Keluarga Jung sedang minum teh bersama, Ibu Joon Hyung
bertanya apda Jae Yi apakah sudah bicara dengan Joon Hyung karena kemarin didiskualifikasi lalu menanyakan keadaanya sekarang. Jae Yi memberitahu Joon Hyung akan
berkonsultasi dengan temannya.
“Benarkah? Ah. Lega sekali.... Itu bagus. Kami khawatir, tapi mencoba untuk tidak
memperlihatkannya.” Ungkap Ibu Joon Hyung
“ Latihan mental adalah hal yang penting untuk atlet. Itu
akan membantunya.” Kata Jae Yi
Saat itu Ibu Joon Hyung terlihat bahagia karena yang
sedang mereka bicarakan menelpnya, lalu mengangkatnya dengan wajah bahagia lalu
bertanya apakah sudah makan. Joon Hyung yang baru keluar restoran dengan Tae
Kwon memberitahu baru saja makan gurita dan meralatnya kalau makan pancake dan makan malam dengan Tae Kwon.
“Aku tidak akan terlambat. Aku tahu kau merindukanku. Tunggulah sebentar lagi. Aku mencintaimu, Ibu.” Ucap Joon Hyung seperti bahagia menelpnya.
“Apa Dia ibumu atau pacarmu? Dasar Kau memang anak mama.” Ejek Tae Kwon
“Memang benar. Aku sangat mencintai ibuku.” Balas Joon Hyung lalu memeluk temanya untuk segera
pergi.
Nan Hee yang mabuk terus bertingkah ingin foto selfie
dengan mengibas-ngibaskan rambutnya dengan memegang gelas birnya, tapi birnya
malah tumpah mengenai baju si pria. Bok Joo langsung meminta maaf karena
temanya mabuk, Si pria menyuruh agar mereka itu melakuakn sesuatu
dengan masalah minumnya.
“Biarkan saja mereka. Mereka hanya akan menhancurkan
suasana.” Kata temanya menyuruh agar si pria duduk kembali.
“Wanita harusnya diam di rumah. Kenapa mereka minum-minum di
luar? Hei.
Jangan pedulikan orang lain ketika
kau sedang minum. Mau
jadi apa kalian?” teriak si pria, Nan Hee
menyahut kalau mereka akan
jadi atlet angkat besi.
“Aish. Kalau kau adikku, maka aku akan menggunduli kepalamu lalu mengurungmu.” Ucap si pria marah, Bok Joo mulai marah mendengar
percakapan temanya.
“Aku mengatakan apa yang ingin
kukatakan. Apa Kau punya
masalah?” balas Si pria tak takut dan mengejek melihat ternyata
memang seorang atlet.
“Sudah lah... Para pengecut itu tidak
tahu apapun.” kata temanya menenangkan.
Bok Joo makin tak terima dianggap pengecut dan mengajak
agar bisa melihat siapa pengecut sebenarnya dengan nendang kursi, si pria kesakita hanya terkena
senggolan kursi, Nan Hee yang mabuk naik ke atas meja meminta agar mereka tetap
tenang.
Joon Hyung dan Tae Kwon masuk ke dalam restoran yang
sama, Tae Kwon mengeluh kalau di tempat ini gadisnya tidak
terlihat baik. Joon Hyung hanya merasa lelah jadi lebih
baik mereka minum
dengan cepat. Bok Joo mengejek pria itu memang
pengecut karena membicarakan
di belakang.
“Hei... Bukankah dia atlet angkat besi yang satu sekolah denganmu?” kata Tae Kwon melihat dari kejauhan. Joon Hyung pun
hanya melihatnya.
Bok Joo tetap tak terima, Sun Ok mencoba menahan Bok Joo
yang emosi dan Nan Hee sedang mabuk naik ke atas kursi. Si pria tidak
ingin bertengkar dengannya jadi menyuruh meminta
maaf dan pergi saja. Bok Joo merasa sudah meminta maaf dan lebih baik pria itu
saja yang pergi. “Apa kau bilang? Beraninya kau tidak sopan padaku? Kau yang enyah” ucap si pria, Bok Joo mengatakan tak mau
mereka pun mulai adu mulut. Nan Hee meminta agar mereka menghentikan
pertengkaran.
“Ah, dia sangat tidak sopan... Kau bukan wanita, Kau lebih jelek dari pria. Bahkan Wajahmu lebih buruk.” Ejek si pria
“Jangan merendahkan wanita.” Kata Bok Joo, Joon Hyung tak mau ikut campur mengajak
Tae Kwon agar segera pergi ke lantai atas.
Si pria mulai mendorong Bok Joo merasa tak mau mengalah
karena seorang wanita bahkan melihatnya tidak
terlihat seperti wanita karena memiliki dada yang rata. Bok Joo tak tahan ingin memukulnya, Nan Hee berteriak
marah kalau ia juga seorang wanita walapun gemuk. Sun Ok mendorong semua
temanya agar keluar dan Joon Hyung hanya menatapnya saja.
Sun Ok dan Bok Joo memapah Nan Hee agar bisa Berdiri
yang tegak harus
sadar lalu menyuruhnya untuk dudk di bangku. Nan Hee mengaku
sudah sadar tapi beberapa saat kemudian tubuhnya langsung jatuh tak sadarkan
diri. Sun Ok hanya bisa menghela nafas dengan memberikanya jaket.
“Ini Kacau sekali. Aku ingin kita bersenang-senang dan berada jauh dari sekolah. Anak-anak brengsek itu!” ucap Sun Ok kesal
“Maafkan aku. Aku tidak bisa menahan amarahku lagi.” Kata Bok Joo merasa menyesal
“Kau harus berhati-hati. Bagaimana kalau kau terkena
pukulannya? Kita
atlet angkat besi, tapi
mereka masih tetap pria. Mereka
terlihat seperti preman dan sangat
kasar. Kalian
semua kacau. Yang satu
suka bertengkar dan yang satunya mabuk. Aku tidak akan pernah
membiarkannya minum lagi.” Keluh Sun Ok yang harus
menyelamatkan dua temanya.
Si pria dan teman-temanya mengaku kalau hampir
saja memukul wanita. Teman lainya meminta agar si
pria bisa berhati-hati dengan ucapanya. Karena menurutnya tadi bukan wanita
tapi gangster, bukan wanita dan benci wanita yang agresif seperti
mereka.
“Meskipun mereka mudah didapatkan, aku akan menolak mereka.” Komentar yang lainya. Teman yang lainya melihat kalau
salah satu wanita itu terlihat cantik. Joon Hyung diam-diam mendengar ucapan
mereka dari lantai atas
“Wanita seperti mereka bisa jadi sangat
menarik dengan cara yang berbeda. Mereka
mungkin terlihat kuat pertamanya, tapi
lalu mereka jadi tunduk. Kau
tahu maksudku ‘kan.” Ucap Si pria
“Apa Kau tahu Kyung Shik? Pacarnya sangat gagah dan
badannya besar. Kyung
Shik bilang dia bukan main. Hei... Ayolah,
lebih spesifik lagi. Dibandingkan
dengan gadis kurus...” kata pria lainya
Saat itu Joon Hyung mendatangi si pria yang terus
mengejek Bok Joo langsung memberikan pukulan, kekacauan pun terjadi dalam restoran.
Nan Hee sudah bisa duduk tegak. Sun Ok menanyakan
keadaannya apakah sduah sadar. Nan Hee mengangguk kalau sudah sadar dan merasa
jauh lebih baik sekarang. Bok Joo melihat Nan Hee
memang sudah sadar karena bisa bicaranya dengannya.
Tiba-tiba Joon Hyung dan Tae Kwon berlari dari arah
restoran, Joon Hyung langsung menarik Bok Joo. Tae Kwon pun mengajak Nan Hee
dan Sun Ok ikut berlari juga, Semua pria yang dibelakang mereka terus
mengejarnya. Mereka pun harus berpisah arah dan beberapa pria mengejar Bok Joo
dan Joon Hyung tapi kehilangan arahnya.
“Kemana anak-anak sialan itu
pergi?” kata si pria marah didepan minimarket, terlihat dua
kepala yang ada dikolong meja. Mereka akhirnya berbagi tugas untuk mencari
keduanya.
Joon Hyung mengintip memberitahu kalau mereka sudah
pergi, ketika ingin keluar kepalanya terbentur. Bok Joo langsung panik
mengusapnya karena tahu pasti sakit. Suasana berubah jadi canggung, dan Bok Joo pun merasa
sikapnya berbeda. Joon Hyung pun mengajak Bok Joo untuk keluar dan kali ini Bok
Joo yang harus terbentur saat keluar.
Keduanya berjalan ke arah taman, Bok Joo mengaku kalau
berLari-lari seperti tadi membuatnya
mual. Joon Hyung bertanya apakah pergelangan
kaki Bok Joo baik-baik saja. Bok Joo merasa sedikit sakit tapi tak masalah untuknya,
lalu menayakan alasan mereka untuk kabur tadi.
“Aku penasaran kenapa aku kabur
denganmu. Aku pasti
sudah gila. Jadi Kapan kau
sampai disana? Apa kau
melihat yang terjadi?” ucap Bok Joo menduga
sesuatu, Joon Hyung terlihat binggung.
“Apa kau berkelahi... karena aku?” kata Bok Joo, Joon Hyung menyangkalnya.
“Kau mungkin tidak tahu ini, tapi aku tidak begitu setia. Aku tidak suka ikut campur dalam
urusan orang. “Menjauh
dari urusan orang lain dan orang
lain juga menjauh dari urusanku.”Itulah
motto-ku dalam hidup.” Kata Joon Hyung berusha
mengelak,
“Lalu kenapa kau kabur? Bukannya itu karena kau
berkelahi?” kata Bok Joo, Joon Hyung mengaku bukan
seperti itu.
“Aku pasti terlalu tampan
karena... mereka
terus memandangiku. Aku mengerti kalau mereka pergi keluar
untuk bersenang-senang, tapi
semua wanita menatapku.” Kata Joon Hyung bangga.
Bok Joo merasa tidak bisa bicara serius
dengan Joon Hyung, lalu mengutarakan karena sudah sudah berlari sejauh ini, membuatnya jadi tidak
terlalu banyak pikiran lalu mengucapkan terimakasih
pada temanya. Joon Hyung pikir tak masalah lalu bertanya apa yang dipikirkan,
apakah mungkin sesuatu yang rumit.
“Bagaimana kalau iya? Haruskah aku memberitahumu
tentang itu? Ah.... Aku pikir
kita tidak terlalu dekat untuk
bicara hal-hal seperti itu.” kata Bok Joo, Joon
Hyung pun setuju dengan masalah itu.
“Biarkan aku bertanya satu hal
padamu. Apakah
kepribadianmu sudah berubah atau
aku yang salah mengingatmu?” kata Bok Joo melihat
sikap Joon Hyung yang berbeda
“Tentu saja aku sudah berubah. Aku tidak bisa bertahan di dunia
ini jika aku
masih pemalu seperti dulu. Kau Jujur saja Bukankah
aku terlihat lebih menarik dari sebelumnya?” kata Joon
Hyung mengoda dengan sengaja mendekatkan wajahnya.
“Hentikan, jauhkan wajah itu
dariku. Dagumu
terlalu tajam.” Ucap Bok Joo seperti tak gampang
termakan godaan pria. Keduanya pun bersama melihat pemandangan kota seoul di
malam hari.
“Bicara tentang yang ada di
pikiranmu, jangan
memaksa dirimu sendiri untuk membuat kesimpulan. Berdasarkan pengalamanku, waktu akan menyelesaikan
semuanya.” Saran Joon Hyung, Bok Joo tak
memperdulikanya.
Bok Joo tertidur di kamarnya, terdengar teriakan Dae Ho
yang memanggilnya di pagi hari. Dae Ho sudah ada didepan rumah dengan mengelap
sebuah motor didepan restoran. Tuan Kim
dan juga Bok Joo kesal karena Dae Hoo sudah sangat
rebut di pagi hari lalu kaget melihat yang ada didepan rumah.
“Apa Kau tidak bisa lihat apa ini? Ini skuter dan sudah pernah dipakai. Tapi belum terlalu lama jadia masih bagus seperti baru. Lalu aku membuang skuter tua kita, karena Tidak ada yang mau membeli sampah
seperti itu, jadi aku
hampir tidak bisa menjualnya untuk 100 ribu won.” Jelas
Dae Ho, Bok Jo mencoba duduk diatas motor barunya.
“Bagaimana kau bisa mendapat uang
untuk membeli ini?” tanya Tuan Kim binggung.
“Aku komplain pada bosku. Aku mengatakan padanya untuk
membayarku atas
pekerjaan yang sudah ku kerjakan. Jika
tidak, ,maka aku bilang akan komplain pada stasiun penyiaran.” Cerita Dae Ho
“Jika kau jadi buruk di matanya, maka dia mungkin tidak akan memberimu
pekerjaan lagi.” Pikir Tuan Kim
“Aku bahkan tidak berpikir kalau a
memiliki bakat akting.
Aku hanya akan berhenti.” Ucap Dae Ho merasa tak
peduli dan tidak mau
membicarakan tentang itu.
Ia lalu menanyakan pendapat Tuan Kim tentang motor
barunya, Tuan Kim hanya diam. Dae Ho
memberitahu dengan bangga kalau kakaknya meniaki motor itu dan megendarainya
dengan menyalakan gasnya maka akan
terlihat sangat keren. Bok Joo juga memuji pamanya yang sangat keren hari ini dan sangat berkharisma. Tuan Kim mengakui kalau menyukainya.
Shi Ho berjalan dan berhenti didepan sebuah toko sepatu,
terdiam menatap ke dalam etalase.
Flash Back
Shi Ho mengajak Joon Hyung untuk masuk hanya melihat saja
dan Tidak akan lama. Joon
Hyung menolak karena mereka sudah telat, Shi Ho mengajak merkea melihat-lihat saja dan tidak
akan membeli apapun lalu menujuk bagian rak
dengan model sepatu yang baru..
“Ayo kita cari sepatu yang sama.” Ajak Shi Ho memlih salah satu sepau, Joon Hyung menolak
mengajak mereka pergi saja.. Shi Ho menanyakan alsaan Joon Hyung yang
menolaknya.
“Kenapa kita harus memakai sepatu
yang sama? Aku benci
itu. Itu memalukan.” Kata Joon Hyung lalu
memeluk Shi Ho dari belakang agar pergi.
Shi Ho mengerti dan meminta agar Joon Hyung melepaskan
pelukanya, Joon Hyung meminta Shi Ho berjanji agar tak membelinya. Shi Ho
berjanji tapi setelah dilepaskan ingin berlari ke bagian rak sepatu. Joon Hyung
langsung menarik dan memeluknya kembali agar mereka keluar dari toko sepatu.
“Yang itu juga akan terlihat
bagus... untuk
Joon Hyung.”ucap Shi Ho yang sendirian melihat
sepatu pada etalase dengan senyumanya.
Tuan Kim mengantar Bok Joo sampai ke kampus, wajah Bok
Joo terlihat bahagia saat turun karena mereka jadi lebih cepat sampai hanya memakan waktu 5 menit
kurang. Tuan Kim juga harus mengakui kalau motornya itu memang
bagus. Bok Joo berpesan pada ayahnya agar jangan
mengemudikannya terlalu cepat Dan
berhati-hatilah saat berbelok. Tuan Kim mengerti.
“Terima kasih tumpangannya, Ayah. Sampai jumpa.” Kata Bok Joo, Tuan Kim merogoh kantungnya dan
memberikan uang lembaran 5Oribu won dan memberikan pada anaknya. Bok Joo
binggung karena ayahnya tiba-tiba memberikan uang padanya.
“Kau terlihat tertekan terakhir kali aku melihatmu. Jangan hanya menghabiskan waktumu
dengan latihan. Pastikan
juga untuk menghilangkan stressmu. Pergilah
makan makanan enak bersama teman-temanmu,
dan belanja juga. Kau
juga harus pergi ke club
seperti gadis lainnya.” Kata Tuan Kim, Bok Joo
menolak merasa tak membutuhknya.
“Ah. Ambil saja, bodoh. Aku baru berpikir untuk membeli
skuter baru, tapi
pamanmu membelikan ini untukku. Stress
tidak baik bagi atlet. Jadi kau Pergilah
bersenang-senang, Pokoknya
harus. Pamamu
akan datang ke rumah sakit mulai sekarang, jadi jangan khawatir dan fokus
saja pada latihanmu. Kita
tidak memiliki terlalu banyak pelanggan saat siang,m jadi lakukan saja seperti itu. Mengerti?” kata Tuan Kim lalu pamit pergi,
Bok Joo hanya menatap sedih uang ditangannya, seperti tak
tega menerimanya. Joon Hyung dan Tae Kwon pun akan kembali ke asrama. Tae Kwon
mengeluh karena Bahunya
sakit sekali. Joon Hyung mengejek agar temanya membuat
beberapa otot kalau tidak makan sendi-sendinya terus-terusan bergeser. Tae Kown tahu tapi hanya malas saja.
“Ohh.... Sayangku, ternyata hanya kau satu-satunya yang mengkhawatirkanku.” Goda Tae Kwon dengan mengelus bagian dada. Joon Hyung
merasa jijik menyuruh Tae Kwon menjauh darinya.
Tae Kwon malah sengaja mengejek dengan memegang bagian
dada dan kabur masuk asrama. Joon Hyung mengejernya, lalu berhasil memiting
dibagian depan loker. Tae Kwon meminta agar Joon Hyung melepaskan karena harus
mengambil paketnya lebih dulu. Joon Hyung tak ingin dibohongi. Tae Kwon
menyakinkan dan akhirnya Joon Hyung melepaskannya.
“Aku sedang menunggu celana renang
yang baru ku beli.” Kata Tae Kwon
“Hei, apa kau belanja lagi? Tidakkah kau khawatir pada
ayahmu? Apa kau
bisa terus-terusan boros seperti ini?” ucap Joon
Hyung melihat banyak tumpukan kardus didepan loker.
“Jangan khawatir, teman. Mereka bilang kalau orang kaya tidak pernah benar-benar jatuh
miskin. Kau harus
menjalani hari ini seakan-akan
tidak ada hari esok.” Kata Tae Kwon lalu melihat
sebuah tas untuk temanya karena tertulis nama "Jung
Joon Hyung".
“Aku tidak sedang menunggu apapun.” kata Joon Hyung binggung dan melihat isinya sepasang
sepatu, Tae Kwon pikir terlihat sedikit aneh karena Tidak ada alamat pengirimnya dan Yang ada hanyalah namanya.
Shi Ho sedang berlatih senam sendirian, lalu ponselnya
berdering wajahnya terlihat bahagia menuruni tangga kampusnya. Dan ketika
keluar melihat Joon Hyung sudah menunggunya dengan tas yang berikkana, wajah
Shi Ho langsung berubah murung. Joon Hyung melihat Shi Ho yang datang langsung
mendekati dan mengembalikan sepatunya.
“Ternyata Kau bisa menebaknya.” Kata Shi Ho mencoba untuk tersenyum.
“Hanya kau satu-satunya orang yang akan mengirimiku hal-hal seperti
ini.” ucap Joon Hyung.
“Jika aku satu-satunya, bisakah
kau menyimpannya
dan memakainya?” pikir Shi Ho
“Tidak tahu juga. Aku berpikir untuk menyimpannya untuk waktu yang sangat sebentar, tapi aku pikir tidak bisa
menerima ini darimu.” Kata Joon Hyung
Shi Ho bisa mengerti karena tidak
tahu itu akan membuat Joon Hyung merasa tidak nyaman. Joon Hyung pun pamit pergi lebih dulu, saat itu Shi Ho
terlihat sedih karena Joon Hyung bahkan tak mau menerima hadiah darinya.
Bok Joo melihat lembaran uang ditanganya, lalu memukul
tanganya sendiri dengan mengumpat dirinya sudah gila kalau memang mendaftar
menggunakan uang itu. Suara dari hatinya
mengingtatkan kalau ayahnya memberikan uang hanya karena mengkhawatirnya.
“Dia harus mengendarai skuter tua berkali-kali untuk mendapatkan
uang ini. Bok Joo,
jangan lakukan apapun yang akan kau sesali.” Gumam Bok
Joo lalu akhirnya menaruh uang di dalam laci mejanya.
Bok Joo dkk kembali bertemu di atap, Nan Hee merasa sangat membosankan karena mereka bahkan tidak bisa minum
bir. Sun Ok merasa Nan Hee tak bisa lebih
prihatin dan memperingatkan Jangan berani membicarakan
tentang alkohol
untuk beberapa waktu ke depan. Bok Joo yang sedari
tadi hanya diam saja mulai berbicara.
“Temanku.... Mulai sekarang, aku akan berlatih lebih keras
lagi.” Ucap Bok Joo penuh semangat.
“Kau sudah berlatih cukup keras dan Kau yang berlatih paling keras
diantara kami.” Kata Nan Hee, Sun Ok juga merasa
seperti itu.
“Tidak... Aku terlalu bersantai akhir-akhir
ini. Aku akan
fokus mulai sekarang... dan
berlatih seratus kali lebih keras.” Ucap Bok Joo
“Wow, seratus kali lebih keras. Bok Joo mungkin bisa masuk
Taereung tahun ini, benarkan?” kata Nan Hee, Sun Ok pikir Taereung bukan hal yang sulit dan akan memenangkan medali emas.
“Aku Kim Bok Joo! Seorang bintang dalam dunia
angkat besi, Kim Bok Joo. Mulai
sekarang, aku akan fokus pada latihanku! Ya, aku bisa. Aku pasti bisa!” teriak Bok Joo, dari gedung sebelah bisa mendengar
kalau yang berteriak nama Kim Bok Joo. Sun Ok dan Nan Hee panik langsung
menutup mulut Bok Joo dan menariknya pergi.
“Benar. Lagipula selama ini aku tidak pernah memiliki seorang
pria dalam hidupku. Aku
Kim Bok Joo! Aku yakin ini terjadi untuk sementara. Waktu yang akan mengurus
semuanya. Aku harap
waktu cepat berlalu. Aku
benar-benar berharap.” Gumam Bok Joo
Bok Joo memakai tepung pada tangannya dan siap dengan
posisi mengangkat beban, pelatih Choi melihatnya menyuruhnya agar Fokus
pada pernapasannya. Bok Joo mulai
mengangkatnya, semua senior yang melihat memberikan semangat pada Bok Joo. Semua
berharap agar Bok Joo bisa berharap.
Setelah Bok Joo berhasil mereka semua memberika tepuk
tangan yang meriah, dengan memuji sangat kerena. Pelatih Yoon melihat Bok Joo sekarang
memiliki tekad yang cukup besar dan yakin Tim mereka sudah lama tidak mendapatkan
medali emas dan meminta mereka menduku Bok Joo agar dapat
medali emas.
Bok Joo memeluk dua temanya tapi malah membuat kepala
temanya menempel di dadanya, Sun Ok mengeluh karena sudah mengetahui temanya
itu lebih tinggi dari
mereka jadi meminta agar tak melakukanya. Bok Joo sengaja mengejek dengan
menengok ke kanan dan kiri seolah tidak
bisa mendengarnya.
“Hei, bagaimana menurutmu... kalau aku operasi kelopak mata ganda?” ucap Nan Hee.
“Kau terlihat seperti selebriti.... Park Myung Soo!” ejek Bok Joo lalu berlari kabur. Nan Hee mengeluh
temanya bisa berkata seperti itu.
Bok Joo bertanya apakah ia tak lapar, Nan Hee mengaku
lapar dengan penuh semangat memberitahu menu hari ini adalah omurice. Dari kejauhan Joon Hyung melihat dengan sepedanya, berkomentar Sepertinya
Gendut sedang dalam suasana
hati yang bagus wajahnya terlihat bahagia.
Pelatih sedang berbicara dengan Soo Bin kalau harus
bergabung dengan tim nasional ketika
kembali dari Russia. Soo Bin pun menyakinkanya,
Shi Ho akan masuk dan melihat pelatihnya sedang bicara dengan Soo Bin,
pelatihnya pun menyuruh Shi Ho masuk karena ada yang ingin dibicarakan.
“Apa kau bicara pada ibumu tentang
ini?” tanya pelatihnya.
“Ya. Aku pikir tidak akan bisa melakukannya kali ini.” kata Shi Ho menolaknya.
“Kenapa? Apa karena kau tidak
sanggup membayarnya? Apa
ibumu bilang ini terlalu mahal?” ucap pelatihnya.
Shi Ho melirik pada Soo Bin seperti memandang rendah
padanya, si pelatih pikir tak bisa berbuat apa-apa lagi. Soo Bin dengan mata liciknya padahal harap
Shi Ho bisa ikut dengan mereka dan membuatnya kecewa. Shi Ho membalas dengan
senyuman mengaku kalau juga merasa kecewa.
Shi Ho kembali ke kamarnya, Ibuny menelp bertanya apakah
anaknya mengatakan pelatih kalau tidak akan pergi ke Rusia. Ia memarahi Shi Ho yang memutuskannya
sendiri tanpa
mendiskusikannya. Shi Ho balik bertanya apakah ia
bisa pergi kalau memang melakuanya. Ibu
Shi Ho binggung anaknya tiba-tiba mengatakan hal itu.
“Kita harus membayar biaya kuliah. Bagaimana ibu bisa membayar tiket
pesawat, biaya
hidup, dan biaya sekolahnya? Kumohon,
Bu. Berhenti
memaksakannya jika memang ibu
tidak sanggup membayarnya. Itu membuatku lupa betapa
miskinnya kita.” Jerit Shi Ho lalu melempar
ponselnya dan menangis.
Shi Ho membawa tas sepatunya dan masuk ke dalam asrama
pria, semua pria yang bertelanjang dadan menjerit panik karena Shi Ho tiba-tiba
masuk ke dalam asrama. Sh Ho terus mencari-cari kesetiap sudut ruangan dan
akhirnya menemuikan Joon Hyung yang baru saja selesai mandi, langsung melempar
kotak sepatunya.
“Aku mengerti apa yang ingin kau
katakan, dan tahu
apa yang kulakukan salah. Tapi
jangan seperti ini padaku, seharusnya Tidak
terlalu sulit menerima ini. Terserah
kau mau memakainya atau membuangnya. Aku sudah memberikannya untukmu.” Ucap Shi Ho lalu berjalan pergi, Joon Hyung kaget
mendengarnya.
Jae Yi sedang memeriksa berkas pasienya, lalu teringat
dengan wajah Bok Joo yang tiba-tiba mengatakan “Apa kau
suka Messi?” lalu ia pun tertawa mengingatnya karena
selama ini tak pernah ada yang melakuknya.
Bok Joo dkk membereskan barang-barang setelah latihan.
Nan Hee mengeluh menurutnya tak ada gunanya
menerima anak baru
karena ketika mereka baru pertama kali masuk sudah membersihkan
semuanya. Tapi kenapa hari tahun ini malah membuat
peraturan untuk bergiliran membersihkannya.
“Kita hanya sedang tidak
beruntung. Woon Gi
Sunbae jadi kapten dan mengubah peraturannya.” Kata
Sun Ok membereskan handuk yang baru dipakai.
“Ayo makan dulu dan tentukan salah seorang dari kita yang akan
menyelesaikannya.” Ucap Nan Hee, mereka dengan
cepat mengeluarkan jarinya.
Bok Joo mengeluh karena selalu saja kalah, Nan Hee pun
penuh gairah bertanya menu makan siang mereka hari ini. Sun Ok memberitahu Semur
iga, muksabal, salad
buah, dan yogurt untuk makanan penutupnya. Bok Joo
memilih untuk menyanyikan lagu “Let it go, let it go” da mengubahnya jadi "let's
go" sambil mengepel bagian lantai.
Sun Ok mengajak mereka pergi saja sekarang, Nan Hee juga
merasa tempat mereka lebih bersih dibanding sebelumnya. Bok Joo juga mengajak
mereka pergi sebelum iganya habis. Dua temanya berlari keluar dan Bok Joo
mendengar bunyi ponselnya.
Jae Yi mengirimkan pesan pada Bok Joo “Kalau
dipikir-pikir, aku lebih
suka Ronaldo daripada Messi Semoga harimu menyenangkan-Dari Dokter Jung Jae Yi-”
Bok Joo jatuh lemas membaca pesan yang dikirimkan Jae Yi.
“Terkadang, ada perasaan kuat... dimana waktu dan alasan... tidak akan bisa membantu.” Gumam Bok Joo
Bok Joo langsung berlari keluar dari tempat latihan dan
meninggalkan dua temanya begitu saja. Nan Hee dan Sun Ok binggung kemana Bok Jo
akan pergi. Bok Joo terus berlari keluar dari kampusnya.
“Suatu hari, seekor
capung mengatakan ini pada seekor ngengat... yang tertarik pada api. "Kau tahu
kalau api adalah jebakan yang dipasang oleh manusia. Kau tidak hanya hidup untuk satu hari sepertiku. Kenapa kau mau melemparkan dirimu sendiri ke dalam
api padahal kau tahu kau akan mati?”
“Ngengat itu
berkata, "Api itu sangat indah sehingga aku rela melemparkan diriku sendiri ke dalamnya. Tidak ada keindahan tanpa rasa sakit." Akankah jalan ini mengarahkanku pada lubang api? Aku sedikit takut, tapi aku akan menjalani jalan ini. Aku akan berlari ke arahnya.”
Bok Joo sudah ada di penyebrangan jalan dan matanya
dibuat kaget saat melihat Jae Yi sudah ada diseberang jalan juga, perlahan
berjalan menyebrangi jalan dan Jae Yi pun sadar bertemu kembali dengan Bok Joo.
Bok Joo berpikir kalau hanya halusinasinya mencoba menyentuh bagian pundaknya,
Jae Yi binggung tiba-tiba Bok Joo memegangnya.
Saat itu bunyi lonceng kembali terdengar untuk Bok Joo,
Jae Yi menanyakan keadaan Bok Joo yang melonggo menatapnya lalu tersadar mereka
sudah terjebak di tengah-tengah. Ia pun menarik Bok Joo agar tak tertabrak
mobil.
“Wah. Kau bahkan berbicara
sekarang. Aku pasti
sudah gila.” Kata Bok Joo seperti berpikir kalau
hanya halusinasinya, lalu mencoba kembali memegang bagian pipi untuk
memastikanya.
bersambung ke episode 4
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar