PS : All
images credit and content copyright :MBC
Klinik Dokter Jung
Dua pegawai menatap heran Bok Joo yang ada didepanya, Bok
Joo dengan sangat teliti menghitung lembaran uang ditanganya, dengan alasan Uang
baru biasanya
saling menempel, ketika ingin diserahkan ia
ingin kembali menghitung dengan benar. Setelah memang benar jumlahnya 590ribu won,
pegawai langsung menerimanya tanpa mau menghitung lagi karena sudah dihitung
berkali-kali oleh Bok Joo.
“Aku menerima 590 ribu won. Pembayaran Anda sudah selesai. Silahkan berganti baju sebelum
treatment-nya. Anda akan
melihat sebuah jubah di dalam
loker yang ada di ruang ganti sebelah sana.” Ucap si
pegawai, Bok Joo binggung apa maksudnya jubah.
[EPISODE 4, KEHIDUPAN GANDANYA]
Jae Yi melihat data yang di lihat pada monitor,
berkomentar Bok Joo itu jauh
lebih sehat dari yang dipikirkan. Bok Joo terlihat malu-malu membenarkannya, berpikir
kalau ia makan dengan baik. Jae
Yi merasa bukan maksudnya berkata seperti itu.
“Beberapa orang kelebihan berat
badan dengan cara yang tidak sehat dan
memiliki banyak lemak. Dan
beberapa yang lainnya kelebihan berat badan
dengan cara yang sehat dan memiliki
otot. Kau yang kedua.” Jelas Jae Yi, Bok Joo
bertanya apakah hal itu memang baik.
“Tentu saja. Kami menggunakan indeks massa
tubuh untuk
membandingkan jumlah...otot dan lemak. Coba kau Lihat
ini. Hasilmu adalah 24. Ini
masih dalam batas normal. Banyak
orang berpikir kalau mereka gendut setelah melihat orang yang kurus dan grup idol
wanita. Sebagai
seorang dokter di klinik berat
badan, aku merasa buruk.” Kata Jae Yi, Bok Joo
mengangguk setuju.
“Aku melihat grup idol di TV
sebelumnya. Mereka
hanya makan sepotong ubi manis
dan telur rebus untuk makanan mereka. Bahkan Seekor
burung akan makan lebih banyak dari mereka. Aku memiliki teman, namanya Jung
Nan Hee. Dia
bilang menurunkan berat badannya hanya dengan makan ubi manis, lalu dia melahap sekotak ubi manis dalam sehari.” Cerita Bok Joo
Jae Yi memberitahu cara diet
ekstrim seperti itu memiliki kemungkinan
kegagalan yang tinggi. Seperti
yang dikatakan sebelumnya, sangat penting untuk menurunkan
berat badan dengan
perlahan dan dengan cara yang sehat. Jadi
meminta Bok Joo agar Jangan terlalu terobsesi dengan
berat badannya. Bok Joo mengangguk menggerti.
“Aku tidak mau kehilangan banyak berat badan hanya dalam semalam. Aku sebenarnya... selama ini hidup baik-baik saja
dengan tubuh ini.” ucap Bok Joo lalu terdiam
karena tak ingin niatnya ketahuan.
“Menurutku bagus untuk menurunkan berat
badan dengan cara yang sehat... seperti
yang kau katakan.” Kata Bok Joo meralat
pernyataanya, Jae Yi pun tersenyum akan menunggu menu diet
sehatnya dengan mengulurkan tanganya. Bok Joo melihat telapak
tangan yang tak mulus, akhirnya ia hanya menepuk cepat tangan Jae Yi saja tanpa
mengenggamnya.
“Sekarang, haruskah kita... pindah ke tempat tidur?” kata Jae Yi, Bok Joo kaget mendengar Jae Yi mengajaknya
untuk pindah ke tempat tidur. Jae Yi menjelaskan ini untuk pengobatannya jadi meminta agar bisa berbaring. Bok Joo terlihat malu
karena berpikiran yang aneh.
Bok Joo sudah berbaring dan Jae Yi memberitahu akan
memakaikan beberapa krim dan meminta maaf dengan
membuka sedikit bagian perutnya. Bok Joo terlihat malu, tapi Jae Yi menyakinkan
untuk mulai pengobatannya. Bok
Joo pun membiarkan Jae Yi mengunakan alat pada perutnya.
Jae Yi memberitahu kalau rasanya agak sedikit dingin, Bok
Joo yang berbaring seperti menahan rasa sakitnya dan tak ingin menjerit didepan
Jae Yi. Tapi Jae Yi tersenyum melihat tingkah Bok Joo yang menahannya.
Bok Joo selesai melakukan perawatan, Pegawai memberika
sebuah kartu agar meminta menuliskan semua hal yang dimakan, termasuk makanan ringan, karena itu bisa membantu mereka untuk menyediakan konseling yang
tepat dan juga langkah instruksi
untuk peregangan yang bisa dilakukan sesering
mungkin. Bok Joo menganguk mengerti.
“Sampai jumpa, Bok Joo. Hari ini adalah hari pertamamu, jadi jangan mengganti dietmu
terlalu banyak. Dan
sepertinya akan hujan malam ini. Jangan
lupa untuk membawa payung.”ucap Jae Yi seperti
mengantar pasien kesayanganya. Bok Joo teringat dengan payung yang di
pinjamnya.
“Aku pasti akan mengembalikannya
padamu dalam
pertemuan yang selanjutnya.” Kata Bok Joo
“Aku tidak meminta payungku. Apa kalimat ku terdengar
seperti itu?” goda Jae Yi, Bok Joo mengelengkan
kepala tapi menurutnya memang
harus mengembalikannya padanya dan pamit pergi. Jae
Yi berpesan agar Bok Joo hati-hati di jalan.
Bok Joo berjalan pulang dengan wajah tersenyum, melihat
tempat meja penjual aksesoris dan mencoba salah satunya, tapi seperti tak
mengerti dengan jepit rambut dibagian belakang dan juga disamping rambutnya,
lalu bertanya pada bibi penjual Bagaimana menggunakan ini.
Si bibi memberikan sebuah jepitan rambut warna merah
karena menurutnya cocok dengan wajah Bok Joo. Bok Joo pun mencoba jepitan
rambutnya, melihat di cermin berpikir kalau wajahnya terlihat
buruk. Si bibi menyakinkan Bok Joo kalau terlihat
lebih cantik dan lebih feminin. Akhirnya Bok Joo
memutuskan untuk membelinya.
“Apa kau membuat itu sendiri?” tanya Bok Joo melihat manik-manik yang akan dibuat
akesoris
“Aku biasanya menjualnya atau memberikannya sebagai hadiah.” Jelas Si bibi
“Menurutku tidak sopan hanya mengembalikan
payungnya begitu saja.” Gumam Bok Joo
Shi Ho menemui pelatihnya saat sedang latihan. Pelatihnya
bertanya apakah Shi Ho sedang berkencan dengan seseorang. Shi Ho kaget dan mengatakan tidak sedang berkencan.
Pelatihnya ingin tahu alasan Shi Ho yang tidak
bisa menjaga berat badannya.
“Kau tidak akan pergi kencan, kan? ” ucap pelatihnya menyakinkan.
“Aku tidak tahu harus melakukan apa
padamu. Kau tidak
akan pergi ke Rusia dan tidak
bisa menjaga berat badanmu. Bagaimana
kau bisa bergabung dengan tim nasional? Kau harus memiliki lebih banyak
dorongan.” Jelas Pelatihnya sinis, Shi Ho mengerti
dan berjanji akan
menjaga dirinya lebih
baik.
Di dalam toilet
Soo Bin dan dua juniornya mencoba untuk memakan sedikit
coklat demi menjaga berat badanya, mereka ingin menyeembunyikan
coklat dan makan lagi nanti. Soo Bin setuju karena mereka akan memakannya dan tidak boleh membuangnya sedikitpun.
“Ngomong-ngomong, ada apa dengan
Si Ho? Dia jadi
lambat. Bahkan Kemarin, dia masuk ke asrama pria dan menangis di depan mantan
kekasihnya.” cerita Soo Bin heran, dua juniornya
kaget.
“Apa dia masih terkejut karena
tidak berhasil masuk tim nasional? Aku
tidak pernah melihat Pelatih memarahinya. Si Ho selalu jadi favorit pelatih
kita.” Cerita si junior terdengar iri.
“Tapi Aku merasa kasihan pada Si Ho. Dia tidak selincah dulu karena
usianya dan tidak sebagus sebelumnya. Dia juga tidak memiliki dukungan finansial dari orangtuanya.” Cerita Soo Bin terdengar licik
Dua juniornya binggung karena yang didengarnya kalau keluarga Shi Ho itu kaya, Soo Bin merasa keduanya belum tahu dan tak akan percaya
apa yang terjadi hari ini. Keduanya
langsung penasaran apa sebenarnya yang terjadi.
“Aku pergi untuk menemui pelatih
kita tadi. Lalu aku
lihat Shi Ho... berjalan ke arah kami seperti
sedang kesal, jadi...” cerita Soo Bin langsung
terdiam karena kaget melihat Shi Ho keluar dari toilet mencuci tanganya.
“Itu benar kalau aku masuk ke
asrama pria, tapi aku
tidak menangis. Orang-orang
membuatnya terlalu dramatis.” Komentar Shi Ho
santai.
“Soo Bin... Terima kasih karena mencoba
mengerti aku. Tapi, jangan khawatirkan tentang urusan
keluargaku. Kau tidak
perlu mengkhawatirkan itu.” tegas Shi Ho dingin,
Soo Bin mengangguk mengerti. Setelah Shi Ho keluar Soo Bin terlihat langsun
jatuh lemas karena tak terkena amukan seniornya.
Shi Ho pergi ke mesin minuman, demi menjaga tubuhnya
memilih untuk meminum jus dan dengan cepat langsung meminumnya, tapi membuat
dirinya ingin mual dan ingin muntah. Ia langsung berlari keluar asrama untuk
memuntahkan minumanya.
Ah Young sedang lewat panik melihat salah satu
mahasiswanya sedang muntah dan menghampiri dengan nepuk dadanya, smabil
bertanya apakah perutnya terasa sakit. Shi Ho masih terus membungkuk. Ah Young
pun memberikan sapu tanganya.
“Hei, bukankah kau Shi Ho?” ucap Ah Young melihat wajah yang dikenalinya, Shi Ho
pun memberikan salam pada dokter dikampusnya.
“Aku sudah lama belum melihatmu. Kapan kau kembali dari Taereung?” tanya Ah Young, Shi Ho menjawab Sudah
beberapa hari belakangan ini.
“Apakah tidak sopan menyambutmu
kembali? Kau tak perlu khaawatir karena pasti bisa
kembali lagi. Banyak
atlet yang belum bisa sampai
masuk ke Taereung.” Jelas Ah Young menyakinkan.
Shi Ho menganguk mengerti, Ah Young menanyakan keadaan
Shi Ho sekarang berpikir kalau harus mengambilkan
obat. Shi Ho pikir tak perlu karena sudah merasa baik-baik
saja dan mengembalikan sapu tangan lalu ingin pamit pergi
“Mampirlah ke ruang kesehatan
sesekali. Aku akan
memijat pergelangan kakimu. Aku
tahu kau memiliki lemah di pergelangan kaki.” Kata Ah
Young, Shi Ho mengerti dan pamit karena harus
kembali latihan.
“Bagaimana dia bisa sakit perut? Dia bahkan tidak makan banyak.” Kata Ah Young sedih melihat para atlet senam yang
sangat ketat menjaga berat badan tubuhnya.
Bok Joo pulang dengan membawa bungkusan, terlihat ragu
dengan bertanya-tanya apakah ini tak masalah. Tapi ia pikir mungkin tak masalah
karena bukan hadiah yang mahal. Lalu ia melewati kolam dan melempar koin sambil berdoa.
Tiba-tiba dari belakang bahunya ditepuk, Bok Joo sangat kaget dan hampir
memukul orang yang dibelakangannya.
“Kebanyakan wanita melonjak ketika
kaget, tapi kau
sudah siap untuk memukul orang.” Ejek Joon Hyung yang
sengaja mengagetkanya.
“Hei, apa kau mau merasakan tinjuku di wajahmu?” balas Bok Joo menantang,
“Hei... Apa Kau tidak tahu caranya
menanggapi lelucon?” kata Joon Hyung menurunkan
kepalan tangan Bok Joo lalu ingin melihat apa yang dibawanya.
“Ini bukan urusanmu.” Ucap Bok Joo menjauhkannya, Joon Hyung pikir itu pasti
makanan lagi.
Bok Joo mengatakan kalau itu bukan makanan, Joon Hyung
penasaran dan ingin merampasnya. Bok Joo berteriak marah karena Joon Hyung berani
melakukan ini padanya. Joon Hyung meminta maaf, karena terus
saja lupa kalau Bok Joo
seorang wanita. Bok Joo tak memperdulikanya
dan memilih pergi. Joon Hyung terus meminta maaf dengan perasaan yang
tulus.
Keduanya berjalan masuk ke kampus, Bok Joo tiba-tiba
berhenti dan membalikan badan menatap teman Sdnya, Joon Hyung pun bertanya ada
apa. Bok Joo hanya menatapnya lalu kembali berjalan, tiba-tiba ia kembali
berbalik, Joon Hyung berteriak kesal karena Bok Joo membuatnya jadi seperti
dalam film horror yang
menakutkan.
“Ini bukan tentangku, tapi Ini tentang temanku.” Ucap Bok Joo
“Diantara dua temanmu, yang mana?” kata Joon Hyung, Bok Joo menegaskan kalau tidak
sedang membicarakan mereka.
“Pokoknya, temanku... sedang menyukai seseorang. Dia meminjam sesuatu dari orang
tersebut dan harus
mengembalikannya. Dia
ingin memberikan sebuah hadiah sebagai
rasa terima kasihnya. Apa
tidak masalah?” ucap Bok Joo, Joon Hyun pikir tak
mungkin ada orang yang tidak suka hadiah. Bok Joo tersenyum karena membuatnya jadi tak ragu.
“Selama dia tidak membuatnya
sendiri.” Kata Joon Hyung, Bok Joo melotot kaget mendengarnya.
“Apa salahnya dengan hadiah buatan
tangan?” tanya Bok Joo heran.
“Coba kau Pikirkan lagi. Jika dia membuat hadiah itu, itu
berarti dia memikirkannya selama
membuat hadiahnya. Pria
itu akan merasa tidak nyaman. Kau
bilang mereka belum terlalu dekat.” Jelas Joon
Hyung
“Apa dia akan merasa tidak nyaman?” tanya Bok Joo, Joon Hyung menyakinkan pasti pria itu
merasa tak nyaman.
“Jika perasaan wanita itu untuk pria itu terlalu jelas, maka pria itu pasti akan mundur. Berikan pesan sederhana saja
untuk berterima
kasih padanya...” ucap Joon Hyung yang
sebelumnya berpikir denga memejamkan matanya, tapi ternyata Bok Joo sudah pergi
jauh darinya.
Bok Joo kembali ke
kamarnya merasa hampir
saja berbuat kesalahan, menurutnya bagaimana kalau
sebelumnya tak bertemu Joon Hyung mungkin akan fatal. Ia mengeluarkan sebuah kartu dan
memikirkan apa yang akan dituliskanya, dan berpikir kalau harus dibuat
sesederhana mungkin. Ia mulai menulis dan melihat tidak suka tulisan tangan, merasa harus banyak latihan menulis.
Saat itu Ia membuka payung didalam kamar dengan senyuman
bahagia karena mengingatkan pada Jae Yi. Shi Ho masuk kamar, Bok Joo meminta
maaf dan menutup payungnya kembali. Shi Ho melihat payung
yang cantik dan bertanya apakah membelinya. Bok Joo mengaku kalau meminjamnya
dari seseorang.
Pesan masuk ke dalam Ponselnya [Nona Kim Bok Joo, anda
memiliki janji pertemuan
besok, jam 2 siang -Klinik Berat Badan J] Bok Joo
tersenyum bahagia membacanya seperti sebuah pertemuan kencan. Shi Ho melihatnya
menduga kalau Bok Joo pasti sedang berkencan dengan
seseorang dan membuatnya iri. Bok Joo menyangkalnya dengan senyumanya.
“Kau buruk dalam hal menebak
sesuatu. Bagaimana
aku bisa berkencan dengan seseorang?” kata Bok
Joo tetap menyangkalnya.
“Kau sangat buruk dalam hal
berbohong.” Ejek Shi Ho, Bok Joo menyakinkan kalau
tak berbohong. Shi Ho memilih untuk percaya saja kalau Bok Joo tidak
berbohong, tapi bisa tahu kalau Bok Joo sedang
jatuh cinta lalu pamit untuk tidur lebih dulu.
Bok Joo yang sedang latihan dibuat kaget oleh dua temanya
yang membawa berita baru. Nan Hee memberitahu Gosipnya
sudah menyebar kemana-mana dan Orang-orang
menyebutnya, "Si Ho Menyerang Asrama Pria." Erta bisa menjamin kalau ini masuk dalam
tiga berita besar.
“Dia lebih berani dari yang aku
pikir. Itu
keren.” Komentar Sun Ok, Bok Joo seperti masih tak percaya.
“ternyata Pesenam bisa seberani itu. Mereka bahkan memuntahkan ayam setelah mencicipinya.”
Ucap Nan Hee
“Aku tidak terlalu terkejut dengan
serangannya. Fakta
kalau dia pernah berkencan dengan
Joon Hyung lebih mengejutkan. Kenapa
harus dia? Dia terlalu bagus untuk Joon Hyung.”
Kata Bok Joo merasa tak tertarik dengan Joon Hyung.
“Joon Hyung adalah salah satu siswa
terkenal di sekolah kita.” Ucap Nan Hee penuh
semangat.
Sun Ok membenarkan dan tak setuju dengan Bok Joo, karena
Joon Hyung memang benar-benar imut sebagai seorang pria. Bok Joo menegaskan Penampilan
bukanlah satu-satunya yang penting dan tidak
boleh menilai sesuatu dari luarnya menurutnya
pria itu harus lebih dewasa, dan
itu sangat jauh dari Joon Hyung.
Tiba-tiba Sang Chul dan beberapa senior lainya memanggil
Bok Joo dkk, dengan memarahinya karena
mereka datang hanya untuk mengobrol dan terlalu
bersantai. Bok Joo dkk hanya bisa tertunduk diam.
Sang Chul menegaskan bukan karena mereka sudah dua tahun ada di kampus menjadiakan senior adalah teman mereka.
“Apa Kalian pikir disini taman
bermain?” ucap Sang Chul dengan gaya seniornya, Bok Joo dkk
meminta maaf dengan wajah tertunduk.
“Mereka teralu bersantai-santai. Mereka bahkan tidak membereskan
peralatan setelah
selesai latihan. Coba kau Lihat
bubuk kapurnya dan bagaimana
tempat ini jadi seperti kandang babi!” teriak
Sang Chul marah
Woon Gi datang bertanya apa yang terjadi, Sang Chul
memberitahu kalau para junior mereka itu
terlalu bersantai dan bahkan
tidak membereskan peralatannya, serta hanya
mengobrol ketika seharusnya
latihan. Woon Gi pikir tak perlu keras pada junior mereka.
“Ngomong-ngomong, ini juga salah
kita karena
kita tidak bisa mengatur mereka.” Kata Woon
Gi lalu menyuruh ketiganya agar menyiapkan semua untuk
latihan. Ketiganya mengerti dan pergi ke tempa alat latihan
lainya.
“Hei, Woon Gi. Kenapa kau membiarkan mereka
begitu saja? Kau
membuat kita terlihat bodoh.” Ucap Sang Chul tak
terima
“Latihannya akan segera dimulai. Kalau mau memarahi mereka, nanti
saja.” Kata Woon Gi. Bok Joo dkk melihat adu mulut dua
seniornya.
“Siapa kau berani memutuskan dan
menyuruh hal seperti itu? Apa kau sedang pamer karena kau ketua tim? Aku juga senior. Aku mengerti karena kau pernah
memenangkan beberapa
medali, tapi kau tidak
bisa merendahkan kami...” ucap Sang Chul marah
Woon Gi melihat ponselnya berdering dengan meminta maaf
dan bergegas pergi keluar dari ruangan latihan,
Sang Chul merasa sudah tidak bisa berkata-kata dengan tingkah Woon Gi, Teman yang lainya pun merasa
kalau Woon Gi membuatnya terlihat bodoh.
Bok Joo melihat waktunya untuk pergi ke pertemuan di
klinik, dan ingin cepat menghabiskan makananya. Nan Hee duduk didepanya
mengeluh kalau para senior itu sangat menyebalkan, merasa merkea dianggap maninan dan selalu marah.,
bahkan sudah mengepel terlalu keras sampai tanganya bergetar bahkan tak bisa memegang sumpit
dengan benar sekarang.
“Itu terjadi setiap tahun, kau sudah tahu itu. Bahkan
tahun lalu, mereka yang berada di
tahun senior selalu seperti itu.” ucap Sun
Ok sambil sibuk makan, Bok Joo tak berkomentar karena ingin cepat menyelesaikan
makananya.
“Benar. Mereka akan segera lulus, dan hanya ada beberapa turnamen
lagi yang tersisa. Mereka
harus mendapatkan tawaran dari
tim semi-profesional, tapi
mereka belum mendengar apapun. Itu
pasti membuatmu terbebani.” Kata Nan Hee
“Sebentar lagi, itu akan jadi
masalah kita. Kita juga
sebentar lagi akan masuk tahun senior.” Ucap Sun
Ok
“Tapi tetap saja, mereka seharusnya tidak
melampiaskannya pada kita.” Kata Nan Hee
Bok Joo tetap makan dengan menepuk dadanya agar tak
tersedak, Sun Ok pikir mereka nanti tak boleh seperti senior itu, karena mereka
itu terlalu hebat dalam melakukan sesuatu. Bok Joo menyelesaikan makananya
minta tolong membawakan piring bekas makanya dan langsung pamit pergi. nan Hee bertanya apakah Bok Joo akan
mengantar pesanan. Bok Joo membenarkan dan
buru-buru pamit pergi.
Bok Joo pergi ke kamarnya membuka lemarinya, lalu
mengeluh semua pakaianya itu semuanya berwarna hitam atau
kalau tidak abu-abu seperti di peruntukkan untuk acara pemakaman dan menurutnya pakainya sekaranga adalah yang terbaik.
Sebelum masuk klinik, Bok Joo tak lupa memakai jepitan rambutnya agar bisa
terlihat feminin.
Jae Yi melihat Bok Joo yang datang langsung menyambutnya,
Bok Joo mengembalikan payung dengan mengucapkan terimakasih atas bantuanya. Jae
Yi pikir bisa menyimpan payungnya
dan itu juga milik adiknya. Bok Joo pikir harus
mengembalikannya padanya dan sudah
tidak merasa memiliki
hutang lagi pada siapapun.
“Kau bisa bilang kalau aku adalah
seorang perfeksionis.” Kata Bok Joo dengan
senyumanya.
“Hiasan rambut itu lucu. Kau terlihat bagus memakainya.” Puji Jae Yi, Bok Joo tersipu malu mendengarnya.
“Aku melihat ini tergeletak di
lantai kamarku... dan
aku pikir bisa memakainya.” Ucap Bok Joo
berbohong, Jae Yi pun mengajak mereka untuk
memeriksa indeks massa tubuhnya.
Jae Yi melihat hasil tesnya, Bok Joo merasa tidak percaya kalau tidak turun sama sekali, bahkan 100
gram pun dan merasa tak nyaman. Jae Yi pikir itu karena Bok
Joo baru
memulai programnya da sudah bisa mengetahui akan
memakan waktu yang cukup lama karena memiliki massa otot
yang tinggi.
“Selain itu juga, kita sudah berjanji, yaitu Diet yang sehat.” Ucap Jae Yi, Bok Joo setuju "Sehat"
adalah kuncinya.
“Kau kelebihan berat badan pada
bagian tengahmu,
jadi mari kita lebih fokus pada area itu. Program ini harus dibarengi
dengan olahraga untuk
mencapai target dalam suatu area, tapi
mahasiswa mungkin tidak memiliki waktu
untuk itu zaman sekarang.” Kata Jae Yi, Bok Joo
mengaku kalau memang sedikit sulit.
“Bolehkah aku bertanya kau jurusan
apa?” tanya Jae Yi, Bok Joo kaget dan binggung lalu melirik
ke arah sampingnya ada patung dengan membawa alat musik dan mengaku kalau
jurusan “cello”
“Kau bilang Cello? Jadi
Kau seorang murid jurusan musik.” Ucap Jae Yi tak percaya dengan mengambil salah satu
patung kesukaanya
“Sejujurnya, aku sedikit terkejut ketika aku pertama kali bertemu
denganmu. Tidak
mudah bagi seorang wanita untuk
membawa meja yang sangat berat, kecuali
dia memiliki tangan yang kuat. Kau
mungkin bisa melakukannya karena kau sudah biasa membawa
cello.” Komentar Jae Yi yang pertama kali bertemu melihat Bok
Joo membawa meja sendirian.
Bok Joo pikir Jae Yi
bisa menganggapnya begitu. Jae Yi merasa ingin
dengar Bok Joo bermain cello suatu hari nanti dan mungkin Bok
Joo sudah mengetahui kalau ia adalah penggemar musik klasik serta sering menonton resital. Tapi ia pikir dirinya itu amatiran dibandingkan dengan Jae Yi yang ada dijurusan musik.
“Ngomong-ngomong, apa semua pemain cello...” ucap Jae Yi dan
terputus karena ponsel Bok Joo berdering lalu menyuruh agar menjawabnya
saja.
Tuan Kim menelp menanyakan keberadaan anaknya sekarang,
Bok Joo malah balik bertanya kenapa ayahnya menanyakan hal itu. Tuan Kim pikir
anaknya sudah bisa menebak, kalau akan pergi ke
sekolahnya sekarang dan ingin membawakan beberapa ayam lalu bertanya apakah sedang tak ada di asrama. Bok Joo
mengaku sedang diluar.
“Kalau begitu aku akan
meninggalkannya di kamarmu. Berbagilah
dengan teman-temanmu.” Ucap Tuan Kim, Bok Joo
menolaknya tapi sang ayah sudah menutup telpnya.
Bok Joo panik akhirnya meminta maaf pada Jae Yi kalau sesuatu
yang mendesak terjadi lalu berjanji akan
pastikan untuk mengikuti dietnya. Setelah
keluar kembali membuka pintu mengucapkan terimakasih. Jae Yi tersenyum melihat
tingkah Bok Joo yang mengemaskan.
Bok Joo berlari kembali ke asrama karena kalau Ayah akan
tahu semuanya kalau bertemu
dengan temanya. Saat akan masuk, Joon Hyung melihat Bok Joo
berteriak memanggilnya, Bok Joo langsung menghentikan sepeda Joon Hyung yang
akan keluar. Joon Hyung mengumpat Bok Joo sudah gila.
“Maafkan aku, tapi bisakah kau mengantarku
ke asrama? Kumohon. Cepat.” Kata Bok Joo
“Hei... Ahjumma, ini bukan taksi. Coba kau Lihat itu. Apa yang ada di
rambutmu? Itu capung
atau apa?” ejek Joon Hyung, Bok Joo langsung
melepaskanya.
Bok Joo memohonya untuk bisa mengantarnya, Joon Hyung
hanya bisa mengeluh Bok Joo memang menganggunya, Bok Joo pun memutar sepeda
agar masuk kembali ke kampus. Joon Hyung terlihat kesusahaan mengayuh sepeda
karena badan Bok Joo yang berat. Bok Joo yang panik memukul punggung Joon Hyung
agar cepat mengayuh sepedanya.
Joon Hyung berteriak kesal karena Bok Joo malah memukul
punggungnya, Bok Joo meminta Joon Hyung lebih
cepat. Joon Hyung berteriak kesal kalau Bok Joo itu sangat
berat sambil mengeluh membuat hidupnya jadi sulit. Shi Ho baru
keluar melihat Joon Hyung dan Bok Joo yang lewat dengan berboncengan sepeda.
Bok Joo sampai depan asrama langsung berlari masuk, Joon
Hyung berteriak kesal karena Bok Joo bahkan tidak berterima
kasih padanya. Shi Ho melihat ternyata teman satu
kamarnya dekat dengan Joon Hyung tak seperti yang diduganya. Joon Hyung masih
terlihat kesal berpikir dirinya dianggap supir oleh Bok Joo dan melihat bagian
belakangnya jadi rusak karena Bok Joo.
Bok Joo berlari masuk dalam asrama dan bisa menemukan
ayahnya sebelum menaiki tangga, Tuan Kim pikir anaknya tidak
perlu lari-lari karena bisa
menitipkannya pada seseorang di atas. Bok Joo
beralasan kalau Ini
asrama wanita dan Pria
tidak boleh datang.
“Apa aku termasuk pria? Aku sering datang kesini
mengantar pesanan, bahkan
penjaga asramanya juga sudah mengenalku. Tidak ada seorangpun yang
menyuruhku berhenti.” Ucap Tuan Kim,
“Baiklah. Berikan saja padaku dan
pergi.” kata Bok Joo tak ingin banyak bicara lagi, Tuan Kim
pikir memang harus pergi karena ia juga
orang sibuk.
“Aku tidak akan tetap disini
bahkan jika kau
yang memintaku.” Ejek Tuan Kim, Bok Joo pun
mendorong ayahnya untuk cepat pergi
“Hei, sepertinya semua latihan
kerasmu ada hasilnya. Tanganmu
jadi lebih kuat, Kau
mungkin bisa mengangkatku.” Goda ayahnya merasakan
dorongan pada tangan ayahnya.
“Kenapa Ayah sangat cerewet hari
ini? Pergilah
dan cari uang, yang Ayah sukai.” Kata Bok Joo kesal
“Kau bilang Uang? Ya, kau benar. Aku harus mencari
uang. Nikmati
ayamnya.” Ucap Tuan Kim pergi, Bok Joo bisa bernafas lega karena
tak sampai bertemu dengan temanya.
Joon Hyung kembali bertemu dengan Psikiater, Dokter
memberitahua Secara
keseluruhan, hasil dari tesnya menunjukkan kalau tingkat stress Joon Hyung itu cukup tinggi. Ia melihat Joon Hyung sebagai seorang atlet, jadi berada dalam lingkungan yang kompetitif seperti itu pasti
membuatnya sangat stress.
“Ngomong-ngomong, apakah ada
gejala spesifik... yang
kau alami saat hari pertandinganmu?” tanya
Dokter
“Jantungku berdetak sangat cepat sampai rasanya akan meledak, dan semua suara di sekitarku jadi
bercampur. Dan lalu,
aku tidak bisa dengar apapun. Rasanya
seperti semuanya mendadak bisu.” Cerita Joon Hyung yang
mengingat saat ada di final tak bisa mendengar apapun dan akhirnya masuk kolam
lebih dulu.
“Apa Kau tidak bisa dengar apapun? Apa kau mengalami itu hanya saat
pertandingan?” tanya Dokter,
“Biasanya seperti itu . Tapi kadang itu juga
terjadi dalam beberapa sesi latihan
akhir-akhir ini. Aku
mendatangi dokter THT dan mereka bilang
telingaku baik-baik saja.” Jelas Joon Hyung
“Itu pasti baik-baik saja, karena Ini sesuatu yang lebih ke arah
psikologi. Gejala
seperti itu biasanya terjadi setelah guncangan berat atau pengalaman traumatik. Itu bisa jadi sejenis gangguan
kepanikan atau bisa
jadi gangguan konversi. Dan Itulah
yang kupikirkan.” Jelas Dokter
“Kalau begitu... cobalah ingat kapan kau pertama
kali mengalami
gejala seperti itu.” kata Dokter
Joon Hyung balik bertanya apakah semua yang terjadi waktu itu bisa memicu gejala yang dialaminya sekarang. Dokter juga tidak
yakin, karena tidak ada sesuatu yang spesifik yang bisa dipikirkan tapi menurutnya dari yang dilihatnya Joon Hyung adalah orang yang sangat
menutup diri.
“Kau tidak suka mengekspos sisi
lemahmu, dan menekan
semuanya. Kau
mungkin tidak ingin melihat apa
yang ada di dalam dirimu.” Komentar Dokter bisa
melihat dari gerakan tubuh Joon Hyung
“Tidak, aku benar-benar bukan orang yang serumit itu.” ucap Joon Hyung meyangkalnya.
“Coba Lihat? Kau sedang menyangkalnya... Wah.. Aku dalam masalah. Pasien sepertimu adalah pasien yang paling sulit untuk
ditangani. Walaupun begitu, kau harus mengeluarkannya
sendiri. Hanya
dengan begitu, aku
mungkin akan bisa menolongmu. Dengan kata lain, Sepertinya kita harus lebih mengenal
satu sama lain. Bagaimana
dengan kopi?” kata Dokter pergi ke dapur untuk
membuat kopi, Joon Hyung terlihat gelisah karena seperti dokter bisa merasaka
yang dirasakanya.
Joon Hyung keluar dari rumah dokter dan dudk dibawah
tangga, lalu mengingat kembali dengan permintaan Dokter “ Coba ingat-ingat kapan kau pertama kali mengalami gejala seperti itu. Apa sesuatu terjadi saat itu yang bisa memancing gejalanya?”
Flash Back
Joon Hyung kecil menangis saat harus berpisah dengan
ibunya dan memeluk erat dengan memegan sapu tangan milik ibunya. Lalu membaca
kartu post yang dituliskan oleh ibunya selama ini (Aku merindukanmu, Joon Hyung. Selamat Natal! Salam cinta, Ibu.)
Setelah itu melihat dalam laci dibagian obat melihat
kartu pos yang sama dan terlihat tanpa tulisan, jadi selama ini yang menuliskan
surat bukan dari ibunya tapi seolah-olah dituliskan oleh ibunya. Mata Joon Hyung berkaca-kaca mengingat
kenyataan yang terjadi.
Jae Yi tiba-tiba datang menyentil telinga adiknya, Joon
Hyung kaget melihat kakaknya yang datang berpikir sengaja datang karena
dirinya. Jae Yi membenarkan, karena
sengaja datang datang untuk memastikan kalau adiknya melakukan konseling dengan
serius. Joon Hyung tahu kakaknya pasti berbohong.
“Aku ada seminar di dekat sini jadi sengaja datang untuk menjemputmu.” Ucap Jae Yi
“Kau datang untuk mengawasiku. benar, kan?” kata Joon Hyung, Jae Yi hanya tersenyum lalu sama-sama
menaiki tangga dan menanyakan konselingnya. Joon Hyung melihat Dokternya itu baik karena bisa melihat
jauh ke dalam dirinya.
“Aku kan sudah bilang kalau dia
dokter terkenal. Aku
tahu. Dia dokter yang hebat.” Kata Jae Yi
“Kau... Jangan khawatir. Aku tidak akan mempermalukanmu.” Ucap Joon Hyung lalu menanyakan keberadaan mobilnya.
Keduanya pun naik mobil bersama, Joon Hyung melihat
kebelakang dan bertanya apa yang ada dibelakang. Jae Yi memberitahu itu payung
yang dipinjamkan sebelumnya. Joon Hyung heran melihat kakaknya yang menaruhnya
di tas dengan motif bunga-bunya dan merasa tidak perlu melakukannya.
“Orang yang aku pinjamkan menaruhnya
disana.” Ucap Jae Yi
“Siapa? Apa Wanita?” tanya Joon Hyung penasaran, Jae Yi mengaku kalau ia
seorang wanita
“Tapi dia hanyalah pasienku. Dia seorang pemain cello.” Ucap Jae Yi tersenyum bahagia. Joon Hyung tak percaya
kalau wanita itu sekolah di sekolah musik
“Tentu saja. Pria memiliki.. fantasi pada seorang gadis yang belajar
musik, kan?” kata Joon Hyung bangga
“Jangan mengada-ada. Aku tidak jatuh cinta pada
pasienku sendiri.” Ucap Jae Yi menyangkal
Joon Hyung ingin Jae Yi menceritakan tentang wanita itu, apakah
ia cantik. Jae Yi mengaku kalau ia lumayan
cantik. Joon Hyung makin bersemangat merasa harus datang melihatnya nanti dan meminta agar memberitahu kapan kakanya akan
bertemu dengan wanita itu.
Tae Kwon sedang main games dikamarnya lalu melihat Joon
Hyung yang pulang membawa bungkusan, berpikir kalau itu makanan. Joon Hyung
mengaku bukan. Tae Kwon pikir pasti Joon Hyung mendapat
hadiah dari
wanita. Joon Hyung memberitahu baru meminjamkan payung pada
kakaknya dan mengembalikannya.
“Oho, tasnya bermotif bunga. Kakakmu memiliki selera yang
aneh.” Ejek Tae Kwon lalu melihat sebuah kartu dalam tasnya.
“Apa ini? Kau ketahuan. Kakakmu tidak akan mungkin
menulisnya. Dasar Pembohong.” Keluh Tae Kwon
“Itu bukan milikku.” Kata Joon Hyung lalu melihat isi dari kartu tersebut “ Terima
kasih, Dokter Jung. Apa
yang kau berikan padaku bukan sebuah
payung, melainkan kebaikan hatimu.”
“Astaga. Jung Jae Yi menggoda seorang
mahasiswi naif lagi. Ternyata Dia
benar-benar menyukainya, pemain cello ini.” komentar
Joon Hyung, Tae Kwon penasaran siapa pemain cello itu. Joon Hyung mengatakan
kalau orang yang sama, yaitu si Nona
Motif Bunga dengan menunjuk ke tas untuk menaruh
payungnya
bersambung ke part 2
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar