Yoon Kyu
mengejar Nan Gil yang berlari sangat cepat. Nan Gil sudah ada di tepi jalan
untuk menghentikan taksi. Saat itu Joon menelp ke ponselnya. Saat masuk taksi,
Nan Gil mengangkat ponselnya bertanya keberadan Joon sekarang. Supir taksi
menanyakan kemana tujuan Nan Gil.
Di dalam
restoran, Na Ri berjalan mundur ketakutan dan Wan Shik pin berjalan dengan
tatapan dinginya sambil tersenyum licik mengaku Sangat menyenangkan bisa
melihat Na Ri lagi.
Joon
masih ada didalam mobil anak buah Tuan Bae, si anak buah bertanya keberadaan
Wan Shik sekarang. Salah satu temanya memberitahu Wan Shik pergi ke restoran
Hong. Si anak buah pun menyuruh Joon agar mengatakan pada Nan Gil untuk datang
ke Susaek-dong.
“Aku
ingin kau datang ke Susaek-dong.” Ucap Joon mengetahui kalau seharusnya Nan Gil
ke restoran. Sopir taksi kembali menanyakan tujuan Nan Gil.
“Apa? Kau
ada di restoran? Kenapa kau ada di sana? Cepat jemput kami.” Ucap Joon
memberikan kode agar Nan Gil kembali ke restoran.
Nan Gil
mengatakan akan segera datang dan meminta mereka menunggu, lalu menyuruh sopir
taksi menuju Seulgi-ri.
Duk Bong
baru sampai dan melihat sebuah mobil terparkir di dalam restoran. Na Ri masih
ada didalam restoran menanyakan keberdaan Nan Gil sekarang. Wan Shik tak tahu
karena Nan Gil tidak ada saat sampai di restoran. Na Ri bertanya apakah Nan Gil
tahu kalau Wan Shik ada di restoran.
“Apa kau
selalu memberitahu teman-temanmu kalau akan datang? Na Ri, jangan berada di
dekat Nan Gil.” Ucap Wan Shik memperingatinya.
“Aku di
sini karena ini adalah rumahku.” Tegas Na Ri, Ponsel Wan Shik berbunyi melihat
nama Nan Gil memilih untuk tak mengangkatnya. Nan Gil yang ada didalam taksi
terlihat geram.
“Itu
karena Nan Gil... maka kau masuk dalam bahaya. Kau harus sadar, Bayar kembali dengan apa yang kau punya dan pergi
dengan damai.” Ucap Wan Shik dengan nada dingin
Na Ri
mengangkat ponsel yang berdering dan itu dari Nan Gil, Nan Gil memberitahu hampir sampai ke
restoran, lalu menyuruh agar memberikan ponsel pada Wan Shik setelah itu keluar.
Na Ri mengerti memberikan ponselnya karena Nan Gil ingin berbicara.
Wan Shik
hanya terdiam seperti sangat takut dengan Nan Gil, Nan Gil berteriak “Angkat
teleponnya, Kim Wan Shik!” sampai supir taksi terlihat kaget. tapi Wan Shik tak
mau mengangkatnya merasa kenapa harus ia yang melakukanya.
“Kenapa
kau membuatku terlihat buruk, Na Ri? Cepat Matikan.” Teriak Wan Shik,
Na Ri
hanya diam saja, Wan Shik terlihat marah karena Na Ri tak mau mendengarkannya
agar mematikan ponselnya akhirnya membuang ponselnya. Na Ri akan keluar tapi di
tahan oleh Wan Shik. Nan Gil menahan amarahnya karena Wan Shik tak mau
berbicara padanya.
Kantor
polisi
Beberapa
orang sedang mencoba untuk meminta pertolongan menelp seseorang, seorang wanita
mengaku kalau benar-benar tidak melakukan apapun. Yeo Joo duduk bersama dengan
pria yang datang bersamanya dengan hidung tersumpal kapas karena berdarah
sementara dirinya terlihat kacau dengan rambut yang berantakan.
“Semua
orang sibuk mencari ibu mereka.” Ejek Yeo Joo yang memilih untuk tak
menghubungi siapapun.
“Aku
tidak akan membiarkanmu pergi dengan mudah. Kau berada dalam masalah besar.”
Tegas si pria dengan sangat marah
Duk Bong
sedang didepan rumah Na Ri melihat nama (Pria
dari kencan buta) menelpnya. Si pria yang sedang bersama Yeo Joo langsung bertanya Apa hubungannya dengan Do
Yeo Joo. Duk Bong binggung dan mengaku kalau hanya kenal saja dan menanyakan
alasan menelp. Si pria tak percaya dengan
memberitahu kalau sekarang terluka.
Yeo Joo
melirik sinis mendengar pembicaraan keduanya, Duk Bong mengumpat sipria sudah
gila. Si pria bercerita kalau mereka sedang membahas tentang hal buruk dan
mengaku kalau membicarakan Duk Bong dibelakangnya. Tapi akhirnya meralat kalau
hanya khawatir tentang Duk Bong.
“Lalu Yeo Joo melemparkan meja dan memecahkan
gelas. Ini Benar-benar berantakan.” Ucap
si pria, Duk Bong menanyakan keberadaan pria itu sekarang.
“Menurutmu
dimana? Pengacara Kwon Duk Bong, sekarang Pengacaraku akan memasukan Yeo Joo ke
penjara.” Ucap si pria mengancam
“Kalau
kau memasukannya ke penjara, maka kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih
buruk. Pastikan untuk menyampaikan pesan ini... kalau kau tidak ingin video itu
beredar di internet. Sebaiknya kau tidak menyentuhnya.” Balas Duk Bong
Si pria
menyimpulkan sudah tahu ada sesuatu dan mengumpat kalau Duk Bong itu memang
sampah. Duk Bong membalas kalau temanya yang sampah lalu telp pun dimatikan.
Na Ri
keluar dari pintu samping, Duk Bong melihat dan langsung memanggilnya. Na Ri datang dengan masih menyimpan wajah
ketakutan, Duk Bong mengeluh Kenapa Na Ri keluar dari restoran saat keadaan
seperti ini, karena seharusnya tidak begitu dekat dengan keluarganya.
“Kau
harus menyingkirkan pintu itu.” Ucap Duk Bong seperti tak suka. Saat itu Nan
Gil datang turun dari mobil. Duk Bong binggung melihat Nan Gil yang turun dari
taksi, Nan Gil hanya menatap Na Ri lalu masuk ke dalam restoran.
“Kalau
dia tidak ada dalam, kenapa kau ada di sana?” ucap Duk Bong heran
“Hari ini
sudah malam, jadi Sebaiknya kau pergi.” Kata Na Ri, Duk Bong menahanya Na Ri
agar tak masuk rumah.
“Kau baru
saja keluar dari restoran. Kenapa mobil ini ada di sini? Apa kau bertemu
orang-orang itu tanpa Nan Gil? Apa yang terjadi?” ucap Duk Bong penasaran
“Apa yang
harus aku ketahui?”kata Na Ri dengan nada tinggi memilih untuk segera masuk.
Nan Gil
masuk restoran, Wan Shik menunggunya dengan nada mengejek kalau Nan Gil
seharusnya memikirkan anak buahnya. Nan Gil langsung memberikan pukulan
beberapa kali sampai akhirnya Wan Shik duduk dengan wajah babak belur.
“Hubungi
dan beritahu mereka untuk membiarkan semua
pegawaiku pergi.” Perintah Nan Gil mengambil ponsel Wan Shik
“Apa
menurutmu aku tidak memperkirakan ini saat datang sendirian?” ucap Wan Shik
“Apa kau
bisa melakukan sesuatu tanpa perintah tuan Bae?” balas Nan Gil menantang.
“Aku
pikir kalau kau sudah berubah. Kau masih senang memukul. Itulah kau. Tidak peduli
seberapa keras kau mencoba, maka kau hanya seperti aku. Sadarlah, Nan Gil. Dan Juga,
kau harus berterima kasih kepadaku. Aku tidak pernah mengatakan kepada Na Ri...
bahwa kau membunuh ayahnya.” Ucap Wan Shik memberikan tekanan.
Joon dan
Ha Ni masih ada di dalam mobil yang berhenti di pinggir jalan. Nan Gil akhirnya duduk di meja dan Wan Shik
duduk di kursi, Ia menanyakan apa yang dilakukan Wan Shik pada pegawainya. Wan Shik pikir itu sebabnya salah satu
alasan Nan Gil harus menyerah kalau tidak maka semua orang di sekitarnya akan
terluka. Nan Gil menelp seseorang.
“Tuan
Bae.... Apa kau meminta Wan Shik menculik anak-anak? Itu sangat
kekanak-kanakan.” Ucap Nan Gil
“Menurutmu
siapa yang berikutnya?” kata Tuan Bae dengan nada mengancam.
“Ada Wan
Shik bersamaku. Apa yang harus aku lakukan? Apa tidak masalah kalau aku
mengatakan kepadanya apa yang aku tahu?” ucap Nan Gil, Wan Shik sempat panik
mendengarnya.
“Apa kau
mengancam ayahmu?” ucap Tuan Bae tak percaya
Nan Gil
meminta agar semua bisa dikembalikan,
Tuan Bae pikir kalau tahu akan semudah ini maka tidak akan menculik
mereka. Nan Gil pikir akan tidak bisa menyuruh Wan Shik untuk kembali akan
menjadikan sebagai orang biasa yang menjalankan sebuah restoran dumpling.
“Aku
sedang berpikir untuk melapor ke polisi. CEO Da Da seharusnya tidak perlu
ditahan karena ini.” Kata Nan Gil, Tuan Baepun menyuruh akan mengembalikan Wan
Shik padanya.
“Dia
memintaku untuk membiarkanmu pergi.” Ucap Nan Gil memberitahu Wan Shik setelah
menutup telp.
“Walaupun
jika kau takut, maka berurusan denganku saja secara langsung. Dan membuat
pilihanmu sendiri untuk satu kali saja. Berhenti menerima perintah.” Tegas Nan
Gil memberikan nasehat. Wan Shik hanya bisa terdiam.
Anak buah
Tuan Bae mendapatkan perintah, lalu Joon dan Ha Ni diturunkan dari mobil. Joon
melihat Ha Ni dengan wajah panik takut terjadi sesuatu. Ha Ni tersenyum bahagia
karena tak ada yang terluka dan mereka bisa bebas sekarang.
Na Ri
berdiri didepan pintu penghubung terlihat ragu akan kembali ke restoran, Wan
Shik akhirnya keluar dari restoran dan menaiki mobilnya. Duk Bong ternyata
masih menunggu di dalam mobil dan melihat Wan Shik yang keluar dari restoran
lalu masuk ke dalam restoran.
Nan Gil
menelp anak buahnya bertanya Apa ada di antara kalian yang terluka. Joon
mengatakan tak ada yang terluka. Nan Gil pun akan bertemu kembali dengan mereka
esok. Duk Bong masuk dengan wajah penuh amarah.
“Kalau
kau tidak bisa menghentikan mereka, maka luruskan semuanya. Jangan biarkan
mereka mendapatkan Na Ri.” Ucap Duk Bong, Na Ri akhirnya memilih masuk dan
mendengar keduanya bicara
“Kau
sudah setuju bahwa itu adalah tanahnya. Kalau begitu menyerah saja. Itu yang
bisa kau lakukan untuk dia. Apa kau pikir mudah bagiku untuk membelamu? Setidaknya
untukku, dia satu-satunya yang aku lihat.” Tegas Duk Bong dengan nada tinggi.
Na Ri akan pergi tapi terhenti mendengar ucapan Nan Gil.
“Apa kau
tahu... bagaimana cemburunya aku padamu? Aku berharap aku juga bisa
merindukannya. Tapi... hanya ini yang
bisa aku lakukan untuknya. Karena itu tanah milik ibunya, jadi aku ingin dia
memilikinya.” Tegas Nan Gil.
Na Ri
terdiam mendengarnya karena mengetahui perasaan Nan Gil yang sebenarnya. Nan
Gil tak mengeri kenapa bisa memberitahu semua niatnya pada Duk Bong, tapi
menurutnya lebih baik dianggap saja sebagai ucapan terima kasih karena sudah
membelanya dan pasti benar-benar
bersyukur. Duk Bong hanya bisa terdiam karena mengetahui tujuan Nan Gil yang
sebenarnya.
Nan Gil
mendatangi Na Ri yang duduk diruang makan dengan menanyakan keadaan lebih
dulu. Na Ri merasa Sebaiknya seperti
itu. Nan Gil meminta maaf dan berjanjitidak akan terjadi lagi. Na Ri bertanya
apa yang akan dilakukan Nan Gil kalau sampai terjadi seperti ini lagi.
Na Ri
mengambil teh jeruk untuk membuatnya, Nan Gil menyuruh Na Ri duduk saja karena
akan membuatnya. Na Ri menatap Nan Gil yang berdiri disampingnya. Dua cangkir
teh pun berada diatas meja. Nan Gil bertanya apakah Duk Bong marah karena
dirinya.
“Kau
pasti tiba-tiba sangat menyukainya. Kalau begitu kalian harus berteman.” Ejek
Na Ri saat itu tehnya tumpah mengenai tanganya. Nan Gil panik melihat tangan Na
Ri yang sudah memerah karena melepuh.
“Dinginkan
di dalam air, Aku akan mencarikan salep.” Ucap Nan Gil panik
“Jangan
memperlakukan aku seperti anak berusia 5 tahun yang terluka. Kalau seperti ini,
kau bahkan bisa saja memanggil ambulans. Aku baik-baik saja. Pergi dan beristirahatlah.”
Ucap Na Ri, Nan Gil terdiam karena tindakanya memang seharusnya tak boleh
dilakukanya.
Na Ri
mengingat kata-kata Nan Gil saat bicara dengan Duk Bong “ Apa kau tahu bagaimana cemburunya aku
padamu? Aku berharap aku juga bisa merindukanya. Tapi... hanya ini yang bisa
aku lakukan untuknya.” Nan Gil akan kembali ke kamarnya dan Na Ri
meminta agar berhenti sekarang juga.
“Aku akan
hidup dengan baik mulai sekarang, jadi jangan khawatir. Kau juga tidak perlu
merasa menyesal.” Ucap Na Ri, Nan Gil bingung apa maksud perkataanya. Na Ri tak
ingin membahasnya dan menyuruh Nan Gil segera pergi saja.
Duk Bong
datang ke kantor polisi melihat Yeo Joo yang duduk sendirian di samping sel
penjara. Yeo Joo seperti tak percaya Duk Bong akan datang. Duk Bong berbicara
dengan polisi memberitahu sebagai pengacara Do Yeo Joo dan bertanya apa yang
tejadi
“Dia
didakwa atas tindakan vandalisme.” Ucap Polisi memperlihatkan berkasnya.
“Hei, kami
melakukannya bersama-sama. Kenapa hanya aku yang membayar?” kata Yeo Joo tak
terima
“Itu
benar... Kenapa dia satu-satunya yang membayar kompensasi?” ucap Duk Bong
meminta penjelasan.
“Beberapa
orang mengatakan bahwa mereka dipukul oleh dia, tapi memutuskan untuk tidak
melaporkannya. Karena itu hanya dia yang dituntut karena vandalisme.” Jelas
polisi. Duk Bong sempat melirik sinis pada Yeo Joo.
Didepan
kantor
Yeo Joo
kesal karena Duk Bong bisa memberikan tanda tangan begitu saja, karena tidak
bisa membayar satu sen pun dan Duk Bong tahu tentang kondisi keluarganya. Duk
Bong bertanya kenapa Yeo Joo melakukan hal itu. Yeo Joo menceritakan setelah
minum teman Duk Bong itu menjadi liar.
“Aku
pikir kau bisa menangani orang-orang seperti itu” kata Duk Bong, Yeo Joo pikir
juga seperti itu tapi ternyata dirinya salah.
“Ini semua
salahmu.” Kata Yeo Joo, Duk Bong binggung kenapa Yeo Joo malah menyalahkanya.
“Kau
menyakiti perasaanku saat kau mengatakan bahwa aku murahan. Itu karena aku minum saat sedang marah.” Kata
Yeo Joo
“Aku
yakin kau terluka karena perkataanku bahwa Na Ri tak murahan. Bukan sebaliknya.
Bukankah itu menyedihkan? Dia tidak peduli, tapi kalian bersaing sendiri dengan
dia.” Ucap Duk Bong
“Apa Kau
pikir aku bersaing dengan Na Ri? Kenapa aku harus melakukannya?” kata Yeo Joo
mengelak
“Kau yang
harus bertanya pada alam bawah sadarmu, bukan aku.” Ucap Duk Bong lalu membuka
pintu mobilnya.
Yeo Joo
langsung berjalan masuk ke dalam mobil, Duk Bong heran Kenapa semua orang masuk ke mobilnya lalu
duduk dibelakang kemudi. Yeo Joo mengajak mereka pergi ke department store. Duk
Bong binggung kenapa harus pergi kesana dan menegaskan mobilnya bukan taksi.
“Temanmu
merobek pakaianku dan aku kehilangan tasku. Selain itu Kau juga harus mengubah
gayamu.” Ucap Yeo Joo
“Aku
punya gaya sendiri.” Kata Nan Gil menolak
“Sudah
aku katakan untuk merubahnya menjadi seperti apa yang disukai Na Ri. Jadi
Berikan saja kartumu kepadaku, maka Aku akan membantumu.” Ucap Yeo Joo
mengulurkan tangan untuk meminta kartunya.
Na Ri
sudah menyiapkan sarapan tapi Nan Gil belum juga datang lalu bertanya-tanya
kemana ayah tirinya itu. Saat akan masuk ke pintu samping ternyata sudah di
kunci. Akhirnya ia keluar dari pintu depan dan terlihat papan tulis didepan
restoran. (Kau bisa membawa pulang
dengan masuk ke dalam restoran)
Di dalam
restoran terlihat sangat ramai dan juga penuh dengan pelanggan, hanya ada Joon
yang mengantarkan pesanan pada pelangan.
Na Ri bertanya pada Ha Ni apakah memerlukan bantuan. Ha Ni sedang
membuat dumpling pikir tak perlu bantu lalu meminta Na Ri membereskan meja yang kotor saja.
Na Ri pun
bergegas membereskan meja setelah pelanggan selesai makan. Nan Gil melihat Na
Ri yang berkerja langsung menghampirinya, mengucapakan Terima kasih, tapi
menurutnya Na Ri lebih baik pergi saja. Na Ri bertanya apakah Yong Kyu berhenti
bekerja. Nan Gil pikir tidak. Na Ri pun menayakan alasan Nan Gil mengunci pintu
samping.
“Kenapa
kau tidak datang untuk makan sarapan? Kau tidak menepati janjimu.” Ucap Na Ri
mengeluh
“Kurasa
itu benar. Kau begitu bijaksana.”balas Nan Gil
“Kenapa
kau menekanku karena bersikap bijaksana?” kata Na Ri kesal
“ Kau harus
pergi sebelum menjadi semakin emosional.” Balas Nan Gil
Na Ri
memberitahu akan menemui Duk Bong setelah toko tutup. Nan Gi pikir Na Ri tak
perlu memberitahukanya karena bisa pergi begitu saja. Na Ri meminta agar Nan
Gil ikut denganya. Nan Gil pikir kenapa ia harus ikut. Na Ri pikir itu Karena mereka keluarga dan
tahu Nan Gil mencintai tanah ini, jadi
mereka harus mengurusnya.
Duk Bong
keluar dengan celana robek dan sweater sedikit kebesaran, Yeo Joo melihatnya menahan tawa
berkomentara kalau Duk Bong memang
terlihat seperti Nan Gil. Duk Bong mengeluh tidak bisa memakai pakaian seperti
ini. Yeo Joo pikir haruskah mereka juga mengubah rambutnya. Duk Bong memilih
untuk kembali masuk kamar ganti.
“Apa yang
sedang aku lakukan?” ucap Yeo Joo sadar seperti merasa ada sesuatu yang salah
pada dirinya.
“Astaga....
Aku seperti tiruan dari Nan Gil. Tapi Apa yang sedang aku lakukan?” kata Duk
Bong melihat dirinya di cermin seperti merasa bukan dirinya yang mau
disuruh-suruh.
Yoon Kyu
mengintip dari depan restoran melihat semua pelanggan yang akan membawa pulang
harus masuk ke dalam restoran, terlihat
sangat ramai. Ia mengeluh Nan Gil bahkan tidak meneleponnya karena seharusnya mengkompensasi
kerusakan psikologis yang dialami.
“Apa yang
kau lakukan disini?” ucap Duk Shim tiba-tiba datang mengagetkanya, Yoon Kyu
benar-benar kaget sampai terjungkal kebelakang. Duk Shim tertawa mengejek
melihatnya.
“Ini
karena trauma akibat tadi malam.” Pikir Yoon Kyu, Duk Shim bingung apa yang
dimaksu dengan trauma. Yoon Kyu merasa Duk Shim tak perlu mengetahuinya.
“Apa yang
kau bicarakan? Ayo pergi dan Berhenti mengulur-ulur waktu.” Ucap Duk Shim
bergegas masuk ke dalam restoran, Yoon Kyu pun mengikutinya.
Duk Shim
langsung sinis melihat Na Ri yang membereskan meja pelanggan lalu bertanya
apakah sekarang ikut berkerja direstoran dan mencuri pekerjaanya. Na Ri
menegaskan kalau akan pergi sekarang lalu menyapa Yoon Kyu yang baru datang.
“Apa karena
dia bisa menggantikanku?”kata Yoon Kyu melihat Na Ri pergi dengan diikuti oleh
Duk Shim.
Joon
membawa pesanan menyapa Yoon Kyu yang akhirnya datang, Ha Ni jug ikut
menyapanya. Yoon Kyu melirik pada Nan Gil, Nan Gil pun memberikan kode agar
Yoon Kyu segera berkerja.
Duk Shim
memberikan sebuah USB, Na Ri binggung apa yang diberikaanya. Duk Shim
mengatakan kalau itu adalah Surat permintaan maaf darinya. Na Ri bisa merasakan perbedaan usia di antara
mereka. Duk Shim pun meninggalkanya setelah memberikanya.
Na Ri
melihat isi dari USB dan melihat sebuah foto Nan Gil yang duduk ditepi danau
dengan caption (Aku berharap ada danau yang dia tatap. Apa
aku harus dilahirkan kembali?) Duk Shim mengambil foto saat Nan Gil
mengayuh sepeda melewati supermarket Seulgi dan memberi caption (Darimana dia
mendapatkan tas itu? Itu sangat sesuai dengannya.)
Duk Shim
juga mengambil foto Nan Gil saat mengemudikan sepeda melewati ilalang (Dia akan naik
sepeda secara perlahan dan kemudian ngebut seperti orang gila. Dia sangat keren.)
Ia juga mengambil foto Nan Gil yang masuk ke rumah kaca dengan caption (Aku
ingin tinggal di sini. Aku ingin dia menjadi milikku.)
Duk Shim
mengambil foto Nan Gil yang ada dihalaman menatap ke lantai atas rumah ( Dia melihat ke
atas dengan begitu manis. Apa ada seseorang di lantai dua?) Na Ri
melihat foto tersebut seperti bisa mengetahui karena Nan Gil ingin melihatnya
di lantai dua.
“Ini
sebabnya... Aku mengurungmu... dan merencanakan kecelakaan sepeda itu. Aku
minta maaf untuk itu.” Tulis Duk Shim.
Duk Shim
sedang ada di restoran, Na Ri mengirimkan pesan “Datanglah ke taman bermain.” Duk Shim dengan wajah cemberut datang dan
duduk diayunan, Na Ri mengatakan kalau
yang diberikan bukan surat permintaan
maaf, Duk Shim merasa kalauitu benar-benar permintaan maaf.
“Kau
memintaku untuk menunjukkan Nan Gil, kan?” kata Na Ri, Duk Shim pikir Na Ri
boleh melakukannya
“Apa dia
orang yang baik? Kau pasti menyadarinya saat mengambil foto-foto dirinya. Jadi Apa
Nan Gil adalah orang yang baik?” tanya Na Ri
“Dia
seperti angin pada bulan Mei, Bukan April dan Bukan Februari. Dia seperti angin
di bulan Mei.” Ucap Duk Shim
“Kenapa
kau ingin tinggal di sini, bukan dengan orang tuamu?” tanya Na Ri
Duk Shim
tak ingin menjawabnya dan ingin pergi, Na Ri memanggilnya kalau masih bicara
jadi tak boleh pergi kemana-mana dan ingin tahu Apa yang terjadi di Seoul. Duk
Shim memilih untuk tak menjawabnya lalu pergi.
Nan Gil
sedang menguleni adonan kulit, Na Ri mengirimkan pesan “Datanglah ke ruang
tamu.” Saat itu Duk Shim terus menatapnya dengan tersipu malu melihatnya tanpa
sadar sampai meremas kotak untuk dumpling. Yoon Kyu melihatnya dan Duk Shim
langsung meminta maaf dengan merapihkan kembali kotak dumpling.
Duk Bong membeli pakaian dengan gaya yang di minta oleh Yeo Joo, Tuan Kwon tiba-tiba
datang dengan membawa stick golf, memarahi anaknya yang menyalahgunakan
statusnya sebagai pengacara, sertaha
mempertahankan tanah yang seharusnya mereka ambil.
“Bagaimana
kau bisa tahu?” kata Duk Bong kaget
“Itu
tidak penting, kau orang bodoh menyedihkan.” Tegas ayahnya marah
“Biarkan
saja itu menjadi taman. Berapa banyak kerusakan yang akan terjadi padamu?
Ditempat itu mereka mengubur peledak yang membunuh anak-anak yatim. Apa kau
ingin semua orang tahu hanya karena uang? Dengarkan aku satu kali ini.
Tolong...” kata Duk Bong juga marah
“Hukum
pembatasan sudah berakhir dan Kakekmu sudah lama meninggal. Aku tidak tahu
apa-apa,Tidak ada yang tahu dan juga tidak ada bukti.” Kata Tuan Kwon
Soon Rye
datang mengatakan kalau ia tahu karena ia -satunya anak yatim yang selamat dari
kebakaran di panti asuhan. Tuan Kwon kaget begitu juga Duk Bong.
Na Ri
memperlihatkan laptopnya. Nan Gil binggung apa yang ingin diperlihatkanya. Na
Ri mengatakan kalau itu Surat permintaan maaf Duk Shim. Nan Gil bertanya apakah
ia boleh melihatnya. Na Ri mengatakan
kalau Duk Shim ingin Nan Gil untuk melihatnya. Nan Gil binggung kenapa boleh
melihatnya.
“Ini
sebuah profesi.” Kata Na Ri, Nan Gil pikir Duk Shim itu hanya seorang pelajar.
“Dia
menunjukkan kepadamu gambar yang dia ambil.. sebagai siswa yang tidak bersalah untuk
menyatakan kepadamu.” Jelas Na Ri lalu mengambil minuman.
Nan Gil
melihat caption foto dengan (Aku ingin tinggal di sini. Aku ingin dia menjadi
milikku.) lalu melihat foto terakhir saat sedang ada didepan restoran dan
melihat sosok wanita yang dikenalnya, si Bibi Kim yang pernah ditemu
sebelumnya. Bibi Kim mengatakan “Tuan
Hong sudah meninggal bertahun-tahun lalu. Kenapa kau bertanya?”
Na Ri
kembali, Nan Gil langsung mengambil USB dengan meminta izin agar bisa
menyimpanya, Na Ri heran dengan mengejeknya kalau Nan Gil ingin menyimpannya bersama dengan surat cinta
itu dengan memanggilnya si, Pangeran Pangsit.
“Aku
mendapatkannya dari seorang pelajar, dan
Aku menyimpannya karena itu lucu. Itu mengingatkanku pada masa laluku.” Kata
Nan Gil lalu mengeluh Na Ri yang membuatkan teh padahal akan kembali bekerja.
“Aku banyak
berpikir tentang hal itu setelah melihat foto-foto ini. Ini satu tahun
kehidupanmu Bahkan aku ada di dalamnya. Pikiranmu ada di tempat lain. Padahal Aku
akan mengatakan sesuatu yang penting.” Kata Na Ri melihat Nan Gil seperti tak
menatapnya, Nan Gil mengaku kalau mendengarkan.
“Setelah
melihat ini, aku juga banyak tersadar. Kau sudah hidup dengan cara yang sama, bahkan
saat aku belum mengenalmu. Aku seharusnya tidak mengatakan untuk mengakhirinya
dengan begitu mudah.” Kata Na Ri
“Ternyata
kau cukup bijaksana.” Kata Nan Gil kembal memujinya, Na Ri merasa itu perkataan
baru dari Nan Gil selain menguleni adonan. Nan Gil tak banyak komentar berkata
kalau ia harus segera pergi.
“Baiklah...
Aku akan menjadi bijaksana. Aku sadar bahwa aku tidak tahu banyak tentang kau. Jadi
aku berencana untuk mencari tahu. Beri aku satu jam sehari. Mari kita bicara tentang
bagaimana kehidupanmu dan kenapa kau mengembangkan rasa sakit itu. Kita keluarga
dan harus tahu lebih banyak tentang satu sama lain.” Ucap Na Ri, Nan Gil pun
setuju.
“Ngomong-ngomong,
kau akan terkena demam...” kata Nan Gil dan langsung disela oleh Na Ri
“Aku tidak
akan hanya tinggal di rumah. Aku akan bertemu Duk Bong yang kau dorongku
padanya.” Ucap Na Ri dengan nada menyindir.
Nan Gil
merasa kalau Na Ri tetap saja tak konsisten dengan cara bicaranya. Nan Ri pikir itulah keluarga, Nan Gil pikir
merasa tak mendorongnya lalu berpikir Na Ri harus pergi keluar menggunakan
sepedanya saja.
Ia
melihat foto yang diambil oleh Duk Shim dengan memastikan kalau wajah yang
dilihatnya itu adalah bibi Kim yang mengaku sudah mengambil surat keterangan
kematian lalu bergegas pergi dari kamarnya.
Soon Rye
duduk dengan wajah dingin dan Tuan Kwon terus menatap sinis. Duk Bong mengaku
tak tahu jadi meminta maaf karena membuatnya
melakukan penelitian. Soon Rye juga tidak tahu. Tuan Kwon mengingatkan
Soon Rye berkerja di perusahannya selama lebih dari 20 tahun.
“Itu
membuat kita menjadi keluarga.” Ucap Tuan Kwon, Soon Rye seperti tak terima
kalau dianggap sebagai keluarga sekarang.
“Dia dan aku
tidak tahu tentang hal itu. Apa yang bisa kita lakukan sekarang?” ucap Tuan
Kwon
“Kau tahu
jadi Biarkan tanah itu.” Tegas Soon Rye, Tuan Kwon berdiri lalu berbisik pada
Duk Bong agar memberikan Soon Rye uang saja lalu meninggalkan ruangan.
Soon Rye
terlihat marah berdiri dari tempat duduknya, Duk Bong langsung meminta maaf. Soon Rye memutuskan untuk berhenti berkerja
sekarang. Duk Bong melarang karena Itu
hanya akan menyenangkan hati ayahnya, lebih baik Soon Rye tetap berkerja dan
terus menyiksanya. Soon Rye kaget Duk Bong sekarang mendukungnya.
Na Ri
sedang mencari keyword (Gangguan panik) ponsenya berdering, Paman Shin
menelpnya. Na Ri langsung menanyakan keberadaan pamanya sekarang. Duk Bong
menelp Na Ri saat akan keluar rumah, bertanya kapan akan datang. Na Ri binggung tiba-tiba Duk Bong menanyakan
hal itu
“Kau
seharusnya datang ke kantorku.” Ucap Duk Bong
“Aku akan
pergi bersama Nan Gil setelah menutup restoran.”kata Na Ri
“Aku
harus berbicara denganmu. Bisa kita bertemu lebih dulu?” ucap Duk Bong
“Pamanku
mengatakan kalau dia ada di dekat sini.” Kata Na Ri
Duk Bong
bertanya apakah paman yang ada di persidangan, Na Ri membenarkan dan pamanya
sedang bersama pengacara. Duk Bong meminta agar Na Ri menunggu karena Seorang pengacara harus bertemu dengan
pengacara juga.
Na Ri
sudah menunggu didepan rumah, lalu masuk ke dalam mobil saat Duk Bong sudah
menjemputnya. Duk Bong meminta agar Lain
kali jangan menunggu dalam keadaan kedinginan. Na Ri merasa udara tak dingin
bahkan belum menerima musim dingin. Duk
Bong menahan tawanya.
“Kenapa
kau tertawa?” tanya Na Ri heran
“Ini
aneh. Aku berada dalam suasana hati yang buruk, tapi aku tetap tersenyum.” Kata
Duk Bong
“Kenapa
suasana hatimu buruk?”tanya Na Ri,Duk Bong mengalihkan pembicaraan dengan
bertanya dimana akan bertemu dengan pamanya.
bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar