Duk Bong mengantar Na Ri sampai depan rumah, mengatakan
kalau akan membeli buku itu untuknya. Na Ri menegaskan harus buku itu. Duk Bong pikir Na
Ri segera mengambil bukuny dan kembali keluar karena akan
menunggunya. Na Ri menolak dan meminta jangan menungguny.
“Kalau aku tidak menunggu, maka aku tidak akan memiliki kesempatan lain. Kalau itu membuatmu tidak nyaman, maka aku akan ada di museum. Telepon aku setelah kau selesai. Perasaanku kepadamu bukan
lelucon.” Kata Duk Bong dengan wajah serius
“ Aku tidak akan ke sana hanya
untuk buku itu.” jawab Na Ri, Duk Bong pun
menyepakatinya.
“Aku akan kembali ke Seoul agar
kau merasa nyaman. Bagaimanapun,
luangkan juga sedikit waktu untukku. Sudah aku katakan. aku harus bicara
denganmu.” Ucap Duk Bong
Na Ri mengerti dan langsung turun dari mobil, Duk Bong
ikut mengantarnya dan berteriak agar Na Ri untuk
meneleponnya kali
ini. Na Ri bergegas masuk ke dalam rumah, Duk Bong mengeluh
berpikir Na Ri setidaknya menjawabnya kali ini.
Na Ri datang kembali melihat buku-bukunya yang ada diatas
meja, Nan Gil tiba-tiba ada dibelakang berkomentar tidak
mengira Na Ri akan datang. Na Ri mengaku akan mengambil
buku-bukunya. Nan Gil mengatakan kalau menelepon bukan karena
buku.
“Aku berkata pada diriku sendiri, "Kalau Na Ri kembali, aku
akan menceritakan semuanya."” Ucap Nan
Gil, Na Ri pun ingin Na Gil memberitahukanya.
“Kau bertanya apa kau adalah cinta
pertamaku... dan apa
aku masih menyukaimu, kan? Sejak aku masih kecil dan bahkan
sekarang, itu benar” kata Nan Gil
“Lalu kenapa kau mengatakan sudah
mengakhirinya?” tanya Na Ri
“Aku merasa tidak enak.” Ungkap Nan Gil, Na Ri ingin tahu alasanya.
“Karena mencintaimu, Na Ri.... Maafkan aku.” Ucap Nan Gil lalu mendekat dan mencium Na Ri sebagai
tanda perasaanya.
Duk Bong mengemudikan mobilnya, wajahnya terlihat santai
dengan mendengarkan musik, lalu menganti dengan musik yang lebih membuatnya
nyaman, tiba-tiba mobilnya hampir saja menabrak mobil didepanya. Wajahnya
akhirnya tak bisa menahan perasaan kesal yang ditahanya, dengan memukul stir
mobil.
“Kenapa hari ini begitu
menjengkelkan?” keluh Duk Bong benar-benar kesal
Nan Gil menyapu halaman, Na Ri mengikutnya dari belakang
bertanya Kenapa Nan Gil
meminta maaf karena sudah mencintainya, apakah sebelumnya mendengar
pengakuan atau permintaan maaf. Nan Gil mengatakan
keduanya.
“Ada sebuah film berjudul
"Love Story" yang... dibuat
lama sebelum kita dilahirkan.” Kata Na Ri, Nan Gil
tahu. Na Ri binggung karena mengetahuinya dan keduanya pun menjawab karena
Nyonya Shin menyukainya.
“Kalau begitu... kau pasti tahu dialog yang
terkenal dari film itu. "Kau
tidak harus meminta maaf untuk cinta." Saat turun salju, apa kita harus melakukan perang
bola salju seperti
mereka? Kita bisa
berbaring di salju, dan memakannya juga.” Ucap N Ri
“Aku tidak pernah melakukan
sesuatu yang begitu
dangkal dalam hidupku.” Ungkap Nan Gil
“Ada begitu banyak hal klise yang
belum pernah kau lakukan. Aku
rasa kau hanya harus melakukannya bersamaku.” Kata Na
Ri,
Nan Gil tersenyum mendekatinya dan ingin menciumnya, saat
itu Yoon Kyu datang berteriak agar mereka mulai
yang terakhir, wajahnya langsung berpaling dan buru-buru kembali ke restoran dengan
wajah gugup karena melihat keduanya akan berciuman. Nan Gil dan Na Ri terlihat
canggung.
Duk Bong bertemu dengan Dokter Lee bertanya Apa ketua Kwon sedang mendapatkan konseling
juga. Dokter Lee membenarkan. Dokter Lee mengeluh Orang
yan sudah tua itu sulit menurutya ayahnya itu terlalu
bodoh, karena Semua yang dilakukan adalah
kebohongan dan merasa ayahnya berpikir
bisnis adalah lelucon
“Dia mendapatkan begitu banyak
uang, tapi dia
menyebutnya sebuah penginapan. Aku
merasa muak karena aku ingat bahwa darahnya mengalir dalam diriku. Aku takut
menjadi tua.” Ungkap Duk Bong, Dokter lee mencatat
dalam bukunya.
“Pastikan kau memberitahu ketua
apa yang sudah aku
katakan. Kalau dia
mengganggu bisnisku dan menyebutnya sebuah
penginapan, Aku akan
benar-benar menghancurkan dia.” Tegas Duk Bong
“Selain ayahmu, apa ada hal lain yang
mengganggumu?” tanya Dokter Lee
Duk Bong teringat saat Na Ri meminta agar jangan
menunggunya, dan sebelumnya mengatan “Kalau aku memberitahumu
itu, maka kau akan menunggu jawabannya.” Lalu akhirnya mengaku kalau ada yang menganggu, Dokter
Lee terlihat sangat serius ingin mendengarnya.
“Lakukan sesuatu tentang Duk Shim. Perubahan suasana hatinya lebih
besar dari gelombang. Dia
menjadi begitu emosional. Hanya
melihat dia rasanya berat untukku. Ini
pasti lebih sulit baginya.” Ungkap Duk Bong
“Apa kau merasa bertanggung jawab
kepada adikmu?” tanya Dokter Lee, Duk Bong mengaku tidak
sama sekali.
“Kalau aku merasa bertanggung
jawab untuk dia, bukankah
itu berarti aku memiliki masalah mental?” kata Duk
Bong berdiri dari tempat duduknya.
“Ketua lebih suka kau kembali menjadi seorang pengacara
daripada...” kata Dokter Lee dan Duk Bong langsung
menjatuhkan semua buku-buku didalam rak dengan penuh amarah.
“Kenapa? Apakah itu Untuk membersihkan kekacauan yang disebabkan oleh keluargaku? Kenapa aku harus melakukan itu?” ucap Duk Bong didepan Dokter Lee dengan penuh
kemarahan.
Nan Gil mengantar Na Ri sampai ke halte dengan wajah
cemberut, Na Ri melihat wajah Nan Gil meminta agar Jangan membuat wajah itu karena terlihat Seperti sangat menyesalinya. Nan Gil mengaku hanya
tidak bisa percaya.
“Ini akan terasa seperti mimpi
pada awalnya, tapi
setelah kita kembali pada kenyataannya dan
kau melihat aku semakin keriput karena
kurang tidur dan stres, maka kau
mungkin akan kecewa.” Ucap Na Ri dan merasa sudah
tertekan.
“Itu tidak akan terjadi padaku. Bagaimanapun, kalau kau menyesali
keputusanmu setelah
kembali ke Seoul, lebih baik katakan
kepadaku. Aku tidak apa-apa dengan itu.” kata Nan
Gil
“Apa Kau tidak masalah dengan hal apa sebenarnya?” kata Na Ri, Nan Gil pikir tak masalah Dengan
segalanya.
“Boleh aku tiba-tiba berhenti
menelepon?” tanya Na Ri, Nan Gil menganguk.
“Boleh aku bertemu pria lain?” tanya Na Ri, Nan Gil mengangguk pasti
“Boleh aku berkunjung tanpa
menelepon?” kata Na Ri, Nan Gil mengangguk.
“Apa kau akan datang kalau aku
meminta padamu?” ucap Na Ri, Nan Gil
menganguk.
“Apa kau mau melakukan semua yang
aku minta?” kata Na Ri, Nan Gil kembali menganguk.
“Apa kau akan mati kalau aku
memintamu?” ucap Na Ri, Nan Gil merasa pernyataan
itu terlihat Norak
Na Ri merasa semua ini
adalah bagaimana semuanya dimulai dengan mengucapkan Selamat
datang di dunia yang kekanak-kanakan. Ia merasa
kalau Hubungan jarak jauh seperti tanaman yang tumbuh dan Nan Gil mengatakan kalau tanaman
tumbuh, dengan
mendengar langkah kaki petani dan itu
sama dengan hubungan.
“Tumbuh dengan kepentingan
masing-masing. Jadi Kirimkan
pesan teks dan foto bahkan
jika kau sedang sibuk. Kirimkan
emoticon hati dan kekanak-kanakan.” Ucap Na
Ri, Nan Gil mengerti.
“Apa kau tidak akan menulis ini?” kata Na Ri, Nan Gil mengaku tak bawa pena jadi akan mengingatnya. Yaitu akan mengirim teks, foto, dan emoticon hati yang
kekanak-kanakan.
“Jangan menjawab dengan serius
saat aku berbicara
kekanak-kanakan.” Pesan Na Ri lalu melihat
busnya datang dan pamit pergi.
“Apa Mereka akan merindukanku?” ucap Nan Gil tak percaya, Na Ri pikir tidak karena mereka
mungkin muak dengan Nan Gil, Keduanya tertawa,
Na Ri merasa leluconya itu lucu, Nan Gil menyetujuinya.
“Aku tahu apa yang ada di
pikiranmu. Mari kita
memperlakukan satu sama lain seperti
yang kita lakukan sekarang. Kita
bukan anak kecil jadi lakukan
saja seperti yang biasa kita lakukan. Kita
memiliki banyak hal untuk diurus, jadi
lanjutkan saja seperti ini.” ucap Na Ri, Nan Gil
mengerti.
“Aku akan mengurus semuanya, jadi
kita lanjutkan saja seperti ini.” kata Nan
Gil
“Aku tidak akan mengejar rahasia
Ibu. Aku akan
percaya itu bukan sesuatu yang
perlu diketahui. Mari kita bergerak maju.” Ucap Na Ri, Nan Gil mengangguk setuju.
Na Ri menyuruh Nan Gil untuk turun di halte berikutnya
karena tak mau berjalan
jauh. Nan Gil pun turun di halte Ahsin-ri dengan menatap Na Ri yang melambaikan tangan padanya. Na
Ri pun duduk menatap lurus ke depan seperti akan bersiap menjalani hubunganya
dengan Nan Gil.
Nan Gil keluar dari kamarnya, Dua pekerjaanya sudah
datang menemuinya. Nan Gil merasa keduanya itu
akan mengawasinya
karena akan
sendirian hari ini. Joon pikir Nan Gil tahu
kalau tidak
mendengarkan orang lain. Han Yi mengaku hanya mendengarkan Joon.
Ketiganya keluar dari restoran dan akan naik ke dalam
mobil. Nan Gil memutuskan untuk melewatkan hari ini. Joon kaget mendengarnya
dan akhirnya mengangguk mengerti. Nan Gil duduk diatas ayunan melihat nama (Kim Wan Shik) yang
menelpnya.
Wan Shik mencoba menelp Nan Gil tapi tak diangkat lalu
melaporkan pada Tuan Bae kalau Nan Gil tidak
menjawabnya. Tuan Bae pikir Nan Gil pasti
sedang banyak pikiran, karena tahu mantan anaknya
itu bukan jenis orang yang akan melanggar janji atau yang akan menghindari
panggilan telepon.
“Apa dia takut dengan yang akan aku katakan kepadanya Atau... dia tidak nyaman dengan paman
duduk di sana?” ucap Tuan Bae mengarahkan pandangan
pada Paman Shin, wan Shik pikir akan mencoba meneleponnya
“Aku sudah tidak melakukan ini
untuk waktu yang lama. Apa
aku harus membuat kekacauan pada usia seperti
ini? Kalau kau
sampai membuatku terlihat seperti idiot lagi, maka
aku akan mengambil kepalamu terlebih dulu.” Ucap Tuan Bae marah, Wan Shik dan Paman Shin terlihat
sangat ketakutan melihatnya.
Nan Gil duduk diatas ayunan melihat Wan Shik kembali
menelpnya, teringat kembali kata-kata Na Ri sebelumnya “ "Kau
tidak perlu meminta maaf untuk cinta." Saat turun salju, haruskah kita melakukan perang
bola salju seperti mereka? Kita
bisa berbaring di salju, dan memakannya juga.
“Aku tidak pernah melakukan
sesuatu yang begitu
dangkal dalam hidupku.” Ucap Nan Gil
“Ada begitu banyak hal klise yang
belum kau lakukan. Kurasa
kau hanya harus melakukannya bersamaku.” Kata Na Ri
Nan Gil mengingat perkataan Na Ri menyakinkan dirinya
kalau akan melakukan semuanya bersama Na Ri
Na Ri berjalan di bandara dengan wajah bahagia dan
bertemu dengan semua teman pramugarinya. Shi Eun panik melihat wajah Na Ri yang
akhirnya bertemu kembali. Na Ri panik merasa wajahnya itu terlihat
lelah. Shi Eun mengelengkan kepalanya karena Na Ri seperti makan
kolagen setiap hari karena sangat bercahaya.
“Atau apa kau menggunakan botol
pelembab setiap hari?” ucap Juniornya, Na Ri hanya
tersenyum.
“Atau kau berkencan?” ucap Junior lainya menebak, Na Ri sempat gugup dan
mengaku semuanya karena udaranya.
Saat itu Yeo Joo baru datang langsung melirik sinis dan
pergi, Shi Eun benar-benar emosi melihat sikap juniornya dan memita agar Na Ri Bersiap-siap
dan bergabung dengan mereka nanti. Mereka pun berpisah jalan.
Na Ri akan pergi dan Yeo Joo langsung menghalanginya
memberitahu kalau sudah putus
dengan Dong Jin. Na Ri rasa merasa tidak
berada dalam suatu hubungan untuk
melaporkan hal-hal seperti itu, teringat kembali saat
Nan Gil mengatakan hal yang sama “Kita tidak
berada dalam suatu hubungan untuk
mengatakan hal-hal seperti itu.” wajahnya pun tersenyum
mengingatnya.
“Apa kau tidak tahu?” ucap Yeo Joo dengan melihat senyuman Na Ri merasa
seniornya itu senang mendengarnya.
“Kau tidak bisa menyembunyikan
kegembiraanmu. Apa kau
akan kembali bersama Dong Jin?” kata Yeo Joo sinis
“Aku sudah melemparkan potongan
sampah itu ke dalam
tong sampah.” Tegas Na Ri menunjuk pada Yeo Joo
“Bisakah kau memperkenalkan aku
kepada teman di
lingkunganmu?” kata Yeo Joo
“Bukankah kau pintar dalam
menemukan seorang pria untuk
dirimu sendiri?” sindir Na Ri
Yeo Joo bertanya apakah ia boleh berkencan denganya, Na Ri menegaskan kembali kalau mereka tidak berada dalam suatu
hubungan untuk
mengatakan hal-hal seperti itu. Yeo Joo menyebut Restoran pangsit milik
adik Na Ri sepertinya populer. Na Ri berteriak marah, mengatakan kalau tak akan memperlakukannya sebagai manusia
“Apa kau tahu bahwa adikmu adalah
kelemahanmu? Siapa pun
bisa melihat kau tertarik kepadanya. Jangan
pernah menunjukkan perasaanmu kepada
pacar yang lebih muda. Jangan
meneleponnya terlebih dulu, tutup kalau dia menelepon, dan bersikaplah kejam. Lelaki muda memiliki lebih banyak
harga diri daripada
yang kau kira. Hal itu
akan bertahan lebih lama hanya saat mereka
menyukaimu.” Pesan Yeo Joo dengan mata liciknya.
“Apa aku sudah menunjukkan
ketertarikanku terlebih
dulu?” kata Na Ri memalingkan wajahnya berpikir
Nan Gil sebelumnya menatap Na Ri sambil berkata “Karena
mencintaimu, Na Ri. Maafkan
aku....” lalu menciumnya. Na Ri kembali tersenyum mengingat
kenanganya, merasa kalau itu tidak
penting. Yeo Joo cemberut melihatnya. Pesan dari Dong Jin masuk
ke ponsel Na Ri “
Ayo kita bertemu sebelum aku berangkat ke Hong Kong. Aku punya sesuatu dari ibumu yang ingin aku kembalikan.” Yeo Joo
mengumpat keduanya itu menyedihkan lalu berjalan pergi. Na Ri heran kenapa juniornya malah
berkomentar seperti itu.
Nan Gil memegang ponselnya dan terlihat gelisah, saat
ponselnya berbunyi langsung ingin melihatnya ternyata pesan dari Yoon Kyu, “Bos,
ayo kita mulai mengaduk adonan.” Nan Gil melihat Yoon
Kyu mengirimkan pesan padahal berdiri didekatnya.
“Apa kau jadi terobsesi dengan
ponselmu pada
usiamu?”ejek Yoon Kyu, Nan Gil tak menanggapi dengan masuk ke
dalam rumah.
Na Ri mengambil gambar dalam rumahnya, dan ingin
mengirimkan pesan pada Nan Gil “Sebuah proyek untuk mempelajari kehidupan Na Ri di Seoul.” Tapi mengurungkan niatnya. Lalu bertanya-tanya Kenapa
tidak mengirim pesan teks setelah meminta untuk melakukannya.
Na Ri akhirnya menelp Nan Gil menanyakan kabarnya, Nan
Gil mengaku baik. Na Ri berpikir Nan Gil itu mengingatnya. Nan Gil bertanya mengingat apa. Na Ri bertanya kenapa
Nan Gil tidak mengirim pesan teks, foto dan emoticon hati yang kekanak-kanakan. Nan Gil pikir Na
RI ingin semuanya tetap sama.
“Apa itu berarti kau tidak
menelepon atau mengirim
pesan teks? Apa kau
bermain keras untuk mendapatkan?” keluh Na
Ri
“Aku tidak pernah melakukan... Aku kira sudah melakukannya beberapa kali
baru-baru ini.” ucap Nan Gil
“Aku akan bertemu Dong Jin setelah
kembali dari
penerbangan berikutnya. Dia
pindah ke Hong Kong untuk bekerja jadi ingin
mengatakan sesuatu untuk terakhir kalinya.” Jelas Na
Ri
“Kau tidak perlu memberitahu aku
semua hal itu.” ucap Nan Gil santai
Na Ri tahu bisa melakukan apapun yang di inginkan, lalu ingin mengaku rasa rindunya, tapi tiba-tiba teringat
ucapan Yeo Joo “Jangan pernah menunjukkan perasaanmu kepada pacar yang
lebih muda.” Lalu mengubah kalimatnya.
“Aku tahu kau merindukanku, tapi
bertahanlah di sana.” Kata Na Ri yang tak ingin
memperlihatkan perasaan yang sebenarnya.
Kata-kata Yeo Joo kembali datang “Jangan
pernah meneleponnya terlebih dulu dan
tutup kalau dia menelepon.” Akhirnya Na Ri pun
mengucapkan salam perpisahan dan langsung menutup telpnya. Tapi setelah itu
kesal sendiri karena harus mendengar kata-kata Yeo Joo. Nan Gil menelpnya, Na
Ri tersenyum bahagia karena triknya itu berhasil.
“Aku pikir kau akan menunjukkan
kepadaku Na Ri
yang ada di Seoul.” Ucap Nan Gil
“Kalau begitu tunjukkan kepadaku
seberapa baik keadaan
seladanya.” Balas Na Ri
Nan Gil tersenyum
melihat foto-foto yang ada didalam pesawat yang masih kosong, lalu Na Ri pun
mengirimkan pesan “Ini adalah rumahku.” Dengan gambar foto rumahnya “Ini
adalah pekerjaanku.” Sebuah lorong di dalam
pesawat. “Ini adalah cafe milik temanku yang sering aku
kunjungi.” Dengan foto cafe. Setelah itu Nan Gil membuat video call sedang
berada didepan selada yang ditanam oleh Na Ri
“Aku juga membiarkan mereka
mendengar langkah
kakiku hari ini.” kata Nan Gil, Na Ri
mengungkapkan sangat rindu dengan tanaman bayinya.
Na Ri melihat foto-foto yang dikirimkan Nan Gil padanya
dengan senyuman bahagia, mengungkapkan hampir
tidak bisa menyebut ini sebuah
hubungan rahasia. Yeo Joo tiba-tiba datang
bertanya apa ayam jago hari ini sudah bangun dan langsung mengambil ponsel dari tangan Na Ri dan
pergi, Na Ri mengumpat marah dan langsung mengejarnya.
Yeo Joo membaca pesan (Dari Dong Jin,
Temui aku di kafe Ran Sook setelah bekerja.) Na Ri dengan penuh amarah mengambil ponselnya, berpikir
kalau Yeo Joo beruntung sekarang karena memakai
seragamnya dan berjalan pergi.
Sebuah spanduk besar terlihat dan semua orang berteriak
melakukan demo “Pangsit Hong menghentikan pembangunan kota kita.” Soon Rye sibuk mengambil foto sebagai laporan kalau
sudah melakukan demonstrasi karena hanya restoran Hong yang tak mau menjual
tanahnya.
“Berhenti bersikap egois.” Teriak seseorang, Semua pun meminta agar mereka
berhenti.
Duk Bong yang melihatnya merasa tindakan seperti ini
sangat memalukan sekali lalu menelp Ketua Kwon, kalau ingin
melakukan sesuatu, maka berhenti
mengganggu para staf dan meminta agar berdiskusi dengan terlebih
dahulu. Semua orang berteriak melakukan demo.
Yoon Kyu melihat Duk Shim yang datang dengan style yang
berbeda tanpa kacamata tapi bisa mengetahui kalau ia adalah pelanggan setia Pangsit Hong, lalu bertanya-tanya Apa
yang terjadi dengan pakaiannya dengan berkomentar
kalau itu tak sesuai. Duk Shim memperlihatkan selembaran (Lowongan untuk staf dapur
yang berpengalaman)
“Aku datang untuk melamar posisi
itu.” kata Duk Shim, Yoon Kyu mengeluh Duk Shim sudah
mengambilnya.
“Aku harus menyingkirkan semua
pesaing.” Ucap Duk Shim, Yoon Kyu mengambil selembaran dari
tangan Duk Shim.
“Kau bisa lihat tulisan "Kami
membuka lowongan untuk staf dapur yang
berpengalaman.” Aku pikir
teks itu cukup besar dan jelas.” Kata Yoon Kyu
“Apa aku terlihat kurang
berpengalaman dalam hal ini? Kau
bahkan bukan pemiliknya.” Sindir Duk Shim, Yoon Kyu
berteriak memangil Nan Gil, Duk Shim buru-buru merapihkan penampilanya.
Keduanya pun duduk bersama, Nan Gil memberitahu mereka membutuhkan seseorang untuk membantu di musim dingin karena akan sibuk saat masa
rehat. Duk Shim mengerti dengan gaya manisnya. Nan Gil
mengatakan kalau ada
syaratnya. Yeo Joo meminta agar memberitahunya.
“Apa kau melihat staf museum di
luar? Mereka
bahkan memiliki spanduk jadi Laporkan
tentang hal itu.” kata Nan Gil, Duk Shim
sempat kaget
“Seperti yang kau ketahui, aku tidak dekat dengan kakakmu. Jadi Biarkan
seperti itu.” saran Duk Shim
Yoon Kyu datang mendengar percakapan keduanya dan
bertanya siapa kaka Duk Shim. Nan Gil pikir Kakak Duk Shim itu akan menentangnya untuk bekerja di sini. Duk Shim menatap Nan Gil seperti merasakan namanya
terus-terus dipanggil dan wajahnya terlihat tersipu malu.
“Jadi Dapatkan izin darinya.” Kata Nan Gil, Yoon Kyu masih penasaran bertanya siapa
kakak Duk Shim tapi tak ada yang mengubrisnya.
“Aku tidak perlu izin karenaakan pindah segera setelah aku
lulus.” Kata Duk Shim, Yoon Kyu binggung dan tetap bertanya
siapa kakak laki-lakinya itu.
“Kurasa kau tidak bisa bekerja di
sini.” kata Nan Gil, Duk Shim langsun setuju akan mendapatkan izin
darinya dan bertanya apakah ia bisa
mulai pelatihan hari ini. Yoon Kyu ingin tahu siapa
kakak Duk Shim tapi keduanya malah meninggalnya begitu saja.
Na Ri masuk ke cafe bertanya pada pelayan keberadaan Ran
Sook, Pelayan mengatakan akan segera datang. Lalu di dekat jendela sudah ada Dong Jin yang
menunggunya, saat Na Ri datang langsung meminta maaf. Na Ri pun hanya diam.
Dong Jin menawarkan minuman tapi Na Ri menolaknya dan Dong Jin memilih untuk
memesannya dan kembali duduk bersama.
“Menurutmu berapa kali kita
melewatkan kesempatan
untuk menikah?” kata Dong Jin, Na Ri hanya diam seperti
enggan membahasnya.
“Apa Saat kau lulus dan mendapatkan
pekerjaan? Atau Saat aku
pergi ke Amerika untuk pelatihan? Apa Saat
aku dipromosikan Atau... sebelum ibumu meninggal?”kata Dong Jin, Na Ri meminta agar Berhenti bicara omong kosong.
“Tahukah kau... kalau kau menolak semua kesempatan itu? Aku pasti terlihat seperti
pengecut, Rasanya sakit akhirnya kita putus
karena aku. Aku ingin
berbagi beban denganmu.” Kata Dong Jin, Na Ri pun
mempersilahkannya.
“Hanya kita yang tahu sembilan
tahun yang kita
habiskan bersama tidak ada artinya.” Ucap Dong
Jin, Nan Ri tak ingin Dong Jin berlama-lama meminta agar mengatakan yang ingin
dikatakanya.
“Saat aku mengatakan akan
melamarmu, ibumu
datang ke kantorku dan memberiku ini.” ucap Dong
Jin memberikan sebuah tabung, Na Ri kaget bertanya kapan ibunya datang.
“Setelah kau pergi untuk
penerbangan... dan
sebelum dia mendapatkan kecelakaan.” Akui Dong
Jin, Na Ri membuka tabung dan melihat isinya selembar kertas.
Flash Back
Dong Jin menemui Ibu Na Ri yang sudah menunggu di lobby,
merasa teka ena pada ibu mertuanya
karena tidak perlu datanga
karena bisa mengunjunginya
dan mengajaknya makan siang bersama, Nyonya Shin pikir tak perlu karena harus segera pergi.
“Aku datang karena ingin
memberikan sesuatu. Ini
adalah rahasia dari Na Ri. Masukkan
ke dalam bingkai... dan
gantung di dinding rumahmu setelah menikah.” Kata Nyonya
Shin, Dong Jin bertanya apa isinya.
“Tidak, jangan dibuka di sini dan Buka saja di rumah, Karena Ini
adalah yang aslinya. Aku
meminta putraku untuk mencurinya.” Ucap
Nyonya Shin melarang Dong Jin membukanya.
Dong Jin binggung siapa yang dimaksud putranya, lalu
teringat Nyonya Shin memiliki banyak anak sebagai relawan dan bertanya
apakah tidak masalah meminta anak-anak.. untuk mencuri sesuatu untuknya. Nyonya Shin pikir Dong Jin tahu kalau dirinya itu seorang ibu yang buruk tapi benar-benar ingin melakukannya dan akan mengerti setelah melihatnya.
Na Ri melihat sebuah puisi ("Pernikahan" oleh
Hong Na Ri) dengan nada marah bertanya
kenapa Dong Jin tidak memberikan ini sebelumnya. Dong Jin merasa kalau
mengembalikan maka
akan benar-benar mengakhiri semuanya di antara mereka jadi itu sebabnya menundanya. Na Ri pikir sekarang sudah berakhir dan menyuruh Dong Jin pergi karena akan menemui Ran Sook.
“Ada satu lagi.... Aku pikir akan lebih baik untuk
memberitahumu sendiri... daripada
kau mendengarnya dari orang lain. Aku
akan pergi ke Hong Kong bersama Yeo Joo dan belum
memberitahunya. Tapi Aku
memberitahumu terlebih dulu.” Ucap Dong Jin
“Itu sangat hebat. Aku berharap orang-orang tidak
berguna seperti
kalian akan tinggal bersama-sama. Ini
adalah balas dendamku.” Kata Na Ri, Dong Jin merasa
perkataan Na Ri itu sangat kasar
“Pergilah sebelum semua menjadi semakin
buruk. Aku
membiarkanmu pergi karena kau bersikap
baik kepada ibu.” Kata Na Ri
“Apa yang akan kau lakukan... dengan rumah itu? Apa Nan Gil masih mengklaim bahwa itu
miliknya?” tanya Dong Jin, Na Ri pikir Nan Gil lebih
baik urus aja urusanya sendiri.
“Apa Nan Gil... sakit?” tanya Dong Jin, Na Ri binggung,
Dong Jin menceritakan Saat melihat
Nan Gil di Seoul karena pamannya, kelihatan aneh. Na Ri teringat saat ke kantor DaDa, Nan Gil tiba-tiba
jatuh pingsan lalu Nan Gil mengaku kalau alergi
terhadap sinar matahari. Na Ri dengan wajah panik
bertanya apa yang aneh dari dirinya.
Saat itu Yeo Joo tiba-tiba masuk ke dalam cafe, Seorang
pria yang duduk melihat Yeo Joo seperti terkesima, Si wanita yang duduk
didepanya terlihat marah berpikir pria itu kalau Yeo Joo membuat
jantung berdebar. Yeo Joo langsun duduk
ditengah-tengah, Dong Jin kaget melihat Yeo Joo yang datang berpikir Na Ri yang
meneleponnya
“Aku melihat pesan teks di telepon
Na Ri.” Kata Yeo Joo, Na Ri ingin tahu apa yang aneh dari Nan
Gil
“Na Ri, pria ini terdaftar di biro
pernikahan. Kriteria
utamanya adalah harta wanita. Pada
akhirnya, dia adalah seorang pecundang yang
ingin mencari seorang gadis kaya.” Ucap Yeo
Joo membuka semuanya, Dong Jin binggung karena ia tidak tahu itu
“Apa ibumu mendaftar di
belakangmu? Kau juga
anak mama.” Sindir Yeo Joo sinis
“Bagaimana dia bisa sakit?” teriak Na Ri ingin tahu mengenai Nan Gil. Si wanita
yang duduk bersama dengan pria melihat Yeo Joo ternyata masih
hidup seperti itu
“Aku tidak bisa menahan diri kalau
berkaitan dengan
ketidakadilan.” Ucap si wanita, mantan Yeo Joo
menahanya mengajak agar mereka pergi berbelanja saja.
Dong Jin memberitahu Nan Gil hampir pingsan dan kelihatan
pucat. Na Ri bertanya apakah Nan Gil pergi ke
rumah sakit. Dong Jin meberitau Nan Gil langsung naik
taksi dan pergi. Na Ri berteriak marah karena
seharusnya sudah mengatakan sebelumnya. Dong Jin heran melihat Na Ri yang
terlihat marah padanya.
“Kau kalah kalau kau marah.” Ucap si wanita yang akhirnya menyuruh Na Ri kembali
duduk
“Kau membuat wanita lain menangis
lagi, Nona Do. Apa kau masih terlibat dalam
cinta segitiga?” sindir si wanita, Yeo Joo
tak mengenal siapa wanita itu.
“Apa Kau tidak ingat aku
mempermalukanmu di pesawat?”kata si wanita, Yeo Joo
mengingat saat di tarik rambutnya oleh si wanita berambut pendek dalam pesawat
dan wanita itu adalah salah satu penumpang.
“Apa kau tidak tahu bahwa
kegagalan mengajarkan keberhasilan? Kau tidak belajar dari kegagalanmu, kan?” sindir si wanita pada Yeo Joo.
“Apa keadaan ini terasa canggung
dalam situasi sekarang? Aku bisa melihat bahwa kau tidak
mengerti tapi aku mengerti bagaimana perasaanmu.” Ucap Do Yeon yang melihat Na Ri sibuk menelp, tapi Na
Ri tak peduli karena mencoba untuk menelp Nan Gil dengan wajah khawatir. Mantan Yeo Joo mengajak Do Yeon pergi
“Kau jatuh cinta kepadanya, tapi kenapa kau tidak menyapa? Aku dengar kau belum
mengembalikan mobilnya. Cepat Kembalikan.” Kata Do Yeon, Yeo Joo menahan amarahnya, Dong Jin hanya
mendengarnya.
Mantan Yeo Joo pikir tak perlu membahasnya karena harga
mobil itu juga tidak terlalu mahal lalu
meminta maaf. Na Ri tetap sibuk dengan menelp Nan Gil karena tak juga diangkat.
Do Yeon kesal karena pacarnya itu malah meminta maaf pada Yeo Joo, menurutnya Jangan
meminta maaf setelah menghabiskan begitu banyak untuknya
Ran Sook baru datang dan melihat dari kejauhan ada Dong
Jin juga, lalu mendekati Na Ri bertanya apa yang terjadi. Na Ri yang melihat
temanya datang meminta agar meminjam mobilnya dan bergegas pergi. Dong Jin melihat kepergian Na Ri
dengan wajah sedih, Yeo Joo pun bisa merasakan. Sementara pasangan Do Yeon
memulai pertengkaran.
“Aku sudah bosan dengan kau
bersikap seperti ini.” teriak mantan Do Yeon
“Apa kau bilang?!! Kau harus
berada di sisiku di saat-saat seperti ini.” teriak Do
Yeon lalu ingin menampar Yeo Joo karena
menganggap semua kesalahanya. Dong Jin menahan tanganya.
“Orang-orang bisa saja mengambil
video dan
memasukannya di internet. Apa
kau ingin orang lain mengolok-olokmu?” kata Dong
Jin, Yeo Joo hanya bisa menatapnya.
Ran Sook bertanya pada Dong Jin apakah Na Ri bisa
mengemudi karena mengambil
kunci mobilnya padahal sudah
lama tidak mengemudi. Dong Jin buru-buru berlari
keluar dari cafe dengan wajah panik, Ran Sook pun mengikutinya. Yeo Joo makin
cemberut melihat Dong Jin seperti masih memperdulikan Na Ri.
“Kau baru saja membayar deposit
untuk mobil itu. Aku
menyingkirkannya karena harus membayarnya selama 60 bulan. Dasar... Orang kaya memang pelit.” Ucap Yeo Joo marah, Si pria tertunduk malu dan Do Yeon
pun seperti salah menduga
“Kalian berdua memiliki selera
yang buruk untuk bergaya. Terakhir kali, aku membiarkannya
karena saat itu kami
ada di pesawat. Apa
kau ingin memulai perkelahian? Aku
tidak peduli pakaianku sobek atau tidak... karena milikku tidak semahal
milikmu.” Tegas Yeo Joo
“Apa pembayaran cicilan 60 bulan
itu memang ada?” kata Do Yeon mengajak
pacarnya untuk segera pergi meninggalkan Yeo Joo.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar