PS : All
images credit and content copyright : KBS
“Memang
kamu siapa? Siapa kamu beraninya membuatku merasa menyedihkan?” ucap Maek Jong
marah, Saat itu Moo Myung sedang berjalan menuju suatu tempat.
“Kalau kau
terus begini kepadaku, kakakku tidak akan memaafkanmu.” Ucap Ah Ro
memperingatinya. Maek Jong makin marah menyuruh Ah Ro tak lagi membahas
mengenai kakaknya.
“Kakakku
akan...”ucap Ah Ro saat itu Maek Jong langsung mencium Ah Ro, Ah Ro berusaha
melepaskan tapi Maek Jong tetap memaksa untuk menciumnya.
Maek Jong
akhirnya melepaskan ciuman dan keduanya saling menatap, ia ingin kembali
mencium Ah Ro tapi Ah Ro lebih dulu membenturkan kepalanya membuat Maek Jong
mengaduh kesakitan. Terdangar suara langkah yang semakin mendekat, Ah Ro
langsung menutup mulut Maek Jong dan menarikanya agar bersembunyi karena
kakaknya yang datang.
Moo Myung
membuka pintu tak melihat ada sosok adiknya dalam ruangan, akhirnya keluar
kembali. Ah Ro menanjamkan pendengaranya, memastikan kalau kakaknya itu sudah
pergi. Akhirnya ia pun berlari keluar dengan terburu-buru dari Ruang tabib agar
tak ketahuan oleh kakaknya. Saat itu Moo Myung keluar dari persembunyianya,
bisa melihat Ah Ro yang berlari meninggalkan ruangan.
“Apa yang
telah kau lakukan?” ucap Moo Myung sudah berdiri di depan Maek Jong akan keluar
ruangan. Maek Jong dengan sinis kalau itu bukan urusan Moo Myung.
“Apa
Karena kau kakaknya?” ejek Maek Jong. Moo Myung langsung memberikan pukulan
diwajah Maek Jong sebagai pelajaran.
“ Jangan
mendekati dia!!! Jangan melihat dia!! Jangan bicara kepada dia!!” ucap Moo
Myung memperingati.
“Aku
tidak bisa melakukannya... Kurasa... aku menyukai adikmu.” Akui Maek Jong, Moo
Myung memilih untuk pergi dan tak mengubrisnya.
Moo Myung
melihat lampu ruangan yang menyala lalu masuk dan melihat Ah Ro terlihat
ketakutan. Ah Ro dengan terbata-bata mengaku
tidak enak badan dan ingin pergi tapi.... Moo Myung memberikan sapu
tangan ditangan adik Sun Woo untuk bisa mengelap keringatnya.
“Malam
ini kita beristirahat. Segalanya baru bagi ku, sehingga aku tidak tahu cara
menjadi kakak yang baik. Aku tidak pernah ragu dalam hal apa pun selama ini,
tapi kau selalu menghentikan ku. Jadi beri aku waktu , Aku akan segera menjadi
kakakmu yang sesungguhnya.” Ungkap Moo Myung yang ingin mengantikan posisi Sun
Woo sebagai kakak Ah Ro .
Maek Jong
duduk di dalam ruangan melihat gambar yang diperlihatkan Ah Ro seperti meresapi
semua arti dari dirinya selama ini yang jatuh dari sangkar dan terus menutupi
jati dirinya sebagai seorang raja.
Joo Ki
mengikuti Ah Ro dari belakang sambil berkata kalau Ada dua kemungkinan yaitu Kepedulian pria
terhadap wanita atau sebaliknya. Ah Ro mengeluh pada Joo Ki kalau bisa pergi sendirian. Joo Ki menegaskan kalau
ini menurut feelingnya, kalau Moo Myung sungguh tidak mengenal adiknya dan demi
mendapatkan perak, akan mengadu sapi. Tapi tidak mendengarkan.
“Apa Kakakku
memintamu untuk mengantarku pulang?” ucap Ah Ro kaget
“Apa lagi
alasanku melakukan ini? Tidak ada yang bisa mempengaruhiku.” Ucap Joo Ki
“Apa Kau
sungguh mengatakan hal itu kepada kakakku Bahwa aku akan mengadu sapi demi
perak?” ucap Ah Ro tak yakin
“Aku
tidak mengarangnya. Tapi apa dia benar-benar kakakmu?” ucap Joo Ki sedikit ragu,
Ah Ro binggung dengan ucapan Joo Ki
“Ini
terasa Aneh sekali. Dia bilang, kalung itu milik temannya.” Kata Joo Ki, Ah Ro
terlihat sedikit kaget.
Moo Myung
berjalan kembali ke kamar tiba-tiba seseorang di pinggir danau bertanya apa
yang sedang dilakukanya. Wi Hwa sedang duduk sambil memancing dimalam hari,
bertanya apa yang dilakuan Moo Myung di sana saat tengah malam, Moo Myung pikir
bukan urusan Wi Hwa
“Peraturannya,
kau harus bersama teman sekamarmu. Kau ingat itu?” kata Wi Hwa, Moo Myung
meminta agar bisa meninggalkan sendirian dan sedang tidak ingin bicara. Wi Hwa
mulai mengumpat.
“Kudengar,
julukanmu adalah Anjing-Burung. Kau memang bagaikan anjing dan burung, yaitu Pecundang
berdarah campuran.” Ucap Wi Hwa, Moo Myung meminta agar tak mencampuri
urusannya.
“Apa kau
tahu? Aku menyukaimu. Bagimu, semua orang adalah musuh. Kau temperamental dan
itu membutakanmu, sehingga kau bodoh. Orang sepertimu, membuatku semangat
mengajar.” Akui Wi Hwa
Esok
harinya
Semua
anggota Hwarang berlari melatih fisik mereka, sementara Moo Myung dan 4 teman
sekamarnya harus mengontong tandu yang diduduki oleh Wi Hwa. Wi Hwa
mengingatkan kalau Teman sekamar adalah
pasangan jadi mereka harus tidur dan bangun bersama Tapi seseorang berkeliaran
sendiri pada tengah malam, kalau itu buruk
sekali.
“Tidakkah
kau setuju, Anjing-Burung?” ejek Wi Hwa terlihat bahagai naik diatas tandu
layaknya pejabat negara.
“Dasar
kau.. Lihat perbuatanmu yang menyebabkan kami menjadi begini.” Ucap Ban Ryu
marah, Soo Ho menyuruh Ban Ryu untuk mengangkat dengan benar saja karena menopang
berat lebih berat disininya.
Ia pun
memperingatkan Moo Myung kalau akan
menghabisiny nanti. Maek Jong merasa kalau Pa Oh akan terkejut kalau menyaksikan
ini. Sementara Wi Hwa bisa melihat bagian puncaknya.
Semua
sudah ada di puncak dengan menghadap ke matahari, Wi Hwa duduk dibagian depan
dengan semua anak murid yang berbaris dengan rapih.
“Sebagai
anggota Hwarang untuk Silla, jadilah seperti matahari itu. Menjadi sesuatu baru
dan bersemangat setiap hari. Buang semua prasangka dan kesombongan. Kalian harus
terlahir kembali. Mengerti?” ucap Wi Hwa, semua menjawab mengerti.
Moo Myung
dkk mencuci pakaian disungai. Ban Ryu yang kesal memberikan cucian kotornya pada
Moo Myung karan ulahnya jadi harus mencucin semuanya, dengan memperingatkan
kalau ia terkena hukuman lagi karena ulahnya maka semua tidak akan berakhir
dengan mudah.
“Dia
tidak pernah berubah. Kenapa dia selalu kasar?” keluh Soo Ho melihat musuh
berbuyutanya pergi.
“Kau juga
harus mencuci pakaianku, kemarin Aku sudah banyak bekerja.” Ucap Soo Ho.
Dari jauh
Maek Jong melihat tingkah para pria, Soo Ho pun meminta agar Moo Myung
memberitahu alasan keluar kamar dimalam hari, Moo Myung menghela nafas lalu teringat
kalau Soo Ho itu memiliki seorang adik perempuan. Maek Jong menatap Moo Myung
yang berbicara pada So Ho.
Ah Ro
baru saja membuka pintu langsung dikagetnya dengan Maek Jong yang sudah berdiri
didepan pintu. Maek Jong langsung masuk kedalam ruangan dengan nada mengoda
bertanya apakah tidurnya nyenyak, menurutnya seperti itu karena mata Ah Ro yang
tidak berkedip. Ah Ro mengambil sebuah jarum untuk bersiaga bertanya alasan
Maek Jong datang lagi.
“Karena
kita berciuman tadi malam.” Ucap Maek Jong merasa Ah Ro itu tertarik padanya.
“Pasti kau
terlalu yakin bisa memahami wanita. Wanita sangat tidak...” ucap Ah Ro terhenti
merasa tidak perlu menjelaskannya.
“Dan Kalau
tujuanmu untuk meminta maaf, akan kumaafkan.” Kata Ah Ro, tapi Maek Jong malah
bertanya kesalahanya dan kenapa harus meminta maaf.
“Kau
harus meminta maaf setelah berbuat kesalahan.” Tegas Ah Ro, Maek Jong malah
mengoda kalau yang dilakukan itu bukan
kesalahan
“Kalau
menciumku di luar kemauanku bukanlah kesalahan, apa itu kemarahan dari anak
kecil?” sindir Ah Ro
Maek Jong
hanya menatapnya, Ah Ro ingin memberitahu karena Maek Jong yang tak
mengenalnya, menurutnya Maek Jong sudah mati jika saat itu menjadi dirinya yang
biasanya, lalu tak ingin membahasnya agar menganggap itu tidak pernah terjadi.
Maek Jong malah heran kalau Ah Ro menganggap sebagai kemarahan dari anak kecil
dan tidak pernah terjadi, semakin mendekati Ah Ro.
“Satu
langkah lagi saja kau mendekat, akan kutancapkan jarum akupunktur yang dapat
melumpuhkan kemaluanmu.” Ucap Ah Ro memperingati tapi Maek Jong tak takut tetap
melangkah mendekatinya. Ah Ro langsung menancapkan jarum di bagian paha Maek
Jong
“Kau
tidak akan bisa bergerak untuk beberapa saat dan Aku sungguh akan menancapkan
jarumnya ke titik akupunktur, jadi jangan mendekat.” Kata Ah Ro lalu keluar
dari ruangan. Maek Jong berusaha untuk bergerak tapi kakinya benar-benar terasa
kaku.
Ah Ro
bertemu kembali dengan temanya agar bisa
meminjaminya 20 perak. Temanya bertanya ada apa dengan temanya karena
selama ini mengira tidak mau berutang kepadanya. Ah Ro menceritakan memiliki
hutang yang harus dibayar, meskipun itu merupakan penghinaan.
“Kau
berutang kepada siapa?”tanya temanya penasaran, Ah Ro pikir temanya tak perlu
tahu.
“Dia pria
yang kasar, kejam, dan menyusahkan.” Ungkap Ah Ro. Temanya bisa tahu kalau penagih utang memang seperti itu.
“Seseorang
berkata "Aku tidak pernah ragu dalam hal apa pun selama ini tapi kau
selalu membuatku berhenti." Kedengarannya, orang ini mencemaskanku, kan?”
cerita Ah Ro
Temanya
menebak kalau yang berkata adalah orang
yang meminjamkan perak kepadanya. Ah Ro mengaku bukan orang yang sama, temanya
berkomentar kalau ini alasannya mereka tidak boleh mempelajari cinta melalui buku
saja.
“Coba kau
Dengar. Mencemaskan itu bagaikan saat pedagang garam takut hujan, pembuat
penyumbat tidak takut hujan. Begitulah maksud mencemaskan. Dia berkata "Kau selalu membuatku berhenti." Bukankah
mereka menganggap ini sebagai cinta?” ucap teman Ah Ro, sementara Ah Ro malah
terlihat binggung
“Jadi,
maksudmu pria itu mencemaskanmu gara-gara penagih utang itu. Aku cemburu dan Sudah kusangka kau akan
mendapatkan sesuatu di sana.” Komentar temanya,
Ah Ro merasa itu mustahil,
menyuruh temanya agar Makan kue beras saja.
So Ho
melatih otot tanganya dengan berolahraga dikamar, membahas pertanyaan Moo Myung
tentang Bagaimana cara memperlakukan
adik perempuan, lalu memberitahukan yang pertama adalah jangan anggap dia sebagai wanita.
“Kasih
sayang di antara kakak beradik akan tumbuh saat kalian saling bertindak kasar. Kalau
melihat dia dari kejauhan, maka kau harus bagaimana?” ucap So Ho. Moo Myung
dengan wajah penasaran menunggu jawabanya.
“Kau
harus Lari dan hampiri dia, lalu Piting
dia lebih dahulu. Anggap saja dia hewan peliharaanmu, dan teruslah piting dia.
Bahkan Piting terus sampai dia menyerah.” Ucap So Ho memperagakanya, Moo Myung
pun mencoba mengikutinya.
“Saat kau
pulang, jangan melakukan apa pun dan Panggil saja dia.” Ucap So Ho duduk layaknya raja memanggil adiknya
seperti pelayan agar menyuruh melakukan apapun.
Moo Myung
heran merasa kalau Soo Ho itu tak akrab dengan adiknya, So Ho menegaskan kalau sebenaranya Adik-adik mereka lebih kuat dari yang kita pikir Serta, semua
kakak bertanggung jawab melatih adik-adiknya menjadi lebih kuat. Kalau tidak, maka
bagaimana mereka bisa bertahan di dunia
kejam ini saat kakaknya tidak bisa menjaga adiknya. Moo Myung pun seperti bisa
mengerti.
So Ho
melihat wajah Moo Myung merasa kalau temanya sudah mengerti dengan yang
dikataknya. Moo Myung malah bertanya apa saja tadi yang dikatanya dan meminta
agar bisa mengulanginya.
Ah Ro
berjalan dengan wajah cemas, merasa sangat terganggu kalau nanti menemui Tuan
Mesum lagi dan bagiamana kalau sampai kakaknya itu mengetahuinya merasa semuanya
jadi rumit tapi tak bisa membayar hutangnya kalau pergi begitu saja dan
memantapkan diri kalau harus bertahan. Tiba-tiba Moo Myung sudah ada didepan Ah
Ro yang membuatnya kaget.
“Aku rasa
kau hendak menghindar.” Ucap Moo Myung melihat adiknya malah berbalik arah, Ah
Ro menyangkalnya dengan wajah gugup.
“Aku
harus berbicara dengan Pi Joo Ki.” Kata Ah Ro, Moo Myung mengikuti cara Soo Ho
dengan meminting kepala Ah Ro.
Ah Ro
sempat sedikit tercekik dan Moo Myung sedikit melonggarkan tanganya, lalu
memegang kepala Ah Ro dengan menekanya. Setelah
itu menyuruh Ah Ro pergi dan ia berjalan meninggalkan adiknya merasa
kalau tadi terlihat sikap yang alami. Tapi Ah Ro melihat sikap Moo Myung itu
Aneh sekali berpikir kalau sedang memberikan perawatan akupresur.
Ratu
sedang terdiam dengan tatapan kosong mengingat saat anaknya yang berbaring
dipangkuan Ah Ro, lalu bertanya pada pengawalnya keberadan tuan Ahn.
Pengawalnya memberitahu kalau Tuan Ahn baru saja tiba di istana. Ratu akan
berjalan tapi tiba-tiba kepalanya terasa sakit, pengawal menahanya agar tak
terjatuh, tapi Ratu seperti masih bisa bertahan.
Akhirnya
Ratu masuk ke dalam ruangan dan langsung jatuh pingsan saat itu Tuan Ahn yang
sudah ada diruangan langsung memeluknya sebelum Rtu Ratu jatuh tak sadarkan
diri. Ratu Ji So sudah terbaring diatas tempat tidurnya, Tuan Ahn siap dengan
jarumnya ingin menusuk ke bagian telinga.
“Titik
akupunktur ini bisa merenggut nyawa seseorang dalam hitungan detik.” Ucap Tuan
Ahn seperti memiliki dendam tapi akhirnya mengurungkan niatnya.
Ratu
membuka matanya melihat Tuan Ahn dengan menyindirnya kalau tidak memanggil
untuk merawatnya. Tuan Ahn memerintahkan agar Ratu tak banyak bicara dahulu dan akan menancapkan jarumnya
pada titik akupunktur ini akan menenangkannya. Ratu melihat di bagian
pengelangan tanganya seperti mengingat sesuatu.
Flash Back
Tuan Ahn
melakukan hal yang sama dengan menusuk ke bagian pergelangan tangan agar bisa
membuat Ratu tenang. Ratu Ji So memohon pada Tuan Ahn agar bisa lari bersamanya
dan meminta untuk kabur dari Silla bersamanya.
“ Aku
sudah berkeluarga.” Ucap Tuan Ahn menolak permintaan Ratu Ji So
“Aku tahu
kau menikah karena dendam kepadaku.” Ungkap Ratu Ji So, Tuan Ahn pikir semua
sudah terjadi dan tak bisa diputar ulang.
“Maksudmu
kau akan menolak permohonanku, gara-gara pelayan bisu itu?” ucap Ratu Ji So
marah
“Dia
bukan seorang pelayan lagi tapi Kini dia istriku.” Tegas Tuan Ahn membela
istrinya.
Ratu Ji
So tak percaya kalau Tuan Ahn akan
meninggalkannya dan membiarkan begitu saja menikah dengan paman Tuan Ahn yang usianya lebih dari 60 tahun. Tuan Ahn
menegaskan kalau Ratu Ji So yang yang
meninggalkannya. Ratu Ji So memberikan peringatakan kalau melepaskan tanganya
maka akan menyesal. Tuan Ahn tak peduli memilih untuk melepaskan tangan Ratu Ji
So.
Ratu Ji
Soo tak yakin kalau Tuan Ahn tidak akan membunuhnya dengan jarum-jarum ini. Tuan Ahn mendekat
lalu meraba bagian wajah Ratu Ji Soo, Ratu terlihat panik karena tiba-tiba
disentuh oleh pria yang dulu mencintianya.
“Kau sakit
akibat sirkulasi darah yang mendadak buruk dan akan baik-baik saja. Mintalah
tabib istana untuk mencabut jarum-jarumnya setelah 15 menit.” Ucap Tuan Ahn
lalu akan pergi, Ratu Ji So bangun dari tempat tidurnya berkomentar kalau anak
Tuan Ahn mirip dengan ibunya.
“Putrimu
bekerja sebagai tabib di Rumah Hwarang. Kurasa cuma itu caranya agar bisa
melihat wajah cemasmu.” Ucap Ratu Ji So dengan tatapan sinis, Tuan Ahn sempat
kaget mendengarnya.
“Bagaimana
rasanya mengontrol semua yang ada di hidupku?” sindir Tuan Ah, Ratu Ji So malah
bertanya haruskah ia mengontrol
hidupnya.
“ Itu sebabnya
aku akan memikirkan cara agar bisa merenggut sesuatu darimu.” Gumam Tuan Ahn
penuh dendam.
Moo Myung
sibuk belajar dalam kamar, Yeo Wool mengejek Moo Myung kalau tak banyak yang
bisa dipelajari, karena yakin teman satu kamarnya itu yang pertama akan
meninggalkan Rumah Hwarang jadi meminta agar Jangan buang-buang tenaga.
“Selain
dia, kau juga akan sulit bertahan di tempat ini.” Ucap Yeo Wool menunjuk ke
arah Ban Ryu. Moo Myung menopang tangan di dagunya menyuruh Yeo Wool tak perlu
ikut campur karena tidak tertarik kepadanya.
Sementara
So Ho sudah siap tidur dengan berkata kalau
merasa diremehkan, yang menganggap Raja dan air lalu bertanya-tanya
dimana raja. Maek Jong menatap temanya mendengarkan pembicaran tentang raja.
Ban Ryu pikir itu tak penting keberadaanya karena Raja tanpa wajah itu lemah dan tidak bisa
disebut Raja.
“Bukankah
orang-orang memberitahumu bahwa kau seperti pohon? Kau selalu kasar bagaikan
pohon cemara.” Ucap So Ho mengejeknya.
Maek Jong
terdiam mengingat ucapan Ah Ro tentang
gambar burung “ Ibu Suri tidak ingin turun takhta, sehingga Raja harus bisa
menjadi kuat dan terbang. Aku mengasihani burung muda itu.”
Sementara
Moo Myung mengingat terakhir kalinya bertemu dengan Sun Woo yang dikejar
seseorang mengaku kalau melihat Raja.
Lalu saat tidur di gudang jerami, Sun Woo menceritakan seseorang memanggil pria
itu "Yang Mulia." dan tampak
seperti seorang raja biasa.
Semua
anggota Hwarang masuk kedalam ruangan dan sibuk membuat contekan pada tempat
yang nyaman. Yeo Wool hanya bisa mengeluh tempat itu Menyedihkan sekali dan
menurutnya Ini bukan hal yang bisa diselesaikan dengan cara seperti itu. So Ho
tiba-tiba menempelkan sesuatu pada punggungnya.
“Itu
catatanku, karena orang yang tidak bisa berpikir saat sedang terkejut.” Ucap
Soo Ho, Yeo Wool mengeluh pada Han Sung yang
tidak menghentikannya.
“Han Sung
ingin duduk di sebelahku.” Ucap So Ho memperlihatkan punggung kalau Han Sung
menempelkan pada punggungnya.
Yeo Wool
berkomentar So Ho memang terlihat begitu sempurna tapi sangat disayangkan. So
Ho merasa tidak sesempurna itu. Yeo Wool menegaskan kalau ia tak memujinya. Han
Sung berbisik ingin tahu Apa yang
terjadi pada Anjing-Burung jika tidak lulus. So Ho mengatakan kalau Moo
Myung akan kehilangan satu dari tiga
kesempatannya dan semakin sulit bertahan. Moo Myung terlihat berusaha keras untuk
belajar.
Wi Hwa
sudah ada dibagian atas memimpin tes untuk anggota Hwarang, dengan menanyakan lebih dulu apakah mereka mendambakan otoritas atau mau
menjadi pejabat tapi menurutnya Lebih baik menjadi pejabat.
“Meski
tidak memiliki tanggung jawab, tapi kekuasaan kalian akan menjadi luar biasa. Saat
menjadi pejabat, maka kalian akan memiliki Silla selamanya. Kalau kalian ingin
memanjat ke sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan kalian... Kalau kalian ingin
melindungi semua yang berharga bagi kalian... Kalau ingin bertahan, maka kalian
harus lulus. Hanya ini caranya untuk meraih impian kalian.” Ucap Wi Hwa, semua
terlihat serius mendengarkanya.
“Diskusikan
raja sebagai air. Tapi, harus berdasarkan "Tao Te Ching". "'Tao
Te Ching mendiskusikan nilai alami" dan Kalian boleh memulainya.” Kata Wi
Hwa akan memulai tesnya.
Beberapa
anak mulai mencoba kembali catatan yang ada ditangan, kaki bahkan kipas untuk
mencontek. Tiba-tiba Wi Hwa berteriak, membuat semua orang kaget memperingatkan
agar semuanya jangan menyontek. Ah Ro berjalan mengendap-ngendap lalu
menempelkan kue beras di pintu dan
membuat lubang di pintu.
“Kakak
harus lulus... Kumohon.” Ucap Ah Ro melihat dari lubang kakaknya yang sedang
mengikuti tes, Asisten Wi Hwa yang berjalan diluar ruangan berteriak saat
melihat Ah Ro yang mengintip. Ah Ro buru-buru kabur meningalkan ruangan.
Wi Hwa
memeriksa hasil jawabany dengan berkomentar kalau Orang ini menyontek Bab Tiga
dari "Tao Te Ching" dan yang lainya dengan menuliskan "Sulit
sekali mengatur orang-orang karena mereka bijaksana. Maka kita harus membuat
semua orang menjadi seperti air. Seperti air di dalam air, dan air di dalam
alkohol."
So Ho
mendengar jawaban yang dibacakan lalu bertanya apakah jawabanya salah, Yeo Wool
yang mendengar jawabanya hanya bisa mengelengkan kepala. Wi Hwa melihat
lembaran lainya, seperti milik Ban Ryu dan langsung membedakan di sisi kanan.
Yang
lainya lebih banyak ke sisi kiri, karen Wi Hwa bisa tahu yang menyalin. Ia
merasa seperti dianggap membuang kertas berharga untuk membaca jawaban buruk mereka
padahal Tugas ini telah diberikan agar
bisa tahu dunia macam apa yang mereka impikan.
“Tapi aku
terkejut karena kalian tidak tahu apa-apa. Di antara semuanya, siapa yang harus
bertanggung jawab untuk kedua jawaban bodoh ini?” ucap Wi Hwa mengangkat dua
lembar jawabanya, Maek Jong dan Moo Myung berdiri, Wi Hwa merasa kalau keduanya
berencana gagal atau sebagai ide cemerlang untuk keduanya.
“Menurutku
Lao Tzu tidak akan menjawab pertanyaan ini dengan tulisan. Filosofinya
menentang tindakan pemaksaan.” Ucap Maek Jong, Wi Hwa bertanya apakah Moo Myung
setuju dengan Maek Jong.
“Aku tidak
bisa menulis apa yang kumau Maka aku mau menyampaikannya lewat ucapan.” Ucap
Moo Myung, Wi Hwa ingin tahu siapa yang ingin memulainya. Maek Jong langsung
mengangkat tangan kalau akan mulai
pertama.
“Hukum
Silla adalah Sistem Tingkatan Tulang. Jalur air.... Hukum adalah jalur air. Jadi,
aliran alaminya ditentukan oleh alam. Tapi jalur air tidak ada di mana-mana. Sebagian
tanah mengering saat yang lainnya dilimpahi air. Mengikuti jalur yang dibentuk
oleh air mengalir. Ada harmoni dan kekuatan dari kekosongan yang tidak
mengusik. Hukum raja dan jalur raja ada di sana.” Ucap Maek Jong, Han Sung sempat mengangkat tangan untuk
bertepuk tangan pelan. Moo Myung menyela
“Itu
omong kosong. Kebangsawanan menggunakan rendah hati sebagai akarnya, dan
ketinggian menggunakan kerendahan sebagai dasarnya.” Kata Moo Myung
“Itu
bahkan lebih omong kosong. Kau berani menyebut "Tao Te Ching" sebagai
omong kosong?” sindir Wi Hwa
“Sebuah
jalur air membuat air mengalir dari permukaan tinggi ke rendah. Lalu di manakah
sesuatu yang berasal dari permukaan rendah menemukan jalurnya?” ucap Moo Myung,
Maek Jung menatap dari kejauhan.
“Jalur
yang membuat rendah menjadi tinggi. Bukan hanya jalur air yang mengalir dari
tinggi ke rendah, tapi jalur yang kering dan tandus yang harus diberi air untuk
membasahinya. Aku tidak bisa menemukan jawaban di buku "Tao Te Ching"
dan Tidak ada jalur yang dimulai sebagai jalur. Seseorang harus berjalan di atasnya
agar itu menjadi jalur. Kita harus menghantam dan menghancurkan tanah yang
keras serta membuat lubang agar air bisa mengalir melewatinya. Jika hukum
mengabaikan tanah yang kering dan ada yang namanya jalur raja, maka raja
seharusnya tidak menjadi raja.” Jelas Moo Myung panjang lebar.
So Ho
yang mendengarnya bisa tersenyum, Maek Jung terlihat hanya bisa diam sementara
Wi Hwa hanya bisa menghela nafas.
Bersambung
ke part 2
Aku download Hwarang tp ternyata yg ku download error di eps 7. Dan ini sangat membantu. Thank you kak!
BalasHapus