PS : All
images credit and content copyright : SBS
Nan Gil tiba-tiba datang membuat Na Ri sempat terkejut,
Na Gil merasa harus
menawarkan tamu minum lalu melempar sekaleng minuman, Na Ri pikir Duk Bong dakan
pergi sekarang. Duk Bong menolak karena
merasa harus
minum apa yang diberikan Nan Gil kepadanya lalu membuka minuman kaleng.
“Apa pekerjaan ayahmu, Nak?” ucap Nan Gil bertindak sebagai ayah Na Ri, Duk Bong
terlihat kesal dengan panggilan itu. Nan Gil pikir tak ada yang salah karena ia
adalah ayah dari Na Ri.
“Apa kau memiliki saudara kandung? Apa keluargamu akur? Apa kau selalu berpakaian begitu
kumuh?” ucap Nan Gil dengan nada mengejek, Duk Bong tetap
manggil nama Nan Gil dan Nan Gil langsung memperingatinya
“Kau harus tahu siapa orang tuanya dari Na Ri” tegas Nan Gi
“Kau pasti menganggap aku sebagai seorang pria yang tertarik pada putrimu, tapi masalahnya... Pada hari ini, aku akan
membela...” ucap Duk Bong lalu terdengar teriakan
Na Ri yang memanggil Nan Gil “ayah”
Keduanya kaget, Nan Gil tersenyum tak percaya Na Ri bisa
memanggilnya “ayah”. Na Ri berpikir kalau ingin minuman dan meminta ayahnya
jangan pelit. Nan Gil tersenyum merasa anaknya pasti
sangat haus dan keluar dari kamar. Duk Bong kesal
karena Na Ri malah memanggil Nan Gil dengan panggilan “Ayah”
“Itu berbahaya, karena berarti kau menerima dia sebagai
ayahmu.” Kata Duk Bong memperingati
“Jadi, kenapa kau mencoba untuk
membongkar identitas
klienmu? Apa kau
pernah membela seseorang? Bahkan
aku tahu klien memiliki hak untuk privasi.” Tegas Na
Ri kesal
Duk Bong ingin keluar rumah dan saling menatap sinis
dengan Nan Gil, lalu pergi begitu saja. Nan Gil menyindir Duk Bong harus
mengucapkan selamat tinggal kepada orang tua ketika meninggalkan
rumah seorang teman. Duk Bong ingin protes tapi
Na Ri langsung mendorongnya keluar dari rumah.
“Bagaimana kau bisa mentolerir si anak nakal yang kasar itu? Aku mempertahankannya karena
membutuhkan tanahnya. Jangan
lupa kita berada di pihak yang sama. Ayo
lakukan ini.” ucap Duk Bong berusaha merayu, Na Ri
menyuruh Duk Bong untuk segera keluar.
“Kita bisa melakukannya, Kau harus mencurigainya secara
menyeluruh. Aku juga
berencana untuk menyelidiki kecelakaan
yang menimpa ibumu.” Tegas Duk Bong sebelum
pergi
Na Ri melihat bagian belakang pungung Nan Gil yang sedang
memasak, lalu ke bagian celanan bertanya-tanya dimana Nan Gil menyimpan kuncinya. Nan Gil tiba-tiba berbalik bertanya apa yang sedang
dilihat anaknya itu. Na Ri mengaku kalau
tidak melihat lalu menuangkan biji
wijen pada sayuran yang dibuat Nan Gil.
“Tidak ada biji wijen pada makanan
yang dihidangkan.” Kata Nan Gil, Na Ri mengaku
kalau Nan Gil itu salah
“Aku benar.” Ucap Nan Gil, Na Ri tetap mengatakan kalau Nan Gil sala
karena tak masalah Memberi Biji wijen
Nan Gil dengan kesal kalau karena itu sebabnya memberi banyak biji wijen untuk membuat rasanya semakin
enak. Na Ri merasa kalau Nan Gil itu melakukan dengan sengaja,
Nan Gil binggung apa maksudnya. Na Ri
merasa kalau Nan Gil sedang bermain-main
menjadi ayah? Dengan bertanya "Apa
yang orang tuamu lakukan? "Apa
keluargamu akur?"
“Apa kau ingin semua orang tahu?” kata Na Ri kesal
“Kau yang memanggilku
"Ayah". Ini
sangat menjengkelkan bahkan Mengesalkan
sekali.” Keluh Nan Gil kembali sibuk memasak.
Nan Gil mengupas kacang sambil duduk, Na Ri mengaku mencoba
menelepon ponsel ibunya dan
tersambung tapi tidak
pernah menjawab. Menurutnya Kalau
orang lain menggunakan nomor itu, maka mereka
akan menjawab setidaknya satu kali. Dengan
sangat yakin Nan Gil pasti memiliki ponsel milik ibunya.
“Apa ada alasan kenapa orang-orang
tidak boleh tahu? Apa
yang kau sembunyikan? Kenapa
gudangnya terkunci? Itu
adalah tempat kenangan bersama ibu dan rumah
ini selalu menjadi rumah kami. Kenapa kau memintaku menjauh? Siapa kau berani menempatkan
dinding antara... ibuku
dan aku?” ucap Na Ri penasaran
“Ini hari ulang tahunnya. Jadilah
hormati dia.” Kata Nan Gil kesal
“Ini ulang tahunnya, jadi kau
seharusnya memiliki
hati nurani.Katakan kepadaku yang sebenarnya. Kau tahu rumah ini, rumah Paman, dan tanah di sekitar danau adalah
milik ibu, kan? Apa
itu sebabnya kau mendekati ibunya hanya demi uang?” kata Na Ri yakin
“Satu hal yang pasti. Aku tidak
ingin memberitahumu, tapi
ibumu yang mendekati aku terlebih dulu.” Tegas Nan
Gil mengambil mangkuk kacang yang disita oleh Na Ri
Na Ri meminta Nan Gil memberikan ponsel milik ibunya, Nan
Gil merasa Na Ri tidak punya hak
karena itu miliknya, Na Ri tak percaya kalau dianggap tidak punya hak lalu menanyakan alasan Nan Gil harus tinggal di restoran padahal sebelumnya mengatakan kalau rumah ini adalah
miliknya.
“Kenapa kau tidak mengusirku dan
menggunakan kamar
tidur utama?” ucap Na Ri heran, Nan Gil kembali
mengatakan harus mengaduk adonan. Na Ri mengejek kalau itu yang selalu dikatakan Nan Gil
seperti berusaha mengalikan pembicaran.
“Metodeku dalam mengaduk adalah
unik. Aku harus
membolak-baliknya sepanjang malam dan
mengatur suhunya. Aku
harus berada dekat dengan ruang kerja restoran.”
Jelas Nan Gil
“Apa kau... tidak berbagi kamar tidur dengan
ibuku?” ucap Na Ri penasaran
Nan Gil ingin tahu apa sebenarnya yang ingin dikatakan Na
Ri, dengan nada marah mengatakan
pertanyaan apaka mereka berbagi kamar tidur pada ayahnya, dan ingin tau apa sebenarnya yang ingin
diketahui Na Ri, menurutnya mungkin seperti hubunganya dengan ibunya selama
ini. Na Ri hanya diam dengan memalingkan wajahnya.
“Aku sudah katakan sebelumnya. Apa kau tidak suka bahwa ini adalah rumahku? Apa semua karena uang? Apa kau membutuhkan
uang?” teriak Nan Gil mara
“Kau menakutkan saat sedang marah, Sang legendaris Ko Nan Gil. Apa dan berapa banyak yang harus
kau lakukan. untuk
menjadi legenda di bidang itu?” ucap Na Ri menyindir
“Seorang legenda tidak pernah
berbicara tentangkisah legendaris mereka. Aku akan tinggal di sini
selamanya. Aku akan
membuat pangsit dan akan
tinggal di sini... sampai
pohon yang aku tanam di
tepi danau tumbuh tinggi. Jadi
sudah cukup untuk hari ini. Kita
akan memiliki banyak waktu nanti.” Tegas Nan
Gil lalu menyuruh Na Ri menganti baju karean
akan mengatur meja
untuk sembahyang.
Na Ri pun melakukan upacara peringatan dengan bersujud
beberapa kali. Nan Gil duduk diam dengan waja sedih melihat waja Ibu Na Ri yang
sudah meninggal, seperti sangat menyayanginya. Na Ri duduk sambil menceritakan
ketika masih kecil, hampir
tidak punya teman. Nan Gil mengaku kalau mengetahuinya.
“Apa ibu juga memberitahumu itu?” kata Na Ri tak percaya, Nan Gil hanya diam sambil
memalingkan wajahnya.
“Aku mendengar teman-temanku
tertawa, mengatakan
bagaimana... ayahku yang kabur dan pangsit kami terasa tidak
enak. Setelah
itu, aku selalu... merasa
seperti mereka mengejekku dan menghindari
mereka semua. Sejak
saat itu, Ibu
adalah teman, ibu, dan juga seperti ayahku. Dia adalah segalanya bagiku. Aku yakin aku sama dengannya.” Kata Nan Gil
“Jadi... aku berencana untuk mencari tahu apa yang terjadi padanya. Apa tidak ada sesuatu... yang ingin kau akui sebelum aku
melakukannya?” kata Na Ri memancing, Nan Gil malah
mengejek dengan mendengar sesuatu yang ingin diakuinya.
“Tentu saja... aku akan mengakuinya... Yang
sebenarnya adalah... pangsitnya
memang mengerikan sebelum aku
sampai di sini. Teman-temanmu
pasti sudah melebih-lebihkan, tapi
mereka benar.” Kata Nan Gil, Na Ri terlihat sangat
marah. Nan Gil berusaha menghindar lalu terdengar bunyi bel.
Na Ri membuka pintu dan Dong Jin menyapanya dengan
membawa minuman, Na Ri tak peduli dengan sapaan mantan pacarnya, lalu mengeluh
dengan botol minuman hanya dua buah merasa tak cukup. Dong Jin memperlihatkan
kalau membawa
botol besar.
“Kami pasti akan menunggu kalau
kau mengatakan akan
datang. Jadi Silahkan masuk.” Ucap Nan Gil keluar dari rumah lalu mengajak Dong Jin
masuk. Na Ri heran melihat Nan Gil itu malah membuat masuk Dong Jin.
Nan Gil menyuruh Dong Jin untuk lebih dulu bersujud
memberikan penghormatan pada ibu mertuanya, Na Ri pikir Tidak
perlu dan lebi baik lupakan saja. Nan Gil merasa itu tak benar. Akhirnya Na Ri membiarkan
Dong Jin bersujud didepan ibunya.
“Maafkan aku, Ibu.” Ucap Dong Jin seperti memohon ampun, Nan Gil bertanya
apakah Dong Jin sudah makan, Dong Jin mengatakan belum tapi Na Ri langsung
mengatakan kalau Dong Jin sudah makan.
“Kau harus minum.” Ucap Na Ri, Nan Gil pikir kalau itu tak mungkin lalu
menyuruh Dong Jin segera membawa Na Ri itu pergi ke seoul.
“Itu hanya formalitas.” Tegas Na Ri, Nan Gil pikir itu cara Na Ri melakukan
untuk ibunya, lalu mengajak Dong Jin duduk kembali. Dong Jin berbisik pada Nan Gil kalau Na
Ri benar-benar tidak tahu apa-apa. Nan Gil
hanya diam saja.
Flash Back
Nan Gil pergi ke seoul menemui Dong Jin, disebua cafe
memberikan sebua cek agar lebih
mudah. Dong Jin bertanya alasan Nan Gil mengembalikan uang itu.
Nan Gil merasa karena Na Ri akan merasa canggung. Dong Jin merasa tak suak cara Nan Gil memangil nama Na
Ri langsung dan bertanya berapa usia Nan Gil sebenarnya.
“Ini juga tidak nyaman untukku Tapi aku tidak tahu cara lain
untuk mengatasinya.” Ucap Nan Gil
“Aku tidak mengerti kenapa kau
membayarku. Jadi Berapa
banyak harga rumah itu? Aku
minta maaf karena sudah menyebutmu si penggali
emas dan penipu. Aku biasanya tidak bisa mengatakan
ini karena
aku memiliki hati yang lemah, tapi
aku tidak bisa menahan diri denganmu. Bahkan
kalau kau membayar aku atas nama dia, Rumah
ini masih tetap rumah Na Ri.” Tegas Dong Jin
“Aku tidak membayarmu karena
rumahnya.” Balas Nan Gil
Dong Jin semakin penasaran kalau memang bukan masalah
rumah lalu tentang apa, apaka masalah hubungan dengan Na Ri merasa kalau Nan Gil sekarang malah ikut
campur. Nan Gil menegaskan kalau Ia tidak ikut
campur karena Dong Jin menangani
masalahnya sendirii, tapi ia pikir
seharusnya tidak ada masalah uang di
antara mereka.
“Katakan kepada Na Ri bahwa
pamannya membayarmu. Aku
harus pergi ke restoran.” Kata Nan Gil dan bergegas
pergi. Dong Jin keluar dari cafe mengejar Nan Gil.
“Aku akan mengatasinya bersama
pamannya, jadi
silakan ambil ini...” ucap Dong Jin memegang
pundak Nan Gil
Terlihat Nan Gil seperti memiliki gejala panik yang
berlebihan sampai nafasnya terasa sesak dan berusaha terus berjalan. Dong Jin
melihat dari kejauhan, Nan Gil berusaha menyeberang jalan dan terlihat sempat
terdiam ditengah-tengah. Nan Gil mencoba bertahan walaupun kepalanya seperti
berputar-putar.
Dong Jin berbisik penasaran karena berpikir Nan Gil itu
sedang sakit. meliat jiwanya masih
muda tapi saat bertemu denganya terlihat lemah dan... Nan Gil
langsung menutup mulut Dong Jin langsung berteriak Na Ri karena sudah datang
membawa minuman. Na Ri melirik curiga
“Bukankah itu terlalu sederhana? Seorang menantu adalah tamu
penting. Aku akan
pergi...” ucap Nan Gil akan pergi, Na Ri menyuruh Nan Gil segera
duduk. Nan Gil seperti tak bisa melawan dan langsung duduk.
“Kau perlu minum dengan seseorang
untuk melihat apa
mereka memang benar.” Ucap Nan Gil terlihat suda
mulai mabuk dengan Dong Jin
“Hei... Apa kau tahu bagaimana caranya
minum? Apa kau
tahu seperti apa yang rasanya? Aku
khawatir.” Ejek Dong Jin
Keduanya tertawa lalu saling bersulang, sementara Na Ri
sengaja menuangkan air putih dan berpura-pura meneguk soju. Nan Gil Dan Dong
Jin sama-sama tak mau kalah dalam hal minum.
Yeo Joo berada didalam Bus mengirimkan banyak pesan pada
Dong Jin dan Dong Jin hanya membalas akan menelpnya nanti. Lalu terlihat
nama Yong Chul si pria botak di tempat
fitness menelpnya. Yeo Joo mengaku tidak
bisa pergi ke gym hari ini.
“Aku sedang dalam perjalanan untuk
menjemput seseorang. Aku pikir Dong Jin mabuk.” Kata Yeo Joo khawatir
“Kau tidak memiliki harga diri.” Ucap Yong Chul mengejek
“Kau bilang Harga
diri? Kenapa kau mengatakannya? Apa
kau tahu yang pria inginkan? Seorang
wanita yang seperti seorang teman, kekasih,
seorang ibu, seorang
putri, malaikat, dan penyihir. Apa
kau pikir wanita seperti itu ada? Yah memang Ada
dan itulah aku. Membodohi
orang itu mudah. Kalau kau bilang Harga
diri? berikan itu kepada anjing.” Ucap Yeo
Joo marah langsung menutup ponselnya
“Apa Tidak baik bagiku untuk pergi ke
sana?” kata Yeo Joo bertanya-tanya sambil menahan amarahnya.
Dong Jin dan Nan Gil masih terus minum bahkan melakukan
love shot bersama, sementara Na Ri kembali masuk ke dalam kamar Nan Gil merasa sangat
sering berada di sini sampai seperti kamarnya
sekarang. Ia mencoba mencari informasi lain dan
melihat dalam dompetnya, sebua ID Card dan ternyata Nan Gil lahir pada tahun 1990.
Tak lupa mengambil gambar di ponselnya, lalu berkomentar
dengan Foto pada ID Card dan ternyata memang nama aslinya Ko Nan Gil tapi tetap
saja sseperi masih tak percaya, ketika ingin mengembalikanya melihat sebuah
foto di pingir danau dan teringat kembali ucapan Nan Gil “ Aku
akan tinggal di sini... sampai
pohon yang aku tanam di tepi danau tumbuh
tinggi.”
Na Ri kembali menaruh ID Card dalam dompet, lalu melihat
ada sebuah kunci ia pun langsung membakarnya setelah itu menempelkan pada
solasi dan terlihat bentuk kunci yang bisa di buat duplikat, tiba-tiba
terdengar teriakan dua pria yang memanggilnya, Na Ri pun bergegas keluar.
Dua pria terlihat sangat mabuk menyuruh Na Ri duduk dan akan
menuangkan minuman untuknnya. Na Ri seperti menahan
rasa kesalnya, Dong Jin meminta maaf dan mengucapkan terimakasih , serta pasti
tahu perasaanya pada Na Ri selama ini.
“Itu benar. Seharusnya kau
menentang... semua hal
konyol itu sebelum menikah.” Kata Nan Gil, Dong Jin
menyetujuinya sambil mengungkapkan rasa sukanya pada sikap Nan Gil.
“Kenapa kau melakukannya? Dasar
kau brengsek!” ucap Nan Gil marah
“Kau tidak tahu apa-apa. Apa yang kau tahu tentang hal
itu? Berapa
usiamu?” balas Dong Jin memegang Nan Gil juga. Keduanya langsung
tertawa dan berbaring di lantai. Na Ri pun mengambil minuman diatas meja
“Apa Kau bilang itu semua hanya Hal-hal
konyol?” ucap Na Ri marah.
Yeo Joo akhirnya samapi ditempat Na Ri, tapi binggung
dimana letaknya lalu memanggil Duk Shim yang berjalan pulang. Duk Shim yang tak
pernah bicara dengan orang lain hanya terus berjalan. Yeo Joo pun menariknya bertanya
apakah tahu dimana restoran Pangsit Hong. Duk Shim melirik sinis melihat Yeo Joo berpikir datang
untuk mencari Nan Gil.
“Alamatnya adalah 35 Seulgi-ri.
Ada di sekitar sini, kan? Apa
aku harus melalui jalan itu?” ucap Yeo Joo
binggung. Duk Shim hanya menunjuk ke arah dengan dengan wajah sinisnya Yeo Joo
pun percaya mengikuti jalan depanya.
Na Ri pun sedikit mabuk dan Nan Gil duduk didepanya, lalu
membahas kalau semua yang dilaluinya itu hanya Hal-hal
konyol. Ia mengatakan kalau Ibu
meninggal maka itu adalah
hari terberat dalam hidupnya dan Dong Jin berselingku
darinya, menurutnya itu bukan hal konyol.
“Aku minta maaf karena menyebutnya
hal yang konyol. Aku
akan menariknya.” Kata Nan Gi
“Tapi dia berselingkuh dariku
dengan juniorku di
tempat kerja. Dia
menjengkelkan dan masih muda. Apa itu perbedaan usia yang
konyol?” kata Na Ri kesal, Nan Gil mengatakan kalau itu tidak
benar.
“Dia juga mengatakan kebohongan
yang konyol! Ada
hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan seseorang kepada orang lain. Meminta seseorang yang sedang
berkabung untuk
berhenti menangis. Tapi
orang itu... menjadi kesal karena aku sedih setelah
kehilangan ibuku. Dia
berpura-pura menghiburku, membuat janji-janji palsu, dan mengkhianatiku.” Ucap Na Ri menunjuk pada Dong Jin yang sudah tertidur
pulas.
“Tapi... kenapa dia datang hari ini? Kupikir aku melihat kalian berdua
tertawa bersama. Aku
tidak menyukainya, tapi
apa yang bisa aku lakukan tentang hal itu?” kata Nan
Gil yang mabuk
“Ini benar-benar sudah berakhir.” Ucap Na Ri, Nan Gil mengerti sekarang akan menjaga Dong
Jin jadi semuanya serahkan padanya lalu menariknya keluar karena akan melemparkan keluar rumah karena
tidak bisa didaur ulang.
Yeo Joo sudah ada didepan rumah melihat mobil Dong Jin
yang suda terparkir, saat Itu Nan Gill membawa Dong Jin keluar rumah. Yeo Joo
langsung panik melihat pacarnya Dong Jin yang tak sadarkan diri. Na Ri
berteriak marah melihat Yeo Joo yang berani datang ke rumanya Yeo Joo memanggil
Na Ri dengan panggilan Na Ri
“Apa kau baru saja memanggilku
secara santai? Beraninya
kau memanggilku dengan panggilan Unnie?” teriak Na
Ri marah, akhirnya Yeo Joo memanggilnya Sunbaenim,
“Kau benar-benar tak tahu malu. Beraninya kau datang ke sini?” teriak Na Ri
“Dia mengatakan kalau dia mabuk
dan memintaku untuk
datang!” ucap Yeo Joo, Diam-diam Duk Shim mendengar percakapan
keduanya.
“Buang sampah itu jauh-jauh
menggunakan mobil. Dia
memiliki seorang sopir untuk membawanya.” Ucap Na Ri
mengejek
Yeo Joo tak terima meminta Na Ri memperhatikan ucapanya.
Na Ri menegaskan sedang mencoba menahan diri sekarang lalu menantang Yeo Joo untuk berani menaikan suaranya
dan berteriak agar Nan Gil segera membuang sampah itu segera. Nan Gil menarik
Dong Jin dan tak sengaja meyenggol Yeo Joo yang hampir terjatuh.
“Hati-hati. Apa kau adik laki-laki
Na Ri?” ucap Yeo Joo lalu melihat wajah Nan Gil yang terliat
tampan, lalu wajah rubahnya pun langsung terlihat.
“Sepertinya kau juga mabuk... Jangan menyeretnya seperti itu.” kata Yeo Joo mencoba memegang lengan Nan Gi
“Beraninya dia menggodanya?!!” ucap Na Ri kesal dan Nan Gil yang mabuk pun sempat
terjatuh karena tak bisa membawa Dong Jin masuk ke dalam mobil.
Yeo Joo meminta agar adik Na Ri itu hati-hati membawa
pacarnya, Nan Gil mengatakan bukan itu. Yeo Joo meminta tolong Na Ri agar
membantunya, Nan Gil mengaku kalau bukan
adiknya dan Na Ri langsung menutup mulut Nan Gil sebelum terucap semuanya.
Soon Rye mencoba menelp ponsel Duk Shim yang belum pulang
ke rumah tapi ternyata tidak mengangkatnya. Duk Bong duduk didepan meja adiknya seperti mencar-cari
sesuat. Soon Rye mengetahui Duk Shim itu belum bolos sekolah akhir-akhir
ini.
“Kamarnya seperti zona perang.... Dia benar-benar membutuhkan
terapi.... Tolong katakan kepadanya aku
pergi untuk terapi.” Ucap Duk Bong lalu keluar
kamar, Soon Rye hanya bisa menghela nafas melihat tingka Duk Bong.
Nan Gil berhasil memasukan Dong Jin ke mobil dengan
berbaring diatas badan Dong Jin. Sementara Yeo Joo kembali mengajak seniornya
untuk bicara merasa Yeo Joo itu menjengkelkan tapi keren. Na Ri pikir Yeo Joo hanya menganggap
dirinya itu mengganggu jadi lebih baik Jangan
berbohong.
“Aku datang bukan karena ini. Aku berpikir keras tentang akan
datang atau tidak.” Ucap Yeo Joo
“Kau selalu melakukan apapun yang
kau inginkan. Kau
seharusnya tidak datang ke sini kalau
memiliki rasa hormat.” Tegas Na Ri
“ Kau bersikap seakan pandai
melakukan banyak hal... dan
menjaga kata-katamu, jadi jangan hubungi dia lagi. Jangan meminta dia untuk datang
kepadamu dan Jangan merengek. Aku korban dalam hal ini. Aku merasa sakit hati dan cukup
dipermalukan...” ucap Yeo Joo dengan menahan
tangisnya.
Na Ri tak tahan langsung menendang mobil Dong Jin
berkali-kali melampiaskan amarahnya dan juga memutar kaca spion. Nan Gil yang
sempat tertidur akhirnya tersadar. Na Ri kembali menegaskan Yeo Joo itu seharusnya tidak datang ke rumahnya hari ini menurutnya Juniornya itu terlalu
bodoh dan terlalu tidak tahu malu.
“Hari ini adalah ulang tahun
ibuku. Kau hanya
peduli pada dirimu sendiri,jadi kau tidak peduli. Aku akan membalasmu dengan hal
yangpaling kau takuti. Aku
akan memberitahu semua orang di tempat kerja apa yang kau lakukan... dan akan memberitahu Dong Jin tentang masa lalumu yang kotor!” ucap Na Ri mengancam, Yeo Joo langsung ketakutan
“Sunbae... Na Ri, aku minta maaf. Aku tidak
tahu kalau itu hari ini ulang tahun ibunya yang
sudah meninggal.”kata Yeo Joo berbohong.
“Apa Kau benar-benar tidak tahu? Jawab
aku. Haruskah
aku memeriksanya? Yang
kau lakukan adalah kebohongan!” tegas Na Ri
Yeo Joo langsung berlutut memohon maaf dan mengaku salah meminta agar jangan beritahu Dong Jin. Na Ri memperingatkan akan
memberitahu semua orang setiap
kali kalau menginginkan jadi Yeo Joo harus
merasa cemas dan hidup dalam ketakutan dan
berjalan masuk ke dalam rumah.
Dong Jin keluar dari mobil dan sempat membuat Yeo Joo
kaget, Dong Jin berjalan sempoyongan memperbaiki kaca spion. Yeo Joo dengan
senyuman mengodanya mengucapkan terimakasih.
Dong Jin mengatakan sudah memperbaikinya Jadi jangan sampai mendapat
kecelakaan. Yeo Joo tersenyum merasa kalau Nan Gil
itu mengkhawatirkanya.
“Jangan... sampai mendapat kecelakaan. Kalau kau sampai mendapat
kecelakaan, Na Ri
akan mengatakan itu terjadi karena ini.. dan akan menyalahkan dirinya
sendiri. Itu Karena Dia terlalu baik, maka dia akan menjadi stres lagi! Mengemudi dengan hati-hati... dan jadilah orang yang baik.” Tegas Nan Gil lalu merasa kalau Yeo Joo itu bukan
juniornya Na Ri, Yeo Joo cemberut mendengar lalu mengemudikan mobilnya dengan
wajaj kesal, lalu berkata kalau hari ini bukan hari untuknya.
Na Ri akan masuk ke dalam rumah, seperti teringat dengan
Nan Gil yang sudah dibuatnya mabuk, akhirnya merasa kesal sendiri karena membuatnya
khawatir. Nan Gil masih mabuk melambaikan tanganya pada Na Ri yang keluar dari
rumah, Na Ri hanya diam, tiba-tiba Nan Gil langsung jatuh bersandar
dipundaknya. Na Ri kaget seperti merasakan sesuatu saat Nan Gil berdekatan
denganya.
bersambung ke episode 4
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar