PS : All
images credit and content copyright : SBS
“Sudah kukatakan agar kau jangan
pernah menelepon. Kenapa
kau datang kesini? Sudah
kukatakan untuk jangan pernah melangkahkan kakimu di sini lagi. Ini peringatan terakhir dariku. Kalau kau melakukan ini lagi, Aku tidak bisa mengatakan apa
yang akan terjadi
padamu. Kau tahu
aku selalu menepati kata-kataku.” Ucap Nan
Gil
“Sudah kukatakan agar kau jangan
pernah menelepon. Kenapa
kau datang kesini? Sudah
kukatakan untuk jangan pernah melangkahkan kakimu di sini lagi. Ini peringatan terakhir dariku. Kalau kau melakukan ini lagi, Aku tidak bisa mengatakan apa
yang akan terjadi
padamu. Kau tahu
aku selalu menepati kata-kataku.” Ucap Nan
Gil
Na Ri terus mendengarnya seperti merasa Nan Gil sedang
bicara dengan pamanya. Nan Gil ingin berganti baju. Na Ri kaget melihat dua
buah tatto besar dipunggung Nan Gil, lalu teringat kembali percakapanya dengan
Duk Bong di dalam mobil.
Flash Back
Dok Bong terlihat tak percaya Na Ri memutuskan untuk menerima Nan Gil sebagai ayah tirinya, lalu memberitahu dengan sangat yakin bahwa Nan Gil adalah orang yang
jahat, lalu bisa menerima kalau Nan Gil menikah dengan Ibu Na
Ri karena cinta tapi menurutnya seharusnya sekarang Nan Gil bisa pergi dari
rumah itu.
“Apa pemuda itu akan hidup
sendirian dan merindukan
ibumu Di rumah
itu? Tidak, dia tidak akan mungkin melakukan
itu. Sekarang dapatkan kembali rumahmu, maka aku akan membantumu. Kita beri saja dia uang supaya
pergi.” ucap Duk Bong merasa semua orang bisa disogok dengan
uang
“Dia akan pergi saat dia mau melakukanya” kata Na Ri yakin, Duk Bong merasa Na Ri itu
sangat menjengkelkan.
“Dia benar-benar kelihatan seperti
seorang penipu di
mataku. Kenapa
kau percaya kepadanya? Kau
dan ibumu pasti memiliki selera yang sama untuk pria.” Ejek Duk Bok kesal, Na Ri meliri sinis. Duk Bong
akhirnya meminta maaf dan mengaku salah ucap dan terlalu
berlebihan.
“Tidak semua orang di pesawat
merasa bahagia karena
pergi berlibur. Beberapa
dipaksa untuk pergi untuk urusan
bisnis. Beberapa
sedih karena meninggalkan orang yang dicintai. Beberapa memiliki perjalanan yang
menyenangkan. Setiap
orang memiliki ceritanya. Sekarang,
aku bisa membaca ekspresi wajah merek karena kau tidak bisa menyembunyikannya. Aku percaya pada foto yang ibuku
ambil bersamanya dengan melihat senyuman mereka dan Ekspresi mereka.” Jelas Na Ri
Duk Bong makin mengejek Na Ri yang pecaya dengan ekspresi
mereka dan merasa kalau itu hal
terbaik yang pernah di dengar, menurutnya Na Ri harus tahu bagaimana
mudahnya untuk berpura-pura sebagai
orang yang baik, karena Orang
jahat tahu kalau mereka itu buruk, jadi harus berpura-pura baik dengan Seakan tanpa pamrih, banyak
tersenyum, dan
berpura-pura tidak bersalah dan semua itu hanya
pura-pura dimatanya.
“Ekspresi Nan Gil adalah adalah
ekpresi seorang penipu.” Ucap Duk Bong penuh dendam
“Kenapa kau begitu membencinya? Apa ada yang terjadi di antara
kalian?”kata Na Ri penasaran
“Dia akan segera menunjukkan warna
aslinya. Setalah itu Datang temui aku karena Aku belajar hukum. Kita jatuhkan dia dan melihat wajah asli di balik
topengnya.” Kata Duk Bong memberikan kartu namanya.
Nan Gil menengok badannya merasakan ada sosok orang yang
mengintipnya, Na Ri langsung buru-buru bersembunyi dibalik pintu dan tak
sengaja menendang tempat sampah, Nan Gil semakin mendekat akhirnya Na Ri
mengeluarkan suara kalau ia yang datang, Nan Gil kaget dan terlihat panik. Na
Ri mengatakan ingin masuk. Nan Gil langsung melarangnya karena bertelanjang
dada.
Tapi akhirnya Na Ri tetap masuk. Nan Gil hanya bisa
bersandar di dinding seperti ingin menutupi tattonya, sambil mengomel kalau
sudah mengatakan Na Ri tak boleh masuk. Na Ri dengan memalingkan wajahnya
menyuru Nan Gil segera berpakaian. Nan Gil mencari baju yang digantung dan
mengambil celemek untuk menutupi badannya.
“Kau memiliki selera yang unik
saat sendirian. Itu
aneh.” Ejek Na Ri
“Ini tidak aneh sama sekali, Ini adalah bagaimana aku mengaduk
adonan.” Kata Nan Gil lalu bertanya apa kotak yang dibawa Na Ri
“Seseorang memberiku lotion pria, tapi aku tidak membutuhkannya.” Kata Na Ri, Nan Gil menerimanya dengan mengucapkan
terimakasih dan menyuruh Na Ri segera pergi.
“Apa kau tidak akan membukanya? Aku harap kau menyukainya.” Kata Na Ri kesal, Nan Gil ingin segera Na Ri pergi
mengaku pasti
menyukainya dan mengakui kalau itu Hadiah
adalah yang terbaik!
“Itu tidak benar.... Kau harus membuka hadiah di depan
si pemberi.” Ucap Na Ri tak percaya.
Akhirnya Nan Gil membuka hadiah Na Ri tapi saking
paniknya, membuang kotak hadiahnya dan memegang bungkus kodanya, Na Ri berpikir
Kalu Nan Gi malah membuang hadiahnya, menurutnya kalau memang tak suka.... Nan
Gil buru-buru mengambilnya dan membuang bungkus kadonya mengatakan “tidak...
tidak”
Na Ri kesal mendengar Nan Gil yang terus
mengatakan, "Tidak". Nan Gil membuka kado
terlihat wajahnya tersenyum tak percaya melihat hadiah yang diberikan Na Ri,
mengaku menyukainya, jadi
merasa seperti Na Ri bisa mengeta nya. Na Ri binggung apa sebenarnya yang ingin
dikatakan Nan Gil.
“Ini seperti orang tua yang
mendapatkan hadiah
dari anaknya.” Ungkap Nan Gil, Na Ri hanya bisa diam
saja mendengarnya.
“Menurutmu kenapa Paman
menggunakan telepon di Supermarket
Seulgi? Kalau aku
tahu maka akan langsung datang ke sini
saja. Ada sesuatu
di antara kalian berdua, kan?” kata Na RI penasaran.
“Terima kasih untuk hadiahnya, tapi kau harus pergi beristirahat. Aku harus mengaduk adonan.” Kata Nan Gil
“Kau selalu bilang "Aku
harus mengaduk adonan." Apa
hanya itu yang akan kau katakan?” ejek Na Ri
kesal, Nan Gil hanya diam saja. Kau
tidak menjawab. Sebelumnya Kau
berkata kalau tidak akan menjawab saat kau harus berbohong. Aku benar....Kau tidak akan...” ucap Na Ri lalu terhenti karna Nan Gil tiba-tiba
mendekatinya dengan tatapan dingin.
Na Ri berjalan
mundur dengan wajah ketakutan, Nan Gil semakin mendekati dengan memegang lengan
Na Ri dan wajah mereka terlihat dekat. Nan Gil langsung memutar badan Na Ri
untuk segera keluar dari kamarnya. Na Ri berusaha menaanya, Nan Gil bisa
mendorong Na Ri keluar merasa harus saling menyesuaikan satu
sama lain. Na Ri mengedor-gedor pintu berteriak
kalau memiliki
hak untuk tahu apa yang terjadi pada
Paman.
Na Ri terliha kesal masuk ke dalam rumah mengambil air
dalam kulkas dan langsung meminumya dari teko, lalu melihat jejeran makanan
yang sangat rapih dan juga terlihat bergizi dengan banyak buah, lalu didekat meja
ada tempat untuk lakukan persembayangan yang sudah disiapkan oleh Nan Gil.
“Tidak, ini hanya pura-pura. Dia meninggalkannya di sana
dengan sengaja agar aku
bisa melihatnya. Jangan
percaya apapun lagi.” Ucap Na Ri yakin.
Diluar, Nan Gil terlihat ingin masuk ke tempat Na Ri tapi
terlihat masih binggung dan terdiam sejenak memandang ke arah rumah.
Nan Gil akhirnya masuk mengingatkan kalau Na Ri
sebelumnya akan
percaya kepadanya dan bertanya apa yang sedang dicari
dan ingin diketahuinya, Na Ri terlihat
ketakutan mengaku ingin tau seperti apa sifat dari Nan Gil.
“Benarkah? Kalau begitu aku akan
memberitahumu.... Aku Ko
Nan Gil.... Apa itu mengingatkanmu tentang
sesuatu? Apa kau
tidak ingat sama sekali?” Ucap Nan Gil dengan mata
mendelik dingin
“Ko Nan Gil.... Ko Nan Gil? Siapa Ko Nan Gil? Siapa kau?” kata Na Ri kebingunan.
“Aku adalah ayahmu.” Ucap Nan Gil tiba-tiba Na Ri melihat Nan Gil berubah
menjadi robot penjahat yang siap mematikanya
Na Ri
berteriak dan terbangun dari tidurnya, lalu tersadar kalau itu hanya mimpi. Nan
Gil pun memilih untuk tak masuk dan kembali ke kamarnya.
Pagi Hari
Na Ri melihat Nan Gil sedang membuat adonan di dapur,
lalu ia diam-diam menelp Duk Bok dan segera menemui didepan kantor yang
dipenuhi dengan robot-robot yang tinggi dan besar. Duk Bong kaget melihat Na Ri
yang menutupi wajahnya dengan Jaketnya.
“Aku harus segera kembali” kata Na Ri, Duk Bong merasa gaya pakaian Na Ri sangat
memelukan jadi lebih baik cepat kembali saja.
“Kau mengatakan kalau kau belajar
hukum. Apa kau
memiliki lisensi atau semacamnya?” ucap Na Ri
untuk menyakinkan.
“Kau bilang Sebuah lisensi? Aku lulus ujian bar dengan skor
tertinggi.” Jelas Duk Bong, Na Ri pun bertanya
kenapa Duk Bong malah membuat mainan.
“Hal seperti itu bukan tipeku. Aku tidak suka bagaimana jaksa
selalu melihat
orang jahat. Aku tidak
suka bagaimana pengacara menangani klien
yang merengek.” Jelas Duk Bok
“Kenapa kau menawarkan diri untuk
membantuku?” tanya Na Ri
“Apa aku mengatakan aku akan
membantumu? Kapan? Aku bukan tipe yang senang
membantu. Aku
mengatakan untuk menciptakan situasi yang
menguntungkan. Ayo... Ikut
denganku.” Ucap Duk Bong. Na Ri seperti masuk tak
percaya tapi akhirnya Nan Gil menarik tali jaketya agar masuk ke dalam.
Duk Shim akan pergi sekola mengintip melihat kakaknya
yang embawa Na Ri masuk ke dalam kantornya, merasa tak percaya kalau Duk Bong
melakukan itu juga. Didalam ruangan, Duk Bong memperlihatkan sebuah peta besar
lalu menjelaskan keberaadaan Pangsit Hong dan hanya satu-satunya jalan.
“Apa kau mengerti betapa aku
menginginkan tanah
ini?” kata Duk Bong
“Aku kira Paman Jung Nam ada
hubungannya dengan ini.”pikir Na Ri, Duk Bong
binggung
“Menurutmu kenapa dia lari kalau
dia memiliki rumahnya? Apakah ini Masalah
uang atau ancaman?” ucap Na Ri, Duk Bong merasa
Na Ri itu tidak
tahu tentang hal ini.
“Sekarang Pikirkan tentang hal ini. Ini rumah pamanmu, lalu Pangsit Hong, serta Rumahmu. Tanah di sekitar danau. Semua ini adalah sebelumnya ada
milik ibumu, tapi
sekarang, semua ini menjadi milik Nan Gil.” Jelas Duk
Bong
“Itu tidak mungkin...Ibuku tidak pernah mengatakan
kepadaku tentang
ini sebelumnya. Bahkan
ayahku tidak memberitahu aku tentang
harta miliknya. Kami
tidak pernah menyembunyikan apa pun satu
sama lain.” Ucap Na Ri tak percaya
Duk Bong pikir Na Ri tak perlu merasa bersalah, karena Orang tua
tidak berbagi rahasia dengan anak-anak
mereka, terutama
kalau itu adalah rahasia yang memalukan.
Na Ri disodorkan sebuah
Surat Perjanjian Pengacara hanya diam menatapnya. Duk Bong menyakinkan Na Ri
kalau seperti
apa itu pertarungan yang kotor dan menurutnya akan
menjadi hal seperti itu. Walaupun tidak penting sama
sekali tapi ia ingin tahu bagaimana Nan Gil bisa menjadi
ayah tirinya atau memang orang yang baik.
“Yang terpenting adalah uang. Dia mungkin mencoba untuk
mengusirmu tanpa
memberimu uang. Setelah itu kau bisa mempertahankan
posisimu untuk
melawan dia, meminta
kompensasi. Kalian
mungkin akan saling menyakiti hanya
untuk uang dan dia
bisa saja akhirnya menghancurkan keluargamu.” Jelas Duk
Bong, Na Ri sempat binggung, tapi akhirnya dengan yakin langsung memberikan
tanda tanganya. Senyuman licik Duk Bong pun terlihat.
Na Ri pulang kembali ke rumah melihat ke arah restoran
dan diam-diam langsung masuk ke dalam rumah. Nan Gil yang tak menyadari Na Ri
baru saja keluar rumah mencuci tempat adonan didepan rumah, lalu tiba-tiba
mendengar suara jeritan Na Ri dari dalam rumah. Dengan wajah panik Na Gil masuk ke dalam kamar dan meliat Na Ri
seperti sedang merangkak di lantai.
“Apa yang terjadi? Apa kau tidak bisa melihat lagi?” ucap Nan Gil panik, Na Gi merasa kesakitan dibagian
punggungnya.
“Apa kau ingin aku memanggil
ambulans?” kata Nan Gil, Na Ri pikir tak perlu
karena Biasanya
akan membaik... setelah
berbaring untuk sementara waktu.” Ucap Na Ri
berusaha untuk berbaring.
Nan Gil yang tak bisa menyentuh anaknya mengambilkan
bantal dan juga selimut, meminta agar Na Ri bisa bertahan. Na Ri terlihat berusaha menahan rasa sakit.
Nan Gil melihat Na Ri harus pergi ke rumah sakit. Na Ri mengatakan sering minum
obat tertentu karena sakit pingangnya ini dan meminta
agar Nan Gil pergi membelikanya. Nan Gil bertanya apa nama obatnya.
Na Ri mengatakan Namanya
sedikit rumit jadi meminta agar mengambil pulpen dan
juga dompetnya, maka akan menuliskan nama obatanya. Nan Gil segera mengambil
diatas meja dan merasa lebih baik membeli dengan uangnya saja. Na Ri berpikir
beberapa barang (Royal Label, Dimple Whisky, Cli Kosmetik) lalu menuliskan nama obat yang harus dicari Nan Gil “Cli
Royal Dimple” gabungan dari ketiganya. Nan Gil
binggung tapi demi sang anak segera pergi mencari nama obat tersebut.
Na Ri melihat Nan Gil sudah pergi dari rumah dan langsung
buru-buru masuk ke dalam ruangan Ayah
tirinya, berusaha membuka komputer tapi beberapa kali salah mengetik
password. Akhirnya ia membuka laci mencari sesuatu dan menemukan sebuah kertas
ucapan di dalamnya.
"Kau
menyegel hatiku seperti kau menutup kulit pangsit. Setiap hari adalah hari pangsit
bagiku. Apa yang
terjadi padamu saat kau lahir? Kau
dan pangsitmu begitu sempurna."
Na Ri melihat beberapa kartu merasa Nan Gil itu
sering menggoda
semua gadis. Lalu mencari informasi kembali dan
menemukan beberapa foto, dibagian atas foto Na Gil dengan pekerjanya lalu dua
foto bersama dengan ibunya, terlihat keduanya tampak bahagia dengan Nan Gil
yang menatap ibunya. Na Ri seperti tak percaya melihat keduanya yang terlihat
sangat dekat.
Nan Gil dengan sepedanya buru-buru pergi ke apotik
terdekat, lalu mencari obat yang
dituliskan Na Ri yaitu "Cli Royal Dimple" Sang Dokter meraa
belum pernah mendengar tentang obat itu. Nan Gil mengatakan kalau itu obat untuk
sakit punggung. Si apoteker mengelengkan
kepalanya.
Akhirnya Nan Gil pergi ke apotik lainya, meminta Cli Royal
Dimple. Sang apoteker
mengatakan tidak punya obat semacam itu. Nan Gil keluar dari toko obat berusaha mencari obat-obat
diminta Na Ri. Diam-diam Sek Duk Bong melihat dari kejauhan dari dalam mobil.
Nan Gil sampai disebuah rumah sakit besar bertemu dengan
seorang Dokter, bertanya apakah mengetahui obat apa yang dimintanya. Dokter
melihat nama "Cli Royal Dimple" lalu mengatakan belum
pernah mendengar tentang obat itu
sebelumnya. Nan Gil binggung, lalu Dokter pun
bertanya pada suster tentang nama obat itu, Suster pun mengelengkan kepala.
“Kenapa kau tidak menelepon dan
memeriksanya lagi?” ucap Dokter. Nan Gil
merasakan getaran dari ponselnya.
Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya (Perhatian! 3 kali salah
memasukan kata sandi) dan wajah Na Ri
terlihat sedang ada didalam ruangan mencari-cari sesuatu, Wajah Nan Gil
berusaha menahan amarahnya merasa tak perlu menelp orang tersebut lalu bergegas
pergi karena tahu Na Ri sedang mengelabuhinya.
Na Ri kembali ke rumah lalu melihat ke pintu gudang yang
terkunci lalu bertanya-taya Sejak kapan gudangnya terkunci, dengan nada sinis kalau Nan Gil itu memiliki begitu banyak
rahasia lalu mengambil gambar gembok yang ada digunakan pada
gudang.
Nan Gil baru keluar dari rumah sakit, lalu Soon Rye
datang menemuinya. Nan Gil melihat informasi tentang Na Ri sebagai Karyawan Terbaik Bulan Ini dengan pakaian pramugarinya, lalu bertanya kenapa Soon
Rye m menunjukkannya kepadanya padahal tak bersada di sisinya sekarang.
“Sepertinya dia menyelidikimu.... Kau tidak ingin mengungkapkan
masa lalumu, kan? Jadi Pergi
saja.” Ucap Soon Rye memperingati.
“Apa kau khawatir tentang aku? Apa
yang merasukimu?” ejek Nan Gil tak percaya
“Apa kau benar-benar ingin hidup
seperti ini? Kau masih
muda, jadi Pergi saja dan jalani hidupmu. Jangan mengganggu kehidupan orang
lain.” Ucap Soon Rye
“Ini adalah bagaimana aku
menjalani hidupku. Aku
benar-benar melakukannya dengan baik... dan bahkan tidak membuang waktu
sedikitpun. Dan ini
bukan tentang orang lain, tapi keluargaku.” Tegas Nan
Gil sengaja berbicara didepan wajah Soon Rye lalu pergi meninggalkan rumah
sakit.
Duk Shim akan naik bus sekolah, dua teman wanita
seperti tak suka menyuruhnya untuk
pulang saja dengan berjalan dan mencari sepeda lain kalau memang tak bisa
berjalan. Duk Shim hanya diam di depan pintu bus.
“Hei, aku mendengar kau terlahir
kaya, jadi Kapan-kapan traktir aku.” Ucap seorang teman pria ikut mengodanya dengan melihat
Duk Shim yang terlihat cantik.
“Hei...Darimana kau mendapatkan Earphone? darimana kau mendapatkan tasmu? Apa kau akan membeli sepeda?” kata teman-temannya seperti mencoba membully Duk Shim.
Akhirnya Duk Shim memilih pergi untuk pulang berjalan kaki. Nan Gil yang tak
sengaja lewat dengan sepedanya bisa mendengar Duk Shim yang dibully oleh
teman-temanya.
Nan Gil mengikuti Duk Shim karena mengingat seorang
pelajar naik sepeda yang bagus sebelumnya dan bertanya dimana sepedanya itu. Duk Shim hanya diam saja dengan wajah
tertunduk seperti malu mengangkat wajahnya menatap Nan Gi.
“Hei, kau tahu itu adalah
keterampilan yang
sangat sulit... untuk
bisa berjalan perlahan-lahan mengunakan
sepedamu, kan?” ucap Nan Gil mengangkat satu ban
sepedanya ke atas, Duk Shim sempat melihatnya seperti terpana lalu kembali lagi
tertunduk.
“Aku pikir melihat sepedamu di
suatu tempat. Toko sepeda
bekas di kota ini memilikinya. Kau
tidak menjualnya, kan?” kata Nan Gil, Duk Shim
hanya tertunduk dia, Nan Gil merasa Duk Shim itu orang yang sangat pemalu.
“Hei.... Aku jahat... Tidak, aku bukan
orang jahat. Jadi tatap wajahku” kata Nan Gil. Duk
Shim mengangkat wajahnya dan tersenyum, Nan Gil langsung memuji Duk Shim itu kelihatan
cantik saat tersenyum.
“Setelah kau mulai kehilangan
sesuatu dari mereka, maka tidak
akan ada akhirnya... karena
mereka yang mengambil barangmu itu tidak
memiliki hati nurani. Datang
kepadaku kalau kau menginginkan sepedamu
kembali. Kau tahu
Pangsit Hong, kan?” ucap Nan Gil lalu pamit
pergi dengan mengendarai sepedanya,
Duk Shi tersenyum dan tak lupa mengambil kembali foto Nan
Gil yang sedang mengemudikan sepedanya, lalu mengatakan “Setelah
aku mulai kehilangan sesuatu, tidak
akan ada akhirnya... karena
mereka yang mengambil tidak
memiliki hati nurani.”
Na Ri terlihat mondar mandir dalam rumahnya, Yeo Joo dan
Dong Jin pergi ke cafe untuk minum kopi, tak lupa Yeo Joo memuji pacarnya yang
terlihat tampan dengan bajunya. Dong Jin melihat ponselnya yang bergetar dan
itu dari Na Ri. Yeo Joo seperti bisa menebaknya mengatakan akan
mengambil kopi jadi Dong Jin bisa menjawab
teleponnya merasa khawatir kalau Na Ri masuk UGD
lagi.
Dong Jin pun pergi ke lantai atas dan wajah Yeo Joo
terlihat kesal karena Na Ri masih menelp Dong Jin. Na Ri bertanya apakah Dong
Jin bisa berbicara sekarang. Dong Jin memastikan kalau Yeo Joo tak ada didekatnya
lalu menyuruh Na Ri bicara saja.
“Kalau kau ingin 30.000 dolar
milikmu kembali, maka bekerja
samalah denganku” ucap Na Ri, Dong Jin binggung.
“Hari ini adalah ulang tahun ibu.” Kata Na Ri
“Aku minta maaf karena tidak
mengingatnya Jadi Kau
membutuhkan aku.” Ucap Dong Jin seperti
berharap bisa kembali dengan Na Ri
“Jangan coba-coba. Aku tahu kau
masihberkencan dengan Yeo Joo. Aku
mengatakan untuk bekerja sama, Setidaknya
kau bisa melakukan itu untukku. Jadi Datang
dan minumlah bersama, Buatlah dia minum sampai
dia mati dan pingsan.” Kata Na Ri
Dong Jin binggung
siapa yang “dia” yang dimaksud, lalu bertaya paka itu Si
penggali emas dan Penipu dan mengangguk mengerti, menutup telpnya. Saat berbalik
Yeo Joo sudah ada dibelakangnya dengan menahan air matanya,
“Apa Na Ri menyebutku penggali
emas? Apa dia
menyebutku penipu?” ucap Yeo Joo menduganya,
Dong Jin mengelengkan kepalanya dan mengaku kalau ada seseorang.
“Hari ini adalah ulang tahun
kematian ibunya, tapi
tidak ada siapapun di sisinya. Kurasa
dia membutuhkan aku.” Jelas Dong Jin
“Aku tidak ingin menangis dan tidak benar. Aku pikir kita harus
mengakhirinya. Aku
percaya saat dia mengatakan semua sudah selesai. Karena itu aku menahan diri
meskipun dia mencelaku, tapi
itu belum berakhir. Aku
yakin tidak mudah untuk mengakhirinya denganmu. Aku juga... mengerti dia.” Ucap Yeo Joo berakting dengan menangis,
“Tidak, ada uang... semua itu tentang uang.” Kata Dong Jin
“Apa Na Ri meminjam uang darimu? Dia tidak memiliki siapapun di
sisinya, Sebaiknya kau pergi. Aku akan pergi bersamamu.” Ucap Yeo Joo langsung berubah jadi bersemangat,
tangisnya pun hilang karena hanya berpura-pura
Dong Jin pikir Tidak baik kalau Yeo Joo pergi ke tempat Na Ri, Yeo Joo menyakikan kalau sifatnya tak
seburuk yang dipikirkan Dong Jin karena akan
menunggu di mobi bahkan bisa membaca
buku dan mendengarkan music selama
beberapa jam. Dong Jin menatap Yeo Joo seperti yakin
tapi akhirnya memutuskan akan pergi sendiri.
Nan Gil melepaskan celemeknya dengan wajah kesal melihat
laci mejanya sedikit terbuka karena baru saja di obrak-abrik oleh Na Ri.
Sementara Na Ri berasa di dalam kamar Nan Gil yang datang kerumah, membawa
nampan berisi dumpling, lalu memberitahu sudah kembali.
“Apa kau tertidur? Apa kau masih sangat sakit? Aku akan masuk!” teriak Nan Gil terdengar kesal didepan pintu dan Na Ri
pun buru-buru berbaring dengan menutupi semua tubuhnya.
Na Ri berpura-pura baru bangun tidur dan melihat Nan Gil
sudah kembali. Nan Gil mengaku kalau apotik tidak
memiliki obat itu dan Mungkin
itu hanya ada di Seoul, dengan nada menyindir Haruskah
aku pergi ke Seoul untuk membelinya. Na Ri mengaku tak perlu karena sudah
merasa lebih baik.
“Aku harus memanggil ambulans.” Kata Nan Gil sengaja ingin menyindirnya, Na Ri mengaku
kalau ia suda baikan sekarang.
“Kau bahkan tidak bisa bangun.” Ejek Nan Gil
“Aku akan membaik kalau aku
berbaring, tapi hari
ini sedikit lebih lama.” Balas Na Ri
“Aku pikir kau lapar. Makanan berat mungkin terlalu
banyak, tapi
mungkin kau bisa makan beberapa pangsit. Kalau begitu cobalah untuk makan
sedikit. Tapi
bagaimana dengan pergi kamar
mandinya nanti?”
kata Nan Gil membahasnya
Na Ri yang tak bisa menahan bau dumpling yang sangat enak
mengatkan tidak
pergi ke kamar mandi segera setelah makan. Nan Gil
semakin mengejek ternyata Na Ri sembelit juga, lalu kembali mengungkit semua penyakit Na Ri yaitu Stres, insomnia, kurang
gizi, osteoporosis,
hernia, dan sembelit.
“Apa yang tidak kau miliki? Karena itulah kau mendapatkan
keriput diwajahmu...”
ejek Nan Gil
“Hentikan! Berhenti dengan keriput
itu!” teriak Na Ri akhirnya bangun, Nan Gil hanya tersenyum,
lalu Na Ri pun berpura-pura kembali sakit dengan berbaring.
Duk Bong melihat foto Na Ri dan juga profilnya sebagai
pramugari seperti tak percaya foto wanita yang dia pegang adala Na Ri wanita yang dilihatnya pagi ini dan menurutnya karena alasan itu pria
berfantasi tentang pramugari yang memang terlihat
cantik dengan baju seragamnya.
Ia pun melihat Informasi Pribadi, Hong Na
Ri merasa kalau Na Ri adala
tipe yang mengikuti jalan yang lurus dan sempit. Song Rye yang ada di depanya hanya diam saja.
Na Ri pun memakan semua pangsit yang dibawa oleh Nan Gil,
lalu merasakan perutnya mulai berkontraksi dan ingin pergi ke toilet. Dengan
mengendap-ngendap menuruni tangga dan melihat Nan Gil sibuk didapur sedang
memasak dengan membelakanginya, Na Ri pun buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.
Terdengar bunyi suara bel rumah, Nan Gil membuka pintu
dan Duk Bong langsung menyelonong masuk mengaku datang
untuk menemui putrinya dan mengaku menjadi sangat dekat, berkat Nan Gil yang memasangkan
mereka untuk pergi ke Seoul bersama.
“Punggung Na Ri kesakitan dan
tidak bisa bergerak. Aku
tidak tahu seberapa dekat kalian, tapi
itu belum cukup untuk masuk ke kamarnya.” Ucap Nan
Gil sinis
“Kalau begitu siapa yang berdiri
di tangga sana?” kata Duk Bong, Na Ri terlihat baru selesai dari kamar
mandi dan ingin kembali ke kamar.
“Rasanya lebih menyakitkan saat
berbaring” kata Na Ri beralsan lalu menyuru Duk Bong segera masuk.
“Seperti yang kau lihat, aku
kesakitan, jadi
kurasa aku tidak bisa keluar.” Kata Na Ri, Duk Bong
pun mengaku tidak akan lama.
“Kalau begitu masuklah ke kamarku. Apa itu tidak apa-apa?” kata Na Ri pada Nan Gil sebagai ayahnya
“Kau bukan remaja atau semacamnya. Kenapa kau meminta izin? Haruskah aku membawa beberapa
susu?” ejek Nan Gil sinis.
Duk Bong didalam kamar bertanya apakah Na Ri menemukan sesuatu. Na Ri mengaku kalau Semuanya
terkunci. Duk Bong pikir tak mungkin Nan Gil akan membiarkannya terbuka, menurutnya sekarang adalah menentukan tentang waktu yang
tepat dan mereka harus
melaporkan Nan Gil sebelum menyadarinya karena itu
adalah cara tercepat.
“Melaporkan dia untuk apa? Dia
tidak melakukan apa pun.” Kata Na Ri binggung
“Apa kau yakin tentang itu? Dia mengaku menjadi ayah tirimu
dan memiliki
rumah ini.” ucap Duk Bong menyakinkan.
“Jadi Kita bisa melaporkan dia untuk
hal apa?” tanya Na Ri
“Ini tentang Pernikahannya. Kita akan mengatakan
pernikahannya dengan ibumu adalah
penipuan. Apa kau tahu
kenapa aku datang ke sini? Untuk
memberitahu agar kau tetap kuat. Sekarang Kau
harus mencurigainya secara menyeluruh. Aku
juga berencana untuk menyelidiki kecelakaan
yang menimpa ibumu.” Kata Duk Bong menyakinkan,
Na Ri seperti tersentu saat Duk Bong ingin menyelidiki kematian ibunya.
bersambung ke part 2
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar