PS : All
images credit and content copyright : SBS
Si putri duyung melewati tebing yang tinggi, wajahnya
tersenyum melihat ke langit dengan lampion yang berterbangan. Saat itu Dae
Ryung pu datang dengan perahunya mendekati si ikan duyung, lalu bertanya siapa
namanya. Si putri duyung memberitahu nama Sae Wa.
“Kakakku meninggal waktu aku masih kecil..., dan nama kakakku itu Sae Wa. Itu artinya...” ucap Dae Ryung di lanjutka oleh Sae Wa
“Artinya... ..."anak yang periang dan
bersinar." Ada
seseorang yang menamaiku nama
itu. Haruskah
aku menceritakan kisah itu?” kata Sae Wa.
Flash Back
“Musim panas, 20
tahun lalu. Ada seorang anak yang berasal dari Hanyang mengunjungi rumah
keluarga ibunya untuk bermain di pantai.”
Beberapa anak kecil sedang bermain-main di tepi pantai,
seorang anak kecil menantang temanya untuk bisa berenang ke tengah laut.Si anak
kecil mengaku bisa melakukanya. Mereka merasa kalau anak kecil itu Bohong dan menyuruhnya untuk mencoba agar berenang.
Si anak kecil pun berenang ke tengah laut, tapi akhirnya
malah membuatnya tenggelam, sampai akhirnya datang seorang putri duyung kecil
yang datang menyelamatkanya.
Keduanya pun sudah ada ditepi pantai, Si anak kecil
memberitahu namanya Dam Ryung dan bertanya pada si putri duyung siapa namanya, Si
putri duyung kecil hanya diam saja karena tak tahu namanya. Dae Ryung pikir
kalau memang tak punya nama maka akan memberikan nama.
“Namamu Sae Wa saja. Artinya "anak yang periang
dan bersinar."” Ucap Dam Ryung, keduanya pun terlihat bermain
bersama di pantai dengan bahagai seperti teman sebayanya.
“Setelah musim panas
itu..., anak itu kembali pulang ke rumahnya di Hanyang. Tapi setiap kali dia punya kesempatan, maka dia mencoba kembali
ke pantai. “
Dam Ryung merengek denga membaringkan tubuhnya di lantai
karena meminta agar bisa pergi, ibunya terlihat binggung melihat tingkah
anaknya. Sang ayah berpikir sejenak, tapi akhirnya memutuskan agar membiarkan
anaknya untuk datang ke rumah kakek dan neneknyy.
“Tapi setelah pulang dari rumah
kakek-nenekmu di Heupgok, maukah kau belajar yang rajin?” ucap sang ayah, Dae Ryung langsung duduk tegak dengan
penuh semangat mengatakan akan belajar yang rajin.
Dam Ryung datang ke pantai menemui Sae Wa dengan berbagi
makanan da juga menebar kelompak bunga yang terlihat sangat indah di terbangkan
oleh angin laut, keduanya terlihat sangat bahagia.
“Anak itu memberi
makan si putri duyung makanan daratan yang belum pernah dimakannya... dan dia menunjukkan pada si putri duyung hal-hal yang indah untuk pertama kalinya. “
Beberapa tahun kemudian, mereka terlihat mulai remaja.
Dam Ryung memberitahua Setengah bulan lagi, ada putusan
calon pengantin (di mana
tertulis Empat rukun pengantin pria dan wanita) yang dikirim ke rumahnya, Sae Wa seperti tak mengerti. Dam Ryung memberitahu
kalau ia akan menikah.
“Apa itu menikah?” tanya Sae Wa binggung
“Aku harus hidup dengan perempuan
lain. Aku hanya
bisa melindungi dan menyukainya.” Jelas Dam
Ryung
“Berarti, kau tidak bisa datang ke pantai lagi?” ucap Sae Wa sedih
“Aku tidak tahu. Apa Kau
tidak bisa hidup di daratan?” ucap Dam Ryung sangat
berharap
“Kalau aku sudah dewasa, barulah aku bisa hidup di daratan. Katanya kalau putri duyung ke
daratan, ekornya
berubah jadi kaki. Tapi, tidak sekarang.” Ucap Sae Wa
“Aku tidak ingin meninggalkanmu.
Aku tidak ingin melindungi dan menyukai perempuan lain. Aku selamanya tidak ingin hidup
bersamanya, kalau
bukan kau.” Kata Dam Ryung
Sae Wa pikir tak ada yang bisa dilakukan karena tak mungkin tinggal di daratan dan Dae Ryung juga
tak bisa tinggal di laut. Dae Ryung hanya bisa terdiam dan saat itu Sae Wa
terlihat menangis. Sae Wa pun kembali ke lautan dengan rasa sedihnya, Dae Ryung
seperti kebingungan dan disampingnya terlihat sebuah mutiara yang
ditinggalkanya.
Dae Ryung akhirnya menikah dengan istri pilihanya, saat
malam tiba terlihat si istri yang sudah mulai mengantuk. Tapi Dae Ryung memilih
untuk keluar kamar dan pergi dengan kudanya.
“Pada malam pertama
pernikahan mereka..., si anak itu meninggalkan kamar
pengantinnya. Dia menunggang kuda selama beberapa hari, menuju lautan.”
Dam Ryung berteriak memanggil Sae Wa di pantai tapi
wanita yang bisa menemuinya tak kunjung muncul, Ia terus berjalan ke tengah
lautan dan harus tenggelam karena tak bisa berenang. Dam Ryung akhirnya bisa
melihat Sae Wa datang yang menolongnya, lalu menciumnya.
“Anak itu tahu.Bahwa
putri duyung pasti akan muncul untuk menyelamatkannya , yang tidak bisa
berenang.Tapi dia tidak tahu rincian apa yang penting. Putri duyung memiliki kemampuan khusus. Yaitu .. Dengan mencium
manusia, mereka dapat menghapus kenangan akan mereka dari manusia. Dan saat itulah..., putri duyung itu
menghilangkan ingatan anak tersebut, seperti buih ombak.”
Dam Ryung tersadar sudah ada di tepi pantai dan binggung
kenapa bisa ad ditempat itu, semua orang mengerubunginya. Seperti ingatanya
hilang dengan Sae Wa
Dam Ryung memberitahu kalau istrinya, meninggal karena penyakit paru-paru setelah menikah. Sampai di waktu kematiannya, sang istri sangat membencinya karena melarikan diri pada malam pertama
mereka. Ia tapi tidak
bisa ingat walaupun
sudah berkali-kali berusaha mengingat alasan
dirinya bisa lari dimalam itu.
“Jadi Apa akulah..., ...si anak itu?” tanya Dam Ryung, Sae Wa hanya diam saja.
Joon Jae yang tenggelam pun di tolong oleh Sim Chung
dengan memberikan ciumanya, saat itu ingata Joon Jae yang memberikan payung
seperti tak melihat siapapun dan Sim Chung pergi begitu saja. Ketika di
kejar-kejar Joon Jae yang memarahi Sim Chung karena tak mengikutinya, lalu Sim
Chung memberikan sebuah buang dan Joon Jae langsung membuangnya dan pergi
seperti hanya sendirian dikejar oleh gangster.
Joon Jae terbangun di tepi pantai dengan sadarkan diri,
seperti tersadar dengan ucapan Sim Chung “ Aku mencintaimu”. Ia pun tersadar
dengann terbatuk-batuk karena meminum banyak air, dan melihat tak ada orang
disekelilingnya.
Ia mengingat sebelumnya hanya sendirian masuk ke dalam
hotel, menaiki sepeda, dikejar oleh gangster dan menaiki mobil hasil dari uang
Thomas. Dan akhirnya melompat dari atas tebing, seperti sengaja terjun ke
lautan.
“Ah, kenapa juga aku terjun dari
sana? Ugh! Aku pasti sudah gila!” ucap Joon
Jae heran lalu tersadar di tanganya dan binggung kenapa memakai gelang itu.
Joon Jae akhirnya menaiki pesawat dan ditawari secangkir
wine, tatapan matanya mengarah pada lautan lepas dibawahnya. Sementara Sim
Chung melihat pesawat yang terbang diatasnya mencoba mengikutinya dengan
berenang, tapi sepertinya ia tak bisa mengikuti arah pesawat yang berjalan
sangat cepat.
Bandara
Joon Jae keluar dengan topi yang menutupi wajahnya dan
pakaian hitam, berita di TV disiarkan dalam bandara.
“Berita terkini. Seorang tersangka
pembunuhan yang dipenjara di pusat penahanan Seoul...yang kabur telah berada di
bawah perawatan medis. Pihak
berwajib telah merilis foto tersangka pembunuhan, Ma Dae Young, yang berusia
40-an.”
Wajah Tuan Ma terlihat dari camera CCTV, Joon Jae
menunggu di depan pintu dengan melihat seorang pria menjadi pria sebagai
valley, untuk memarkirka mobilnya. Tuan Ma seperti sedang menyamar menjadi
valley, Joon Jae melihat dari kejauhan dan mendekatinya, tapi ternyata hanya
ingin menghentikan taksi yang ada dibelakang.
Joon Jae datang ke sebuah rumah, Nam Do kaget melihat
Joon Jae kembali dan berteriak tak menyangka kalau hidup kembali. Joon Jae
melihat temanya menyuruhnya agar mendekat, Nam Do menenangkan kalau
sudah menduga Joon Jae akan pulang hidup-hidup jadi karena itu tidak
mengangkat telepon
darinya. Joon Jae langsung memukul Nam Do melampaiskan rasa
kesalnya.
“Hei! Kau bahkan tidak tahu betapa aku mengkhawatirkanmu. Bodoh...” ucap Nam Do membela diri
“ Jadi apa itu sebabnya kau memasuki rumah ini seolah-olah
ini rumahmu? Jika aku
tidak bisa kembali selamanya, pasti kau mau gunakan rumah ini seolah ini
punyamu, 'kan?” kata Joon Jae memiting lehernya, Nam Do
meminta agar Joon Jae bisa melepaskan tanganya.
Keduanya pun masuk ke dalam rumah dan terlihat Tae Oh
duduk santai dengan memainkan gamesnya. Joon Jae merasa kalau semua orang
memang tidak
bisa dipercaya. Nam Do menyuruh Joon Jae untuk menaruh
tas dan Tak usah malu-malu.
Joon Jae pikir tak mungkin malu karena memang ini adalah rumahnya.
“Hei! Apa kau meretas passcode rumahku?” teriak Joon Jae kesal pada Tae Ho
“Hei, bukannya tidak ada rumah di
Korea yang yang tak bisa diterobosi Tae O?” ucap Nam Do dengan membawakan sepiring buah untuk
temanya.
“Yah.. Aku sudah mengerti sekarang. Jadi, keluarlah kalian sekarang
juga!” ucap Joon Jae kesal, Nam Do merengek kemana mereka akan
pergi karena Rumahnya dan rumah Tae O sudah dideteksi!
“Hanya ini rumah yang belum
dideteksi karena kau sudah pindah dan menghapus alamatnya. Hei, si Nyonya Jang Jin Ok dari
Myeong Dong Capital itu ternyata orang
yang sungguh percaya sekali pada ungkapan tegas "Aku bisa
melakukannya!" Dia bisa melakukan segalanya!” jelas
Nam Do
Joon Jae hanya diam saja denga memakan buahnya, Nam Do
berbisik pada Joon Jae kalau Ini antara kita berdua saja ada sesuatu yang penting untuk mereka bicarakan. Joon Jae binggung karena tak
mengingatnya, Nam Do langsung menarik Joon Jae pergi keluar balkon, Tae O
melihatnya tapi seperti tak peduli dan kembali mainkan gamesnya.
Joon Jae binggung dengan Nam Do yang terus menariknya
keluar balkon, Nam Do meminta Joon jae melihat benda itu, Joon Jae bingung
karena tak mengerti. Nam Do meminta agar Jangan
pura-pura bodoh di
depannya, karena berpikir Joon Jae tidak kembali Seoul karena benda itu jadi membuatnya khawatir
sekali.
“Benda itu... apa?” tanya Joon Jae binggung, Nam Do memberitahu maksudnya
itu benar seharga 6 triliyun won mereka. Joon Jae masih tak mengerti dan ingin
istirahat
“Hei, gelangnya! Gelang jadite, yang tekstur, kekerasan, transparansi, dan
warnanya seperti asli.” Ucap Nam Do, Joon Jae balik
bertanya darimana Nam Do mengetahuinya.
“Mana aku tahu? Bukannya kau
sendiri yang bilang begitu.” Ucap Nam Do, Joon Jae
merasa tak mengatakan seperti itu, Nam Do heran melihat Joon Jae seperti ingin
berpura-pura menyangkalya.,
“Yah.... Kau bilang kau menipu seorang
perempuan di Spanyol.” Kata Nam Do menyakinkan,
Joon Jae tak percaya karena dalam ingatanya. tak mungkin bertemu dengan seorang
wanita
“Orang lain mungkin akan percaya
kau. Mereka semua mungkin bakal dibodohi oleh kau. Tapi hanya aku disini yang
tak bisa dibodohi. Janganlah
begini, Joon Jae.” Kata Nam Do
Joon Jae binggung karena tak bertemu dengan wanita di
spanyol. Nam Do menceritakan Joon Jae sendiri yang cerota kaalu bertemu dengan
wanita bodoh dan
aneh.
Di dasar laut, Sim Chung dengan kacamata hitam dan tas
kerangnya terlihat pamit pergi pada temanya-temanya dengan melambaikan
tanganya. Sementara di balkon, Nam Do melihat pesan yang dikirimkan Joon Jae
dengan gambar tangan Sim Chung yang mengunakan gelang kuno. Joon Jae merasa bisa gila dengan hal ini, Nam
Do pikir dirinya mungkin yang lebih gila sekarang.
“Hei, apa kau itu kembali dari
Hollywood, bukannya Spanyol? Keterampilan akting-mu makin bagus saja!” ejek Nam Do, Joon Jae pikir bukan seperti itu,
“Aku tidak pernah mengirim SMS
tersebut. Dan aku bahkan tidak pernah bertemu dengan perempuan aneh.” Kata Joon Jae yang tak sadar kalau semua ingatanya
hilang.
“Jadi apa kau tidak punya gelangnya?” tanya Nam Do penasaran, Joon Jae mengaku kalau
memilikinya.
“Lihat, 'kan?! Kau punya
gelangnya! Kau juga
tak bisa mengenali benda
yang biasa! Darimana
kau dapat gelang itu? Apa Kau tak
bisa mengingatnya juga?” kata Nam Do, Joon jae
mengaku tak mengetahuinya karena ingatanya hilang.
“Hei, Joon Jae.... Aku bukan hanya tidak tahu apa
yang kau bicarakan, tapi aku juga bahkan tidak ingin tahu. Perlihatkanlah benda itu. Kita harus menaksir benda itu dahulu.” Ucap Nam Do, Joon Jae pikir nanti saja.
Nam Do kesal kenapa harus nanti, Joon Jae menjelaskan Situasinya
tidak baik sekarang jadi hanya
merasa tidak nyaman dengan cara itu dan akan
melihatnya nanti dan masuk ke dalam rumahnya kembali . Nam Do berteriak kalau
dengan senang hati mengambil semua kegelisahannya jadi meminta agar Joon Jae memberikan gelang iu jadi
bebanya akan
segera hilang
Sim Chung keluar dari lautan dan melihat bulan sudah
muncul, lalu mengingat saat di mobil bertanya apakah Joon Jae akan
segera pergi ke Seoul. Joon Jae memberitahu kalau
itu adalah tempat tinggalnya dan Sim Chung harus ikut juga.
Flash Back
“Bukannya aku merayumu pergi ke
Seoul. Jadi
jangan salah paham dan dengarkan
ini. Di Seoul,
ada begitu banyak hal yang kauinginkan. Misalnya, restoran yang enak. Kau itu suka makan banyak dan juga
sering kelaparan. Selain itu ,
ada Sungai Han disana. Pada musim gugur, kembang api dinyalakan disana. Aku menyaksikan indahnya kembang
api itu dari tempat
yang bagus di Lantai 63.” Cerita Joon Jae melihat
saat itu sangat indah.
“Aku akan mengajakmu menyaksikan kembang api bersama.” Kata Joon Jae, Sim Chung seperti tak percaya
mengajaknya bersama.
“Ya, bersama denganku…. Kau sudah janji!!! Sebuah janji itu haruslah ditepati!” kata Joon Jae, Sim Chung yang tadi menatapnya hanya
menangguk, lalu Joon Jae mengartikan kalau Sim Chung sudah berjanji
“Janji ada untuk ditepati.” Kata Sim Chung, Joon Jae pun memujinya.
Saat itu juga, Joon Jae yang tertidur lelap terbangun
seperti mendengar suara “Aku mencintaimu.” Dan akhirnya terbangun dengan wajah kaget
bertanya-tanya siapa suara wanita itu dengan memegang dadanya yang berdegup
kencang.
[3
Bulan Kemudian]
Joon Jae terbangun dari tidurnya lalu menyalakan TV,
terlihat acara talk show dengan bintang tamu seorang pria yang sudah tua. Si
pembawa acara membahas Konsep dari pembangunan
perumahan masih
baru berkembang di Korea jadi meminta pria itu untuk
menjelaskanya.
“Anggap saja pencetus
atau developer perumahan menggunakan
imajinasinya untuk mencipkatan
sesuatu yang mustahil menjadi
ada. Biasanya
pengukur tanah akan memeriksa
kompleks apartemen atau...” ucap si pria dan Joon
Jae memilih untuk mematikan Tvnya seperti enggan untuk melihatnya.
Tuan Heo Gil Joong sedang bermain golf dengan temanya,
lalu sementara para istri mereka sedang berada di pinggir lapangan. Nyonya Kang
Seo Hee hanya duduk diam sementara yang istri lainya sibuk mengambil foto dan
memuji Nyonya Kang itu seperti yang model ada di majalah, Nyonya Kang hanya merendahkan diri dan mereka pun makan
bersama.
“Belakangan ini, banyak anak
perempuan terlalu banyak maunya. Mungkin
karena aku masih kuno, jadi lebih
suka anak laki-laki. Anak
perempuan memang manis, tapi anak
laki-laki adalah tiruan ayahnya. Makin
tumbuh besar dia, maka makin mirip dia denganku. Keturunan itu memang hal yang luar biasa!” ucap si pria dengan terus mengoceh, istrinya terlihat
panik melihat raut wajah Tuan Heo dan istrinya
“Aku tadi terima telepon dari Ibu
mertua, sepertinya
ini masalah penting. Dan dia bilang ini darurat...” kata istrinya lalu mengajak suaminya pergi.
Sang suami binggung kenapa istrinya malah menarik pergi,
Sang istri meminta agar suaminya bisa menjaga ucapanya karena Ada
rumor beredar kalau CEO Heo merawat
anak yang bukan anak kandungnya. Si suami
kaget mendengarnya.
“Wanita yang tadi itu, Kang Seo
Hee itu istri keduanya. Wanita
itu mengusir istri pertamanya dan membawa anaknya dan dia tidak mau pergi
darisana. Dan anak
pertamanya CEO Heo kabur
dari rumah, dan mereka belum pernah dengar kabar dari anaknya lagi. Apa Kau tidak tahu sama sekali?” ucap si wanita kesal, Suaminya mengaku tak tahu sama
sekali.
“Sudah kubilang berhentilah baca
koran, melainkan
bacalah majalah! Hal-hal
seperti itu adalah keharusan
di bidang pekerjaan ini!” ucap Si istri kesal
“Apa Kau pikir aku belum merana juga? Aku tadi membangga-banggakan
orang itu; apa kau tak lihat aku ini tunduk di hadapannya?” ucap si suami, Istrinya tahu dengan hal itu.
Jadi ia ingin merkea bisa
harus memandang hal yang lebih penting,. Si suami penasaran dengan anak kandung Tuan Heo menurutnya Pemberontakan
anak itu terlalu
kelewatan dan sudah gila.
Joon Jae membuka kulkas dan melonggo melihat isinya yang
kosong lalu bertanya siapa yang mengambil birnya, Nam Do berbaring dengan
menonton TV mengangkat kaleng bir yang baru saja di minumnya. Joon Jae lalu
melihat ke bagian freezer dan juga kosong dan bertanya kemana es krim miliknya,
ternyata Tae O sudah mengambil dan berjalan ke ruangan permainan.
“Apa Kalian belum juga angkat kaki
dari rumah ini? Ini sudah lebih dari 3 bulan!”
teriak Joon Jae kesal
“Hei, mana mungkin kami bisa
pergi? Orang
Myeongdong Capital sedang
mencari kami. Mereka
kira kau itu sudah mati, makanya tidak mengikuti dan mencarimu! Aku takut mereka mengikuti kita
sampai ke ujung dunia.” Ucap Nam Do
“Jadi apa Kau mau tinggal di sini selamanya?” jerit Joon Jae kesal melempar bantalnya, Nam
Do pikir tak perlu berlebihan seperti itu.
“Kita harus bekerja cari target
baru lagi. Aku juga
tidak nyaman disini dan bukan tipe orang yang tidur makan bersama pria dalam satu rumah. Jadi Pengertianlah sedikit.” Ucap Nam Do, Joon Jae menghela nafas panjang.
Di tengah laut, tiga orang nelayan menikmati ikan segar
dan juga soju, tiba-tiba Sim Chung menepi dengan memegang bagian pinggir
kapal.Ketiganya kaget melihat ada manusia yang mendekati kapal mereka.
“Bagaimana caraku agar bisa pergi
ke Seoul? Seoul ada
dimana?” tanya Sim Chung
“Bukannya Seoul cuma lurus saja lalu belok kiri disana?” ucap salah satu pria
“Bukan, kau harus pergi searah laut barat... kemudian belok
kanan.” Kata nelayan lainya.
Sim Chung mengerti lalu mengucapkan Terima
kasih. Si nelayan binggung berpikir Sim Chung yang ingin
berenang sampai ke Seoul karena mereka ad di pulan jeju jadi lebih baik naik
saja. Sim Chung menolak, Sema binggung dan salah satunya berpikir Sim Chung itu
haenyeo? (penyelam wanita desa Korea di Jeju) tapi
yang lainya pikir wanita itu monster air.
Di tepi pantai terlihat para ibu-ibu membersihkan
sampah-sampah yang hanyut dan terlihat beberapa sandal. Pemimpin kelompok
berteriak agar mereka harus istirahat, karena Sebentar
lagi kita akan menciptakan keajaiban
Musa. (terbelahnya Laut Merah)
Saat itu juga jalan yang di tertutup air pasang mulai
terlihat semua menjerit itu seperti sebuah “Keajaiban
Musa” lalu mereka dibuat binggung melihat ada sosok wanita
yang berjalan di tengah mendekati mereka. Salah satunya berpikir wanita itu
datang dari arah ari pasang menurutnya muncul dari air, tapi yang lain percaya
si wanita datang dari pulang seberang.
Sim Chung mendekati para Ahjumma dan bertanya apakah
tempat ii namanya Seoul. Si ketua
mengatakan bukan, Sim Chung mengeluh kalau masih jauh dan sangat Melelahkan
sekali, karena sudah berenang jauh-jauh sampai mau muntah
rasanya. Bibi yang lain datang memberitahu kalau mereka akan
pergi ke Seoul.
Papan bertuliskan [Selamat
Datang di Seoul] Sim Ryung turun dari bus
yang mengantarnya, lalu melihat banyak orang yang lalu lalag didepanya degan
berjalan sangat gesit,
“Disini orang lebih banyak daripada ikan asin. Bagaimana cara menemukan Heo Joon Jae disini?” ucap Sim Ryung
binggung.
Joon Jae pergi ke bagian rahasia dari dress roomnya, ada
banyak pakaian seragam lengkap di simpannya dengan semua profesi, lalu
mengambil baju pilot dan juga topinya. Setelah itu ia pergi ke pakiran dan
terlihat mobil-mobil dengan berbagai jenis perkerjaan sampai ambulance terpakir
dengan rapi.
“Hari ini Nyonya Jang Jin Ok akan latihan golf jam 1 siang. Dan jam
3:30 dia
perawatan massage di spa Gangnam Empire. Setelah kita sampai, kau pergi ke
atap dan
langsung meretas lift-nya.” Kata Nam Do
“Hyung, tetaplah periksa jadwalnya
siapa tahu ada yang berganti jadwalnya.” Kata Joon Jae
“Sudah kuduga, kau terkadang
butuh istirahat. Aku
senang kita bekerja
lagi.” Ungkap Nam Do sebelum masuk mobil
“Kau bilang senang?! Setelah
ini, kemasi barang kalian dan
pergi dari rumahku!” ucap Joon Jae tak ingin
digangu lagi.
Sim Chung mencoba bertanya pada orang yang lalu lalang
apakah mengenal Heo Joon Jae,
tapi semua orang pasti tak akan ada yang mengenalnya. Sementara Joon Jae sudah
ada di mobil, Nam Do merasa tak menyangka mereka kita akan
bertemu dengan orang yang kita tipu di tempat golf.
“Tapi aku belajar waktu pertama
kali... Kalau aku
lebih cepat dari Usain Bolt.” Komentara Nam Do
“Kau
pikir Seoul itu besar, kan? “Tapi nyatanya cuma setelapak tangan. Selama
kita hidup, maka semua
orang saling
berpapasan, Hanya
saja orang tidak
tahu kenyataan itu.” ucap Joon Jae.
Sim Ryung yang kebinggungan berjalan dengan mengambil
semua brosur yang disebar pada jalan. Saat itu melihat sebuah warung tenda yang
menjual odeng. Si bibi bertanya apa yang dinginkanya, Sim Ryung menunjuk odeng.
Bibi memberitahu harganya 1.000 won. Sim Ryung
binggung lalu memberikan kertas yang terlihat harga 1000 won. S bibi mengomel
karena meminta uang, lalu menyuruhnya pergi saja kalau tak punya uang. Mobil Joon Jae yang berhenti di lampu merah
melewati Sim Ryung begitu saja tanpa disadarinya.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar