Yeo Joo cemberut duduk disamping pacarnya, Dong Jin
melihatnya berpikir kalau Yeo Joo menunggu lama. Yeo Joo menegaskan
Di antara semua pria yang sudah dikencani sampai sekarang, Dong Jin adalah yang paling ahli dalam hal
terlambat.
“Kau berkata kalau tidak pernah
berkencan sebelum
aku. Jadi Sudah berapa banyak?” kata Dong Jin
“Yang pertama adalah pria yang
kaya tapi posesif, yang kedua adalah pria
kaya tapi kasar, Yang
ketiga adalah pria kaya tapi pembohong. Aku tidak ingat sisanya. Aku akan mengingatmu sebagai pria
yang selalu
terlambat.” Ungkap Yeo Joo ketus.
“Apa ada sesuatu yang terjadi hari
ini? Kau tidak
boleh sedih hari ini.” ucap Dong Jin
“Kenapa tidak? Apa aku tidak boleh mengungkapkan
perasaanku?” kata Yeo Joo marah
“Aku memanggil teman-temanku untuk memperkenalkan kepadamu. Haruskah aku mengatur ulang
jadwalnya?” kata Dong Jin, Senyuman Yeo Joo
langsung terlihat merasa tak perlu menundanya lagi.
Na Ri mengambil foto suasana di dalam cafe, dan sengaja mengambil
foto Nan Gil yang duduk didepanya menurutnya gambarnya kelihatan
bagus. Ia merasa tempat ini sangat bagus karena Tidak ada cafe di wilayah ini saat kita masih
kecil dengan gaya manisnya.
“Aku akan melakukan apa pun yang
kau minta. Apa kau
tidak bisa bicara dengan normal?” ucap Nan
Gil merasa tak nyaman
“Kau berjanji untuk melakukan apa
pun. Jadi Kita akan makan, minum... dan pergi bernyanyi ‘kan?” kata Na Ri merencanakanya.
“Kencanmu terdengar seperti
kegiatan bersama sebuah
perusahaan.” Ejek Nan Gil
“Kita bisa melakukan banyak hal sebelum tengah malam. Itu semua berarti. Kita akan makan bersama dan
menjadi lebih dekat, minum dan
berpegangan tangan. Saat
kita pergi bernyanyi, kita akan berciuman...” ucap Na Ri
lalu tersadar kalau sudah terlalu berlebihan, Nan Gil pun hanya diam.
Yeo Joo merangkul tangan Dong Jin saat masuk cafe, Dong
Jin menceritakan temanya semuanya unik. Salah satunya adalah tukang
bicara, satunya biang pengacau Dan satu lagi sinis. Ia mengaku semua memang punya sifat tidak
baik, tapi
tidak ada yang menyimpan dendam. Yeo Joo
pikir bisa berikap baik dalam hal-hal seperti itu.
Teman-teman Yeo Joo sudah duduk bersama sambil
minum-minum melihat Dong Jin datang mengeluh karena terlambat
lagi dan langsung berdiri memanggil nama Na Ri, teman yang
lainya menutup mulut temanya. Yeo Joo bergumam dalam hati si pria tambun itu si
tukang bicara.
“Senang bisa bertemu denganmu. Kau sama cantiknya seperti yang
dia katakan.” Kata teman berambut panjang, Yeo Joo
tahu kalau itu si pengacau.
“Kami mulai tanpamu. Dia berkata selama aku datang ke pertemuan, maka dia akan membayar.” Ucap pria dengan sinis, Yeo Joo bisa tahu itu teman
Dong Jin yang sidk
“Memang tidak banyak, tapi mereka teman-teman
terbaikku.” Kata Dong Jin, Yeo Joo pun menyapa semua
teman Dong Jin dengan ramah dan memperkenalkan namanya dan mengaku sudah
mendengar banyak tentang teman-teman Dong Jin.
Na Ri meminum wine sambil menceritakan kalau sebelumnya mengetik
"kencan pertama" untuk
mencari tahu apa yang harus dilakukan, dan
yang muncul adalah "Pakaian untuk
kencan pertama, pilihan makanan untuk kencan pertama, percakapan saat kencan pertama, hadiah untuk kencan
pertama, Lokasi kencan pertama,"
dan seterusnya. Lalu bertanya-tanya kenapa semua itu
terlihat penting.
“Tidak akan ada apa-apa seperti "Kencan pertama dan terakhir
yang berakhir pada
tengah malam." Aku
bertaruh bahwa itu tidak akan muncul.” Ucap Nan
Gil santai
“Jangan merusak suasananya. Mereka mengatakan untuk menemukan hal yang menarik untuk
dibicarakan. Jadi Aku
menemukan satu.... Apa yang
paling mudah untuk tumbuh dalam rumah kaca?” kata Na
Ri, Nan Gil menghela nafas mendengar pertanyaan.
“Apa itu terlalu seperti pertemuan
kelompok petani? Sudah
aku katakan kalau bunga terong memiliki
makna kebenaran, kan? Coba
tebak makna dari bunga strawberry. Bagaimana
dengan bunga labu?” kata Na Ri
“Bunga strawberry memiliki arti
keluarga yang bahagia. Bunga
labu berarti hati yang indah.” Jelas Nan Gil, Na Ri
merasa Nan Gil itu mencarinya
setelah pembicaraan mereka.
Nan Gil melihat Na Ri yang terus minum menyuruhnya agar
makan dagingnya juga, karna Na Ri itu jadi menakutkan saat mabuk. Na Ri tak percaya menurutnya itu hanya ucapan Nan Gil
yang konyol kalau ia sangat
menakutkan saat mabuk, Nan Gil merasa sudah
merasa takut. Na Ri malah tersenyum melihatnya.
Nan Gil dan teman-temanya terlihat sudah mulai mabuk, si
tukang bicara kembali memanggil Yeo Joo dengan panggilan Na Ri agar bisa
menuangkan minuman, Yeo Joo tersenyum tapi didalam hatinya bergumam teman Dong
Jin itu bersikap bodoh dan memanggilnya "Na Ri" dengan sengaja lalu menerima minuman.
“Berhenti membuatnya minum.” Ucap Dong Jin menepuk dahi temanya dan menyuruh
menghabiskan sendiri.
“Yeo Joo. Malam ini terasa sepi. Perkenalkan aku kepada junior
pramugarimu.” Kata si pria pengacau, Yeo Joo bergumam
kalau itu maksudnya dengan gadis yang masih remaja.
“Kencan kedengarannya bagus. Dia pengganggu, tapi tidak
memiliki pacar, karena dia itu cacat.” Ucap Dong Jin pada si pria pengacau
“Aku mendengar kalau sedang trend untuk mendaftar di lembaga pernikahan setelah kau memiliki pekerjaan
yang pasti.” Kata Yeo Joo sengaja memancingnya.
Dong Jin merasa Itu tidak benar karena seharusnya berkencan sebelum menikah. Yeo Joo sinis menatap Dong Jin yang menyangkalnya, Si
pria sinis heran merasa sedang murung karena memikirkan
masa lalu akhir-akhir ini. Teman-temanya merasa tak
ada yang salah. Si pria sinis mengatakan belum memeriksa
blogku selama 10 tahun lalu memperlihatkan
foto-foto yang disimpanya.
Mereka melihat itu foto saat mereka masih muda, Si pria
banyak bicara melihat ada Na Ri, Dong Jin mengambil ponsel temanya dan melihat
foto saat Naik gunung bersama-sama dan ada foto Na Ri disana, Yeo Joo berkaca-kaca melihat
Dong Jin seperti masih menyimpan rasa untuk mantan pacarnya.
Na Ri dan Nan Gil duduk di depan api unggun, Na Ri
bertanya apa dua hewan favorit Nan Gil. Nan Gil mengeluh Berapa
banyak tes psikologi yang akan dilakukan dan belum mendapatkan hasil yang
benar sejauh ini. Na Ri menegaskan Nan Gil seharusnya
melakukan hal-hal ini saat
kencan pertama.
“Jangan bertele-tele, menyalahkan
tes psikologi. Tanyakan
secara langsung kalau kau ingin tahu sesuatu.”
Ucap Nan Gil
“Baiklah. Aku akan bertanya secara
langsung, Apa lagu favoritmu?” kata Na Ri, Nan Gil kembali menghela nafas
mendengarnya.
“Kenapa kau berjanji kepada ibuku saat di pemakaman bahwa kau akan
menanggung semua
perasaan untukku?” ucap Na Ri, Nan Gil merasa
itu cara curang.
“Aku pikir kita memutar kembali
waktu sampai sebelum
aku melakukan itu.” kata Nan Gi, Na Ri
membenarkan karena mereka sedang berkencan sekarang lalu bertanya balik apakah Nan Gil memiliki pertanyaan
untuknya, tapi menurutnya itu tak ada.
“Kenapa kau membaca buku-buku
seperti itu? Judulnya "Rahasia
Orang Sukses ," "Tidak apa-apa Jika Dibenci," "Bagaimana Menghibur
Diri." Buku-buku seperti itu. Apa Kau
akan melakukan seperti yang tertulis di dalamnya?”
tanya Nan Gil
“Beberapa terkadang memberi
semangat. Kadang-kadang, menghibur dan
memotivasi.” Ucap Na Ri
“Biarkan hatimu sembuh dengan
sendirinya. Jangan
memaksakan diri untuk cepat sembuh.” Kata Nan
Gil
“Aku berharap ada sebuah buku
berjudul... "Bagaimana
Caranya Membiarkan Hatimu Beristirahat." Aku akan membiarkan hatiku
beristirahat, agar
kau bisa membiarkan tubuhmu beristirahat. Apa kau benar-benar tidak sakit?” ucap Na Ri menatap Nan Gil.
Nan Gil pikir kalau sudah mengatakan sebelumnya kalau
dirinya itu terlalu
kuat bahkan tidak ingat kapan terakhir kali terkana flu. Na Ri tiba-tiba menyandarkan kepala di bahu Nan Gil dan meminta
agar tetap seperti itu sebentar saja, karena posisi seperti ini di depan api unggun adalah suatu keharusan. Nan Gil terlihat gugup
tanganya sempat menaikan selimut di pundak Na Ri tapi enggan untuk memeluknya.
Nan Gil mengendong Na Ri pulang, mersa sudah
cukup lama Na Ri tidak
memakai sepatu
hak tinggi dan tiba-tiba kakinya terkilir. Na Ri
pikir kalau kakinya semakin
lemah sejak kecelakaan sepeda. Nan Gil merasa Na Ri
itu sangat kacau, dengan penyakit Stres,
insomnia, sembelit,
tergelincir, dan pergelangan kaki yang buruk. Na
Ri menghentikan dan menegaskan kalau tidak
memiliki sembelit.
“Aku senang hari ini.” ucap Na Ri mengulurkan tangan didepan rumahnya.
“Apa kau serius? Katakan kepadaku apa yang
dikatakan Nenek Oh Rye.” Kata Nan Gil penasaran
Flash Back
Nenek Oh menceritakan Nan Gil
selalu mengkuti Jung Im, dengan memanggilnya
"ibu." Bahkan saat merencanakan
pemakaman Nyonya Shin pasti sangat sibuk tapi datang jauh-jauh ke desa dengan dan
bertanya apa ada orang lain yang perlu dihubungi.
“Aku sangat tersentuh dengan dia
datang ke sini...untuk memastikan aku datang untuk
mengucapkan selamat tinggal pada Jung Im.” Ucap Nenek
Oh berkaca-kaca
Na Ri menyadari
kalau tidak melakukan apa pun untuk pemakaman dan tidak tahu siapa yang mengundang
para tamu atau yang
mengorganisir semuanya. Ia pun mengucapkan Terima
kasih sudah memakamkan ibu dengan baik dan
juga terimakasih karena
sudah bersamanya.
“Kau sudah mengucapkan terima
kasih. Jangan
membuat semuanya menjadi terasa canggung.” Kata Nan
Gil
“Ada sesuatu yang ingin aku ingat
sekarang. Kenapa
aku tidak ingat saat-saat itu? Apa
yang ibu sembunyikan dariku dan kenapa? Aku ingin tahu. Tapi aku merasa seperti kalau aku
ingat, kami akan
benar-benar terpisah dan selesai.” Ucap Na
Ri, Nan Gil bertanya kenapa Na Ri berpikir seperti itu.
“Karena kau ada di antara hal-hal
yang ibu rahasiakan dariku. Dan
kau juga menyembunyikan sesuatu dariku.” Kata Na Ri
Nan Gil hanya diam, Na Ri pikir dirinya itu benar jadi
oleh karena itu ingin setidaknya satu kenangan yang
baik bersamanya, lalu mengucapakan selamat malam lalu
masuk ke dalam rumah. Nan Gil menelp Joong dengan meminta maaf karena harus
menelpnya larut malam dan mengatakan harus pergi sekarang. Na Ri akan masuk kamar melihat Dong Jin menelp tapi
sengaja tak mengangkatnya.
Dong Jin setengah mabuk tak bisa berbicara dengan Na Ri
mengirimkan pesannya “Aku akhirnya menyadari apa yang sudah
ku lakukan. Aku minta
maaf tentang semuanya.” Belum sempat mengirimnya Yeo Joo datang
mengambil ponselnya, setelah membacanya langsung membuang ponsel Do Jin.
“Kau... adalah yang terburuk di antara
semua orang yang
pernah aku kencani.” Ucap Yeo Joo dengan mata
melotot lalu pergi.
Joon dan anak buah Nan Gil menjemput dengan mobil dan
pergi meninggalkan desa. Anak Tuan Bae berjalan memasuki toko dan restoran
untuk menagih uang iuran, beberapa ada yang seperti terpaksa harus
memberikanya. Salah satu restoran menyediakan sup sempat memberikan
makanan,Anak Tuan Bae menerima uang dengan sinis berkomentar kalau supnya asin.
Nan Gil sengaja berjalan dibelakanganya, tapi penyakit
fobianya seperti kembali datang dan membuat pengelihatanya kabur. Anak Tuan Bae
tersenyum melihat uang yang baru diterimanya, saat itu Nan Gil sudah
menghadangnya dan menariknya ke tempat yang sepi.
“Apa yang dilakukan pemilik
restoran di sekitar sini pada waktu malam hari?”
ucap Anak Tuan Bae yang sudah ditekan bagian lehernya oleh Nan Gil
“Tuan Bae tidak tahu, kan? Bahwa kau meminjamkan uang
perusahaan. Jangan
berani-berani muncul di depan Na Ri lagi Lakukan apapun yang tuan Bae
perintahkan kecuali
yang satu itu.” ucap Nan Gil memperingati dengan terus
menekan lehernya.
“Apa Kau datang ke sini hanya untuk
satu hal itu?” ejek anak Tuan Bae
“Apa kau ingat kita pernah menjadi
keluarga? Kita membenci satu sama lain, tapi
tidur bersama dan makan
bersama. Itu
adalah keluarga pertama dalam hidupku. Jadi... tidak apa-apa untuk berbagi satu
rahasia.” Ucap Nan Gil melepaskan tanganya.
Anak Tuan Bae terlihat langsung jatuh lemas, Nan Gil
berjanji akan menjaga rahasianya
untuk saat ini, jadi ingin tahu rahasia yang mana yang diketahui tuan Bae tentang dirinya, apakah itu tentang yang
sudah di lakukan kepada keluarga Na Ri.
“Ayah berkata kalau kau akan
datang dan bertanya. Tapi
maaf. Aku juga tidak tahu. Dia
mengatakan untuk memberitahumu untuk
datang dan bertanya sendiri.” Ucap Anak tuan Bae,
Nan Gil ingin mencekiknya tapi seperti penyakitnya kembali datang dan memilih
untuk pergi.
Nan Gil berjalan pulang, nafasnya terengah-engah dengan
mata terlihat kabur, tubuhnya pun terlihat oleng saat berjalan. Ketika akan
melewati jalan beberapa mobil menyalakan klakson karena Nan Gil menghalangi
jalanya. Sebuah mobil pun berhenti, anak buah Nan Gil berteriak agar segera
masuk. Nan Gil buru-buru masuk mobil dan terlihat di tanganya berdarah karena
bekas kuku yang menahan rasa sakitnya.
Na Ri melihat Nan Gil baru keluar dari restoran, berpikir
baru saja pulang menginap. Nan Gil bertanya apa yang dilakuanya pagi hari, Na
Ri mengaku sedang menunggu Nan Gil dan
ingin melihat benih-benih yang
ditanamnya dan karen tidak akan kembali lagi.
Keduanya berjalan di padan ilalang, Nan Gil bertanya
apakah Na Ri masih belum bisa tidur. Na Ri mengaku bisa tidur dan juga
melihat Ibu dalam mimpinya, bahkan ini adalah pertama kalinya. Nan Gil pikir kalau Nyonya Shin tahu Na Ri akan
pergi.
“Mereka mengatakan, "Bahkan jika kau cukup tua
untuk memiliki anak, kau
masih merindukan ibumu." Aku
merasa kalau aku juga akan seperti itu.” kata Na
Ri.
Duk Shim melihat dari kejauhan Na Ri dan Nan Gil berjalan
ke rumah kaca lalu bersembunyi, tapi merasa kalau harus menemuinya dan menyap
keduanya dengan sopan. Lalu mengatakan harus
berbicara dengan Na Ri. Nan Gil masuk lebih
dulu dalam rumah kaca.
“Kapan kau berangkat ke Seoul?” tanya Duk Shim dengan mata mengarah ke dalam rumah
kaca.
“Aku berangkat hari ini.” kata Na Ri, Duk Shim ingin tahu jam berapa. Na Ri
menjawabSetelah sarapan.
“Jam berapa kau sarapan?” teriak Duk Shim kesal, saat itu Nan Gil keluar dari
pintu, Duk Shim langsung buru-buru pamit pergi.
Duk Shim menelp kakaknya, Duk Bon terlihat masih tertidur
menerima telp dengan memejamkan matanya
Duk Shim memberitahu kalau Na Ri berangkat ke Seoul
setelah sarapan. Duk Bong yang belum sadar
binggung dan melihat ponselnya untuk melihat jam berapa
sekarang sambil mengeluh apa yang dilakukan Na Ri pada
saat seperti ini.
Na Ri tersenyum melihat bibit seladanya mulai tumbuh,
merasa tak percaya dari bentuk kecil ini menjadi selada. Nan Gil datang langsung mencabutnya, Na Ri memarahinya
karena langsung cabutnya. Nan Gil memberitahu kalau itu tanaman gulma, lau
berjongkok disamping Na Ri
“Apa kau tahu bagaimana pintarnya
gulma? Mereka
kelihatan mirip dengan tanaman di
dekatnya. Yang ada di tunas selada terlihat
seperti tunas selada. Yang
ada di tunas jagung terlihat seperti tunas jagung. Mereka sangat pandai bertahan... dan bekerja keras. Aku hampir
merasa kasihan untuk
menariknya keluar.” Jelas Nan Gil
“Kenapa itu harus menjadi gulma?” ucap Na Ri sedih, Nan Gil mengatakan kalau tanaman
Gulma juga ada gunanya.
“Mereka mengatakan tanaman tumbuh dengan mendengarkan langkah kaki. Seorang petani sibuk berjalan
bolak-balik untuk
mencabut rumput liar. Tanaman
tumbuh dengan baik saat mereka tahu kalau mereka
dicintai dan dilindungi.” Jelas Nan Gil
“Jadi Apa Tujuan gulma dalam hidup adalah
untuk membantu hubungan
antara petani dan tanaman?” kata Na Ri, Nan Gil
hanya menatapnya.
Na Ri menutup wajahnya karena malu tidak
mencuci mukanya. Nan Gil hanya tersenyum dan mengaduk
pupuk dalam ember. Na Ri mengaku merasa
sedih karena akan perg dan Nan Gil harus akan
sering datang agar seladanya bisa
mendengar langkah kaki bahkan
tanpa ia ada di
dekatnya.
“Tapi jangan terus-menerus
bekerja. Pastikan
untuk tidur juga, oke?” kata Na Ri, Nan Gil hanya diam saja.
“Rasanya benar-benar seperti
perpisahan.” Ungkap
Na Ri seperti merasa sangat sedih.
Nan Gil menbawakan tas Na Ri ke dalam mobil, Yoon Kyu dkk
mengantar Na Ri sampai ke pintu. Na Ri mengaku sangat bersenang-senang selama ini. Yoon Kyu merasa sedih. Na Ri pun mengucapkan selamat tinggal dan pergi.
“Dia mengantarnya ke mobil pria
lain. Bos kami
sangat keren.” Komentar Yoon Kyu melihat Nan Gil yang
memasukan tas pada mobil Duk Bong yang sudah menunggu. Nan Gil meminta agar Duk
Bong agar mengemudi dengan hati - hati.
“Selamat tinggal. Kalau kau ingin
datang...”ucap Nan Gil disela oleh Na Ri
“Tidak, aku tidak akan datang. Aku
akan menemuimu tahun depan saat
peringatan kematian Ibu.” Ucap Na Ri lalu masuk ke
dalam mobil.
Na Ri terus melihat kebelakang sebelum Nan Gil menghilang
dari matanya, Duk Bong heran melihat Na Ri terus menatap kebelakang
seperti tidak
akan pernah datang kembali. Na Ri membahas alasan
Duk Bong, tapi Duk Bong menegaskan pergi ke Seoul bukan karena Na Ri tapi harus mengurus bisnis di
Seoul, dan ingin
meminta bantuan darinya.
“Itu bagus... Aku juga ingin meminta bantuan
darimu dan akan membeli makanan ringan di
peristirahatan.” Kata Na Ri
“Kau bilang Peristirahatan? Aku yakin sudah mengatakan kepadamu untuk tidak berhenti di
peristirahatan. Kau
tidak ingat apapun yang aku katakan, kan?” keluh Duk
Bong
“Berhenti di peristirahatan adalah
hobiku.” Ungkap Na Ri
“Aku bisa melakukan apapun untuk
pacarku.” Balas Duk Bong, Na Ri langsung menolaknya merasa bisa
melewatkan tempat peristirahatan
“Ada tempat yang ingin aku
datangi. Kita
minum teh di sana dan Kau bisa
mentraktirku” kata Duk Bong
Nan Gil berdiri didepan rumah, seperti melihat bayangan
Na Ri yang selalu melewati pintu dari restoran, dan juga Na Ri yang suka
membaca buku diatas ayunan. Teringat kembali teriaka Na Ri saat keluar dari
gudang karena terkunci didalam. Na Ri
juga mencuci didepan sambil membaca komik dan tertawa. Ia masuk ke dalam rumah melihat baju yang ada
diatas meja, Cara Menghibur Diri.
Na Ri masuk ke dalam sebuah cafe dengan bagian depan ada
bekas kayu bakar, teringat saat ia bersandar di pundak Nan Gil didepan api
unggun. Duk Bong berkata seharusnya ii adalah tempat terpanas setelah museum yang dimilikinya. Na Ri memilih masuk ke dalam cafe lebih
dulu.
Duk Bong sibuk mengambil gambar dalam cafe dan sengaja
mengambil foto Na Ri yang duduk didepanya. Na Ri menatap ke arah bangku
teringat saat Nan Gil mengatakan “ Bunga strawberry berarti
keluarga yang bahagia, Bunga
labu berarti hati yang indah.”
“Apa yang ingin kau tanyakan?” tanya Duk Bong, Na Ri terlihat masih melamun mengingat
kenangan bersama Nan Gil, Duk Bong mengetuh meja untuk menyadarkan Na Ri dengan
mengulangi pertanyaan. Na Ri pikir Duk Bong lebih dulu yang mengatakan
membutuhkan bantuan apa.
“Duk Shim mengatakan akan menulis permintaan maaf secara resmi. Dia berkata kalau akan
berpura-pura menulis itu dan akan memata-mataimu
untukku.” Jelas Duk Bong,
Na Ri kembali mengingat saat Nan Gil memintanya agar
jangan hanya
minum anggur tapi makan juga
dagingnya karena sangat menakutkan
saat mabuk. Duk Bong pikir Memang
terdengar sedikit tidak pantas. Na Ri mengatakan bukan
masalah itu tapi merasa tidak
bisa fokus di tempat ini dan mengajaknya agar bisa
bicara diluar. Duk Bong pikir Na Ri tidak suka tempatnya dan juga terlihat kurang baik lalu mengajaknya untuk segera pergi.
Na Ri melihat ponselnya yang berdering telp dari (Si kurang ajar yang tinggal
di rumahku) Nan Gil memberitahu kalau Na
Ri meninggalkan
buku-bukunya dirumah. Na Ri mengaku sengaja
meninggalkannya. Nan Gil binggung
“Kau pernah mengatakan, semua itu
memberi semangat, menghibur,
dan memotivasi jadi Bawa
semuanya.” Kata Nan Gil
“Kau mengatakan untuk membiarkan
hatiku beristirahat dan
tidak memaksanya untuk cepat sembuh.” Balas Na
Ri, Nan Gil mengatakan kalau perkataan salah dan menyuruh Na Ri membawa semua
bukunya. Na Ri menolaknya
“Di mana kau? Aku akan
membawakannya kepadamu.” Ucap Nan Gil, Na Ri pikir
tak perlu dan langsung menutup ponselnya.
Duk Bong melihat Na Ri merasa terlalu
cepat bagi mereka untuk
datang ke tempat ini dan mengajak untuk bicara di dalam mobil serta pergi ke Seoul. Na Ri hanya terdiam, Duk Bong melihat Na Ri terlihat
menangis, Na Ri menyangkalnya dan mengajaknya untuk segera pergi.
Nan Gil duduk di halaman dengan buku didepanya, seperti
menunggu Na Ri, Yoon Kyu datang berteriak mengajaknya pergi untuk mulai
bagian terakhir. Nan Gil mengerti dan
kembali ke restoran dengan wajah sedih.
Na Ri datang kembali melihat buku-bukunya yang ada diatas
meja, Nan Gil tiba-tiba ada dibelakang berkomentar tidak
mengira Na Ri akan datang. Na Ri mengaku akan mengambil buku-bukunya. Nan Gil mengatakan kalau menelepon bukan karena buku.
“Aku berkata pada diriku sendiri, "Kalau Na Ri kembali, aku
akan menceritakan semuanya."” Ucap Nan
Gil, Na Ri pun ingin Na Gil memberitahukanya.
“Kau bertanya apa kau adalah cinta
pertamaku... dan apa
aku masih menyukaimu, kan? Sejak aku masih kecil dan bahkan
sekarang, itu benar” kata Nan Gil
“Lalu kenapa kau mengatakan sudah
mengakhirinya?” tanya Na Ri
“Aku merasa tidak enak.” Ungkap Nan Gil, Na Ri ingin tahu alasanya.
“Karena mencintaimu, Na Ri.... Maafkan aku.” Ucap Nan Gil lalu mendekat dan mencium Na Ri sebagai
tanda perasaanya.
bersambung ke episode 8
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Gomawo cingu 😍😙😙
BalasHapusFighting 💪💪💪
Saya mulai jatuh cinta neeh sama nan gil.. 😍
BalasHapusSaya mulai jatuh cinta neeh sama nan gil.. 😍
BalasHapus