PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 01 Desember 2016

Sinopsis The Legend of the Blue Sea Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : SBS
Sae Wa ketakutan di kepung oleh beberapa pria. Dam Ryung datang menyelamatkan dengan melawan semua pria yang ingin membunuh Sae Wa. Keduanya sempat saling menatap, lalu berlari kabur menghindari kejaran orang-orang yang ingin membunuh Sae Wa karena sebagai putri duyung.
Beberapa pria datang melihat semua teman mereka mati lalu berusaha mencari ke tempat lain untuk menemukan Sae Wa. Dam Ryung dan Sae Wa bersembunyi dibalik tanaman teh, Sae Wa melihat Dae Ryung yang mengengam tangan erat tanganya.
“Apa kau terluka?” tanya Dam Ryung. Sae Wa menatapnya lalu mengangguk.
“Aku merindukanmu.” Ungkap Dam Ryung, Sae Wa menatapnya dengan tatapan sedih dengan salju yang turun dikebun teh. 

Dam Ryung mengenggam tangan Sae Wa saat berjalan menyusuri jalan kebun teh. Sae Wa melihat sebuah bunga yang sedang tumbuh, Dam Ryung mengambilnya dengan memberitahu kalau Bunga di dunia ini memiliki arti khusus sendiri.
“Apa kau tahu arti dari bunga ini?” tanya Dam Ryung mengambil bunga teh, Sae Wa tak mengerti bertanya apa itu. 
“Sesuatu yang kau miliki, tapi tidak aku miliki. Itu adalah 'kenangan.'” Jelas Dam Ryung. Sae Wa seperti mengingat saat masih kecil, Dam Ryung menebarkan bunga yang membuatnya bahagia. 

Keduanya kembali dengan menaiki kuda bersama, Dam Ryung dan Sae Wa pergi bersama dengan saling bergengam tangan, saat itu diam-diam anak buah melihat keduanya masuk ke sebuah kantor pemerintahan kota.
Beberapa putri duyung berenang di lautan memberikan sebuah suara seperti memberikan kode pada sesama putri duyung. Sae Wa yang sedang berjalan berhenti sejenak seperti bisa mengenal suara temanya. Dam Ryung hanya menatapnya lalu mengajak Sae Wa untuk masuk. 

Anak buah Tuan Yang melaporkan apa yang dilihatnya, Tuan Yang menyimpulkan kalau keduanya berdua pergi ke kantor bersama-sama, Anak buahnya membenarkan, Tuan Yang mengerti lalu menyuruh agar anak buahnya kembali berkerja.
“Ternyata semuanya menjadi lebih baik. Sekarang setelah pertanda buruk semakin merambah jauh ke desa, yang perlu terjadi adalah bencana.” Kata Gisaeng yang melayani Tuan Yang, Tuan Yang membenarkan dengan senyumanya.
“Lalu... aku harus mulai dengan apa?” kata Tuan Yang memikirkanya. 

Seorang pria akan masuk ke dalam ruangan tapi pengawal menahanya, Tuan Yang mengumpat pada pengawalnya karena Beraninya menghalangi orang itu masuk. Si pria pun masuk menemui Tuan Yang di malam hari. Tuan Yang bertanya apa yang tamu penginapan lakukan di malam selaru ini.
“Apa kau terganggu oleh sesuatu saat tinggal di penginapan?” ucap  Tuan Yang bersikap ramah
“Coba kali lihat  Lihat ini, Tuan pemilik penginapan! Tidak peduli bagaimana aku berpikir tentang hal itu, itu terlalu berlebihan. Pada kenytaan bahwa saat kau memiliki kertas izin, tapi kau sudah memaksa mengikat kapal dagang kami di pelabuhan, dan mematok harga yang tinggi di penginapan; aku bisa menerimanya. Kami juga perlu mencari nafkah!” kata si pria mengajukan protes
“Ah, tamu penginapanku tersayang,kau sudah berjanji bahwa...akan memberi kami hak eksklusif atas kargo.Oleh karena itu setiap harinya menjadi semakin lama.” Kata Tuan Yang
“Dasar Sial! Kau adalah perampok yang mengerikan! Seolah-olah kau menutup sudut jalan untuk merampok orang lain, Kau pikir kami bepergian 1.000 li (~ 400 km), tidak, 10.000 li (~ 4000km), untuk memenuhi keserakahanmu?! Aku akan mengungkapkan kekejamanmu ke seluruh dunia!” teriak Si pria sangat marah. Tuan Yang tertawa mengejek berpesan agar pria itu pergi dengan hati-hati. 

Esok harinya, beberapa nelayan sedang membawa tali tambang dan melihat sosok pria di pinggir pantai lalu berlari memeriksanya, ternyata pria itu adalah orang yang sebelumnya datang ke rumah Tuan Yang. Mereka berteriak kalau pria itu sudah meninggal dan meminta agar memberitahu pejabat kerajaan. Si pria sudah diberikan alas dan di kelililing dengan garis, seperti bagian TKP.
“Tingginya kira-kira 7 chuck 9 chon (~ 170cm), dan panjang rambutnya sekitar 2 chuck 5 chon (~ 61cm). Tidak ada bekas pemukulan atau cekikan.” Jelas Tabib
“Bagaimana reaksi dengan racun?” tanya Dam Ryung melihat korban
“Kami menempatkan jepit rambut perak di mulutnya, tapi warnanya tidak berubah.Mereka mengatakan kalau dia tidak menderita penyakit apapun sebelumnya.” Jelas tabib lainya,

“Melihat bahwa itu adalah mati tanpa penyebab yang dapat diidentifikasikan, ada rumor tentang kutukan putri duyung... dan menyebabkan kemalangan semacam ini, selain itu semua orang gemetar ketakutan.  Tolong lakukan penyelidikan dengan cepat dan kubur tubuh itu di tempat yang nyaman dan hangat. Kurasa itu yang terbaik untuk menenangkan panik akibat rumor.” Kata pejabat lainya, Tuan Yang baru datang berpura-pura melihat si pria yang sudah tak bernyawa.
“Apa kasus ini disebabkan oleh kutukan dari putri duyung, atau skema yang dibuat oleh seseorang yang memanfaat rasa takutmasyarakat; hal itu belum bisa diketahui. Aku pasti akan menemukan kebenaran tentang kematian ini melalui penyelidikan menyeluruh. Sampai saat itu, kita tidak akan mengadakan upacara pemakaman.” Tegas Dam Ryung menatap sinis pada Tuan Yang
“Aku menugaskanmu, petugas Yudisial, dokter, dan pengurus, melakukan yang terbaik dalam penyelidikan.” Kata Dam Ryung 


Sementara dibagian kantor pemerintahan, Gisaeng datang masuk dengan beberapa orang. Pengawal mencoba menahanya,  Pria tua menanyakan alasan Hong Nang datang. Hong Nan memberitahu Pria tua kalau membawa seorang  kepala dukun dari gunung Geumman.
“Menurut dia, seorang putri duyung jahat bersembunyi di kantor pemerintah ini.” Ucap Hong Nang, semua panik mendengarnya. 
“Omong kosong macam apa itu?” kata Pria tua, Hong Nan meyindir si Pria tua yang tak mempercayainya.
“Kalau begitu, boleh kami menggeledah tempat ini?” kata Hong Nan menantangnya.
“Apa kau gila? Tuanku, kepala kota, bahkan tidak ada di sini jadi  kau tidak bisa melakukannya.” Ucap si pria melarangnya.
“Haruskah kita memotong kepala kota atau tetua kita?” ucap Hong Nan mendekat dengan mengancamnya. Si pria tua terlihat ketakutan. 

Dam Ryung sedang melamun diatas kudanya, salah seorang pengawal datang berlari dengan wajah panik memangil Dam Ryung memberitahu  orang-orang berkumpul di kantor mencoba untuk menemukan putri duyung bahkan Mereka mencari di mana-mana dan itu berantakan sekali. Dam Ryung langsung menuanggang kudanya dengan cepat.
“Dia bahkan tidak tahu bagaimana untuk bersyukur saat aku memberitahukan sesuatu kepadanya! Ayo kita pergi bersama!” teriak Si pengawal kesal lalu berlari mengejar Dam Ryung yang menaiki kuda. 

Sementara Sae Wa sedang ada didalam ruangan melihat guci dengan gambar putri duyung dan seorang pria yang sedang berciuman, teringat kembali saat mereka berada di malam hari.
Flash Back
Dam Ryung menceritakan bermimpi dan Di dalam mimpi itu,  hidup di dunia yang aneh dan Sae Wa juga ada di sana. Jadi ia melukis dairinya dan juga Sae Wa  dari apa yang dilihat dalam mimpinya.
“Kalau itu hanya mimpi atau halusinasi Atau kalau aku melihat masa depan dunia lain. Aku tidak bisa tahu persis.” Ucap Dam Ryung dengan bersamaan melihat lukisan pada guci. 

Dam Ryung terus memacu kudanya dengan cepat, Hong Nan dan yang beberapa orang langsung menerobos masuk ke dalam kantor pemerintahan untuk memeriksanya.
“Tapi Satu hal yang pasti, bahwa hal-hal yang terjadi sekarang... juga akan terjadi pada waktu itu, hanya seperti itu... secara aneh; Fakta bahwa nasib ini akan berulang.”
Pintu terbuka dengan lebar, Sae Wa melihat siapa yang datang. Dan pada saat sekarang Tuan Ma Dae Young berpura-pura mengunakan jas hujan polisi datang ke rumah Joon Jae dengan Sim Chung yang membuka pintunya. Dam Ryung terus memacu kudanya melewati pantai dan Joon Jae mengemudikan mobilnya dengan sengaja melewati petugas yang sedang berpatroli. 

“Aku di sini untuk bertanya tentang kasus pembunuhan di rumah # 22-4. Boleh aku masuk sebentar?” ucap Tuan Man Dae Young, Sim Chung yang masih polos mempersilahkan masuk, Saat itu juga Joon Jae datang bisa membuat Tuan Ma tak bisa masuk.
“Siapa kau? Apa begini cara melakukan penyelidikan? Aku pikir biasanya itu dilakukan oleh dua orang. Biarkan aku melihat identitas resmimu.” Ucap Joon Jae, Tuan Ma sengaja menutupi wajahnya dengan menundukan kepala.
“Kau bahkan tidak memiliki radio 2-arah. Kau... Apa kau benar-benar polisi?”ucap Joon Jae curiga, Tuan Ma memilih untuk kabur.
“Hei... Mau kemana kau? Lepaskan topimu.  Kurasa dia bukan polisi, dia mencurigakan.  Tolong kejar dia.” Teriak Joon Jae melihat dua polisi datang mendekatinya.
“Tuan, kau tidak dalam situasi untuk melaporkan orang lain Kau tidak kooperatif dengan pos pemeriksaan keamanan polisi dan mengebut dengan mobilmu. Kenapa kau melakukan itu?” ucap Polisi.  Joon Jae terlihat gugup seperti baru menyadari yang dilakukanya. 
“Aku mendengar bahwa ada kasus pembunuhan di daerah ini, dan jadi aku khawatir tentang pacarku yang ada di rumah sendirian. Pacarku mudah ketakutan.” Ucap Joon Jae mengenggam tangan Sim Chung
“Aku tidak mudah takut.” Kata Sim Chung polos, Joon Jae meralatnya kalau pacarnya itu memang benar takut. Sim Chung pun mengaku kalau mudah takut dengan senyuman malu-malunya.
“Permisi, kami akan memeriksa identitasmu sebentar. Bisakah kau menunjukkan kepada kami kartu identitasmu.” Kata polisi 
Joon Jae pun memberikan kartu identitasnya,  Polisi pun meminta untuk dilakukan pemeriksaan pada tim yang ada dikantor dengan  Nama: Kim Hyun Sung, nomor ID: 870521. Detektif Ho melihat dari atas tangga dan bisa mengenal Joon Jae  adalah yang melarikan diri setelah lolos dari pemeriksaan keamanan, Joon Jae mendengar suara Detektif Ho mencoba untuk menyembunyikan wajahnya dengan membelakanginya.
“Aku pernah melihat punggungnya di suatu tempat sebelumnya.”kata Detektif Ho akan menuruni tangga, Joon Jae terlihat mulai panik. 
“Sunbae! Kami mendapat laporan bahwa seseorang telah melihat Ma Dae Young di dekat Oksoo-dong.” Kata salah satu anak buah Detektif Ho, Detektif Ho pun langsung mengajak mereka untuk segara pergi lebih dulu kesana serta Minta bantuan dari unit patroli Oksoo-dong.


Nam Doo ada di dalam sebuah toko melihat semua polisi patroli yang bergegas pergi, ditanganya masih memegang ponselnya. Lalu mengaku kalau  Sejak berusia 9 tahun, berhenti melakukan laporan palsu ke kantor polisi dan pemadam kebakaran. Tapi karena Heo Joon Jae, melakukan tindakan ilegal semacam ini lagi.
Joon Jae dan Sim Chung masih ada didepan pintu, Polisi di kantor memberitahu Tuan Kim  tidak memiliki catatan kriminal dan alamatnya telah dikonfirmasi jadi t idak ada yang salah. Joon Jae bisa tersenyum mendengarnya. Si polisi terlihat kesal.
“Selain itu , karena kau melawan perintah petugas, Kau harus membayar denda berdasarkan hukum lalu lintas #5.” Kata si polisi, Joon Jae mengerti dan akan membayarnya
“Setelah kau mendapatkan pemberitahuan, maka kau harus melakukan pembayaran dalam waktu 60 hari.” Ucap Polisi 


“Ya, tuan. kau benar-benar bekerja keras dalam cuaca dingin ini. Kalau begitu, kami akan masuk ke dalam. Ayo kita pergi. kau benar-benar terkejut, kan?” ucap Joon Jae mengajak Sim Chung masuk, Sim Chung yang polos mengaku kalau tak begitu terkejut, Joon Jae menarik Sim Chung agar segera masuk saja. 
“Wah... Di mana aku pernah melihat orang itu?” ucap si polisi, teman lain bertanya apakah mengenal Joon Jae. 
“Tidak, bukan itu, tapi anehnya aku tidak menyukainya. Kau tahu saat melihat seseorang untuk pertama kalinya, tapi untuk beberapa alasan kau benar-benar tidak menyukai mereka. Aku secara aneh tidak menyukai dia.” Ungkap si polisi yang pada jaman sebelumnya, menjadi pengawal Dam Ryung. 

Joon Jae membawa Sim Chung masuk ke dalam rumah, Sim Chung melihat tangan Joon Jae yang terluka, langsung panik. Joon Jae melepaskan tanganya lalu memarahi Sim Chu yang membuka pintu untuk sembarang orang seperti itu, Sim Chung pikir membukanya karena seseorang datang dan juga bukan hiu, melainkan manusia.
“Kenapa hiu harus datang ke sini? Lagi pula manusia lebih berbahaya daripada hiu.” Kata Joon Jae kesal
“Apa Seorang manusia lebih berbahaya? Kenapa?” tanya Sim Chung polos
“Dalam setahun, ada kurang dari 5 ekor hiu yang membunuh manusia, tapi jumlah manusia yang membunuh hiu ada puluhan ribu. Jadi Siapa yang lebih berbahaya?” kata Joon Jae, Sim Chung menjawab itu manusia.
“Itu benar. Seperti itulah betapa berbahayanya manusia. Jadi, saat seseorang yang tidak kau kenal datang, kau jangan membuka pintu” tegas Joon Jae.

“Tapi Heo Joon Jae, bukankah tanganmu sakit?” kata Sim Chung ingin melihatnya, Joon Jae langsung menghempaskan tanganya. 
“Bukankah aku sudah memberitahumu, bahwa melindungi orang lain...harus dilakukan  setelah kau melindungi dirimu sendiri.Itu sama dengan merasa khawatir. Sebelum kau khawatirtentang orang lain, maka khawatir tentang dirimu sendiri. Kau harus mengurus dirimu sendiri terlebih dulu.” Ucap Joon Jae, Sim Chung hanya tertunduk sedih.
Joon Jae mengeluh sendiri dengan yang ia lakukan hari ini dan merasa  benar-benar aneh lalu membaringkan kepalanya disofa. Sim Chung mengatakan ingin tahu sesuatu. Joon Jae mengeluh apa lagi yang ingin diketahuinya. 

“Ke mana perginya orang-orang kecil di dalam sana?” tanya Sim Chung berdiri didepan TV dengan melihat kebelakang TV mencari-carinya. 
“Apa mereka ada di dalam sini? Apa kau tidak bisa meminta mereka untuk keluar?” kata Sim Chung, Joon Jae melonggo mendengar Sim Chung meminta mengeluarkan orang yang ada didalam TV.
“ Sebelumnya, dia bilang "Ayah kandungmu..." Selesai seperti ini, dan kemudian berkata kita akan bertemu lagi di waktu yang sama minggu depan. Aku sangat penasaran siapa ayahnya sebenarnya.” Cerita Sim Chung mengikuti gaya si artis di TV.
“Apa kau sangat penasaran?” tanya Joon Jae, Sim Chung mengangguk. Joon Jae pikir harus mencoba menanyakannya. Sim Chung berpikir orang itu yang dikenal oleh Joon Jae.
“Tentu saja aku tahu mereka, mereka membayar sewa kepadaku untuk tinggal di rumahku. Mereka tinggal di dalam sana, kan? Aku akan menelp mereka dan bertanya” kata Joon Jae menunjuk pada TV yang ada didalam rumahnya. 

Sim Chung langsung mendekati Joon Jae karena penasaran ingin mengetahuinya, Joon Jae membohongi Sim Chung dengan menelp Nam Doo yang sudah kembali ke rumah. Ia mengaku sebagai pemilik rumah, Nam Doo heran dengan ucapan Joon Jae seperti orang ngawur.
“Bagaimana bisa kau masuk ke dalam begitu sajaseperti itu?” kata Joon Jae masih berakting, Nam Doo makin bingung masuk kemana maksudnya. 
“Maksudku, bukankah seharusnya kau menyelesaikan apa yang akan kau katakan sebelum kau pergi?” kata Joon Jae, Nam Doo semakin tak mengerti dengan Tae Oh yang sedang bersamanya. 
“Kenapa kau berhenti di tengah-tengah saat mengatakan sesuatu. Itu memalukan.” Ucap Joon Jae, Nam Doo merasa Joon Jae itu sudah gila
“Cepat Katakan. Siapa ayah kandungmu?” kata Joon Jae, Sim Chung menunggunya terlihat sangat penasaran.
“Kau bilang Ayah? Kau benar-benar memukul kelemahanku. Aku yatim piatu, apa kau ingat?” kata Nam Doo, Joon Jae tersenyum mengerti lalu menutup telpnya. 

Sim Chung langsung penasaran apa yang dikatakanya, Joon Jae meminta agar Sim Chung memberitahu lebih dulu, Bagaimana mereka bisa bertemu di Spanyol, apa yang kita lakukan, dan kenapa ia tidak ingat apapun. Ia meminta Sim Chung mengatakan yang sebenarnya tentang semua itu.
“ Apa tidak bisa kau saja yang mengatakan?” ucap Sim Chung penasaran
“Tentu saja tidak. Karena Kenapa? Dunia adalah tentang 'Memberi' dan 'Menerima.' “Take and Give” Bagaimana bisa ada 'Menerima' kalau tidak 'Memberi'.” Jelas Joon Jae
“Bahkan jika tidak ada memberi, apa tidak bisa hanya menerima.” Ucap Sim Chung
“Tidak. Dunia tidak bekerja seperti itu.” Tegas Joon Jae

“Kalau begitu, aku akan menunggu sampai waktu yang sama, minggu depan. Aku sangat baik dalam hal menunggu.” Ucap Sim Chung tak ingin penasaran Joon Jae berteriak kesal  mendekatkan wajahnya agar bisa berbicara lebih serius. Tapi Sim Chung terlihat malu-malu dengan wajah mereka yang saling berdekatan.
“Kau mungkin baik dalam menunggu, tapi aku tidak. Aku tidak bisa menunggu, jadi Dengarkan dengan baik. Bagimu, 'Waktu yang sama minggu depan,' adalah besok. Kalau kau tidak mengatakan apapun sampai besok, Maka kau harus pergi.” Tegas Joon Jae menatap mata Sim Chung. 


Seo Hee bertanya pada Dae Young apa yang terjadi saat menelpnya,  memastikan kalau Insiden Hwewon-dong kalau itu perbuatannya. Dae Young mengaku Tidak masalah kalau Seo Hoo percaya atau tidak, tapi ia menyangkal tidak melakukannya.
“Jangan membuat semuanya jadi semakin rumit dan lakukan saja apa yang aku perintahkan, lagipula kau tahu kartu apa yang aku miliki di tanganku. Bagaimana Joon Jae? Apa kau menemukan dia? Kirimkan kepadaku alamat tempat dia tinggal.” Tegas Seo Hee penasaran saat itu Chin Hyun dari belakang mendengar ibunya sedang berbicara ditelp. 

“Ibu, apa yang kau lakukan?” kata Chin Hyun bersikap biasa, Nyonya Kang kaget melihat anaknya yang belum tidur. 
“Aku merasa lapar setelah melakukan beberapa pekerjaan. Apa ada sesuatu untuk dimakan?” akui Chin Hyun, Nyonya Kang pun dengan baik hati akan mempersiapkan untuknya dan bergegas pergi. Chin Hyun meminta ibunya agar membuatkan sandwich
Setelah ibunya pergi, Chin Hyun diam-diam melihat ponsel Nyonya Kang, sebuah pesan masuk bertulisakan “Joong-gu Sogong-ro, Jalan 4, Nomor 29.”. Nyonya Kang sedang membuatkan sandwich didapur untuk anaknya, Chin Hyun membawa ponsel ibunya mengaku kalau teleponnya berdering tapi seperti sengaja menjatuhkan ke dalam air saat ibunya sedang mencuci sayuran.
Nyonya Kang terlihat kesal dan Chi Hyun panik berpura-pura mengambilnya lalu meminta maaf. Nyonya Kang meminta anaknya agar bisa berhati-hati. Chi Hyun menyuruh ibunya agar  membeli ponsel baru karena tak ada yang menggunakan ponsel lipat sekarang ini. Nyonya Kang melihat ponselnya yang sudah mati dengan wajah kesal. 

Joon Jae akan bersiap tidur tiba-tiba dikagetkan dengan Sim Chung keluar dari atap dengan rambut terurai panjang seperti hantu, bertanya apa yang dilakukanya. Sim Chung tersenyum karena Joon Jae ternyata melihatnya, lalu meminta agar Jangan mengkhawatinya karena  hanya ingin melihatnya
“Hei, masukan kepalamu” perintah Joon Jae,  Sim Chung masuk lalu kembali mengeluarkan kepala menanyakan teman-teman Joon Jae yang sebelumnya menginap.
“Mereka tidak akan pulang malam ini.” Kata Joon Jae. Sim Chung tertawa seperti hantu karena hanya ada mereka berdua saja.
“Hei, itu membuatku merasa lebih takut kalau kau tersenyum seperti itu. Apa kau tak akan kembali? memangnya apa kau itu Hantu?” ejek Joon Jae
“Aku minta maaf tapi bisakan kau tidak khawatir tentang aku? Aku di sini hanya karena itu menyenangkan. Apa Mau melihatnya? Kau cukup menutup matamu. Kalau kau menutupnya, maka kau tidak akan melihatku.” Ucap Sim Chung

“Ini bukan sesuatu yang biasa, kalau ada sesuatu yang terus menimpaku bagaimana aku bisa terus menutup mataku?” kata Joon Jae kesal
Sim Chung menyimpulkan Joon Jae tidak suka melakukan hal seperti ini,  jadi lebih baik turun dan berada disebelahnya. Joon Jae pun menyuruhnya turun saja dan setelah itu pergi.  Sim Chung sudah menuruni tangga kembali naik.
“Kau bisa pergi hari ini atau besok.Kapan pun tidak apa-apa.” Kata Joon Jae, Sim Chung naik tapi tak menutup celah pintunya. Joon Jae memperingatkan kalau Sim Chung menutupnya. 

Sim Chung akhirnya berbaring diatas tempat tidurnya, menatap ke jendela dengan hujan yang masih turun dengern deras. Ia membalikan badanya melihat ke arah jam dan menghentikan detik yang berbunyi.
“Akan sangat bagus kalau hari esok tidak datang.” Ungkap Sim Chung sedih lalu kembali berbaring menatap jendela.


Pagi hari
Sim Chung membuka pintu dengan sinis bertanya pada Si Ah kenapa datang ke rumah Joon Jae. Si Ah menghela nafas melihat Sim Chung masih ada dirumah Joon Jae, bertanya Apa Joon Jae ada di dalam. Sim Chung memberitahu kalau Joon Jae mengataan  untuk tidak membuka pintu untuk orang asing.
“Aku sama sekali bukan orang asing.” Ucap Si Ah mendorong pintunya.
“Tapi Kau adalah orang asing untukku.” Kata Sim Chung menahan pintunya.
“Apa ini rumahmu? Aku datang ke sini untuk bertemu Heo Joon Jae!” teriak Si Ah terus mendorongnya, Sim Chung melepaskan pintu dan membuat Si Ah terjatuh.
“Ah... aku mengerti, Cepalah Masuk . Kenapa kau di sana seperti itu?” ejek Sim Chung hanya melihat Si Ah yang terjatuh, Si Ah mengumpat kesal. 

Si Ah masuk ke dalam rumah menanyakan keberadaan Joon Jae, Sim Chung memberitahu Joon Jae sedang pergi untuk jogging. Si Ah pun menanyakan keberadaan Nam Doo dan Tae Oh. Sim Chung mengatakan belum kembali dengan rasa menyesal karena  hanya terjadi kemarin padahal berharap itu bisa untuk selamanya.
“Kalau begitu... hanya ada kalian berdua kemarin?” kata Si Ah panik, Sim Chung membenarkan dengan mengoda mengulung rambutnya dengan jarinya,
“Hei Chung... Dengarkan apa yang harus aku ceritakan kepadamu. SeJujurnya, Joon Jae dan aku akan menikah.” Kata Si Ah, Sim Chung tak mengerti apa itu pernikahan
“Pernikahan adalah... saat seorang pria dan seorang wanita hidup bersama, saling mencintai, dan hidup untuk satu sama lain.” Jelas Si Ah
“Ah, maksudmu seperti apa yang aku dan Joon Jae lakukan sekarang?” kata Sim Chung
“Tidak, apa yang kau dan Joon Jae lakukan bukan menikah. Untuk mengatakannya secara tepat, yang kau lakukan adalah menjadi parasit.” Tegas Si Ah sinis
Sim Chung tak mengerti dengan kata  menjadi parasit, Si Ah memberitahu kalau Menjadi parasit, adalah menempel pada seseorang dan Pernikahan yaitu hidup dengan satu sama lain karena keinginannya seseorang, jadi itulah perbedaanya, lalu bertanya  Apa Joon Jae mengatakan "mari kita hidup bersama"?.
“Dia tidak melakukannya. Berada di sini seperti ini saat orang lain tidak menginginkannya, maka itulah yang namanya menempel pada seseorang, seperti parasit yang menghisap darah dari seseorang.” Tegas Si Ah memperlihatkan sikap sinisnya.
“Aku tidak menghisap darah dari seseorang dan tidak menghisap darahnya.” Ucap Sim Chung karena parasit menurutnya seperti itu.
“Tidak, aku tidak mengatakan bahwa kau benar-benar menghisap darahnya... Sepertinya kau tidak mengerti kalau aku mengatakannya dengan sopan, Jadi Haruskah aku mengatakannya secara langsung?” kata Si Ah lalu mengusir Sim Chung untuk segera keluar.
“Jangan hanya tinggal di sini seperti raja dari semua parasit, Keluar!” teriak Si Ah, Sim Chung yang marah langsung mengigit jari Si Ah. Dan Si Ah pun menjerit kesakitan. 

Si Ah duduk disofa dengan jari yang diperban sementara Sim Chung duduk dengan wajah tertunduk. Joon Jae sudah ada didepan dengan tatapan sinis lalu mengumpat Sim Chung itu semacam anjing gila dan bertanya kenapa sampai bisa menggigit orang lain.
“Jangan terlalu keras pada dirinya. Sebelumnya aku menjerit karena terkejut tapi ini sebenarnya tidak terlalu sakit.” Ucap Si Ah bersikap manis, Sim Chung mengangkat kepalanya melirik sinis pada Si Ah, Joon Jae pun menatap Sim Chung yang berani mengangkat kepalanya. 
“Cha Si Ah memintaku keluar.” Ucap Sim Chung mengadu, Si Ah panik berusaha menyangkalnya.
“Lalu apa kau tidak akan pergi? Kau mengatakan bahwa akan pergi hari ini kalau tidak memberitahuku.” Ucap Joon Jae, Si Ah binggung apa yang harus diberitahukan Sim Chum pada Joon Jae.
Joon Jae mengaku kalau Hanya tentnag sesuatu dan menyuruhnya bangun dengan bertanya apakah bisa menyetir, Si Ah mengaku  harus naik taksi. Joon Jae pun mengajak pergi karena akan mengantar memangil taksi lalu memperingatkan Sim Chung agar  bersiap-siap untuk keluar. Sim Chung hanya terdiam karena Joon Jae benar-benar menyuruhnya untuk keluar. 

Joon Jae mengantar Si Ah sampai ke jalan, Si Ah menagatakn akan datang kembali untuk mengambil mobilnya setelah jarinya sembuh, lalu bertanya apakah sudah memberitahu tentang sesuatu yang direncanakan  belakangan ini sambil melihatkan ponselnya. Joon Jae terus berjalan.
“Di laut di depan Yangyang ada beberapa bangkai kapal berusia ratusan tahun yang ditemukan. Ada sebuah relik yang ditemukan yang benar-benar tidak biasa. Apa kau ingin melihatnya?” kata Si Ah ingin mengajak pergi. Joon Jae sudah menghentikan taksi dan menyuruh Si Ah segera masuk dan buru-buru menyebrang jalan karena lampu merah akan menyala. 

Sim Chung makan roti sambil menonton drama yang ada di TV dengan kalimat “Apa kau tahu? Kalau kau mengakui bahwa kau mencintai seseorang pada hari pertama salju turun, maka cinta itu akan menjadi kenyataan.” Ucap si wanita yang bergandengan tangan dengan seorang pria. Sim Chung terlihat tak tahu tapi bisa mengerti.
Keduanya belarian di atas salju dan si pria jatuh diatas tubuh wanita, Sim Chung menutup wajahnya karena malu dan keduanya terlihat saling menatap lalu berciuman. Sim Chung mencoba mengintip, dengan tawa bahagia dan mendengar bunyi suara pintu yang terbuka dan buru-buru kembali ke kamarnya. Joon Jae masuk kamar melihat bungkus roti di lantai dan juga adegan ciuman yang terlihat di TV.
“Kau melakukannya dengan baik, melihat hal-hal cabul.” Keluh Joon Jae lalu mematikan Tvnya. Saat itu tiba-tiba Tvnya menyala kembali. Sim Chung sengaja dari atas memperbesarkan volume karena memegang remote ditanganya.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar: