PS : All
images credit and content copyright :MBC
Jae Yi sudah siapa memeriksa pasien selanjutnya, den
memanggil nama Kim Bok Joo. Bok Joo pun masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Jae
Yi kaget mengingat Bok Joo adalah wanita yang ditolong saat mengangkat meja
rias. Bok Joo membenarkan kalau mereka bertemu
beberapa hari lalu. Jae Yi seperti tak percaya.
“Apa kau kesini untuk konsultasi?” tanya Jae Yi lalu menyuruhnya duduk, Bok Joo pun duduk
didepan Jae Yi seperti masih canggung.
“Sepertinya kita punya ikatan
spesial.” Ungkap Jae Yi merasa pertemuan mereka tak terduga.
“Dokter.... Apa kau suka Messi?” tanya Bok Joo dengan wajah serius.Jae Yi binggung
karena tiba-tiba Bok Joo menanyakan hal itu.
Flash Back
Nan Hee memberitahu kalau yang dilakukan adalah tips yang
paling bagus, yaitu Pria tertarik pada wanita yang menyukai hal yang sama dengan mereka dan Pria menyukai olahraga, apalagi sepak bola. Maka Jika seorang wanita menyukai
Messi, pria
pasti ingin minum bersamanya.
“Apa kau... menyukai Messi?” tanya Bok Joo kembai karena ingin tahu ketertarikannya.
“Messi, maksudmu.... pemain sepak bola?” ucap Jae Yi terlihat masih bingung. Bok Joo
membenarkan,
“Aku suka pemain sepak bola. Diantara semuanya, aku adalah
fans berat Messi.” Ungkap Bok Joo, Jae Yi pun
mengaku kalau ia juga penyuka Messi.
“Dia adalah pemain sepak bola yang
hebat. Badannya
tidak terlalu besar tapi
dia sangat gigih.” Ungkap Jae Yi
Bok Joo mengaku kalau Messi memang
sangat gigih jadi itu yang disukainya. Jae Yi hanya
mengangguk dengan tatapan binggung, Bok Joo melihat Messi juga tampan dan
juga terlihat jantan. Jae Yi membenarkan dan
mengajak agar membicarakan tentang sepak bola nanti dan lakukan pemeriksaan,
Bok Joo keluar dari klinik dengan senyuman malu-malunya,
teringat kembali dengan perkataan Jae Yi setelah melakukan pemeriksaan. Ia
melihat Jae Yi seperti seorang malaikat yang berbicara padanya.
“Nona Kim Bok Joo... Kau tidak membutuhkan pengobatan
khusus. Aku
menyarankan diet dan terapi kebiasaan. Jangan
menginginkan turun berat badan secara instan. Lebih penting untuk menurunkan berat badan secara sehat. Pikirkanlah lagi. Jika kau
benar-benar menginginkannya, datang
dan mendaftarlah untuk sesi ini.” ucap Jae
Yi
Bok Joo masih tersenyum-senyum sendiri setelah menuruni
tangga melihat brosur yang dibawanya, (KENAPA TINGKAT KEBERHASILAN
UNTUK MENURUNKAN
BERAT BADAN HANYA 17 PERSEN? -BIAYA
AWAL 590 RIBU WON) Ia langsung menjerit kaget
melihat harganya, seperti tak mungkin bisa membayarnya.
Saat itu gambar Jae Yi seperti bergerak dimatanya dan
berbicara untuk merayunya “Datang dan mendaftar.” Ia pun hanya bisa menatap sedih seperti ingin sekali
mengikuti agar bisa sering bertemu.
[EPISODE 3, LET IT GO]
Bok Joo pergi ke ATM dengan memilih transaksi cel saldo
tabungan, wajahnya langsung kaget
melihat tulisan (SISA SALDO 390 RIBU WON) lalu bertanya-tanya kenapa uang yang dimilikinya hanya
sedikit. Ia pun teringat membelikan
hadiah ulang tahun untuk pamannya bulan lalu.
“Kenapa aku membelikannya jaket bukannya sepasang kaus kaki?” keluh Bok Joo menghitung pengeluaran membeli hadiah
paman dan akhirnya mengambil seluruh uang di tabunganya.
“Apa yang harus kulakukan? Aku butuh 200 ribu won lagi untuk
mendaftar. Haruskah
aku meminta Ayah membayarku untuk
kerja part-time yang kulakukan? Haruskah
aku berbohong tentang membeli sepatu untuk angkat besi?” ucap Bok Joo merasa ide yang terakhir adalah yang
paling bagus lalu keluar dari ATM dengan berlari
Joon Hyung yang sedang mengendarai sepeda sempat melihat
Bok Joo dan memanggilnya, tapi Bok Joo yang serius ingin mendapatkan uang tak
melihatnya hanya terus berlari. Joon Hyung melihat bertanya-tanya kenapa Bok Joo sangat
terburu-buru, lalu berkomentar cara
berlarinya kalau memang mirip Bok Joo yang
dikenalnya, sama sekali tidak berubah.
Tuan Kim menempelkan beberapa plester di bagian depan
motor, Bok Joo datang melihat dari kejauhan mendengar suara pamanya yang sedang
mengeluh. Dae Ho melihat banyak Tempelan dimana-mana menurutnya Skuter akan jadi berwarna
hijau sebentar lagi.
“Lebih baik kita beli saja yang
baru. Kita
sudah menggunakannya selama 18 tahun. Itu
sudah cukup.” Ucap Dae Ho tak tahan melihatnya.
“Kenapa kita harus membeli yang
baru kalau ini
masih bisa digunakan? Ini
masih bagus untuk dipakai 10 tahun lagi.” Kata Tuan
Kim melihat motornya masih bagus
“Aku belum pernah mengatakan ini
sebelumnya, tapi
sangat memalukan mengantar makanan menggunakan
sampah ini. Ini sama
dengan mengendarai... seekor
keledai tua.” Ucap Dae Ho
Bok Joo yang mendengarnya seperti tak tega melihat
ayahnya, lalu datang mendekatinya. Tuan Kim melihat anaknya datang bertanya
kenapa datang disaat jam yang tak biasa. Bok Joo balik bertanya apakah skuternya
rusak. Tuan Kim mengaku
hanya jatuh dan sedikit rusak.
“Hei... Bok Joo, bilang pada ayahmu untuk
membeli yang baru. Coba kau Lihat
sampah itu, Pengiriman
adalah hal yang penting untuk restoran ayam.” Keluh Dae Ho
“Astaga, diamlah! Jika kau punya rasa prihatin, maka kau bisa mengatakan itu
lagi setelah mendapat uang lebih banyak. Kau bekerja sebagai pemeran
pembantu bahkan
tidak dibayar. Jangan mengatakan
apa yang harus kulakukan!” ucap Tuan Kim mengomel.
“Bossnya sangat jahat, jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku tidak punya kekuatan untuk
komplain.” Kata Dae Ho membela diri
“Itulah kenapa kau harusnya focus saja menjalankan bisnis ini.” balas Tuan Kim,Bok Joo pun tak bisa berkata-kata lagi
hanya menatap sedih karena tak mungkin meminta uang pada ayahnya.
Joon Hyung mulai latihan renang dengan semua atlet,
pelatihnya pun memuji karena melihat JoonHyung tidak ada
tekanan dan melakukan hal yang bagus. Joon Hyung yang bersebelahan dengan Tae Kwon bisa
tersenyum mendengar komentar pelatih.
Sementara Shi Ho juga ikut berlatih dengan semua pesenam
lainya, tapi beberapa kali melakuan kesalahan dan mengulanginya. Soo Bin atlet
lainya terlihat melakukan dengan cara yang baik memainkan pitanya. Pelatih
memuji Soo Bin fleksibel, jadi hanya membutuhkan
ketepatan, serta
menjaga kakinya ketika menendang.
Shi Ho sempat melirik sinis medenga pujian untuk Soo Bin,
Pelatih memanggil semua untuk berkumpul karena latihan mereka sudah
selesai, lalu bertanya Siapa
yang berat badannya melebihi standar. Empat atlet mengangkat tangan. Pelatih menyuruh mereka
melakukan lompat tali sebelum pulang dan tak boleh pulang kalau berat badannya tidak turun hari ini. Lalu memanggil Shi Ho untuk bicara.
Keduanya duduk dibangku penonton, Pelatih melihat Shi
Ho tidak
sebaik yang dipikirkan lalu bertanya apa masalahnya. Shi Ho mengaku kehilangan keseimbangan
saat melakukan putaran, tapi
menurutnya jika melatih otot kakinya maka....
Pelatih menyela kalau masalahnya tidak sesederhana itu.
“Apa kau sudah lihat... seberapa berkembangnya Soo Bin? Dia sangat berkembang. Jadi kenapa kau tidak mendapatkan latihan di Russia selama liburan?” saran pelatihnya, Shi Ho kaget mendengar negara Russia.
“Yah... Russia.. Mungkin akan sedikit mahal, tapi bagaimana kau menghabiskan
musim dinginmu itu sangat
penting. Diskusikanlah
dengan ibumu mengerti?” ucap Pelatihnya, Shi Ho hanya
terdiam.
Sun Ok memeluk Nan Hee bertanya keberadaan Bok Joo
karena tidak
bisa menghubunginya. Nan Hee pikir temanya
itu sedang
mengantar pesanan menurutnya Ayam
Bok membuatnya bekerja terlalu keras akhir-akhir ini. Saat itu di lorong samping dua atlet senam ingin pergi
ke ruangan TV dan berharap tak ada orang disana.
Dua kubu yang saling bertolak belakang, menatap bersaman.
Mereka seperti tahu sama-sama ingin menonton TV dan langsung berlari siapa yang
lebih dulu sampai di ruangan TV. Nan Hee sempat kehilangan kesempatan sampai
akhirnya melempar sandalnya dan Sun Ok dengan sigap mengambil remote TV sebelum
jatuh. Si atlet senam pun berhasil mengambil sandal yang ada diatas meja karena lebih dulu sampai di
ruangan TV.
“Aku datang ke tempat ini lebih dulu, jadi Ini milik
siapapun yang datang lebih dulu.” Ucap Si
atlet senam tak terima
“Apa kau akan menonton acara
makanan lagi? Apa
untungnya menonton itu? Kau
harus memperhatikan berat badanmu.” Ejek Nan
Hee
“Lalu kenapa
kau membaca majalah fashion? Lagipula
kau tidak bisa memakai baju-baju itu.”balas si
atlet senam tak mau kalah.
“Kami tidak membaca majalah
fashion.” Balas Nan Hee, saat itu Bok Joo datang dengan wajah
sedih dan lelah.
Nan Hee bertanya kemana saja Bok Joo seharian, Dua atlet
melihat Bok Joo memilih untuk pergi saja ke tempat sauna dengan wajah
ketakutan. Bok Joo bertanya pada dua temanya apakah punya uang. Sun Ok melihat
kantung jaketnya ada sekitar 20 ribu won. Nan Hee mengelurkan uang 11 ribu
won berpikir Bok Joo ingin memesan pizza.
Bok Joo menghela nafas karena yang dibutuhkan 200 ribu
won dan memilih pergi karena ingin istirahat. Nan Hee memanggilnya karena mereka pasti
bisa mendapatkan
cukup pizza dengan mengunakan kupon. Bok Joo memilih
untuk masuk kamar dan terlihat sedih tak bisa memiliki uang yang cukup.
Shi Ho pulang ke rumah, belum sempat masuk terdengar
teriakan ayahnya dari dalam rumah. Tuan Song berteriak marah menurutnya Shi Ho harusnya
berhenti dari dunia senam sejak dulu karena
mereka bahkan menjual rumah untuknya.
“Jika kita menginvestasikan lebih
banyak uang untuknya, kita
harus pindah ke tempat yang
lebih murah, oke?” teriak Tuan Song
“Apa yang bisa kita lakukan
sekarang? Kita
sudah menjual rumah kita dan sudah
sejauh ini, jadi Kita
tidak bisa menyerah sekarang. Dia
sudah dekat menuju keberhasilannya.” Kata ibu
Shi Ho
“Siapa yang ingin dia berhasil? Itu hanya Kau dan
Ini bukan keinginan Shi Ho.” Teriak Tuan Song
“Ini semua untuknya. Berat badannya terlalu rendah,
dia kekurangan gizi, dan dia belum mendapatkan
menstruasinya. Aku juga
tidak ingin menekan putriku sekeras ini.” kata Ibu
Shi Ho
Shi Ho mendengar pertengkaran ibu dan ayahnya didepan
rumah dengan tatapan sedih dan memilih untuk pergi meninggalkan rumahnya.
Jae Yi dan Ah Young makan direstoran bersama, Ah Young
heran melihat temanya itu karena terus melamun dan berpikir baru saja melihat hantu atau
semacamnya. Jae Yi menceritakan karna mengingat pertanyaan
yang ditanyakan seseorang padanya kemarin. Ah Young menanyakan pertanyaan seperti apa.
“Salah satu pasienku bertanya
padaku... apakah
aku suka Messi.” Cerita Jae Yi,
“Bukankah dia pemain sepak bola
dari Argentina?” kata Ah Young binggung.
“Kalau dipikir-pikir, selama ini aku selalu bertanya pada
pasienku. Sudah
lama aku tidak pernah ditanyai
sebuah pertanyaan. Terlebih
tentang hal yang aku suka.” Kata Jae Yi dengan
senyumanya.
“Kau pasti cukup terkejut, karena Kau biasanya tidak membicarakan
tentang pasienmu. Apa
dia cantik?” ucap Ah Young, Jae Yi tak tahu tapi
menurutnya pasiennya itu cantik.
Saat itu Bok Joo sedang latihan dengan semua atlet angkat
besi dan matanya melihat Jae Yi yang sedang mengangkat barbel didepanya dengan
senyuman mengoda, lalu melihatnya lagi didepan pintu sedang memegang payung
seperti menunggunya. Bok Joo merasa dirinya sudah gila dengan melampiaskan dorong
yang keras.
“Hei... Apa yang kupikirkan? Tidak ada obat untuk penyakit
cinta. Sadarlah.” Jerit Bok Joo dalam hati, saat itu terlihat Nan Hee
yang sedang melatih membungkukan badanya menjerit kesakitan.
“Kau bisa mematahkan tulang
belakangnya.... Hentikan.” Teriak Sun Ok menarik tangan Bok Joo, Nan Hee pun
memegang pungungnya dan Bok Joo seperti tersadar melihat kalau sedang membantu
temanya, Sun Ok pun menanyakan keadaan Sun Ok.
“Tidak apa-apa, Aku merasa seperti badanku
bengkok setengahnya.” Kata Nan Hee memegang
bagian belakangnya.
“Kau bertingkah aneh sejak
kemarin. Apa ada
yang mengganggumu?” tanya Sun Ok heran
“Tidak, aku hanya merasa tidak
enak badan.” Ungkap Bok Joo berbohong
“Apa kau berpura-pura supaya kau bisa melewatkan acara mendaki gunung? Sesuatu terasa mencurigakan.” Kata Nan Hee curiga
Bok Joo teringat dengan
acara lomba mendaki gunungnya besok, Suk Ok pikir akan pergi kesana kemari
sekarang jika tidak harus mengkhawatirkan itu sambil mengeluh kampus mereka selalu menjadwalkan acara seperti ini di hari Sabtu. Bok Joo tak banyak komentar memilih untuk pergi saja
karena ingin mencuci wajahnya.
Bok Joo keluar dari ruangan atlet angkat besi dan sempat
berpapasan dengan Ye Bin. Saat itu didepan sudah ada Jae Yi yang mendekatinya dengan
membawakan payung. Bok Joo kaget merasa
dirinya pasti benar-benar sudah gila.
“Kenapa kau belum mendaftar?” ucap Jae Yi, Bok Joo benar-benar tak percaya melihat
Jae Yi bisa bicara sekarang.
“Aku tidak punya uang, dan a harus pergi latihan. Tolong jangan lakukan ini padaku.” Kata Bok Joo ketakutan
“Kenapa kau belum datang untuk
mendaftar?” tanya Jae Yi seperti ingin merayu Bok
Joo.
“Kenapa juga kau melakukan ini
padaku? Kumohon
hentikan.” Kata Bok Joo merasa dirinya memang sudah
gila.
Jae Yi memberikan senyumanya, Bok Joo meminta agar Jae Yi
tak tersenyum padanya dan mencoba menghindarinya. Jae Yi mengikutinya
menyarakan Bok Joo agar Berhenti ragu-ragu dan Percaya
saja padanya dengan menerima
sarannya. Bok Joo merasa dirinya sudah gila bisa mendenagr
suara Jae Yi.
“Dan juga, sinar UV bisa sangat berbahaya bagi wanita. Kau harus melindungi dirimu
sendiri. Bawalah payung...” ucap Jae Yi terus
mengikutinya.
“Ahh.... Beginilah kenapa orang-orang jadi
gila.” Kata Bok Joo berlari ketakutan menutup kupingnya tak
ingin mendengarnya.
Dimata Bok Joo, Jae Yi terus-terus mengikutinya kemana ia
pergi, tapi di lihat oleh mahasiswa lainya, Bok Joo berlari-lari sendirian
seperti orang gila yang menghindari sesuatu.
Joon Hyung sedang melatih otot-ototnya pada ruangan
fitness, lalu ponselnya berbunyi dan melihat pesanya dengan wajah serius. Shi
Ho sedang duduk sendirian dengan meminum bir dalam kemasan, Joon Hyung datang
mengambil bir dari tanganya menyuruh Berhenti minum karen melihat sudah meminum semuanya.
“Kau memang yang terbaik. Kau benar-benar datang kesini untuk mantan kekasihmu yang
buruk.” Ucap Shi Ho bisa tersenyum melihatnya.
“Kau mengancamku dengan mengatakan kalau kau akan menungguku disini
sepanjang malam.” Kata Joon Hyung, Shi Ho
hanya tersenyum.
Keduanya berdiri di pinggir sungai, Joon Hyung bertanya
apakah sesuatu terjadi pada Shi Ho. Shi Ho bertanya apakah Joon
Hyung. terlahir
dengan sendok emas Atau
apakah terlahir dengan sendok perak di mulutnya. Joon Hyung mengatakan dirinya bukan dari keduanya.
“Sepertinya kau bisa mengatakan
kalau aku
terlahir dengan sendok tembaga.” Komentar Joon Hyung
merasa bukan anak orang kaya.
“Jika aku bisa terlahir kembali, maka aku ingin terlahir dari keluarga
kaya. Aku ingin
memiliki orang tua yang
bisa sepenuhnya mendukungku, dan
tidak ingin memiliki kekhawatiran. Meskipun
aku tidak bekerja keras dan
bermalas-malasan setiap saat, orang
tuaku akan menikahkanku dengan seseorang yang berasal dari
keluarga baik-baik. Kau tahu Pyeongchang-dong, kan? Aku akan sangat suka tunggal di
rumah yang mewah. Rumah
dengan taman yang indah.” Ungkap Shi Ho merasa
mengeluh dengan nasibnya.
“Jangan mengatakan hal seperti itu
pada siapapun. Itu
membuatmu terdengar bodoh.” Kata Joon Hyung
Shi Ho merasa Joon Hyung melihatnya seperti orang yang menyedihkan, lalu mengaku sekarang sedang putus
asa. Joon Hyung bertanya kenapa Shi Ho bisa merasa tidak
bahagia, yaitu karena jarak antara
apa yang di inginkan
dan realita yang sebenarnya berbeda, jadi
menyarankan agar mencoba untuk
lebih tidak serakah.
“Ayo pulang... Kita
tidak boleh terlambat untuk pengabsenan.” Kata Joon
Hyung, saat itu seperti Shi Ho sempat oleng dan akan jatuh, Joon Hyung memegang
tanganya dan terasa suasana canggung,dengan keduanya saling menatap. Joon Hyung
melepaskan tanganya tapi Shi Ho ingin tetap memegangnya.
“Tanganmu masih terasa hangat.” Kata Shi Ho seperti berusaha untuk bisa kembali
“Kita harus tidur cukup untuk kegiatan yang sibuk nantinya. Ayo pergi” kata Joon Hyung melepaskan tanganya dan pergi.
Shi Ho sedih hanya diabaikan begitu saja.
Bok Joo dkk berjalan bersama, Nan Hee mengaku hanya dengan memikirkan
tentang mendaki gunung. membuatnya merasa sangat kesal. Sun Ok melihat besok hari sabtu bahkan tidak bisa tidur di
dalam menurutanya lebih baik latihan dan ditambah lagi Para
wanita dari bagian senam tidak ikut. Nan Hee tak
percaya mendengarnya.
“Astaga. Kalau aku tahu itu, aku
akan... masuk ke
bagian senam.” Kata Nan Hee dengan gaya mengoda
seperti pesenam
“Aishh... Itu
bahkan tidak lucu. Bisakah
kau sedikit menggunakan hati nuranimu?” ejek Sun
Ok
“Bagaimana dengan aku berbohong dan mengatakan kalau aku... melukai urat lututku?” ucap Nan Hee.
“Itu tidak akan berhasil. Hyung Chul pernah mencoba taktik
yang sama, tapi itu
tidak berhasil. Dia
bilang terkena ambeien.” Cerita Sun Ok
Nan Hee pikir penyakit
Ambeien bukan masalah
karena Banyak orang dari jurusan mereka yang memilikinya, bahkan Bok Joo juga harus masuk rumah
sakit karena masalah itu tahun lalu. Bok Joo kesal karena temanya malah tiba-tiba membahas
dirinya, seperti penyakit itu memalukan.
Nan Hee pikir Tidak perlu malu karena penyakit itu
seperti sebuah medali untuk yang berada di cabang
olahraga berat.
“Pokoknya, kita tidak bisa
melewatkannya kecuali
kita memiliki cedera yang serius. Banyak
orang yang mencoba melarikan diri dari acara ini. Itulah kenapa rektor akan
memberikan hadiah
uang untuk pemenangnya.” Kata Sun Ok, Bok Joo
langsung melotot mendengar hadiah uang dan bertanya berapa hadiahnya.
Bok Joo masuk
kamar dan duduk di meja belajarnya, mengingat ucapan Sun Ok sebelumnya “ Kalau
tidak salah 300 ribu won? Aku
dengar itu uang rektornya sendiri, Ini
akan jadi sebuah event kecil.”
“300 ribu won lebih dari cukup untuk mendaftar program itu. Ini adalah kesempatan bagiku. Ini adalah kesempatan emas. Kalau begitu... haruskah aku mendaki gunung
sialan itu
secepat yang aku bisa?”gumam Bok Joo penuh semangat
membayangkanya.
Para tim angkat besi pun menaiki bus untuk menuju gunung,
saat itu suara terlihat tak bersemangat. Ye Bin duduk dibagian belakang
mengajak semua agar nyanyikan yel-yel mereka. Bok Joo dkk pun ikut bernyanyi dengan meneriakan
“Tim Angkat Besi Haneol, Kumpulkan
kekuatan dan angkat. Rebut,
tahan dan lemparkan. Kami
yang terkuat”
Lalu Ye Bin berpura-pura menerima telp dari seseorang,
mereka kembali menyanyi seperti mengikuti gaya sebuah ikalan. Pelatih Yoon
akhirnya membangunkan Pelatih Choi yang tertidur dipundaknya, terlihat mereka
semua sangat bersemangat untuk mendaki gunung kalau akan menenang dibanding tim
pesenam yang tak ikut.
Pelatih Yoon mulai mengajak semua berkumpul dengan
memberikan pidatonya lebih dulu sebelum menaiki gunung. Semua pun berjejer
dengan berbaring rapih. Ia mengaku senang
karena mereka semua sudah sepenuhnya sembuh dari keracunan
makanan.
“Hari ini adalah hari yang
menyenangkan. Aku tahu
kalau kalian bukanlah orang
yang senang mendaki gunung, tapi
perlombaan ini adalah acara yang penting. Kalian tahu, kan?” ucap pelatih, Bok Joo seperti tak mendengarnya dengan
menatap kearah gunung.
“Puncaknya berada di ketinggian
338,2 m. Ya. Aku
yakin akan menang... dan
membuat uang 300 ribu dolar itu jadi milikku. Lalu...” gumam Bok Joo dan kembali melihat bayangan Jae Yi
diatas gunung dengan berkata “Lalu datanglah padaku, Bok Joo.” Membuka lebar tanganya.
Bok Joo mensugesti dirinya agar bisa kuat dan pasti bisa
melakukannya.
Pelatih Yoon memberitahu kalau yang harus mereka lakukan adlah melakukan yang terbaik. Saat itu beberapa atlet sudah mulai menaiki gunung, Bok
Joo melihat dari kejauhan seperti tak sabar tapi pelatih Yoon terus mengoceh.
“Dengar. Tidak peduli setinggi
apapun gunungnya, itu
tidak akan sebesar mimpi-mimpi kalian. Kalian
mengerti maksudku ‘kan? Maksudku adalah tidak ada yang
sulit. Apa
kekuatan terbesar kita? Itu
adalah menginjak-nginjak.... Tunggu” ucap
Pelatih Yoon seperti salah ucapan, Woon Bi mengatakan “Kemampuan
untuk menghadapi rintangan.”
“Ya, menghadapi rintangan. Kita akan kembali bangkit tidak
peduli sekeras
apa kita diinjak-injak. Anak-anak,
aku bahkan tidak mengharapkan salah
satu dati kalian menang hari ini. Aku
hanya ingin kalian semua menyelesaikan perlombaannya... tanpa menyerah. Itu adalah tujuanku dan juga tantangan yang harus kita hadapi
hari ini.” kata pelatih Yoon
Bok Joo sudah benar-benar tak sabar, beberapa atlet
menahan tawa karena tim angkan besi belum juga mulai menaiki gunung. Pelatih
Yoon mengaku membenci ketika orang-orang memanggil mereka gemuk dan dan
berasumsi kalau mereka
tidak akan mampu
mendaki gunung dengan alasan itu. Pelatih
Choi kembali memotong berteriak apakah mereka sudah siap, semua berteriak siap.
Bok Joo langsung berlari dengan cepat melewati semua
atlet yang lebih dulu menaiki gunung, Sun Ok dan Nan Hee berteriak meminta agar
temanya bisa menunggu. Bok Joo terlihat sangat bersemangat menaiki gunung demi
mendapatkan hadiah 300ribu won.
Di bagian atas, Joon Hyung dan Tae Kwon merasa
benar-benar lelah. Lalu mereka melihat Ki Suk datang dan Tae Kwon buru-buru
memapah Joon Hyung mengatakan kalau kakinya
terkilir ketika turun dari bis tadi jadiSepertinya
tidak bisa mendaki lagi.
“Benarkah? Apa sakit? Biar aku lihat.” Ucap Ki Suk terlihat perhatian dan langsung memberikan
tendangan pada tulang kering, Joon Hyung terlihat benar-benar kesakitan dengan
memegang kakinya.
“Berhenti berpura-pura dan Jung Joon Hyung... Kau lebih baik tidak berada di
belakangku saat mendaki
sampai ke puncaknya. Sekalinya
kau melihat belakang kepalaku, maka kau
dan semua teman-temanmu akan dihukum. Mengerti?”ancam
Ki Suk, Joon Hyung mengangguk mengerti dan buru-buru pergi kembali menaiki
gunung.
Bok Joo masih terus mendaki sampai ke puncak, Nan Hee
memanggilnya meminta agar menunggu, sampai akhirnya dengan Sun Ok merasa tidak
bisa mendaki lagi.Dengan nafas terengah-engah
Sun Ok bertanya-tanya ada apa dengan Bok Joo berpikir sebelum mendaki makan sesuatu yang aneh. Nan Hee juga tak tahu dan merasa tidak bisa melakukan ini
lagi.
Joon Hyung dan Tae Kwon menaiki tebing dan mereka pun
sempat ingin istirahat, tapi melihat “Si pria gila” Ki Suk datang. Joon Hyung buru-buru meninggalkan temanya tak ingin
membuat kesalahan lagi. Tae Kwon hanya bisa meminta agar temanya tak
meninggalkan begitu saja.
Saat itu Joon Hyung melihat Bok Joo yang berjalan
melewati pepohonan, lalu berteriak memanggilnya “Gendut” Bok Joo terus berjalan tanpa menghiraukanya. Joon Hyung
merasa sangat terkejut dengan mengejek Dilihat
dari ukurant tubuhya, Bok Joo akan
menyerah.
“Aku tidak yakin apakah kau
memiliki keinginan kuat... atau kekuatan fisikmu.” Ucap Joon Hyung, Bok Joo tetap tak mengubrisnya.
“Hei.... Apa aku hantu? Bicara padaku.” Kata Joon Hyung, Bok Joo merasa tidak
punya tenaga untuk bicara jadi menyuruhnya pergi saja
“Ah. kau sangat bertekad rupanya. Apa kau akan memenangkan juara
satu? Semangat,
Bok Joo! Aku akan
memberikan energiku untukmu!” teriak Joon Hyung
memberikan semangat dengan senyumanya.
Sementara Shi Ho dan atlet senam lainya berlatih seperti
biasa, tatapan Shi Ho sinis melihat Soo Bin seperti mengambil perhatian tapi
terlihat semua yang dilakuanya agar menahan semua perasaan sedihnya.
Joon Hyung sudah sampai di atas lebih dulu, melihat Bok
Joo berusaha mendaki, lalu berteriak menanyakan keadaan dengan mengejek tidak
mau menggendong kalau-kalau pingsan nanti dan tidak akan merawatnya meskipun melukai punggungnya, lalu merasa harus memanggil tim kesehatan sekarang.
Bok Joo menyuruh Joon Hyung pergi menjauh darinya.
Tapi Joon Hyung mendorong Bok Joo agar bisa menaiki
gunung, Bok Joo meminta Joon Hyung menghentikannya sampai akhirnya ia pun jatuh
tersandung. Joon Hyung langsung panik takut kalau Bok Joo sampai terluka,
meminta maaf karena tak sengaja. Bok Joo yang sangat kesal, tak ingin disentuh
oleh Joon Hyung.
“Kau terlihat lelah, jadi aku
hanya ingin membantumu.” Kata Joon Hyung, Bok Joo
seperti menahan rasa sakitnya.
Di bagian atas gunung, Ah Young melihat seseorang akan segera datang karena mereka menawarkan hadiah membuat para atlet
jadi berkompetisi
dengan keras dan mereka pun akan bersiap-siap
menerimanya. Bok Joo dan Joon Hyung akhirnya mendaki bersama, kaki Bok Joo
terlihat pincang karena sebelumnya terjatuh.
“Hei. Maafkan aku.... Kau terlihat lelah, jadi aku mencoba membantumu.” Ucap Joon Hyung, Bok Joo membalikan dan dengan tatapan
sini, Joon Hyung ketakutan menutupi wajahnya.
“Apa Kau akan memukulku dengan
kepalaku lagi?” kata Joon Hyung, Bok Joo memilih untuk
pergi. Joon Hyung meminta agar Bok Joo berpegangan padanya karena pasti akan
lebih mudah. Tapi Bok Joo menolaknya dengan menarik tanganya.
“Hei. kalau begitu Naiklah ke
punggungku,. Karena Aku
membuatmu jatuh, jadi aku akan menggendongmu dan paling
tidak nanti punggungku
akan sakit saja” kata Joon Hyung sudah siap dengan
mengendongnya, Bok Joo dengan kesal memilih untuk mendorongnya.
“Bok Joo! Aku terluka.... Lututku terluka.” Teriak Joon Hyung kesakitan, tapi Bok Joo bahkan tak melihat
ke belakang sama sekali.
Keduanya kembali terus mendaki gunung dan akan sampai ke
puncak, betapa kagetnya melihat sudah banyak orang yang duduk untuk
menghilangkan rasa lelahnya. Joon Hyung tak percaya ternyata Sudah banyak yang datang. Bok Joo benar-benar sedih melihatnya karena gagal
mendapatkan uang.
“Ya, mereka semua atlet....Sepertinya mereka sangat
kompetitif, karena Mereka
ditawari hadiah jadi Ini
masalah.” Kata Joon Hyung
“Bok Joo.. Ayo kita obati pergelangan
kakimu. Kau harus
mengompresnya dengan anes...” ucap Joon Hyung dan langsung disela oleh Bok Joo.
“Enyahlah.” Kata Bok Joo kesal, Joon Hyung binggung. Bok Joo
menyuruh Joon Hyung untuk pergi dari hadapanya
“Kita bukan teman dan hanya satu SD. Kenapa kau terus menggangguku? Urusi saja urusanmu. Kau mengacaukan segalanya.” Kata Bok Joo kesal dan berjalan pergi, Joon Hyung
binggung karena Bok Joo tak perlu sekejam itu padanya.
Tiga atlet angkat besi pun kembali pulang, Nan Hee dengan
penuh semangat bertanya apa yang akan mereka makan, Jokbal, Bossam, atau makan
bir dengan ayam, sosis, dan
kentang goreng. Sun Ok pikir menu terakhir kedengarannya
bagus.
“Ayo kita makan sampai kita tidak
kuat lagi. Bok Joo.
Yang mana yang kau inginkan?” ucap Nan Hee penuh
semangat.
“Apa? Aku tidak punya selera
makan.” kata Bok Joo yang sedari tadi sedih tak bisa
mendapatkan uang.
“Astaga. Sun Ok. Apa
aku salah dengar? Apa
dia bilang tidak punya selera makan?” kata Nan
Hee heran
“Ada apa denganmu? Kau bilang pergelangan
kakimu baik-baik saja. Kau
berhasil sampai atas. Itu bagus.” Ucap Sun
Ok, Bok Joo seperti masih tetap tak bergairah.
“Ini pertama kalinya kita
jalan-jalan malam
hari setelah sekian lama. Jangan seperti ini. Ayo ikut sekarang. Aku sangat lapar sampai-sampai perutku jadi datar begini.” Kata Nan Hee merayunya.
Sun Ok menyuruh Bok Joo ikut saja karena Nan Hee itu
pasti tidak
akan berhenti. Bok Joo mengajak mereka untuk makan yang
disebutakan tadi da meminta agar tetap diam, Sun Ok mengeluh mereka yang harus
melakukan hal seperti ini.
Mereka pun makan dengan tiga kali berganti minum dan
menghabiskan beberapa gelas bir. Bok Joo mengaku tidak
butuh apapun lagi tapi hanya ingin memiliki
temanya. Nan Hee setuju karena Bok Joo sekarang terdengar seperti dirinya sendiri.
“Bok Joo sudah selesai meminum
birnya. Keren.” Komentar Sun Ok melihat Bok Joo sudah
menghabiskan minumanya.
Tiba-tiba Bok Joo melihat gambar diatas meja, wajah Jae
Yi yang mengajak bersulang untuk diet sehatnya. Saat itu matanya melotot dan bisa tersadar. Sun Ok
melihat Nan Hee minum meminta agar pelahan karena bisa mabuk dan sudah gelas ketiga. Bok Joo menyuruh Nan Hee agar Pelan-pelan.
“Tidak apa-apa. Sudah lama kita
tidak begini. Aku... Tidak akan
bisa minum lagi.” Kata Nan Hee dengan
mengibaskan rambut kuncir duanya, pria dibelakang mengeluh kesakitan karena
mengenai punggungnya. Bok Joo meminta maaf dan menyuruh Nan Hee agar pindah.
Tapi Nan Hee yang mabuk sengaja mengibaskan rambutnya.
“Apa yang harus kita lakukan? Dia melakukannya lagi.” Kata Sun Ok, Bok Jo mengajak mereka agar segera
menghabiskan makanan. Nan Hee ingin foto selfie dan kembali mengibarskan rambutnya,
Bok Joo langsung menariknya agar Nan Hee tak membuat masalah.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
thank's for your sinopsis
BalasHapus