maaf.” Kata Moo
Myung dengan senyuman, Ah Ro pun ikut tersenyum mendengar pengakuan Moo Myung,
kegelisahanya seperti menghilang seketika.
Moo Myung
duduk diam ditepi danau, sementara Ah Ro terdiam dalam kamarnya. Keduanya
sama-sama mengingat kejadian saat ada di sungai.
Flash back
Sebelum
Moo Myung pergi, Ah Ro memeluknya dari belakang mengaku sangat merindukannya
dan ingin melihat wajahnya setiap hari.
Walaupuns udah melihatnya tetap saja masih merindukannya. Moo Myung sempat
terdiam lalu memegang tangan Ah Ro yang memeluk pinggangnya.
Moo Myung
mengingat kejadian itu tak bisa menutupi rasa bahagia dengan berbaring di tepi
danau. Sementara Ah Ro tersenyum sendiri dengan berbaring di alas tidurnya,
keduanya seperti pasangan yang sedang jatuh cinta.
Moo Myung
datang ke ruangan tabib membawa sebuket bunga dan menaruhnya diatas meja,
menurutnya itu tempat terbaik lalu bergegas keluar dari ruangan. Ah Ro datang
tersenyum melihat bunga yang ditaruh diatas meja, seperti sudah bisa menebak
siapa pengirimnya, menaruhnya dalam guci seperti memberikan semangat
membersihkan ruangan tabib.
Ah Ro
melihat ke tempat Hwarang berlatih, Moo Myung bisa melihatnay dan memberikan
senyuman ketikan Ah Ro melambaikan tanganya. Maek Jong melihat keduanya sempat
sinis mengeluh karena Ah Ro sangat senang melihat Moo Myung yang berlatih, tapi
matanya melihat kearah putri Sook Myung yang menatap dari atas balkon.
Putri
Sook masuk ruangan Wi Hwa berkomentar kalau mungkin tergangu sesuatu lain,
namun menurutnya lebih baik hadapi saja, karena tahu kalau Wi Hwa tak punya
pilihan lain sekarang dan Kekuasaan tidak dibagi dengan orang lain. Karena
dengan berbagi dengan orang lain maka akan menjadi lemah. Wi Hwa berkomentar
kalau Putri Sook itu memang mirip dengan ibunya yang tak suka bertele-tele.
“Aku
tidak tahu apa Ratu atau kau berpikir tentang hal itu tapi bagiku, Hwarang
hanyalah sebagai alat. Dengan Melindungi
keluarga kerajaan, maka mereka harus membunuh atau dibunuh. Hwarang harus punya
kemampuan seni bela diri. Menjadi lemah dan lemah, itu bukan prajurit Shilla.”
Ucap Putri Sook
“Kami
mengajarkan mereka seni bela diri sekarang.” Kata Wi Hwa
“Bukankah
sesuatu membosankan seperti itu. Pelatihan tak berhenti, sebelum seseorang
mati.Pelatihan...yang menunjukkan kekuatan, dan kuat menindas yang lemah. Itu
pelatihan yang aku bicarakan.” Ucap Putri Sook dengan wajah serius.
Wi Hwa
sempat terdiam teringat saat mengatakan “ Yang kuat menindas yang lemah dan
mengambil dari orang lain. Biarkan mereka mencoba semuanya.” Lalu di depan
lilin bertanya-tanya
“Apa terjadi jika mereka saling membunuh? Bahkan jika
belum membunuh sekarang maka mereka akan membunuh satu sama lain kemudian.”
Menurutnya yang dikatakan Putri Sook memang benar kalau bawahanya melaporkan
semua pada Ratu
“Kau
sudah tahu bahwa kami punya informan di rumah Hwarang.” Kata Putri Sook, Maek
Jong merasa kalau Ratu mengangkat Putri
Sook dengan sangat baik.
“Aku akan
memberikan 10 hari. Selama waktu itu latih mereka. Jika itu mungkin, jangan ada
yang mati.” Tegas Putri Sook memperingatinya.
Maek Jong
mencari-cari di tempat mereka sebelum bertarung dengan wajah panik bertanya
dimana Moo Myung menghilangkananya. Maek Jong menyuruh temannya itu lebih baik
diam saja. Maek Jong menyuruh agar mencari gelang itu dan bertanya apakah tahu
arti dari gelang itu. Moo Myung bertanya memang apa artinya.
“Aku
bilang itu seleraku dan sangat menyukainya, Apa Kau tahu betapa berharga itu?”
ucap Maek Jong mencari alasan. Moo Myung berteriak menyuruh Maek Jong diam saja
karena membuat kepalanya pusing.
“Apa Kau
tak lihat aku mencarinya? Lebih baik kau Pergi saja” teriak Moo Myung kesal,
Maek Jong kebinggungan karena gelanganya itu jatuh. Kang Sung melihat dari
kejauhan seperti bisa menebak siapa pemilik gelang tersebut.
Pa Oh
mencari dalam kolam, mengeluh karena baru mengetahuinya dan Maek Jong tak
memberitahukanya. Maek Jong bertanya apakah kalau mengetahuinya makan Pak Oh
akan membunuhnya, Pa Oh dengan sangat yakin pasti akan membunuhnya.
“Tidak
boleh.. Aku berutang padanya...” kata
Maek Jong tak ingin melakuan begitu saja.
“Apa Anda
orang yang bisa berhutang? Anda adalah Raja Silla.” Kata Pa Oh berbisik
“Temannya
meninggal karena aku. Tapi... aku suka dia bahkan aku menyukai adiknya lebih
lagi” akui Maek Jong menyuruh Pa Oh mencarinya saja dan tak perlu banyak bicara
atau menyuruh orang agar bisa menemukannya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar