Nan Gil menarik tangan Na Ri keluar gedung, Na Ri dengan
nada mara bertanya apakah ibunya juga sudah mengetahuinya. Nan Gil mulai
merasakan semua didepanya seperti berputar-putar, Na Ri meminta Nan Gil
menjawab pertanyaanya, Nan Gil menatap Na Ri sudah terlihat pucat. Na Ri pun
panik karena melihat Nan Gil tiba-tiba mengeluarkan keringat yang banyak.
Ran Sook keluar dari persembunyianya berteriak kalau Nan
Gil itu Penipu dan siap
menghajarnya, belum sempat kena pukul Nan Gil sudah terjatuh dijalan. Keduanya
pun kaget tiba-tiba Nan Gil langsunbg terjatuh. Na Ri makin panik berteriak
meminta agar Nan Gil bangun, suara Na Ri seperti bergema di telinga Nan Gil.
Flash Back
“Aku ditinggalkan
tanpa satupun catatan... tentang nama dan ulang tahunku.”
Nan Gil duduk sendirian di tangga dengan wajah termenung,
Nyonya Shin yang sedang lewat melihat Nan Gil duduk sendirian lalu keduanya
berbicara bersama seperti terlihat sangat dekat.
“Kau duduk di sana karena
anak-anak itu menggejekmu. Lain kali, kalau mereka menggejekmu lagi, Katakan, "aku juga memiliki
seorang ibu."” Ucap Nyonya Shin
“Tapi kau ibunya Na Ri.” Kata Nan Gil polos, Nyonya Shin mengaku kalau Ia juga
ibu dari Nan Gil
“Aku cemburu pada Na
Ri... karena dia adalah putri kandungnya
Tapi aku
tidak suka orang lain mengganggunya.”
Nan Gil melihat Na Ri yang duduk sendirian di tempat
bermain, lalu salah seorang anak melempar batu dengan ketapel, Na Ri hanyabisa
menjerit kesakitan, Nan Gil langsung memberikan balasan dengan melemparnya
ketapel.
“Aku memutuskan
untuk menikahi Na Ri untuk membuat ibu menjadi milikku.”
Nan Gil yang masih sekolah mengambar keluarga yaitu, Na
Ri, ia dan ibu Na Ri dan menjadi sebuah keluar lalu berkata akan
menikahi Na Ri. Na Ri sudah mulai remaja
menuggu didepan sekolah karena turun hujan deras, Nan Gil datang memberikan
payung dengan mengaku kalau ibunya yang meminta agar memberikanya. Na Ri sempat
binggung tapi akhirnya mengambil payung dan pulang. Sementara Nan Gil pulang
dengan berhujan-hujannya.
Di depan Pangsit Hong, terlihat spanduk (Selamat Hong Na Ri karena
diterima masuk
ke perguruan tinggi!) Ibu Na Ri pun mengantar
anaknya untuk pindah ke Seoul sampai didepan rumah, Nan Gil melihat dari
kejauhan karena Na Ri akhirnya meninggalkan desanya.
“Setelah dia pergi, Aku menyadari bahwa dia adalah cinta pertamaku.”
Nan Gil menunggu didepan panti asuhan, Tuan Bae turun
dari mobil lalu meminta agar Nan Gil seorang pria dan segera panggilnya "Ayah". Nan Gil menjabat tangan Tuan Bae dan berjanji akan
melakukanya. Nan Gil masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan panti, saat
itu juga ia melihat Nyonya Shin yang mengejar mobil seperti tak ingin berpisah
denganya.
“Dia mengadopsi beberapa anak... dan membesarkan kami untuk
menjadi geng.. yang
saling membenci.”
Nan Gil yang masih remaja melihat teman sebayanya, lalu
mereka pun saling memukul dan berkelahi satu sama lain. Tuan Bae dari atas
melihat perkelahian anak-anaknya dan hanya membiarknya, seperti ia melihat Nan
Gil yang memang paling pintar berkelahi.
Akhirnya Nan Gil pun sudah dewasa dengan wajah penuh
luka, lalu menuliskan surat di meja belajarnya untuk ibunya yang tersayang. Nan Gil pergi ke kampus Na Ri dan melihat Na Ri yang
keluar dengan bergandengan tangan bersama Dong Jin, keduanya mulai berkencan.
Nan Gil melampiaskan amarahnya dengan memukul semua orang
yang ada didepanya, seperti tak peduli lagi akibatnya. Nan Gil duduk didalam
mobil dan melihat Na Ri yang sudah menjadi pramugari menarik kopernya untuk
segera berangkat ke bandara.
“Cinta lamaku sedang
berjalan dan aku hidup di dunia yang gelap, jadi aku tidak bisa
melihat dia lagi.”
Nan Gil keluar dari penjara, sambil bergumam “Aku
harus membayar harga yang mahal... untuk
kembali kepada Ibu.” Saat itu ia datang ke
restoran Hong dan bertemu dengan Nyonya Shin. Nyonya Shin kaget melihat Nan Gil
akhirnya datang ke rumahnya.
Keduanya duduk diatas meja dan Nyonya Shin melihat
beberapa surat Pemberitahuan Tagihan Hutang Da Da Finance dan merasa kalau ini hanya candaan saja. Nan Gil menatap
Nyonya Shin merasa kalau percaya padanya dan mengatakan harus
menjadi kepala keluarga.
Di tepi danau
Nan Gil memperlihatkan surat Pendaftaran
Pernikahan. Nyonya Shin tak percaya kalau mereka
akan menikah dan menurutnya tak mungkin ada yang percaya, lebih baik Katakan
saja Nan Gil adalah anak yang diadopsinya. Nan Gil merasa itu bahkan
lebih sulit lagi secara hukum.
“Semua ini harus menjadi milikku dan Aku akan melindunginya. Apa kau tidak ingin membiarkan
aku memilikinya?” ucap Nan Gil
“Apa maksudmu? Kau bisa memiliki
semuanya. Aku
hanya... merasa
tidak enak. Itu saja.” Kata Nyonya Shin
“Sepertinya kau tidak merasa seperti itu, Kau
berusaha untuk tidak tersenyum, kan?”ejek Nan
Gil
“Terlepas dari itu semua. Aku tahu itu hanya di atas
kertas, tetapi
kau tetap akan menjadi ayah tiri Na Ri. Dia akan pingsan karena
amarahnya.” Ucap Nyonya Shin khawatir
Nan Gil hanya memikirkanya saja sudah membuatnya merasa sakit kepala,karena tahu Na Ri akan
menikah sebentar lagi, menurutnya lebih baik jadi
jangan katakan kepadanya.
Nan Gil dan Nyonya Shin pun melakukan pendaftaran
pernikahan dan Paman Na Ri membuatkan foto sebagai bukti kalau memang mereka
melakukan pernikahan.
“Tidak ada yang bisa diprediksi
dalam hidup.”
Nan Gil masuk ruang UGD dengan wajah panik dan di sebuah
ranjang Nyonya Shin sudah meninggal dunia, Dokter memberitahu kematian pada pukul 5:30 sore tanggal 8 Oktober 2015. Nan Gil menangis memeluk Nyonya Shin karena terlalu
cepat meninggalkanya. Nan Gil pun berdiri menatap Na Ri yang duduk sendirian di
rumah duka.
“Saat aku kehilangan
Ibu, Aku berjanji untuk melindungi Na Ri. Seiring dengan janji itu, cinta jangka
panjangku... berakhir.”
Na Ri masih panik mencoba membangunkan Nan Gil, lalu
menyuruh Ran Sook agar segera memanggil Ambulance. Nan Gil memegang tangan Na
Ri dan mengaku kalau ia baik-baik saja, memina agar tak perlu memanggil ambulance. Na Ri masih
merasa khawatir.
“Bisakah kau mendengarku?” ucap Na Ri, Nan Gil mengeluh Na Ri yang terlalu keras
berteriak, Na Ri pun menyuruh Ran Sook agar segera membawa mobil.
“Kau akan pergi ke rumah sakit, Sekarang Kau tidak baik-baik saja.” Ucap Na Ri saat melihat Nan Gil akhirnya bisa berdiri.
“Aku alergi terhadap sinar
matahari. Itu sebabnya.” Kata Nan Gil, Na Ri mengaku
kalau ia tak akan percaya
“Hei... Ingat dengan siapa kau berbicara. Aku harus mengaduk adonan jadi sangat sibuk.” Kata Nan Gil akan pergi, Na Ri memegang tangan Nan Gil
berusaha menahanya.
“Jangan sampai sakit... Aku egois dan mengatakan itu demi
diriku sendiri. Jangan pernah sakit. Aku tidak memiliki siapapun dan
bahkan tidak tahu apa
yang sedang terjadi. Jadi
kau tidak boleh sakit.” ucap Na Ri
“Aku tidak sakit… Ini mungkin sedikit memalukan untuk
pamer, tapi aku
terlalu sehat. Aku
bahkan tidak tahu kapan terakhir kali aku sakit. Dan Selain
itu, kau tidak perlu tahu apa yang terjadi. Jangan terlalu khawatir. Hati-hati dan jaga dirimu” Kata Nan Gi
Na Ri mengatakan kesimpuanya seharusnya
tidak berpikir tentang
pulang ke rumah dan
sebaiknya hidup sendiri saja. Nan Gil heran kenapa Na
Ri menanggapi
semuanya secara berlebihan dan menurutnya pikiran
negatif hanya membawa pemikiran yang negative lalu
jadi stress. Na Ri tahu Nan Gil akan mengatakan kalau ia akan keriput
“Aku akan membiarkanmu pergi dan membuat adonanmu. Jangan sampai jatuh di jalan. Sampai jumpa.” Ucap Na Ri lalu masuk ke dalam mobil, Nan Gil hanya
bisa mengelengkan kepalanya dan berjalan pulang.
“Dia pasti merasa gelisah... karena berpikir bahwa aku
membiarkannya dengan
semudah itu.” kata Na Ri melihat Nan Gil dari kaca
spion
“Na Ri.... Dia pasti merasa cemas.” Komentar Ran Sook yakin
Tuan Bae memasukan USB ke dalam laptopnya dan meliha
isinya Daftar
nama rekening pinjaman, Kim Young
Soo, Park Jeong Sook, Jung Yong Dae. Dst.. Tuan Bae
marah besar membantin laptop dan menjatuhkan semua barang diatas meja.
Pengacara dan anak buahnya pun datang mengahadap. Tuan
Bae memberitahu kalau Nan Gil menyadari jumlah uang. yang masuk dan keluar melalui
rekening pinjaman termasuk
yang baru-baru ini. Semua terlihat tegang
termasuk teman Nan Gil
“Kalau daftar itu sampai keluar, maka kita selesai. Tidak ada yang tahu tentang
daftar itu kecuali kita. Tapi
siapa yang mungkin bisa... membantu
Nan Gil?” ucap Tuan Bae mengarahkan pandangan pada anak buahnya.
Ran Sook bertanya pada Na Ri apakah ada sesuatu yang
terjadi. Na Ri binggung dengan pertanyaan temanya. Ran Sook
melihat keduanya bersikap seperti pasangan dan terus melihatnya dari kaca spion. Na Ri seperti tak menyadari mereka seperti
itu dengan menyebut “kita.
“Kau tadi bilang "Kita"? Apa kau sangat membutuhkan
seorang pria untuk
bisa merelakan perpisahanmu? Bagaimanapun,
bukan dia orangnya. Kau
perlu melaporkan dia ke polisi.” Ucap Ran Sook geram
“Tenanglah. Kalau tidak seperti itu , maka kau tidak akan bisa tidur dan mendapatkan keriput. Aku mungkin kalah dalam
pertempuran ini, tapi
akan memenangkan perang. Aku
Hong Na Ri Jadi Aku akan
menanyakan segala macam pertanyaan kepadanya dan akan memastikan bahwa dia
menjawab semuanya secara
menyeluruh.” Tegas Na Ri, Ran Sook pun langsung
mendukungnya.
Na Ri mengeluarkan bahan makan dari kulkas lalu mengingat
saat Nan Gil mengandeng tanganya dan menarik keluar dari gedung tuan Bae, lalu
merasakan hatinya mulai berdebar.
“Kenapa aku terus memikirkan
tentang dia?” ucap Na Ri lalu menyuruh semua pikiran
itu pergi darinya.
Na Ri pun memilih baju yang sedang digantung, pikiran
kembali mengingat saat Nan Gil mengendongnya masuk ke dalam rumah sakit, lalu
berusaha menyadarkan dirinya kembali.
Saat itu Duk Bong
menelp lalu bertanya apakah ia melupakan sesuatu, Na Ri binggung apa yang dilupakanya. Duk Bong
mengatakan seharusnya Na Ri menelp karena sebelumnya memberitahu menerima
sesuatu dari
pengadilan dan ingin tahu apa itu. Na Ri seperti
mengangguk-angguk mengerti.
“Berhenti menggodaku dan beritahu
saja aku.” Ucap Duk Bong penasaran
“Aku harus memberitahumu secara
langsung, karena Ini cukup rumit.” Kata Na Ri
Duk Bong tak suka Na Ri yang membuatnya semakin penasaran
lalu bertanya dimana mereka akan bertemu, Na Ri mengatakan segera dan langsung
menutup telpnya.
Duk Bong mengeluh Na Ri selalu
menutup teleponnya saat ia masih
berbicara. Lalu mengulang kata kata Na Ri "Aku harus
memberitahumu secara langsung." Dengan
senyumanya merasa kalau Na Ri sengaja memang ingin bertemu denganya.
Duk Shim tiba-tiba sudah berdiri didekat tangga menatap
sinis kakaknya, Duk Bong benar-benar kaget melihat adiknya yang tiba-tiba ada
didekatnya, lalu mengomel kalau adiknya itu harus mengeluarkan suara ketika
berjalan. Duk Shim hanya menatap kakaknya penuh rasa kebencian.
Dong Jin menunggu disebuah cafe, Yeo Joo datang meminta
maaf karena membuatnya lama menungu.
Dong Jin bertanya kenapa Yeo Joo ingin bertemu denganya di cafe ini. Yeo
Joo bertanya apakah Na Ri sudah mengembalikan uang di pinjamnya, Dong Jin
terlihat gugup dan mengaku Na Ri sudah memulangkanya.
“Ternyata dia mengambil pinjaman
pribadi.”kata Yeo Joo, Dong Jin kaget lalu bertanya siapa yang
memberitahu tentang hal itu
“Banyak surat pemberitahuan penagihan utang yang dikirim ke kantor. Semua orang tahu tentang hal itu Kau pasti merasa tidak enak hati. Aku juga merasa seperti itu.” ungkap Yeo Joo berpura-pura merasa
prihatin
“Kalau kau merasa benar-benar
tidak enak, maka kau
seharusnya tidak berbicara tentang hal itu dengan semudah ini.” balas Dong Jin dengan nada marah
“Ah.. Maksudku, aku tidak ingin
membicarakannya. Aku
hanya berpikir kalau kau harus tahu.” Ucap Yeo
Joo berusaha untuk tenang.
Shi Eun (kemaren salah nama jadi Yeon Mi) masuk ke dalam
cafe bersaa teman-temanya sambil membahas mereka yang tidak bisa membuat
pemesanan, lalu melihat Yeo Joo dan kaget didepanya
itu Dong Jin. Na Ri pun datang, Shi Eun langsun menarik Na Ri agar kembali lagi
lain waktu saja, Na Ri binggung lalu melihat Dong Jin dengan Yeo Joo dan
tatapnya hanya datar.
“Kenapa ekspresi wajahmu seperti
itu? Apa kau tahu?” ucap Shi Eun tak percaya
lalu ingin memukul Yeo Joo
“Shi Eun. Lupakan tentang hal itu.
Ayo kita pergi saja.” Kata Na Ri seperti tak ingin ada perkelahian, Shi
Eun marah kenapa mereka harus pergi.
“Dong Jin... Kita sering datang ke sini karena diskon kelompok kita.” Ucap Shi Eun, Dong Jin menatap Yeo Joo seperti sengaja
mengajak ke tempat ini untuk bertemu dengan Na Ri.
“Ini hanya sebuah kebetulan.” Kata Yeo Joo dengan memperlihatkan wajah polosnya. Shi
Eun makin berteriak marah karena Yeo Joo berbohong kalau semua ini hanya
kebetulan. Na Ri pun menahan temanya agar tak berkelahi.
“Kenapa kau bisa begitu tenang
tentang hal itu? Aku
akan melemparkan dia dari pesawat.” Kata Shi
Eun benar-benar muak dengan Yeo Joo
Dong Jin pikir harus bicara dengan Na Ri sekarang, Yeo Joo kaget Dong Jin masih
ingin bicara dengan mantan pacarnya. Na Ri pikir tidak perlu
mengatakan apapun kepada Dong Jin, Tapi Dong Jin tak
mau tahu dan langsung menarik tangan Na Ri keluar dari cafe.
Shi Eun langsung mendekati Yeo Joo dengan tatapan
sinis, sambil bertanya Apa
yang membuat Juniornya begitu
percaya diri, lalu menegaskan bisa melihat sendiri
sekarang kalau Sembilan
tahun tidak akan hilang begitu saja.
“Berhenti berbicara tentang berapa
lama mereka
berkencan. Itu tidak ada artinya. Semua Tidak
termasuk saat dia bergabung di militer dan
berada di luar negeri, sembilan
tahun mereka tidak terlalu lama.” Ucap Yeo
Joo membalasnya.
Shi Eun tak percaya Yeo Joo bisa bersikap seperti itu.
pramugari yang melihat merasa tak percaya Shi Eun bisa kehilangan kata-kata.
Na Ri keluar cafe lalu teringat dengan perintah Nan Gil
kalau tak boleh berdekatan dengan Dong Jin saat ia masih hidup dan langsung
melepaskan tanganya karena merasa tidak perlu memegang
tangannya. Dong Jin meminta maaf karena taka tahu Na Ri sering
datang ke tempat itu.
“Jangan meminta maaf. Kau bebas
untuk pergi ke mana
pun kau mau. Tapi ... karena kalian berdua tidak tahu tentang apapun atau sopan santun, Aku agak malu.” Kata Na Ri, Dong Jin kembali meminta maaf, Na Ri pikir
Dong Jin tak perlu melakukanya.
“Tapi apa kau benar-benar sedang
dalam masalah keuangan? Apa
pamanmu mengambil pinjaman pribadi?” tanya Dong
Jin penasaran
“Apa itu yang dikatakan Yeo Joo? Jadi Apa kalian berdua bicara tentang
aku?” balas Na Ri sinis, Dong Jin ingin tahu Siapa pemberi pinjamannya dan Berapa banyak?
“Apa kau hanya ingin tahu Atau kau ingin melunasinya
untukku? Mereka
berdua menjengkelkan.” Kata Na Ri
“Kau tidak bisa menangani
rentenir. Jadi Dapatkan
rumah itu dari si penipu itu dan jual saja.” Ucap Dong
Jin dengan nada tinggi.
Na Ri tak terima bertanya siapa yang disebutnya penipu,
lalu menegaskan kalau bukan karena Nan Gil maka ia.. lalu memilih untuk tak
membahasnya, merasa tidak ingin berbicara dengan Dong Jin tentang Nan Gi.
Yeo Joo datang dengan wajah polosnya berjanji tidak
akan datang ke tempat itu lagi. Na Ri kesal Yeo Joo
masih bisa berbicara seperti itu bahkan disaat seperti itu, lalu menyindir junionya itu bisa
menghargainya dan akan kembali masuk ke cafe.
“Ternyata Seleramu tidak berubah. Setidaknya, kau memberikan warna
yang berbeda untuk dia
dari yang diberikan padaku” ucap Na Ri melihat model tas yang sama dengan
yang digunakan Yeo Joo,
Dong Jin menutup wajahnya karena melakukan kesalahan. Na
Ri pun mengeluarkan semua isi tasnya dan mengembalikan pada Dong Jin dan
mengaku sudah terlambat dengan janjinya. Yeo Joo terlihat cemberut dengan
menatap Dong Jin.
Na Ri datang ke restoran dumpling dengan tas yang
besar, lalu merasakan pungungnya terasa
sakit harus menaik tanga dan masuk ke dalam restoran. Yong Kyu menyapa Na Ri
yang baru datang dengan senyumanya tapi Nan Gil binggung dengan Na Ri yang
datang dengan koper bersa
“Dikantorku, sudah tersebar
berita bahwa aku meminjam uang dari rentenir, jadi aku dipecat karena merusak
citra pramugari.” Akui Na Ri
“Tunjukan jalan menuju
perusahaanmu.”ucap Nan Gil marah, Na Ri berkomentar
kalau Nan Gil memang orangtua yang hebat.
“Aku akan membawa dokumentasi yang
menunjukan bahwa
bukan kau yang bertanggung jawab. Ayo
pergi... Aku akan mengatasinya.”kata Nan Gil penuh amarah
“Aku akan membongkar koper di
kamarku.” Ucap Na Ri
Nan Gil binggung kenapa harus membongkar
kopernya dan mengajaknya untuk segera ke Seoul. Na Ri mengaku kalau ia sudah berbohong dan hanya mengambil cuti, lalu menceritakan selama ini sudah bekerja keras dan bersikap jadi mereka tidak bisa semudah
itu memecatnya lalu mebawa pergi kopernya dengan
merasakan sakit dibagian punggungnya.
Na Ri memasukan semua pakaian dalam lemari, Nan Gil
menatap sinis. Na Ri menyindir Nan Gil yang akan
terus berdiri di sana. Nan Gil mengaakan menjalankan
sebuah restoran pangsit. Na Ri menyambungnya kalau
Nan Gil selalu membuat adonan.
“Dia Restoran memiliki aturan. Tapi suatu hari, kalau seseorang
meminta untuk mengambil
liburan panjang, maka karyawan
akan terlihat kurang setia.” Kata Nan Gil dengan
nada tinggi.
“Dasar Bos
yang mengerikan. Kau
pasti khawatir tentang mereka, bertanya-tanya
apa yang terjadi sampai
mereka membutuhkan begitu
banyak waktu libur. Kecelakaan
dan insiden terjadi dalam satu malam seperti
tiba-tiba aku mendapatkan hutang satu juta dolar.”
Ucap Na Ri
“Itu hutangku.” Tegas Nan Gil
“Tepat sekali. Itulah yang paling
ingin aku ketahui. Kenapa
kau menjadi ayah tiriku dan mengambil
alih hutang kami untuk
mengatasinya? Dengan
kemarahanku, aku ingin bertanya sekarang, tapi aku punya banyak waktu.” Ucap Na Ri dan Nan Gil hanya bisa terlihat geram dan
memilih keluar dari kamar.
Na Ri sudah ada didalam ruangan Duk Bong dengan melihat
miniatur gedung, Duk Bong datang bertanya kapan Na Ri sampai di kantornya. Na Ri melihat itu miniartur
model dari resort yang direncanakan,
Duk Bong membenarkan dan membanggakan kalau itu pasti
keren.
“Apa danaunya akan menghilang?” tanya Na Ri, Duk Bong terlihat gugup.
“Ah... Tidak perlu menyertakan danaunya
dalam pembangunan itu. Aku lihat Sepertinya
kau tertarik dengan resor it dan kau akan menjual tanah itu setelah memenangkan gugatan.” Ucap Duk Bong
“Tolong tarik kembali aduan
pembatalan pernikahan.” Perintah Na Ri, Duk Bong
mengaku kalau Keluhan
itu sudah diajukan dan bertanya ada apa lagi
dengan keraguan Na Ri
“Apa kau tahu Da Da Finance?” tanya Na Ri, Nan Gil binggung kenapa Na Ri bertanya
tentang hal itu.
“Ayahku berhutang kepada mereka dengan tanah sebagai agunannya. Mereka mengatakan kalau itu
adalah hutangku sekarang.” Cerita Na Ri
Duk Bong tak percaya kalau ayahnya, Si Pemilik Pangsit Hong itu
mengerikan lalu menanyakan alasan Na Ri akan
menarik pengaduannya karena menurutnya lebih baik dimasukan saja ke penjara. Na Ri mengatakan bukan itu ayah yang dimaksud tapi
ayah kandungnya yaitu Ayah yang ditinggalkan mereka berdua sejak 20 tahun
yang lalu. Duk Bong terdiam mendengarnya.
“Hidup memang menyebalkan, kan?” kata Na Ri, Duk Bong terlihat binggung
“Jadi... Bagaimana kau begitu tidak
beruntung dengan ayah?!!”keluh Duk Bong yang
langsung menatapkan tatapan sisi pada Na Ri
“Da Da Finance terlihat sah pada
permukaannya, tapi
metode mereka menagih hutang adalah ilegal. Setelah mereka mendapatkanmu, maka kau tidak bisa keluar. Kau memiliki seorang ayah tiri jadi Rahasiakan hutang itu dari Nan
Gil. Masalah
terkait Da Da terjadi di masa lalu Dan
sekarang karena kau memiliki ayah tirimu Kita bisa menyatakan bahwa kau bukan yang bertanggung jawab.” Kata Duk Bong terlihat khawatir
“Nan Gil tahu tentang hutang itu. Dia mengatakan itu sebabnya dia
menjadi ayah tiriku dan Ini hanya
di atas kertas.” Jelas Na Ri, Duk Bong
binggung maksudnya.
“Jadi...Maksudku, dia satu-satunya
orang yang bisa aku
percaya sekarang.” Ungkap Na Ri
“Na Ri... Aku akan memeriksanya dan Jangan percaya begitu saja. Ini terlalu cepat, Belum lama ini kau menyebutnya
penipu. Apa ini
mendesak? Kau harus
mempertanyakan apa pun dan segala sesuatu.” Kata Duk
Bong memperingatinya.
Nan Gil dan karyawan sedang memasukan semua pesanan
dumpling pada kotak makan, lalu pesan Na Ri masuk “ Datanglah
ke taman bermain sekarang.” Akhirnya Nan Gil pun
datang, Na Ri yang sudah menunggu bertanya apakah Nan Gil tahu alasanya
memanggilnya untuk datang. Nan Gil meminta Na Ri lebih baik katakan saja
“Atap setelah kelas, taman bermain
setelah kelas. Kau tahu
apa yang aku maksud, kan?” ucap Na Ri seperti ingin mengujinya. Nan Gil meminta
agar Na Ri tak mengodanya dan lebih baik katakan dengan jelas saja.
“Aku ingin berduel di sini dan bosan
berbicara tentang hal yang sama, tapi
kita tidak benar-benar... Nan
Gil Berbicara dengan sopan kepadaku mulai sekarang..”Dan aku ingin kau menjawab
pertanyaanku dengan jujur.” ucap Na Ri, Nan Gil
heran kenapa ia harus melakukanya.
“Semuanya sudah jelas... Kenyataan bahwa kau sedang
berpura-pura menjadi
ayah tiriku. Saat aku
menyebutmu penipu dan penggali emas, seharusnya Kau
bisa saja mengatakan bahwa kau berpura-pura.” Kata Na Ri
Nan Gil pikir itu hanya
akan membuatnya bingung dan ingin Na Ri merasa nyaman. Na Ri masih tak terima kalau Nan Gil itu harus menjadi ayahnya. Nan Gil pikir lebih
baik untuk menjadi keluarga dan
melindunginya, Na Ri rasa ibunya tidak akan pernah setuju
dengan kebohongan
seperti itu.
“Dia tahu itu satu-satunya cara
untuk memperbaiki ini.” kata Nan Gil
“Jadi Dia mempercayaimu lebih dari
putrinya sendiri. Begitukah? Apa hubungan kalian? Berapa lama kau mengenalnya?” tanya Na Ri, Nan Gil hanya menatap dalam Na Ri yang ada
didepanya
“Apa dia melatih tatapan seperti ini? Jangan berpaling.... Kalau kau berpaling, maka kau kalah.” Gumam Na Ri seperti tak bisa menatap Nan Gil lebih lama.
“Apa kau benar-benar tidak tahu?” tanya Nan Gil, Na Ri membalas memangnya apa yang tak
diketahuinya.
Nan Gil menatap Na Ri merasa kecewa karena Na Ri benar-benar tidak tahu. Saat akan pergi Na Ri berdiri depanya dan memperlihatkan
sapu tangan dengan bertuliskan kelas 1-3, Ko Nan Gil. Nan Gil tersenyum melihat sapu tangan yang dipegang oleh
Na Ri.
“Berapa lama kau mengenal ibuku?” tanya Na Ri, Nan Gil terdiam Na Ri binggung melihat
ekpresi yang diberikan oleh Nan Gil
“Aku dibesarkan di sebuah panti
asuhan dengan Panti Asuhan Hope.” Cerita Nan Gil duduk diatas ayunan, Na Ri sempat
terdiam dan mengingat nama panti asuhan itu dan ibunya itu biasa
menjadi sukarelawan
“Itu benar... Ibumu
datang hampir setiap hari dan merawatku. Aku sangat berhutang budi
kepadanya.” Cerita Nan Gil
“Jadi kalian bertemu di panti
asuhan.” Ucap Na Ri sedih
“Itu semua di masa lalu. Jangan
kasihani aku... hanya
karena aku dibesarkan di sebuah panti asuhan. Aku menerima banyak cinta, berkat
Ibumu” kata Nan Gil bahagia
“Aku tidak kasihan kepadamu. Restoran kita dulunya adalah
sebuah panti asuhan.” Cerita Na Ri
Nan Gil tahu karena sudah mendengar dari Nyonya Shin, kalau
menceritakan kalau itu mengingatkannya. dengan masa lalu karena itu Nyonya Shin menjadi sukarelawan di tempatnya. Na Ri ingat dengan panti asuhan itu. Nan Gil
mengejek kalau Na Ri tidak pernah datang. Na Ri binggung kenapa Nan Gil bisa mengetahuinya.
“Apa kau ingat aku dari saat itu?” tanya Na Ri, Nan Gil tahu karena Nyonya Shin selalu
datang sendirian.
Aku
selalu merasa kesal pada saat itu karena dia selalu pergi untuk menjadi
sukarelawan. Aku
benar-benar anak nakal, kan?” ucap Na Ri
“Aku selalu merasa kesal karena
dia selalu pulang dan
bukan tetap tinggal bersamaku. Kata Nan Gil.
Na Ri merasa ibunya pasti
lelah berurusan dengan mereka berdua, lalu mengetahui Nan Gil bersekolah di Sekolah Seulgi dan pasti ia lebih tua juga, Nan Gil langsung berdiri
menurutnya Na Ri Jangan terpaku pada masa lalu dan mengingatkan kalau ia adalah
ayah tirinya sekarang.
“Da Da mungkin akan mengirimkan
orangnya setiap saat, jadi
mari kita bekerja keras dengan akting kita.” Kata Nan
Gil
“Aku tidak bisa melakukan itu. Kalau kau sedekat itu dengan
ibuku, kenapa aku
tidak mengenalmu? Kenapa
aku tidak ingat semua itu?” ucap Na Ri, Nan Gil
membalikan badanya dan langsung berjalan mendekatinya, Na Ri berjalan mundur terlihat ketakutan
“Kau tidak bisa berpura-pura, tapi kau penasaran. Dan Karena penasaran berarti kau
tertarik. Apa
kau...” ucap Nan Gil terus mendekat, Na Ri menantang apa
maksudnya.
“Aku mengatakan ini karena
prihatin Kau tidak bisa melihatku sebagai seorang laki-laki.” Tegas Nan Gil, Na Ri berteriak marah
“Kau tidak perlu menjadi begitu
kasar.” Ucap Nan Gil dan pamit pergi untuk mengaduk
adonan.
Na Ri memegang lengan Nan Gil untuk tak pergi, lalu
berkata kalau sekarang benar-benar
tidak dalam posisi untuk bertanya tapi hanya
perlu berterima kasih padanya. Nan Gil pikir tak
perlu, karena ia hanya melakukan apa yang harus dilakukan, jadi jangan berterima kasih
kepadanya.
“Kalau kau tidak bisa
berpura-pura, maka jangan
lakukan. Tapi
jangan bicara kepadaku.” Kata Nan Gil lalu berjalan
pergi, Na Ri ngedumel sendirian.
“Dia benar-benar tidak ingat
apapun.” keluh Nan Gil kesal dan berjalan pergi.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar