PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 31 Maret 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 9 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Tuan Cha mulai membahas kalau Bibi Sim yang akan  menerbitkan buku. Bibi Sim pun bertanya kenapa. Tuan Cha mengaku  juga akan menerbitkan buku jadi Perusahaan penerbitnya berusaha keras untuk mencari tahu tanggal penerbitan buku Bibi Sim jadi apakah Bibi sim tahu.
“Karena sudah di sini, aku ingin bertanya kepadamu. Kapan kau menerbitkan bukumu?” tanya Bibi Sim.
“Saat kamu menerbitkan bukumu. Aku sudah selesai menulis naskahnya, agar aku bisa menerbitkannya kapan pun aku mau. Bukankah itu bagus? Aku akan menerbitkannya di tanggal yang sama dengan bukumu terbit.” Kata Tuan Cha.
“Apakah ini balas dendam? Langkah yang murahan. Kau tidak sehebat aku dalam menulis dan tidak ada yang mengakuimu saat kuliah. Aku tidak pernah membayangkan kau akan membalasku seperti ini.” Ucap Bibi Sim menyindir.
“Kau tidak boleh melakukan ini saat kau memiliki rumah di tengah Seoul. Menyedihkan sekali. Kamu menyedihkan saat itu, dan kau masih menyedihkan.” Kata Bibi Sim.
“Lalu kenapa kau tidak menerbitkan bukumu lewat perusahaan kami?” kata Tuan Cha. Bibi Sim kaget mendengarnya.
“Bukumu. Biarkan perusahaan kita menerbitkannya. Akan kupastikan itu terjadi. Sebagai balasannya, bagaimana jika kau menulis novel berdasarkan hidupmu sejak kuliah? Bagaimana?” ucap Tuan Cha. Bibi Sim hanya diam saja. 


Tuan Park berkomentar Ada pepatah lama bahwa pria bijaksana menghilangkan pengar dengan makan mi. Jang Wo bertanya apakah itu arti tanda di dinding itu. Tuan Park lalu menyapa Hye Won yang baru pertama ditemuinya dan menuangkan soju.
“Aku banyak mendengar tentangmu, tapi ini kali pertama kita bertemu.” Kata Tuan Park. Hye Won pun mengaku Senang bertemu dengan Tuan Park.
“Kau mirip ibumu.” Ucap Tuan Park. Hye Won pikir Kepribadian mereka berbeda. Tuan park piki tak seperti itu.
“Sepertinya mirip denganku.” Kata Tuan Park mengoda. Hye Won hanya bisa tertawa mendengarnya.
Saat itu tak sengaja seoran pria menabrak Hye Won dari belakang dan menumpahkan minuman. Jang Woo pun memberikan tissue menurutnya Hye Won itu punya pesona dan kekurangan Meski  belum bertemu dengan ibunya... saat itu pria yang disamping meja mereka mengenal Jang Woo. Jang Woo pun berdiri menyapanya
Sementara Hye Won dan Eun Seob terlihat sangat dekat membersihkan minuman yang tumpah. Eun Seo berkomentar kalau  Baunya seperti alkohol. Hye Won pikir kalau Baunya seperti ia sudah minum banyak soju. Tuan Park melihat keduanya hanya diam saja karena terlihat sangat intim.
“Aku belum bertemu dengan ibu Hae Won...” ucap Jang Woo tapi si paman ingin tahu kabar ayah Jang Woo. Jang Woo baik-baik saja dan mencoba untuk segera menyudahinya.
“Aku harus bagaimana? Aku akan bau alkohol.” Kata Hye Won tersenyum didepan Eun Seob. Begitu juga Eun Seob. Jang Woo terdiam melihat keduanya seperti pasangan.
“Teman-teman, kurasa aku tidak keliru tadi, kan? Maksudku, kalian berdua... Apa yang terjadi di sini?” kata Jang Woo
“Astaga, haruskah kau bertanya? Bahkan pria tua ini bisa tahu bahwa mereka mungkin akan segera menikah.” Kata Tuan Park. Jang Woo mengeluh mendengarnya.
“Hei, Kawan. Apa yang terjadi? Aku tidak percaya kepadamu. Kau memang hebat.” Kata Jang Woo. Tuan Park pun mengajak mereka minum saja. Dan Jangan hiraukan mereka.
“Hei, jadi, ini akhir ceritanya?” ucap Jang Woo. Hye Won bingung Cerita apa
“Menurutmu apa? Cerita tentang dia yang jatuh cinta kepadamu.” Ucap Jan Woo. Eun Seob panik mendengarnya dan terlihat marah
“Kenapa? Kamu mau mendengarnya?”ucap Jang Woo. Hye Won mengaku juga penasaran.
“Tidak perlu. Dia hanya bicara omong kosong.” Kata Eun Seob. Hye Won meminta agar memberitahu karena ingin dengar. Eun Seob mengeluh mendengarnya.
“Hye Won... Kurasa ceritanya dimulai dengan kereta Mugunghwa.” Kata Jang Woo. Eun Seob berteriak kesal meminta agar tak melakukanya. 



Flash Back
Di sebuah stasiun kereta api, Hye Won yang masih remaja berdiri menuggu kereta, terlihat dipapan  "Ke Jecheon, Cheongnyangni" saat Itu Eun Seob datang dan mulai jatuh cinta dengan Hye Won saat masih remaja.
“Kereta Mugunghwa dan pohon mapel.” Akui Eun Seob. Hye Won mengaku Tapi sejujurnya, tidak ingat kapan tepatnya.
“Dahulu, aku sering pergi ke stasiun kereta.” Ucap Hye Won. Eun Seob pkir kalau itu saat Hye Won kabur dari rumah. Hye Won kaget mendengarnya.
“Hei, cepat. Pak Park menunggu.” Teriak Jang Woo. Eun Seob akhirnya mengandeng tangan Hye Won untuk berlari bersama. 

“Kalau begitu, itu kali pertama kamu jatuh cinta kepadaku?” tanya Hye Won. Eun Seob mengaku Tidak.
“Lalu kapan?” tanya Hye Won. Eun Seo mengaku menyukainya beberapa kali sebelum itu dan Itu hanya salah satu momen.
Flash Back
Eun Seob menuruni bukti dengan sangat cepat melalui jalur yang cukup curam, dan sampai dibawah lebih dulu. Hye Won yang sedang berjalan dihutan mengeluh Eun Seob membuatnya takut.
Beberapa hari kemudian, Eun Seob bertemu dengan Hye Won membawa sesuatu ditanganya bertanya apakah menginginkanya jadi meminta agar mengulurkan tanganya. Hye Won pun mengulurkan tangan dan melihat kumbang besar dtanganya.
“Hei... Aku tidak mau ini... Aku tidak mau ini. Cepat, ambil kembali.” ucap Hye Won marah lalu berjalan pergi. Eun Seob bingun karena Hye Won hanya berjalan pergi. 

Eun Seob dan Hye Won pun menunggu di "Halte Bus". Eun Seob pikir kalau  Dingin sekali lalu menaruh tangan Hye Won disaku jaketnya. Hye Won menatapnya, Eun Seob bingung bertanya ada apa.  Hye Won mengaku Tidak apa-apa. Eun Seob heran apa maksud ucapan Hye Won.
“Aku hanya berpikir... Bagaimana jika kau tiba-tiba menghilang?” gumam Hye Won.
“Hei... Di sana kamu rupanya, Eun Seop. Ada keributan besar yang terjadi di pasar.” Teriak Seorang paman melihat Eun Seob. Eun Seob bingung bertanya  Apa yang terjadi?

Didalam sebuah kedai dua pria saling berteriak. Beberapa orang keluar mengeluh pada dua orang yang sedang adu mulut. Si pria merasa tak ada yang salah dan berpikir kalau akan membiarkan orang itu mati saja, suaranya sangat tinggi.
“Apa salahnya mengirim orang yang bisa menyelamatkannya?” teriak si pria. Tuan Im menegaskan kalau Putranya juga bisa mati dan juga bisa terluka.
“Aku menyuruhnya ke sana karena aku tahu dia tidak akan terluka. Dan Jujur saja. Dia sering melakukannya. Kenapa dahulu kau tidak mengatakan apa pun? Apa masalahnya sekarang?” ucap Si Pria
“Baiklah. Saat menolong orang, aku mengerti.  Tapi kali terakhir, kau memanggil putraku dan menyuruhnya pergi ke gunung saat malam karena kehilangan anjingmu. Itu salah!” teriak Tuan Im
“Apa salahnya memintanya membantuku mencari anjingku? Dan dia menemukan anjingku! Dia kembali dengan selamat, jadi, semua baik-baik saja!” teriak Si pria
“Baik, tapi bagaimana jika dia terluka? Jika Eun Seop terluka siapa yang akan menyelamatkannya?”ucap Tuan Im. Bibi pemilik meminta agar mereka  jangan bertengkar.
“Kau tidak peduli karena dia bukan putramu. Memangnya putraku pelayan kota? Putraku juga...” teriak Tuan Im. Saat itu Hye Won dan Eun Seob baru saja datang.  
“Kau bilang "Putraku"? Astaga, orang akan berpikir bahwa dia benar-benar putramu.” Ucap Si pria menyindir. Dua temanya meminta agar tak mengataka seperti itu. Si bibi meminta agar Eun Seob agar bisa merelai keduanya.
“Orang akan mengira dia putramu... Astaga, aku bahkan sudah melupakannya. Kenyataan bahwa dia bukan anakmu. Astaga, di mana kamu menemukan anak jalanan itu?” ucap Si pria.
Hye Won kaget dan Eun Seob hanya diam saja. Tuan Im pun tak bisa menahan emosi langsung memukul si pria. Eun Seob akhirnya turun tangan mencoba menahan ayahnya agar tak terjadi perkelahian. 



Eun Seob akhirnya menarik ayahnya masuk ke dalam taksi. Si pria mengeluh karena mereka sudah saling mengenal selama 30 tahun tapi Tuan Im yang memperlakukannya seperti ini. Hye Won hanya bisa menatapnya. Eun Seob meminta maaf. Hye Won bisa mengerti.
Jang Woo mendekati Hye Won melihat semua Kacau sekali dan merasa ini terjadi sekali tiap beberapa bulan. Ia punbertanya Bagaimana keadaan ayah Eun Seop, apakah Dia baik-baik saja. Hye Won bingung bertanya apakah Jang Woo bisa mengetahuinya. 


Eun Seob duduk diteras rumah. Ibu Eun Seo keluar dari kamar lalu dudk di disamping anaknya meminta agar Jangan katakan apa pun kepada ayahnya karena Saat Tuan Im bilang akan pergi menemui teman-teman itu, ia menyuruhnya untuk melarang mereka menyuruh Eun Seob  mendaki gunung lagi.
“Aku tidak akan mengatakan apa pun... Terima kasih.” Ucap Ibu Eun Seob lalu berjalan masuk ke dalam kamar. Eun Seob pun hanya bisa diam saja. 

Jang Woo menceritakan berpikir itu Saat kelas dua atau tiga sekolah dasar.  Ia ingat kalau Tiba-tiba saja, seorang anak agresif muncul di sekolah dan itu adalah Eun Seob
Flash Back
Eun Seob berjalan dikelas seperti sangat pemberani lalu tak sengaja menabrak Jang Woo akan keluar kamar membawa bola. Eun Seob hanya menatapnya dan langsung berjalan pergi.   temanya melihat Jang Woo terjatuh pun heran.
“Sedang apa kamu? Ayo bermain sepak bola.” Ucap temanya membantu  Jang Woo bangun.
“Oh yah... Ternyata anak itu dibawa ke kota oleh serigala. Orang-orang bilang dia tinggal di gunung dan dibesarkan oleh hewan.” Bisik temanya. Eun Seob mendengarnya.
Beberapa saat kemudian, Jang Woo melihat ada keributan diluar kelas.  Beberapa temanya mendukung mereka berkelahi. Eun Seob duduk diatas tubuh temanya dengan terus memukulinya
“Ibuku bilang ayahmu seorang gelandangan. Dia bilang kau ditelantarkan oleh hewan. Kau anak jalanan!” ucap si anak. Eun Seob mengatakan kalau itu tak benar. 


“Ayah kandung Eun Seop gelandangan yang hidup di gunung.” Cerita Jang Woo. Hye Won baru tahu kalau ayah Eun Seob Gelandangan yang hidup di gunung
“Jadi, itu sebabnya...” ucap Hye Won mengingat Eun Seob yang sangat tahu jalur dihutan. Jang Woo membenarkan kalau itu alasannya.
“Apa yang terjadi kepada ayah kandung Eun Seop?” tanya Hye Won. Jang Woo pikir ayah Eun Seob sudah meninggal.
“Tapi Aku tidak tahu persis. Seperti yang kau tahu, Eun Seop tidak pernah membicarakan hal itu.” Kata Jang Woo

Flash Back  
Hye Won mengingat saat ke hutan mengaku belum pernah melihat batu nisan dan bertanya pakah tahu ini makam siapa. Eun Seob melihat nama di papan "Kim Gil..."
“Kisah tentang bulu mata perak serigala. Makam ini milik orang yang menceritakan kisah itu.” Ucap Eun Seob.


Hwi pulang ke rumah berteriak memanggil ayahnya,  kalau mau sepeda baru yang bisa melaju hingga 80 km per jam jadi harus cepat. Tapi kalau ta bisa meminta agar ganti sadelnya karena Bokongnya sangat sakit belakangan ini.  Eun Seob hanya menatap Hwi yang terlalu penuh semangat.
Hwi heran Eun Seob yang menatapnya lalu teringat sesuatu dan mengembalikan dompet kakaknya. Eun Seob kaget kalau Hwi yang  membawanya. Hwi mengaku mengambil dompet orang lain selama 18 tahun terakhir, tapi belum pernah melihat orang seperti Eun Seob.
“Kau bahkan tidak mencari dompetmu.” Ucap Hwi. Eun Seob pikir Lain kali, beri tahu lebih dahulu.
Hwi pun mengeluh dengan tingkah adiknya lalu memberikan sebuah foto. Eun Seob melihat foto saat masih kecil dengan pria disampingnya. Hwi bertanya apakah itu ayah Eun Seob. Eun Seob hanya diam saja.
“Maksudku, dia agak mirip denganmu... Eun Seop... Kenapa kau tidak membuang foto itu?” ucap Hwi. Eun Seob terlihat bingung.
“Kau membawa foto orang yang tidak kukenal. Aku jadi cemburu.” Ucap Hwi. Eun Seob kaget kalau Hwi yang cemburu lalu tersenyum
“Aku serius... Ada apa denganmu? Kau sudah gila? Astaga. Ayah, ada yang salah dengan Eun Seop! Dia tertawa sendiri belakangan ini. Ada apa dengannya? Si bodoh jelek itu.” Teriak Hwi masuk ke dalam rumah. Eun Seob hanya bisa terus tersenyum. 


“Apa aku pernah memberitahumu? Bahwa aku dahulu sangat bahagia.”
Eun Seob berjalan menaiki bukit lalu memanggil ayahnya untuk cepat. Sang ayah mengeluh anaknya terlalu cepat jadi tidak bisa mengimbanginya lagi. Keduanya terlihat bahagia melihat pemandangan dari atas. Eun Seob sedang melihat anak ayam dalam kamarnya.
“Hei, ada babi hutan muncul.”teriak Ayah Eun Seob masuk kamar. Eun Seob ingin tahu dimana.
“Aku Hanya bercanda.”kata Aya Eun Seob. Eun Seob mengeluh pada sang ayah.
“Hari ini, ayah akan mengajarimu cara memotong kayu. Ayo. Hari ini, kau akhirnya akan menjadi pria sejati.” Kata Ayah Eun Seob. Eun Seob terlihat  bahagia. Ayahnya menyuruh Eun Seob agar memakai jaket karena dingin.
“Ayah... Aku menangkap kumbang.” Teriak Eun Seob masuk kamar tapi tak melihat ayahnya dalam ruangan dan kumbangnya pun terjatuh. Ia pun hanya sendirian dalam kamar dengan salju yang turun dengan lebat.
“Lalu suatu hari, semua kebahagiaanku tiba-tiba menghilang.” 



Tuan Im mengayuh sepedanya dan kaget melihat Eun Seob yang duduk sendirian dalam udara yang dingin. Ia langsun memberikan syal ayah Eun Seob hangat. Sesampai dirumah, Ibu Hwi pun memandikan Eun Seob layaknya anaknya sendiri.
“Setelah mandi, kau terlihat sangat tampan. Siapa namamu? Kamu mau makan apa? Apa yang harus kubuat untukmu? Apa Kau mau tteokbokki?” ucap Ibu Hwi. Tuan Im datang dengan terburu-buru mengeluh sangat dingin  sekali.
“Hampir semua toko sudah tutup”kata Tuan Im. Ibu Hwi pun keluar menyuruh agar Tutup pintunya karena Eun Seob bisa terserang pilek.
“Semoga baju-baju ini cocok dengannya” kata Tuan Im. Ibu Eun Seob melihatnaya mengeluh kalau Seharusnya  ikut dengan suaminya.
“Baju-baju ini cukup untuk malam ini. Kita bisa pergi ke toko yang lebih besar besok.” Kata Tuan Im. Eun Seob pun melihat orang tua yang akan mengasuhnya.
“Aku sudah menduga akan segera menjadi tidak bahagia, tapi tidak, itu membuatku justru lebih cemas. Jadi, aku akhirnya takut pada semua kebahagiaan di dunia.” 

Hye Won berdiri sendirian mengingat saat bersama dengan Eun Seob, ia ingn tahu alasan Eun Seob yang tidak takut masuk ke hutan saat malam dan apakah bisa melihat semua jalur atau semacamnya. Eun Seob mengaku sangat mengenal tempat itu bahkan sangat mengetahuinya.
“Jangan pernah naik ke sini lagi. Meskipun aku tidak pernah kembali. Kau tidak boleh naik ke sini.”ucap Eun Seob marah seperti tak ingin Hye Won tahu tentang keluarganya yang dulu.
“Di mana kau menemukan anak jalanan itu?” teriak si pria yang marah pada Tuan Im. Hye Won pun akhirnya baru tahu tentang masa lalu Eun Seob.
"Bocah yang dahulu selalu terluka oleh orang-orang mulai melihat orang-orang melalui bulu mata perak serigala." Untuk menemukan orang-orang jujur di dunia yang penuh dengan orang-orang palsu.”
Hye Won menaiki busa dan Eun Seob mengayuh sepeda pulang ke rumahnya.
“Tapi anak itu tidak melihat orang-orang jujur di dunia ini. Anak itu kesepian. Dia tidak bisa memercayai siapa pun."


Flash Back
Eun Seob menatap ayahnya memberitahu kalau  Orang-orang akan selalu berusaha menipunya Jadi mereka harus membaca wajah mereka dan mencari tahu apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Eun Seob bertanya Kenapa orang-orang mencoba menipu mereka.
“Di dunia ini, tidak ada yang namanya orang jujur... “Ucap Ayahnya
“Tidak... Kau keliru, Eun Seop.” Kata Hye Won. Saat Itu Hwi dengan senyuman bahagia menyapa Hye Won.
“Aku Lim Hwi... Aku tidak mirip dengannya, tapi aku adiknya.” Ucap Hwi. Eun Seob hanya bisa tersenyum.
Hye Won melihat ibu Eun Seob terlihat marah pada  Jang Woo yang memanggil Eun Seop kemari seperti sangat menyayangi Eun Seob walaupun bukan anak kandungnya. Saat Eun Seob datang, mereka langsung tersenyum bahagia. 


"Toko Buku Good Night"
Eun Seob baru saja sampai, Hye Won tiba-tiba datang memberitahu kalau Eun Seob keliru. Eun Seob terlihat bingung. Hye Won membahas Kisah tentang anak dengan bulu mata perak serigala itu dan Eun Seob bilang anak itu akhirnya gagal menemukan desa dengan orang-orang jujur.
“Tapi kau keliru... Pada akhirnya, anak itu menemukan desa itu. Dan dia tinggal bahagia di desa itu. Sama seperti kau sekarang.”ucap Hye Won dan langsung memeluknya.
“Kau adalah anak itu. Kau adalah anak itu juga. Kau sedingin aku. Kalau begitu, kau tahu? Aku akan memelukmu mulai sekarang. Bisakah kau memelukku seerat mungkin?”
Hye Wo menatap Eun Seob dan langsung menciumnya
“Jadi, yang kita miliki tidak akan tiba-tiba menghilang. Jadi, itu tidak akan meleleh dalam waktu singkat. Bisakah kau mendatangiku dan memelukku agar aku bisa memelukmu juga? Agar kita bisa tetap hangat  seperti ini selamanya. Bisakah kau memelukku, Eun Seop?”

"Unggahan Blog Pribadi  Toko Buku Good Night"
"Jika dipikir-pikir, Kereta Mugunghwa adalah  tempat semuanya bermula. Saat itu pagi di musim gugur,  dan ada pohon-pohon mapel. Dia berdiri di sana, Tempat kereta pagi tiba di perhentian, Bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta?"
"Sebenarnya, sejarahku dengan Irene sudah lama berlalu. Saat usiaku sepuluh tahun,  aku berpapasan dengannya. Aku mengira Irene anak laki-laki saat itu.. Benar.. Mungkin kami sudah bersama di lebih  banyak halaman daripada dugaan kami"
bersambung ke episode 10 

 Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 9 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Eun Seob memberanikan diri untuk mencium Hye Won meluapkan isi hatinya yang terpendam selama ini. Keduanya langsung menatap.
Flash Back
Seorang anak kecil berbaring dilantai, seperti Eun Seob saat masih kecil lalu terbangun dari tidurnya dan melihat sosok wanita yang menuruni tanga. Hye Won menuruni tangga dengan gaun putihnya lalu terlihat bingung ada anak laki-laki dirumahnya.
“Siapa kau?” tanya Hye Won. Eun Seob seperti sudah terkesima dengan sosok Hye Won
“Jika aku memberitahumu bahwa aku selalu mencintaimu  dari saat itu sampai sekarang, ekspresi apa yang akan muncul darimu?” gumam Eun Seob dan akhirnya mencium Hye Won kembali diatas buki.
"Episode 9, Rahasia Pemuda yang Benci Kumbang Kotoran"

Hye Won dan Eun Seob menuruni bukit, seperti tak terjadi apapun. Eun Seob hanya melihat Hye Won dari belakang agar tak terjatuh. Mereka pun berjalan untuk keluar dari hutan dan akan melewati sungai. Hye Won mengulurkan tangan.
“Pegang tanganku.” Ucap Hye Won. Eun Seob menatapnya lalu memegang tangan Hye Won untuk menyeberang sungai dan mengaku kalau menyukai Eun Seob.
Keduanya pun berjalan pulang seperti mencoba untuk menahan senyuman bahagia. Sampai di pertigaan jalan keduanya pun menatap. Eun Seob memberitahu kalau akan meneleponnya saat tiba di Seoul. Hye Won menganguk mengerti. Eun Seob pun menyuruh Hye Won pulang. 

Hye Wo pulang ke rumah dengan senyuman bahagia, Bibi Shim keluar melihat Hye Won yang baru pulang. Hye Won tersenyum melihat bibinya yang sudah pulang. Bibi Sim bertanya dari mana Hye Won. Hye Won tak menjawab malah langsung memeluk Gunbam.
“Gunbam... kau sangat menggemaskan.. Kemarilah... Hei.. Kau menggigitku? Tidak apa-apa. Kamu bisa menggigitku lagi... Gunbam, kamu sangat tampan. Siapa bilang kau terlihat lusuh padahal kamu setampan ini? Akan kuberi pelajaran serius kepada orang itu.” Ucap Hye Won. Bibi Sim yang melihat tingkah keponakanya hanya bisa melonggo bingung.

Eun Seob masuk ke dalam toko buku sambil bersandar didinding dan langsung bergumam “Tapi... Tapi masalahnya, Hye Won...”
Flash Back
Eun Seob duduk sendirian dalam kamar melihat anak ayam lalu memegangnya. Ia melihat seorang adik bayi dalam box lalu menyentuh pipinya.
Semua hal yang hangat dan manis membuatku gelisah. Aku khawatir momen bahagia yang berharga bisa menghilang dalam sekejap.”

Pagi hari banyak orang yang sudah lalu lalang di kota, pengantar susu pun berkerja mengantar sampai ke stasiun. Salah satu pegawai pun membuat kopi untuk menghangatkan tubuh berjaga di rumah sakit. Hwi mengayuh sepedanya dengan penuh semangat tapi tiba-tiba harus turun.
“Astaga, sadelku. Kumohon, jadilah lebih baik... Ada apa denganmu belakangan ini? Ayo Hentikan ini, ya?” ucap Hwi merasakan tempat duduk sepedanya yang terasa sakit.
Hye Won pun bangun dari tidurnya dengan senyuman bahagia menatap jendela berbeda dengan kemarin yang kecewa pada Eun Seob.

Hye Won pun makan dengan senyuman bahagia. Bibinya melihat Hae Won dengan suasana hatiny sedang bagus. Hye Won pikir seperti itu dan menurutnya tak ada salahnya seperti itu lalu bertanya alasan Bibi tiba-tiba mulai memasak. Bibi Sim terlihat bingung.
“Bibi memasak belakangan ini.” Ucap Hye Won heran. Bibi Sim menyruh Hye Won amkan saja. Makan saja.
“Bibi melakukannya untuk alasan penting.”kata Bibi Sim. Saat itu telp berdering. Keduanya langsung berdiri seperti sama-sama menunggu telp dari seseorang.

Akhirnya Bibi Sim menyuruh Hye Won untuk mengangkatnya. Hye Won pun mengangkat telp dengan senyuman bahagia karena berharap Eun Seob yang menelp, tapi wajahnya langsung berubah melihat seseorang yang berbicara lalu memberitahu bibinya kalau itu dari Ahli perbaikan listrik.
“Kalau begitu, bisa datang pekan depan? Ya, seseorang akan datang. Terima kasih.” Ucap Hye Won. 

Sementara Eun Seob pergi ke sebuah gudang. Seorang wanita berkomentar Eun Seob yang sudah lama tidak kemari, Eun Seob pikir sudah sekitar setahun. Si wanita mengatakan Ada banyak buku yang baru diliris karena tahun baru saja dimulai.
“Seperti yang kau tahu, buku-buku laris pada saat ini.” Ucap si wanita. Eun Seob mengetahuinya.
“Kepala redaksi menanyaiku.” Kata si wanita. Eun Seob ingin tahu  Tentang apa.
“Bukumu. Apa Kau sungguh tidak tertarik menerbitkannya?” ucap si wanita. Eun Seob mengaku belum.
“Kenapa tidak? Apa Naskahnya belum siap? Kudengar sudah siap untuk diserahkan.” Kata Si wanita.
“Aku tidak merasa perlu menerbitkannya karena sudah ada banyak buku bagus di dunia.”ucap Eun Seob
“Ayolah. Jangan berpikir begitu. Bukumu, di antara buku-buku bagus lainnya, akan memainkan perannya sendiri.”kata si wanita menyakinkan.
“Mungkin lain kali.” Kata Eun Seob. Si wanita mengeluh agar membiarkan mereka menerbitkannya.
“Kudengar kau selalu bermimpi menjadi novelis. Serahkan saja naskahnya, dan impianmu akan terwujud. Lalu Kenapa ragu?” ucap si wanita lalu meminta Eun Seob agar menunggu sebentar.
“Buku yang kau cari pasti ada di gudang lain. Jadi Akan kucari tahu.” Kata si wanita. Eun Seob menganguk mengerti. 


Eun Seob menatap ke ruangan luar gudang dan mulai menerawang jauh. Hye Won duduk di meja tamu menatap ke arah  telp seperti berharap agar Eun Seob bisa menelpnya.
“Tiap hari, matahari terbit dan terbenam. Sama dengan kehidupan. Ada hari-hari yang cerah dan gelap. Beberapa orang selalu terkena sinar matahari. Namun, ada beberapa yang hidup dalam kegelapan sepanjang hidup mereka.Kau tahu apa yang orang takutkan?”
Hye Won pun membaca buku untuk menghilangkan rasa bosanya. 

Eun Seob berdiri didepan gedung dan tak terkena matahari seperti sedang dalam kegelapan.
“Kehilangan matahari yang telah menyinariku selama ini. Cahaya memudar dan tidak bisa melihat matahari yang memesona lagi. Pasti lebih baik jika aku tidak pernah melihatnya”
Eun Seob bisa melihat senyuman Hye Won saat memegang tanganya menuruni bukit. Eun Seob yang ada dalam kegelapan akhirnya mencoba berjalan keluar dari kegelapan ke arah sinar matahari. Saat itu terdengar suara wanita yang memanggil Eun Seob.
“Aku tahu kehangatannya, dan aku mengerutkan dahi karena sinar matahari yang bersinar. Karena itulah aku takut. Meski begitu, Hye Won, aku menyukaimu.”

Hye Won duduk didepan telp seperti sangat berharap agar Eun Seob menelp, tapi belum juga berdering. Ia lalu teringat dengan yang dikatkanE Eun Seob “Kalau begitu... Aku akan meneleponmu saat tiba di Seoul.” Tapi belum juga menelpnya.
Hwi mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Saat itu Young Soo ikut mengayuh sepeda dan melewati Hwi. Hwi terlihat kesal dikalahan oleh Young Soo dan mencoba untuk mengalahkan dengan mengayuh sepedanya. sekuat tenaga.
Young Soo hanya bisa melonggo melihat tingkah Hwi. Akhirnya Hwi pun kelelahan lalu berhenti di tengah jalan. Young Soo langsung bisa melewati Hwi. Hwi pun mengeluh memarahi Sadel sepeda yang Benar-benar menyiksanya. 

Hye Won tertidur dengan buku yang menutupi wajahnya terdengar suara dari siaran TV.
“Peringatan salju lebat dikeluarkan untuk Provinsi Gangwon besok. Beberapa area diperkirakan akan menerima lebih dari 30 cm salju. Pastikan kalian bersiap untuk angin kencang.
Hye Won yang kesal akhirnya berteriak meminta agar bibinya bisa mematikan TV.
Pagi hari Eun Seob akhirnya kembali ke toko buku dengan mobilnya. Hye Won duduk dengan wajah kesal bertanya kapan sampai didesa. Eun Seob mengaku Baru saja lalu ingin membuat kopi. Hye Won pikir Eun Seob yan pergi naik kereta.
“Yah.. Benar. Aku berkendara ke stasiun dan meninggalkan mobilku di tempat parkir di sana.”ucap Eun Seob. Hye Won mengerti. 

“Aku akan pergi sekarang.” Ucap Hye Won membawa jaketnya. Eun Seob mengaku kalau ia juga harus segera pergi.
“Kau mau ke mana?”tanya Hye Won. Eun Seob menjawab  Jang Woo mengadakan acara, dan dia memaksanya datang.
“Oh.. Begitu rupanya... Bersenang-senanglah... Tapi Apa aku tidak boleh datang ke acara itu?” ucap Hye Won dengan nada dingin. Eun Seob terlihat bingung.
“Kau tidak mengajakku ikut denganmu.” Ucap Hye Won kesal. Eun Seob pun mempersilahkan kalau Hye Won juga boleh ikut.
“Kau Bersiaplah. Ayo pergi bersama.” Kata Eun Seob. Hye Won mengatakan tidak ikut saja.
“Kenapa tidak?” kata Eun Seob bingung. Hye Won mengaku tidak mau. Eun Seob memanggil Hye Won agar mendekat.
Hye Won menolak, tapi Eun Seob meminta agar segera mendekat saja. Akhirnya Hye Won pun mendekati Eun Seob. Eun Seob menatap Hye Won bertanya Kenapa memulai pertengkaran. Hye Won merasa tidak seperti itu. Tapi Eun Seob merasa seperti itu.
“Ya. Maksudku, tidak.” Kata Hye Won. Eun Seob akhirnya meminta agar Hye Won ikut denganya. Hye Won menolaknya. Eun Seob ingin tahu alasanya.
“Masalahnya, sepertinya kamu merasa tidak nyaman di dekatku.” Ucap Hye Won. Eun Seob seperti tak percaya mendengarnya.
“Ya... Sepertinya kau menyesalinya.” Ucap Hye Won. Eun Seob bingung bertanya Menyesali apa
“Yang terjadi di gunung. Jika menurutmu itu kesalahan, aku tidak keberatan. Aku tidak mau keadaan menjadi canggung. Jangan cemaskan aku. Itu bukan kesalahan. Bagaimana aku bisa percaya?” ucap Hye Won
“Mari lakukan lagi agar kau tahu itu bukan kesalahan.” Kata Eun Seob menatap Hye Won dan menciumnya.
Hye Won pun membiarkan Eun Seob menciumnya untuk yan kedua kalinya. Hye Won pikir kalau Eun Seob itu membencinya. Eun Seob rasa itu  Tidak mungkin. Hye Won pun memeluk Eun Seob meminta maaf.  Eun Seob pun juga minta maaf.



HyeWon dan Eun Seob berjalan ke sebuah gedung dengan spanduk terlihat jelas "Jumpa Penulis Shin Yeong Chun" beberapa oran pun berjalan dengan teratur masuk ke dalam gedung. Jang Wo memberitahu Acara budaya siang Hyecheon akan segera dimulai jadi meminta agar segera duduk.
“Hallo.. Acara budaya untuk warga Hyecheon, Siang Hari di Hyecheon. Suatu kehormatan bisa memandu  "Jumpa Penulis Shin Yeong Chun". Senang bertemu kalian semua.”ucap Tuan Cha. Hye Won dan Eun Seob duduk terlihat sangat bahagia.
“Penulis Shin Yeong Chun dikenal tidak pernah muncul di publik. Kalian penasaran melihat wajah Shin Yeong Chun, kan?”ucap Tuan Cha. Mereka membenarkan.
“Kalian seperti penonton di acara TV.” Komentar Tuan Cha. Semua pun hanya bisa tertawa.
“Dengan begitu, jika kalian mengizinkan kami menyita ponsel kalian untuk sesaat, Nona Shin bilang dia akan sangat senang menunjukkan wajahnya. Itu sebabnya kami menyiapkan acara kejutan ini.” Ucap Tuan Cha.
Hye Won berbisik kalau Ada banyak orang di sini. Eun Seob membenarkan. Saat itu Hye Won melihat dari sisi pintu kalau bibinya datang. Saat Jang Woo terlihat kaget karena Hye Won dan Eun Seob terlihat sangat dekat dan tak seperti biasanya.
“Baiklah. Mari kita sambut Penulis Shin Yeong Chun untuk naik ke panggung. Mari berikan tepuk tangan meriah.” ucapTuan Cha. 


Seorang wanita dengan mini dress dan rambut pendek seperti pria pun masuk dan naik ke atas panggung.  Hye Won berbisik Saat mendengar nama Shin Yeong Chun,maka ia membayangkan pria tua. Eun Seob juga berpikiran yang sama, Jang Woo yang melihatnya tak percaya keduanya terlihat sangat dekat.
“Omong-omong, Pak Cha, kenapa kau tidak memperkenalkan diri?” kata penulis Shin.
“Halo, aku Cha Yun Taek, kepala redaksi Penerbit Dain.” Ucap Tuan Cha. Penulis Shin berkomentar kalau Tuan Cha lebih seksi daripada dugaannya.
“Halo, kalian semua sangat ingin bertemu denganku?” ucap Penulis Shin dengan senyuman cerita. Semua menjawab “Ya” Penulis Shin mengoda kalau  tidak bisa mendengar mereka.
“Aku Shin Yeong Chun yang ingin kalian lihat. Senang bertemu kalian.” Ucap Penulis Shin. 

Saat itu Bibi Sim datang seperti melihat surat kontrak. Seorang pria bertanya kalau Bibi Sim itu satu universitas dengan Redaktur Cha Yun Taek, bibi Sim membenarkan dan ingin tahu alasan bertanya. Si pria mengaku tak apa-apa.
“Saat bukumu diterbitkan, kami dengar dia juga menerbitkan sebuah buku.” Ucap Si pria. Bibi Sim seperti tak peduli dan terus membacanya.
“Tiap kali menerbitkan buku dia menjual lebih dari 50.000 eksemplar. Jadi, kami penasaran apakah kau bisa memberi tahu kami sebelumnya.” Ucap Si wanita
“Perusahaan penerbitan itu menerbitkan novel Shin Yeong Chun akhir-akhir ini, kan?” bisik si pria. Bibi Sim menatap dingin
“Ya. Ini baru dua pekan, dan itu menjadi buku terlaris.” Kata si wanita. Si pria seperti baru tahu kalau sudah keluar.
“Aku yakin kita akan menjual lebih banyak.” Kata si pria. Bibi Sim mencoba tetap tenang sambil meminum kopinya. 

Saat bibi Sim keluar masih mengingat yang dibahas oleh dua pegawai itu  membahas kalau  Shin Yeong Chun dan Cha Yun Taek berpacaran. Si wanita kaget kalau Shin Yeong Chun itu wanita. Si pria membenarkan  bahkan masih muda.
“Shim Myeong Yeo.” Panggil Tuan Cha melihat Bibi Sim yang menuruni tangga. Bibi Sim mencoba tak mengubrisnya tapi akhirnya menatap Tuan Cha.


Jang Woo terdiam melihat  makanan diatas meja sambil membereskan meja. Salah satu teman memangil Jang Woo sambil membantu. Jang Woo pun mengeluh pada Min Jeong ada banyak yang tersisa dan membuatnya jadi sia-sia makanya sudah bilang jangan pesan ini.
“Kurasa aku melihat temanmu.” Ucap Min Jung. Jang Woo bingung siapa temanya.
“Apa Maksudmu, Eun Seop? Dia datang hari ini.” Kata Jang Woo.Min Jun mengaku ingin menyapanya.
“Kenapa tidak melakukanya? Apa Kau bertemu dengan Eun Seop hari ini?” ucap Jang Woo. Min Jung menganguk.
“Apa Kau lihat dia bersama siapa?” kata Jang Woo. Min Jun pikir Eun Seob datang bersama gadis yang sangat cantik.
“Ya, Hye Won cantik. Dia benar-benar berdandan hari ini.” Kata Jang Woo
“Sepertinya mereka berpacaran. Kurasa tidak pantas mengajaknya makan malam.” Ucap Min Jung
“Mereka berpacaran? Tidak mungkin. Mereka tidak berpacaran. Kamu bisa makan malam dengannya. Mereka tidak berpacaran. Mustahil.” Kata Jang Woo panik.
Saat itu telpnya berdering, Jang Woo mengeluh Kenapa orang-orang selalu meneleponku saat bersama Min Jung. Ia berbicara dengan seorang pria dan akan pergi ke restoran Mie. 


Bibi Sim bertemu dengan Tuan Cha di sebuah restoran, lalu berkomentar kalau Tuan Cha tampak seperti orang baru. Tuan Cha tak merasa seperti itu lalu berkomentar kalau Bibi Sim yang sudah cukup tua dan bertanya apakah masih sering menangis.
“Apa Kau masih mengumpat di tempat umum?” ejek Tuan Cha. Bibi Sim langsung membahas kalau mendengar Tuan Cha itu bercerai.
“Ya, tiga kali.” Ucap Tuan Cha. Bibi Sim mengaku iri dengan kecerobohannya. Tuan Cha heran dianggap ceroboh.
“Aku mencintai semua mantanku. Apa maksudmu?” ucap Tuan Cha. Bibi Sim kesal bertanya apa yang dinginkan Tuan Cha karena sudah membuatnya kesal.
“Kau mengunjungi Seoul baru-baru ini, kan? Kurasa aku melihatmu di depan rumahku. Apa aku keliru?” ucap Tuan Cha.
“Apa kau punya mata di belakang kepalamu?” keluh Bibi Sim. Tuan Cha pikir bibi Sim itu tidak pernah merasa pakaiannya agak tidak biasa.
“Aku hanya mampir. Ada banyak rumor tentang betapa kaya dan suksesnya kau, jadi, aku hanya ingin melihat seberapa besar rumahmu. Ukurannya sangat besar. Kau menyewanya?” ucap Bibi Sim
“Tidak, aku pemilik rumah itu.” Kata Tuan Cha bangga. Bibi Sim pikir itu bagus dengan wajah kesal dan meminta yang apa yang diinginkan oleh Tuan Cha. 



Ibu Eun Seob sedang menyetrika melihat suaminya keluar kamar dan bertanya apakah mau pergi sekarang. Tuan Im membenarkan lalu pamit pergi. Ibu Eun Seob menahan suaminya untuk pergi agar Pakai syal karena Dingin. Tuan Im menolak merasa Tidak perlu.
“Tidak apa-apa. Ini bahkan tidak dingin. Aku akan baik-baik saja.” Kata Tuan Im
“Kau menemui orang-orang dari mal, bukan?” kata Ibu Eun Seob. Tuan Im membenarkan.
“Kalau begitu, beri tahu mereka. Saat seseorang menghilang di gunung, suruh mereka berhenti meminta bantuan Eun Seop. Itu... Beri tahu mereka. Kau harus memberi tahu mereka agar tidak ada yang meminta bantuan Eun Seop mulai sekarang.” Ucap Ibu Eun Seob
“Tapi tetap saja...” kata Tuan Im. Ibu Eun Seob pikir  Sudah ada polisi dan paramedis.
“Untuk apa mereka membutuhkan Eun Seop?” kata Ibu Eun Seob. Tuan Im membenarkan dan mencoba bicara tapi ibu Eun Seob lebih dulu menyela.
“Kali terakhir, saat dia tiba-tiba menghilang, kau tahu kenapa dia pergi ke gunung? Dia bilang  melihat wanita itu.” Kata Ibu Eun Seob. Tuan Im kaget mendengarnya
“Dia melihat ilusi wanita itu dan mengikutinya. Dia tidak punya pilihan selain mengikutinya. Bagaimana bisa... Dia sudah meninggal.” Kata Ibu Eun Seob khawatir. Tuan Im membenarkan.
“Aku khawatir putra kita dirasuki oleh arwah gunung. Aku merasa takut.” Kata Ibu Eun Seob
“Baiklah. Aku akan memberi tahu mereka.” Kata Tuan Im. Ibu Eun Seob tak percaya mendengarnya.
“Ya, aku akan memberi tahu mereka hari ini.” Kata Tuan Im. Ibu Eun Seob pun mengucapkan terimkasih. Tuan Im pun meminta agar Jangan khawatir.
“Kau sebaiknya memakai syal.” Kata Ibu Eun Seob memaksa. Tuan Im menolak karena takut hilang.
Bersambung ke part 2

 Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09