PS : All
images credit and content copyright : SBS
Hwa Shin baru pulang kerja melihat Pyo Bum di depan
minimarket langsung mengajak main “Cilukba” Ibu Pyo Bum yang melihatnyamengaku kalau permainan i tu
terlalu kekanakan untuk anaknya karena sudah mulai besar dan tidak bermain begitu lagi sejak
tahun lalu. Hwa Shin seperti tak mengerti, Ibu Pyo
Bum pun menyuruh Hwa Shin segera menikah. Hwa Shin pikir seperti itu lalu
bertanya pada Pyo Bum apakah ada yang ingin dimakanya.
Keduanya pun makan es krim di malam hari, Na Ri baru
pulang berkerja, Hwa Shin langsung menyapanya dengan panggilan “Ahjumma” Na Ri
menengok ke kanan kiri berpikir ada orang lain yang dipanggil Hwa Shin,
ternyata hanya dirinya. Hwa Shin mengoda kalau memang memiliki waktu senggang
meminta agar dibelikan roti.
“Kenapa kau memberi dia es krim? Dia bisa kena flu.” Ucap Na Ri melihat adiknya makan es langsung
mengambilnya, Pyo Bum menahanya sampai akhirnya jatuh berbaring dan es krimnya
jatuh ke badanya.
Na Ri langsung meminta maaf dan membersihkan dengan tisue
lalu membangunkan adiknya, Hwa Shin memberikan es krim miliknya, Na Ri langsung
menyitanya dan menjauhkan dar keduanya, alu duduk didekat pacarnya. Hwa Shin
menyindir Na ri pasti kenyang karena makan banyak debu. Na Ri membenarkan lalu merasa batuk.
“Apa kau sakit?” tanya Hwa Shin, Na Ri merasa akan mati. Hwa Shin
mengejek Na Ri itu pembual.
“Astaga, tubuhku tidak terasa
seperti biasanya sekarang.” Keluh Na Ri merasa tak
enak, tiba-tiba Hwa Shin langsung memberikan pelukan pada dari belakang pada Na
Ri.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Na Ri, Hwa Shin mengulang kata-kata Na Ri yang
merasa badanya tak enak, jadi meminta
agar memeluknya.
“Kita sedang di tempat umum.” Ucap Na Ri melepaskanya, Hwa Shin pun berdiri dari
tempat duduknya.
Hwa Shin melihat Pyo Bum seperti mulai kedinginan lalu
memberikan jaketnya dan memeluknya dengan erat, Na Ri pun memarahi Pyo Byun
kalau semestinya tidak makan es krim, lalu melirik iri
pada Pyo Bum yang mendapatakn pelukan bahkan ciuman di pipi
dari Hwa Shin.
“Aku juga kedinginan.... Kenapa kau hanya menyukai Bum?”
ucap Na Ri iri
“Tidak ada seseorang yang lebih ku
sukai dibanding dirimu.” Balas Hwa Shin mengoda.
“Bukankah biasanya kau hanya
mengatakan kebenaran?” ejek Na Ri
“Itulah kebenarannya. Tidak perlu mempercayaiku kalau kau memang tidak
mau. Biarkan
aku memelukmu... Jangan
cemburu.” Kata Hwa Shin akhirnya memeluk erat Na Ri, Na Ri pun
tersenyum mendengarnya.
Hwa Shin ingin mengatakan sesuatu, tapi diurungkan
niatnya. Na Ri juga seperti ingin berkata, tapi ketika menatapnya ikut
mengurunkan niatnya. Keduanya saling menatap dengan Hwa Shin tetap memeluk Na
Ri, Na Ri bertanya apakah tidak yang ingin dikatakan
padanya. Hwa Shin malah balik bertanya apa maksudnya.
“Sesuatu yang seharusnya kau
sampaikan dengan benar.” Ucap Na Ri, Hwa Shin
memikirkan apa itu.
“Kelihatannya tidak ada, sudahlah Lupakan saja.” Kata Na Ri, Pyo Bum tiba-tiba berteriak, Na Ri dan Hwa
Shin mengangkat kepala mereka ternyata Turun
salju.
“Astaga. Apakah ini nyata? Ini benar-benar turun salju.” Ucap Na Ri tak percaya, lalu bertanya pada adiknya apa
yang turun. Pyo Bum dengan gembira kalau salju sudah turun. Hwa Shin mengatakan
kalau ini adalah salju turun pertama kali.
Kim Rak bertemu dengan dua ibu Bbal Gang, merasa pilihan
paling tepat adalah bagi Ppal Gang untuk jujur pada Pamannya dan
meminta maaf. Keduanya langsung melotot kaget dan
menolaknya, Kim Rak binggung kenapa tidak setuju dengan usulanya.
“Chef... Karena kau tidak mengenal Hwa
Shin dengan baik.” Ucap Ja Young
Dia
bisa saja mengurung keponakannya di penjara bila memang harus.” Kata Sung Sook yakin
“Lalu, apa yang akan kalian
lakukan?” tanya Kim Rak binggung
“Kita harus mengembalikannya tanpa
sepengetahuan Hwa Shin.” Kata Ja Young, Sung Sook
pikir itu ide gila karena lebih baik menyimpanya saja.
“Kita harus mengembalikan uangnya, untuk berjaga-jaga kalau nanti ketahuan. Apakah kau ingin dituduh membantu
putri kita melakukan penipuan dan
menyimpan uang itu, begitukah?” ucap Ja Young
“Aku tidak bilang kita akan
menyimpan uang itu selamanya. Kalau
kita mengembalikannya, dia akan menjadi lebih penasaran. Dia akan melakukan apa pun untuk
menemukan pelakunya. Mari kita
lakukan setelah ujian masuk perguruan tinggi selesai.” Ucap Sung Sook.
Kim Rak berkomentar keduanya itu benar-benar terlihat
seperti tidak
normal, menurutnya mereka harus menjelaskan semuanya dan mengembalikan uang
itu. Keduanya kembali menolak melakukanya, Ja Young memegang uang Hwa Shin merasa lebih
baik mereka meletakkan di rumahnya selagi Hwa Shin masih belum pulang.
Sung Sook ikut memegang merasa kalau mereka lebih baik
memberikanya nanti, karena Hwa Shin juga terlalu malu untuk
melapor pada polisi. Kim Rak tetap mengajak agar
bisa bicara dengan baik-baik dengan Hwa Shin. Ja Young memikirkan caranya, lalu
memasukan semua uang ke dalam amplop dan kabur untuk melakukan rencananya.
“Hey! Kau harus bertanggung jawab jika
sampai tertangkap!” teriak Sung Sook marah lalu
menyuruh Kim Rak untuk mengikutinya. Kim Rak pun keluar dari restoran.
Ja Young terdiam didepan restoran matanya berbinar-binar
melihat salju yang turun pertama kali, begitu juga Kim Ram terlihat senang bisa
menikmati salju.
Jung Won keluar dari kantornya, melihat turun salju
pertama kali dan teringat ucapan Na Ri yang memberitau kalau Hwa Shin melamar
dan mengajaknya
menikah jadi itu artinya semuanya benar-benar
berakhir. Lalu Hwa Shin yang mengatakan ingin memiliki anak dan seorang istri. Ibunya keluar dari kantor melihat anaknya
“Kenapa kau sendirian di malam
salju pertama turun, Nak?”kata Nyonya Kim, Jung Won
hanya terdiam menatap ibunya.
Hwa Shin membawakan selimut agar Na Ri tak dingin dan
kembali duduk didepan minimarket. Na Ri melihat Salju
pertama turun lebih awal tahun ini. Hwa Shin
seperti tak menyadarinya, Na Ri yakin karena
tidak ada di siaran cuaca dan menurutnya itu menyebalkan. Hwa Shin bertanya kenapa seperti itu.
“Siaran cuaca yang paling menarik
bagiku adalah laporan tentang salju pertama. Jika salju turun sebelum aku
siaran, maka aku selalu merasa kecewa. Karena berita salju pertama turun
menarik bagi banyak orang, jadi
aku merasa melewatkan momentumnya. Ini
salju pertama.” Ucap Na Ri
“Reporter Lee.... Ini salju pertama. Kita bersama selagi salju pertama
turun.” Ucap Na Ri seperti memberikan kode, Hwa Shin seperti
tak bisa mengerti.
“Ini pertama kalinya aku bersama
dengan kekasihku saat salju pertama turun. Aku sungguh-sungguh.” Kata Na Ri, Hwa Shin malah bertanya memangnya kenapa.
“Tidak adakah yang ingin kau
katakan padaku? Ini
adalah waktu yang sempurna, Sekarang
adalah saat yang terbaik.” Ucap Na Ri kembali meminta
agar Hwa Shin melamarnya.
Hwa Shin memberikan bungkusan pada Na Ri yaitu Daging
babi, karena Na Ri menghirup banyak partikel
debu, jadi
sebaiknya pulang dan memanggangnya. Na Ri
dengan wajah cemberut Hwa Shin pikir ia yang
akan memanggangnya dan Daging babi akan terasa lezat dengan kimchi. Na Ri mengangguk setuju.
“Apa kau Mau dibuatkan boneka salju?” tanya Hwa Shin, Na Ri pikir tak mungkin karena salju
pertama tidak akan cukup untuk membuatnya.
“Aku bisa membuatkan yang kecil
saja.” Ucap Hwa Shin mencari tumpakan salju yang banyak.
Beberapa saat kemudian Hwa Shin datang dengan boneka salju ukuran kecil dan
ditaruh diatas meja.
“Hiduplah bersamaku, seperti mereka yang bersama.” Kata Hwa Shin, Na Ri binggung ada apa dengan boneka
saljunya, bahkan tidak
punya wajah. Hwa Shim kembali mengajak agar Na Ri
hidup bersamanya.
“Apakah kau benar-benar sudah
selesai membuatnya atau
hanya melakukannya separuh jalan?” ejek Na Ri
Hwa Shin pikir Na Ri memang tak mau, Na Ri tersenyum saat Hwa Shin menatap ke arah boneka salju
karena merasa mereka bisa melakukannya bersama. Na Ri menarik senyuman saat Hwa Shin menatapnya, Hwa
Shin pikir mereka bisa melakukan dengan memasang Mata,
hidung, dan bibir bahkan semuanya secara
bersama-sama.
“Mari kita memiliki dua anak juga.” Ucap Hwa Shin, Na Ri menganguk mengerti lalu pergi, Hwa
Shin berteriak memanggilnya. Na Ri kembali dengan dua boneka salju dengan
ukuran yang lebih kecil.
Hwa Shin tertawa melihatnya, Na Ri pun menaruh diatas
meja bertanya apakah seperti itu mereka nantinya, Hwa Shin mengangguk dengan
senyuman lalu memegang tangan Na Ri agar tak kedinginan. Keduanya tertawa
bahagia membayangkan keluarga mereka nanti.
Seorang paman membuka pintu rumah Hwa Shin, lalu
menanyakan kembali kalau tinggal disana. Ja Young membenarkan tanpa mau menatap
si paman., Si paman mengatakan kalau melakukan ini semata-mata demi Kim Rak
yangs sudah dikenalnya lalu beranjak pergi, Sung Sook melihat keduanya akan
masuk rumah Hwa Shin
“Aku tidak tahu ini benar atau
tidak untuk dilakukan. Kenapa
Chef tidak melakukan apa pun saat aku suruh untuk menghentikan Ja Young?” keluh Sung Sook lalu ia baru menyadari salju yang turun
sangat cantik.
Ja Young masuk ke dalam rumah ingin menaruh uang dalam
lemari tapi melihat lemari Hwa Shin sudah sangat penuh. Hwa Shin berjalan
pulang ke rumahnya, Sung Sook melihatnya langsung bersembunyi dan buru-buru
menelp Ja Young, menyuruh segera keluar karena Hwa Shin sudah pulang.
Kim Rak menaruh amplop dibagian rak diatas dapur, lalu
mengajak bersembunyi dan Sung Sook tak lupa membawa sepatu mereka yang ada di
depan pintu. Hwa Shin sempat berdiam diri lebih dulu didepan pintu sambil
tersenyum-senyuam sendiri, seperti membayangkan menikah dengan Na Ri.
Na Ri berdiri didepan teras menatap ke arah rumah Hwa
Shin dengan lampu yan masih menyala, senyuman terlihat dan terlihat sangat
bahagia. Hwa Shin pun mematikan lampu dan tidur diranjangnya. Sementara Kim Rak
dan Ja Young berada dalam lemari dengan tangan yang saling mengenggam, Ja Young
ingin melepas tapi Kim Rak tetap memegangnya.
Weker di kamar Sung Sook menyala, Sung Sook kaget melihat
Ja Young tak tidur disampingnya lalu berpikir kalau sudah ketahuan. Hwa Shin
juga terbangun dari tidur dengan alarm dari ponselnya lalu masuk ke dalam kamar
mandi.
Kim Rak bisa mendengarnya, lalu membangunkan Ja Young
yang tertidur pulas agar segera keluar. Kaki mereka terlihat kram dan kaku
karena menekuk didalam lemari. Kim Rak pun harus menarik Ja Young agar segera
keluar sebelum Hwa Shin memergoki mereka.
Ja Young terlihat bisa bernafas lega berhasil menaruh
uang di rumah Hwa Shin, Kim Rak pun membantu Ja Young kembali memasangkan
sandalnya kembali. Ja Young pun mengucapkan terimakasih lalu perlahan menuruni
tangga, Kim Rak menolong dengan memegang tanganya.
Tiba-tiba Kim Rak langsung mencium Ja Young tanpa
berkata-kata lebih dulu, Ja Young kaget bertanya Apa yang
sedang dilakukan Kim Rak padanya, Kim Rak malah balik bertanya, lalu mengajak
mereka berkencan. Ja Young tersenyum dan mereka pun kembali berciuman.
Laporan Na Ri tentang debu disiarkan pada berita pagi,
Hwa Shin dan Direktur Oh melihat dari belakang kamera.
“Setelah bernafas
sebagai anak berusia tiga tahun selama satu jam, saya menyadari
bahwa udaranya begitu berbeda dari bawah Meskipun saya
berdiri agak lebih tinggi, tenggorokan saya masih terasa gatal, sampai menghasilkan batuk kering tanpa henti. Hal itu mengerikan jika membayangkan partikelnya dapat mengenai tenggorokan anak-anak. SBC, Pyo Na Ri melaporkan.” Hwa
Shin melihat Na Ri yang sudah
bekerja keras berkomentar sangat penuh
sekali dengan berita mengejutkan
“Tampaknya, tidak lama lagi
kematian akan dating dengan
mudah pada kita sesederhana saat kita bernafas.”
Ucap Na Ri yang berbeda dari layar.
“Penutupan seharusnya penuh dengan
kalimat dukungan. Kenapa
dia mengubahnya menjadi sesuatu yang menakutkan?”
ucap Direktur Oh binggung
“Setelah berada di luar sana dan
merasakannya sendiri, kalimat
penutupannya mungkin terasa hambar baginya.” Kata Hwa
Shin lalu memberikan komentar dengan jari jempol terbalik. Na Ri terlihat
cemberut melihatnya.
“Melihat dia membahas tentang
cuaca... mengingatkan
aku saat Na Ri masih menjadi penyiar cuaca. Apa Kau
tidak merindukan masa-masa itu?” ucap Direktur Oh, Hwa
Shin hanya tersenyum lalu keluar studio untuk mengangkat ponselnya
Hwa Shin mengangkat telp dari Dokter Geum karena tahu akan
datang ke rumah sakit untuk terapi, Dokter Geum
menyarankan sebaiknya Hwa Shin datang
sendirian untuk hari ini. Hwa Shin binggung menanyakan
alasannya. Dokter Geum hanya meminta agar Hwa Shin datang sendiri saja.
“Hari ini, jangan mengajak Nona Pyo Na Ri. Kau harus datang sendirian.” Ucap Dokter Geum, Hwa Shin menolaknya dengan menatap Na
Ri yang masih melakukan siaran.
“Kau selalu menyuruh kami datang
bersama. Kenapa
tiba-tiba kau... Apakah
hasil tesnya... tidak
baik? Apakah
ada masalah?” tanya Hwa Shin binggung.
Dokter Geum hanya terdiam, Hwa Shin heran Dokter Geum tak
menjawabnya lalu mengatakan akan tetap pergi bersama Na Ri dan tidak
ingin pergi
sendirian.
Hwa Shin keluar pergi ke ruangan terbuka, lalu menelp
ibunya. Ibunya terlihat sedang sibuk memasak didapur bertanya ada apa anaknya
menelp. Hwa Shin bertanya Kenapa jantungnya berdetak kencang sekarang. Ibunya bertanya apakah anaknya itu minum
terlalu banyak kopi. Hwa Shin mengatakan tidak
banyak.
“Kenapa kau menelepon?” tanya Ibunya, Hwa Shin bertanya apakah ibunya ada rencana nanti malam. Ibu Hwa Shin pikir akan ada dirumah.
“Hei.
Kapan kau akan mengenalkan kekasihmu padaku? Cepatlah menikah dan Berikan aku cucu.” Ucap Ibu Hwa Shin tak bisa menunggu lagi.
“Ayo kita makan malam bersama. Aku akan menjemput Ibu.” Ucap Hwa Shin. Ibunya panik karena harus
bersiap-siap dan harus
menata rambutnya lalu buru-buru menutup telp anaknya,
serta meninggalkan masakanya.
Hwa Shin datang menemui Na Ri yang baru selesai siaran,
Na Ri berkomentar Hwa Shin terlihat kacau sekali karena memberikan jempol
terbalik padanya. Hwa Shin
berkomentar Na Ri terlihat Amatir sekal dan bicara melantur
seperti baru direkrut saja.
“Kau kurang logis dan terlalu
banyak mengatakan kemungkinan. Kau
juga terlalu emosional, yang
membuatmu kurang detail. Dan
penutupan emosional yang kau lakukan... hanya membuatmu tampak ingin
menakuti penonton. Secara
tidak langsung, kau menyarankan pada semua orang untuk tidak bernafas.” Jelas Hwa Shin, Na Ri pun tertunduk mengerti.
“Aku tahu akan lebih sulit untuk
mendapatkan pengakuan darimu dibanding
menjadi seorang pegawai tetap.” Kata Na Ri,
“Na Ri. Nanti malam... Setelah kita pulang dari rumah
sakit. Apa Kau mau makan malam bersama
Ibuku?” ucap Hwa Shin, Na Ri kaget mendengarnya.
Hwa Shin bertanya apakah Na Ri takut, Na Ri membenarkan. Hwa
Shin mengaku lebih takut dibanding Na Ri sebenarnya. Na Ri meminta agar menunggu sedikit lebih lama karena sebelumnya ibu Jung Won mengira dirinya itu kekasih Jung Won. Hwa Shin mengaku takut Na Ri akan
berubah pikiran.
Na Ri akhirnya menyanggupinya dan menyakinkan kalau ibu Hwa
Shin tak akan membunuhnya. Hwa Shin merasa itu hanya Omong kosong. Na Ri mengaku akan mengatakan pada Ibu Hwa Shin bahwa tetap mencintai anaknya
meskipun ingin membunuhnya.
Keduanya pun setuju akan makan malam bersama.
Hwa Shin berada didekat rumah sakit Taeyang, lalu turun
dari mobil dan melihat tenda “Peramal Asmara” akhirnya ia masuk dan meramal diriya dengan Pyo Na Ri.
Si peramal meminta agar bisa melihatkan wajahnya, Hwa Shin binggung si peraal perlu
melihat wajahnya juga. Hwa Shin membuka ponselnya dan memperlihatkan
tapi yang terlihat malah foto ibunya.
Ia pun meminta maaf lalu mengeser foto saat Na Ri ditaman
bungan sedang laporkan berita, lalu
menceritakan kalau Na Ri itu kuat minum karena mau mengantikan minum. Si peramal melihat Hwa
Shin itu beruntung.
“Dia juga sering menangis. Aku tidak memiliki waktu untuk
mengajarinya tentang segala yang ku ketahui. Dia tidak bisa mengurus diri
sendiri.”ucap Hwa Shin mengingat kenanganya bersama Na Ri.
“Jika sesuatu terjadi padaku... Dia
akan bunuh diri.” Kata Hwa Shin teringat saat
berbaring dikamar Jung Won, Na Ri akan bunuh diri
“Tidak ada gadis yang seperti itu
sekarang ini.” ucap Si peramal, Hwa Shin pun dengan
bangga mengatakan kalau Na Ri memang seperti itu.
“Apakah aku... bisa membahagiakan wanita ini? Jatuh cinta membuatku penasaran
akan kehidupan masa depanku. Apakah
aku... akan
meninggal lebih awal?” Aku
ingin... hidup bersama dengannya dalam waktu yang lama.” kata Hwa Shin menatap Si peramal dengan wajah penuh
pengharapan.
Hwa Shin keluar dari tenda menelp Na Ri memberitahu kalau
Dokter ada operasi darurat jadi pertemuan dibatalkan dan tidak ada masalah dengan hasil
tesnya jadi mereka akan bertemu direstoran. Na Ri pun masuk
ke dalam restoran dan melihat ruangan masih kosong lalu duduk dengan wajah
tegang.
Sementara Hwa Shin menemui Dokter Geu sendirian, Dokter
Geum terlihat kaget. Hwa Shin bertanya Apakah
kankernya menyebar dengan wajah gelisah. Na Ri
duduk di dalam restoran mengeluarkan kertas yang pernah ditulisan Hwa Shin
sebelum siaran walikota "Jangan gugup."
Hwa Shin kembali bertanya Apakah
kankernya menyebar. Dokter Geum mengatakan
tidak. Hwa Sin pun binggung kenapa dokter menyuruhnya datang sendirian. Na Ri kembali mengeluarkan kertas yang lainya
bertuliskan “Kau tidak sendirian”
“Aku merasa lebih baik kau tetap merahasiakannya dari Nona Pyo.” Ucap Dokter
“Aku tidak ingin ada rahasia di antara
kami. Jadi Katakan padaku yang sebenarnya.” Kata Hwa Shin semakin penasaran.
Na Ri mengeluarkan lembaran ketiga, “Aku
ada di sini untukmu.” Dokter pikir merreka membutuhkan
pemeriksaan tambahan karena Kemungkinan
besar Hwa Shin terkena infertilitas [mandul, tidak dapat memiliki
keturunan] Hwa Shin kaget, Na Ri mengeluarkan
kertas yang terakhir “Aku mencintaimu.” Dan berjejer diatas meja kalimat (Jangan gugup. Kau tidak
sendirian. Aku
ada di sini untukmu. Aku mencintaimu.) senyumanya
terus terlihat.
Dokter Geum menjelaskan
Hormon testosterone Hwa Shin
lebih rendah dari angka normal dan
sangat dilematis. Hwa Shin mengartikan
kalau mungkin
tidak akan bisa memiliki anak dan itu alasanya
menyuruh datang sendirian tanpa Na Ri.
“Tapi... Kenapa? Kenapa aku bisa... Apakah efek samping dari kanker
payudara adalah aku tidak bisa memiliki anak? Apakah aku bukan lagi seorang
pria? Jadi Itu sebabnya kau tidak ingin dia
datang.” ucap Hwa Shin terdengar benar-benar shock dan
menurutnya ini tidak masuk akal.
“ Bukan seperti itu....Banyak pasangan dapat bahagia
meskipun tidak memiliki anak.” Kata Dokter Geum
menenangkanya.
“ Kau bilang Bahagia tanpa memiliki
anak? Apakah
itu masuk akal? Aku
tidak menginginkannya.... Aku tidak
ingin seperti itu! Terserah
orang lain bisa berpikir seperti itu!” tegas Hwa Shin benar-benar tak bisa menerimanya.
“Tapi, kenapa hal ini terjadi
padaku? Apakah
kanker payudara tidak cukup? Aku
bahkan sudah mengidap kanker payudara. Kenapa
aku tidak bisa memiliki anak juga? Ini
tidak adil. Kenapa
harus aku? Aku
dilahirkan sebagai pria dan ingin tetap begitu sampai mati. Apa dosaku sampai harus seperti
ini? Aku ingin
menikah dan
memiliki dua anak. Itu
yang kuinginkan.”ucap Hwa Shin mengangkat
kepalanya seperti bertanya pada Tuhan.
Hwa Shin dengan mata berkaca-kaca merasa lebih baik bunuh
diri saja, karena merasa
lebih baik seperti itu. Dokter Geum langsung melarang
dengan tegas. Hwa Shin mengatakan mengidap
kanker payudara dan tidak bisa memiliki anak jadi Siapa
yang mau menikahinya, lalu bertanya pada si
perawat apakah mau menikah denganya. Perawat hanya tertunduk kasihan.
“Ini
sama saja dengan menyuruhku hidup melajang selamanya tanpa
menikah. Apakah aku salah? Jadi Tolong lakukan sesuatu dan Perbaiki
situasi ini. Aku mohon.... Aku
akan berhati-hati... sepanjang sisa umurku, sehingga
kankernya tidak akan kembali. Tolong biarkan aku hidup seperti pria normal
lain.” Ucap
Hwa Shin menangis memohon agar menyelamatkanya. Na Ri yang ada direstoran
terlihat tegang menunggu pertemuan dengan ibu mertuanya
bersambung ke episode 22
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Terima kasih Mbak Dee, sbenarnya ada brp episode JI ini ya?, td mlm sdh nonton streaming ep 22,suka sama Perawat Oh nya, asli lucu, kebayang perawat di tempat kita juga walaupun ada beberapa yg ramah, tapi beberapa lagi berwajah jutek begitu,gemesinn, smoga bisa dapat Best supporting actress award, kamsa hamnida Mbak Dee...
BalasHapusSediiih.. di korea ga ada androlog apa yaa yg bs memperbaiki hormon n infertility atau ivf gituu hahahaha.. mewek mewek sendiri berasa deja vu
BalasHapus