Hwa Shin memberitahu semua orang dari siaran langsung
kalau ia penderita Kanker payudara, Na Ri yang melihatnya mencoba menahan
tangisnya. Hye Won diatas meja siaran terdiam tak percaya dengan liputan yang
dibuat rekan kerjanya. Direktur Oh dan Ui Gyo pun nampak benar-benar shock.
Akhirnya Hwa Shin pun berjalan mendekati Na Ri, Di rumah Jung Won yang menonton
berita seperti tak percaya.
“Apa Kau sudah gila? Kenapa kau tidak mendengarkanku?” ucap Na Ri sambil menangis, Hwa Shin langsung
memeluknya, semua yang ada diruang siaran pun kebingguan, Direktur Oh terlihat
duduk lemas.
“Aku mengerti yang ingin kau
katakan. Jangan khawatir. Aku hanya mengungkapkan kebenaran dan tidak mengatakan sesuatu yang
salah. Inilah
jalan yang benar. Siaran
berita hanya boleh mengungkapkan kebenaran.” Ucap Hwa
Shin lalu menyuruh Na Ri untuk segera pulang
Hwa Shin berjalan keluar dari ruang siaran, saat masuk
lift beberapa orang memandanginya dan didalam sudah ada reporter Park. Reporter
Park terlihat ketakutan, Hwa Shin masuk ke dalam lift mengangkat tanganya. Reporter
Park ketakutan kalau Hwa Shin memukulnya tapi Hwa Shin hanya merapihkan rambutnya.
Ketika keluar dari lift,
Reporter Park mengikutinya sampai akhirnya Hwa Shin berhenti melangkah
dan langsung memberikan sekotak rokok dan pergi meninggalkan dengan menepuk
pundaknya.
Saat berjalan di lobby, semua orang menatap Hwa SHin
seolah-olah sebagai tontonan kalau orang itu menyedihkan. Akhirnya Hwa Shin
sampai didalam mobil dan mengeluh kalau semua ini sangat memalukan dan merasa
sudah tak waras lalu pergi meninggalkan kantornya.
Saat di lampu merah, Jung Won melihat Hwa Shin yang
berada di jalan yang berlawanan seperti frustasi dengan menelungkupkan
wajahnya. Akhirnya Jung Won pun memilih untuk memutar balik dan mengikutinya.
Hwa Shin membelokan mobilnya saat itu lampu merah pun menyala dan Jung Won tak
bisa mengikuti arah mobil temanya.
“ Dia seharusnya pulang ke rumah. Dia akan pergi kemana?” ucap Jung Won khawatir.
Na Ri sudah kembali ke rumah mencoba menelp Hwa Shin tapi
ponselnya sibuk dan lampu dirumahnya pun tak menyala, Hwa Shin menelp ibunya
memberitahu tidak bisa makan malam bersama hari ini dan akan melakukan lain hari. Ibu Hwa Shin sambil menangis mengumpat anaknya itu sudah
gila.
“Kau tidak akan bisa menikah
dengan gadis lain sekarang. Jangan
melepaskan kekasihmu saat ini. Dia
yang membuatmu menyadari bahwa kau mengidap kanker, dan dia bahkan menemanimu ke
rumah sakit. Jangan
melepaskan dia. Jika
kau melepaskan dia, kau
mungkin tidak akan pernah bisa menikah, lalu Kau mungkin harus melajang seumur
hidup jika berpisah darinya.” Ucap Ibu Hwa Shin sambil menangis
“Berhentilah menangis, Bu... Jangan menangis terus” kata Hwa Shin memohon dengan menahan tangisnya juga.
“Kalau kalian berpisah, maka tidak akan ada gadis lain yang
akan mau mengencanimu. Mereka
bahkan tidak akan mempertimbangkannya dan tidak
akan menganggapmu seorang pria. Seluruh
penjuru negeri sudah mengetahuinya. Apa
yang akan terjadi padamu?” kata Ibu Hwa Shin terus
menangis
Hwa Shin memohon ibunya agar Berhentilah
menangis. Ibu Hwa Shin sangat sedih merasa anak
satu-satunya itu adalah putranya yang sangat malang, dan memikirkan Bagaimana
jika anaknya itu tidak bisa menikah. Hwa Shin merasa tak ada masalah karena ia tidak
akan pernah menikah jadi meminta ibunya agar
berhenti menangis, setelah menutup telp dari ibunya langsung mematikan
ponselnya
[Jangan melarikan diri dari seseorang
yang kau cintai]
Semua orang yang ada di ruangan melihat berita online
tentang Hwa Shin yang mengidap kanker payudara dan juga berita dikoran tentang
reporter pengidap kanker. Direktur Oh keluar ruangan dengan membawa koran lalu
bertanya pada Sung Sook, apakah Hwa Shin belum datang. Sung Sook
hanya diam karena terpaku dengan berita online. Dengan
wajah frustasi Direktur Oh memilih untuk pergi.
Direktur Oh kembali ke ruangan lalu melihat lembaran
surat izin absen dari Hwa Shin, lalu bertanya-tanya kapan si brandal itu
meletakan surat di mejanya. Na Ri masuk ruangan menemui Direktur Oh
diruanganya.
“Apa Kau bisa menghubungi Hwa Shin?” tanya Direktur Oh, Na Ri mengelengkan kepalanya,
Direktur Oh makin binggung
“Apa Dia menghilang tanpa mengatakan
apa pun padamu?” tanya Direktur Oh, Na Ri
membenarkan, Direktur Oh pun menyuruh Na
Ri keluar dari ruangan saja.
Na Ri pergi ke meja kerja dengan ID Card yang masih ada
diatas meja, lalu bertanya-tanya kemana pacarnya itu padahal sebelumnya
hanya menyuruhnya agar pulang ke rumah.
Hye Won membawakan berita sendirian tanpa Hwa Shin dan
digantikan dengan yang lainnya. “Diketahui bahwa beberapa soal ujian akhir yang digelar tepat sebelum ujian masuk perguruan tinggi telah bocor. Reporter Kim Sung Bae akan melaporkan secara eksklusif.” Na Ri melihatnya dari belakang kamera.
Na Ri mencoba menelp Hwa Shin tapi tetap ponselnya belum
juga aktif, sampai akhirnya berani datang menemui Jung Won di tokonya. Ia
meminta maaf datang karena Jung Won adalah temannya, Jadi mungkin mengetahui sesuatu tentang Hwa Shin
“Apakah kau tahu suatu tempat yang
mungkin dituju Reporter Lee?” kata Na Ri
kebingungan.
“Aku juga sedang mencari dia. Aku akan memastikan dia kembali
dengan selamat. Jangan cemas. Aku kalah dan Dia menang.” Ucap Jung Won yang sudah bisa menerima semuanya.
Na Ri terus mencoba menelp Hwa Shin tapi tetap tak bisa
dihubungi, lalu ia mengambil nasi sambil melamun malah membuat tanganya
terjepit dan rice cooker pun jatuh, tanganya terlihat memerah. Ia pun harus
pergi ke rumah sakit dan mendapatkan dua jari tanganya yang harus diperban,
saat akan meninggalkan rumah sakit seperti teringat sesuatu.
“Kenapa Dokter menerima permintaan
dia untuk wawancara? Dia
menghilang tepat setelah siaran, Bahkan Dia
tidak menjawab ponselnya. Tidak
seorang pun tahu... entah
dia masih hidup atau tidak.” Ucap Na Ri akhirnya
menemui dokter Geum, Dokter Geum kaget mengetahui tentang Hwa Shin.
“Dia pasti merasa sangat malu... sampai melarikan diri ke suatu
tempat tanpa memberitahu siapa pun. Hasil pemeriksaannya... tidak ada masalah, kan?” ucap Na Ri memastikan, Dokter Geum dengan gugup mengaku
tak masalah.
“Apakah dia melihat hasil tesnya
sendirian?” tanya Na Ri, Dokter Geum membenarkan
dan mengatakan kalau semua baik-baik saja.
Hwa Shin pergi ke bagian depan gedung SBC dan melihat
sebuah spanduk besar gambar dirinya dan bertuliskan [Saya harap negeri kita akan
menjadi tempat di mana minoritas pun dapat bahagia.] lalu berjalan masuk ke depan studio siaran dan bergumam
dalam hati “Ayo kita putus.”
Na Ri terlihat sedang membaca berita “ Pemerintah
Cina telah memutuskan untuk menyumbang Korea Utara sebesar tiga juta dolar setelah
musibah yang terjadi.” Saat itu matanya melihat
Hwa Shin yang berdiri dibelakang kamera dan berusaha untuk tetap
berkonsentrasi.
Saat laporan ditayangan, Hwa Shin berjalan ke atas meja
siaran. Direktur Oh dan Ui Gyo mengumpat melihat juniornya malah naik ke depan
meja siaran menemui Na Ri. Na Ri menatapnya seperti tak percaya melihat Hwa
Shin akhirnya kembali.
“Kelihatannya, kau menungguku.” Kata Hwa Shin pada Na Ri
“Aku yang menunggumu dan merasa seperti tercabik-cabik. Sekarang Ikut
aku.” Ucap Direkur Oh menyela dan bersama dengan Ui Gyo
menariknya keluar dari ruangan siaran, Hwa Shin seperti masih ingin bicara
dengan Na Ri.
“Kau membuatku tertawa dan
menangis berkelanjutan. Jangan pedulikan dia. Teruskan
siaran.” Kata Direktur Oh terus menarik Hwa Shin seperti seorang
tahanan.
Ja Young kaget saat melihat Hwa Shin masuk bersama dengan
Direktur Oh dan juga Ui Gyo lalu bertanya darimana saja. Ui Gyo pun menanyakan
keadaanya. Direktur Oh tak peduli dengan semuanya lalu menyuruh Hwa Shin agar
kembali siaran, Hwa Shin kaget lalu tidak mau.
“Lalu, kenapa kau datang ke tempat ini?” kata Direktur Oh geram
“Apakah aku tidak akan dihukum? Aku tidak datang bekerja selama
seminggu tanpa alasan yang jelas. Jadi Hukumlah
aku Aku
datang untuk menerima hukumanku Dan,
aku tidak ingin siaran selama beberapa waktu.”
Kata Hwa Shin, Direktur Oh menganguk mengerti sambil memegang payudaranya
seperti mengecek keadaaanya.
Hwa Shin datang ke ruang siaran, Na Ri menyembunyikan
luka ditanganya dan menyindir Hwa Shin yang sudah pergi selama satu minggu. Hwa
Shin bergumam kembali “Ayo kita putus.” Tapi yang keluar dari mulutnya meminta agar mereka tak
akan putus. Na Ri mengangguk dan Hwa Shin menanyakan keadaanya. Na Ri merasa
sudah pasti tidak baik
Hwa Shin makan dengan lahap di kantin, Na Ri hanya
menatapnya, lalu bertanya Apa saja yang dilakukan dan di mana keberadaa Hwa Shin selama ini? Hwa Shin hanya menjawab “Ya,
begitulah...” Na Ri terlihat makin kesal mendengar
jawabanya.
Hwa Shin heran Na Ri hanya diam saja dan menyuruhnya
untuk segera makan. Na Ri kembali bertanya Kemana
saja Hwa SHin dan apa yang lakukan selama ini? Apa yang ada dipikirannya? Kenapa menghilang begitu saja?
“Aku merasa malu.” Akui Hwa Shin, Na Ri pun bertanya alasan Hwa Shin
kembali datang ke kantor
“Haruskah aku pergi saja lagi? Aku suka berada di sana.” Kata Hwa Shin
“Apa Kau tidak peduli padaku?” tanya Na Ri, Hwa Shin mengaku sangat peduli.
“Lalu, bagaimana bisa kau
bertindak seperti itu?” kata Na Ri benar-benar tak
habis pikir
“Oleh Sebab itu aku kembali setelah
seminggu berlalu. Aku
merasa seolah semua orang menatap dadaku dan membuatku hampir gila. Aku mungkin akan kabur ke
Thailand kalau bukan karena dirimu.” Ucap Hwa
Shin
Na Ri pun ingin tahu alasan Hwa Shin mematikan ponselnya, Hwa Shin pikir memang seharusnya seperti itu saat seseorang ingin
bersembunyi, Na Ri
menyindir Hwa Shin itu berpengalaman melarikan diri. Hwa Shin mengaku kalau Ini
pertama kalinya.
“Jadi Keputusan apa yang sudah kau buat
setelah semua itu?” tanya Na Ri, Dalam hati Hwa
Shin terus bergumam untuk mengatakan “Ayo kita putus.” Tapi yang keluar adalah perkataan “Jangan
sampai kita putus.”
“Apakah kau menonton siaranku?” tanya Na Ri
“Tidak, aku tidak bisa menonton
karena di sana tidak ada TV.” Ucap Hwa Shin, Na Ri
pun ingin tahu dimana tempatnya.
Suara hati Hwa Shin kembali mengatakan “Ayo
kita putus.” Tapi Hwa Shin kembali mengatakan agar
mereka tidak putus. Na Ri terlihat benar-benar tak habis pikir dengan tingkah
pacarnya itu dan memilih untuk mulai makan, Hwa Shin kaget melihat dua jari
tangan Na Ri yang di perban. Na Ri dengan santai mengatakan bukan masalah yang
besar. Hwa Shin ingin melihatnya dan terlihat sangat panik.
Hwa Shin pergi ke atap gedung dan berteriak dengan semua yang tersimpan
dihatinya “Ayo kita putus!”
berkali-kali ke setiap sudut, lalu
dengan menahan air matanya mengumpat dirinya itu bajingan
arogan. Reporter Park sedang ada di toilet merapihkan rambutnya,
Direktur Oh dan langsung disapa olehnya.
“Aku baru akan memintamu ke
ruanganku. Kau
terpilih sebagai koresponden di Kenya.” Ucap
Direktur Oh, Reporter Park kaget mendengarnya.
“Jangan protes, Lebih baik Menurut saja, Selain itu Kopi di sana sangat enak dan ini hanya untuk satu tahun.” Ucap Direktur Oh keluar dari toilet, Reporter Park
menjerit sambil mengeluh kalau kopi di Korea juga enak.
Hwa Shin akan masuk lift dan melihat Sung Sook ada di
dalam. Sung Sook menatap mantan adik iparnya mengarah pada adanya. Hwa Shin
eminta agar Berhenti menatap dadanya karena dadanya bukan milik Sung Sook. Sung Sook masih tak percaya dan mencoba
menyentuhnya.
“Kalau begitu... Apa sekarang baik-baik saja?” kata Sung Sook mencoba merabanya. Hwa Shin memberitahu
kalau bukan dibagian dada itu. Sung Sook ingin mencoba bagian kirinya, tapi
tangan Hwa Shin langsung menahanya tak ingin disentuh oleh mantan kakak
iparnya.
“Tampaknya, kau baik-baik saja, Dilihat dari caramu melawan. Kudengar, kau meminta Direktur
menjatuhimu hukuman disipliner Jadi Kau
ingin dihukum lalu
pensiun sebagai reporter?” kata Sung Sook, Hwa Shin
membenarkan.
“Kau pasti tidak tahu. Berapa banyak komentar yang
ditinggalkan pemirsa di
website perusahaan, serta
jumlah telepon masuk yang menanyakan dirimu, kan? Mereka tidak menghubungi karena penasaran dan tidak menunggumu karena kasihan. Tapi Mereka bilang ingin melihatmu
tetap siaran setiap hari. Mereka bertanya "Kemana
dia pergi? Apakah
dia dipecat?" Komplain
masuk masih membludak.” Cerita Sung Sook, Hwa Shin
terlihat tak percaya mendengarnya.
“Terutama mengenai perasaan dan
perjuanganmu untuk Na Ri. Mereka
ingin melihatmu setiap hari, tetap
sehat, dan
sembuh sepenuhnya. Kenapa
kau malah kabur seperti bocah ingusan?” keluh Sung
Sook, Hwa Shin pikir tidak punya pilihan.
“Semua orang membicarakan kalian
berdua. Apa Kau tidak lihat poster yang
dipasang oleh instruksi langsung dari Presdir? Dia... akan segera memperlakukan kalian layaknya
anak emas.” Ucap Sung Sook, Hwa Shin hanya terdiam.
Hwa Shin kembali ke meja siaran, Hye Won memasang
earphonenya mengaku akan menyerah pada Hwa Shin sekarang dan Sudah berakhir. Dengan menegaskan kalau tidak
menyukainya lagi. Hwa Shin tersenyum bertanya apakah Hye Won sudah
menemukan pria yang lebih baik
“Aku masih menganggap dadamu
seksi, dan ingin
siaran bersamamu dalam waktu yang lama. Jadi, tetaplah sehat.” Kata Hye Won
Hwa Shin kembali membawakan berita “Dalam
suplemen kesehatan yang dibuat dari ginseng liar dan bahan-bahan sehat lainnya, beberapa perusahaan memilih
menambahkan akar sophora dibanding
jamur lingzhi yang mahal.”
Na Ri menatap dari layar komputer menonton siaran Hwa
Shin dan teringat kembali ucapan sebelumnya yang meminta agar mereka tidak
putus, tapi yang terakhir seperti melihat Hwa Shin meminta agar mereka itu
putus.
Hwa Shin pulang ke rumah ibunya, Ibu Hwa Shin sambil
menyuapi anaknya buah bertanya Kemana saja selama seminggu. Hwa Shin tiba-tiba memanggil ibunya dan berkata “Ayo
kita berpisah.” Ibu Hwa Shin mengumpat dengan tingkah
anaknya.
“Bagaimana mungkin seorang ibu
berpisah dengan puteranya? Aku
menolak!” teriak Ibu Hwa Shin marah
“Mudah sekali mengucapkannya pada
Ibu, tapi
kenapa sulit mengucapkan padanya?” keluh Hwa
Shin
Na Ri datang menemui Hwa Shin yang sedang duduk dengan
kacamata bulatnya, lalu bertanya apakah ia sudah
selesai. Dalam hati Hwa Shin akan menjawab belum tapi ia berkata
kalau sudah selesai. Na Ri bertanya apakah Hwa Shin mau
makan malam bersama. Hwa Shin akan menolaknya
tapi mulutnya akan menyetujui ajakan Na Ri, lalu Na Ri bertanya Apa
yang sebaiknya mereka makan.
Keduanya sudah ada di warung tenda dengan bibi datang
membawa semangkuk udon. Hwa Shin mengeluh karena ingin makan nasi bukan udon, Na Ri makan
lebih dulu merasa udonya itu sangat lezat dan sedang
ingin sekali memakanya sejak kemarin. Hwa Shin meminta izin agar minum soju, Na Ri mengejek Sejak
kapan Hwa SHin memerlukan ijin darinya dan langsung memesan soju lebih dulu.
“Reporter Lee. Ayo kita makan malam bersama
setelah ujian masuk perguran tinggi Chi
Yul selesai.” Kata Na Ri, Hwa Shin sadar Chi Yul
itu tidak
menyukainya
“Yah.. Kau
benar. Siapa pun
yang kubawa ke rumah, maka dia
akan langsung bersikap seperti ayah mertua. Tidak, maksudku.. lebih mirip seorang ibu mertua yang tidak ramah. Dia
menganggap Noona-nya ini yang terbaik.” Kata Na Ri
sedikit bangga, Hwa Shin mengajak agar lain waktu saja.
“Kau bilang Lain waktu? Tidak ada lain waktu lagi. Kau tinggal di sebelah rumahku. Kita lakukan perkenalan dengan
benar, dan kau
bisa memperlakukan dia sebagaimana adik ipar. Kau
setuju? Apakah
sebaiknya kita makan bersama di hari ujian digelar saja?” kata Na Ri
Hwa Shin hanya diam menatapnya, Na Ri bertanya apakah Hwa
Shin itu takut pada adiknya. Hwa Shin hanya diam dengan meminum soju, Na Ri
lalu mengingatkan kalau Pyo Bum juga adik iparnya. Hwa Shin memangil Na Ri lalu
keduanya saling menatap dan hati Hwa Shin kembali bergejolak agar mereka bisa
putus.
“Ayo kita putus.” Ucap Hwa Shin akhirnya mengeluarkan yang ada disimpan
di hatinya.
“Apa Kau takut dengan adik iparmu
sendiri? Kenapa? Apakah karena kau tidak bisa memiliki anak?” ucap Na Ri, Hwa Shin kaget Na Ri bisa mengetahuinya.
“Apa Kau sudah mengetahuinya? Berapa lama kau mengetahuinya? Jadi Selama ini kau pura-pura bodoh, dan mempermainkanku, begitukah?”
ucap Hwa Shin terlihat marah
“Aku baru tahu tidak lama setelah
kau menghilang...”akui Na Ri, Hwa Shin yang
frustasi meminum soju dengan cepat.
Na Ri mengambil gelas soju agar Hwa Shin meminum
perlahan, Hwa Shin mengambil gelasnya merasa Na Ri pasti
berpikir dirinya itu sangat
bodoh, jadi menurutnya memang lebih baik kalau mereka putus.
Na Ri langsung menolaknya, Hwa Shin akan mengakhiri hubungan mereka sampai
disini saja.
“Aku tidak masalah meski tanpa
anak. Aku
sungguh-sungguh dan hanya
membutuhkan dirimu. Aku
pun tidak yakin bisa membesarkan anak dengan baik dan...” kata Na Ri menyakinkan.
“Kau pintar berbohong.” Sindir Hwa Shin, Na Ri mengaku kalau perkataan itu
serius.
“Kau membuatku merasa begitu
menyedihkan sekarang. Apakah
kau kasihan padaku?” kata Hwa Shin, Na Ri
meminta Hwa Shin agar jangan merasa seperti itu
.
“Apa Kau mengasihani aku? Itukan sebabnya kau tidak
mengatakan apa pun padaku?” ucap Hwa Shin
“Aku ingin memberimu waktu. Aku berpikir bahwa suatu hari
nanti kau akan mengatakan langsung padaku, itu sebabnya aku menunggu. Aku bisa bertahan...tanpa
memiliki anak, tapi tidak
akan bisa jika tidak memilikimu. Aku
tidak bisa berpisah denganmu.” Kata Na RI
“Aku tidak baik-baik saja. Kau tidak keberatan akan hal itu, tapi bukan berarti masalah
selesai. Hanya
karena kau menerimanya, apakah
itu berarti aku bisa tenang? Aku
yakin bisa mencintaimu selamanya, tapi
aku mempertanyakan diriku sendiri... terus
menerus... akankah
aku bisa membahagiakan dirimu atau tidak. Jadi...” ucap Hwa Shin dengan mata berkaca-kaca yang langsung
disela oleh Na Ri
Na Ri menegaskan tidak mau
putus dengannya, tapi Hwa Shin tetap ingin mereka
putus lalu keluar dari warung tenda. Na Ri menahan air matanya karena Hwa Shin yang
meminta putus.
Flash Back
Na Ri bertemu dengan dokter Geum, membahas ketika mereka akan
datang untuk memeriksa hasil tes bersama, tapi Hwa Shin mengatakan bahwa Dokter ada
seminar dan menjadwal ulang lain waktu. Dokter Geum
terlihat gugup dan membenarkanya.
“Kenapa Dokter berbohong padaku? Reporter Lee mengatakan bahwa
Dokter harus melakukan operasi darurat, itu sebabnya pertemuannya
ditunda. Apakah...
ada sesuatu yang salah dengan hasil tes Reporter Lee? Apakah kankernya muncul lagi?” tanya Na Ri penasaran
Na Ri keluar dari ruangan mengingat ucapan Dokter Geum
dengan wajah sediih. Dokter Geum pikir Hwa Shin pasti
sangat bingung sekarang jadi meminta agar diberikan waktu.
“Dia pasti akan menggila sementara
ini. Jangan
sampai ketahuan dan biarkan saja dia. Aku yakin, dia akan memenangkan
pergulatan batinnya.” Ucap Dokter Geum
Na Ri kembali ke rumah melihat beberapa boneka dan
pakaian bayi yan dibelikan Hwa Shin, teringat kembali saat membuat anak dari
salju walaupun tanganya terasa dingin. Na Ri hanya bisa menangis dengan memeluk
pakaian bayi yang tak mungkin bisa dimilikinya.
Ui Gyo datang menemui Direktur Oh mengatakn Sesuatu
terjadi pada keluarganya di
Inggris jadi harus ke pergi selama seminggu. Direktur Oh dengan nada tingi bertanya Lalu,
bagaimana dengan siaran untuk slot pukul sembilan malam sambil mengumpat Ui Gyo itu sudah gila.
“Hei. Memangnya seorang penyiar cuaca
sekalipun harus
tetap siaran saat ibu mereka meninggal? Aku tidak akan bisa makan lagi
jika tidak berada di
samping Ibuku saat dia meninggal.” Teriak Ui
Gyo
“Apakah ibumu sakit parah?” tanya Direktur Oh akhirnya khawatir, Ui Gyo
membenarkan.
“Bisakah kau membuat Hwa Shin menggantikanku
selama seminggu?” ucap Ui Gyo
“Bagaimana kalau kau kehilangan
posisi itu jika penampilannya sangat bagus? Masa depan itu tidak terprediksi. Jika Hwa Shin mendapatkan respon
positif, maka kau tidak akan bisa mendapatkan
posisi itu kembali.” Ucap Direktur Oh, Ui Gyo
hanya bisa memohon agar Direktur Oh bisa membantunya.
“Bicara saja langsung pada
Presdir.” Kata Direktur Oh tak ingin kena semprot lagi.
Direktur Oh seperti menerima telp dari Presdir dan terkejut
dengan menyebut nama Pyo Na Ri, lalu berkomentar kalau terlalu
dini untuk Na Ri dan Ada
banyak resiko menurutnya mereka berdua tidak
seharusnya siaran bersama untuk slot tersebut.
Na Ri mengedor pintu rumah Hwa Shin langsung menarik
keluar dan menahanya di depan dinding, lalu meminta agar memikir kalau
situasinya terbalik kalau ia berada di posisi Hwa Shin sekarang apakah
ia akan meminta putus dengannya. Hwa Shin menyuruh Na Ri pergi seperti tak ingin
membahasnya.
“Tentu, aku bisa membayangkan
sebuah pernikahan tanpa
adanya anak. Kita akan
lelah satu sama lain. Jika
memiliki anak, hal tersebut dapat semakin menguatkan hubungan kita. Bahkan meski kita bertengkar maka kita
akan segera berbaikan demi anak. Kita
akan tertawa dan bahagia menyaksikan tingkah serta membicarakan perkembangan
mereka. Itu Menyenangkan sekali.” Kata Na Ri, Hwa Shin juga berpikiran yang sama.
“Tapi, Reporter Lee... aku tidak bisa membayangkan
sebuah pernikahan jika
bukan denganmu. Setelah
kau menghilang, Dokter
mengatakan bahwa tidak masalah meski kita tidak memiliki anak. Saat kau tidak ada, kalau aku menyadari bahwa aku begitu
menginginkanmu. Jadi,
kumohon... jika
bukan karena kau tidak lagi menyukaiku, jika
bukan karena kau lelah padaku, tolong
jangan meminta untuk berpisah dariku.” Tegas Na Ri
Na Ri ingin memperingatkan kalau Hwa Shin berbicara
seperti itu lagi, tapi Hwa Shin kembali mengulang agar mereka putus sebanyak
dua kali, Na Ri mengumpat, Hwa Shin kembali berkata “Ayo kita
putus.” Na Ri menyuruh Hwa Shin lebih baik menutup mulutnya.
Hwa Shin terus mengucapkan kalimat yang sama. Na Ri memperingatakan akan
merobek mulutnya, Hwa Shin tetap tak peduli terus
mengatakan hal yang sama.
“Bagaimana bisa kau mengatakannya
semudah itu?” ucap Na Ri tak percaya, Hwa Shin piki
itu memang mudah dan kembali mengatakan agar mereka bisa putus. Na Ri mengumpat
Hwa Shin itu iblis berengsek. Hwa
Shin terus mengatakan mereka agar putus.
“Reporter Lee, kondisimu bukan
masalah besar.Mereka mengatakan tidak ada yang mustahil dengan teknologi saat ini. Jadi Kita berusaha saja terus. Kita bisa bercinta setiap hari dan mengonsumsi makanan yang baik
untuk kesehatanmu. Jangan
merasa terbebani karenanya dan Anggap
saja angin lalu. Mereka
mengatakan, apa pun bisa terjadi selama kau tetap memiliki harapan.” Ucap Na Ri berusaha merayu dengan memegang jaketnya.
“Apa Kau ingin bercinta setiap hari?” tanya Hwa Shin tak percaya, Na Ri pun mengoda kalau
mereka bisa mencobanya.
“Ini sangat menyedihkan.” Kata Hwa Shin makin kesal dan menyuruh Na Ri untuk
segera pulang. Na Ri berjanji akan terus bersikap
baik padanya.
“Bagaimana jika kau tetap tidak
hamil?” tanya Hwa Shin menahan air matanya, Na Ri pikir lebih
baik bertanya setelah mereka tidur
bersama 100 kali.
Hwa Shin kembali bertanya bagaimana kalau Na Ri itu tetap
tidak hamil juga, Na Ri pikir merkea tetap berusaha seusai
makan ramyun bersama sampai seribu kali seperti
yang dijanjikan. Hwa Shin bertanya bagaimana
kalau tetap tidak berhasil. Na
Ri dengan santai berpikir kalau mereka bisa lebih beli ramyun sebanyak
mungkin dan meminta agar tak menatapnya seperti itu.
“Aku tidak akan menikahimu. Apakah kau tahu berapa banyak
ramyun yang sudah kubelikan kemarin?” ucap Hwa Shin,
Na Ri pikir Tidak
sampai 1,000.
“Aku tidak akan menikahimu.” Ucap Hwa Shin , Tapi Na Ri melah meminta Hwa Shin agar
bisa menikahlah dengannya
“Ayo kita putus.” Kata Hwa Shin dan menyuruh Na Ri untuk pergi.
“Apa Kau mencampakkan aku?” tanya Na Ri, Hwa Shin membenarkan.
Na Ri tak percaya kalau baru saja dicampakkan, lalu bertanya apakah Hwa Shin tidak
akan menyesalinya. Hwa Shin mengaku tidak akan
menyesal. Na Ri mengerti dan meminta agar melupakan segalanya, lalu setuju kalau mereka putus dan pergi meninggalkan
rumah Hwa Shin.
bersambung ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar