PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 28 Desember 2016

Sinopsis Hwarang Episode 3 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

A Ro memukul kepalanya ke atas meja seperti ayam yang sedang mematuk makanan, temanya bertanya apa yang salah dengan kakaknya itu, A Ro merasa kalau Moo Myung itu tidak bisa menjadi kakaknya tapi temanya yakin kalau itu kakak dari A Ro yang selama ini dicarinya.
“Aku berharap dia bukan saudaraku, tapi Aku berharap dia memang saudaraku. Ini sungguh gila” ungkap A Ro
“Begitulah saudara pada umumnyaSuatu hari, dia akan benar benar brengsek dan menjengkelkan,tapi kemudian jika dia pergi,Kau merasa tidak nyaman seperti jika pergi ke kamar mandi dan tidak melakukannya hal dengan benar.Kemudian kau berpikir harus menjadi keluarga seperti apa. Tapi bagaimana kau tahu perasaannya?” ungkap temanya  binggung.
“Kalau saja aku tidak membuat hal bodoh seperti keluar dari diriku sendiri.” Kata A Ro meremas kepalanya merasa menyesal.
Temanya pun mengartikan kalau A Ro pernah bertemu sebelumnya dengan kakaknya, A Ro memberitahu kalau kakanya itu ingat semuanya. Temanya ingin tahu apa itu. A Ro tak ingin membahasnya karena merasa malu tapi yang jelas ingat semuanya. 

Si pria yang ada di tempat judi menemui Woo Reuk menanyakan keberadaan“si Anjing-Burung”. Woo Reuk memberitahu kalau Moo Myung sudah meninggal. Pria itu menceritakan kalau lahir di negara kecil ini  dan hidup di mana-mana,termasuk pantai barat. Woo Reuk menatap heran
“Maksudku, aku lihat melalui kebohonganmu.” Kata Si pria, Woo Reuk sedang menyerut kayu mulai mengumpat.
“ Apa Dia benar-benar meninggal? Aku pikir Dia tidak akan mati seperti itu, jadi Tunggu dan lihatlah.Jika dia sudah mati, aku akan menghidupkan kembali dan menjualnya dengan harga tinggi.” Ungkap si pria dan teringat dengan sebuah kalung yang sebelumnya pernah ditanyakanya.
“Pria itu sedang mencari pemilik kalung itu.Aku bisa menemukannya sendiri.” Kata si pria dengan senyuman liciknya, Woo Reuk hanya bisa menatapnya. 

Seorang pria terbatuk-batuk merasa kalau seharusnya mati saja. A Ro memberikan obatnya dengan mengatakan kalau dirinya mungkin  tidak akan melakukan seperti sekarang jadi memintanya agar tak  mengatakan hal-hal yang tidak berarti serta harus menlakukan yang lebih baik dan bermain dengan anak-anaknya lagi.
Maek Jong dari kejauhan melihat A Ro dan langsung mendekatinya, A ro mengenal Maek Jong si mesum dari Okta dan heran kenapa bisa menemukanya. Maek Jong berpura-pura batuk dan kalau datang untuk bertemu tabib jadi menurutnya sebuah kebetulan lalu menaruh tangan A Ro dikeningnya untuk memastikan tubuhnya itu demam.
A Ro mengeluh kalau Maek Jong datang itu hanya ingin tidur saja, Maek Jong mengartikan kalau A Ro itu diam-diam berpikir seperti itu. A Ro pun ingin tahu alasan Maek Jong datang. Maek Jong teringat saat kejadian perkelahian dengan pedang dan melihat A Ro diselamatkan oleh Moo Myung dan mengaku kalau alasanya datang itu karena khawatir.  A Ro binggung khawatir denganya dan kenapa harus khawatir.
“Kau tidak akan mengerti, aku sedang tidak enak badan.” Kata Maek Jong langsung membaringkan tubuhnya, didekat obat-obatan kering, A Ro ingin tahu apa sebenarnya yang dinginkan Maek Jong.
“Berikan aku obat... Sesuatu yang panas dan pahit tapi baik bagi tubuh.” Ucap Maek Jong, A Ro mengatakan kalau sibuk karena besok perayaan ultah raja dan menyuruhnya cepat pergi karena harus kembali berkerja.
Maek Jong menopang kepalanya menatap A Ro, mengejek kalau A Ro itu membantu orang sakit dengan gratis, tapi bekerja di tempat lain, menurutnya A Ro itu bodoh dan juga  Raja adalah orang tolol yang tidak bisa menunjukkan wajahnya jadi Mengapa membutuhkan perayaan. A Ro mengumpat Maek Jong memang seorang bajingan.
“Orang seperti itu bukanlah dosa, dan bukanlah dosa untuk menjadi muda dan lemah.Bayangkan bagaimana dia harus melakukannya, tapi dia tidak mampu untuk melangkah maju.” Kata A Ro membela raja yang tak pernah menampakan dirinya.
“Apa kau mengatakan kalau memahami bagaimana perrasanya,tidak mampu untuk melangkah maju?” ucap Maek Jong berdiri menatap A Ro
“Jika kau sudah pernah sakit, maka kau memahami sakitnya.Setiap orang memiliki waktu ketika mereka masih muda dan lemah.Mengapa sangat sulit untuk memahami bagaimana perasanya?” jelas A Ro, Maek Jong merasa tak percaya mendengarnya.


Hwa Kong memegang tulisan “Hwarang” sementara yang lainya terlihat sedang ribut adu mulut mengeluarkan pendapatnya, lalu mengeluh semua orang didalam ruangan  sangat berisik dan berhaap bisa melepaskan ular untuk mereka
“Berhenti menentang tanpa alasan, ini untuk masa depan Silla!” kata Kim Seub si pria bertubuh tambun.
“Ini adalah konspirasi! ini keterlaluan! Dia ingin menyandera anak-anak kami!Apa kau pikir kami akan setuju?”balas Ho Kong tak terima dengan pembentukan Hwarang.
“Mereka menolak  menyerahkan anak-anaknya kepada Silla. Inilah sebab Kerajaan Silla yang paling lemah dan terkecil dari Tiga Kerajaan.”gumam Hwa Kong 

Ratu JiSo akhirnya datang terlihat marah dengan keributan dalam ruangan, Ho Kong bertanya alasan Ratu JiSo bersikeras untuk mendirikan Hwarang padahal menyarankan dan tidak akan mengikuti tanpa persetujuan Yang Mulia Raja. Ratu Ji So menegaskan Raja tidak bisa memberikan persetujuan di depan umum.
“Maka itu Anda harus menyerah. Tak satu pun dari kami akan mengirim anak-anak kami untuk Hwarang” kata Pria yang menentang Hwarang,
“Setidaknya kami harus menunggu sampai perayaan ulang tahun, karena tahun ini dia sudah dewasa, jadi saya yakin dia akan datang. Kita tidak bisa membuat perayaan  dengan tandu kosong. ini tidak masuk akal. Mengapa sangat rumit?” ungkap Ho Kong
Hwa Kong yang mendengarnya hanya bisa tersenyum, sementara Kim Seub menatap sinis melihatnya. Ho Kong yakin kalau raja  mungkin sudah berada di ibukota. Ratu Jiso hanya diam saja. 

Hwa Kong bertemu dengan ratu bertanya  Apa akan menyerah menyelenggarakan perayaan itu. Ratu Ji So melirik sinis kalau Itu satu-satunya waktu bagi keluarga kerajaan, menurutnya Jika mereka menghentikannya karena pejabat menolak, maka Keluarga Kerajaan akan kehilangan kewibawaan.
“Jika kita tidak bisa membuat Hwarang, maka Keluarga Kerajaan Silla ... mungkin akan menderita dan saling melukai.” Kata Ratu Ji So
“Berikan perintah kepada saya . Bukankah dari awal Anda akan memberi saya wewenang penuh?” ucap Hwa Kong 

Joo Ki melonggo melihat Hwa Kong sibuk menulis dengan tangan kirinya, lalu bertanya apa yang sedang dilakuanya. Hwa Kong menyuruh diam saja karena berencana akan melakukan pemberontakan. Joo Ki heran dengan Hwa Kong yang menulis dengan tangan kirinya, padahal tidak kidal.
“Dasar bodoh... aku harus menulis dengan tangan kiriku supayamereka tidak tahu siapa yang menulisnya. jadi itulah mengapa... Mereka bilang... untuk memulai perkelahian dan mencegah negosiasi. Aku berencana untuk mengubah masa depan Silla dengan surat ini.” Jelas Hwa Kong, Joo Ki terlihat masih binggung tak mengerti. Hwa Kong tak ingin Joo Ki banyak bicara meminta agar mencarikan dua utusan untuk menyampaikan surat ini. 

Dua pria pun menyampaikan surat dengan berbeda alamat, salah satu untuk Ban Ryu dan satunya untuk Soo Ho. Keduanya pun membaca surat dirumah masing-masing.
“Ayo kita bertemu besok di Najeong ...Dan ber duel.” Ucap keduanya membaca surat yang ditulis oleh Hwa Kong.
Soo Ho tak percaya dengan Ban Ryu yang memilih tempat suci, Ban Ryu benar-benar tak menyangka Soo Ho memilih Najeong. Soo Ho berpikir kalau tak datang maka  Ban Ryu akan memanggilny pengecut selama hidupnya. Keduanya terlihat benar-benar gelisah dengan apa yang harus mereka lakukan. 

Pejabat yang menolak hwarang berkumpul, menurut salah seorang pria kalau Ratu akan bersikeras menyelenggarakan perayaan. Lalu yang lainya bertanya pada Park Young Sil, apakah memiliki rencana dengan masalah ini. Tuan Park pikir mereka harus menunjukkan bahwa Ratu tidak bisa melakukan apa-apa  kecuali  jika mengungkapkan keberadaan Raja.
“Apa kau mengatakan kita tidak harus berpartisipasi dalam perayaan itu?”ucap salah satu pejabat.
“Kita harus menunjukkan bahwa perayaan  dengan tandu kosong tidak lain hanya sebuah acara biasa.” Kata Tuan Park, semua pun setuju dengan usul Tuan Park. 


Ratu pun siap dengan baju kebesaraan kerajaan berwarna merah lengkap dengan jepitan rambutnya. Pengawal perempuanya pun datang memberitahu kalau Perayaan sudah siap dan akan dimulai. Dua buah tandu sudah siap didepan istana, semua pengawal memberikan selamat ulang tahun untuk Raja. Ratu JiSo binggung melihat para mentri yang tak datang.
“Park Young Shil dan sebagian besar pejabat  tidak Hadir, mengatakan mereka telah jatuh sakit.” Kata Kim Seub memberikan laporan
“Ini adalah cara bagaimana mereka berencana untuk tidak menghormatiku.” Kata Ratu Ji So
“Aku rasa, mereka berniat untuk mencegah terciptanya Hwarang.” Ucap Kim Seub.

“Hanya ada satu cara untuk memotong ...Kesombongan Orang. Dengan.. Hwarang.” Ucap Ratu Ji So 
Perayaan pun dimulai Ratu diarah berkeliling dengan tandu, rakyat pun berbondong-bondong melihatnya. Dua orang pria seperti penasaran apakah kali ini sebuah perayaan tandu kosong lagi dan ternyata memelihat dibelakang Ratu JiSo tandu kosong yang seharusnya dinaiki oleh Raja.
“Mengapa kita melihatnya jika Raja tidak ada?” kata Si pria heran
“Aku juga tak tahu dan hanya tidak bisa mengerti, apa yang mereka pikirkan. Tapi Selama aku menjual banyak minuman keras, siapa yang peduli?” kata Si pria merasa ada dan tidak ada raja tak ada gunanya untuknya 

Dari jauh Maek Jong melihat perasaan dengan kursi yang kosong, Pa Oh panik karena Ada terlalu banyak orang disekeliling mereka bisa melihat wajah Maek Jong . Maek Jong pikir tak ada yang berpikir bahwa Raja akan berjalan-jalan di hari ulang tahunnya
Lalu ia mengatakan "Menjadi muda dan lemah bukanlah dosa." Tapi menurutnya tidak lagi kali ini dan bergegas pergi. Kursi Raja pun tetap kosong dari tahun ke tahun dalam perayaan ulang tahun.
Sementara Moo Myung diam sendirian lalu bergegas keluar dengan pedangnya, Tuan Ahn bertanya mau kemana Moo Myung sekarang. Moo Myung mengatakan kalau Ada seseorang yang harus dicari. Tuan Ahn berpesan agar Moo Myung Jangan pulang terlambat.Moo Myung heran melihat banyak orang yang berkumpul ditepi jalan, diam-diam Tuan Ahn mengikuti Moo Myung seperti sangat mengkhawatirnya.

Ban Ryu melewati sebuah jalan, Pengawal datang menghalanginya memberitahu kalau perayaan Ratu jadi tidak bisa menyeberang. Saat akan berjalan ke pinggir melihat Soo Ho sudah berdiri dan mengumpat kesal. Soo Ho pun menyuruh agar Ban Ryu berdiri saja disampingnya.
“Apa kau pikir aku ingin berdiri di sini denganmu?” kata Soo Ho, Ban Ryu tak bisa menolak karena tak ada tempat yang lainya.
“Kau lebih baik...datang malam ini. Jika kau lari, maka kau akan mati.” Ucap Soo Ho mengancam, Ban Ryu mengerti dengan mata melotot.
“Bagaimanapun juga, Kau harus bersemangat saat melihat Ratu tercintamu.” Ejek Ban Ryu
“Ini merupakan loyalitas tanpa membedakan jenis kelamin. Pemberontak seperti kau tidak akan pernah mengerti.” Balas Soo Ho

Ban Ryu yakin Soo Ho itu tidak pernah bertemu Ratu, Soo Ho pikir itu tak penting. Ratu pun mulai berjalan melewati depan Ban Ryu dan Soo Ho semua rakyat menuduk memberikan hormat. Pengawal Ratu memberitahu kalau keduanya adalah anak Tuan Kim Seub dan anak tiri Tuan Park Young Shil. Ratu sempat melirik sinis, Soo Ho sempat menantap dan memberikan senyuman lalu tertunduk. 

Sementara Hwa Kong hanya terdiam sendirian didalam cafe, Joo Ki memberitahu kalau cafenya ini tempat yang terbaik untuk melihat perayaan. Hwa Kong pura-pura tak mendengar seolah tak peduli.  Joo Ki  berteriak memberitahu kalau itu Perayaan Raja. Hwa Kong penasaran apakah memang ada yang melihat perayaan itu.
“Sebuah perayaan tanpa Raja dan Hwarang, Ambisi Ratu tidak mengenal batas. Yah.. Tentu, tidak ada tempat bagi anaknya untuk berdiri. ” Ungkap Hwa Kong
Joo Ki tak mengerti dengan yang diucapkan Hwa Kong, saat akan keluar melihat Maek Jong tiba-tiba datang berdiri di depanya. Dengan wajah ketakutan memberitahu Hwa Kong siapa yang datang mencarinya, Hwa Kong sedikit terkejut melihat Maek Jong yang datang menemuinya. 

Keduanya bertemu diruangan lain, Maek Jong mengatakan kalau datang ke cafe itu untuk bertemu dengan bertemu Tn. Wi Hwa (Hwa Kong)karena mendengar untuk tergabung menjadi Hwarang, makaharus bertemu denganya. Hwa Kong meminta agar anak muda itu memperkenalkan dirinya lebih dulu.
“Apa nama sangat penting? Panggil saja aku Ji Dwi.” Kata Maek Jong mengakui nama lainya, Hwa Kong pun bertanya Ji Dwi itu anak dari siapa.
“Aku tidak perlu mengatakan, karena Keluargaku cukup berantakan.” Kata Maek Jong tak ingin identitasnya terbongkar.
“Namamu palsu dan keluargamu berantakan. Kau tidak bisa membuktikan identitasmu, namun Kau ingin menjadi seorang Hwarang.” Ungkap Hwa Kong heran
“Kau bisa lihat, Aku belajar dari daerah Barat, jadi aku tidak tahu apa-apa tentang di sini. Aku dengar kau mengumpulkan pemuda, jadi aku harus bergabung  untuk bertahan hidup setidaknya pada koneksi yang kau buat.” Kata Maek Jong

Ia lalu meminta maaf kalau cara bicaranya kasar karena beberapa orang yang ada diluar sana, tidak memiliki rasa hormat.  Hwa Kong mengartikan kalau Maek Jong akan menggunakan Hwarang untuk membuat koneksi. Maek Jong bertanya apakah itu alasan yang buruk. Hwa Kong meminta agar Maek Jong mengatakan yang sebenarnya.
“Apa kau ingin semua kebenaran atau setengah kebenaran?” kata Maek Jong memberikan pilihan.
“Aku akan mendengar semua kebenaran.Apa setengah kebenaranmu karena kau ingin menjadi Hwarang?” kata Hwa Kong
“Aku ingin menyeret turun Bintang yang paling mencolok.. yaitu.. Ra...tu.” ungkap Maek Jong tak ingin lagi bersembunyi lagi sebagai raja. 

Moo Myung berdiri dipinggir dan melihat beberapa orang mulai menundukan kepala, diseberang jalan diam-diam Tuan Ahn terus melihat Moo Myung dari kejauhan. Moo Myung sedikit mengangkat kepalanya, saat itu matanya melihat ke arah pengawal ratu dan mengingat pria itu yang membunuh Mok Moon.
Tuan Ahn yang melihat dari kejauhan meminta agar Moo Myung tak melakukan hal yang buruk tapi Moo Myung tak bisa menahan amarahnya dengan merobos masuk tengah jalan dan ingin membalas dendam pada pengawal Ratu. Ratu terlihat kaget dengan perkelahian didepanya, Moo Myung terkena tendangan pengawal dan terlempar. Beberapa pengawal pun langsung memegang tanganya dengan pedang yang berada disekeliling lehernya. 

Ratu akhirnya turun dari tandu melihat Moo Myung yang berani melakukan sesuatu saat perayaan, lalu bertanya siapa namanya. Moo Myung hanya diam dengan mata mendelik marah. Ratu pikir kalau memang Moo Myung ingin mati dengan menutup mulutnya maka lalu menyuruh agar pengawal segera membunuhnya. Terdengar sebuah teriakan memanggil Yang Mulia. Ratu kaget melihat Tuan Ahn yang berlutut didepanya.
Flash Back
Ratu teringat kejadian sebelumnya saat masih muda, mengetuk pintu rumah Tuan Ahn dimalam hari lalu meminta tolong agar membawanya pergi dan meninggalkan ibukota bersama-sama, Tuan Ahn seperti menatap bingung.

“Dia anak laki-lakiku.” Ucap Tuan Ahn, Ratu kaget mengetahui kalau itu anaknya,
“Aku kehilangan dia ketika dia masih kecil dan akhirnya menemukan dia. Ia hidup tanpa ayahnya selama ini, dan dia sudah melakukan dosa besar . Silahkan bunuh aku sebagai gantinya. Jika kau akan membunuhku di sini, maka Aku akan melakukannya”ucap Tuan Ahn
“Kau selalu memegang teguh ...Perkataanmu.. Baiklah.. seorang ayah dapat menerima hukuman anaknya.” Kata Ratu Ji So seperti memiliki dendam pada Tuan Ahn.
Moo Myung yang melihatnya tak terima berteriak kalau tidak ada hubungannya dengan Tuan Ahn jadi meminta agar membunuhnya saja. Ratu JiSo siap dengan pedangnya memberitahu kalau seorang ayah akan mati karena anaknya jadi meminta agar meerhatikan apa yang terjadi pada ayah Moo Myung karena perbuatannya, dan jika pedang itu memegal kepalanya  maka akan mati. Moo Myung berteriak agar tak melakuanya. 

Beberapa orang mulai membicarakan tentang kejadian sebelumnya, menurutnya tak ada salah. A Ro baru datang bertanya apakah perayaan sudah selesai. Si pria pikir tak perlu membahasnya,  karena Beberapa orang gila menghancurkan semuanya. A Ro tak mengerti maksudnya.
“Tn. Ahn Ji dan anaknya... Mengayunkan pedang pada Ratu!” ucap si pria, A Ro kaget medengarnya dan meminta agar mengulangi siapa yang melakukanya.
“Tn. Ahn Ji dengan siapa? Dimana mereka sekarang?” tanya A Ro mulai panik. 

Hwa Kong mengetahui tujuan Maek Jong itu akan menyeret Ratu turun. Maek Jong melihat Hwa Kong  punya banyak nyali dan sengaja membuat Hwarang karena itu. Hwa Kong pun bertanya Apa yang bisa dilakukan... hanya dengan menyeret Ratu turun dari tahta, menurutnya itu hanya akan mendatangkan malapetaka.
“Kau pasti salah. Aku tidak mencoba untuk merusak Silla, tapi mengubahnya. Aku tidak memiliki keinginan untuk membiarkan mu menjadi Hwarang, jadi Pergilah.” Ucap Hwa Kong menolak Maek Jong.
Maek Jong duduk di kursi tandu mengingat kejadian sebelumnya dan mengingat kalau Hwa Kong tidak mencoba untuk merusaknya, tapi mengubahnya. 

Moo Myung berada di penjara dengan tangan teringat teringat kembali perkataan ratu “Perhatikan apa yang akan terjadi pada ayahmu karena ulahmu sendiri” lalu berteriak histeris agar tak membunuh ayah temanya. Ratu datang menemui Moo Myung dipenjara.
“Aku berencana untuk membunuh adikmu dan ayahmu.” Kata Rtu
“Mereka tidak ada hubungannya dengan aku.” Ungkap Moo Myung
“Kau tidak tahu kejahatan apa yang telah kau lakukan. Ini tidak hanya akan berakhir dengan mu.” Ucap Ratu
Moo Myung akhirnya membungkuk memohon agar Ratu jangan melakukan hal itu, menurutnya mereka tak boleh mati karena dirinya, jadi meminta agar membunuhnya saja dan membiarkan mereka tetap hidup. Ratu berjongkok mengangkat wajah Moo Myung.
“Hei..Anak... Kau kecil dan lemah.... Yang lemah tidak dapat memilih ... mati atau hidup. Nasib ayah dan adikmu tergantung padamu. Jadi Pergi dan tunggu.” Kata Ratu 

A Ro berdiri didepan penjara dengan wajah gelisah, Beberapa orang berbisik kalau kemungkinan sang ayah pasti akan dihukum juga karena diseret ke istana. Dari kejauhan Maek Jong melihat A Ro merasa heran karena tidak mencarinya hari ini tapi kenapa malah terlihat berdiri didepanya.
Pintu terbuka dan Moo Myung keluar terlihat bisa bebas, A Ro menangis melihat Moo Myung dan berjalan mendekatinya. Keduanya berjalan mendekati, A Ro pun bertanya keberadan ayahnya sekarang. Moo Myung hanya menatap sedih adik dari Mok Moon, A Ro bertanya kenapa Moo Myung keluar sendirian tak bersama ayahnya.
Moo Myung berjalan perlahan dan langsung jatuh dipelukan A Ro seperti badanya langsung tak sadarkan diri. Maek Jong melihat dari kejauhan seperti menyadari sesuatu.  
bersambung ke episode 4 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar:

  1. lanjut donk min.
    ini sangat memmbantu bagi yg gak bisa nonton. semangat min buat postingannya....
    tulisan kamu juga mudah untuk dimengerti...
    gumawo

    BalasHapus