PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 30 April 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 18

 PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Jung Kook dan Joo Myung keluar dari tempat debat, beberapa wartawan sudah menunggu dan langsung mengajukan pertanyaan “Apakah komentar penipu  itu pernyataan politik? Kenapa Anda mengganti strategi kampanye? Tolong beri tahu kami!”
“Pernyataan tentang penipu bukan tentang dirinya, tapi semua kandidat dalam debat. Mereka membuat janji palsu yang tidak bisa mereka tepati dan begitu terpilih, mereka pura-pura tidak tahu.” Ucap Joo Myung lalu Jung Kook memilih masuk mobil.
“Dia mengatakan politisi seperti it tidak berbeda dari penipu Jika kita pikirkan, kita semua adalah penipu. Penipu yang menipu warga! Aku harap kalian mengerti arti di baliknya. Kami akan menjelaskan detailnya nanti lewat pernyataan tertulis.” Kata Joo Myung
Wartawan terus meminta agar Jung Kook memberikan komentar dan pernyataannya. Jung Kook tetap diam dalam mobil tak ingin membahasnya. 

Jung Kook duduk diam dalam ruangan, Joo Myung menatap dingin bertanya apakah sudah puas. Jung Kook hanya diam. Joo Myung mencoba menahasn emosi berpikir akan membahasnya, menurutnya lebih baik Jung Kook mencoba menghipnotis orang-orang
“Mari kita memilih konsep yang gila...”ejek Joo Myung. Jong Kook pikir kalau Joo Myung tidak berhak bicara karena Joo Myung juga salah.
“Terserah. Berbuatlah sesukamu... Hidupmulah yang berakhir, bukan hidupku... Baik. Kerjamu bagus, Pak Yang. Mulai besok, saat berkampanye, pastikan kau memakai topi dan rompi antipeluru. Orang-orang mungkin akan menyerangmu dengan pisau, batu, dan telur... Aku akan pergi.” kata Joo Myung lalu keluar dari ruangan. 

Jung Kook bertanya  Berapa banyak sukarelawan yang berhenti dari kampanye mereka. Seung Yi menjawab ada 20 lalu menerima pesan kalau jumlahnya jadi 21, lalu Charles juga menerima pesan dan jumlahnya 22 lalu dengan Dong Il yang baru saja pergi, menjadi 23.
“Apa Dong Il juga berhenti?”kata Jung Kook tak percaya. Charles pikir Jung Kook yang sudah menghabisinya di TV jadi tak ada gunanya untuk tetap bersama mereka.
“Dia mengirim pesan teks tadi mengatakan dia akan memilih Kang Soo Il karena dia membencimu.” Jelas Charles
“Begini, kita bisa mempekerjakan orang baru.. Aku punya kalian, Ohh Ya .. ada Pak Park.” Ucap Jung Kook menatap Wang Goo. Wang Goo yang akan membuka jaket akhirnya kembali memakainya.
“Kalian mendukungku... Omong-omong. Aku hanya akan berkampanye dengan orang-orang yang kupercaya sekarang. Bekerjalah sebaik mungkin sampai akhir. Bantu aku berkampanye mulai besok.” Ucap Jung Kook
“Apa Kau ingin kami keluar di lapangan? Bagaimana jika istrimu tahu?” kata Seung Yi dan Charles pun juga merasa khawatir.
“Dia sudah tahu kalian bekerja untukku.”kata Jung Kook lalu melihat nama Hoo Ja yang menelp pada layar ponselnya, tapi membiarkanya. 
Hoo Ja terlihat kesal karena Jung Kook yang tak mengangkat telpnya tapi mencoba untuk tenang. Saat itu seseorang masuk ruangan. Jung Kook dkk kaget melihat Sang Jin dan dua anak buahnya datang berkunjung. 


Mereka makan daging pangang bersama, tapi Jung Kook hanya duduk bersama Sang Jin. Anak buah Sang Jin bertanya pada Wang Goo yang  kuliah jurusan ekonomi di Harvard, apa tahu George Big.
“Kami pergi berwisata ransel bersama. Apa Kau kenal George?” ucap Anak Buah Sang Jin. Wang Goo mengaku mengenalnya.
“Kami sangat akrab, Dia sangat menyukai nasi goreng kimchi. Dia selalu datang untuk makan. Dia makan banyak kimchi. Dan dia bahkan bukan orang Korea.” Kata anak buah Sang Jin
“Nama yang besar. George Big...” komentar Chalres pada Seung Yi
“Siapa itu George Big? Siapa dia yang pergi berwisata ransel denganmu?” kata Anak buah Sang Jin yang pria.
“Sayang... Saat itu kau ikut dengan kami, Bodoh. Kau sangat tertarik kepada adik perempuannya. Makin aku mulai ingat, maka aku makin kesal. Dasar.. Kau terus berhubungan,kan?” ucap si wanita marah. Si pria mengelak.
“Kau satu-satunya wanita yang kuhubungi.. Aku mencintaimu.” Ucap si pria. Si wanta tak percaya meminta suaminya agar memberikan ponselnya sebagai bukti. 


Jung Kook melihat anak buah Sang Jin yang berkelahi, lalu bertanya apakah  tidak akan menghentikan mereka yang berkelahi. Sang Jin pikir tak masalah menurutnya itu cara mereka mengekspresikan cinta masing-masing.
“Mereka punya 7 anak. 5 putra dan 2 putri” ucap Sang Jin. Jung Kook bisa mengerti kalau Mereka pasti saling mencintai.
“Jung Gook, mengenai apa yang kukatakan di debat...” kata Sang Jin merasa bersalah. Jung Kook pikir tak masalah karena tidak peduli.
“Semua politisi sama saja.” Kata Jung Kook. Sang Jin pikir kalau perkataan itu penghinaan
“Itu bukan pujian.... Benar... Kau cukup berpendidikan. Semua politisi di luar sana belajar di universitas top. Tapi mereka tidak pernah inga atau tahu apa pun. Jika kau tidak ingat dan tidak tahu apa pun, bagaimana kau bisa belajar? Apa aku salah?” komentar Jung Kook. Sang Jin hanya diam sambil minum Soju.
“Aku tidak datang ke sini untuk meminta maaf dan memintamu memaafkan aku... Bukan itu... Aku hanya ingin mengatakan satu hal ini. Aku harap kekecawaanmu kepadaku sebagai politisi tidak akan meluas menjadi kekecewaan kepadaku secara pribadi. Itu yang ingin kukatakan.” Ucap Sang Jin.
“Satu-satunya hal yang kudengar adalah "Aku akan mengecewakanmu mulai sekarang" dalam perkataanmu. Orang-orang terjun dalam politik, dan menciptakan politik. Jadi, bagaimana aku tidak kecewa kepada mereka? Jangan berusaha meloloskan diri dengan omong kosong itu.” Ucap Jung Kook lalu berdiri
“Fokus saja pada kampanyemu... Akan memalukan jika kau kalah melawanku. Sampai jumpa.”ucap Jung Kook
“Aku mendengarmu tadi... Aku dengar apa yang kau katakan kepada Kim Joo Myung di debat.” Kata Sang Jin. 



Flash Back
Sang Jin bisa mendengar ucapan Jung Kook marah “Apa Pengaduan perdata apa yang kau serahkan terkait Mi Young? Beri tahu aku sekarang. Apa yang kamu lakukan kepada Mi Young?”
“Kenapa kamu berbicara tentang Mi Young dengannya? Apakah pemilihanmu untuk jabatan ini berkaitan dengan Mi Young?” ucap Sang Jin
“Jika kau menanyaiku hal ini beberapa jam yang lalu, jawabanku mungkin akan berbeda. Tapi sekarang,.. aku akan menjawab sepertimu. Aku tidak tahu.. Aku kurang ingat.” Kata Jung Kook lalu mengajak Seung Yi dkk untuk segera pergi.
Sementara anak buah Sang Jin masih saja berkelahi membahas tentang wanita lain yaitu Josephina Big.



Detektif Koo dan Detektif Na terlihat gugup. Mi Young datang dengan seragam lengkap. Detektif Ko ingin tahu Apa yang terjadi, Mi Young mengaku sudah berusaha sebaik mungkin jadi yakin akan diskors selama satu atau dua bulan.
“Seorang bedebah menerima suap dan menipu kita. Kenapa kau yang harus ditegur?” keluh Detektif Na marah
“Kita tidak punya bukti... Lebih baik mengatakan aku gila dan kehilangan kendali.” Ucap Mi Young
“Kau bilang salah satu dari kami adalah bayaran Park Hoo Ja. Mari kita temukan orang itu dahulu. Jika kita menyelidiki bedebah itu, maka kita akan bisa menemukan bukti.” Ucap Detektif Ko geram. Mi Young pikir tak perlu.
“Sudah kubilang aku tidak mau mencurigai dan marah kepada satu sama lain. Mari menunggu sampai orang itu kembali kepada kita.” Ucap Mi Young. Detektif Lee hanya diam saja.
“Di luar menyenangkan... Aku tidak ingin bekerja... Mari membolos. Jika ketahuan, kita akan mengatakan itu pesta perpisahanku.” Kata Mi Young, Detektif Koo dan Na ikut pergi mengikutinya. Detekif Lee terlambat ikut bersama Mi Young. 



Mi Young menuangkan soju pada Myung Shik berpesan agar membantu para detektif selagi dirinya tidak ada dan Jangan selalu tertidur. Myung Shik menganguk mengerti.  Detektif Na pun kembali memesan dua botol soju lagi.
“Tapi Letnan, kurasa ada banyak detektif yang menerima bayaran dari orang jahat dan melindungi mereka seperti di film-film.” Komentar Myung Shik
“Tidak, tidak ada... Hanya sampah yang tidak berguna yang melakukan itu. Mana mungkin polisi melakukan itu? Mereka sampah...” kata Detektif Ko. Detekti Lee bergumam dirinya memang sampah.
“Bedebah yang menerima suap seharusnya ususnya ditarik keluar dari tubuh mereka dan dikunyah. Kita harus mengunyah semua orang berengsek itu.” Ucap Detektif Na marah. Detektif Lee bergumam kalau dirinyaadlah  orang berengsek.
“Di film-film, orang seperti Detektif Lee menerima suap dan ditembak mati oleh karakter utama.” Komentar Myung Shik.
“Apa yang kamu bicarakan, Berandal? Kenapa kau menonton film-film aneh seperti itu? Kau harus belajar, Berandal! Kau terlihat bodoh. Apa Kau tahu persamaan kuadrat? Sebutkan. Jangan membuat lelucon tentang Formula One.”ucap Detektif Lee marah
“Tenanglah, Detektif Lee... Kenapa kau mengejeknya? Lagi pula bukan kau yang menerima suap. Kau sangat aneh.” Kata Mi Young heran.
“Tidak apa-apa... Itu karena dia mengatakan hal-hal tentang penampilanku... Hei... Myung Shik, pulanglah  dan belajar persamaan kuadrat. Orang dewasa perlu bicara.” Ucap Detektif Lee.
Myung Shik binggung, Detektif Lee menyuruh untuk pergi. Akhirnya Myung Shik pergi dan pamit pada seniornya. Setelah Myung Shik pergi, Detektif Lee langsung meminum soju satu botol habis. Semua terlihat bingung dengan tingah rekan kerjanya.

“Aku orangnya, Letnan... Aku yang menerima suap Park Hoo Ja... Setelah penipuan makelar real estat palsu itu, aku menerima telepon dari nomor tidak dikenal... Dia memintaku bertemu, jadi, aku pergi.” akui Detektif Lee 


Flash Back
Detektif Lee pertema kali bertemu saat di ruangan Real Estate, lalu datang menemui Hoo Ja kaget melihat ada banyak uang di dalam koper, lalu bertanya alasa memberikan uang itu padanya. Hoo Ja tahu kalau seluruh keluarga Detekti Lee tinggal di luar negeri
“Dan kau mengirimi mereka uang... Aku meminjamimu uang tanpa agunan agar anak-anakmu bisa belajar dengan nyaman. Perusahaan kami paling menghargai detektif. Detektif selalu memberi kami sebanyak apa yang kami berikan, tidak seperti politisi.”ucap Hoo Ja dengan senyuman mengoda. 

“Tapi aku benar-benar tidak tahu tentang kasus ini. Aku tidak tahu apakah dia tidak memercayaiku, tapi aku benar-benar... Kau mengambil semua ponsel kami. Tapi Dia mengambil...” ucap Detektif Lee
Tiba-tiba Detektif Koo langsung meluapkan amarah memukul Detektif Lee itu sangat menjijikkan. Detektif Na meminta agar berhenti, Detektif Lee mulai mengaduh kesakitan, Mi Young pun membiarkan seperti ingin melampiaskan amarahnya. 

Akhirnya Detektif Lee sudah babak belur sambil mengepel lantai yang basah. Mi Young meminta Detektif Lee agar mendekat dan mengajak untuk melakukan sesuatu. Detektif Lee terlihat binggung, Mi Young tahu kalau Park Hoo Ja akan terus melakukan kejahatan.
“Dan aku akan kembali setelah skorsku usai. Tetaplah bersamanya sampai saat itu.” Ucap Mi Young. Detektif Lee tak mengerti maksudnya.
“Aku akan melupakan masalah suapmu Jadi, bayar aku dengan sesuatu yang besar nanti. Kau Jadilah agen ganda di antara kami.” Kata Mi Young
“Untuk apa kau melupakannya? Kau harus memenjarakannya.” Keluh Detektif Kook. Detektif Lee meminta diam saja karena Mi Young  sedang bicara.
“Jadi, maksudmu, jika aku memainkan peran besar dalam menjatuhkan Park Hoo Ja, lalu apa kau akan melupakan bahwa aku menerima uang darinya?” kata Detektif Lee memastikan.
“Kau sudah mengaku, jadi Kau harus menebus kesalahanmu. Jauhilah masalah selagi aku tidak ada.” Pesan Mi Young
“Tentu saja. Aku akan bersikap baik dan tenang seperti tikus. Letnan kita sangat keren. Aku berpikir begitu sejak pertemuan pertama kita. Kau sungguh-sungguh tipeku.” Kata Detektif Lee. Tiba-tiba Detektif Na membanting gelas dimeja.
“Tapi sebelum itu, bolehkah aku memukul Dal Shik si Berengsek itu sekali saja di wajahnya? Aku sangat kesal.” Kata Detektif Na
Detektif Lee pikir rekan kerjanya itu sedang mabuk. Mi Young mengajak Detektif Koo untuk pergi saja. Detektif Koo memberitahu Detektif Lee kalau Na Bo Yun adalah juara tinju jadi akan mati.
“Hei, Dal Shik. Aku akan bersikap tidak sopan khusus hari ini... Kemari, Berandal.” Ucap Detektif Na, Mi Young dan Detektif Koo membiarkan Detektif Na untuk membiarkan dipukuli. 


Jung Kook kembali melakukan kampanye dan makan didalam mobil sambil mengeluh. Wang Goo datang meminta maaf karena ketiduran padahal Biasanya bangun pukul 6.00 sama dengan ayam jantan.. Jung Kook menyindir Wang Goo yang bilang tidak pernah ketiduran seumur hidupnya.
“Benar. Ini pengalaman pertamaku ketiduran, aku sangat bingung. Aku menghukum diriku agar tidak mengulanginya lagi.” Kata Wang Goo membela diri
“Terserah. Entah belajar menyetir atau tidur lebih sedikit... Kau tidak bisa mengerjakan apa pun dengan baik kecuali PR. Bahkan sebelumnya, aku memintamu membeli apa pun selain kopi karena aku tidak bisa tidur dan kau membelikanku kopi.” Kata Jung Kook marah
“Aku memberitahumu berulang kali bahwa aku melewatkan kata "selain". Aku mendengarmu berkata, "Belikan kopi." Ucap Wang Goo membela diri.
“Kau selalu membuat alasan dan Bahkan makanan ini... Kau yang memesannya, kan?” ucap Jung Kook. Wang Goo membenarkan.
“Aku memberitahumu berkali-kali bahwa aku tidak bisa mencerna daging. Semuanya adalah daging tumis.” Kata Jung Kook lalu mengeluh dengan semua kotak makan yang dipesn Wang Goo.
“Apa ini Deodeok dan daging perut?” ucap Jung Kook kesal, Wang Goo mengaku kalau itu kotak makan miliknya.
“Kau memesan makanan yang mahal khusus untuk dirimu. Cepat bantu yang lain. Bekerjalah untuk deodeok dan daging perut.” Kata Jung Kook kesal
Wang Goo mulai menari dengan lima jari sambil mengatakan "Sempurna, sempurna Yang Jung Gook sempurna" Jung Kook makin kesal menyuruh Wang Goo pergi saja.  Jung Kook mengeluh Wang Goo itu memang tidak tahu malu.



Saat itu Hoo Ja kembali menelp tapi Jung Kook memilih untuk tak mengangkat telpnya dan akan mulai makan. Tiba-tiba Min Ji datang dari pintu sebelah kanan, Jung Kook mengeluh agar membiarkan bisa makan lebih dulu.
“Aku akan membantu kakak karena aku mengerti situasi kakak... Sejujurnya, kenapa kakak meminta bantuanku hanya dengan 70 dolar? Setidaknya berikan sedikit perhatian.” Kata Mi Jin kesal
“Jika kakak membayarmu lebih tinggi, itu akan ilegal dan melanggar UU Pemilu..Itulah hukumnya.” Jelas Jung Kook.
“ Itu hukum yang bodoh. Setidaknya kakak harus membayar upah minimum. Aku pekerja yang hebat. Sejujurnya, aku baik... Tapi mereka akan berhenti jika kita mengatakan akan membayar mereka 70 dolar sehari. Bagaimana? Kakak akan membayar lebih, atau haruskah aku berhenti?” ucap Mi Jin.
“Apa kau mengancam kakakmu?” keluh Jung Kook. Mi Jin pikir itu pasti.
“Apa ini terdengar seperti permintaan? Aku berbicara terlalu baik.” Komentar Mi Jin
Jung Kook mengaku tidak punya uang. Mi Jin mengeluh dengan kakaknya, lalu mencoba mencari di saku baju kakaknya sambil mengancam akan memberikan 100 pukulan untuk setiap sen yang ditemukan. Jung Kook meminta Mi Jin untuk berhenti.
“Hei... Kau akan membuat kakak menumpahkan ini.” Ucap Jung Kook. Tiba-tiba Tuan Choi datang dengan anak buahnya menyurh Mi Jin pergi.
Mi Jin binggung akhirnya pindah ke kursi belakang, Tuan Choi tiba-tiba langsung memberikan pukulan untuk Jung Kook. 
Mi Jin terbangung dan panik melihat tubuhnya sudah diikat pada bangku. Jung Kook panik memastikan keadaan Mi Jin baik-baik saja dan bertanya apa yang dilakukan. Mi Jin mengaku tak tahu karena si brengsek yang membawanya juga.
“Di mana kita? Aku takut.” Kata Mi Jin panik. Jung Kook meminta adiknya agar bisa tenanguntuk saat ini karena  Tidak akan terjadi apa-apa.
“Yang benar saja... Apa maksudmu tidak akan terjadi apa-apa? Kami di sini untuk memastikan sesuatu terjadi.” Ucap Tuan Choi datang dengan Hoo Ja dan adiknya.
“Siapa dia?” tanya Hoo Ja melihat Mi Jin. Tuan Choi memberitahu kalau itu adalah adik Jung Kook.
“Aku membawanya ke sini juga karena mereka bersama.” Jelas Tuan Choi. Hoo Ja pun bertanya apakah Jung Kook adalah kakak Mi Jin.
“Kau sangat sial punya kakak seperti dia.”ejek Hoo Ja. Jung Kook meminta adiknya agar jangan takut.
“Percayalah kepada kakak... Percayalah kepada kakak dan kakak akan membebaskanmu...” kata Jung Kook menyakinkan. 




“Siapa kau? Aku bukan adik orang berengsek itu. Aku baru bertemu dengannya hari ini.” Ucap Mi Jin tak mau mengakui Jung Kok
“Tenanglah. Percayalah kepada kakakmu.” Tegas Jung Kook binggung, Mi Jin mengeluh Jung Kook yang mengaku sebagai kakaknya.
“Kau orang asing.” Teriak Mi Jin. Jung Kook meminta adiknya agar sadar. Mi Jin menjerit kalau Jung Kook yang harusnya sadar.
“Dengar, Nona... Maksudku, Bu. Aku baru bertemu dengan orang berengsek itu hari ini. Aku datang untuk bekerja paruh waktu dan aku berdebat dengannya karena membayar kami sangat rendah. Aku tidak berbuat salah. Ampuni aku.” Ucap Mi Jin pada Hoo Ja.
“Dengar, Pimpinan Park. Adikku tidak melakukan kesalahan.” Ucap Jung Kook membela. Mi Jin mengeluh Jung Kook yang mengakui sebagai adiknya.
“Lepaskanlah dia... Aku tidak tahu kenapa aku dibawa ke sini, tapi...” ucap Jung Kook yang disela oleh Mi Jin ingin tahu alasan ikut dibawa juga
“Lepaskan adikku... Berhentilah bicara. Lepaskan adikku lalu kita akan bicara... Kau hanya membutuhkan aku.” Tegas Jung Kook. Hoo Ja hanya diam sedari tadi melihat adik kakak yang adu mulut.
“Akan kulihat bagaimana kerjamu. Buat dia tidak sadarkan diri sampai kita selesai bicara. Dia terlalu berisik.” Ucap Hoo Ja pada Tuan Choi. 



Mi Jin menjerit panik karena Tuan Choi pasti akan memukulnya. Jung Kook meminta Mi Jin agar diam saja. Tuan Choi akhirnya mendekat dan seketika Mi Jin langsung jatuh pingsan dipelukanya. Jung Kook binggung begitu juga Tuan Choi lalu memastikan menjatuhkan kelantai.
“Diam... Kita tidak punya banyak waktu... Aku menikmati debatnya... Kau hebat... Banyak omong kosong.” Ucap Hoo Ja menyindir
“Kau yang menyebabkan semua ini! Jika kau tidak mencari masalah dengan Mi Young... Jika kau tidak mencari masalah dengan ayah kami, semua ini tidak akan terjadi.” Tegas Jung Kook
“Jangan membicarakan itu. Aku sangat kesal sekarang.. Jadi Jelaskan kepadanya.” Kata Hoo Ja pada Sek Park.
“Han Sang Jin, 28 persen... Kang Soo Il, 35 persen. Yang Jung Gook, 3.9 persen... Ini adalah hasil poling sebelumnya... Kau tahu, bukan? Sekarang pukul 11.55... Dalam lima menit, hasil poling kedua akan keluar. Hasilnya akan menentukan apa yang terjadi kepadamu.” Jelas Sek Park.
“Apa maksudmu? Apa yang akan terjadi kepadaku?” tanya Jung Kook binggung
“Ratingmu sebelumnya adalah 3,9 persen. Untuk setiap penurunan 0,1 poin dalam poin ini, maka kami akan memotong satu jarimu. Jika turun 0,1 persen, ibu jarimu. Jika turun 0,2 persen, telunjukmu. Jika turun 0,3 persen...” kata Sek Park dan Tuan Choi memperlihatkan Jari tengahnya.
“Jika turun 0,5 persen, maka Kau akan kehilangan seluruh tangan kirimu. Jika turun satu persen... Kau harus makan dengan kakimu. Jika turun lebih dari satu persen... Kepalamu akan kupenggal.” Ucap Hoo Ja mengancam.
“Aku sudah memberitahumu, kan? Bahwa jika kau berencana mempermainkan aku, maka kau harus mempertaruhkan nyawamu terlebih dahulu.” Tegas Hoo Ja.
“Kau pasti bingung. Aku bukan pria yang sama seperti dahulu. Sekarang aku kandidat untuk Majelis... Kau tidak bisa menyentuhku lagi. Itulah diriku!” tegas Jung Kook berani melawan.
“Kami akan menyebarkan video bahwa kau akan mundur dari pemilu. Dalam sebulan, tidak ada seorang pun yang akan memikirkanmu. "Ada seorang pria, Aku bertanya-tanya apa kegiatannya sekarang." Hanya sejauh itu mereka akan memikirkanmu.” Tegas Hoo Ja. Jun Kook ingin bicara.
“Tutup mulutmu... Tutup mulutmu dan jangan ucapkan satu kata pun. Aku muak mendengarkanmu sekarang. Seharusnya kau bekerja lebih baik saat aku sudah menyiapkan semuanya untukmu.” Kata Hoo Ja. Jung Kook bertanya apa itu.
“Kau bersikap seperti orang bodoh di televisi. Kini waktu kita tiga menit.”ucap Hoo Ja. Jun Kook panik mendengarnya.
“Setelah tiga menit, nasibmu akan ditentukan.” Tegas Hoo Ja. Tuan Choi siap dengan ponselnya melihat jam dan menghitung mundur. 




Joo Myung masuk ruangan dengan wajah lesu sambil mengeluh karena semua orang bekerja keras, sehingga tidak ada seorang pun di kantor padahal meurutnya sudah usia. Ia pun mengambil salah satu brosur "Yang Jung Gook" dan mulai mengambarnya. 
“Berapa menit lagi?” tanya Hoo Ja di ruangan. Tuan Choi memberitahu satu menit lagi. Jung Kook makin panik. Tuan Choi memberitahu kalau waktunya 30 detik lagi.
“Poling itu tidak berarti... Seringkali hasil poling berbeda dari hasil sebenarnya...” ucap Jung Kook, Hoo Ja langsung menyuruh diam saja. Diam.
“Aku tidak akan mengulangi perkataanku.” Ucap Hoo Ja marah. Tuan Choi menghitung mundur dari sepuluh.
Sementara Joo Myung sedang mengambar wajah Jung Kook dengan tanduk dsb, seperti melampiaskan amarahnya.  Jung Kook mulai berdoa karena hidupnya tinggal tiga detik lagi dan Waktunya habis. Saat itu telp dikantor berbunyi. Hoo Ja pun meminta anak buahnya memberitahu hasilnya dari telp. 

“Apa Kang Soo Il mendapat 40 persen? Naik lima persen?” kata Joo Myung kesal mengeluh dengan Tuan Kang itu sangat beruntung
“Apa dia mendapat bantuan dari langit? Lalu Han Sang Jin? Han Sang Jin mendapat berapa?” ucap Joo Myung
“32 persen... Han Sang Jin mendapat 32 persen.” Kata Hoo Ja. Joo Myung mengeluh kalau Sang Jin mengambil semua suara mereka
“Berapa perolehan Yang Jung Gook?” tanya Joo Myung. Hoo Ja pun ingin tahu Berapa penurunan kandidat mereka.
Jung Kook terus berdoa,  tiba-tiba Joo Myung dan Hoo Ja kaget karena hasilnya Sepuluh persen. Joo Myung memastikan kalau memang melihatnya dengan benar dan meminta agar memeriksa lagi.
“Apa Aku mendapat 10 persen? Itu tidak mungkin. “kata Jung Kook juga tak percaya. Mi Jin sedikit membuka mata bisa mendengar.
“Aku tidak tahu apakah harus tertawa atau bagaimana.” Kata Joo Myung
“Baiklah... Cari tahu bagaimana dia bisa mendapat 10 persen..” kata Hoo Ja menyudahi telpnya. Jung Kook pun tersenyum bahagia.
“Bagaimana jika kita rehat sejenak, Pak? Kau sudah bekerja keras.” Kata Hoo Ja keluar ruangan lalu menelp Joo Myung mengajak untuk bertemu.
“Apa Kakak mendapat 10 persen? Sungguh? Kakak yang terbaik. Aku mencintai Kakak. Kakak tahu aku mencintai Kakak, bukan?” kata Mi Jin terlihat bahagia. 



Hoo Ja datang bertemu dengan Joo Myung ingin tahu Apa yang terjadi. Joo Myung pikir Menurutnya mereka mundur beberapa langkah dan menginjak berlian. Hoo Ja hanya bisa tertawa tapi terpaksa. Mi Young pergi menaiki lift.
Ia melihat  berita di Lift "Yang Jung Gook menerima 10 persen dalam poling” wajahnya tersenyum lalu berita di TV “Istri Kandidat Bekerja Keras dalam Kampanye" sambil membersihkan rumah dan memasak. 


Mi Young makan menu makan dan mengajak ibunya makan. Nyonya Kim membahas Mi Young diskors selama sebulan meminta agar menganggap saja sebagai libur dari pekerjaan dan istirahatlah selama sebulan tapi tetap “ akan mempertahankan mejanya. Mi Young mengucapkan  Terima kasih.
“Dan Mi Young, kau harus segera menyelesaikan masalah Jung Gook.” Ucap Nyonya Kim.
“Bagaimana caraku melakukan itu?” tanya Mi Young binggung. Nyonya Kim pikir Mi Young tidak bisa membiarkan dia tetap melakukan itu.
“Terus terang, bagaimana jika Park Hoo Ja membalas dendam?” kata Nyonya Kim khawatir.
“Aku akan memastikan dia tidak melakukannya.” Ucap Mi Young yakin.  Nyonya Kim bertanya bagaimana cara Mi oung bisa melakukan itu
“Jika dia kalah dalam pemilu, maka kau tidak bisa melakukan apa-apa. Kau tidak bisa mengikutinya 24 jam sehari.” Ucap Nyonya Kim khawatir, Mi Young pun memikirkan caranya.
“Aku harus terkurung di rumah. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Apa yang harus kulakukan?” jerit Mi Young frustasi. Nyonya Kim pikir heran Mi Young yang berpikir tidak bisa melakukan apa-apa. 


Joo Myung duduk bersama Jung Kook dkk mengajak untuk melihat yang dikatakan orang-orang yang akan memilih Jung Kook,  "Dia keren selama debat. Aku terkejut dia menyebut dirinya dan kandidat lainnya penipu. Dia tampak bodoh. Orang bodoh adalah politisi terbaik."
"Apa Dia tampan"? Itu omong kosong. "Caranya yang bersemangat untuk mengalahkan ketakutannya terhadap kekalahan dan mengekspresikan pendapatnya. Dan komentar tajamnya seperti lahar membara membuat jantungku berdebar." Kenapa berandal ini menulis puisi? Ada banyak orang aneh di luar sana.”keluh Joo Myung
“Omong-omong, ini konsensus. Tapi ada banyak perbincangan mengenai istrimu.” Ucap Joo Myung. Jung Kook bertanya apakah in Tentang Mi Young?
“ Ya, beberapa mengatakan mereka akan memilihmu, tapi mereka belum yakin. Sekitar 3 hingga 4 persen. Mereka mengatakan, "Kenapa istrinya tidak membantu kampanye? Apa ada masalah di antara mereka? Jika ada, aku tidak bisa memilih dia.” Ucap Joo Myung
“Jika dia tidak bisa berkomunikasi dengan istrinya, bagaimana dia bisa berkomunikasi dengan masyarakat?" kata Joo Myung membaca komentar.
“Mari kita minta bantuan Mi Young. Dia pasti punya banyak waktu luang.” Kata Hoo Ja
“Kamu tidak boleh mengatakan itu, setelah perlakuanmu kepadanya.” Keluh Jung Kook.
“Istrimu tidak mati, jadi, hentikanlah. Pikirkan saja tentang pemilu ini. Haruskah kuingatkan apa yang akan terjadi jika kau kalah? Aku lelah mengulangi perkataanku.” Kata Hoo Ja.
“Tidak! Jika aku kalah, biarlah. Aku tidak bisa memintanya melakukan itu. Aku tidak bisa menepati satu janji kecil. Bagaimana mungkin aku bisa menghadapinya lagi jika aku memintanya...” ucap Jung Kook lalu kaget melihat yang datang adalah Mi Young



Flash Back
“Mari kita selamatkan dia. Mari kita selamatkan dia lebih dahulu, paham? Meski dia mengacau, dia pria yang kau cintai. Siapa lagi yang bisa membantu dia selain kau? Dia suamimu.” Ucap Nyonya Kim menyakinkan anaknya.
Jung Kook kaget melihat Mi Young yang datang, Mi Young seperti yaki akan membantu suaminya lalu bertanya apakah ada yan bisa dilakukanya.
Bersambung ke episode 19
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 17

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Jung Kook menatap Sang Jin tanpa rasa curiga dan terlihat percaya diri. Sang Jin terlihat melonggo menatap adik iparnya.
Flash Back
Tim sukses Sang Jin mengeluh karena masih  harus memikirkannya dan mengingatkan kalau ini Tujuh persen. Sang Jin hanya bisa diam saja seperti masih berpikir
“Jika kau tidak bisa  membalikkannya selama debat, maka tamatlah riwayat kita” jelas Si pria. Sang Jin mengaku kalau tahu akan hal itu.
“Apakah sulit sekali mengatakan kau akan memberi mereka jalur kereta bawah tanah itu? Akankah seseorang terluka atau mati jika kau menjanjikan jalur kereta bawah tanah itu.” Ucap Si pria
“Politik harus dilakukan setelah perang berakhir. Mari kita menangkan perang ini lebih dahulu. Kita tidak punya waktu mengatakan perang itu buruk ketika peluru sudah berdesing... Tidak... Tidak ada...” tegas Si wanita. 


Sang Jin terdiam lebih dulu lalu dengan yakin mengatakan  akan memastikan Jalur Sinbundang datang ke distrik mereka, itu janji yang dibuatnya. Jung Kook melonggo begitu juga Joo Myung. Sementara yang tim sukses Sang Jin berteriak gembira menonton debat.
“Jika tidak bisa, aku akan merebutnya dari mereka. Aku tergabung dalam Partai Nasionalis bersama Walikota Seowon, Chun Gap Soo. Hanya aku yang bisa mewujudkannya. Aku berjanji akan memberi kalian Jalur Sinbundang.” Ucap Sang Jin dengan sangat yakin. 

Min Young berjalan keluar dari gedung dan sangat yakin, saat itu juga Hoo Ja mengikutinya dari belakang dengan tangan diborgol, sebelum naik ke mobil bertanya pada Mi Young, apakah yakin tidak akan menyesali ini. Mi Young menganguk kalau sangat yakin.
“Baik. Mari kita usahakan sampai akhir.” Ucap Hoo Ja naik ke mobil. Mi Young pun mengajak mereka untuk pergi. 

Di ruang debat
Jung Kook tak percaya dengan keputusan Sang Jin sampai berbicara banmal, lalu mengubah bicara dengan bahasa sopan,  membahas San Jin yang selalu menyatakan bahwa perluasan Jalur Sinbundang...
Flash Back
“Infrastruktur seperti jalur kereta bawah tanah, Harus fokus pada kepentingan publik, alih-alih nilai komersial. Inseo-dong lebih membutuhkan kereta bawah tanah daripada distrik kita.” Ucap Sang Jin pada dua tim suksesnya.
“Mereka kekurangan transportasi umum untuk populasi mereka. Aku yakin itu posisimu. Kenapa tiba-tiba kau mengubah posisimu?” tanya Jung Kook heran.
“Aku salah.” Akui Sang Jin. Jung Kook kaget mendengarnya. Tuan Kang terus mendengar debat keduanya.
“Sima Qian pernah mengatakan politik terbaik adalah mengikuti keinginan masyarakat, kedua adalah memimpin masyarakat, ketiga adalah menceramahi mereka tentang moralitas, dan politik terburuk adalah mengintimidasi mereka dengan hukuman.” Ucap Sang Jin.
“Politik terjahat adalah melawan masyarakat. Aku baru menyadari sekarang bahwa aku mempraktikkan politik jahat. Karena itu aku mengubah posisiku.” Jelas Sang Jin.
“Apa maksudmu tentang politik baik dan jahat? Kenapa kau tiba-tiba membicarakan Sima Qian? Pak Han, bisakah kau jujur? Kau mengubah posisimu untuk memenangkan suara dan kau akan mengubahnya lagi setelah terpilih... Akui saja...” ucap Tuan Kang menyindir.
“Pak Han... Kamu baru memberitahuku kemarin bahwa orang-orang tidak bisa menepati janji yang tidak serius. Jadi, bagaimana kau bisa membuat janji yang tidak serius padahal sudah jelas kau tidak akan menepatinya? Bahwa saat kau menjabat...” ucap Jung Kook
“Kau tidak melakukannya demi suara. Kau melakukannya untuk masyarakat.” Ucap Sang Jin
Jung Kook mengulang yang dikatakan Sang Jin sebelumnya, dan  karena itulah Sang Jin tidak akan mengubah janjinya terkait Jalur Sinbundang dan yakin pasti mengingatnya. Sang Jin menjawab kalau tak ingat, Jung Kook hanya bisa melonggo mendengarnya.
“Apa Kau tidak ingat? Kau mengatakannya kemarin... Kau bergurau, kan? Itu yang kau katakan... Itu yang kamu katakan kepadaku!!!” ucap Jung Kook dengan nada tinggi.
“Aku tidak ingat.” Kata Sang Jin. Jung Kook tak percaya karena mereka sebelumnya membicarakan Mi Young...
“Aku tidak mengatakan hal itu.” Tegas Sang Jin. Jung Kook yakin kalau Sang Jin yang mengatakan hal itu.
“Bahwa kau ingin menjadi benar walaupun kau kalah dan tidak akan melanggar ucapanmu!” tegas Jung Kook dengan nada tinggi.
“Sekian. Pertanyaan berikutnya.” Ucap Sang Jin mencoba mengalihkan. Jung Kook berteriak memanggilnya. Sang Jin pun juga ikut berteriak memanggil Jung Kook.
“Aku ulangi... Aku tidak ingat melakukan percakapan seperti itu denganmu. Apa itu menjawab pertanyaanmu?” ucap Sang Jin. Suasana dalam ruang debat terasa tegang. 

Mi Young terlihat sangat yakin membawa Hoo Ja ke kantor polisi. Sementara Di kantor polisi, Jaksa Choi datang bertanya pada Detektif Koo  Di mana berandal yang ditangkap. Detektif Koo menjawab kalau ada di kantor.
“Kau yakin tentang ini, kan? Atau kita semua akan mati.” Ucap Jaksa Choi menyakinkan.
“Kita punya pengakuan tertulis... Jangan khawatir.” Ucap Detektif Koo. Akhirnya Jaksa Choi mengajak masuk lebih dulu. 

Jaksa Choi melihat Tuan Ma yang masih ada didalam ruangan, dan bertanya Apa yang terjadi pada wajahnya lalu memastikan kalau mereka memukulinya. Detektif Koo mengelak tapi hanya ada kesalahpahaman saat penahanan.
“Itu tidak bagus... Tangkap dia dengan perkataan di masa mendatang, paham? Tapi Dengan perkataan, Maka akan kami coba... Aku Choi Wook Hyuk, seorang jaksa.Firasatku mengatakan kita akan sering bertemu. Jadi, aku memperkenalkan diri kepadamu.” Ucap Jaksa Choi lalu meminta bekas.
"Lalu aku..." Apa yang kau tulis di sini... Apa semua ini benar? Bisakah kamu mengatakan hal yang sama di hadapan hakim?” ucap Jaksa Choi.
Tuan Oh dengan mulut yang masih menyembunyikan bukti mengatakan bisa tapi tak jelas. Jaksa Choi menghela nafas melihat tingkah Tuan Ma akhirnya mengajak mulai dengan yang lainya.
Saat itu seorang pria dengan sepatu hitam yang licin masuk ke kantor polisi, 


Mi Young dengan wajah bahagai berbicara di telp  kalau hampir sampai. Lalu memberitahu Hoo Ja kalau Oh Sung Taek mengaku kepada Jaksa Choi. Hoo Ja hanya tersenyum mengejek. Mi Young mengeluh Hoo Ja itu yang  terus tersenyum sambil mengejek kalau sekarang sudah gila.
“Tidak... Tampaknya kau tidak mengerti apa yang terjadi. Biar kuberi tahu sekarang agar kau tidak terkejut nantinya. Begitu kita tiba di kantormu, maka situasinya akan berubah drastis.” Ucap Hoo Ja sambil memakai body lotionya. Mi Young tak menanggapinya.


“Saat itu dingin sekali. Itu sangat menyakitkan. Angin bertiup dengan keras, dan kami mendaki gunung. Tanahnya beku... Sangat beku...” cerita Tuan Oh.
Saat itu Detektif Lee dan Detektif Koo ikut duduk bersama dengan Detektif Choi. Tuan Ma terus bercerita kalau  menggali tanah... Saat itu Detektif Koo melonggo kaget melihat yang masuk ke ruangan

“Kau akan menghadapi situasi yang sangat sulit. Begini, aku tidak melakukan apa pun yang tidak menghasilkan uang. Lagi pula aku rentenir.”ucap Hoo Ja memperingatkan.
“Kenapa... Kenapa kau ada di sini?” ucap Detektif Koo kaget melihat sosok pria yang dianggap mati tapi ada didepan matanya.
“Kenapa kau sangat terkejut? Apa kau melihat hantu? Apa Kalian semua sudah makan? Jika belum, bagaimana jika kita makan dan minum soju?” ucap Tuan Ma mengejek.
Jaksa Choi binggung bertanya Siapa dia,  Detektif Koo mengaku Tuan Ma adalah seseorang yang dikenal yaitu mereka sebagai alumni. Tuan Ma mengeluh Detektif Ko yang menganggapnya mereka alumni karena ia  tujuh tahun lebih tua.
“Aku Ma Sang Bum... Aku mata-mata Detektif Koo, informan, dan sumber informasi. Jika kalian, para detektif, membutuhkan informasi, maka aku akan melayani kalian dengan baik dengan harga rendah.” Ucap Tuan Ma yakin lalu membagikan kartu namanya.
“Hei... Sung Taek... Apa kau membunuh Ma Sang Bum?” tanya Jaksa Choi kebingungan. Tuan Oh menganguk membenarkan.
“Apa itu Dia?” tanya Jaksa Choi memastikan. Tuan Oh membenarkan. Jaksa Choi heran kalau Tuan Oh yang mengaku membunuhnya, bagaimana mungkin Tuan Ma itu hidup
“Itu masalahnya... Bagaimana bisa dia hidup? Aku yakin telah membunuhnya.” Kata Tuan Oh terihat heran.
“Coba kau Kemari... Itu tampak bagus untukmu...Ini Sama sekali tidak aneh.” Ejek Tuan Oh memakaikan bunga matahari di teliga Tuan Oh.
Tuan Oh pun hanya bisa tertawa. Detektif Koo hanya bisa tertunduk binggung. Jaksa Lee akhirnya bertanya apa sebenarnya yang terjadi.  Detektif Ko mengaku ia juga tidak paham apa yang terjadi karena menerima sebuah tip bahwa Ma Sang Bum sudah mati,
“Apa Aku mati? Kapan aku mati?” ucap Tuan Ma kaget. Tuan Oh hanya bisa tertawa seperti mengejek.
“Oh Sung Taek memutilasimu dan... Hei... Itu yang baru saja kau beritahukan kepada kami.. Kau memberi kami detail seperti itu.” Ucap Detektif Koo frustasi.
“Sung Taek membunuh Ma Sang Bum dengan detail. Sepotong demi sepotong.” Kata Jaksa Choi sambil tertawa.
Detektif Koo ingin menjelaskan, Jaksa Choi terlihat marah akhirnya menyuruh mereka semua keluar dari ruangan. Keduanya bergegas pergi. 



Sang Jin membawa lembaran yang memperlihatkan efek dari Jalur Sinbundang, sambil menjelaskan jika empat stasiun dibangun di antara Inbuk-dong dan Gangnam, akan butuh 14 menit untuk mencapai Stasiun Gangnam.
“Semua hal di Gangnam akan mudah diakses. Kalian juga bisa mengharapkan kenaikan nilai properti. Sama seperti nilai apartemen di Hwanggae yang naik tiga kali lipat dalam tujuh tahun setelah Jalur Sinbundang dibuka pada tahun 2011. Nilai apartemen di Inbuk-dong bisa diharapkan meningkat. .” Kata Sang Jin
“Baik. Terima kasih, Pak Han... Berikutnya, Pak Yang Jung Gook. Silakan nyatakan posisimu mengenai perluasan jalur kereta bawah tanah. Pentingkah memperluas jalur kereta bawah tanah?” tanya Moderator 

“Tidak... Lingkungan kita tidak membutuhkan kereta bawah tanah. Itu pendapatku.. Aku bisa berjanji untuk menambah jalur kereta bawah tanah untuk mendapatkan beberapa suara dan meminta kalian memilihku... Tentu, aku juga bisa melakukan itu... Tapi itu tidak benar.” Jelas Jung Kook.
“Terus terang, jika kita mendapat jalur kereta bawah tanah, berapa dari kalian yang akan naik untuk pergi ke tempat kerja? Ada Berapa banyak? Tidak ada... Semua orang punya beberapa mobil. Siapa yang akan naik kereta bawah tanah?” kata Jung Kook melihat para penonton.
"Kita bisa naik kereta bawah tanah jika ada kemacetan. Kereta bawah tanah lebih cepat." Semua itu hanya alasan. Mari kita lebih jujur di sini.” Kata Jung Kook.
“Hanya ada satu alasan kenapa kita menginginkan jalur kereta bawah tanah. Nilai properti... Nilai properti! Karena jalur kereta bawah tanah akan menaikkan nilai properti. Karena aku akan menghasilkan uang.” Tegas Jung Kook. 


Mi Young akhirnya sampai didepan gedung, lalu memuji anak buahnya yang sudah berkerja keras.  Detektif Ko menelp Mi Young memberitahu kala Ma Sang Bum belum mati, Mi Young kaget mendengarnya.  Detektif Ko memberitahu kalau Jaks Choi sudah pergi.
“Dia tidak mau terseret dalam hal ini. Jika kita kehilangan pengakuan Oh Sung Taek, makakita akan kehilangan semua yang dia katakan kepada kit termasuk semua tentang Baekkyung Capital. Tidak ada yang kredibel.” Jelas Detektif Koo
“Apa maksudmu? Kenapa Ma Sang Bum hidup? Kau bilang kau menerima tip. Detektif Jang sendiri yang menerima telepon itu...” kata Mi Young melihat anak buahnya yang duduk disamping Hoo Ja.
“Menurutku Park Hoo Ja memasang bom. Dia meledakkan Oh Sung Taek agar kita tidak bisa menyentuhnya.”ucap Detektif Koo dengan detektif Lee yang melihatnya dari belakang. 


Mi Young menahan amarah bertanya apa yang dilakuakn Hoo Ja itu. Hoo Ja menyindir Mi Young itu  hanya terpaku kepadanya jadi  Itulah sebabnya tidak bisa melihat situasi. Ia menyindir Mi Young yang membuat kekacauan ini. Mi Young berteriak marah pada Hoo Ja. 

Jung Kook pikir akan membahas topik ini, karena meraka semua dari setiap distrik Seowon. Ia mendengar saat mereka mengatakan kereta bawah tanah mungkin akan dibangun di Inseo-dong, lalu mengadakan demonstrasi, protes dan pergi ke Balai Kota.
“Kalian harus malu.. Kalian menghasilkan cukup uang Karena itu kalian punya apartemen dan mengemudi beberapa mobil, apa aku salah?” ucap Jung Kook yang sempat di sela oleh Tuan Kang dengan nada penuh amarah.
“Siapa kamu?” ucap Tuan Kang marah, Joo Myun hanya bisa menghela nafas. 


Hoo Ja menutup telinganya karena mendengar teriakan Mi Young, lalu mengejek kalau istri Jung Kook itu hanya bekerja keras sampai sekarang menjadikan rivalnya.
“Keserakahanmu tidak kenal batas.” Teriak Jung Kook marah. Tuaan Kang makin marah dengan Jung Kook yang berani menceramahinya.
“Mari berbagi.... Mari berbagi kekayaan!” teriak Jung Kook. Tuan Kang makin marah.
“Karena aku sudah di sini, maka aku harus menyerahkan pengaduan perdata.” Kata Hoo Ja yang sudah sampai didepan kantor polisi.
Jangan hanya makan daging sapi sendirian. Mari berbagi daging bersama... Daging juga enak.” Ucap Jung Kook.
“Siapa kau? Dari mana asalmu?” teriak Tuan Kang berdiri sambil marah.
“Aku penipu!.. Penipu.... “ ucap Jung Kook. Joo Myung melonggo. Seung Yi dkk menonton dirumah pun shock, keluarga Jung Kook pun hanya bisa terdiam mendengarnya.  Sementara Jung Kook merasa sangat melegakan mengatakannya.
Hoo Ja akhirnya turun dari mobil dengan tangan diborgol, sambil bertanya Di mana Kantor Kepalanya. Anak buahnya pun dibawa masuk ke dalam kantor, Detektif Koo melihat Hoo Ja yang naik lift dengan tangan diborgol.
“Sudah berapa lama kau menjadi mata-mata Park Hoo Ja?” ucap Mi Young pada Detektif Jang. Detektif Jang binggung memilih untuk turun dari mobil.
Nyonya Kim menerima kabar tentang kekacauan yang terjadi. Mi Young tak bisa menahan emosi masuk kantor polisi dan langsung memberikan pukula pada Detektif Jang. Detektif Koo dan yang lainnya mencoba untuk merelai.




Hoo Ja masuk ruangan dengan tangan yang masih diborgol, lalu duduk didepan Nyonya Kim menyindir pasti tahu alasanya datang ke ruanganya.  Ia pikir Walaupun mereka butuh penahanan ini, tapi polisi tidak seharusnya memalsukan kasus.
“Jadi Haruskah aku melayangkan petisi nasional? Kudengar itu trend baru.” Sindir Hoo Ja. Nyonya Kim ingin bicara tapi Hoo Ja kembali bicara.
“Ini bukan tahun 80-an. Menuduh seorang pengusaha atas pembunuhan hanya karena kau tidak menyukaiku... Akankah kau melakukan kesalahan ini lagi, ya atau tidak?” kata Hoo Ja mengejek.
“Aku tidak akan melakukan kesalahan seperti ini lagi. Tidak ada kesalahan. Maaf.” Ucap Nyonya Kim yakin.
“Kau tahu apa yang terjadi jika ini terjadi lagi... Kau juga akan terluka.” Jelas Hoo Ja
“ Itu terserah kepadamu. Jika ini terjadi lagi, kami tidak akan melakukan kesalahan.” Balas Tuan Kim
“Kau masih tidak memahami posisimu... Pikirkanlah. Jika aku seseorang yang bisa kau atau Kim Mi Young tangkap, aku tidak akan mencapai sejauh ini, mengalahkan kakak-kakakku dan memanfaatkan banyak orang... Aku tidak semudah itu. Aku sangat sulit.” Tegas Hoo Ja.
“Omong-omong, tolong tegur mereka yang terlibat. Aku akan memeriksanya... Terutama Kim Mi Young. Hukum dia... Jangan mencoba membebaskannya dengan cuti paksa. Kau harus bekerja keras. Jangan lupa mengambil lembur.” Ucap Hoo Ja keluar dari ruangan sambil mengejek. Nyonya Kim mengumpat kesal. 



Di lobby kantor polisi, Semua anak buah Hoo Ja meminta agar dilepaskan borgolnya. Hoo Ja datang menemui Mi Young mengulurkan tanganya agar membuka borgolnya. Mi Young membuka dengan tatapan sinis.
“Aku sudah memberitahumu jangan berpikir memakaikan ini kepadaku... Sampai jumpa nanti... Ada lebih banyak urusan yang mengikat kita.” Ucap Hoo Ja memperlihatkan borgol lalu berjalan pergi. Tuan Choi pun mengajak pergi anak buahnya pergi. 


 Detektif Ko kebingungan bertanya, apa yang akan terjadi kepada merkea sekarang dan mungkin sesuatu terjadi kepada Mi Young. Mi Young pikir  yang melakukan kontak, dan itu operasinya jadi  ia yang akan menanggung kegagalan ini.
“Kalian berdua sudah bekerja keras.” Ucap Mi Young mencoba untuk menenangkan anak buahnya. 
Hoo Ja akhirnya keluar ruangan memuji Tuan Ma  yang Kerja bagus dan merasa senang karena sudah membiarkannya hidup. Tuan Ma pikir tak masalah menurutnya Jika Hoo Ja membutuhkan hal lain... Hoo Ja pikir  Itu tidak akan pernah terjadi.
“Jadi, enyahlah... Wajahmu membuatku mual.” Ucap Hoo Ja sinis.  Tuan Ma menganguk mengerti.
“Tapi Hoo Ja, aku membersihkan kotoran dan kencing Dirut, tapi itu kelewatan. Apa Kau tahu popok orang dewasa? Bolehkah aku...”ucapTuan Ma
“Aku tidak akan menggunakannya Lebih baik dilakukan oleh seseorang.” Kata Ho Ja
“Aku akan pergi sekarang. Tidak, aku akan enyah.” Ucap Tuan Ma lalu beranjak pergi.
"Ma adalah kotoran dan kencing Kotoran dan kencing adalah Ma, Ma adalah kotoran dan kencing Kotoran dan kencing adalah Ma" Aku tidak bisa menyukai pria itu.. Semuanya, pulanglah. Kerja bagus.” Kata Hoo Ja pada anak buahnya.
Sek Park duduk di belakang kemudi, bertanya pada Hoo Ja kemana merea akan pergi. Hoo Ja mengatakan untuk kembali ke kantor dan ingin tahu Tapi apa yang terjadi dengan Jung Gook. 

Bersambung ke episode 18

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09