PS : All
images credit and content copyright : KBS
Dong Jin dan Ran Sook keluar cafe dan sudah melihat Na Ri
yang pergi mengemudikan mobil. Dong Jin tak percaya karena Na Ri biasanya
tidak seperti itu. Ran Sook ingin tahu Kesalahan apa yang dilakukan Dong Jin kali
ini.
“Aku bersamanya selama sembilan
tahun, dan belum
pernah melihat dia seperti itu. Semua itu
bukan karena aku.” Ucap Dong Jin karena Na Ri
panik akibat Nan Gil, Ran Sook ingin menelp Na Ri karena khawatir.
“Jangan meneleponnya agar dia bisa
fokus mengemudi. Dia
akan pergi ke kota kelahirannya.” Kata Dong
Jin
“Itu sangat jauh. Kenapa dia
pergi?” tanya Ran Sook binggung
“Aku meragukan itu, tapi khawatir karena Na Ri sedang
tidak dalam kondisi
yang baik. Tolong
hentikan dia menemui Nan Gil.” Pinta Dong Jin
Ran Sook yang kesal ingin pergi dan melihat Yeo Joo baru
saja keluar dari cafe, akhirnya kembali bicara dengan Dong Jin.
“Apa kau berpikir bahwa Na Ri merasa sangat kesulitan ? Dia sangat tertekan sampai tidak bisa melihat. Dia Berpura-pura menjadi baik-baik
saja tidak berarti dia dalam benar-benar
baik-baik saja. Aku
mengatakan ini agar setidaknya kau
merasa menyesal.” Ucap Ran Sook dan akhirnya
pergi. Yeo Joo mendekati Dong Jin
“Jangan menyesal, karena Na Ri sedang menemui pria lain. Lagipula Na Ri juga tidak ingin
kembali bersamamu.” Kata Yeo Joo, Dong Jin
hanya menatap Yeo Joo dengan menghela nafas dan akan pergi.
“Apa kau akan pergi... tanpa meneleponku?” tanya Yeo Joo sinis. Dong Jin mengatakan akan
menelepon setelah menyelesaikan semuanya.
“Aku kira itu setelah kau mencoba
segala cara untuk
bisa kembali bersama Na Ri.” Kata Yeo Joo sinis
Dong Jin sekarang bisa tahu
pria macam apa yang ditemui Yeo Joo selama ini dan menegaskan kalau yang harus dilakukan Yeo Joo hanya menunggu sebentar
lagi, tapi kenapa ia bisa
menunjukkan sisi terburuknya tanpa
memberikanya waktur waktu. Yeo Joo tak terima menurutnya Dong Jin yang harus lebih
memikirkan tentang dirinya sendiri.
“Kau hanya butuh 1 hari untuk
mengkhianati waktu 9
tahun bersamanya. Kau
begitu mudah. Aku kecewa dengan selera Na Ri.”
Ucap Yeo Joo Sinis
“Kau benar kakalau kau melihat sisi terburukku. Aku tidak berbeda dari semua
pria... yang kau
kencani sebelumnya. Jadi Mari
kita berpisah dan melanjutkan hidup.” Ucap Dong
Jin lalu bergegas pergi.
Yeo Joo hanya terdiam saat itu ponselnya berdering,
Ibunya menelp memberitahu kalau Ayahnya dirawat di rumah sakit lagi. Tubuh Yeo Joo langsung lemas dan menangis, sementara
Dong Jin meninggalkan cafe dengan mobilnya terlihat penuh rasa kecewa.
Yoon Kyu duduk didepan Duk Shim yang sedang melipat kotak
untuk dumpling. Duk Shim tapi tetap mengarankan pandanganya pada Nan Gil yang
berkerja didapur tanpa mau berkedip. Yoon Kyu yang melihatnya mengeluh pada Nan
Gil bisa
langsung mempekerjakannya setelah
mewawancarainya. Nan Gil keluar dari
restoran untuk membuang sampah.
Na Ri pun menginjak rem saat sampai di depan rumahnya, wajah
tegangnya terlihat. Nan Gil kaget melihat Na Ri mengemudikan mobil, dengan
membuka pintu mobil bertanya apakah Na Ri mengemudikan sendiri sampai ke desa.
Na Ri mengatakan sengaja datang untuk memberitahu sesuatu saat keluar mobil, kakinya terlihat lemah.
“Apa kau mengemudi dalam kondisi
seperti ini? Bagaimana
kalau kau mengalami kecelakaan dan
menyakiti orang lain?”teriak Nan Gil marah
“Aku sampai dan masih hidup,kan? Kita tidak harus berkelahi
seperti pasangan. Mereka
tidak boleh tahu.” Kata Na Ri lalu mencoba
masuk rumah.
Diam-diam Duk Shim melihat dari kejauhan, dengan wajah
sinisnya mengatakan tidak
suka semuanya tentang Na Ri, dan mengeluh Nan Gil
yang tidak mengatakan kalau statusnya itu ayah
tirinya dan sesulit itukah untuk memperjelas semuanya.
Duk Bong melihat buku (Perbandingan
fasilitas rekreasi) lalu membahas
tentang Ketua
Kwon memperluas resort secara konyol menurutnya Setelah
hal itu ketahuan, maka beberapa
orang dari
keluarganya akan ditangkap. Soon Rye hanya terdiam, Duk Bong pikir lebih baik kembali
ke Amerika.
“Ketua Kwon melarang keluarganya
meninggalkan Korea.” Kata Soon Rye, Duk Bong
kesal dengan ayahnya yang bisa
melakukan itu Duk Shim mengirimkan pesan pada kakaknya
kalau Na Ri kembali ke rumahnya.
“Tentang ibu Na Ri yang tidak kau
sukai... Dia
kelihatan polos seakan tidak tahu tentang
uang itu, tapi
kapan dia membeli semua tanah itu?” ucap Duk
Bong
“Haruskah aku memeriksanya?” kata Soon Rye terlihat bersemangat
“Aku meminta kau untuk
memberitahuku apa yang
kau ketahui. Dan sudah
waktunya kau berhenti bersikap misterius.” Tegas Duk
Bong, Soon Rye mengatakan akan
memeriksanya dan bergegas pergi
Duk Bong heran dengan Soon Rye karena belum juga berhenti bersikap
misterius dan tidak ada
yang mendengarkannya. Duk Shim kembali
mengirimkan pesan “Aku bekerja di toko pangsit mulai hari ini.” Duk Bong mengeluh adiknya itu memang berantakan sekali.
Na Ri langsung meminum ari dari teko di kulkas, Nan Gil
mengeluh Na Ri yang tidak menelp saja jadi tidak
perlu mengendarai mobil sampai ke desa bahkan akan
melakukan penerbangan besok pagi. Na Ri tahu
jadi tak begitu ingat bagaimana bisa sampai ke tempat ibunya.
“Aku pasti sudah gila tentang Ko
Nan Gil.” Ungkap Na Ri
“Tapi tidak apa-apa karena kau
aman. Jangan
pernah melakukan hal itu lagi. Aku tidak ingin kau jadi
gila...” kata Nan Gil disela oleh Na Ri
“Aku mendengar kau pingsan di
depan Dong Jin.” Ucap Na Ri, Nan Gil
menyangkalnya merasa Dong Jin melebih-lebihkan.
“Kau juga pingsan di depanku.” Kata Na Ri, Nan Gil tetap mengelak kalau itu bukan
disebut pingsan dn Na Ri itu juga melebih-lebihkan.
“Aku mempertaruhkan hidupku untuk
datang ke sinis, ingin mendapatkan
jawaban. Jangan
bercanda. Hal yang
sama terjadi padamu dua kali. Jangan
mengatakan itu adalah alergi matahari dan
katakan saja yang sebenarnya, Ada apa denganmu?” Kata Na Ri
dengan wajah serius.
Nan Gil mendekati Na Ri lalu melihat dahinya berkeringat, merasa Na Ri itu pasti benar-benar
mempertaruhkan hidupnya. Na Ri meminta agar Nan
Gil Jangan
menghindari pertanyaan itu dan jawab saja. Nan Gil
langsung memeluk Na Ri dengan erat. Na Ri menegaskan tidak akan menyerah. Nan Gil tahu kalau Na Ri tidak
akan menyerah dan akan
memberitahunya, tapi meminta agar mereka tetap
berpelukan selama satu menit.
“Apa itu sesuatu yang serius?” tanya Na Ri, Nan Gil mengatakan tidak lalu mengandeng
tanganya untuk duduk bersama didepan meja makan.
“Ada seorang pemain bisbol yang
bernama Steve Blass. Dia
adalah seorang pelempar bola yang hebat. Suatu hari, tiba-tiba semua
lemparannya terpukul. Lengannya
tidak terluka, tapi dia
melempar bola dengan lucu. Sebuah
penyakit diberi nama menggunakan namanya.” Cerita Nan
Gil, Na Ri bingung apa yang dibicarakanya.
“Aku pikir, diriku memiliki penyakit Ko Nan Gil. Aku tidak sakit, tapi kadang merasa ada gejala
yang muncul.” Cerita Nan Gil. Na Ri pikir itu seperti gangguan panik?
“Ini adalah campuran dari gangguan
panik, gangguan
stres pasca-trauma, dan gangguan kecemasan. Kedengarannya serius karena
kata-kata yang hebat, Tapi
gejala itu tidak pernah muncul saat aku di sini.”
jelas Nan Gil
Na Ri bertanya apakah ganguan itu hanya terjadi di Seoul. Nan Gil membenarkan dan itu terjadi sampai sekarang. Na Ri bertanya apa yang akan dilakukan Nan Gil saat itu terjadi. Nan Gil mengatakan hanya
bertahan sampai bisa bernapas. Na ri bertanya apakah
sudah menemui dokter dan meminum obat, Nan Gil mengangguk.
“Aku juga punya pertanyaan. Bagaimana kau bisa mengkhawatirku saat kau berkendara ke sini sendirian? Apa kau pikir aku sakit parah?” tanya Nan Gil
“Aku fokus pada mengemudi dan
tidak bisa berpikir.” Ungkap Na Ri
“Tidak apa-apa kalau kau ingin
melarikan diri.” Ucap Nan Gil, Na Ri merasa
Nan Gil berpikir dirinya akan melarikan diri hanya karena sakit
“Aku menyesalinya. Aku seharusnya tidak meneleponmu untuk membawa bukunya. Aku seharusnya menyembunyikan
perasaanku darimu. Aku sangat senang merasa seperti bermimpi beberapa kali sehari. Tapi aku menyesa” Kata Nan Gil, Na Ri menanyakan alasanya.
“Aku menjadi penyakitnya. Itu terjadi... karena masa laluku yang gelap,
lembab, dan bau. Aku
menyesal, khawatir kau akan mengetahuinya.”kata Nan
Gil
“Mari kita tidak menggali masa
lalu masing-masing. Mari
kita mengabaikannya bahkan jika kita melihatnya. Aku juga tidak bangga dengan masa
laluku.” Ungkap Na Ri santai
Nan Gil menegaskan kalau yang dikatakan serius karena ini
kesempataan Na Ri untuk menjauh darinya. Na Ri pikir Pasti
sulit bagi pemain bisbol, karena semua
orang melihatnya, tapi
dia harus berdiri di sana tanpa bisa melarikan diri. Ia melihat Penyakit Nan Gil sepertinya jauh lebih baik dari itu karena memiliki tempat untuk
bersembunyi.
Nan Gil menanyakan tempatnya, Na Ri menyebut kalau itu
dirinya, karena Nan Gil membaik saat ada di sampingnya, jadi ia akan menyembuhkan Nan Gil, Nan Gil mengejek
Na Ri yang selalu suka pamer. Na Ri tiba-tiba berkata “Maukah
kau menikah denganku?” Nan Gil melonggo mendengar
seperti dilamar oleh seorang wanita.
“Aku seharusnya mengambil foto
dari wajahmu sekarang.”ejek Na Ri lalu mengeluarkan
tabung yang dibawanya dari Seoul.
“Ini sebuah puisi yang aku tulis
di kelas lima.” Kata Na Ri
Flash Back
Nan Gil masuk ke dalam kelas yang kosong, lalu diam-diam
mengambil puisi yang ada di dinding dengan judul ("Pernikahan" oleh
Hong Na Ri) setelah itu berlari menemui
Ibu Na Ri yang sudah menunggu di lapangan. Ia meminta agar Nyonya Shin Berjalan
perlahan-lahan, agar
tidak ada yang menyadari keberadaannya. Nyonya
Shin mengerti dan mengucapkan terimakasih.
“Kenapa kau memintaku untuk
mencuri?” tanya Nan Gil
“Na Ri mengatakan dia akan
merobeknya besok.” Ucap Nyonya Shin, Nan Gil
heran kenapa Na Ri ingin merobeknya.
“Anak laki-laki selalu
mengikutinya... dan
mengolok-olok denganmemintanya
untuk menikahi mereka.” Cerita Nyonya Shin, Nan Gil melihat kaau Mereka
kekanak-kanakan.
“Kau benar. Mereka kekanak-kanakan Tapi Nan Gil tidak
kekanak-kanakan.” Kata Nyonya Shin
“Na Ri yang kekanak-kanakan. Kenapa merobek hasil karyanya
hanya karena diolok-olok?” ucap Nan Gil
Nyonya Shin membenarkan dan memberitahu kalau sangat
suka puisi dengan judul ("Pernikahan"
oleh Hong Na Ri) jadi akan
menyembunyikan ini lalu memberikannya
kepada tunangan Na Ri nanti. Nan Gil pun meminta
agar Nyonya Shin menyembunyikan dengan baik dan memberikan padanya. Nyonya Shin
tersenyum dan berjanji akan memberikannya nanti.
Nan Gil melihat kembali puisi yang berjudul pernikahan.
Na Ri memastikan Anak
laki-laki yang membantu ibunya
mencuri puisi ini adalah Nan Gil. Nan Gil hanya
terdiam, Na Ri yakin itu pasti Nan Gil dengan bangga merasa seharusnya menjadi penyair karena Puisi ini sempurna. Nan Gil hanya tersenyum karena Na Ri kembali
membanggakan dirinya.
“Aku akan memberikannya kepadamu karena kau mencurinya untukku.” Ucap Na Ri
Yeo Joo masuk ke ruangan UGD, Si pemilik biro pernikahan menelp memberitahu
Yeo Joo kalau Ibu Dong Jin membatalkan pendaftarannya, karena anaknya akan pergi ke
Hong Kong bersama
seseorang, bahakn sudah
memperkenalkannya kepada teman-temannya dan berencana untuk segera
memperkenalkannya kepada
orang tuanya.
“Aku pikir kau akan segera
menikah. Selamat!” kata si bibi terlihat bahagia, Yeo Joo hanya bisa menangis
karena hubungan putus akibat kesalahanya sendiri.
Saat itu ibu dan ayahnya sudah ada di ruangan UGD, Sang
ibu memberitahu kalau suaminya itu mengatakan akan
mati, tapi tidur dengan nyenyak. Yeo Joo menatap ayahnya yang tertidur meminta agar berhenti membawa ke ruang gawat
darurat.
“Aku sudah memberitahumu bahwa
asuransi tidak
mencakup ini. Apa kau
tidak merasa kasihan kepadaku?” ucap Yeo Joo menangis
merasa tertekan dengan keadaan keluarganya.,
“Aku kasihan kepadamu. Bagaimana mungkin aku tidak
kasihan? Cepatlah
bertemu dengan seseorang agar kau bisa meninggalkan
Korea.” Kata ibunya, Yeo Joo hanya bisa menahan tangisnya.
Keduanya keluar dari rumah, Nan Gil merasa kalau Na Ri
itu sangat jatuh cinta kepadanya, karena mencuri
mobil temannya setelah
mendengar kalau ia pingsan. Na Ri mengelak kalau mencuri mobil. Nan Gil melihat na Ri yang mempertaruhkan
hidupnya dan bahkan tidak berpikir ada
pekerjaan besok.
“Kau mengatakan bahwa aku
membuatmu jadi gila. Apa
yang akan kau lakukan?” kata Nan Gil marah, Na Ri
teringat kembali kata-kata Yeo Joo “Laki-laki muda memiliki
lebih banyak harga diri daripada
yang kau kira.”
“Sekarang Dengarkan aku. Aku mengakuinya.... Aku mencuri mobil milik temanku, mempertaruhkan hidupku dengan
mengemudikannya, tidak
berpikir tentang pekerjaan, dan
gila tentangmu. Apa yang harus aku lakukan?” kata Na Ri
mengakuinya.
“Aku hanya memberitahumu untuk
sadar. Kenapa
kau mau mengakuinya?” kata Nan Gil binggung
“Tidak. Aku mengakui apa yang benar.” Kata Na Ri, Nan Gil terlihat gugup mengalihkan
pembicaraan dengan menawarkan dumpling karena hari ini adonan kulitnya dibuat
sangat enak.
“Jawab aku karena aku sudah
mengakuinya. Apa yang
harus aku lakukan?”kata Na Ri merengek.
“Baiklah... Aku menjadi sedikit gila
karena kau. Aku hanya
punya mata untuk satu gadis dalam hidupku. Aku bahkan tidak pernah melirik
gadis lain.” Tegas Nan Gil
Na Ri tersenyum mendengarnya karena Itulah jawaban yang diharapkan sambil memeluk pundak Nan Gil, meminta agar pacarnya itu
harus lebih sering mengatakan hal ini di dunia yang klise, lalu tiba-tiba keduanya saling berpandangan saat Na Ri
mengajak untuk makan dumpling bersama. Suasana terasa gugup dan Na Ri pun
melepaskan pelukanya.
“Jangan sampai sakit Dan jangan menahannya.” Pesan Na Ri, Nan Gil berjanji tidak akan melakukanya.
Keduanya berjalan keluar rumah dan Na Ri melihat spanduk
besar bertuliskan (Biarkan pembangunan ramah lingkungan menghidupkan kembali wilayah
kita!) Na Ri binggung melihat spanduk dari "Komite Promosi Pembangunan
Seulgi-ri?" dan bertanya kapan
didirikanya. Nan Gil mengatakn baru saja dan dibentuk secara tiba-tiba.
“Ayo kita pergi secara terpisah.
Masuklah lebih dulu ke restoran” kata Na Ri
“Mereka bahkan melihat kita
berpelukan jadi Bersikap
normal saja.” Ucap Nan Gil
“Kalau begitu apa kita harus bergandengan
dengan memegang lenganmu?”
goda Na Ri, Nan Gil buru-buru masuk ke dalam restoran.
Nan Gil masuk restoran dengan disambut manis oleh Duk Shim,
Na Ri pun masuk disambut oleh semua pegawai dengan senyuman. Duk Shim menatap
sinis melihat Na Ri yang datang dengan membawakan minum diatas meja menanyakan
apakah ingin beberapa pangsit, Na Ri mengajak mereka agar bisa bicara.
“Apa kau meminjam baju-baju dari
nona Soon Rye?” kata Na Ri, Duk Shim sedikit berpikir
dan mengerti yang dimaksud adala Nona Kwon, lalu membalasnya dengan sinis
kenapa menanyakanya.
“Apa kau sudah membuat surat
permintaan maafmu?” ucap Na Ri, Duk Shim
langsung bersikap ramah dengan memangilnya Unnie.
Nan Gil datang membawakan dumpling meminta agar memakanya
perlahan, Na Ri mulai memakanya bertanya
pada Duk Shim Apa kakaknya
tahu kalau ia bekerja di sini. Duk Shim mengaku sudah mengiriminya
pesan teks. Na Ri teringat dengan perkataan Duk Bong
agar meluangkan waktu karena ada yang haru dibicarakan.
“Kapan museumnya tutup?” tanya Na Ri, Duk Shim mengatakan Museum buka sampai malam.
“Kalau kau mengunjunginya, maka
dia akan sangat senang melihatmu.” Ucap Duk Shim ingin Na Ri segera pergi.
Na Ri akan pergi tapi Nan Gil lebih dulu datang menyuruh
Na Ri duduk kembali karena belum
selesai makan. Na Ri megatakan akan
pergi ke museum. Nan Gi menyuruh Na Ri tetap
duduk dan menyelesaikan
makannya. Duk
Shim yang melihatnya tak bisa marah hanya meminum air untuk meredakan amarahnya.
Na Ri menelp Duk Bong memberitahu kalau ada
di museum sekarang. Duk Bong seperti meminta agar Na Ri datang
keruanganya. Saat itu Na Ri melihat Soon Rye dan memanggilnya, lalu minta maaf karena datang
tanpa memberitahu. Soon Rye dengan sinis
mengatakan tak masalah
“Aku selalu berpikir semua
pakaianmu cantik dan Kau masih
kelihatan cantik memakainya.” Kata Na Ri
“Aku memakainya bukan supaya
terlihat cantik.” Balas Soon Rye sinis, Na Ri
pikir benar.
“Kau Harus ada alasan kenapa kau terus
mempertahankan gaya yang
sama. Katakan
kepadaku alasannya.” Ucap Na Ri, Soon Rye pikir
kenapa harus
mengatakannya
“Kau membuatku penasaran dengan
mengatakan... bahwa kau
memakainya bukan untuk kelihatan cantik.” Kata Na Ri
“Kalau aku memberitahumu, Apa kau akan menjual tanah Pangsit
Hong?” ucap Soon Rye mengajak berunding, Na Ri pikir kenapa ia
harus menjualnya
“Putrinya mirip dengan ibunya, kau lebih baik tinggalkan Nan Gil sendiri
agar dia bisa hidup bebas.” Tegas Soon Rye lalu
bergegas pergi.
Duk Bong melihat Na Ri yang sudah datang lalu mengajak
keruanganya. Na Ri bertanya pada Duk Bong apa yang Soon Rye
lakukan sebelum bekerja di museum. Duk Bong mengaku tidak tahu tentang masa lalunya dan berpikir haruskah bertanya padanya. Na Ri pikir tak
perlu membahasnya lagi.
“Kenapa kau tertarik kepadanya?
Dia membenci ibumu.” Kata Duk Bong heran,
“Dia memintaku untuk menjual
tanahku.” Ucap Na Ri, Duk Bong melihat Soon Rye itu sudah bekerja keras.
“Apa yang ingin kau katakan
kepadaku?” tanya Na Ri
“Duk Shim ingin menjadi lebih
dekat denganmu... saat
dia menulis surat permintaan maaf.” Jelas Duk
Bong, Na Ri binggung kenapa denganya.
“Setelah di dekat denganmu, maka dia akan memata-mataimu untukku. Aku yakin itu bukan pilihan kata
yang baik. Tapi Aku hanya
mengikuti apa yang dia katakan.” Jelas Duk Bong, Na Ri
merasa tidak memiliki banyak rahasia.
“Apa Kau bisa mengambil keuntungan
dari itu dan
menjadi mata-mata ganda? Berpura-pura
menjadi dekat dengan dia dan
memata-matai rahasianya untukku.” Ucap Duk
Bong
Na Ri binggung mendengarnya, Duk Bong ingin tahu apa terjadi sesuatu dengan adiknya di Seoul dan kenapa terus menyendiri tanpa
teman. Na Ri melihat Duk Bong itu seorang
kakak yang baik. Duk Bong mengelak kalau
adiknya sangat mengganggu dan ingin
mengusirnya.
Saat itu ponsel Duk Bong berdering dan wajahnya terlihat
tegang saat menerima telp, setelah itu memberitahu Na Ri Ada
sesuatu yang mendesak yang terjadi di keluarganya.
Na Ri mengerti dan pamit pergi. Duk Bong panik mencoba menelp adiknya tapi tak
diangkat lalu berpikir kalau adiknya itu
benar-benar bekerja di Pangsit Hong.
Duk Shim sedang asyik menatap Nan Gil yang sedang
mengaduk adonan kulit dumpling, wajahnya bersemu merah. Pesan dari Na Ri masuk
ke ponsel Nan Gil “Datanglah ke rumah kaca.” Senyuman Nan Gil terlihat dan bergegas pergi, lalu Duk
Shim sedih karena Nan Gil pergi meninggalkan restoran.
“Apa kau menemui teman dari
lingkunganmu?” tanya Nan Gil melihat Na Ri sudah
menunggu di padang ilalang
“Kau mengatakan kepadaku untuk
melakukan apapun
yang aku mau. Apa kau khawatir?” ejek Na Ri, Nan Gil
hanya terdiam lalu berjalan bersamaan, tangan mereka saling bersentuhan, keduanya
terlihat gugup dan Nan Gil ingin mengenggamnya tapi mengurungkan niatnya.
Duk Bong datang menemui adiknya, dengan nada marah karena
Duk Shim tak mengangkat telpnya. Duk Shim mengatakan sedang bekerja. Duk Bong mengajak adiknya untuk pergi ke Seoul. Duk Shim kembali mengajak kakanya agar bisa bernegosiasi.
“Jika Kau membiarkan aku bekerja, dan aku akan ikut ujian masuk
perguruan tinggi.” Ucap Duk Shim
“Jangan berdebat dan ikut saja.” Kata Duk Bong, Yoon Kyu melihatnya dengan wajah tak
percaya kalau si pemilik museum robot adalah kakak Duk Shim
“Aku tidak ingin pergi ke Seoul dan akan pindah segera setelah lulus.” Ucap Duk Shim
“Cepat! Kita harus pergi ke rumah sakit. Ibu dirawat di rumah sakit.” kata Duk Bong, Duk Shim terlihat shock bertanya ada apa
dengan ibunya
Duk Shim menangis sangat keras di mobil, Duk Bong melihat
adiknya menyuruh minum agar lebih tenang dan menyakinkan kalau Semua
akan baik-baik saja. Duk Shim tahu ibunya mengalami
gegar otak dan memikirkan nanti kalau tidak
mengenali mereka.
“Aku hanya mengatakan hal-hal
buruk kepadanya. Bagaimana
kalau dia tidak bangun?” ucap Duk Shim terus
menangis
Saat itu Yeo Joo sedang dirumah sakit untuk membayar
biaya rawat ayahnya, saat itu Duk Bong dan Duk Shim masuk ke dalam rumah sakit
dengan wajah khawatir. Yeo Joo melihat keduanya dan bertanya-tanya siapa wanita
yang bersama Duk Bong seperti kelihatan
tidak asing.
Na Ri melihat tanaman seladanya merasa semua sudah bukan bayi
lagi dan siap untuk dimakan. Nan Gil mengaku bekerja
keras untuk menumbuhkan semua itu, tapi
Na Ri hanya berpikir untuk memakannya. Na Ri mengaku cemberu dengan
semua tanaman seladanya, karena bisa mendengar dan melihat Nan Gil setiap hari.
“Ada aroma khusus di rumah kaca. Ini bau yang kuat dari tanaman
basah. Saat aku
merindukanmu, maka aku ingat
bau ini. Selada di
restoran mengingatkanku padamu. Mentimun
di Gimbap juga mengingatkanku padamu. Aku ingin lari padamu saat itu, tapi aku menahan diri. Aku menahan diri saat aku ingin
menelepon atau
mengirimimu pesan teks. Aku
menahan diri saat aku merindukanmu.” Akui Na Ri
“Kalau begitu aku bukan
satu-satunya.” Balas Nan Gil, Na Ri bertanya apakah
mereka harus
menyelesaikan semuanya
“Tentu, lakukan apapun yang kau
mau. Aku akan
baik-baik saja.” Kata Nan Gil
“Bisakah kau Menyelesaikan masalah registri
keluarga kita. Kita
jangan menjadi keluarga agar bisa bersama-sama.” Ucap
Na Ri
Nan Gil menolaknya, Na Ri pikir dugaanya benar karena Nan
Gil pasti akan
mengatakan tidak. Nan Gil mengaku butuh
waktu jadi Tunggu sampai menyelesaikan
semuanya. Na Ri heran kenapa Nan gil bisa
menolak gagasan itu tanpa berpikir, Nan Gil
hanya meminta agar Na Ri bisa menunggunya. Na Ri pikir harus
kembali sebelum hari gelap dan mengajaknya pergi.
“Apa kau ingat yang dibutuhkan untuk... hubungan jarak jauh seperti
langkah kaki petani?” kata Na Ri
“Aku akan mengirimimu pesan teks
dan mengirim foto dan
emoticon... bahkan
saat aku sibuk, akan meneleponmu. Jadi
datanglah kapan pun kau merindukanku. Aku
akan pergi menemuimu kapanpun jiak kau
ingin melihatku.” Ucap Nan Gil
“Aku akan menunggu mulai dari
sekarang.” Kata Na Ri, Nan Gil menarik lengan Na
Ri dan kembali memberikan ciumanya.
Keduanya berjalan dengan bergandengan tangan, tiba-tiba
Nan Gil melihat Tuan Bae yang sudah menunggu dengan Wan Shik. Lalu ia menyuruh
Na Ri agar pergi lebih dulu. Na Ri yang tak mengenalnya bertanya siapa pria
itu, Nan Gil menyuruh Na Ri agar cepat pergi saja. Na Ri menurut tapi menatapnya dari kejauhan. Tuan Bae
pun mendekati Nan Gil.
“Aku mengerti kenapa orang-orang
memperebutkan tanah ini. Ternyata pemandanga Cantik” ungkap Tuan Bae
“Aku tidak tahu kau akan datang
lagi ke sini.” kata Nan Gil sinis
“Saat kau semakin tua, maka kau menjadi cemas tentang hal-hal
kecil. Kata-kata seperti "Bagaimana
kalau seseorang mengambil sesuatu
dariku?" "Apa
yang harus aku lakukan dengan anakku yang
tidak mau mendengarkan?" Kalau aku sakit, maka aku akan sengsara.” Ungkap Tuan Bae
“Ayo kita cepat selesaikan ini. Ini akan mudah, melihat kalian
berpegangan tangan di
mana-mana.” Kata Tuan Bae
“Aku akan membayar biaya pokok dan biaya hukum kepadamu.” Ucap Nan Gil
“Kau mengatakan itu seolah-olah tidak
tahu cara
kerjanya. Bunga
yang sudah terlambat... maka tidak
bisa ditangani secara hukum.” Sindir Tuan Bae, Nan
Gil mengajak untuk bicara dikantornya. Na Ri tetap melihat dari kejauhan
“Aku tidak tahu kartu apa yang kau
miliki, tapi kau
tidak seharusnya terlibat dalam hal ini. Apa kau tahu... apa yang kau lakukan kepada Hong
Na Ri?” ucap Tuan Bae, Nan Gil mendekat bertanya apa yang sudah
dilakukanya pada Na Ri.
“Apa kau ingat insiden Euljiro
Printer? Dia jatuh
dari lantai dua dan meninggal... saat
melarikan diri.” Kata Tuan Bae, Mata Nan Gil
berkaca-kaca dengan tangan dikepalkan.
Flash Back
Seorang pria yang sedang ada diatap mengancam Nan Gil
agar tak mendekat, Nan Gil terlihat sudah berdarah dibagian kepalanya. Wan Shik
dkk datang, Si pria terlihat panik dan langsung melompat, Nan Gil tak bisa
mencegahnya dan melihat si pria terlihat meninggal dengan kepala penuh darah.
Tuan Bae pikir Nan Gil tak tahu siapa pria itu, Nan Gil
seperti merasakan gejala paniknya datang, Tuan Bae memberitahu kalau pria itu
adalah ayah Na Ri yaitu Hong Sung Kyu.
“Kau tidak seharusnya berada di
sini, berpura-pura
menjadi ayah Hong Na Ri.”kata Tuan Bae, Nan Gil
mendengarnya suara yang bergema.
Na Ri menatap dari kejauhan dengan gumaman puisi yang
dituliskanya, “Aku mencintaimu, awan seperti permen kapas. Aku mencintaimu, bunga-bunga liar
yang tersembunyi. Aku mencintaimu, sinar matahari yang
memantul di danau. Aku mencintaimu, pohon-pohon tinggi. Maukah kau menikah denganku?”
Bersambung ke episode 9
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar