PS : All
images credit and content copyright : KBS
Moo Myung
melihat tanamam bunga teringat kembali saat Ah Ro memberikan obat untuk
meredakan sakit kepala dan dan menenangkannya. Krisan. Keduanya akhirnya
bertemu, Moo Myung terlihat gugup
berdiri di depan Ah Ro dan langsung memberikan sebuket bunga, dengan
wajah gugup mengaku kalau itu adalah bunga yang ditaman dan digunakan sebagai
obat penghilang rasa sakit kepala.
Ah Ro
melihat bunga krisan, Moo Myung merasa kalau jangan dilihat sebagai bunga tapi
hanya sebagai tanaman obat yang diberikanya.
Ah Ro menatap Moo Myung mengaku senang karena Moo Myung sebagai
kakaknya.
Ah Ro
bertanya pada Woo Reuk kalau ia pernah bertemu orang yang mengangkat kakaknya,
dan apakah kakaknya sangat merindukannya. Woo Reuk menceritakan kalau Mak Moon
selalu bicara tentang adiknya Bahkan ketika pergi ke tempat tidur, berdoa
kepada bintang-bintang bahwa akan memimpikan adiknya.
“Tapi..
kenapa dia tidak datang?” ucap Ah Ro. Woo Reuk hanya bisa diam.
Ah Ro
menatap Moo Myung merasa kalau pria didepanya itu bukan kakaknya dan ingin tahu
siapa jati diri sebenarnya. Moo Myung mengaku kalau ia bukan kakak dari Ah Ro,
Ah Ro tetap ingin tahu siapa Moo Myung sebenarnya. Moo Myung mengaku sebagai teman kakak Ah
Ro. Ah Ro dengan terbata-bata ingin tahu
mengenai kakaknya.
“Apa yang
sebenarnya terjadi dengan kakakku?” tanya Ah Ro, Moo Myung memberitahu kalau
Mak Moon sudah meninggal.
“Kenapa
dia mati ... ketika kau masih hidup? Katakan padaku.” Ucap Ah Ro ingin tahu
kebenaran tentang kakaknya.
“Kau
sudah dengar tentang rumor bahwa para petani terbunuh ...jika mereka menyelinap
ke ibukota, kan? Dia bisa lari, tapi dia mencoba untuk menyelamatkanku, lalu dia
ditebas oleh pedang prajurit istana. Aku tidak peduli kalau kau menganggapku
sebagai kakakmu atau tidak Tapi,aku akan hidup sebagai kakakmu Itu keinginan
kakakmu Jadi.. Kau harus hidup seperti itu juga.” Tegas Moo Myung, Ah Ro hanya
bisa menangis lalu pergi meninggalkanya.
Ah Ro
terus menangis di lorong, Maek Jong ingin mengagetkanya tapi ia yang dibuat
kaget melihat Ah Ro yang menangis. Ah Ro langsung pergi dan terus menangis.
Diam-diam Maek Jong mengikuti Ah Ro karena khawatir. Ah Ro terus berjalan sambil
menangis, mengingat saat pertama kali mengetahui kalau Moo Myung adalah
kakaknya yang hilang.
“Kalau
kau ingin tahu tentang masa kecilmu, Maka Beritahu aku. Aku ingat hal-hal
yang... tidak kau ingat.” Ucap Moo Myung yang bisa melihat tanda lahir dibawah
leher.
Ia
berusaha untuk memanggil Moo Myung “kakak” dan mengaku kalau ia sebagai
kakaknya, dengan membersihkan luka ditanganya agar meminta supaya tak terluka. Akhirnya
Ah Ro menangis berjongkok di pinggir sungai, sementara Maek Jong terus melihat
Ah Ro yang menangis tanpa henti.
Moo Myung
melampiskan amarahnya dengan memukul batang bambu yang dibentuk seperti
manusia. Ia melihat tanganya yang berdarah teringat saat Ah Ro merawatnya meminta agar tak terluka lalu menahan
tanganya agar tak pergi. Ia mengaku kalau takut karena menyakitinya, tidak bisa
melindungimu
“Saat aku
pikir kau tidak ada disini, Aku tidak peduli bagaimana kau hidup. Sekarang, Anehnya,
aku terus berpikir tentangmu sekarang. Ini yang namanya keluarga kan?” ungkap
Ah Ro saat memberikan obat di pelipis Moo Myung.
Kertas
peringatan ditaruh didepan tempat tidur “JAGA JARAK.” Pa Oh yang berbaring
ditempat tidur panik karena Maek Jong belum datang juga, tiba-tiba Soo Ho datang melihat peringatan
didepan tempat tidur, Pa Oh langsung menutupi badanya dengan selimut agar bisa
bersembunyi.
“Hei, Aku
penasaran dengan sesuatu, di hari kita melompat pagar kemarin Apa tidak terjadi
sesuatu padaku? Aku merasa seperti seseorang menghindari ku. Ini benar-benar
aneh. Aku punya firasat buruk. sesuatu yang membuatku marah.” Ungkap Soo Ho
binggung karena tidak mengingatnya
Pa Oh
yang ada didalam kasur hanya bisa diam saja tanpa bisa bicara. Soo Ho pun
bertanya apakah teman satu kamarnya itu sakit, Pa Oh memberikan suara kalau
sedang sakit. Soo Ho memarahi Maek Jong kalau
tidak boleh sakit sekarang.
“Kau..kalau
kau membuat kesalahan saat didepan ratu nanti.. maka Kau akan mati” ucap Soo Ho
memperingatinya dan berharap agar cepat sembuh dengan sedikit memukul kepala
temanya lalu keluar dari kamar.
Pa Oh
akhirnya membuka selimutnya mengelih karena So Ho berani memukul kepalanya,
lalu mendengar peringatan tadi bepikir kalau iyu tentang tarian untuk ratu.
Maek Jong
berjalan disamping Ah Ro dan langsung memberikan sekantung perak karena tahu itu
yang disukainya jadi meminta agar berhenti menangis dan mengambil uang perak
itu. Ah Ro tak mengubrisnya memilih
untuk pergi meninggalkanya.
“Kau
ingin aku memelukmu,Atau kau ingin aku membunuh ...orang yang membuatmu
menangis” ucap Maek Jong langsung menghalangi jalan Ah Ro
“Kau
harus memberitahuku, maka Aku akan melakukan
apa yang kau inginkan. Apa seseorang mengganggumu di ibukota? Apa mereka
mengejekmu? Kalau ada yang mengganggumu, maka Aku akan memotong setiap sendi
mereka, mengeluarkan lidah mereka, dan membuat mereka mati karena kehausan. Mereka
akan mati di bawah terik sinar matahari” ungkap Maek Jong penuh amarah, Ah Ro
hanya diam menatapnya.
“Melihat
kau menangis membuatku marah. Jadi Siapa yang menyakitimu? Maka Aku akan
membunuhnya. Kalau kau menangis karena kasihan dengan seseorang, maka Aku akan
membunuhnya juga. Jadi cepat Beritahu aku” tegas Maek Jong
“Aku
menangis karena diriku sendiri. Aku menyalahkan dan membenci diriku sendiri,
Tapi di sisi lain, Aku lega. Aku benci diriku sendiri dan muak dengan itu. Jadi,
Aku sangat membenci diriku sendiri.” Ucap Ah Ro sambil menangis dan pergi
meninggalkanya.
Maek Jong
terus mengikuti Ah Ro sampai malam hari dan masuk ke dalam rumah, dari kejauhan
berkata untuk meminta agar Ah Ro berhenti menangis dan merasa sudah selesai
melihantnya karena akan menjadi milik Ah Ro.
Ah Ro
melihat ayahnya sedang meramu obat sambil bergumam ingin tahu alasan yang tak
memberitahunya dan alasan Moo Myung hidup sebagai kakaknya. Serta apalagi yang
disembunyikan oleh ayahnya.
Maek Jong
baru saja kembali dan tak sengaja bertemu dengan Moo Myung, Moo Myung tahu
kalau Maek Jong mengikuti Ah Ro keluar dari asrama Hwarang. Maek Jong dengan
sinis bertanya memangnya kenapa. Moo Myung ingin tahu keadaan adiknya.
“Menurutku,kau
tidak terlalu tua untuk membuat adikmu menangisKatakan saja kalau dia baik-baik”
sindir Maek Jong
“Aku penasaran... ah.. Tidak, maksudku karena aku cemburu. Kenapa kau bisa
menyakitinya seperti itu? Kenapa kau membuatnya bersedih. dan bingung seperti
itu. ? ucap Maek Jong
“Jawab
saja apa yang aku tanya Apa dia baik-baik saja?” tanya Moo Myung marah
mencengkram leher Maek Jong.
Moo Myung
duduk sendirian teringat saat berkata pada Ah Ro “Aku tidak peduli kau
menganggapku kakakmu atau bukan Aku akan hidup sebagai kakakmu, Itu keinginan
Kakakmu. Jadi, Kau harus hidup seperti itu juga.”
Sementara
Maek Jong duduk melihat gambar tentang raja, teringat saat Ah Ro mengartikan
gambar tersebut. “Aku tidak tahu apa yang orang lain pikirkan, tapi aku kasihan
dengan Raja ini..”
Lalu Ah
Ro mengaku kalau menangis karena dirinya sendiri, Maek Jong mengaku kalau sangat kasihan pada
Ah Ro dan berharap agar Ah Ro bisa melihat keberadaanya sekarang.
Ratu
duduk diam dalam kamarnya, teringat kembali saat bertemu dengan Wi Hwa.
Flash back
Ratu Ji
So kaget kalau Wi Hwa ingin Hwarang harus melakukannya untuk Rakyat. Wi Hwa
memberitahu kalau Hwarang Dibangun untuk Silla. Ratu Ji Soo menegaskan kalau
Hwarang milik Raja dan milik keluarga kerajaan.
“Hwarang
bukan untuk orang tertentu. Tugas mereka adalah untuk menjaga Silla agar tetap
aman dan melindungi rakyatnya.” Ucap Wi Hwa
Ratu Ji So sedang bersama dengan Ayah Soo Ho ingin
tahu pendapatnya tentang Wi Hwa sebagai kepala Hwarang. Kim Seub melihat Wi Hwa
satu-satunya yang dapat mengontrol Hwarang, tapi bukan seseorang yang bisa
dipercaya sepenuhnya
“Jadi dia
Bukan seseorang yang bisa dipercaya sepenuhnya? Lalu... Aku lebih baik membuat
dia dipercaya.” Ucap Ratu Ji So seperti memikirkan sesuatu.
Pengawal
kerajaanya berjalan lebih dulu menyusuri jalan dengan rakyat yang berkumpul di pinggir
jalan. Joo Ki dan gisaeng melihat sebuah tandu yang diada dibelakang, lalu Joo
Ki ingin tahu siapa yang ada didalam tandu itu. Si wanita tahu bahwa itu adalah
Putri Sook Myung. Joo Ki tahu kalau Putir Sook Myung itu pergi dari istana
karena sakit tapi kenapa tiba-tiba kembali.
Putri
Sook Myung langsung menemui ibunya dan membungkuk memberikan hormat memberitahu
kalau kembali dari perjalanan penyembuhan. Ratu Ji Soo bertanya keadaan apakah
merasa lebih baik. Putri Sook Myung merasa kalau perhatian Ratu merasa lebih
baik.
“Aku
senang kau kembali, Putri” ucap Ratu Ji So dan memeluk anaknya, Sementara Putri
Sook Myung seperti terlihat dingin karena sebelumnya diungsikan dari istana
karena penyakitnya.
Ratu Ji
So berjalan ditaman mengusulkan kalau Putri Sook Myung menempatkan di Rumah Hwarang, karena Sejak
masih kecil, sudah belajar aturan Keluarga Kerajaan bersama dengan musik dan
tari jadi akan membantu dalam mempersiapkan perayaan.
“Terima
kasih Yang Mulia tapi aku yang akan mengambil alihnya.” Kata Wi Hwa, Ratu Ji
Soo seperti tak suka dengan kata mengambil alih.
“Aku akan
mengurus hal-hal di Rumah Hwarang” jelas Wi Hwa
“Apa Ji
Dwi sungguh Keponakan jauh mu? Aku berjanji untuk menerima dia tanpa pertanyaan
apapun, tetapi jika dia membuat kekacauan di Silla atau memimpin pemberontakan sebagai
mata-mata, itu akan berbeda.” Tegas Ratu Ji Soo, Wi Hwa yakin Itu tidak akan
terjadi.
“Satu-satunya
orang dia tahu di ibukota adalah kau. Kita tidak tahu apa yang dia lakukan
sebelum dia datang ke sini. Bagaimana kau bisa begitu yakin?” kata Ratu Ji Soo
“Apa kau
tidak percaya padaku?” balas Wi Hwa menantang
“Bisakah
kau membuktikannya? Apa nama sebenarnya dan di mana keluarganya? Apa yang
terjadi padanya yang membuat dia ditinggal sendirian? Kalau kau bisa
membuktikannya, maka Aku akan mempercayaimu” balas Ratu.
Wi Hwa
mengingat sebelumnya Maek Jong ingin dipanggil sebagai Ji Dwi, dan tidak bisa
berbicara banyak tentang keluarganya karena Keluarganya sangat berantakan dan
lebih banyak belajar di daerah Barat (china) jadi tidak punya keluarga atau
teman-teman di Silla dan mengaku kalau tujuan ingin membuat Ratu turun dari
tahta.
“Aku akan
menyiksanya .dan mematahkan setiap sendinya di depanmu dan mengiris kulitnya
sedikit demi sedikit. Dan Aku akan mendengar dia mengakui semuanya sebelum dia
meninggal.” Ucap Ratu Ji So seperti sangat membenci anaknya sendiri.
“Sekarang
Yang mulia, Apa kau mau membuat kesepakatan?” kata Hi Hwa membuat kesepakatan
tapi akhirnya memutuskan seperti yang inginkan Ratu. Ratu merasa merasa kalau
Wi Hwa akan membiarkan keponakannya mati. Wi Hwa menghela nafas mengingat
kejadian sebelumnya.
Flash Back
“Sebuah
negara di mana Rakyatnya bahagia, sementara rajanya dalam kesulitan. Rakyat
tidak khawatir dengan Kerajaan, tapi raja khawatir dengan Rakyatnya. Bukankah
ini... Silla yang kau inginkan?” ucap Maek Jong, Wi Hwa ingin tahu siapa
sebenarnya yang bicara padanya.
“Seseorang
yang benar-benar ingin Silla berubah. Ini adalah setengah Kebenaranku.” Kata
Maek Jong
“Aku akan
menerimanya. Aku akan membuat ... Putri Sook Myung Berada di Rumah Hwarang”
ucap Wi Hwa menerima keputusan Ratu tanpa menolaknya.
Ah Ro
mengipas tungku agar apinya tak mati, teringat kembali kata-kata Moo Myung
padanya “Aku tidak perduli kau menganggapku sebagai kakakmu atau bukan, tapi
akan hidup sebagai kakakmu, Itu keinginan kakakm Jadi.. Kau harus hidup seperti
itu juga.” Lalu memberikan ramuan pada Wi Ha.
“Apa
penyakit ini karena amarahku? Tapi sedikit lebih baik sekarang” ungkap Wi Hwa
setelah meminum ramuan yang dibawa oleh Ah Ro
“Apa
sesuatu terjadi? Apa ada masalah?” tanya Wi Hwa melihat wajah Ah Ro yang
terunduk sedih.
“Sun Woo
... Apa Sun Woo ... sebagai Hwarang yang baik? Apa dia bisa dipercaya? Orang
seperti apa dia?” tanya Ah Ro menahan tangisnya lalu keluar membawa mangkuk
ramuanya.
Moo Myung
duduk di tepian sungai melamun sambil memegang dadu segi limanya. Ah Ro
menjemur seprai meyakinkan dirinya kalau Moo Myung bukan kakaknya yang
sesungguhnya, Saat itu melihat seseorang yang ada dibalik kain putih yang
dijemurnya, tapi ternyata yang dilihat adalah Maek Jong.
“Siapa
yang kau harapkan? Apakah kakakmu?” ucap Maek Jong mengejeknya, Ah Ro menyuruh
Maek Jong pergi dan jangan menganggunya.
“Aku
bukan seseorang yang suka mengganggu Tapi Aku adalah seseorang yang membuat
kenyamanan.” Kata Maek Jong, Ah Ro tak peduli ingin menjemur kembali, Saat itu
Maek Jong tiba-tiba menariknya dan mereka bertatapan sangat dekat.
Ah Ro
berpikir kalau Maek Jong ingin menciumnya lagi,
Maek Jong pikir bisa saja melakukan itu, Ah Ro meminta agar
meninggalaknya. Maek Jong merasa mereka berdiri begitu dekat dan bertanya
apakah keadaan ini membuatnya goyah.
“Hati
manusia tidak bisa berlari dan berteriak kalau dia menyukaimu Apa kau tidak
goyah sama sekali?” ucap Maek Jong
“Kakakku...
apakah dia baik- baik saja? Apa dia sudah makan? Apa dia bisa makan?” kata Ah
Ro merasa lebih mengkhawatirkan Moo Myung lalu berjongkok mengambil cucian.
Tangan
Maek Jong menutupi mata Ah Ro yang terkena sinar matahari, Ah Ro terdiam
melihat perhatian Maek Jong padanya. Maek Jong meminta agar menatapnya dan
berharap gara Ah Ro tak boleh terluka tapi meminta agar mereka bisa lebih dekat
lagi dan seterusnya bisa lebih dekat. Ah Ro hanya terdiam menatapnya.
Saat itu
Moo Myung melihat keduanya yang terlihat sangat dekat, Ah Ro hanya bisa menatap
Moo Myung tak bisa berkata-kata dan bereaksi, akhirnya Moo Myung membiarkan
keduanya.
Wi Hwa
sudah berdiri didepan pintu Hwarang, melihat Putri Sook Myung yang datang
dengan kuda meminta agar pengawal bisa mengawalnya, lalu menyapa Purti Sook
yang akhirnya datang juga ke Hwarang.
Lalu mengajaknya masuk karena akan menemaninya. Putri Sook mengaku inginmelihat-lihat saja dengan nada sinis, Wi
Hwa merasa kalau Putri Sook memang mirip dengan ibunya.
Soo Ho
dkk melihat Putri Sook yang berdiri dekat mereka, Han Sung melonggo karena belum
pernah melihat seorang putri sebelumnya. Tapi Soo Ho bertanya-tanya kenapa
Putri Sook datang ke asrama Hwarang. Yeo Wool yakin kalau datang untuk menikah menurutnya tak ada
alasan lain karena Putri datang saat usia yang tepat untuk menikah dan sedang
mencari pasangan. Soo Ho mengaku putri Sook bukan tipenya karena tidak seperti
ibunya, melihat tak pernah tersenyum dan begitu dingin. Han Suk bingung karena
menurutnya Ratu Ji Soo juga tak pernah tersenyum.
Pa Oh dan
Maek Jong melihat Putri Sook yang datang bertanya-tanya apa sebenarnya yang ada
di pikiran ibunya. Pa Oh pikir kalau Ratu Ji So tidak ada tujuannya. Maek Jong
bisa mengenal Ibunya tidak pernah melakukan sesuatu tanpa tujuan di balik itu.
Moo Myung
duduk di tepian sungai melihat, Putri Sook
Myung terlihat berjalan di sisi lainya dan memastikan tak ada orang yang
melihatnya, lalu membuka sepatunya dan hanya satu kaki kanan yang mengunakan
pelapis, dan memasukan kakinya ke dalam air sungai.
Beberapa
saat kemudian, Putri Sook tertidur dan dikejutkan oleh Moo Myung tiba-tiba
mendekat dan langsung mengayunkan kayu, Putri Sook sempat kaget dan ternyata
Moo Myung melempar ular yang tepat ada di diatas kepala Putri Sook. Putri Sook
mengeluarkan pedangnya, Moo Myung langsung menahan dan melempar ular kembali ke
habitatnya.
“Kenapa
kau tidak membunuhnya? Itu ular berbisa.” Ucap Putri Sook mengarahkan pedangnya
pada leher Moo Myung
“Bukan
kesalahannya lahir dengan mempunyai racun. Kenapa aku harus membunuhnya?Kalau
kau takut, maka Kau harus hati-hati.” Tegas Moo Myung lalu berjalan pergi.
Putri Sook terdiam melihat sosok Moo Myung yang berbeda dari pria biasanya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar