PS : All
images credit and content copyright : SBS
Sin Ryung yang sedih memilih untuk berjalan meninggalkan
persimpangan jalan. Lalu melihat didepannya ada seorang anak yang memeluk
temanya menyuruhnya agar tetap tersenyum dan menatap ke arah depan serta terus
berjalan. Ia ingin keduanya bisa terlihat sangat dekat.
Mereka pun berbelok, Si senior memberitahu kalau harus
beli buku referensi, tapi uangnya tidak cukup jadi meminta agar juniornya itu memberika uang, Si
junior yang ketakutan memberikan uangnya. Sim Ryung melihat dari kejauhan cara
mereka mendapatkan uang.
Seorang anak kecil menarik kopernya, Sim Ryung langsung
memeluknya dengan mengunakan teknik yang sama meminta agar tetap tersenyum dan Berjalan sambil lihat ke depan. Si anak kecil malah heran melihat tingkah Sim Ryung yang
memeluknya sambil berjalan.
“Apa Kau punya uang? Aku lapar sekali.” Ucap Sim Ryung melakukan hal yang sama.
“Meskipun begitu, apa harus mengganggu anak kecil?”kata si anak kecil yang terlihat dewasa, Sim Ryung
binggung apa arti dari “Mengganggu” Si anak kecil
memberitahu kalau seperti ini namanya menganggu. Sim Ryung seperti baru
mengerti.
Sim Ryung dan Si anak kecil pergi ke minimarket, dan Sim
Ryung pun memakan mie instant. Si anak kecil memberitahu kalau mentraktir
menggunakan kartu kredit Ibu, karena sebelumnya
mengatakan lapar. Sim Ryung
binggung apa maksudnya “Kartu kredit ibu”, Si anak kecil yang dewas menghela
nafas karena Sim Ryung ternyata tidak tahu apapun.
“Apa "kartu kredit ibu" lebih bagus daripada uang?” tanya Sim Ryung, Si Anak kecil seperti malas
membahasnya.
“Intinya sama saja. Unni... jangan begitu lagi.” Ucap Si anak kecil, Sim Ryung mengangguk mengerti.
“Uang itu didapat dari kerja dan kerja, Ibuku susah payah cari uang. Aku jarang melihat ibuku..., ibuku dari pagi sampai petang cari uang.” Cerita si anak kecil
“Tapi kenapa ibumu bekerja keras untuk mendapatkan uang?” tanya Sim Ryung polos
Si anak melihat Sim Ryung memang benar-benar tak tahu
apapun lalu bertanya pendapat Sim Ryung kenapa ibunya harus berkerja. Sim Ryung
seperti tak bisa mengerti.Si anak memberitahu tentu saja agar ia dan Ibu bisa bahagia. Sim Ryung pikir kalau mereka semua hanya mencari uang
dari pagi sampai petang lalu kapan mereka bisa hidup bahagia. Si anak kecil
sempat terdiam dan mengaku kalau nanti Di hari
kemudian.
Keduanya pun berjalan bersama, Si anak kecil melihat
ponselnya seperti sebuah alarm lalu memberitahu Sim Ryung kalau harus
pergi les matematika sekarang dan berpesan agar
menemukan Heo Joon Jae, orang yang di cari itu. Sim Ryung mengangguk mengerti. Si anak kecil akan pergi
tapi kembali lagi memberikan uang pada Sim Ryung.
“Jagalah uang ini dengan baik,
jangan berikan pada orang lain, dan gunakan dengan baik. Mulai sekarang, Unni setidaknya
harus bekerja paruh waktu buat cari uang. Karena hidup itu cuma sementara, aku cuma berpikir bahwa hidup
tanpa uang bukanlah
masalah besar sama sekali.” Kata si anak kecil,
Sim Ryung mengerti dan si anak itu pun pamit pergi.
Saat
itu Joon Jae dkk berjalan dari arah berlawanan, Si anak menabrak Joon Jae lalu dengan memanggilnya Ahjussi agar bisa melihat jalan
yang benar. Joon Jae melihat dari balik kacamata hitamnya, dengan nada kesal
kalau si anak kecil itu yang harusnya lihat jalan yang
benar. Anak kecil itu pun memilih untuk pergi saja.
“Hei, bocah kecil itu. Dan juga
kenapa aku ini Ahjussi?” teriak Joon Jae tak terima,
Nam Do menariknya merasa kalau Joo Jae memang pantas di panggil Ahjussi oleh
anak kecil seumuran dia karena tak mungkin di panggil “Oppa”
Ketiganya pun berjalan bersama kembali saat itu, Sim
Ryung pun berjalan ke arah kiri jalan sementara Joon Jae berjalan ke arah kanan
jalan, sepertinya mereka tak saling berjodoh.
Si senior yang tadi meminta uang kembali memeluk teman
lainya untuk merampas uang dengan alasan tak punya uang untuk membeli buku. Sim
Ryung melihatnya langsung berteriak kalu jangan menganggunya karena itu
perbuatan tak baik. Si senior terlihat marah melihatnya.
“Kalian tidak punya 'kartu kredit ibu'? Itu mirip dengan uang.” Ucap Sim Ryung, Si senior tak terima ingin melawanya,
tapi dengan kekuatan Sim Ryung hanya memukul dengan brosur membuat menjerit
kesakitan.
“Beraninya
kau, dengan pakaian pengemis
seperti itu!” teriak si ketua genk, Sim Ryung pun
berhasil membuatnya melayang hanya dengan satu kali pukulan.
“Berjanjilah. Kalau kau tidak akan mengganggu pelajar
lainnya.”kata Sim Ryung dengan menekan bagian mulut anak lainya.,
“Aku tidak... aku tidak mengganggu
dia. Aku... aku... aku ‘berteman’ dengannya (kata teman bila
diucapkan terdengar seperti kata makan)”kata si
anak ketakutan
Sim Ryung mendengarnya kaget karena mereka bisa memakan
teman sendiri, mereka semuanya memilih untuk pergi dengan wajah ketakutan. Si
anak yang tadi di minta uang pun ikut pergi karena takut. Sim Ryung berterikan
akalu merkea tidak seharusnya memakan teman kalian seperti itu.
Teman yang lain melihat si ketua genk yang melayang di
udara dengan memeriksanya lalu bertanya apakah keadaan baik-baik saja karena
menurutnya wanita tadi itu sudah gila. Ponsel si wanita berdering dan meminta
agar mereka diam.
Nyonya Jang menelp anaknya, Si anak berbohong kalau
sedang ada di tempat kursus,
Nyonya Jang pun percaya, berpesan agar Jangan
dekat-dekat dengan anak-anak
yang nakal dan melihat dari kasus kakaknya, karena
anak pertamanya yang baik hati di jebak dan membuatnya menderita, menurutnya
tak penting ada anak gila yang bunuh diri lalu menutup telp karena ingin
menaiki lift.
Di depan lift, Nyonya Jang melihat ponselnya seperti
dikirim seperti pemainan games dengan mencoba kesempatan, dengan acuh
mengabaikan dan masuk ke dalam lift. Saat itu Joon Jae dengan pakaian pilotnya
masuk ke bersamanya. Tae O diatas gedung memberitahu kalau sudah menghentikan
liftnya.
Nyonya Jang melihat liftnya berhenti di lantai 17, Joon
Jae pun mendekatinya. Nyonya Jang mengingat wajah Joon Jae adalah orang yang
menipunya Padahal mendengar
kabar kalau Joon Jae sudah mati. Joon Jae meminta maaf dengan bangga mrasa kalau dirinya
itu cukup tak
terkalahkan. Nyonya Jang mulai mengumpat pada Joon
Jae yang berani datang menemuinya, saat itu Joon Jae mulai memainkan korek
apinya dan tiba-tiba lampu didalam lift mati.
“Gelap sekali disini. Apa aku harus menerangkan ruangan
ini?” ucap Joon Jae menyalakan koreknya, saat itu Nyonya Jang
pun melihat dengan jelas api didepanya seperti mulai terhipnotis.
“Pintu lift sudah terbuka. Di
belakangmu, Tapi di
luar pintu itu, ada
jurang tak berdasar.” Ucap Joon Jae, Nyonya Jang
berjalan dan melihat seperti melihat diatas ketinggian gedung tanpa kaca.
“Oh, perhatikan langkahmu. Kau
nanti bisa melangkah kesana dan Ada
tangan seseorang disana. Bukankah
itu anakmu?” kata Joon Jae, Nyonya Jang melihat
anaknya yang berpegangan tangan pada dinding gedung.
Min Jae menangis meminta tolong pada ibunya, Nyonya Jang
panik ingin menolong anaknya, meminta agar memegang tangan ibunya dan berusaha
naik, tapi Min Jae tak bisa menahan diri dan akhirnya terlepas. Nyonya Jang
langsung menangis mengetahui anaknya yang harus terjatuh dari atas gedung.
“Ingatlah rasa sakitmu mulai
sekarang, yaitu Anak yang dibunuh oleh anakmu. Anak yang mati di lantai atas,
lantai 17. Ibu dari
anak itu sama
sengsaranya sepertimu sekarang,
dan selamanya
mereka akan menderita.” Ucap Joon Jae, Nyonya Jang
terus saja menangis.
“Mulai sekarang mereka yang telah bersalah padamu..., dan kau akan melupakan kesalahan mereka semua. Bagi mereka yang menderita karenamu..., ingatlah perasaan sedihmu.”kata Joon Jae berjongkok didepanya.
Lift akhirnya sampai di lantai 20, anak buahnya kaget
melihat Nyonya Jang yang keluar dengan mata yang basah, memberitahu kalau
liftnya tiba-tiba rusak. Nyonya Jang meminta agar segera mengHubungi
Pengacara Seo, dan batalkan
gugatan. Si anak buahnya kaget.
“Dan Juga, apa kau tahu informasi
kontak ibu dari anak yang meninggal itu? Biarkan aku bertemu dengannya.” Ucap Nyonya Jang
“Apa yang akan Anda lakukan saat bertemu dengannya nanti?” tanya anak buahya binggung.
“Aku akan minta maaf.” Kata Nyonya Jang menangis, si anak buahnya kaget dengan
perkataan atasanya merasa kalau sedang tidak sehat, Nyonya Jang memilik pergi.
Si anak buah berpikir Nyonya Jang itu benar-benar psikotik.
Joon Jae akhirnya bisa keluar dengan melakukan misinya,
Nam Do terlihat bahagia dan membahas kalau Joon Jae itu memiliki ajaran
sesat ilmu saraf yaitu Hipnotis
dari bidang medis buatan sendiri dan Bakat
Heo Joon Jae belum berkarat sedikit pun menurutnya
ini sangat hebat.
“Karena kita berada di bidang
pekerjaan yang tak
bisa begitu dibanggakan..., maka aku
sangat kasihan karena bakatmu ini
tidak boleh diketahui dunia. Sungguh.” Ucap Nam
Do, Joon Jae merendah merasa tak perlu seperti itu.
“Tapi... Bagaimana
kau bisa melakukannya?
Hipnotis?”tanya Tae O, Nam Do menyuruh Joon Jae
memberitahu saja karena si anak muda itu begitu penasaran. Joon Jae mendekati Tae O yang terlihat benar-benar
penasaran.
“Begini cara awalnya yaitu Dengan indra penglihatan. Niat dan kontak mata saling
terhubung. Saat
nomor 17 muncul di pesan spam.... Itulah
kondisi dimana hipnotis
dapat berlangsung.” Ucap Joon Jae yang sengaja
mengirimkan pesan pada ponsel Nyonya Jang.
“Selanjutnya, pola interupsi [Menciptakan situasi yang sulit untuk diantisipasi, dan menghipnotis
orang dengan menggunakan selang waktu dalam kesadaran.] dengan membuat ruangan jadi gelap” jelas Joon Jae yang
sengaja mengeluarkan korek apinya.
“Orang itu sekarang memasuki dunia
fantasi yang kuciptakan. Tapi
secara eksternal, dunia fantasi yang kubuat adalah seperti jurang maut.” Cerita Joon Jae dengan seolah-olah Nyonya Jang melihat
anaknya yang berpegangan pada dinding gedung.
“Semuanya dimulai dengan mata. Memandang, memulai bujukan.” Ucap Joon Jae sengaja mendekati Tae O, Tae O langsung
ketakutan dengan memalingkan wajahnya.
“Dasar kau penakut, Tidak semua orang bisa tertipu seperti
itu.” ejek Joon Jae berjalan pergi dengan mengelus rambut Tae
O seperti anak kecil. Nam Do lalu bertanya tentang arti “fashion
interrupt”
Sim Ryung mengambil beberapa pakaian dari tong sampah
yang tidak terpakai, dengan bertanya apakah memang boleh mengambilnya. Si bibi
mengatakan kalau tak boleh tapi ia sengaja berjaga kalau ada orang yang
lihat, jadi menyuruhnya untuk cepat
pilih mana yang ingin diambil. Sim Ryung mencoba beberapa baju yang sudah dibuang oleh
pemiliknya.
“Perumahan ini perumahan orang
kaya, jadi mereka
suka buang barang-barang baru. Teman
kita yang lain pada ke Stasiun Seoul semu setelah tahu kabar kalau ada makan siang
gratis disana..., tapi
aku tak bisa meninggalkan Gangnam. Jika kau kelaparan, ya kau kelaparan..., tapi aku tak bisa kalau fashion-ku tidak
diperbaharui terus.” Cerita Si bibi pengemis
“Tapi melihatmu pakai baju seperti
itu, aku bisa
menahan diri sekarang. Buat
perempuan tinggi seperti kita ini, apapun
yang kita pakai kelihatan bagus. Lalu Darimana
asalmu?” ucap si bibi mendekati Sim Ryung.
“Kolam. (orang tunawisma biasanya
tahu kalau kolam itu artinya "seberang laut)”
kata Sim Ryung yan memang beralas dari air.
“Oh! Seberang laut. Aku tahu tempat itu! Waktu masa mudaku dulu, tidak ada
tempat selain Milan dan Paris untuk beli barang mewah. Kemudian aku bangkrut dan meskipun aku mengacaukan diriku
sendiri dengan hidup di jalanan sekarang ini..., tapi Aku tidak menyesal sama sekali.” Cerita si bibi
Ia pun bertanya alasan Sim Ryung datang ke Seoul. Sim Ryung mengaku ingin mencari
Heo Joon Jae. Si bibi bertanya apakah itu pacarnya dan
tinggal dimana, apakah di Daechi-dong atau Chungdam. Sim Ryung hanya tahu kalau Joon Jae mengatakan tinggal
di Seoul. Si bibi menanyakan nomor telpnya, tapi
Sim Ryung pun binggung.
Si bibi berpikir Sim Ryung itu ditinggalkan begitu saja
oleh si pria dan kabur, tapi tidak menyadari hal itu dan datang ke Seoul dan menyuruhnya agar harus tetap menyamar, lalu bertanya apakah pria itu
tidak pernah mengobrol dengannya mengenai tempat-tempat
tertentu sebelumnya dengan Secara
tak sadar, meninggalkan petunjuk
dimanapun jadi Sim Ryung harus
pergi ke tempat-tempat seperti itu dan cari tempat disana.
Sim Ryung berada di sebuah halte bus dalam tanganya
tertulis “63 Building” lalu
melihat setiap bus yang lewat dan menemukan bus menuju ke tempat yang itu
tujunya. Ia melihat beberapa orang naik hanya menempelkan sesuatu dan bisa
masuk ke dalam bus. Sim Ryun mengikutinya dengan nempelkan jaketnya, bahkan
kulit kerangnya.
“Apa Kau tidak punya kartu bus?” tanya sopir bus, Sim Ryung mengelengken kepala. Si
sopir bus bertanya apakah Sim Ryung memiliki uang. Sim Ryung teringat dengan
uang yang diberikan oleh si anak kecil.
Sopir bus melihat uang itu tak cukup, Sim Ryung
memberikan wajah melasnya, si sopir pun menyuruh agar meninggalkan uang itu dan
duduk. Sim Ryung yang pertama kali menaiki bus melonggo dan sengaja membuka
jendela untuk melihat keluar jalan.
Joon Jae duduk dibalkon rumah sendirian, dengan memegang
gelang yang ada ditanganya. Seperti ia berusaha mengingat darimana mendapatkan
gelang tersebut, wajahnya terlihat gundah.
Sementara Sim Ryung sampai ke gedung 63, dengan
mendongakan kepalanya bertanya-tanya apakah kalau sampai ke bagian atas gedung akan
melihat Heo Joon Jae.
Manager dan anak buahnya, berjalan pulang sambil berpesan
pada semuanya agar bisa bersiap besok karena Restrukturisasi
tetaplah restrukturisasi dan Juga
kembang apinya, karena Orang
pasti akan berdatangan, Anak buahnya mengerti. Saat
itu Sim Ryung berjalan masuk tanpa ada yang mengetahuinya.
Seorang perkerja hanya meninggalkan jam buka akurium
mereka besok. Sim Ryung berjalan masuk dan melihat sebuah akurium besar dengan
wajah senyuman kalau berpikir akan mati karena kelaparan. Ia pun berlari dan akhirnya masuk ke dalam akurium besar
melihat ikan yang banyak seperti teman-temanya agar bisa memakanya.
Si Ah melihat Nyonya Mo yang sedang memasak lalu bertanya
apakah sudah selesai. Nyonya Mo bertanya Apa itu untuk seseorang yang ulang tahun. Si Ah membenarkan, Nyonya Mo mengingat kalau hari ini adalah hari
ulang tahun anaknya juga. Si Ah seperti tak peduli mendengarnya.
“Oh, apa yang kau masukkan ke dalam sup rumput laut?”tanya Si Ah
“Bulu babi. Anakku juga suka sup rumput laut dicampur bulu
babi.” Kata Nyonya Mo, datang Jin Joo yang selalu sinis pada
Si Ah
“Kau mau memberikannya pada siapa? Ah... Apa pada Pria tampan yang tak kunjung jatuh cinta padamu?” ejek Jin Joo, Si Ah tak memperdulikanya.
“Tolong taruh sup-nya ke dalam
termos, dan lauknya yang lain, masukkan saja ke dalam kotak bento.” Ucap Si A pada nyonya Mo dan beranjak pergi.
“Agasshi.... Kau tidak bisa merayu laki-laki seperti itu. Kalau kau mau membawakan makanan
lagi, lebih baik kau perawatan Botox saja. Aku cuma bilang begitu agar kau lebih mencintai dirimu
sendiri.” Ejek Jin Joo, Si Ah pun akhirnya membalikan badanya
“Aku jadi relawan di salah satu
tempat belajar, dan ada anak yang ulang tahun. Karena itu aku membawakan
makanan untuknya. Siapa
juga yang mau merayu seorang pria dengan membawakan makanan? Kekanak-kanakan
sekali.” Kata Si Ah membela diri
Tapi Si Ah sebenarnya memberikan supnya pada Joon Jae
yang membaringkan tubuhnya di meja makan, ia mengaku memasaknya dan ada bulu babinya
juga, dan tak tahu apa Joon
Jae bakal suka atau tidak. Joon Jae
mengeluh dengan Si Ah yang mengetahui tempat tinggalnya pada masih
baru pindah.
“Aku tahu saat bicara dengan Nam Doo Oppa.” Ucap Si Ah, Joon Jae mengeluh memang Nam Doo itu Manusia
tak dapat dipercaya itu lalu mencoba sup rumput laut
yang dibawa Si Ah, tiba-tiba ia terdiam seperti mengingat sesuatu.
Flash Back
Joon Jae duduk bersama dengan ayah dan ibunya menikmati
sup rumput laut. Nyonya Mo mengucapkan selamat ulang tahun untuk putra
kesayanganya. Joon Jae pun memastikan ibunya kalau mereka akan kesana har ini.
Nyonya Mo membenarkan.
“Ayahmu sibuk lagi hari ini, jadi hanya kita berdua saja yang
pergi, mengerti?”
ucap Nyonya Mo, Joon Jae menganguk mengerti.
“Kau mau kemana?” tanya Tuan Heo penasran, Joon Jae mengatakan kalau itu
rahasia. Ketiganya terlihat seperti keluarga yang bahagia.
Nam Doo datang melihat sup rumput laut, lalu bertanya
apakah Si Ah yang bawakan
makanannya. Si Ah memberitahu kalau hari ini adalah ulang tahun
Joon Jae, Nam Doo tak percaya dengan membanggakan Si Ah kalau kesan pertama
dari penampilanya tak terlihat seperti perhatian,
“tapi ternyata dia bisa juga jadi calon istri yang baik, 'kan? Terlihat sangat Indah sekali
kau tata makanan ini” Puji Nam Doo, Si Ah
terlihat malu-malu menerima pujianya.
“Hei, ini hari ulang tahunmu, jadi
kau perlu merayakan
pesta, pesta ulang tahun. Ada
bar anggur yang enak di
Kyungridan-gil, Airnya
juga (=gadis cantik) bagus! Pesan tempatnya” ucap Nam
Doo
“Aku sudah punya janji.” Kata Joon Jae menolak, Nam Doo heran dengan Joon Jae
yang selalu seperti itu saat ulang tahunnya tiba menjadi sentimental
sendiri.
“Kau
mau kemana? Siapa yang mau kau temui?
Dia bisa bergabung dengan kita! “ ucap Nam Do penasaran, Joon Jae bertanya apakah Nam Doo
merasa sangat bosan, Nam Doo membenarkan.
“Kalau begitu pergi saja ke bar
anggur bersama Si Ah. Pergi
ke sana dan berpestalah Atau
pergi dengan Tae Oh.” Ucap Joon Jae lalu merasa
sudah kenyang dan mengucpkan terimakasih atas makananya.
Si Ah pun dengan sikap ramah mengucapkan selamat ulang
tahun dan berharap agar janji pertemuannya menyenangkan. Nam Doo mengeluh ternyata Joon Jae tidak
akan termakan dengan ucapan manis dan memang
kepala batu dengan memberikan beberapa lembar uang.
“Joon Jae tidak akan bertemu
dengan seorang
wanita, 'kan? Apa dia
punya pacar?” ucap Si Ah curiga
“Tidak mungkin Sulit bagi orang berkepala batu begitu punya pacar. Dia tidak bisa memutuskan atau tetap fokus. Dia akan membiarkan tiap wanita melewati batas itu...,tapi
ternyata tidak ada satu wanita pun yang pernah bisa melewati batas itu. Tapi apa benar kau yang memasak ini semua?” ucap Nam Doo makan semua makanan
“Apa Kau pikir aku mau masak beginian? Wanita pelayan itu yang
memasaknya.” Ucap Si Ah sinis
Nyonya Mo menatap foto anaknya yang terlihat masih kecil,
mereka pergi ke dalam sebuah akurium. Ia mengingat saat itu mengambil gambar
didepan akurium.
Flash Back
Joon Jae berlari setelah mengambil gambar dengan ibunya,
Nyonya Mo memanggilnya agar mereka bisa pergi bersama. Joon Jae mengatakan akan
bermain sampai
pintunya tertutup lalu berlari masuk ke dalam, Nyonya Mo meminta anaknya
berhati-hati dan akan menyusulnya.
Joon Jae berada ditempat yang sama saat pergi bersama
dengan ibunya, seperti sangat merindukan ibunya yang tak pernah ditemuinya.
Suasana akurium terlihat sangat ramai, salah seorang anak kecil melihat ada
putri duyung dalam akuarium. Si ibu pun melihat Sim Ryung si putri duyung ada
dalam akurium.
“Tapi masih ada sisa 30 menit lagi
sampai acara putri duyung. Apa memang sudah dimulai?” ucap Ibu si anak binggung.
“Ibu... Putri duyungnya... memakan ikan-ikannya.” Kata si anak ketakutan karena Sim Ryung memakan
langsung ikan-ikan yang ada di dalam akuarium
“Tidak mungkin. Putri Duyung berteman dengan ikan. Dia tidak pernah memakan mereka.” Kata ibunya tak percaya, tapi si anak terlihat
ketakutan.
Si manager pergi ke bagian atas akurium dan sempat
terpeleset, lalu bertanya-tanya Apa penyelamnya sudah masuk ke
air, padahal Acaranya belum mulai. Anak buahnya pikir seperti itu. Tapi mereka melihat
salah seorang wanita dengan mengunakan kostum duyung dengan dibantu berjalan
untuk masuk kolam.
“Siapa itu? Siapa yang masuk ke
dalam?” teriak si manager binggung.
Sim Ryung menjadi sorotan, beberapa pengujung mengambil
gambarnya, saat itu ia melihat Joon Jae yang berjalan melewati akuriumnya. Sim
Ryung mencoba memanggil tapi Joon Jae tak menyadarinya. Sampai akhirnya Joon
Jae berhenti melangkah dan melihat ke arah Sim Ryung, tapi seperti tak
mengenalnya jadi pergi begitu saja.
Petugas mendatangi manager bertanya apakah orang
masuk ke dalam air. Manager membenarkan dan
bertanya kenapa hal ini bisa terjadi, bahkan Di hari penting kita melakukan
rekonversi menurutnya itu pelanggaran
keamanan tingkat besar.
Sim Ryung keluar dari akuarium, si wanita melihat dengan
wajah kesal seperti perkerjaanya diambil. Manager bertanya apakah Sim Ryung adalah orang
yang masuk ke dalam air dan
melakukan atraksi putri duyung. Sim Ryung binggung. Si
Manager kembali bertanya kenapa Sim Ryung bisa masuk, tapi Sim Ryung hanya diam
ketakutan.
Joon Jae menerima pesan dari Nam Do “Tebak siapa yang aku temui di
Itaewon. Aku bertemu Tomas. Katanya dia akan membunuhmu kalau melihatmu.” Ia tersenyum
melihat foto Thomas yang memegang pisau seperti ingin membunuhnya.
“Aku juga
mengamankan foto yang meyakinkan bahwa kau bertemu seorang perempuan di Spanyol. Apa kau berencana masih menyangkal hal itu?” Joon Jae melihat foto yang sengaja diambil Thomas dan
melihat wajahnya mirip dengan putri duyung yang dilihat sebelumnya.
Si wanita menyuruh pihak kemananan agar menangkap wanita itu
dengan menuduhnya sebagai seperti mata-mata perusahaan. Joon Jae berlari mencari-cari putri duyung yang
sebelumnya seperti memanggilnya. Sim Ryung berlari dan tak sengaja menabrak
anak kecil lalu meminta maaf.
Joon Jae menoleh ke belakang dan melihat Sim Ryung,
wanita yang dicarinya ternyata tak jauh darinya. Ia pun berjalan mendekati Sim
Ryung dengan saling menatap. Sim Ryung menahan air matanya karena berhasil
bertemu dengan Joon Jae.
Flash Back
Di tepi pantai, Sim Ryung menatap Joon Jae yang tak
sadarkan diri lalu meminta maaf karena menciumnya dan membuat semua kenangan
bersamanya hilang, lalu memberikan gelang yang dipakainya pada Joon jae karena
tahu Joon Jae menyukainya.
“Kau mungkin tidak akan mengingatku. Walaupun begitu...,aku
akan menepati janjiku. Aku
yang akan menemuimu. Bahkan
melalui hujan badai berangin pun, meskipun
matahari bisa membakar kulitku..., Meskipun
aku kesepian dan tak ada orang di sisiku, dan meskipun itu tempat yang belum pernah kutuju
sebelumnya...,Aku akan menanggung semuanya... dan akan kupastikan aku menemuimu.” Ucap Sim Ryung sambil menangis.
Joon Jae terbangun dari sadarnya setelah mendengar
bisikan kalimat “Aku mencintaimu.” Wajahnya pun terlihat kebingungan karena berada di
pantai dan tak mengingat apapun kenangan dengan Sim Ryung sebelumnya.
bersambung ke episode 3
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Himne bak diyah!
BalasHapusDn bak dian juga....
Jun ji hyun....chuaaaaaaaaa
Himne bak diyah!
BalasHapusDn bak dian juga....
Jun ji hyun....chuaaaaaaaaa