Nan Gil tersenyum meliat Na Ri yang keluar dari rumah, Na
Ri menyuru Nan Gil segera masuk ke dalam rumah, Nan Gil mengerti tapi saat
berjalan malah jatu ke pundak Na Ri. Tangan Na Ri refleks memeluk Nan Gil
karena takut jatuh, wajahnya terlihat tegang seperti merasakan sesuatu.
“Na Ri.... Percaya saja kepadaku.... Percayalah kepadaku.” Ucap Nan Gil seperti orang yang mengingau dalam
tidurnya.
“Dia ingin aku percaya tentang apa
kepadanya?” kata Na Ri binggung.
Sebuah mobil lewat, Nan Gil buru-buru mendorong Na Ri
agar tak tertabrak tapi akhirnya malah ia jatuh berbaring ditanah dengan
keadaan mabuk. Na Ri panik menanyakan keadaan Nan Gil. Ternyata mobil Duk Bong yang
tak sengaja berjalan tanpa melihat ada orang lalu keluar melihat keadaan Nan
Gil.
“Kenapa kau mengemudi dengan
begitu ceroboh... Dia
hampir terluka, kau harusnya lebih berhati-hati.” Teriak Na Ri kesal lalu tersadar kalau orang itu adalah
Duk Bong
“Maafkan aku. Tadi terlihat sangat gelap, jadi aku tidak
melihatmu.” Kata Duk Bong mengaku salah
Nan Gil bangun memegang lengan Na Ri memastikan kalau
anaknya itu baik-baik saja, Na Ri mengaku kalau ia baik-baik
saja. Duk Bong merasa bersyukur karena tak satu
pun dari mereka yang
terluka.
“Apa yang kau lakukan di malam
hari? Ini bukan
hanya kesalahanku.” Teriak Duk Bong melihat
keduanya terlihat sangat dekat, Na Ri buru-buru melepaskan tangan Nan Gil dan
Nan Gil merasa kalau ia mabuk lalu masuk ke dalam rumah dengan berjalan
sempoyongan.
Duk Bong mencium bau badan Na Ri bertanya apakah ia juga
minum, Na Ri mengaku kalau hanya minum
sedikit karena hari Ini ulang tahun ibunya, Duk Bong mengejek kalau bukan hanya sedikit tapi
banyak, karena bau alkohol yang sayang menyengat.
“Kenapa kau menunjukkan cintamu
kepada keluarga di
jalanan?” keluh Duk Bong kesal
“Ah.... Kita ada di jalanan.... Aku kira kau boleh pergi
sekarang.,,, Berkendara
dengan aman.” Ucap Na Ri ramah dengan senyuman lalu
“Apa dia lucu karena sedang mabuk?” kata Duk Bong seperti merasakan sesuatu saat melihat Na
Ri tersenyum,
“Maaf. Na Ri.... Aku akan ke Seoul sebagai
pengacaramu dan akan
mengajukan keluhan ke pengadilan. Pertarungan
akan dimulai sekarang. “ kata Duk Bong, Na Ri tak berkomentar memili untuk bergegas
masuk ke dalam rumah.
“Dia selalu mengatakan apa yang
dia mau tapi
tidak pernah merespon.” Kelu Duk Bong masuk ke
dalam mobilnya lalu pergi. Sementara Duk Shim keluar dari persembunyian mengumpat
sinis pada Na Ri adala si Penyihir yang menggoda semua
orang dan memiliki pria di semua tempat.
Nan Gil mencuci wajahnya agar sadar dari mabuknya, lalu
melihat Na Ri yang masuk dan berteriak supaya Na Ri berhenti melangkah. Na Ri
pun berani menatap ayahnya. Nan Gil mengaku
benci untuk minum,
karena menjadi bodoh saat minum dan menjadi mabuk sangat
mengganggu.
“Aku hanya tidak bisa mengerti. Kau memanggil pecundang itu untuk membuatku minum, kan?” kata Nan Gil,
“Kenapa kau ingin membuatku mabuk?” ucap Na Ri menyangkalnya.
“Biarkan aku memberimu peringatan
sebagai ayah tirimu. Berhenti
bersikap seperti kau baik-baik saja. Ini
tidak seperti kau putus setelah satu atau dua tahun. Kau pasti sudah melalui begitu
banyak hal bersama-sama. Lalu Dia juga ada di sana saat
pemakaman.Aku yakin hatimu terasa sakit. Masa lalu pasti membuatmu merasa
sakit.” ucap Nan Gil, Na Ri lalu bertanya lalu apa yang dinginkanya.
“Jangan hanya marah, Tapi Hibur dirimu... dan lihat ke dalam dirimu. Bermeditasi dan temukan
kedamaian.” Kata Nan Gil
“Kau bilang "Jangan
hanya marah. Renungkan
dan menemukan kedamaian."” Ucap Na Ri sedikit
memikirkanya dan akhirnya menyetujuinya, dan kembali bertanya apa lagi, Nan Gil
mengataan “Memaafkan” Na Ri
binggung.
“Aku tidak akan pernah menerima
tikus itu! Tidak
saat aku masih hidup! Kau
bersikap menyebalkan. Disaat
aku mencoba untuk membantu kalian bisa
kembali bersama-sama. Jadi Mulai
hari ini, aku tidak tahan lagi kepadanya!” tegas Nan
Gil
“Apa yang tidak bisa kau tahan
lagi?” tanya Na Ri heran
“Dia plin-plan, berbohong, dan tidak
tahu... betapa
beruntungnya dia. Dia
tidak bisa menangani minuman keras... dan
tidak bisa mengendalikan dirinya pada usianya.” Ucap
Nan Gil marah
Na Ri tersenyum mendengarnya seperti memiliki orang yang
membelanya, Nan Gil malah melihat ucapanya menyinggung Na Ri, dan mengeluh Dong
Jin itu memiliki senyum yang aneh dan berisik saat makan. Na Ri berjalan pergi sambil berkata kalau boleh
mencoba semua cara yang bisa dilakukan Nan Gi, tapi tetap saja tidak
bisa mempercayainya.
“Dia mengatakan, "one shot," tapi tidak menyelesaikan
minumannya. Bahunya
juga tidak rata. Coba Lihatlah
teman juniormu. Dia
harus datang jauh-jauh ke sini untuk
mengantarnya pulang. Pria itu tipe
yang akan membuat pasangannya menderita.” Ejak Nan
Gil, Na Ri melirik sinis. Nan Gil ingin pergi tapi Na Ri menyuruhnya untuk
berhenti.
“Kau bilang Teman juniorku? Kurasa kau sangat mabuk. Yah.. Kau Begitu mabuk sampai tidak bisa berjalan lurus. Tapi kau melihat teman juniorku
dengan sangat teliti.” Kata Na Ri menyindir
“Tidak, tidak. Aku tidak tahu
siapa yang kau maksud.” Kata Nan Gil menyangkal
“Apa itu mematahkan hatimu karena
teman juniorku yang
malang...harus datang jauh-jauh ke sini untuk mengantarnya pulang?” ejek Na Ri, Nan Gil berpura-pura kepalaya terasa sakit.
Yeo Joo akhirnya mengemudi sampai Seoul dan berada
diparkiran, lalu melihat Dong Jin tertidur pulas di kursi belakang dan berusaha
menyadarkanya, tapi Dong Jin tak juga terbangun. Ia membuka pintu mobil
belakang kembali memanggil Dong Jin agar bangun, tetap saja pacarnya itu tak
bergeming. Si rubah yang licik pun mencari sesuatu dari badan Dong Jin, dan
menemukan ponsel lalu mengecek dibagian pesan dengan ibunya.
“Dong Jin.... Na Ri tidak menjawab teleponnya.” Tulis ibunya, Dong Jin membalas “Dia
sedang sibuk.”
“Bagaimana perencanaan
pernikahannya?” balas ibunya, Dong Jin mengatakan
sedang dipersiapka
“Apa sesuatu terjadi pada Na Ri?” tanya ibunya “Dia tertekan karena ini
hari ulang tahun ibunya.” Balas Dong Jin
“Aku harus pergi menemuinya.” Tulis ibunya, Dong Jin pikir nanti saja lain kali.
Yeo Joo terlihat sangat marah, lalu mencari folder foto
dan masih menyimpan foto Dong Jin dan Na Ri, buru-buru ia memilih semua foto
bersama Na Ri dan langsung menghapusnya, setelah itu memasukan kembali pada
saku celana dan meninggalkan di parkiran.
Duk Shim sudah menganti pakaian lalu dengan sengaja
melompati pagar rumah Na Ri dan masuk ke dalam kamar Nan Gil. Sementara Na Ri sibuk membuat kunci dari tutup
kaleng tuna yang sudah membuatnya dari selotip. Duk Shim melihat Nan Gil sedang
tertidur dan sempat membiarkan, tapi akhirnya ia menutup Nan Gil selimut dan
juga bantal. Nan Gil sempat terbangun
samar-sama matanya seperti melihat Na Ri yang keluar dari kamarnya.
Na Ri berhasil membuat kunci keluar dari rumahnya, Duk
Shim buru-buru bersembunyi di semak-semak. Na Ri memastikan dari kamar Nan Gil
lebih dulu kalau ayahnya tertidur pulas, lalu kembali ke dalam rumah. Duk Shim
berdiri didepan pintu langsung bersandar di dinding. Na Ri seperti tak
menyadari karena gelap.
Akihirnya Na Ri pun masuk ke dalam gudang dengan kunci
yang dibuatnya, saat itu Duk Shim mengambil kesempatan dengan wajah penuh
dendam langsung menutup pintu dan menguncinya. Na Ri panik berteriak bertanya Apa ada
seseorang di luar sana karena dirinya terkunci di
gudang. Duk Shim dengan sinis kalau perang dimulai dan mengumpat kalau Nan Ri itu
playgirl. Na Ri berteriak
memanggil Nan Gil karena berpikir ayahnya itu yang menguncinya.
Nan Gil terbangun dari tidurnya lalu tersadar ia sudah
tertidur dengan mengunakan bantal dan juga selimut, lalu bertanya-tanya jam
berapa sekarang. Ia pun pergi ke meja kerja ingin melihat ponselnya, pesan masu
ke dalam ponselnya (2 upaya masuk yang gagal) dan waja Na Ri terlihat dari depan komputernya.
Nan Gil ingin menghapus fotonya, tapi melihat wajah Na Ri
yang terlihat jelas akhirnya tersenyum dan membiarkanya. Ia mengambil minum di
dapur, lalu teringat semalam bersama Dong Jin yang mabuk memanggil Na Ri lalu
menariknya sampai keluar dari rumah untuk sampai ke dalam mobil. Dan jatuh ke
pelukan Na Ri. Nan Gil terlihat kesal sendiri karena tingkahnya yang mabuk
membuatnya menjengkelkan.
Nan Gil menyiram tanaman, lalu menatap rumah Na Ri
berpikir apakah ia harus membangunkanya sekarang, tapi menurutnya tak perlu
Pikiran kembali berubah kalau harus membangunkannya. Sementara Na Ri menahan dingin tidur dengan beralaskan
koran dan juga kain tipis didalam gudang.
“Na Ri.... Sudah waktunya untuk bangun. Apa kau merasa baik-baik saja? Apa kau ingin minum air?” ucap Nan Gil didepan pintu, tak ada sahutan lalu saat
membuka pintu kamar tak melihat siapapun.
“Dia
sudah pergi... Aku
harap aku tidak melakukan sesuatu yang salah.” Kata
Nan Gil keluar dari rumah, Na Ri terbangun mendengar ada suara dan langsung
berlari ke depan pintu gudang.
“Hei, Nan Gil!!!! Keluarkan aku!!! Nan Gil, kau dengar aku ‘kan? Aku tahu kau ada di sana!” teriak Na Ri marah. Nan Gil yang mendengar suara Na Ri
langsung mendekati pintu gudang.
“Apa yang kau lakukan di sana? Bagaimana kau bisa masuk? Pintu Ini
terkunci.” Kata Nan Gil binggung, Na Ri menyuruh
Nan Gil segera membukakan pintunya.
Nan Gil membuka pintu dan Na Ri buru-buru keluar seperti
tak ingin terkunci di dalam. Nan Gil
binggung Kenapa Na Ri tidur
di gudang. Na Ri malah marah karena Nan Gil melakukan ini
padanya, karena menurutnya percobaan
pembunuhan.
“Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Bagaimana kalau aku mengalami
serangan jantung atau
ada api di dalam gudang? Aku akan mati di dalam gudang!” teriak Na Ri marah
“Aku... Aku tidak tahu... Apa yang terjadi?” ucap Nan Gil bingung
“Jangan katakan kalau kau pingsan, Kau tidak ingat, kau tidak tahu
apa-apa atau
sesuatu seperti itu.” teriak Na Ri kesal
“Apa kau mengatakan kalau aku menguncimu di sana? Kenapa aku harus melakukannya?” tanya Nan Gil heran
“Niatmu mungkin tiba-tiba muncul Atau mungkin kau berpura-pura
mabuk.” Ucap Na Ri
Nan Gil menegaskan bukan ia yang melakukannya, lalu bertanya apaka ia yang menyeret Na Ri ke gudang
lalu menyeretnya, lalu menunjuk kunci miliknya dan menemukan kunci palsu yang
dibuat Na Ri. Na Ri langsung pura-pura merasa kedingin dan tak tahu apapun.
“Jadi Kau membuatku mabuk untuk
mendapatkankunci itu, kan? Ini Sangat Jelas,
kau menggunakan pemantik api dan menaruh
isolasi di atasnya. Sebenarnya Ada
apa denganmu? Apa kau melihatnya di internet?” ucap Nan Gil marah Na Ri memastikan kalau memang bukan Nan Gil yang
melakukanya.
Nan Gil pikir dirinya itu tak munkin melakukan itu, lalu
teringat Tadi malam, bertanya
apaka Na Ri tidak datang ke kamarnya. Na Ri mengatakan kalau ia terkunci tapi Nan Gil
yakin kalau seseorang ada di kamarnya. Keduanya saling menatap bertanya-tanya siapa
sebenarnya yang datang dan masuk ke dalam kamar Nan Gil serta mengunci Na Ri.
Duk Shim pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, tatapan
sinis saat melewati rumah Na Ri. Sementara Na Ri dan Nan Gil sedang mengamati
jejak didepan gudang, Nan Gil melihat adalah jejak sepatu pria dan mengatakan kalau itu jejak miliknya.
Na Ri juga melihat jejak kakinya dan menemukan sebuah
jejak kaki dan itu terbukti kalau Nan Gil adalah pelakunya. Nan Gil menegaskan
kalau ini jejak kaki baru, lalu melihat kembali jejak kaki lain dengan ukuran yang
kecil.
“Apa itu seorang wanita?” ucap Na Ri menduga-duga, Nan Gil berpikir mungkin Seorang
pria dengan kaki kecil, Na Ri yakin kalau itu
seorang wanita. Nan Gil tiba-tiba menengok dan keduanya saling menatap begitu
dekat.
Na Ri langsung menjaukan badanya terlihat gugup dan berpura-pura
merasa kedinginan dan bergegas pergi. Nan Gil tersenyum melihat tingkah Na Ri
yang terlihat gugup.
Nan Gil membawakan secangkir air saat Na Ri baru keluar
dari kamar mandi. Na Ri pun langsung meminumnya lalu melihat Nan Gil sudah
memakai pakaian yang rapih, lalu meminta Nan Gil menunggu kalau memang mau
pergi ke tempat ibunya. Nan Gil setuju karena Na Ri bisa pergi ke Seoul dari
tempat ibunya.
“Kau menyukainya kalau aku pergi
ke Seoul, tapi Aku tidak pernah kembali.” Tegas Na Ri marah
“Dia tidak memiliki kontrol atas
emosinya.” Keluh Nan Gil.
Dong Jin sudah tertidur di lantai mobilnya, lalu
terbangun dan kebingungan karena sudah ada didalam mobil lalu merasakan semua
badanya terasa sakit ketika bangun. Ia pun masuk ke dalam rumah ruma dan
dikagetkan dengan Yeo Joo sudah ada didalam rumahnya, Yeo Joo kembali berakting
dengan mata berkaca-kaca.
“Kau pasti tidak ingat apapun.” ucap Yeo Joo sedih, Dong Jin bertanya seperti tak
percaya kalau Yeo Joo mengemudikan mobilnya sampai ke seoul.
“Aku tidak bisa membawamu ke atas sendirian, tapi aku tidak bisa meminta
bantuan orang lain pada
saat itu, jadi aku
harus datang ke kamarmu sendirian. Aku membuat beberapa sup, jadi makanlah untuk sarapan.” Ucap Yeo Joo sengaja ingin memberikan perhatian, Dong
Jin melihat sudah terlihat makanan yang tertata rapih.
“Sejujurnya, Aku tidak ingat apapun dari
semalam” ucap Dong Jin, Yeo Joo mengaku kalau Tidak
ada yang terjadi tadi malam dengan melakukan
gerakan merapihkan bajunya. Dong Jin terlihat panik karena berpikir sesuatu
pasti terjadi.
“Kalau bukan karena aku, Adik Na Ri mungkin sudah
membunuhmu.” Kata Yeo Joo, Dong Jin binggung dengan
Yeo Joo yang menyebutkan adik Na Ri
“Dan Juga, kau perlu untuk memperbaiki
mobilmu. Na Ri dan
adiknya seperti preman...” kata Yeo Joo marah lalu
tersadar kalau ia harus bersikap manis didepan Dong Jin
Dong Jin seperti merasa shock karena benar-benar tak
ingat apapun, Yeo Joo pikir mereke harus menerima entah
mereka memukul.. atau
memarahi kita karena memang melakukan kesalahan. Dong Jin ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi, Yeo Joo
mengaku tidak
banyak bicara dan tidak
bisa memberitahunya karena seharusnya
tidak membicarakan ini.
Yeo Joo keluar dari kamar dengan senyuman liciknya, Dong
Jin yang masih kebinggungan berteriak memanggil Yeo Joo sebelum masuk ke dalam
lift. Ketika menarik tangan Yeo Joo, Yeo Joo merasakan kesakitan dan terlihat
dibagian pergelangan tangan suda di beri penahan rasa sakit. Dong Jin langsung
panik bertanya siapa yang melakukan padanya. Yeo Joo tak menjawab memilik pergi
dengan senyuman rubahnya, Dong Jin pun pasti berpikir Na Ri melakukan sesuatu
yang kejam pada Yeo Joo.
Na Ri dan Nan Gil melakukan doa untuk ibu Na Ri di tempat
abu ditempatkan. Na Ri terlihat bersin-bersin dan masih merasa kedinginan, Nan
Gil memberikan minuman hangat sambil mengeluh kenapa Na Ri pergi ke gudang
padahal sudah mau musim dingin.
“Aku tidak perlu menyembunyikan
apapun, tapi aku
pikir ada begitu banyak rahasia di rumahku.” Ucap Na
Ri, Nan Gil pun tak peduli
“Kita sudah melalui beberapa
masalah sejauh ini, tapi
terima kasih karena sudah bersamaku untuk
ulang tahun. Satu
tahun sudah cukup, jadi
kau bisa berhenti di sini.” kata Na Ri, Nan Gil
binggung apa yang ingin dikatakan Na Ri sebenarnya.
“Kau masih muda. Apa kau ingin tinggal di sini
selama sisa hidupmu?” kata Na Ri heran
“Sudah aku katakan....Aku akan tinggal di sini sampai
pohon di pinggir danau tumbuh
tinggi.” Ucap Nan Gil.
Na Ri ingin tahu Ada apa
dengan pohon itu dan menjadi ayah tirinya
sekarang. Nan Gil ingin Na Ri mendengarkan perkaatan sekarang karena
benar-benar berkata sangat serius, bertanya Apa yang
akan terjadi bila petani membeli sekop, yaitu
pertani akan membalik tanah, menabur, dan pada akhirnya
panen. Na Ri setuju dengan itu.
“Tidak ada yang mengharapkan bahwa
dia akan memukul
seseorang dengan itu. Karena
itulah aku menjadi ayah tirimu.” Tegas Nan Gil, Na Ri
benar-benar tak mengerti.
“Dan jangan menggeledah kamarku
lagi.” Perintah Nan Gil, Na Ri kaget karena Nan Gil bisa
mengetahuinya
“Begitu juga tempat-tempat lain juga. Kau tidak akan menemukan apapun.” tegas Nan Gil.
“Apa kau yakin tidak ada yang bisa
ditemukan? Apa kau
tidak berpikir bahwa aku menemukan sesuatu.. yang bisa menjadi petunjuk dari
gudang?” sindir Na Ri
Nan Gil menyuruh Na Ri Berhenti
menggertak, karena hanya bisa menggigil kedinginan. Na Ri bisa mengerti dengan memikirkan
siapa yang menguncinya sampai menggigil
sepanjang malam dan punya
waktu karena ada banyak hal untuk diselidiki.
“Aku mengambil kembali kata-kataku
bahwa aku tidak
akan pernah datang kembali... ke
rumah itu, karena itu rumahku. Aku
akan datang kembali setiap kali aku mau, jadi sebaiknya kau siap.
Mengerti?” ucap Na Ri sedikit mengancam lalu
berjalan pergi, Nan Gil langsung berpulang.
Restoran Hong sudah penuh dengan pelanggan, Yong Kyu
melihat Nan Gil pulang terburu-buru merasa tidak
seperti ada di
masa muda yang
penuh badai dan bertanya-tanya Kenapa
Nan Gil begitu agresif hari ini. Nan Gil mencari petunjuk di gudang, terdengar teriakan
dari jendela diatas gudang.
“Apa yang kau lakukan di sana? Kita memiliki cukup isian tapi
tidak cukup adonan kulitnya” teriak Yong Kyu,
Nan Gil hanya bisa menghela nafas panjang karena harus menundanya.
Na Ri di dalam bus melihat video marketing yang dibuat
oleh Nan Gil dengan model Yong Kyu “Kita hanya membuat pangsit
buatan tangan. Rahasia
Pangsit Hong dimulai dari adonannya.” Sampai promois
memulai layanan pengiriman nasional dan Beli 1 dan gratis 1. Na Ri heran tak melihat Nan Gil dalam video lalu melihat
salah satu foto dan ingin memperbesar gambarnya, lalu tersadar dengan pikiran
kalau tak boleh melakukan itu.
Duk Bong bertemu dengan seorang dokter psikolog, dengan
bertanya apa Duk Bong
tertarik pada pria. Duk Bong balik bertanya
apakah ayahnya, ketua Kwon yang ingin bertanya tentang Hal itu. Dokter Lee
membenarkan. Duk Bong mengaku kalau “sudah menyelidiki seorang
pria selama
beberapa bulan. Dokter Lee terlihat kaget
“Tempat ini memang bagus, tapi
kenapa butuh waktu begitu lama? Dia Benar-benar
pria yang misterius.Aku mulai penasaran...untuk mengetahui semua tentang dia, bahkan Segala sesuatu tentang dia.” Cerita Duk Bong, Dokter Lee terlihat sedikit ketakutan.
“Masalahnya adalah... dia memiliki seorang anak
perempuan.” Kata Duk Bong sengaja membuat
penasaran, Dokter Lee menyimpulkan pria itumemiliki seorang anak perempuan
Duk Bong teringat saat Na Ri mengatakan dengan senyuman “Aku
kira kau boleh pergi sekarang, Berkendara
dengan aman.” Lalu ia pun tersenyum sendiri
mengingatnya. Terdengar bunyi suara bel, Duk Bong pikir Waktu
berjalan cepat dan pamit pergi.
Dokter Lee langsung menuliskan catatan dikomputernya, Duk
Bong tiba-tiba sudah ada disampingnya ingin memastikan Dokternya tidak menceritakan kisahnya kepada siapa pun, Dokter Lee mengatakan kalau tak akan melakukanya.
Na Ri sedang bersiap-siap dengan pakaian ke dalam koper,
Duk Bong menelep menanyakan apakah Na Ri sudah sadar sekarang, Na Ri mengaku
kalau kemari malam tak ada ada artinya sambil memakan kimbap yang dibelinya.
Duk Bong mendengar suara Na Ri yang sedang mengunyah lalu bertanya apakah sedang makan
sesuatu
“Maaf... Aku harus makan sesuatu sebelum
bekerja. Jadi Ada apa?” ucap Na Ri
“Aku berkata akan mengajukan
keluhan jadi Keluarlah dengan stempelmu.” Perintah Duk Bong, Na Ri mengaku sedang terburu-buru
tapi Duk Bong langsung tak mau tahu langsung menutup telpnya , ia melihat
sebuah sapu tangan diatas meja dengan jahitan nama Ko Nan Gil 1-3
Flash Back
Ibu Na Ri menjahit diatas kain sambil mengeluh karena
jahitanya itu tak lurus, dan harus mengulangnya. Na Ri yang sedang ada didekat ibunya berpikir Ini
akan lebih cepat kalau dijahit dengan tangan.
Na Ri melihat kembali jahitan disapu tangan seperti
ibunya sengaja menjahitkan semuanya untuk Ko Nan Gil.
Nan Gil membereskan semua barang didalam gudang dan
menutup kembali mesin jahit dengan kain yang digunakan Na Ri semalam untuk
selimut, lalu melihat buku-buku yang ada diluar dengan nama (Nama: Hong Na Ri, Ko Nan
Gil) lalu bertanya-tanya kenapa barang-barang
itu ada diluar.
Paman Shin tiba-tiba datang menemui Nan Gil, melihat
paman Na Ri yang datang Nan Gil terlihat kesal karena suda meminta untuk
tidak pernah datang. Paman Shin mengatakan Mereka sudah tahu bahwa kakaknya meninggal Dan mereka mengirimi Na Ri
dokumennya. Nan Gil terlihat kaget
bersambung ke part 2
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar