PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 30 Juli 2020

Sinopsis Was it Love Episode 7 Part 2


PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Guru Oh pun menuliskan hasil pemilihan dengan ayah Dong Chan yang paling banyak dipilih. Ia pun memutuskan ayah Dong-chan terpilih menjadi ketua. Semua orang tua memberikan selamat kecuali Ibu Chae Yeong.  Tuan Koo mengangkat tanganya.
“Sepertinya akan sulit jika aku sendirian. Aku ingin memilih wakil ketua yang bisa aku tanya dan mintai tolong.” Ucap Tuan Koo
“Kalau begitu, sebagai satu-satunya orang yang berpengalaman menjadi ketua komite, aku akan menjadi wakil ketua dan membantunya. Terima kasih.” Ucap Ibu Chan Yeong berdiri
“Tidak... Aku mau ibu Ha-nee membantuku.” Kata Tuan Koo.  Ae Jung melonggo kaget untuk kedua kalinya. Ibu Chan Yeong melirik sinis pada Ibu Ha-nee.
“Aku dengar dia produser di studio film. Jika begitu, dia pasti bisa membantu kita dalam berbagai acara budaya nantinya.” Kata Tuan koo
“Terima kasih, ayah Dong-chan.” Kata Ae Jung malu dan semua wali murid menyetujuinya.

Ha Nee berjalan dengan Dong Chan kesal karena seharusnya pukul mereka. Ae Jung melihat anaknya dan langsung memanggilnya.  Ha Nee kaget melihat ibunya. Dong Chan mengeluh karena anaknya tak mengangkat telpnya padahal mau belikan hamburger.
“Dong-chan, apa kabar?” sapa Ae Jung. Dong Chan terlihat bahagia bertemu Ae Jung mengaku baik.
“Maaf, Aku tak melihat. Tapi kenapa Ibu di sini?” tanya Ha Nee. Ae Jung terlihat bingung menjelaskan.
“Ibu menjadi wakil ketua komite orang tua murid. Hebat, 'kan? Artinya, ibu menjadi wakil ketua kelas.” kata Ae Jung
“Jadi, orang yang menyingkirkan ibu Chan-yeong… Apa Itu kau?” kata Dong Chan.
“Bukan. Aku menjadi wakil ketua, dan ayahmu menjadi ketua. Dia menjadi ketua kelas.” Kata Ae Jung. Dong Chan kaget Ayahnya jadi ketua.
“Ayahmu menjadi ketua demi kau, jadi, beri ayahmu…” ucap Ae Jung dan tiba-tiba Tuan Kim datang memangil Dong-chan.
“Halo, Pak Kim.. Ha-nee, ini ayah Dong-chan. Ayo beri salam.” Ucap Ae Jung saat melihat Tuan Koo turun dari mobil
“Aku tahu. Aku lihat waktu malam Ibu mabuk.” bisik Ha Nee. Ae Jung mengerti dan meminta Ha Hee diam. Ha Nee pun membungkuk memberikan salam.
“Dong-chan, ayo kita pulang.”kata Tuan Koo dengan nada dingin. Dong Chan pun masuk ke dalam mobil.
“Kenapa suasananya begitu?” bisik Ha Nee.  Ae Jung mengaku juga tidak tahu.



Di dalam mobil, suasana terasa dingin. Tuan Kim memberitahu Dong-chan kalau ayahnya menjadi ketua komite orang tua murid. Dong Chan hanya bisa tertunduk diam. Tuan Kim pikir Dong Chan sudah mendengar hal itu. Tuan Koo pun terlihat bangga.
“Ayahmu mau berguna untukmu, jadi…” ucap Tuan Kim dan langsung disela oleh Dong Chan.
“Jadi, Ayah akan sering ke sekolah?” tanya Dong Chan. Tuan Koo mengaku itu mungkin
“Tak apa-apa... Asal jangan bertemu denganku.” Ucap Dong Chan pada ayahnya.  

Di ruang, Dong Chan menuliskan KENAPA DIA PERGI? lalu mengingatyang dikatakan Ae Jung padanya “Tak ada kenangan indah yang bisa kupakai untuk bernostalgia.” Lalu mengeluh Ae Jung yang jahat sekali. Saat itu Hye Jin masuk ruangan.
“Pak Cheon, staf kita sudah ditentukan. Aku juga sudah bereskan jadwal audisi dan daftar profil para pemeran lainnya.” Kata Hye Jin. Dae Oh pu mengambil berkasnya.
“Tunggu Sebentar… Hye-jin, aku mau tanya sesuatu. Mengapa wanita berkata mereka tak punya kenangan indah sama sekali padahal waktu itu saling mencintai dan bahagia bersama?”tanya Dae Oh
“Apa ini salah satu soal untuk audisi yang sudah dijadwalkan?” kata Hye Jin
“Jadi, apa alasannya?” tanya Dae Oh. Hye Jin bingung mencoba mencari jawabanya pada berkas.
Dae Oh memanggil Hye Jin agar bisa memberikan jawabanya. Tapi Hye Jin meminta agar bisa fokus. Dae Oh pun memilih untuk keluar dari ruangan menyuruh agar Hye Jin duduk saja.

Ae Jung pergi menaiki eskalator dan melihat baju Nyonya Koo yang robek dibagian belakangnya. Nyonya Koo pergi ke toilet merapihkan rambutnya. Ae Jung pun mendekat, perlahan memberitahu tentang Bajunya. Nyonya Koo pun dengan bangga memberitahu baju yang dipakainya.
“Ini baju dari koleksi terbaru Loris.” Kata Nyonya Koo. Ae Jung menganguk mengerti.
“Tapi…belakang bajumu robek.” Ucap Ae Jung. Nyonya Koo kaget dan langsung memeriksanya dicermin lalu panik.
“Mungkin orang lain hanya melihatnya. Tapi sepertinya aku harus memberitahumu.” Kata Ae Jung
“Astaga. Bagaimana ini? Sejak kapan ini robek?” ucap Nyonya Koo panik. Ae Jung menawarkan pakai kardigannya.
“Tak perlu... Terima kasih.. Sepertinya tak cocok, dan bukan gayaku.” Kata Nyonya Koo. Ae Jung pun menganguk mengerti.
“Kalau begitu… Haruskah aku jahitkan bajumu?” ucap Ae Jung memperlihatkan peralatan jahit yang mini. Nyonya Koo bingung.
“Aku pintar menjahit.” Kata Ae Jung. Nyonya Koo mengaku takut jarum. Ae Jung meminta agar menunggu sebentar saja karena Ini akan cepat. Nyonya Koo dipaksa untuk bersandar dinding.
“Aku menjahit baju anakku, dan itu terlihat seperti baru... Sebentar lagi selesai.” Ucap Ae Jung menjahit bagian yang robek.
Setelah selesai Nyonya Koo terlihat senang karena sudah tak terlihat robek lagi.  Ae Jung pun bergegas pamit pergi lebih dulu. Nyonya Koo ingin memanggilnya tapi Ae Jung sudah keluar dari toilet lalu bertanya-tanay Kenapa dia buru-buru sekali. 


Ae Jung berjalan dilorong melihat A-rin dan langsung memanggilnya. A Rin pun menyapa Ae Jung yang sudah datang menurutnya datang sangat cepat. Ae Jung mengucapkan Terima kasih karena sudah mengerti dan berpikir akan telat.
“Tak apa-apa... Nona Noh, hari ini bosku akan datang. Dia bisa sedikit menakutkan.” Ucap A Rin.
“A-rin... Aku terlambat, ya.” Ucap Nyonya Joo menyapa A Rin. A Rin pun menyapa Nyonya Joo dan akhirnya Ae Jung dan Nyonya Joo melonggo karena bertemu untuk kedua kalinya.
“Kalian kenapa? Apa Kalian saling kenal?” tanya A Rin bingung. Nyonya Joo pikir Dunia memang begini.
“Jadi, kau Produser Noh Ae Jung?” kata Nyonya Joo. Ae Jung membenarkan.
“Aku Produser Noh Ae Jung. Salam kenal.” Kata Ae Jung. A Rin bingung bertanya Bagaimana mereka bisa kenal. Keduanya hanya bisa tersenyum. 

Nyonya Joo mengajak makan bersama, Ae Jung menjelaskan sekarang Pak Cheon sedang membereskan karakter tokoh utama wanita secara keseluruhan. Lalu untuk hal lain sepertinya juga akan segera selesai. Dan Jadwal syuting juga akan segera keluar.
“Astaga, secepat itu? Kau sangat cekatan... A-rin. Aku sangat menyukai Nona Noh.” Ucap Nyonya Joo bahagia tapi A Rin terlihat tak begitu suka dengan  Ae Jung
“Kapan skenarionya akan keluar? Aku harap bisa cepat rapatdengan Sutradara Cheon.” Kata A Rin
“Tentu saja. Kemarin kau juga tak bisa mengobrol karena aku, 'kan?” ucap Ae Jung
“Kemarin? Acara Malam Cheonmyeong?”tanya Nyonya Joo kaget kalau Ae Jung datang.
“Sebenarnya aku dan Penulis Cheon juga datang. Tapi karena ada masalah, aku harus pergi lebih dahulu.” Kata Ae Jung.
Nyonya Joo terdiam dan mengingat saat anaknya mendorong seorang wanita keluar dari acar, lalu merasa yakin kalau itu adalah Ae Jung.  Ae Jung  mengaku tak bertemu kemarin dengan Nyonya Joo dan tak bisa hingga larut malam karena anaknya.
“Anak? Jika kau punya anak, tentu kau harus pulang.” Kata Nyonya Joo. A Rin langsung tersenyum mengetahui Ae Jung punya anak
“Aku punya anak perempuan. Dia sekarang kelas tujuh, jadi, umurnya 14 tahun, Jadi Sedang sulit diatur.” Kata Ae Jung
“Astaga. Pantas saja tiap melihatmu kau terlihat hangat.” Komentar A Rin
“Benar, 'kan? Seperti orang yang sering ikut campur, tapi memang bisa diandalkan.” Kata Nyonya Joo. Ae Jung bingung kalau dirinya seperti itu.
“Ya, betul. Aku ingin menjadi akrab denganmu. Boleh aku memanggilmu Ae-Jeong Unnie?” kata A Rin. 



Kwang Soo melihat A Rin tersenyum sendiri dikursi belakang, lalu bertanya  Kenapa kelihatannya sangat senang, Apa Bu Joo memarahi Nona Noh. A Rin mengeluh dengan ucapan Kwang Soo yang berpikir buruk dan menurutny kalau mereka sudah seperti saudara. Kwang Soo kaget mendengarnya.
“Ya, kini Ae-jeong bagian dari tim kami. Seperti Charlie's Angels” kata A Rin bangga. Kwang Soo bingung mendengarnya.
“Kwang Soo.. Apa kau tahu? Nona Noh ternyata punya anak. Aku kaget sekali.” kata A Rin merasa punya kesempatan dengan Dae Oh
“Benarkah? Ternyata dia tak lajang.” Kata Kwang Soo kaget. A Rin membenarkan.
“Kenapa aku tak terpikirkan? Itu sesuatu hal yang lumrah jika sudah bertahun-tahun berlalu.” Ucap A Rin. Kwang Soo tak mengerti maksud ucapan A Rin.
“Kita Tak boleh menyukai wanita yang sudah menikah, 'kan?” ucap A Rin. Kwang Soo bertanya siapa itu.
“Kwang Soo, cari tahu jadwal Pak Cheon. Aku harus menemuinya besok. Secara serius dan Kencangkan musiknya.” Ucap  A Rin yang merasa bahagia. 


Dae Oh melihat bar milik Nyonya Kang lalu berpikri Bos di sini sepertinya dekat dengan Ae Jung jadi bisa tahu sesuatu dari sini. Ia pun bingung kemana perginya Nyonya Kang karena barnya tutup lalu berjlan dan melihat Ha Nee sedang menempelkan brousur SUPERMARKET DAGAJA
“Hai... Kita pernah bertemu.” Sapa Dae Oh. tapi Ha Nee mengaku tak mengenalnya.
“Tak mungkin. Kau anak Ae-jeong, 'kan? Ternyata benar. Ingatanku sangat bagus... Tapi selebaran apa ini?” ucap Dae Oh. Ha Nee tak mengubrisnya dan langsung berjalan pergi.
“Tunggu... Hei! Kenapa kau bekerja paruh waktu? Apa Ibumu tak memberikan uang jajan? Sepertinya tidak.” Kata Dae Oh terus mengikuti Ha Nee.
“Kenapa mengikutiku terus?” keluh Ha Nee. Dae Oh tahu kalau Ha Nee  masih SMP.
“Kenapa tak belajar? Apa Ibumu tahu kau bekerja begini? Lalu Kenapa rokmu sangat pendek?” ucap Dae Oh mengomel.
“Pak, apa kau tinggal di Cheonghak-dong?” tanya Ha Nee. Dae Oh mengaku kalautinggal di Yeonhui-dong dan bertanya balik kenapa Ha Nee bertanya.
“Khawatirkan saja anakmu. Kau sangat berlebihan.” Ucap Ha Nee. Dae Oh kesal meminta Ha Nee agar menatap wajahnya.
“Aku belum menikah. Kau tak bisa lihat?” ucap Dae Oh. Ha Nee tak peduli dan tak ingin diganggu jadi meminta Dae Oh agar pergi.
“Baiklah, tunggu... Kau sangat mirip dengan ibumu... Terimalah ini Uang jajanmu. Jangan terlalu kecewa jika ibumu tak berikan uang jajan. Ibumu pasti punya alasan. Jika butuh uang jajan, telepon saja.” Ucap Dae Oh memberikan uang pada Ha Nee.
“Pak... Apa Kau pikir aku pengemis?” ucap Ha Nee marah. Dae Oh heran kenapa Ha Nee bicara begitu
“Jika perlu uang, aku akan cari sendiri. Aku juga tak pernah kecewa, karena ibuku sangat baik kepadaku. Kau tak tahu apa-apa.” Kata Ha Nee marah dan berjalan pergi setelah mengembalikan uang.
“Bukan itu maksudku... Kau salah paham.. Hei... Tunggu, dengarkan dahulu!” ucap Dae Oh mengejar Ha Nee.
Ha Nee berjalan sangat cepat, saat itu Guru Oh melihat Ha Nee dari bus sedang dikejar oleh seorang pria, wajahnya langsung panik melihat apakah ada halte didepanya. Dae Oh mengejar Ha Nee mengaku kalau uang itu sebagai hadiahnya.
Ha Nee akan menyebrang jalan dan Guru Oh turun dari bus, tiba-tiba moto datang dengan kecepatan tinggi. Ha Nee menjatuhkan semua brosur ditengah jalan. Guru Oh dan Dae Oh melihat Ha Nee dalam bahaya langsung berteriak memanggil Ha Nee dan berlari untuk menyelamatkanya. 




Ryu Jin duduk dengan semua orang yang sibuk merapihka penampilanya. Ia terdiam mengingat pesan dari Manager Myung “Dengarkan aku, Jin. Tutup matamu, dan lakukan perintah Bu Song. Dengan begitu, kita semua selamat.” Akhirnya mereka pun sudah siap untuk syuting.
“Jin, mari kita mulai... FIlm terbarumu tentang cinta pertama. Katamu, cinta pertamamu adalah wanita yang membuatmu ingin menjadi aktor. Perkataanmu itu membuat semuanya heboh. Apa dia Bu Song yang menemukan bakatmu?” tanya MC
“Itu… Untukku, berakting adalah cinta pertama.”kata Jin terlihat gugup melihat ke arah Nyonya Song yang sinis.
“Dari sudut pandang itu, itu benar. Bu Song yang menarikku ke industri perfilman ini adalah cinta pertamaku... Tepuk tangan. Dia cantik, 'kan?” ucap Ryu Jin memuji dan Nyonya Song pun tersipu malu mendengarnya. 


Akhirnya Ryu Jin dan Nyonya Song minum bersama. Nyonya Song memuji Ryu Jin yang sudah Kerja bagus. Ryu Jin pun tersenyum. Nyonya Song mengaku tak suka Nona Noh, tapi memercayai pilihan artisnya. Ryu Jin pun mengucapkan Terima kasih.
“Nona Noh sangat menarik. Dia bahkan berkata bahwa dia tahu kapan kau paling bersinar.” Kata Nyonya Song. Ryu Jin pun tahu Ae Jung memang menarik.
“Sekarang mari bicara tentang kita. Kau memang bernaung di agensiku, tapi sepertinya kau belum sepenuhnya memercayaiku. Setelah film kali ini selesai, kau akan pindah ke Amerika dan memulai kariermu di sana. Aku akan buka cabang Ssong Entertainment dan sedang mencari rumah di Beverly Hills.”jelas Nyonya Song
“Sekarang kau akan menjadi tetangga artis dan sutradara kelas dunia.” Tegas Nyonya Song. Ryu Ji mencoba menyela.
“Apa Kau ingat hari pertama kita bertemu? Sampai sekarang, aku menepati janjiku untuk terus ada di sampingmu. Aku harap kau juga tak mengecewakanku dengan perasaan pribadimu itu.” Kata Nyonya Song memperingati.
"Perasaan pribadi"?” kata Ryu Jin bingung dan akhirnya keluar dari ruangan.
Ia terdiam bersadar di dinding mengingat ucapan Nyonya Song “Orang yang akan ada sampai akhir untukmu hanyalah aku, Jennifer Song. Bukan wanita dalam kenanganmu.” Dan hanya terdiam. 


Ae Jung kesal dengan mesin cetaknya mengeluh kalau Benar-benar tak berguna. Ia pun melihat kalau ada kertas yang menyangkut dan harus keluarkan ini dahulu.
“Apa Kau bisa memperbaikinya?” ucap seseorang dari arah belakang. Ae Jung kaget melihat Ryu Jin yang datang.
“Kenapa kau datang ke sini?” tanya Ae Jung. Ryu Jin mengejek Ae Jung yang tak berubah.
“Waktu kuliah, kau juga sering merusak barang. Biar aku yang perbaiki.” Kata Ryu Jin mengelus pipi Ae Jung yang kotor. Ae Jung terlihat malu dan Ryu Jin membuka kemejanya. 

Flash Back
Ryu Jin mengeluarkan tumpukan kertas, lalu mengeluarkan semua kertas yang menyangkut dan itu Banyak sekali. Ae Jung tersenyum melihat wajah Ryu Jin yang terkena tinta lalu memberitahu kalau ada noda di pipinya.
Ryu Jin berhasil memperbaiki mesin cetak kembali dengan benar. Ae Jung mengaku Banyak yang harus dicetak untuk rapat besok. Ia pikir Berkat Ryu Jin jadi menghemat biaya perbaikan. Ryu Jin masih ingat Dahulu waktu kuliah,sering memperbaikinya untunya.



“Benar... Dahulu, kau selalu ada untukku... Omong-omong, kenapa kau kemari? Apa Ada yang mau kau bicarakan?” ucap Ae Jung
“Ada yang ingin kutanyakan... Apa Kau tak apa-apa bekerja dengan Dae-o? Dae-o bilang dia menyukaimu.” Ucap Ryu Jin.
Ae Jung tiba-tiba menerima telp dan pamit untuk mengangkatnya, lalu  melotot kaget. 



Sebuah ambulance datang ke sebuah rumah sakit dan Ae Jung langsung turun saat mobil Ryu Jin berhenti. Ryu Jin bingung akhirnya memarkirkan mobilnya sendiri. Ae Jung langsung pergi ke meja receptionist langsung bertanya dengan wajah panik.
“Permisi. Di mana anak SMP yang baru masuk?” ucap Ae Jung. Perawat meminta agar beri tahu namanya.
“Noh Ha-nee. Umurnya 14 tahun, dan murid SMP. Tolong cepat. Di mana dia?” tanya Ae Jung panik.
Saat itu Yeon Woo melihat Ae Jung dan langsung memanggilnya. Ae Jung pun bergegas menghampri Yeon Woo.
Di ruang tunggu, Dae Oh mengaduh kesakita mengelus bokong dan kepalanya pun ada plester.  Ha Nee duduk disampingnya mengeluh Dae Oh itu anak kecil padahal hanya disuntik, tapi minta hadiah. Dae Oh mengeluh Ha Nee yang bersikap seperti itu padanya. 

“Aku di sini karena berusaha menyelamatkanmu. Aku sangat sakit sekarang, dan perlu gula. Ayo Cepat buka.” Kata Dae Oh ingin minum susu
“Lagi pula, kenapa kau mengikutiku? Aku pikir kau penguntit.” Ucap Ha Nee.
“Karena kau salah paham kepadaku.” ucap Dae Oh. Ha Nee mengelu bertanya  Apa yang dilakukan
“Kau masih tak tahu? Kau bodoh, ya? Kau bilang aku mengasihanimu dan ibumu? Aku tak pernah begitu karena ibumu sangat hebat. Kalian yang harus mengasihaniku. Aku terluka karenamu, Ayo Jangan gerakkan sedotannya.” Ucap Dae Oh
Saat itu Ryu Jin melihat keduanya seperti sangat dekat,  lalu berjalan mendekat bertanya Kenapa Dae Oh di sini. Dae Oh kaget melihat Ryu Jin yang datang. Ha Nee melihat Ryu Jin dan langsung menatap sinis bertanya Kenapa ada di sini dan bergegas pergi.
Dae Oh bingung dengan Ha Nee yang langsung pergi dan Ryu Jin pun mengejarnya.  Dae Oh mengeluh pada keduanya yang meninggalkan pasien


Ryu Jin memanggil Ha Nee sampai ke depan rumah sakit. Ha Nee pun mengeluh Ryu Jin yang datang ke rumah sakit.  Ryu Jin dengan gugup mengaku kalau mendnegar Ha Nee terlihat dan bertanya apakah sungguh terluka?
“Bagaimana bisa kau melakukan itu?” kata Ha Nee marah. Ryu Jin pun meminta maaf.
“Kau sangat marah kepadaku, 'kan? Manajerku berkata buruk kepadamu. Aku tak pernah berniat untuk melukaimu…” ucap Ryu Jin
“Apa kau… ayahku? Jika kau bukan ayahku, kenapa minta maaf? Kenapa kau peduli kepadaku? Kau bilang tak akan ikut campur.” Kata Ha Nee
“Begini… Aku…” uca Ryu Jin mencoba menjelaskan tapi saat itu Ae Jung datang  bersama dengan Yeon Woo.
“Apa Kau baik-baik saja?” tanya Ae Jung panik. Ha Nee mengaku tak terluka sama sekali. Ae Jung pun langsung memeluk erat Ha Nee.
“Dia yang terluka.” Kata Ha Nee menunjuk ke arah belakang. Dae Oh dengan tangan yang diperban melambaikan tangan.
Ae Jung seolah tak peduli langsung berjalan pergi dengan Ha Nee. Ha Nee merasa tak enak hati, Yeon Woo pun mengikutinya dengan tatapan sinis kearah Dae Oh. 




Dae Oh melihat tanganya yang terluka dan badanyak terasa sakit, mengingat kejadian sebelumnya.
Flash Back
Dae Oh berlari menyelamatkan Ha Nee sampai terjatuh dijalan dan tanganya terluka. Ha Nee yang kaget tak percaya kalau Dae Oh melindunginya. Sang pengemudi pun mencoba untuk berdiri. Dae Oh pun membantu Ha Nee untuk duduk.
“Apa Kau tak terluka?” tanya Dae Oh. Ha Nee mengaku tak ada.  Dae Oh yakin pasti Ha Nee kaget dan mengeluh agar Hae Nee  Berhentilah bekerja paruh waktu..
“ Sakit sekali... Dahulu, dia panik sekalipun aku hanya tergores. Tapi Dia membuatku sedih.” Ucap Dae Oh mengeluh pada sikap Ae Jung.
Ae Jung dirumah ingin menuliskan pesan [TERIMA KASIH] tapi diurungkan niatnya. Dan memilih untuk tidur. 
Yeon Woo menenangkan diri di dalam kamarnya sambil minum bir. Ia mengingat saat Dae Oh yang menyelamatkan Ha Nee sampai terjatuh. Ia merasa sepertik tak berguna untuk Ha Nee karean tak bisa menolongnya. 


Pagi Hari
Ae Jug duduk diruang rapat melihat naskah Dae Oh bertuliskan [KENAPA DIA PERGI? KENAPA HAE-OK MENINGGALKAN CHEON-SU?] Ia menarik kertas Dae Oh agar bisa melihat lebih jelas. Hye Jin yang sedang menulis akhirnya membalikan badanya.
“Soal lokasi syuting yang diinginkan Pak Cheon, aku sudah mengirim surel kepada pihak terkait.” Ucap Hye Jin.
“Baiklah. Terima kasih.” Ucap Ae Jung bergegas merapihkan berkas Dae Oh. Hye Jin pun pamit keluar karena harus ambil minuman dahulu.
Dae Oh masuk ruangan dengan tangan yang masih diperban sambil mengeluh sakit sekali. Ae Jung akhirnya mengucapkan Terima kasih untuk kemarin. Dan Oh bertanya Tentang apa. Ae Jung menjawab karena Dae OH yang sudah melindungi anaknya. 

Nyonya Kang melihat anjing Ha Nee hanya duduk diam, dan tak ingin memperduliknya. Tapi karena tak tega akhirnya Nyonya Kang memberikan makan pada anjing kesayangan Ha Nee lalu menemukan sebuah buku “UNTUK ANAKKU NANTI”
“Sook-hee... Astaga, apa ini?” ucap Nyonya Choi datang kaget melihta da anjing dalam bar.
“Ini cucu buyutmu.” Ucap Nyonya Kang. Nyonya Choi kaget mendengarnya.
“Kau tak perlu bawakan aku lauk pauk... Jika terus begini, kita menjadi saling terbebani, 'kan?” ucap Nyonya Kang membalas dengan kotak berisi buah-buahan. Nyonya Choi lalu melihat buku UNTUK ANAKKU NANTI
“Kenapa ini ada di sini?” tanya Nyonya Choi heran. Nyonya Kng membritahu kalau Ha-nee membawanya pagi ini.
“Meangnya Kenapa?” tanya Nyonya Kang. Nyonya Choi kaget kalau Ha Nee sudah mengetahui buku itu. 

Mereka bertiga duduk diruangan rapat. Hye Jin mengeluh sangat sesak di sini dan bertanya pada keduanya Apakah rapat hari ini akan selesai begitu mereka tahu alasan Hae-ok meninggalkan Cheon-su. Ae Jung hanya bisa terdiam.
“Bagaimana menurutmu? Aku ingin dengar pendapatmu.” Tanya Dae Oh memancing
“Sederhana. Mungkin karena cinta mereka telah berakhir.”ucap Ae Jung. Dae Oh kaget mendengar kalau dianggap "Sederhana"
“Sepertinya tak ada alasan lain.” Ucap Ae Jung. Dae Oh yakin itu Tak mungkin.
“Setiap pasangan punya alasan putus. Jika tidak, sejak awal cinta mereka semu.” Ucap Dae Oh
“Bagaimana jika… cinta Cheon-su hanyalah sekadar cinta sesaat? Hae-ok mempertaruhkan segalanya untuk cinta sesaat itu, jadi, dia menyesal, merasa dikhianati, dan marah. Mungkin, Hae-ok sangat mencintai Cheon-su sampai membencinya.” Kata Ae Jung
“Sepertinya kau juga menulisnya di bagian prolog. Ini” kata Ae Jung menunjuk buku  yang ditulis Dae Oh dibagian PROLOG
“Apa aku salah?” tanya Ae Jung. Dae Oh melihat dan hanya terdiam.
*** 




Dae Oh akhirnya membaca buku yang dituliskanya [SESEORANG YANG SANGAT KUCINTAI SAMPAI AKU MEMBENCINYA]
“Setiap orang memiliki cinta pertama. Tapi makna dari cinta pertamamu dan aku adalah hal yang berbeda.”
Di kamar, Yeon Woo melihat buku KELAS PENGASUHAN UNTUK MAHASISWA UNTUK ANAKKU NANTI seperti menjadi kenangan manis untuknya dengan Ae Jung.
“Mungkin bagimu, dia orang yang ingin kau lindungi dengan berada di sampingnya. Mungkin kau menyesal karena akhirnya tak bisa melindungi dia.”
Dikamar, Tuan Koo kembali menonton video yang memperlihatkan seorang wanita duduk bertemu dengan beberapa pria. Seperti ia sangat mencintai wanita tersebut. 

“Tapi bagiku, dia seseorang yang sangat kucintai sampai aku membencinya.” 
Ryu Jin berjalan di lorong hotel lalu terdiam mengingat saat melihat Dae Oh dan Ha Nee yang terlihat sangat dekat. Ia seperti tak suka dengan kedekatan keduanya.
“Lalu… aku juga takut kehilangan orang itu lagi.”
Dae Oh melihat Ae Jung yang tertidur pulas diatas meja dan tanganya akan menyentuh wajah Ae Jung. Tapi tiba-tiba tanganya ditahan oleh seseorang. Ryu Jin datang seperti tak ingin Dae Oh menyentuh Ae Jung.
Bersambung ke episode 8


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Sinopsis Was it Love Episode 7 Part 1


PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


“Aku… Aku masih mencintaimu...”akui Dae Oh. Ae Jung terdiam mendengarnya dan langsung tertawa mendengarnya. Dae Oh bingung Ae Jung malah tertawa.
“Memangnya tak lucu? Bagaimana bisa aku tak tertawa? Konyol sekali.” ucap Ae Jung. Dae Oh tak mengerti maksud ucapan Ae Jung


“Kau mengataiku wanita jahat, apa kau ingat? Apa Oh Dae-o yang hebat masih mencintai wanita jahat yang mematahkan hatinya? Yang benar saja. Jangan bercanda.” Ucap Ae Jung. Dae Oh tak percaya mendengar komentar Ae Jung.
“Karena kau suasananya menjadi canggung. Joo A-rin pasti kesal. Ayo.. Berikan tasku. Jangan pernah lakukan ini lagi... Tidak cocok.” Ucap Ae Jung memberikan jas dan mengambil tasnya. Dae Oh hanya bisa terdiam melihat tingkah Ae Jung. 



Yeon Woo keluar dari lift dan memberikan undangan didepan pintu, lalu melihat Ae Jung berjalan dilorong akan masuk ke dalam toilet. Ia memanggil tapi Ae Jung sudah masuk ke dalam toilet. Saat itu Ibu Yeon Woo melihat anaknya dan langsung menghampirinya.
“Astaga! Yeon-woo, ini benar kau, 'kan? Kau sangat tampan.” Ucap Nyonya Joo merangkul anaknya.  Yeon Woo malu karena Banyak orang.
“Ibu akan memperkenalkanmu kepada semuanya. Akhirnya mereka bertemu kau.” Kata Nyonya Joo menarik Yeon Woo pergi. Yeon Woo bingung karena sedang menunggu Ae Jung. 

Dae Oh kesal memakan es batu, mengingat saat Ae Jung yang tertawa dan berpikir perkataannya lucu. A Rin melihat Dae Oh dari kejauhan dan langsung menghampirinya, lalu dengan wajah khawatir bertanya apa  Nona Noh baik-baik saja. Dae Oh dengan wajah kesal menjawab itu Mungkin.
“Aku kaget karena dia terjatuh tadi. Aku merasa bersalah karena dia jatuh di hadapan para tamu.” Ucap A Rin
“Dia hanya perlu mencuci bajunya.” Kata Dae Oh sudah tak peduli lagi
“Omong-omong, bagaimana denganmu? Apa Kau tak apa-apa? Kau harus hati-hati. Kau tak boleh terluka.” Kata Dae Oh pada A Rin.
“Apa Kau mencemaskanku?” ucap A Rin tak bisa menutupi rasa bahagia. Saat itu Nyonya Joo datang dengan Yeon Woo. 

“Ternyata kau di sini... Aku mencarimu. Kenalkan, ini putraku.” Ucap Nyonya Joo bangga. Dae Oh melihat Yeon Woo langsung menatap sinis. Yeon Woo pun tak bisa menutupi wajahnya lagi.
“Aku sedang mengobrol dengan sutradara.” Kata A Rin. Nyonya Joo kaget kalau Dae Oh adalah Sutradara
“Jadi, apa berarti dia… Sutradara Cheon Eok-man?” ucap Nyonya Joo. Dae Oh pun membenarkan sebagai Cheon Eok-man.
“Halo. Senang bertemu denganmu. Aku Joo Bo-hye, CEO Cheonmyeong Entertainment. Lalu ini putraku, Oh Yeon-woo.” Ucap Nyonya Joo bangga. Yeon Woo pun menyapa keduanya. 


“Senang bisa bertemu orang penting di sini.” Kata Dae Oh dengan nada menyindir mengulurkan tanganya. Nyonya Joo menyuruh anaknya agar menjabat tanganya.
“Sepertinya kalian akan sering bertemu. Dia putra tunggalku.” Kata Nyonya Joo. Yeon Woo merasa tak enak dengan ibunya yangterus merangkulnya.
“Apa Kau sudah bertemu produser film kami? Produser Noh Ae Jung” ucap Dae Oh.
“Apa Dia juga datang? Di mana dia?” tanya Nyonya Joo penasaran. A Rin memberitahu Ae Jung  sedang pergi, tapi belum kembali.
“Ibu, aku permisi dahulu.” Kata Yeon Woo panik dan bergegas pergi. Nyonya Joo bingung kenapa anaknya yang ingin cepat-cepat pergi. A Rin heran dengan sikap Yeon Woo yang tiba-tiba pergi, sementara Dae Oh sudah tahu kalau Yeon Woo tak ingin Ae Jung tahu tentang statusnya. 
Ae Jung berjalan keluar dari lobby, lalu mengingat saat Dae Oh mengatakan “Aku masih mencintaimu.” Ia pun mengumpat kesal pada Dae Oh si Pria gila karena Perkataannya konyol lalu berpikir akan pulang saja Yeon Woo berlari ke lobby dan langsung berteriak memanggil Ae Jung. Ae Jung kaget melihat Yeon-woo.
“Syukurlah. Hampir saja.” Ucap Yeon Woo. Ae Jung bertanya kenapa Yeon Woo datang ke tempat ini.
“Itu… Aku ada janji dengan seseorang.” Kata Yeon Woo gugup. Ae Jung lalu memuji Yeon Woo hari ini kau sangat tampan.
“Benarkah?.. Tapi Apa sesuatu terjadi kepadamu?” tanya Yeon Woo melihat baju Ae Jung ada noda makanan.
“Aku menumpahkan sesuatu.” Kata Ae Jung. Yeon Woo melepaskan jas dan memberikan pada Ae Jung. Ae Jung mengeluh kalau  tak perlu.
“Mari ikut denganku.” Kata Yeon Woo menarik Ae Jung keluar. Ae Jung mengaku baik-baik saja.
“Ayo Percayalah kepadaku.”kata Yeon Woo terus menarik Ae Jung. Ae Jung mengaku baik-baik saja.
“Siapa wanita yang bersamanya?” ucap Nyonya Joo melihat anaknya yang pergi dengan seorang wanita, saat akan mengejarnya beberapa orang yang mengenalnya langsung menyapanya lebih dulu. 

Yeon Woo melihat sebuah toko baju yang masih buka lalu memilihkan satu baju yang cocok untuk Ae Jung.  Ae Jung merasa kalau tak perlu dan tak ada alasan membelikan baju untuknya. Yeon Woo mengaku sengaja datang untuk membelikan baju dan mau Ae Jung ganti baju itu.
“Aku bisa ganti baju di rumah. Ayo pulang saja.” Ucap Ae Jung lalu saat berjalan mengaduh kesakitan. Yeon Woo melihat kaki Ae Jung yang lecet.

“Kakiku lecet karena sudah lama tak pakai sepatu tinggi.” Ucap Ae Jung. Yeon Woo langsung mencari sepatu flat meminta agar Ae Jung memakainya.  Ae Jung menolak  merasa tak perlu
“Kau perlu sepatu agar bisa bekerja keras.” Kata Yeon Woo. Tapi Ae Jung tetap menolaknya.
“Ini hanya baju dan sepatu.” Ucap Yeon Woo memohon. Ae Jung pun tak bisa menolaknya lagi. Akhirnya Yeon Woo yang akan membayarnya.


KANTOR CEO
Nyonya Song duduk dengan wajah tegang menatap laptopnya. Manager Myung datang  karena Nyonya Song yang mencarinya.Nyonya Song mendengar Ryu pergi ke acara Malam Cheonmyeong. Manager Myung gugup mengaku RyuJin juga ingin bertemu Joo A-rin.
“Seberapa hebat film itu sampai dia mau bekerja dengan Joo A-rin yang dia benci?” kata Nyonya Song penasaran.
“Bukan begitu. Film ini adalah karya Cheon Eok-man.” Kata Manager Myung.
“Apa Hanya itu?”tanya Nyonya Song. Manager Myung terlihat gugup. Nyonya Jung bertanya Apakah ini, memperlihatkan sesutu di laptopnya.
“Inikah hal yang kau rahasiakan dariku?” kata Nyonya Song. Manager Myung melihat di layar ada foto Ryu Jin  dengan anak remaja bertuliskan caption
[RYU JIN MENJADI PEMBICARA DI SMP HANBAK- KELAS SPESIAL BAGI PEMIMPI DI HANBAK] 
Ryu Jin berbicara menyapa A Rin memujinya kalau memang aktris yang hebat. Ia pun yakin kalau Ae Rin pasti tak lupa itu berkat siapa jadi selalu mendukunnya, tapi ternyata Ryu Jin sedang berlatih ditoilet kalau bertemu dengan A Rin.
“Sial. Tak mungkin aku mendukungmu. Aku bisa menyumpahimu terus dan itu belum cukup. Astaga... Haruskah aku bekerja dengan orang sombong itu?” ucap Ryu Jin kesal.
Saat itu seseorang masuk, Ryu Jin langsung menutup mulutnya dan melihat Dae Oh sedang ada didepan toilet sibuk dengan ponselnya.
“Kenapa dia tak jawab teleponnya? Apa dia pergi dengan si berengsek itu?” ucap Dae Oh kesal


Ryu Jin keluar toilet bertanya sedang apa didepan toilet. Dae Oh melihat Ryu Jin bersikap tak terjadi apapun. Ryu Jin berkomentar kalau  Dae Oh  aneh dan bertanya Kenapa ada di depan toilet wanita. Dae Oh mengaku bukan seperti itu.
“Ae Jung tiba-tiba menghilang. Aku pikir dia ada di toilet wanita. Aku harus pergi. Sampai jumpa.” Ucap Dae Oh lalu berjalan pergi.
“Kenapa dia?”kata Ryu Jin heran. Dan tiba-tiba Dae Oh datang lagi bertanya pada Ryu Jin.
“Jika datang bersama, bukankah harus pulang bersama? Bukan berarti aku mau pulang dengannya, tapi harusnya tak begini.. Aku pulang dahulu.” Kata Dae Oh lalu berjalan pergi  lagi. 

“Kenapa dia?” kata Ryu Jin heran dangan tingkah temanya. Daae Oh kembali datang
“Menyebalkan sekali. Apa hanya perasaanku saja? Mungkin hanya perasaanku. Maafkan aku. Aku sungguh akan pergi.” ucap Dae Oh dan pergi  tapi balik lagi.
“Hei... Sebenarnya kau akan di sini atau pergi?” teriak Ryu Jin kesal. Dae Oh pun dengan santai mengajak agar mereka pergi bersama.


Ryu Jin memberikan tanda tangan dengan seorang fans, tapi menolak untuk foto karena sedang bersama temannya. Dae Oh pun sibuk minum terlihat sudah setengah mabuk mengaku menyatakan cinta. Ryu Jin hanya menatap temanya.
“Kubilang kepada Ae Jung, bahwa aku menyukainya.” Akui Dae Oh. Ryu Jin kaget mendengarnya.
“Tapi dia bilang itu konyol... Astaga... Apa perkataanku lucu? Aku menyatakannya dengan serius. Tapi dia bilang jangan bercanda dan pergi. Apa aku ditolak? Jadi Aku harus bagaimana?” ucap Dae Oh binggug. Ryu Jin hanya diam saja.
“Aku sangat berdebar waktu melihatnya, cemas saat tak melihatnya, dan aku tak bisa menguasai hatiku. Aku tak bisa menyerah. Bagaimana bisa aku berhenti saat baru mulai punya perasaan padanya?” ucap Dae Oh
“Tidak bisa. Kau tah dia punya anak, 'kan?” ucap Ryu Jin gugup. Dae Oh mengaku tahu.
“Aku tahu dia punya anak... Aku tak bercanda... Aku serius. Perasaanku benar-benar tulus.” Kata Dae Oh
“Aku harus pergi. Orang-orang memperhatikanku.” Ucap Ryu Jin bergegas pergi. Dae Oh mengeluh kemana Ryu Jin mau ke mana dan mengajak untuk duduk saja. 

Hye Jin kaget melihat Tuan Joo yang datang ke kantor selarut ini. Tuan Joo melirik ke arah meja Ae Jung yang kosong. Ae Jung tahu Tuan Joo mencari Ae Jung lalu memberitahu kalau ia pergi ke acara Malam Cheonmyeong.
“Apa Kau datang sendiri hari ini? Ke mana Pak Kim?” ucap Hye Jin memperlihatkan gerakan mencari pria berambut plontos.
“Aku datang sendiri. Tolong sampaikan ini kepada Nona Noh. Ini bisa membantu merekrut Joo A-rin... Aku pergi dahulu.” Ucap Tuan Koo.
“Tunggu sebentar, Pak Koo.. Kau tak perlu khawatir soal itu. Kami berencana mengabarimu besok, tapi sepertinya Joo A-rin setujuuntuk bermain di film kita.” Ucap Hye Jin. 


Tuan Koo duduk dengan wajah tersenyum melihat cincin ditanganya. Tuan Km kaget mendengar ucapan Tuan Koo dan ingin memastikanya. Tuan Koo membawa kembali berkas yang dibawa untuk Ae Jung  lalu mmberitahu kalau tak butuh itu lagi karena udah terlambat.
“Apa maksudmu?”tanya Tuan Kim tak mengerti. Tuan Koo mengatakan mau bergabung dalam komite orang tua murid.
“Apa kau serius? Biasanya kau tak pernah mau.” Tanya Tuan Kim kaget
“Seseorang menyarankan aku harus datang.” Ucap Tuan Koo tersenyum bahagia.
“Siapa yang memberitahumu?” tanya Tuan Kim penasaran. Tuan Koo menjawab itu temanya. 

Ae Jung baru saja selesai mandi lalu melihat noda bajunya dan mengingat ucapan Dae Oh lalu mengeluh “Dia mengatakan hal konyol. Tak masuk akal.” Lalu saat itu Dae Oh menelpnya.
“Kenapa? Kau mau bicara hal konyol apa lagi? Dasar Sial.” ucap Ae Jung kesal melempark ponsel dan tak mengangkatnya.
“Aku menyatakan cinta, tapi kau malah tertawa?” ucap Dae Oh yang mabuk duduk didepan rumah Ae Jung dan mengingat ucapan Ae Jung “Kau mengataiku wanita jahat, ingat?
“Dia bilang ingatannya tak bagus. Kenapa dia bisa ingat perkataan itu?” ucap Dae Oh dan mengingat kembali saat Ae Jung mengembalikan jasnya.
“Kau Ambil ini...Jangan pernah lakukan ini lagi. Tidak cocok.” Ucap Ae Jung marah.
“Lalu sebenarnya apa yang cocok denganku? Jawablah teleponku.” Kata Dae Oh kesal karena Ae Jung tak mengangkat telpnya. 

Saat itu Yeon Woo keluar rumah, Dae Oh senang melihat Yeon Woo keluar dan langsung menyapanya lalu meminta masuk agar bisa memanggilkan Ae Jung.
“Jika kau mabuk, pulang dan tidurlah. Jangan buat keributan di sini.” Ucap Yeon Woo. Dae Oh mengeluh kesal
 “Aku sedang mabuk, jadi, aku pasti bisa mengalahkanmu.” Kata Dae Oh berdiri dan Yeon Woo langsung mendorong dengan bahunya. Dae Oh terjatuh sambil mengaduh kesakitan. 

Di lapangan, Yeon Woo bermain basket sendirian. Dae Oh langsung mengejek Yeon Woo yang tak pandai bermain basket, Yeon Woo tak memperdulikan dan terus bermain basket. Dae Oh pikir Yeon Woo yang  memanggilnya jadi meminta agar bicara dan Jangan hanya bermain basket.
“Aku tak pernah memanggilmu. Kau yang mengikutiku.” Ucap Yeon Woo. Dae Oh seperti tak yakin mendengarnya.
“Aku akan memberimu peringatan. Jangan tiba-tiba datang ke rumahnya. Itu sangat tak sopan.” Kata Yeon Woo marah
“Aku pergi ke rumah Noh Ae Jung  untuk bertemu dengannya. Kenapa kau marah?” kata Dae Oh
“Biar aku tanya satu hal. Kenapa pria kaya sepertimu menyewa kamar di rumah Ae Jung?” kata Dae Oh penasaran
“Haruskah aku beri tahu kau?” balas Yeon Woo. Dae Oh mengaku  hanya penasaran kenapa Yeon Woo pura-pura hidup sebagai orang biasa
“Apa alasanmu?” tanya Dae Oh. Yeon Woo mengaku  menyukai Ae Jung dan  ingin menghabiskan waktu bersamanya serta lebih dekat dengannya.

“Lantas, apa alasanmu? Jawab pertanyaanku. Kenapa kau selalu mengganggu Ae Jung?” kata Yeon Woo
“Aku tak mengganggunya. Aku mau kembali bersamanya. Dahulu, kami sangat akrab.” Ungkap Dae Oh tak mau lagi menutupi perasanya.
“Awalnya aku tak yakin, tapi ternyata benar.”komentar Yeon Woo. Dae Oh bingung bertanya apa maksudnya benar.
“Dahulu kau yang menyakiti Ae Jung. Aku selalu mau memukul orang i jika aku bertemu dia.” Ucap Yeon Woo menahan emosin
“Apa Aku menyakitinya? Seingatku, dia yang melukaiku. Kau tahu apa?” balas Dae Oh
“Karena itu, takkan kubiarkan.” Ucap Yeon Woo dan keduanya saling berkelahi menarik rambut. Dae Oh menjerit kesakitan karena rambutnya ditarik dan meminta Yeon Woo agar melepaskanya.
Yeon Woo pun melepaskan tanganya, tapi Dae Oh malah membalasnya dengan menarik rambut Yeon Woo. Yeon Woo dengan kekuatanya langsung mengigit lengan Dae Oh. Dae Oh langsung menjerit kesakitan. 



Dae Oh berbaring di tempat tidur dengan wajah babak belur mrawa tak percaya kalau Yeon Woo berani menyerang tanpa tahu kejadian sebenarnya. Ia pun mengumpat kesal karena anak muda yang brani melawanya.
“Jika aku saja separah ini, mungkin sekarang pria itu sudah di IGD.”ucap Dae Oh dan merasakan kesakitan di seluruh badanya. 

Tapi Yeon Woo terlihat bugar setelah selesai mandi, lalu melihat wajahnya yang ada bekas luka. Ia pun mencari salep pada kotak P3K dilantai bawah. Ae Jung keluar kamar bertanya sedang apa. Yeon Woo mengaku sedang mencari salep.
“Salep? Kenapa?” ucap Ae Jung panik dan melihat wajah Yeon Woo yang terluka.
“Aku terbentur.” Kata Yeon Woo berbohong. Ae Jung pun ingin memastikan wajah Yeon Woo.
“Astaga. Kau benar-benar terbentur. Kau seorang guru. Rawatlah dirimu dengan lebih baik. Kau bertemu murid-murid setiap hari. Apa yang akan mereka pikirkan?” ucap Ae Jung langsung memberikan salep pada wajah Yeon Woo. Yeon Woo tersipu malu saat Ae Jung menyentuh bibirnya.


“Kenapa tertawa?” tanya Ae Jung heran dan merasa sedikit canggung.
“Tak apa-apa. Hanya saja aku merasa menang.” Ucap Yeon Woo. Ae Jung pun bingung menang karena apa.  Yeon Woo mengaku Bukan apa-apa lalu berjalan pergi. 


Nyonya Choi keluar kamar melihat Yeon Woo hanya tersenyum bertanya Ada apa dengannya. Ae Jung mengelengkan kepala karena tak tahu. Nyonya Choi lalu bertanya pada Ae Jung apakah pernah membuang semacam catatan. Ae Jung  bingung apa maksudnya Catatan
“Saat ibu mau daur ulang sampah… Ke mana barang itu?” kata Nyonya Choi bingung mencari buku di laci
“Ibu cari apa?” tanya Ae Jung heran. Nyonya Choi kebingungan karena buku yang diambilnya hilang. 

Ha Nee yang mengambil buku catatan milik Yeon Woo langsung menyemunyikan di bawah tempat tidur anjing kesayanganya. Ia pun bertanya-tanya Kenapa Nenek memungut barang yang sudah dibuang. Nyonya Kang melihat Ha Nee sedang berbicara dengan anjingnya.
“Sepertinya kau sangat menyukainya.” Komentar Nyonya Kang. Ha Nee pikir itu sudah pasti karena ia yang memungutnya.
“Aku akan bertanggung jawab.” Kata Ha Nee. Nyonya Kang menatap Ha Nee. Ha Nee bingung dengan tatapan Nyonya Kang.
“Tak apa-apa... Kau sudah seperti ibunya.” Ucap Nyonya Kang. Ha Nee membenarkan kalau Mulai sekarang aku ibu sekaligus ayahnya.
“Perkataanmu sangat mirip dengan ibumu... Itu perkataan yang selalu ibumu katakan. Dia adalah ibu sekaligus ayahmu. Tapi… itu bukan hal mudah. Kau tahu itu, 'kan?” ucap Nyonya Kang
“Artinya dia mau berikan semua. Semua yang bagus, yang baik, yang mau kau makan, yang ingin kau miliki dan kau lakukan. Semuanya. Ibumu pernah berkata bahwa setelah melakukan semuanya yang tersisa untuknya hanya satu hal. Yaitu dirimu.” Kata Nyonya Kang lalu memberikan sebuah amplop.
“Semoga beruntung... Rawatlah ia dengan baik.”ucapNyonya Kang. Ha Nee tersenyum bahagia karena berpikir diberikan Uang jajan
“Ini bukti pembayaran perawatan anjingmu. Aku menagihmu.” Kata Nyonya Kang. Ha Nee mengeluh kalau tak punya uang.
“Kembalikan nanti. Ibumu juga begitu.” Kata Nyonya Kang. Ha Nee kesal karena tagihan diberikan padanya.
“Bagus, Noh Ha-nee... Kau sudah berutang sejak umur 14 tahun.” Ucap Nyonya Kang menyindir. 



Ae Jung sedang duduk di meja kerjanya dan melihat Dae Oh seperti sengaja membalik kertas dengan kasar. Dae Oh melampiaskan amarahnay sambil mengeluh kertasnya susah sekali dibalik. Hye Jin tiba-tiba mengangkat tanganya mengaku punya pertanyaan.
“Kenapa wajahmu begitu?” ucap Hye Jin. Ae Jung terlihat gugup karena takut Dae Oh mulai berbicara aneh.
“Tentang ini… Aku menjadi begini karena seorang wanita. Ini biasa terjadi kepada pria yang memperebutkan wanita.” Ucap Dae Oh.
“Apa… Apa yang kau katakan?” uca Ae Jung marah. Hye Jin menyela kalau  merasakannya waktu membaca novel Dae Oh.
“Aku pikir kau orang yang sangat romantis.” Kata Hye Jin. Dae Oh tersenyum merasa sepertinya menarik dengan ucapan dan meminta agar melanjutkan bicaranya.
“Aku suka bagian Cheon-su menyatakan cinta kepada Hae-ok di pinggir jurang. Itu Sangat romantis..” ungkap Hye Jin
“Ternyata kau cukup jeli. Bagian itu memang kuambil dari pengalamanku. Aku tak sampai di pinggir jurang, hanya saja hampir masuk IGD karena aku mau makan bersamanya.” Cerita Dae Oh. Hye Jin tak percaya mendengarnya.
“Kau sangat romantis. Tapi Kenapa putus jika begitu saling cinta?” kata Hye Jin.
“Aku tak tahu... Kira-kira kenapa kami putus?” ucap Dae Oh melirk ke rah Ae Jung seolah tak peduli.
“Hye-jin...Apa Kau sudah selesaikan proposal anggaran?” ucap Ae Jung mencoba agar tak membahasnya lagi.
“Itu? Masih belum selesai.” Kata Hye Jin. Dae Oh akhirnya memutuskan  malam ini rapat semalaman.
“Sepertinya kita perlu tahu alasan detail mengapa Cheon-su dan Hae-ok berpisah.” Kata Dae Oh
“Entahlah... Sepertinya tak perlu sampai bergadang demi hal itu.” Ucap Ae Jung
“Kenapa? Ada alasan kau tak bisa bergadang bersamaku?” sindir Dae Oh. Ae Jung mengaku tidak dan menurutnya Itu ide bagus.
“Hye-jin, dia bilang kita akan rapat semalaman. Jadi, siapkan banyak camilan manis.” Ucap Ae Jung dan Hye Jin pun menganguk mengerti.
“Baiklah. Tanggal rapat sudah ditentukan... Untuk makan siang…” kata Dae Oh dan Ae Jung langsung berdiri karena harus dinas keluar dahulu.
“Mari kita makan siang masing-masing.” Kata Dae Oh melihat Ae Jung yang keluar dari kantor. 


Ae Jung keluar sambil mengeluh dengan sikap Dae Oh yang membuatnya tak nyaman. Dae Oh tiba-tiba berjalan dibelakang Ae Jung bertanya kenapa menghindarinya.  Ae Jung terus berjalan mengeluh kalau tak mungkin menghindarinya. Dae Oh bisa menyusul Ae Jung berkomentar alau sekarang sedang melakukannya.
“Kau tak memberi tahu alasan kita putus.” Ucap Dae Oh seperti ingin mendesak Ae Jung
“Jika kau begini karena naskah, mari kita bicara besok saja. Besok kita akan rapat.”ucap Ae Jung
“Baiklah. Bagaimana dengan revisinya? Apa sudah bagus? Aku merevisinya sambil memikirkanmu.” Kata Dae Oh sengaja memancing
“Kau… Apa kau perlu mengatakan itu?” keluh Ae Jung menahan emosinya.
“Agar kau juga bisa ingat betapa indah masa lalu kita. Agar kita bisa bicarakan lagi.” Kata Dae Oh
“Sudahlah, Dae Oh... Aku tak ingat apa pun. Tak ada kenangan indah yang bisa kupakai untuk bernostalgia. Jadi, sekalipun kau tulis semua kenanganmu, aku tetap tak akan ingat. Maafkan aku.” Tegas Ae Jung
“Dan Satu lagi... Sebenarnya aku juga sudah tak ingat alasan kita putus. Mungkin terdengar memuakkan, tapi sebenarnya itu hanya alasan. Seharusnya aku tak memanfaatkanmu, tapi maaf, tak ada jalan lain.” Akui Ae Jung. Dae Oh sempat terdiam dan akhirnya bicara.
“Kau bohong.. Kenapa kau begitu membenciku jika tak bisa mengingat apa pun? Jika kau membenciku hingga begini, ini artinya kau masih menyukaiku.” Ucap Dae Oh
“Aku bilang tidak. Aku tak menyukaimu. Aku sangat sibuk, jadi, jangan ganggu 
aku. Aku harus bekerja dan mengurus anakku.” Keluh Ae Jung
“Lakukanlah semua hal itu. Apa aku menghalangimu? Jalani hidupmu seperti biasa. Hanya saja aku akan menyukaimu... Aku akan tetap menyukaimu... “ tegas Dae Oh
“Serta, jangan salah paham.. Aku juga tak mau bernostalgia. Karena jika aku mengingat malam aku menyatakan cinta, aku akan merasa sangat sedih.” Kata Dae Oh lalu berjalan pergi. Ae Jung hanya bisa terdiam. 



Flash Back
Ae Jung mulai makan dengan lahap. Dae Oh bertanya apakah mereka hanya makan saja. Ae Jung menganguk karena Dae Oh yang mengajaknya makan.
Sebelumnya Dae Oh pergi ke perpustakaan menemui Ae Jung mengajak untuk makan tapi Ae Jung seperti menolaknya. Saat akan masuk kampus, Dae Oh datang dengans sepeda menghalangi jalan Ae Jung kembali mencoba mengajaknya makan.
“Maaf, tolong tenang sebentar... Ae Jung.. Ayo makan denganku.” Ucap Dae Oh Didepan kesal. Semua anak langsung bersorak dan Ae Jung terlihat malu. 

“Aku lapar. Aku pikir kau tak bisa katakan hal lain selain mengajak makan.”kata Ae Jung. Dae Oh menganguk mengerti mendengarnya.
“Aku mau makan denganmu karena ingin melupakan kejadian pada trip itu dan menjadi teman baik. Karena itu aku… Hei... Apa kau mendengarkanku?” kata Ae Jung melihat Dae Oh hanya tertunduk
“Ya, aku mendengarkanmu. Omong-omong, kau pasti sangat suka kerang.” Kata Dae Oh
“Kerang makanan kesukaanku nomor satu.” Ucap Ae Jung. Dae Oh pun tahu kalau kerang jadi Nomor satu untuk Ae Jung.
“Jika aku makan ini, artinya aku menjadi nomor satumu... Tepati janjimu. Aku menyatakan cinta dengan mempertaruhkan nyawaku. Aku akan makan ini.”ucap Dae Oh mengambil kerang dan langsung memakanya. Ae Jung pun bingung. 

Dae Oh berbaring di rumah sakit dengan tubuh yang memerah dan merasa gatal. Ae Jung duduk disampingnya mengeluh Dae Oh sudah gila karena tahu alergi tapi tetap memakanya dan sudah ingin mati. Dae Oh pikir sudah mengatakanya.
“Kupertaruhkan nyawaku untuk menjadi pacarmu... Jadi Tepati janjimu.” Ucap Dae Oh. Ae Jung kaget mendengarnya.
“Jika tidak, ini tak adil. Hei, Ae Jung... Aku sangat menyukaimu.” Kata Dae Oh yang terus merasakan gatal . Ae Jung pun tak bisa berkata-kata.
Ae Jung akhirnya hanya bisa menatap Dae Oh dengan semua kenangan yang diingatnya. 

Ae Jung pergi ke sekolah dan kaget melihat Tuan Koo datang ke sekolah. Tuan Koo yang terlihat menyeramkan akhirnya duduk di ruangan bersama dengan orang tua murid lainya dan dibagian tengah terlihat papan nama IBU CHAN-YEONG
“Seperti yang sudah kita bicarakan kali terakhir, kita akan memilih ketua untuk memimpin komite orang tua murid selama setahun. Apa Kalian bisa ajukan calon ketuanya?” ucap Guru Oh.
“Ibu Chan-yeong.” Kata seorang wanita yang duduk disampingIbu Chan Yeong. Ibu Chan Yeong malu merasa kalau itu tak perlu.
“Ayah Dong-chan.” Kata Ibu yang duduk didepan Ae Jung, mereka seperti terpesona dengan ayah Dong Chan dan Ae Jung pun menyetujuinya.
“Jika dia menjadi ketua, ayah lain pasti mau ikut berpartisipasi.” Kata si ibu. Beberapa ibu pun setuju.
“Apa tak ada lagi? Jika tak ada, mari lakukan pengambilan suara.” Kata Guru Oh. Tiba-tiba Tuan Koo mengangkat tangany
“Aku juga mau mencalonkan seseorang.. Ibu Ha-nee.” Kata Tuan Koo. Ae Jung melonggo kaget. Tapi akhirnya mereka semua langsung menuliskan pilihan 


Di taman, Ha Nee mengelh  bahkan tak dapat 10.000 won dengan mengumpulkan botol kosong dan berpikir kalau harus mencari kerja paruh waktu. Dong Chan bertanya pada Ha Nee apakah tak mencari ayahnya lagi. Ha Nee terdiam.
“Maksudku, kita sudah tahu Pak Oh bukan ayahmu. Bukankah seorang lagi aktor itu?” ucap Dong Chan.
“Lantas kenapa? Dia melarangku menghubunginya.”ucap Ha Nee marah, tiba-tiba Seorang anak menyiram keduanya.
“Anak-anak yang tak punya ayah dan ibu cocok sekali. Apa kalian berpacaran?” ejek Chan Yeong. Ha Nee ingin melawanya.
“Hentikan, Ha-nee. Abaikan saja dia.” Kata Dong Chan menahannya. Tiba-tiba seorang anak berteriak
“Chan-yeong, ada masalah... Ibumu…” teriak temanya. Chan Yeong terlihat kaget.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted