PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 15 Desember 2016

Sinopsis The Man Living In Our House Episode 16 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

[1 tahun kemudian]
Na Ri keluar dari pintu kedatangan dengan teman dan Yeo Joo setelah melakukan tugasnya sebagai pramugari.  Yeo Joo membahas tentang kartu tarot, Junior Na Ri memberitahu kalau ia akan bertemuseorang pria tahun ini. Sementara Junior yang lain menerima ramalan kalau ia  akan menetapkan tanggalnya.
“Wow. Tahun ini juga sudah hampir habis... Na Ri Sunbae, ayo kita juga membaca kartu tarot.” Ucap Yeo Joo merangkul tangan Na Ri
“Jangan memintaku untuk melakukan hal-halseperti itu bersamamu.” Kata Na Ri menarik tanganya.
Nan Gil datang semua pun menyapanya dengan sopan,  karena sering melihatnya. Yeo Joo melihat Nan Gil yang semakin tampan merasa kalau N Ri pasti merasa gugup. Mereka pun berpisah meningalkan Na Ri berusaha saja dengan Nan Gil. 

“Dia selalu menjemputnya sejak dia kembali bekerja.Itu pasti tidak mudah. Dia juga tidak pernah terlambat.” Ucap dua Junior Na Ri yang terlihat iris
“Kau tidak bisa belajar dari itu.Mereka bukan pasangan biasa.Mereka bahkan tidak pernah bertengkar.” Kata Yeo Joo merasa tak percaya dengan pasangan Na Ri dan Nan Gil 

Na Ri melihat Nan Gil selalu  berdandan berlebihan setiap kali datang menjemputnya. Nan Gil tak merasa seperti itu, akhirnya mengaku kalau berusaha keras untuk bisa mengesankan. Na Ri bertanya  mengesankan siapa.
“Tentu saja kau.. Kita tidak bertemu selama satu hari.” Ucap Nan Gil
“Jangan berdandan lagi. Kenakan pakaian yang nyaman.” Kata Na Ri, Nan Gil hanya menatapnya.
Na Ri heran melihat tatapan Nan Gil padanya, Nan Gil memuji Na Ri yang terlihat sangat cantik. Na Ri bertanya-tanya apa yang merasuki tubuhny padanya itu karena menatapnya sepanjang waktu dan merasa  kalau Nan Gil melakukan sesuatu yang salah, dan menduga tentang restoran. Nan Gil pikir lebih baik tak perlu memuji lagi nanti dan mengajaknya pergi.  Na Ri mengatakan ingin pergi ke suatu tempat.

Duk Bong dan Tuan Kwon duduk bersama tapi terlihat tak bisa berkata-kata. Tuan Kwon akhirnya memberitahu kalau perusaahan mereka hancur karena anaknya. Duk Bong meminta ayahnya jangan cengeng karena dirinya itu tak buta dan bisa melihatnya.
“Aku merasa sangat aman sekarang karena CEO kami. memiliki landasan untuk berdiri di atasnya.” Kata Tuan Kwon bangga, Duk Bong heran dengan yang dikatakan ayahnya.
“Duk Bong.... Aku mengaku salah... Aku bertemu dengan Seo Young dan berlutut, serta memperbaiki hubunganmu yang rusak. Ini Bukan berarti ada dendam yang mendalam, selain itu Sepertinya dia juga belum bisa merelakanmu.” Kata Tuan Kwon
“Sudah aku katakan untuk tidak menyentuh kehidupan pribadiku.” Tegas Duk Bong
“Kami bergabung dengan Grup Seo Won dan pernikahanmu dengan Seo Young sebagai dasarnya. Mari kita tetapkan tanggalnya.” Kata Tuan Kwon
“Aap kalian akan bergabung... dan memecat karyawan?” sindir Duk Bong
“Kami bukan lembaga amal! Kami perlu membuat uang yang hilang!” tegas Tuan Kwon marah
Duk Bong merasa Ketua Kwon itu lupa apa yang dimiliki dari ayahnya, lalu menegaskan kalau sdang berkencan dengan seseorang. Tuan Kwon terlihat kaget mendengarnya. 


Na Ri dan Nan Gil pergi ke peramal tarot untuk masa depannya, Si peramal pun mulai mengocok kartu dan menaruhnya diatas meja, Nan Gil terlihat tak suka dibawa ke peramal hanya memperlihatkan wajah cemberut. Si peramal meminta mereka memilih dua kartu.  Nan Gi akhirnya memilih dua buah seperti yang diminta oleh Na Ri
“Hampir mustahil untuk melihatnya... Ini Kartunya lengkap... Kau sudah mencapai segalanya. "Legenda"... Tuan Ko Nan Gil, kau legenda.” Kata si peramal mengangkat satu kartunya, Nan Gil kaget si peramal bisa tahu julukanya.
“Berikutnya..."Ekspansi". Kau pasti mengembangkan bisnismu.” Kata Si peramal. Na Ri kaget bertanya Bisnis apa yang dikembangkannya sekarang.
Nan Gil langsung menarik Na Ri untuk segera pergi, Na Ri menahanya karena ingin juga mencobanya, si peramal mempersilahkan Na Ri mengambil kartunya, Nan Gil ingin cepat menarik Na Ri dan tangan Na Ri sempat menyentuh satu kartu sebelum pergi. Si peramal melihat satu kartu yang dipilih Na Ri, merasa iri karena ternyata keduanya memang sudah ditakdirkan bersama. 

Na Ri melihat Nan Gil duduk didepanya karena yakin ingin mengatakan sesuatu, dan kenapa bisa terkejut saat peramal menyebutkan bisnis. Nan Gil mencoba mengalihkan dengan menyuruh Na Ri makan kuenya dulu. Na Ri mengomel dengan Nan Gil yang  mencoba memberi banyak gula.
“Aku akan memberitahumu... setelah kau beristirahat.” Kata Nan Gil
“Aku tidak murung. Aku tidak stres dan aku tidak memiliki insomnia. Jadi aku bisa menangani apa pun, sekarang Katakan kepadaku.” Ucap Na Ri penasaran
“Ayah dan pamanmu...” kata Nan Gil. Na Ri langsung panik bertanya-tanya apa yang mereka lakukan kali ini?
“Mereka menandatangani kontrak waralaba Pangsit Hong.” Kata Nan Gil, Na Ri kaget 

Flash Back
Sepasang pria dan wanita masuk ke dalam restoran Hong, yang sangat ramai lalu melihat kebagian dapur dengan Ha Ni  dan Joon sedang membuat kulit dumpling. Mereka mencicipi dumpling, sang istri mengajak agar mereka segera menandatangani.
Tuan Hong dan Paman Shin bertemu dengan pasangan suami istri di sebuah restoran. Sang suami memuji kalau dumpling milik restoran Hong adalah yang terbaik yang pernah dirasakan. Tuan Hong pun memberikan kartu namanya.  Paman Shin pun membahas kalau mereka pasti sudah melihat  program TV itu.
“Tuan Hong ini... melakukan perjalanan untuk menemukan ahli pangsit yang masih tersembunyi. Tapi orang-orangnya mencari dia di TV, jadi dia mengakhiri ekspedisinya dan kembali ke restoran.” Ucap Paman Shin menyakinkan dengan membantu Tuan Hong membuka jaketnya.
“itu benar. Aku mengenakan pakaian chef ini... untuk memulai hidup baru. Dan menantuku, Ko Nan Gil, akan mengajarimu bagaimana cara mendapatkan rasanya.” Ucap Tuan Hong menyakinkan.

Akhirnya mereka pun membuat perjanjian diatas kertas dan Tuan Hong serta sepasang suami istri melakuan kerja sama dengan foto didepan surat perjanjian mereka.
Nan Gil pun menceritakan yang terjadi, Na Ri dengan senyuman merasa kalau itu yang paling hebat,  Nan Gil mengeluh apa yang bagus dari hal itu. 


Keduanya pun naik mobil bersama,  Na Ri pikir ini hal terbaik yang ayah dan Paman lakukan sejauh ini. Nan Gil tahu kalau Na Ri pasti sangat bahagia dan bertanya bagaimana bisa menyimpannya. Na Ri memberitahu kalau ini hanya ada di Seoul sekarang, tapi bayangkan Pangsit Hong ada seluruh negara.
“Bagaimana kalau "Pasangan Terbang" sebagai tema pemasaran?” ucap Na Ri, Nan Gil bingung mendengarnya.
“Ko Nan Gil dan Hong Na Ri... Pasangan Terbang Pangsit Hong. "Pangsit Hong. Mari kita berjalan di jalan berbunga."” Ucap Na Ri penuh semangat
“Kau bahkan tidak suka pangsit.” Ejek Nan Gil, Na Ri mengaku kalau  sangat menyukainya sekarang.
“Kau tidak tahu bagaimana cara membuatnya.” Ucap Nan Gil, Na Ri merasa bisa cepat belajar dan akan belajar mulai hari ini. Nan Gil mengeluh kalau mereka sedang dalam kesulitan sekarang.


Duk Bong mondar mandir di dalam ruangan teringat ucapan ayahnya “ Aku bertemu dengan Seo Young dan berlutut, serta memperbaiki hubunganmu yang rusak. Ini Bukan berarti ada dendam dalam. Sepertinya dia juga belum bisa merelakanmu.”
Yeo Joo baru saja akan berjalan pulang, wajahnya tersenyum melihat yang menelpnya. Lalu menyapa Duk Bong kalau pasti lupa yang dikatakan kalau  meneleponnya maka akan menganggap mereka sedang berkencan. Duk Bong mengatakan kalau mereka bisa mendiskusikannya nanti.
“Aku ingin kau melakukan salah satu sandiwaramu. Sebuah skenario balas dendam untuk saat ini.” Ucap Duk Bong
“Kau bilang Sebuah skenario balas dendam? Apa Karena cinta masa lalumu?Astaga.... Duk Bong..Hanya pecundang yang melakukan itu.” kata Yeo Joo panik
“Hei.. Siapa kau berani menyebutku pecundang? Apa kau pikir aku akan melakukan itu?” kata Duk Bong, Yeo Joo pun bertanya siapa yang dimaksudnya. Duk Bong mengatakan kalau itu ayahnya. Yeo Joo kaget kalau harus bertemu dengan Ayah Duk Bong.  

Yeo Joo sudah mengunakan pakaian rapih dengan sebuket bunga dan sekeranjang buah. Duk Bong sudah menunggu dan melihat Yeo Joo membawa barang ditanganya. Yeo Joo memberikan semua membarang-barangan pada Duk Bong dan memberikan tanda terimanya. Duk Bong binggung karena struk ada untuk pembelian Sebuah tas dan pakaian.
“Apa kau pikir aku yang memiliki pakaian kuno semacam ini? Aku menulis nomor rekeningku pada tanda terima itu. Kartu kreditku hampir mencapai limitnya. Jadi Tolong segera menyetorkannya.” Ucap Yeo Joo, Duk Bong pun setuju.
“Sudah setahun... Jadi Duk Bong. Apa yang harus aku lakukan?” kata Yeo Joo masuk ke dalam mobil. 

Duk Shim terlihat lebih feminim dengan memanjangkan rambutnya dan juga menyapa sang ayah. Tuan Kwon pun menerima sapaannya dan juga Nyonya Kwon memberitahu anaknya kalau  pacar kakaknya  akan datang mereka pun duduk bersama menunggunya.
Yeo Joo datang menyapa Tuan Kwon saat masuk ke dalam ruangan,  Duk Shim melonggo melihat Yeo Joo yang datang mengaku sebagia pacar kakaknya.  Duk Bong pun memperkenalkan Yeo Joo kalau Tuan Kwon adalah orang tuanya. Yeo Joo pun memperkenalkan namanya.
“Ini Mengagumkan. Bukankah dia terlihat seperti Seo Young? Ah... Dia benar-benar seperti Seo Yeoung” kata Nyonya Kwon yakin
“Tuan Ketua. Apa yang kita lakukan tentang mergernya sekarang?” kata Duk Bong, Tuan Kwon yang sedari tadi melonggo hanya bisa terdiam. 

Duk Shim bertanya pada keduanya apakah berkencan, Duk Bong mengatakan tidak dan Yeo Joo membenarkan. Duk Shim mengeluh keduanya yang memiliki jawabanya berbeda, lalu menegaskan tak peduli menyuruh keduanya melakukan yang dinginkan saja lalu keluar dari ruangan.
“Aku sudah katakan kalau kau menelepon, kita berkencan, jadi ayo kita berkencan.” Ucap Yeo Joo kesal, Duk Bong sengaja memalingkan wajahnya tak mau menatapnya.
“Pertama-tama, kenapa kita tidak menjadi teman dan saling mengenal?” kata Duk Bong, Yeo Joo tersenyum mendengarnya. 

Na Ri dan Nan Gil duduk dipinggir danau bersama. Nan Gil memberitahu  akan sibuk mulai sekarang. Na Ri mengaku tak masalah dengan hal itu. Nan Gil memberitahu kalau ia akan jarang melihatnya, Na Ri bisa mengerti. Nan Gil mengatakan mungkin tidak bisa menelepon, Na Ri mengerti.
“Apa Kau akan datang kalau aku memintanya?” ucap Nan Gil, Na Ri membenarkan, Nan Gil pikir Na Ri akan menyuruhnya mencari uang saja, Na Ri kembali menganguk.
“Apa boleh aku menemui wanita lain?” goda Nan Gil, Na Ri tersadar dan langsung berteriak marah, Nan Gil tersenyum melihatnya. 

“Untuk petani pemula, satu tahun adalah... waktu untuk belajar musim semi, panas, gugur, dan dingin. Seperti itulah satu tahun hubungan kita.” Gumam Na Ri
Nan Gil menyedot debu dilantai dengan wajah cemberut, memberitahu tahu Na Ri kalau hari ini adalah  hari libur yang jarang, menurutnya tak perlu untuk membersihkan rumah. Na Ri sibuk melihat barang-barang diatas meja melihat sebuah keranjang agar membuangnya karena hanya memenuhi ruangan. Nan Gil menolak dan menaruhnya kembali diatas meja.
“Ini adalah hari libur yang jarang. Haruskah kita membersihkan sepanjang hari?” keluh Na Ri kesal
“Kau yang ingin membersihkan rumah.” Kata Nan Gil dengan nada tinggi
“Kau meninggikan suaramu kepadaku sekarang. Kau marah kepadaku, kan?” ucap Nan Gil
“Kau jengkel tentang sesuatu yang lain, kan?” balas Nan Gil, Na Ri mengak kalau marah karena ayahnya
“Kenapa kau melampiaskannya kepadaku?”keluh Nan Gil, Na Ri pikir dengan siapa lagi melampiaskanya. 

“Kita berdebat tentang hal-hal kecil. Kita berbicara tentang masa lalu.”
Keduanya duduk di pinggir danau sambil mendengarkan musik, Na Ri merasa  sudah berpikir, tentang perjalanan ke Yeosu kalau yang diingatnya adalah Nan Gil meminta maaf. Mereka bahkan tidak bisa makan sashimi di pantai dan menyalahkan Nan Gil. Nan Gil heran kenapa Na Ri tiba-tiba mengungkit hal itu.
“Aku tiba-tiba teringat... Tapi tetap saja. Itu adalah hari yang menyenangkan Bahkan Lautnya juga cantik.” Ucap Na Ri dengan senyuman, Nan Gil pun ikut tersenyum. 

“Kita berbicara tentang masa depan.”
Keduanya menuntun sepeda menyusuri jalan desa. Na Ri membayangkan kalau mereka menikah, lalu bertanya apakah Nan Gil ingin punya anak. Nan Gil mengangguk. Na Ri bertanya berapa banyak yang dimilikinya,  Nann Gil pikir Mungkin 2 atau 3 dan bertanya balik pada Na Ri.
“Apa kita akan memiliki anak secara terpisah? Haruskah kita tinggal di sini selamanya?” ucap Na Ri
“Apa maksudmu kau ingin memiliki anak dan tinggal di sini?” goda Nan Gil, Na Ri tak menjawab ingin pergi dengan alasan udara sangat dingin.
Tiga karyawan dan Duk Shim menghias pohon natal, mereka semua terlihat bahagia merayakan hari natal. 

“Dan kita menghabiskan saat-saat bersama.”
Na Ri baru keluar dari pintu kedatangan pesan Nan Gil masuk “ Aku sibuk lagi. Aku akan datang ke terminal bus” Na Ri pun bisa mengerti. Yeo Joo berkomentar kalau sulit untuk melihat Nan Gil akhir-akhir ini. Na Ri mengatakan kalau Nan Gil  sedang sibuk.
“Aku tahu, Dia sangat sibuk.Dia juga populer dengan wanita.” Ucap Yeo Joo, Na Ri binggung Yeo Joo bisa mengetahuinya.
“Apa kau belum melihat halaman sosial media Pangsit Hong ? Karena semakin banyak lokasi waralaba yang buka, maka lebih dan lebih banyak orang datang ke restoran untuk belajar bagaimana membuat pangsit. Coba kau Lihat  berapa banyak orang yang berfoto bersama Nan Gil, Dia seperti seorang selebriti dan sangat populer di kalangan wanita.” Ucap Yeo Joo merasa Na Ri tak mengetahuinya, Na Ri pun melihat Nan Gil yang banyak foto dengan wanita.

“Pangsit Hong lebih terkenal...Daripada museum robot di Seulgi-ri sekarang.” Kata Yeo Joo, Na Ri seolah tak peduli mengembalikan ponsel Yeo Joo lalu bergegas pergi. 
Keduanya sudah berganti pakaian dan pergi ke bagian toko kosmetik, Yeo Joo sibuk mencoba salah satu cream ditanganya. Na Ri mengaku senang Nan Gil memiliki lebih banyak teman dan sibuk, selain itu pacarnya itu bisa menjalani hidup orang biasa.
“Aku senang karena kau senang. Tapi aku khawatir... Bagaimana kalau dia jadi terlalu asyik dengan pekerjaannya...lalu terlewat satu atau dua tahun lagi? Jangan tinggal di Seulgi-ri, merasa kesepian. Cari saja tempat di Seoul.” Ucap Yeo Joo

“Tentu. aku senang dengan apa pun.”kata Na Ri, Yeo Joo mengaku senang kalau Na Ri juga merasa senang.
“Apa yang membuatmu senang?” tanya Na Ri
“Sunbae... Seseorang seperti Nan Gil... adalah paling banyak satu dalam sejuta. Jangan cemburu hanya perempuan lain seperti dia.” Pesan Yeo Joo, Na Ri mengaku tidak cemburu. Yeo Joo tiba-tiba memeluk Na Ri.
“Aku juga ucapkan Terima kasih.Berkat kau,aku jadi semakin dewasa, setidaknya sedikit.” Kata Yeo Joo, Na Ri menyindir kalau manusia itu tidak berubah. Keduanya pun tertawa bersama. 

Mereka pun berpisah dan Na Ri melihat kembali foto-foto Nan Gil pada SNS dengan bebarapa artis, senyumanya terlihat bahagia karena Nan Gil sekarang berbeda. Sementara Nan Gil sedang sibuk mengajar para waralaba membuat adonan kulit dumpling.
“Adonan kulit adalah setengah dari rasa pangsit, jadi kau harus mengaduk dengan perasaan. Ingat bagaimana rasanya saat itu diremas dengan cara terbaik.” Ucap Nan Gil lalu menyerahkan tugasnya pada Yong Kyu
“Baiklah kalau begitu. Aku akan mengambil alih dan memeriksa adonanmu.”kata Yong Kyu tapi pandangan semuanya tertuju pada Nan Gil yang berjalan pergi. 

Nan Gil sibuk membereskan meja, tiba-tiba dikagetkan dengan panggilan Wan Shik dengan senyuman lebar. Wang Shik melihat Tempat ini belum berubah. Nan Gil melihat temanya tak percaya, lalu menawarkan kalau akan berkerja direstoran Wan Shik mengejek temanya itu bodoh.
“ Apa kau pikir aku akan bekerja di bawahmu?” ucap Wan Shik, Nan Gil seperti tak sadar lalu menawarkan dumpling dengan isi kimchi atau tahu. 

Nan Gil terburu-buru keluar dari restoran dan melihat Na Ri sudah ada datang dengan membawa koper padahal ingin menjemput diterminal bus, dan seharusnya menelepon dari terminal atau naik taksi karena khawatir akan kedinginan Na Ri kedinginan, Na Ri mengaku tidak kedinginan karena naik taksi dan jalan dari terminal.
“Aku merindukanmu.” Tanya Nan Gil mengakuinya, Na Ri bertanya seberapa banyak rindunya itu. Nan Gil menjawab “Banyak.” Na Ri ingin tahu banyak seperti apa.
“Setiap kali aku mengaduk adonan atau membuat pangsit. Dari saat aku terbangun sampai aku tertidur.” Kata Nan Gil, Na Ri tersenyum mendengarnya. 

Keduanya pun duduk bersama, Na Ri mengatakan akan mencari tempat di Seoul. Nan Gil menanyakan alasanya,  Na Ri merasa kalau Akan melelahkan untuk bolak-balik, dan bisa datang berkunjung jadi ingin sendirian. Nan Gil langsung menolaknya.
“Aku tidak perlu izin. Kau bukan ayah tiriku.” Tegas Na Ri, Nan Gil juga tahu kalau bukan ayah tirinya.
“Ada sebuah kamar studio bagus yang tersedia.” Ucap Na Ri
“ Kalau begitu dapatkan tempat itu, maka Aku akan bolak-balik dari sana.” Ucap Nan Gil
Na Ri binggung dengan ucapan Nan Gil, Nan Gil menyuruh Na Ri meminum kopinya. Na Ri menolak karena ingin berhenti dan tidak bisa tidur. Nan Gil tetap ingin Na Ri menghabiskanya, Na Ri tetap menolak lalu menyadarkan kepala di bahu Nan Gil karena lelah karena penerbangan yang panjang.

Nan Gil meliriknya dan melihat Na Ri sudah memejamkan matanya lalu memanggilnya, Na Ri masih menyahut seperti setengah tertidur. Saat ketiga kali memanggilnya Na Ri sudah tertidur pulsa, Nan Gil pun meminum habis kopi dalam cangkir dan terlihat tulisan (Maukah kau menikah denganku?) wajahnya pun hanya bisa melas karena tak berhasil membuat Na Ri melihatnya.
Nan Gil membuat tulisan berjalan dengan ponselnya “Menikahlah denganku.” Serta mengunakan topi pesta seperti anak kecil. Na Ri  tiba-tiba datang, Nan Gil yang panik malah menyembunyikan ponselnya, Na Ri bertanya apa yang sedang dilakukanya, Nan Gil pun buru-buru melepaskan topinya lalu pergi.

Malam hari, Nan Gil sedang membuat adonan kulit. Na Ri datang melihat sebuah boneka diatas meja restoran, Nan Gil tersenyum karena Na Ri menyadarinya. Na Ri merasa kalau seorang pelanggan pasti meninggalkannya. Nan Gil pikir tak mungkin pelanggan  Meninggalkan sesuatu sebesar ini lalu menekan bagian tubuh boneka.
“Hei... Kenapa kau menyentuh bonekanya?” kata Na Ri heran, Nan Gil pun terlihat gugup menarik tanganya.
“Aku akan terbang besok pagi, jadi akan tidur lebih cepat.” Kata Na Ri, Nan Gil mengerti dan Na Ri pun pergi meninggalkan restoran.
Nan Gil yang kesal memukul kepala beruangan dan terdengar suaranya, “Menikahlah denganku.” Beberapa kali. Na Ri yang belum keluar restoran tersenyum mendengar cara Nan Gil ingin melamarnya tapi tak berhasil. 


Nan Gil dan Na Ri pergi ke sekolah mereka dulu, Nan Gil mengingat saat masih SD melihat Na Ri yang duduk diatas permainan. Setelah beranjak remaja, Nan Gil diam-diam melihat Na Ri dengan membawa payung ketika hujan turun. Saat dewasa, Nan Gil juga melihat Na Ri dengan seragam pramugari berjalan di samping mobilnya.
Mereka bertemu saat didepan pemakanan ibu Na Ri, dengan Nan Gil yang berpura-pura kalau tidur siangnya sangat nikmat. Na Ri mengingat itu sebagai pertemuan pertamanya, lalu Nan Gil yang mabuk jatuh dipelukanya meminta agar mempercayainya.
Na Ri pun berlari memeluk Nan Gil dengan memeluknya sangat erat, meminta maaf sambil menangis karena tidak mengingat apapun. Lalu Nan Gil menciumnya untuk menyatakan perasanya yang tersimpan cukup lama. Ia juga mengucapkan selamat datang pada Nan Gil pada kehidupanya Hong Na Ri. Nan Gil pun memberikan ciumanya setelah melewati kesempatan beberapa kali. 


Nan Gil mengajak Na Ri masuk ke dalam sekolah mereka dulu, mereka pun masuk ke dalam sebuah kelas dengan papan dengan banyak lukisan yang tertempel. Na Ri berhenti saat melihat sebuah gambar sepasang pengantin dengan tertulis sebuah lamaran [Hong Na Ri, maukah kau menikah dengaku?]
“Pertama kali aku mengatakan apa yang aku rasakan... aku mengatakn “Maafkan aku... karena sudah mencintaimu.”  Aku menyesalinya. Lalu Kedua kalinya...Aku mengatakan “Ayo kita berkencan sebagai pasangan biasa yang bisa melakukan apa saja.” Aku pikir kita akan berpisah. Sekarang, akhirnya, Aku berjanji untuk menghabiskan setiap saat bersamamu.” Ungkap Nan Gil mengingat semua ucapanya.
“Hong Na Ri... Maukah kau menikah denganku?” kata Nan Gil melamarnya dengan sekotak cincin, Na Ri pun mengangguk setuju, lalu Nan Gil pun memasangkan cincin dijari Na Ri. Keduanya pun terlihat bahagia. 

Yong Kyu dkk sedang bersiap-siap. Joon membahas tentang Yong Kyu dan Duk Shim apakah yang tetap berhubungan. Yong Kyu pikir Duk Shim  baik-baik saja karena ia memiliki banyak penggemar gadis selain Duk Shim, Joon  mengejek menurutnya bukan gadis tapi para Ahjumma.
“Apa kau tidak melihat para siswa berbaris untuk bisa berfoto?” ucap Yong Kyu membela diri.
“Terserah. Mereka semua adalah Ahjumma.” Ucap Ha Ni, Yong Kyu kesal menyuruh mereka mengerjakan perkerjaan sendiri saja dan bergegas pergi. 

Yeo Joo datang menjenguk ayahnya dengan membawa kue, ibunya pun membagikan pada pasien sebelahnya dengan bangga mengatakan  kalau anaknya itu pramugari. Yeo Joo tersipu malu mendengarnya. Ayahnya pun dengan bangga kalau anaknya itu sangat cantik. Ketiganya terlihat bahagia. Bahkan Yeo Joo mau menyuapi kue untuk ayahnya.
Tuan Kwon terlihat memberikan perhatian pada anaknya dengan bermain dengan anak bungsunya dan juga Duk Shim. Duk Bong masuk ruangan melihat keluarganya, Tuan Kwon bertanya kenapa Duk Bong masih betah tinggal didesa padahal tidak akan membangun resort.
“Berkemas... dan kembali ke perusahaan”Ucap Tuan Kwon
“Keluarga kita akhirnya pulih. Jadi Biarkan aku bebas.” Kata Duk Bong
“ Dia benar... Sangat menyenangkan untuk sesekali turun ke desa” ucap Nyonya Kwon, Soon Rye datang ke ruangan.

“Apa kau tidak bisa memakai sesuatu yang berbeda?” keluh Tuan Kwon, Soon Rye mengaku kalau itu adalah gaya pakaianya.
Nyonya Kwon berisik pada anak bungsunya, Kwon junior memanggil ayahnya dan bersikap manja di pelukan ayahnya. Tuan Kwon yang selama ini dingin memeluk anaknya dengan wajah bahagia bahkan bersikap mengikuti gaya anak bungsunya. 


Tuan Hong dan Paman Shin duduk bersama dengan Nan Gil dan Na Ri didepanya, Tuan Hong bertanya kapan mereka akan menikah dan mengusulkan pada musim semi saja, karena akan menyenangkan pada saat bunga sedang bermekaran. Paman Shin pun menyuruh mereka cepat saja menikah, Nan Gil dan Na Ri hanya tertawa.
“Mencintai seseorang... adalah mencintai orang itu keluarga mereka, dan sejarah mereka.”
Keduanya pun membuat dumpling di restoran, Nan Gl memberikan nama adonan dumplingnya kalau  Pangsit Hong adalah milik Hong Na Ri, lalu Na Ri menyahut kalau itu milik Ko Nan Gil juga.
“Dan mencintai seseorang... adalah melewati jalan hidup bersama seperti keluarga.”
Keduanya berjalan bersama di pingir danau dengan saling bergandengan tangan.
THE END

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar