Maek Jong
menemui Moo Myung menanyakan keadaanya, Moo Myung mengejek Maek Jong yang
mengkhawatirkanya. Maek Jong mengaku kalau mengkhawatirkan temanya, Moo Myung
menanyakan alasan Maek Jong harus khawatir, Maek Jong terlihat gugup
menjelaskan alasanya, tiba-tiba Moo Myung mengarahkan pedangnya di leher Maek
Jong.
“Apakah
itu kau? Apa kau... Raja?” ucap Moo Myung ingin memastikanya.,
Maek Jong
terdiam karena Moo Myung sudah mengetahui jati dirinya sebagai raja. Ah Ro
berlari mencari-cari sesorang saat itu melihat Moo Myung sudah mengarahkan
pedang ke lehar Maek Jong.
Moo Myung
ingin Maek Jong mengatakan kalau ia memang benar-benar seorang raja, saat itu Ah Ro
datang langsung menghalangi kakaknya. Moo Myung menegaskan pada Ah Ro kalau ini
bukan urusanya, Ah Ro membalas kalau ini adalah urusanya karena sang kakak meletakan
pedang di leher seseorang. Moo Myung menyuruh Ah Ro segera Minggir.
“Apakah
kau benar-benar percaya gosib itu? Raja tidak bodoh. Mengapa ia akan berada di
sini? Tempat ini penuh dengan musuh. Dia tidak akan berada di sini. Aku tidak
tahu ada urusan apa kau dengan Raja, tapi dia bukan Raja. Aku tahu dan
bersumpah untuk itu. Jadi tolong berhenti bicara omong kosong... Dan tidak
melakukan hal ini.” Ucap Ah Ro
“Aku
berkata, minggir!” teriak Moo Myung marah
“Orang
ini bukan Raja.. Aku mengatakan yang sebenarnya.” Kata Ah Ro menyakinkan., saat
itu Moo Myung ingin mengayunkan pedangnya, tapi malah membuat mengenai tangan
Ah Ro. Akhirnya Ia memilih untuk pergi tanpa berkata-kata.
Ah Ro
akhirnya berjongkok dengan tubuh yang lemah karena bisa membuat kakaknya pergi.
Maek Jong yang melihat Ah Ro menanyakan alasan Ah Ro yang melakukan hal itu
dengan melihat luka dibagian tangan. Ah Ro piki tak ada yang bisa dilakukan
karena identitas Maek Jong tidak boleh
terungkap.
“Jadi bagaimana
jika kau adalah Raja? Mengapa ia sangat membenci Raja? Jangan khawatir. Ia akan
percaya apa yang saya katakan.” Kata Ah Ro menyakikan raja.
“Kau
terluka...” ucap Maek Jong menarik Ah Ro agar berdiri melihat luka dibagian
tangan.
Ah Ro
memberikan obat pada lukanya dan memakian perban, Maek Jong ingin menolongnya,
Ah Ro menolak merasa bisa melakukan sendiri. Maek Jong mengatakan kalau merasa
masalah kalau tak membantu Ah Ro. Akhirnya Ah Ro membiarkan Maek Jong
membantunya.
“Dia
adalah kakakmu. Mengapa Kau pergi sejauh itu?” ucap Maek Jong
“Yah,
saya tidak bisa membiarkan dia membunuh... kau tahu...” kata Ah Ro
“Aku
merasa seperti kau mendapatkan bahaya karena aku, jadi aku marah pada diriku
sendiri.” Ungkap Maek Jong
“Apa
gunanya menjadi marah pada diri sendiri? Bahkan jika tidak ada seorang pun di
dunia ini di sisimu, kau masih harus berada di sisimu. Bahkan jika kau
menyedihkan dan lemah, maka kau harus percaya diri. Apakah kau tidak berpikir
begitu?” kata Ah Ro
Maek Jong
terdiam, Ah Ro menjelaskan kalau bukan berarti bahwa Maek Jong itu menyedihkan.
Maek Jong hanya diam seperti mengerti maksud ucapan Ah Ro.
Moo Myung
melamun mengingat saat Ah Ro menghalanginya saat berhadapan dengan raja, lalu
mengatakan “ Aku tidak tahu ada urusan apa kau dengan Raja, tapi dia bukan
Raja. Aku tahu dan bersumpah untuk itu. Jadi tolong berhenti bicara omong
kosong Dan tidak melakukan hal ini.” Lalu tak sengaja malah melukai tangan Ah
Ro dengan pedangnya.
“Teknikmu
kurang... dan serampangan dengan pedang. Namun, Kau memiliki bakat untuk menang.”
Komentar Putri Sook mendatangi Moo Myung yang duduk sendirian.
“Apa Kau
berani menatap pada wajahnya? Apakah semua anggota keluarga kerajaan tidak tahu
malu? Kau tidak tampak menyesal sama sekali... untuk seseorang yang menembak
panah padaku. Kau memang mirip satu sama lain.” Sindir Moo Myung lalu berjalan
pergi.
“Berhenti....
Aku bisa mengajarkanmu bagaimana menggunakan pedang. Jika kau belajar sedikit,
maka Kau bisa menjadi... Kau pasti tidak tahu...” ucap Putri Sook ingin
membantu.
“Saya
akan membunuh jika saya belajar ilmu pedang.” Tegas Moo Myung lalu berjalan
pergi.
Ah Ro
mencari-cari keberadaan Moo Myung karena sebelumnya melihat seperti terluka.
Tiba-tiba Joo Ki sudah ada disamping Ah Ro membuat Ah Ro sangat kaget, lalu ia
bertanya alasan Ah Ro seperti sedang mencari seseorang.
Ah Ro
ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya mengurungkan niatnya. Joo Ki heran
karena Ah Ro tak mau mengatakanya, lalu bertanya apakah ingin pulang, lalu
mengajaknya pergi. Keduanya berjalan keluar dari rumah Hwarang, tapi Ah Ro
masih melihat ke belakang.
Joo Ki
bertanya apa sebenarnya yang dicari Ah Ro. Ah Ro mengaku kalau hanya berharap
untuk melihat sesuatu. Joo Ki bertanya-tanya apa sebenarnya yang ingin dilihat
sambil menengok ke belakang. Ah Ro akhirnya berjalan lebih dulu. Joo Ki
langsung mengeluh Ah Ro yang selalu saja pergi sendirian.
Di balik
celah jendala terlihat, Moo Myung yang bersembunyi melihat Ah Ro yang pulang
diantar Joo Ki seperti sengaja untuk tak menampakan dirinya.
Maek Jong
melihat pengawal ibunya menemuinya, akhirnya kembali menemui ibunya diam-diam.
Ia bertanya alasan ibunya membiarkan Sook Myung melakukan nya. Ratu Ji Soo
pikir kalau itu hal yang baik karena
Orang lain keliru mengira Moo Myung
sebagai Raja bukan anaknya.
“ Anak dari
Ahn Ji adalah kekeliruan untuk Raja, jadi tutup mulut. Itulah satu-satunya hal
yang dapat Kau lakukan sekarang.” Tegas Ratu Ji So
“Apakah
kau mengatakan... bahwa kau merencanakan semua ini?” ucap Maek Jong tak percaya
“Aku bisa
melakukan apa saja. Jika Kau bisa mendapatkan takhta yang aman. Aku bisa
membunuh semua anggota Hwarang sekarang.” Tegas Ratu Ji Soo
Maek Jong
merasa kalau ibunya berpikir bahwa itu adalah apa yang dinginkan. Ratu Ji So
menegaskan kalau tidak peduli tentang apa yang diinginkan dan dilakukan, ataupn
yang dibenci. Namun, ia sangat peduli tentang apa yang dapat dilakukannya.
“Jika kau
ingin mengambil tahta dalam hidupmu, jangan lakukan apapun. Bahkan Tidak ada sama sekali. Apakah kau
mengerti?” tegas Ratu, Maek Jong hanya bisa diam saja.
Maek Jong
bersiap-siap tidur begitu juga Moo Myung ditempat tidur masing-masing. Saat
Maek Jong menutup matanya tiba-tiba Moo Myung menyerang dengan mencekik
lehernya.
“Apa
kau... Raja? Kau... membunuh temanku. Kau!” ucap Moo Myung penuh dendam
mencekik lehernya.
Maek Jong
terbangun dengan wajah panik memegang lehernya, seperti merasakan kalau
mimpinya itu seperti kenyataan, lalu melihat ke arah tempat tidur Moo Myung,
ternyata kosong.
Moo Myung
berdiri didepan danau sendirian, mengingat sepanduk RAJA dengan simbol naga dan
itu sama dengan gelang yang dipakai olehnya. Wi Hwa mendekati Moo Myung
menanyakan apa yang sedang dilakukan pada larut malam dengan mengumpat anak
didiknya yang kasar anak nakal karena tidak pernah menyapa guru.
“Spanduk
bertuliskan "Raja ada di dalam Hwarang." Apakah itu benar?” kata Moo
Myung penasaran
“Apakah
itu terlihat seperti... Raja adalah Hwarang untukmu?” komentar Wi Hwa
“Ji
Dwi... Apakah dia benar-benar keponakan Anda?” tanya Moo Myung curiga, Wi Hwa
sempat gugup mengaku kalau Ji Dwi adalah
saudara jauh.
“Mengapa
kau begitu ingin pada menemukan Raja?” tanya Wi Hwa
“Kita
punya... hubungan naas.” Akui Moo Myung
Wi Hwa
bertanya apakah ini maksudnya antara Moo Myung dengan Raja dan apakah akan membunuhnya
jika melihatnya. Moo Myung malah balik bertanya pada Wi Hwa kenapa harus
menanyakan hal itu lalu ingin tahu apakah bisa melakukanya.
“Pernahkah
Kau mendengar kata, "Abyss"? Coba Lihatlah kolam ini.Di permukaan,
itu tenang dan hitam. Tapi di dalamnya... yang tak terhitung jumlahnya batu, ikan
hidup, tanaman air, dan sampah... perjuangan yang hidup seolah-olah dalam
perang.” Ucap Wi Hwa memberikan perumapaan. Moo Myung meminta Wi Hwa berbicara
yang sederhana agar bisa dimengerti.
“Banyak yang
ingin melihat kolam ini dan kesalahan itu. Hanya karena Kau melihat permukaan
tenang nya, itu tidak berarti Kau tahu segalanya tentang hal itu. Aku hanya
mengatakan... bahwa aku tidak ingin kau... untuk membuat kesalahan seperti itu.”
Jelas Wi Hwa lalu menyurh Moo Myung segera pergi ke kamarnya dan tidur.
Moo Myung
berjalan masuk ke dalam kamarnya memikirkan perkataan Wi Hwa kalau yang dilihat
itu "Neraka" lalu berdiri menatap Maek Jong yang sedang tertidur.
Maek Jong sengaja memiringkan badanya, membuka matanya seperti merasakan
kedatangan Moo Myung yang berdiri dibelakanganya.
Sementara
Tuan Park memegang seperti dadu dengan ujung-ujungnya yang sedikit runcing.
Lalu langsung melemparnya, anak buahnya langsung terlihat berdarah dibagian
pelipisnya dan ia menyuruh segera pergi. Ho Kong mengambil benda mirip dadu
dengan noda darah.
“Kita
bisa menyelesai dia segera, tapi kenapa repot-repot.” Keluh Tuan Kang
“Apa
pendapatmu tentang mempekerjakan seorang pembunuh?” saran Ho Kong
“Tidak
sekarang... Dia adalah Hwarang yang mengalahkan penjaga ku. Jadi Semua Hwarang dan
pejabat memiliki mata mereka pada dirinya. Bagaimana kita dapat mengirim
pembunuh?” ucap Tuan Park, Ho Kong
binggung apa yang akan dilakukanya.
“Akan ada kesempatan.” Ucap Tuan
Park penuh rencana.
Pengawal
yang sedang berjaga binggung mendengar suara tapak kuda yang sedang berjalan,
tiba-tiba kuda tanpa ada yang menunggainya masuk. Dua pengawal kaget melihat
ada dua kepala yang digantung dan peringatan (Mereka mengincar Baekje akan mendapatkan sesuatu
yang layak)
Rapat pun
diadakan dalam ruangan Raja, Para pendukung Tuan park mengeluh Ratu yang hanya
duduk dan menonton menurutnya jika mereka
tidak mengambil tindakan, maka akan
berpikir bahwa Silla adalah penurut. Kim Seub pikir mereka tidak dapat mematahkan
aliansi telah terus berkerja sama dengan Baekje selama lebih dari 100 tahun.
“Setelah
istirahat aliansi kami, Goryeo... pasti akan mencoba untuk menaklukkan bangsa
ini.” Ucap Kim Seub membela
“Kau
bilang aliansi?!! Dari apa yang terjadi sekarang, jelas aliansi kami sudah
pecah.” Komentar Anak buah Tuan Park
Kim Seub
makin marah dengan yang dikataka Anak buah Tuan Park, Anak buah Tuan Park
lainya melihat Pangeran Baekje terkenal untuk menjadi agresif dan tirani jadi
mereka tak ingin ratu hanya duduk diam saja. Tuan Park langsung berkomentar
mengajak mereka pergi ke perang karena Baekje
memprovokasi setiap kali ada kesempatan jadi mereka sekarang akan mengambil
kesempatan itu. Semua terlihat kaget.
“Baekje
lebih kuat dari kami. Bagaimana kita bisa mengambil alih?” ucap Kim Seub panik
“ Jika kita
tidak bisa perang, mengapa kita tidak mengirim Putri untuk berdamai? Jika kita
mengirim jumlah minimum delegasi mengawal dia, mungkin diselesaikan lebih mudah
dari yang kita pikirkan.” Saran Tuan Park, Ratu mulai gelisah
“Bagaimana
kita bisa menggunakan Putri dalam hal-hal seperti itu?” komentar Kim Seub
Tuan Park
pikir dengan begitu mereka bisa berperang sekarang lalu menanyakan Ratu Ji Soo
apa yang dipilihanya, Apakah perang atau persahabatan. Ratu Ji Soo mengatakan akan
mengirimkan Hwarang sebagai pendamping dirinya. Semua terlihat kebinggungan
dengan keputusan Ratu.
“Jika ini
adalah untuk berdamai dengan Baekje, maka itu lebih masuk akal untuk mengirim
Hwarang dari tentara. Dengan cara itu, mereka akan percaya kita berada di sana
untuk persahabatan. Apakah Kau tidak setuju?” kata Ratu Ji Soo melirik sinis
pada Tuan Park
Ho Kong
melaporkan pada Tuan Park bahwa Para pejabat khawatir jika anak-anak mereka
akan dijemput. sebagai salah satu pendamping dan tidak pernah kembali. Tuan
Park hanya diam sambil menaruh baduknya, Ho Pikir dugaan mereka tidak benar kalau memang Sun Woo adalah Raja,
maka Ratu tidak harus menyarankan untuk mengirim Hwarang segera.
“Apakah
Kau tidak mendengar Ratu? Mereka tidak akan ada perang dan pergi ke sana untuk
persahabatan. “ ungkap Tuan Park santai
“Tidak
ada yang tahu apa yang akan terjadi. Jika mereka tidak menerima, maka Hwarang
bisa menjadi sandera atau bahkan mati.” Ucap
Ho Kong khawatir
“Aku
yakin dia adalah Sam Maek Jong. Namun, bahkan jika bukan dia, aku yakin Raja
pasti di Hwarang. Mari kita menonton Ratu dengan perjalanan dalam perangkap
sendiri.” Kata Tuan Park
Wi Hwa
berjalan di lorong istana, lalu berhenti mengingat saat berbicara dengan Maek
Jong.
Flash Back
Maek Jong
bertanya pada Wi Hwa apakah ia menjadi seorang raja yang sesungguhnya karena
ibunya tidak akan pernah menjatuhkan tahta. Wi Hwa pikir yang Silla inginkan
bukan Ratu Ji Soo tapi seorang Raja. Maek Jong bertanya apabila ia mengambil
takhta, apakah akan baik-baik saja.
“Sebuah
bangsa dengan mata pelajaran bahagia dan raja penderitaan. Seseorang yangjangan
khawatir tentang bangsa, tapi raja khawatir tentang mata pelajaran. Apakah kau
tidak mengatakan bahwa kau ingin tinggal di negara tersebut? Jika kau ingin membuat
sebuah bangsa seperti itu, maka itu akan baik-baik saja bagimu untuk menjadi
raja.” Jelas Wi Hwa
“Aku
ingin menjadi lebih kuat. Namun, Aku telah pergi berkelana dan menyembunyikan
semua hidup ku. Siapa yang akan mendukung ku?” ucap Maek Jong rendah diri.
Wi Hwa
bertemu dengan Ratu Ji Soo terlihat kaget, Ratu memberitahu kalau mereka akan
memilih beberapa Hwarang untuk mengawal Putri. sebagai delegasi ke Baekje. Wi
Hwa mengartikan kalau keluarga kerajaan dan para pejabat berkelahi satu sama
lain, maka merka digunakan sebagia langkah sementara.
“Pernahkah
Kau berpikir tentang apa yang bisa perang lakukan untuk Silla? Jika istirahat
aliansi kami, yang akan menjadi akhir dari perdamaian di Silla. Ini adalah
satu-satunya cara untuk menghindari perang. Dengan Membentuk kelompok dari
anak-anak para pejabat... di sisi Tuan Young Shil.” Tegas Ratu Ji Soo
“Sekarang
Anda benar-benar terdengar seperti seorang raja. Namun, kau bukan ditempat
“Yang Mulia” ungkap Wi Hwa
“Ini
adalah keputusan... “Yang Mulia” harus diperbuat, Pada saat ini, Aku kekuasaan tertinggi Silla.
Apa yang harus Kau katakan kepada ku sekarang adalah, "Aku mengerti, Yang
Mulia." “ ucap Ratu Ji Soo, Wi Hwa pun tak bisa menolaknya.
“Namun,
Aku harus memilih mana dari Hwarang... Yang di kirim” kata Wi Hwa.
Ah Ro
melonggo mencari seseorang dan melihat Moo Myung berjalan kearahnya, lalu
menenangkan dirinya agar bisa terlihat biasa agar tak terlihat kalau
pertemuanya disengaja. Saat akan berjalan pergi, melihat Moo Myung malah sudah
membalikan arahnya.
“Apakah
dia tidak melihat ku? Aku rasa Dia tidak melihat ku” ungkap Ah Ro sedih melihat
Moo Myung seperti pergi meninggalknya. Sung Rang datang melihat tatapan Ah Ro
ke arah Moo Myung
“Anjing-Burung
melihat mu, kemudian ia berbalik dan pergi dengan cara itu dan Aku melihat.”
Ungkap Sung Rang, Ah Ro seperti tak percaya kalau Moo Myung melakukanya.,
“Apakah
saudara mu mengabaikan mu sekarang? Tapi Bagaimana itu bisa terjadi? Seorang
kakak biasanya melindungi adik mereka. Apakah kau mengkhianatinya?” kata Sung
Rang
“Aku
tidak mengkhianatinya. Keadaan itu...” ucap Ah Ro tak bisa menjelaskanya, Sung
Rang sudah bisa menebak kalau Ah Ro itu mengkhianatinya. Ah Ro menyangkal dan
pergi meninggalkanya. Sung Rang mengikutinya ingin tahu alasan Ah Ro
mengkhianatinya.
Ah Ro
berlari menuju lorong dan langsung menghadang Moo Myung menanyakan kenapa
menghindarinya. Moo Myung hanya diam menatap teman adiknya. Ah Ro menjelaskan
dirinya sebagai seorang dokter melihat
Moo Myung melambaikan pedang, merasa kalau dirinya harus mengambil tindakan.
“Lalu Apa
kesalahan yang telah aku perbuat? Kau memiliki mulut, jadi berbicaralah” ucap
Ah Ro, Moo Myung mengingat saat tak sengaja melukai tangan Ah Ro lalu menatap
kearah bagian tangan.
“Mengapa
kau menolak untuk melihat ku? Mengapa kau begitu berpikiran sempit?” ucap Ah
Ro, Moo Myung tak menjawab. Ah Ro kesal karena sikap Moo Myung seperti itu,
apabila adan hal-hal yang sulit, terus menghindarinya.
“Tapi berapa
lama kau akan menghindarinya? Apakah Kau berencana untuk tidak pernah melihat
ku lagi karena hal itu? Kau bahkan tidak bisa lari. Aku tahu kau akan tinggal
di sisiku.” Kata Ah Ro, Moo Myung memilih untuk pergi meninggalkanya tanpa
bicara. Ah Ro pun hanya bisa menangis.
Wi Hwa
merenung dalam ruanganya, Assitantnya menanyakan apakah terjadi suatu masalah.
Wi Ha dengan wajah serius meminta agar memanggil semua Hwarang karena punya
pesan untuk mereka.
Moo Myung
berjalan dan berpapasan dengan Maek Jong, tapi berusaha untuk mengabaikanya.
Maek Jong langsung menariknya dan Moo Myung dengan penuh amarah langsung
mencengkram bajunya. Maek Jong bertanya
apakah Moo Myung masih berpikir kalau dirinya sebagai Raja.
“Kalau
memang benar itu aku, apakah tidak bisa kau dan aku... menjadi teman?” tanya
Maek Jong
“Saat aku
mengkonfirmasi kau adalah Raja, maka Aku akan membunuhmu.” Tegas Moo Myung
penuh dendam.
“Maka aku akan terus tidak menjadi Raja. Aku lebih
suka menjadi teman mu daripada menjadi raja. Maksudku, terlepas dari siapa...
yang kau pikir tentang aku” ucap Maek Jong.
“Kau tidak
tahu apa artinya teman ... karena kau tidak pernah memiliki satu. Aku
membiarkan mu menjadi teman hanya untuk satu alasan Karena Ah Ro melindungi mu
untuk beberapa alasan. Jadi Jangan sentuh aku... sampai aku menjadi lebih yakin
padamu” tegas Moo Myung lalu pergi meninggalkanya.
Pa Oh
melihat Moo Myung yang mencengkram Maek Jong ingin memarahinya, tapi Maek Jong
menahanya membiarkan Moo Myung pergi lalu bertanya kenapa datang menemuinya. Pa
Oh mengatakan kalau ada surat dari Ratu dengan memastikan tak ada orang
disekelilingnya. Maek Jong melihat isinya “Tetap Tinggal”
Semua
anggota Hwarang berkumpul dari ruangan, Moo Myung duduk dan langsung duduk
disamping Yeo Wool.Semua menatap Moo Myung dengan penuh arti. Yeo Wool heran
melihat tatapan para anggota Hwarang.
Anak buah
Ban Ryu membahas Moo Myung yang beradu pedang kemarin, bahkan hampir terkencing
dicelana. Salah satunya merasa menyesal karean tak bersikap baik pada Sun Woo
kalau memang tahu ia adalah seorang Raja. Maek Jong masuk melirik sinis pada
Moo Myung dan memilih duduk menjauh.
Ban Ryu
menatap Moo Myung, teringat kembali saat bertemu dengan ayah tirinya.
Flash Back
Tuan Park
memerintahkan Ban Ryu agar menemukan jawabannya, apakah dia adalah Raja atau
tidak dan Jangan sampai ada raja sehingga ia membuat Ban Ryu menjadi seorang
raja.
Sementara
Soo Ho juga menatap Moo Myung penuh arti teringat kembali dengan Ratu yang
bertemu denganya.
Flask Back
Ratu
bertanya apakah So Ho mengenal Sun Woo
berpesan agar menjaga dirinya. Soo Ho yang mengingat pesan Ratu seperti akan
selalu berada didekat Moo Myung.
Yeo Wool
melihat Moo Myung menanyakan apakah wajahnya baik-baik saja karena terlalu
tegang, dan Semua orang menatapnya. Moo Myung hanya diam saja seperti
mengabaikan tatapan orang lain padanya.
Wi Hwa
akhirnya masuk ruangan memberitahu
punya... sesuatu yang istimewa untuk mengatakan kepada mereka dan yang
dikatakan bukan tugas yang hasilnya
harus lulus atau gagal, dan itu bukan tugas yang harus dilakukan.
“Namun, itu
adalah sesuatu yang harus... seseorang lakukan.” Ucap Wi Hwa
Putri
Sook menemui Ratu seperti kaget kalau dirinya yang akan pergi ke Baekje tanpa tentara. Ratu Ji
Soo menegaskan tidak mengirimkan untuk perang, tapi untuk persahabatan. Putri
Sook bertanya apakah dengan perang meraka bisa menyangkalnya.
“Sook
Myung. Jika aliansi kami dengan mereka gagal, maka Tiga Kerajaan akan berada
dalam kekacauan. Mereka tahu ini juga. Jadi Kau harus mengingatkan mereka dari
risiko dan memperbaiki hubungan.” Jelas Ratu
“Mengapa...
harus aku yang melakukannya?” tanya Putri Sook
“Karena
ini bukan perang, tapi persahabatan” tegas Ratu, Putri Sook akan melihat kondisinya lebih dulu.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar