PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 29 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 14 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Ji Woo buru-buru menghapus air matanya saat melihat mobil Sun datang, lalu masuk ke dalam mobil. Seo Yeon ingin tahu apa yang ditinggalkan Dae Young sampai hanya mengantar Ji Woo di pinggir jalan. Ji Woo mengaku kalau Dae Young ada sesuatu yang penting.
“Jika itu masalahnya, dia harusnya lebih berhati-hati.” Keluh Seo Yeon. Sun melihat Ji Woo.
“Guru Ji Woo , apa kau sakit?” tanya Sun khawatir.  Ji Woo mengaku hanya capek saja.
“Aku akan tidur di belakang selama perjalanan pulang.” Kata Ji Woo menahan air matanya. 

Dae Young kembali ke restoran Kimchi sujebi, memeriksa di toilet lalu   sempat bertanya pada pelangan apakah melihat cincin di atas meja. Tapi keduanya mengelengkan kepala. 
“Permisi... Apa Anda melihat cincin saat membersihkan meja ini?” tanya Dae Young pada pelayan
“Tidak tahu. Aku sangat sibuk dan hanya menyapu semuanya ke tempat sampah.” Kata Si pelayan.
Dae Young akhirnya pergi ke tempat sampah mencari cincinya. Bibi pemilik datang melihat Dae Young sampahnya berantakan, dan berpkir kalau dilakukan karena tidak menerima tawarannya. Dae Young meminta maaf kalau hanya mencari... Si bibi tak peduli menyuruh Dae Young segera bersihkannya. Dae Young kebingungan karena  bisa menghilangkan cincinya. 

Pagi hari, Seo Yeon merawat Ji Woo sambil menelp mengaku adiknya Perawat Lee Ji Woo, kalau kakaknya mengalami demam, jadi meminta untuk  bisa ganti jam kerja setelah itu menutup telpnya.
 “Makanlah bubur yang kubuat dan pastikan minum obatmu. Aku ada urusan setelah bekerja, jadi istirahatlah hari ini... Mengerti?” kata Seo Yeon khawatir melihat Ji Woo yang sakit. Ji Woo miringkan tubuhnya.
“Harusnya kau tak perlu ikut... Jadi Kau istirahat saja.” Ucap Seo Yeon menyesal. Ji Woo hanya diam seperti rasa kecewanya membuatnya sakit. 

Seo Yeon masuk ruangan melihat Dae Young tak percaya kalau temanya itu  menghabiskan malam di sini dan langsung datang ke kantor. Dae Young seperti baru tersadar dari lamunan melihat Seo Yeon datang. Seo Yeon ingin tahu apakah Dae Young sudah menemukan yang dicari.
“Kenapa kau di sini pagi-pagi?” tanya Dae Young seperti mengalihkan pembicaraan.
“Aku bangun pagi karena Ji Woo mengalami demam.” Ucap Seo Yeon. Dae Young ingin tahu apakah Ji Woo sakit.
“Ya, dia sakit. Demamnya juga tinggi. Perjalanan kemarin pasti sudah membebani dia.” Kata Seo Yeon. Dae Young terdiam merasa bersalah karena meninggalkan Ji Woo di pinggir jalan.
“Aku hampir lupa. Aku sudah mengambil kartu namamu.” Ucap Seo Yeon memberikan kartu nama untuk Dae Young.
Dae Young membaca namanya “Presdir Goo Dae Young” dan nama perusahanya “Let's Eat” tanpa banyak ekpresi bersemangat memuji kalui itu Bagus. Seo Yeon heran melihat Dae Young tidak terdengar bersemangat.

“Tulisannya, "Presdir Goo Dae Young"... Bukankah seharusnya kau lebih bersemangat? Saat aku menerima kartu nama bisnis pertamaku sebagai presdir, aku melompat dan berteriak seperti orang gila di jalanan New York.” Ungkap Seo Yeon sebelumnya pernah menjadi Presdir.
“Apa karena restoran kimchi sujebi? Sudahlah.. Lupakan saja dan cari tempat baru... Dunia ini besar dan ada banyak restoran yang enak... Kita pasti bisa, Presdir Goo.” kata Seo Yeon memberikan semangat.
“Terima kasih... Kau dan Ji Woo memberiku kekuatan...” ucap Dae Young
“Kalau begitu ayo kita bahas tentang restoran Apa Kau melihat draf dari perusahaan aplikasi? Kurasa itu keputusan yang bagus untuk bekerja langsung dengan mereka. Aku suka. Bagaimana denganmu?” tanya Seo Yeon penuh semangat.
“Aku belum lihat dan akan melihatnya sekarang.” Kata Dae Young mencoba konsetrasi melihat komputer. 

Seo Yeon pulang melihat Ji Woo sedang melipat pakaian lalu berteriak kesal karena seharusnya istirahat di tempat tidur. Ji Woo mengaku sudah baikan karena Sekarang sudah musim gugur, jadi membersihkan lemarinya dan Berbaring tidak melakukan apa-apa untuk sakit kepalanya.
Terdengar suara bel rumah, ternyata Sun datang dengan sebuket bunga. Seo Yeon senang melihatnya berpikir kalau Sun sekarang bisa datang kapan pun yang dinginkanya.
“Bagaimana kau tahu aku suka bunga-bunga ini?” ucap Seo Yeon.  Sun mengaku kalau datang untuk menjenguk Ji Woo lalu memberikan buket bunganya.
“Kau tak mengangkat teleponmu, jadi aku menelepon rumah sakit. Katanya kau sedang sakit. Apa Kau sekarang sudah baikan?” kata Sun. Seo Yeon kesal ternyata buket bunga untuk Ji Woo
“Ya, aku tidak apa-apa... Terima kasih untuk ini.” Kata Ji Woo
“Perawat harus lebih memperhatikan dirinya sendiri. Kenapa kau tidak mengambil cuti dan melakukan pemeriksaan? Kau kelihatan kurus.” Kata Sun khawatir. Seo Yeon makin kesal mendengarnya. 


Dae Young pulang masih dengan wajah lesu mencuci wajahnya lalu mengambil handuk, tak sengaja menjatuhkan cincin yang ada dibawah handuk.
Flash Back
Dae Young seperti baru bangun tidur melepaskan cincinya lalu seperti terlupakan karena menerima telp  dari Perusahaan Pengepakan Barang, sambil mengatakan kalau akan berterima kasih jika akan melakukannya.

Sun menuruni tangga dan akan pulang, Seo Yeon mengantar dengan wajah kesal berpikir Sun sedang jual mahal. Sun terlihat binggung, Seo Yeon pikir Sun mencoba bersikap tidak acuh karena dirinya yang tidak membuka diri.
“Apa Kau sudah membuka diri padaku? Benarkah?” kata Sun tak percaya. Seo Yeon terlihat binggung menjawabnya.

“Biarkan aku melewati batas lagi.” Kata Sun lalu memberikan kecupan di pipi Seo Yeon, dengan senyuman  bahagia menyuruh Seo Yeon masuk sambil melambaikan tangan pergi.
“Apa Dia melewati batas hanya untuk mencium pipi? Padahal Bibirku tidak begitu jauh.” Keluh Seo Yeon memegang pipinya tapi tersenyum bahagia. 


Sun berjalan pulang melihat Dae Young sedang duduk sendirian di restoran, lalu masuk bertanya kenapa Dae Young yang minum sebanyak itu sendirian tanpa ada makanan sama sekali. Dae Young melihat Sun merasa senang karena Sun datang.
“Biarkan aku menggunakanmu sebagai alasan dan minum soju lagi.” Kata Dae Yong meminta gelas dan juga sebotol soju lagi.
“Apa bisnismu tidak berjalan dengan baik? Keadaan akan jauh lebih sulit nantinya dan Kau juga bukannya akan melihat ini.” Saran Sun berpikir Dae Young stress karena bisnisnya.
“Aku tidak berharap akan lupa.” Ucap Dae Young yang mabuk. Sun terlihat binggung.
“Ada seseorang yang sangat berharga bagiku. Tapi aku kehilangan dia dalam kecelakaan dua tahun lalu. Aku tidak pernah lupa mengenakan cincin dan itu seperti ingatan kami bersama. Tapi aku melepasnya dari jariku setelah beberapa waktu.” Cerita Dae Young
“Aku benar-benar lupa saat aku melepasnya dan di mana menaruhnya, hanya setelah dua tahun sejak kecelakaan itu. Aku sangat ingin meminta minta maaf.” Kata Dae Young
“Itu bukan sesuatu yang harus disesali. Orang biasanya tidak bisa melupakan kenangan masa lalu mereka karena batas otak mereka. Itu sebabnya cara lain untuk menyimpan ingatan telah dikembangkan. Bahkan data yang tersimpan dalam perangkat menjadi teruap setelah dua tahun karena elektrifikasi. Dengan kata lain, data yang disimpan akan dihapus.” Jelas Sun

“Yang ingin kukatakan... Mungkin terlihat canggung karena aku tidak pernah menghibur siapa pun sebelumnya. Ini Bukannya kau melupakannya dengan sengaja. Tapi Kau baru saja melupakannya seiring berjalannya waktu, jadi itu wajar saja. Kau jangan merasa menyesal  atau menyalahkan dirimu sendiri... Itu bukan salahmu dan Pada akhirnya, kau tidak bisa kembali ke masa lalu. Kau hanya perlu bergerak ke depan bersama dengan aliran waktu yang sedang berjalan.” Jelas Sun. 

Dae Young terbangun setelah mabuk lalu melihat cincin di atas buffet dan hanya menatapnya, seperti masih merasa menyesal. Ji Woo keluar dari rumah melihat kemeja Dae Young yang kering tanpa diangkat. Seo Yeon pulang kerumah heran melihat Ji Woo sedang menyetrika kemeja.
“Di mana kau mendapatkan kemeja ini?” tanya Seo Yeon heran
“Mungkin karena Dae Young sibuk, tapi baju-baju ini tergantung di tali jemuran selama beberapa hari.” Kata Ji Woo 

“Aku tahu kau norak, dan sekarang, kau bertindak seperti wanita di Dinasti Joseon. Apa Kau menyetrika pakaian untuk suamimu yang dipromosikan? Dasar Wanita yang berbakti.” Ejek Seo Yeon
“Ini hanya baju untuk di setrika, jadi jangan berlebihan.” Balas Ji Woo
“Lihatlah siapa yang berlebihan, Kau yang melakukan hal seperti itu. Kenapa kau tidak mengungkapkan perasaanmu padanya?” kata Seo Yeon. Ji Woo mengeluh Seo Yeon membahas tentang itu lagi.
“Aku mengatakan ini karena suatu alasan. Apa Kau tidak lihat bagaimana dia tak mengenakan cincinnya? Pada awalnya, kupikir dia lupa memakainya karena tidak sengaja, tapi dia tidak memakainya selama berhari-hari sekarang. Dasar Kau bodoh, kau merindukan itu, kan? Coba Pikirkan tentang itu. Dae Young pasti sudah melupakannya...” kata Seo Yeon yakin
“Dia tidak melepasnya, tapi menghilangkannya. Dia meninggalkanku di jalan untuk mencari cincinnya hari itu.” Akui Ji Woo. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Jadi maksudmu itu, apa yang terjadi di Mukhohang?” kata Seo Yeon langsung mengambil kemeja milik Dae Young dan membuangnya. Ji Woo heran dengan sikap Seo Yeon.
“Hei... Kau kenapa? Dia meninggalkanmu di sana di malam hari karena tidak bisa melupakan mantannya. Jadi kenapa kau melakukan ini untuknya? Hentikan. Itu sudah cukup untukmu... Biarkan dia hidup dengan masa lalunya selama sisa hidupnya... Aku akan mencarikanmu pria yang jauh lebih baik.” Kata Seo Yeon
“Aku tidak apa-apa... Sekarang ini lebih baik dari hidupku sebelum aku bertemu dengannya lagi.” Kaa Ji Woo pasrah.
“Ini tidak bagus sama sekali... Kau sayang padanya, tapi bagaimana dengan dirimu sendiri? Kau sudah cukup menderita karena aku dan Ibu. Jadi Kau harus bahagia sekarang.” Tegas Seo Yeon kesal. 

Ji Wo melihat Dae Young baru pulang sudah pulang kerja melihat kalau kelihatan capek. Dae Young mengaku kalau sedikit lelah. Ji Woo memberitahu kalau menyetrika bajunya karena melihat tergantung di tali jemuran selama berhari-hari.
“Kau tidak perlu melakukannya... Kau selalu membantuku...Maksudku, aku tidak pindah  ke sebelah rumah untuk itu... Bagaimana aku harus membalas kebaikanmu? Apa ada yang ingin kau makan? Aku akan mentraktirmu.” Kata Dae Young
“Tidak heran kau memang Shiksyanim, melihat bagaimana kau selalu mau membelikanku makanan.” Ucap Ji Woo memuji
“Lalu apa ada yang kau butuhkan atau diinginkan?” kata Dae Young. Ji Woo pikir  cukup mampu membeli apa yang dibutuhkan.
“Kalau begitu beri tahu aku kapan pun kau mau sesuatu atau butuh bantuanku... Aku akan urus semuanya untukmu.” Ucap Dae Young yakin
“Kau tidak seharusnya membuat janji seperti itu dengan gegabah. Karena Kau akan menyesalinya.” Kata Ji Woo
“Kenapa aku tak bisa melakukannya untukmu? Kenapa? Apa Kau sedang mengalami sesuatu?” tanya Dae Young penasaran.
“Aku... menyukaimu... Itu menggangguku.” Kata Ji Woo. Dae Young kaget mendengarnya dan hanya bisa melonggo.
“Kau cinta pertamaku... sejak aku berumur 20 tahun.” Akui Ji Woo. Dae Young ingin bicara tapi disela oleh Ji Woo.
“Aku tahu kau punya pacar... Bukannya aku ingin atau mengharapkan sesuatu darimu. Tapi Itu hanya perasaanku saja... Kau bilang aku harus mengatakan apa pun yang menggangguku.” Ucap Ji Woo. Dae Young hanya terdiam tanpa bisa berkata-kata
“Coba Lihat Sekarang, Kau tidak harus membuat janji seperti itu dengan gegabah.” Kata Ji Woo mengejek.
“Apa itu cukup mengganggumu?” tanya Dae Young. Ji Woo mengaku hanya menyimpan banyak hal di hatinya jadi setidaknya ingin mendapatkan satu hal dari hatinya sekarang. Dae Young hanya menatap terdiam.
“Hei, jangan membuat wajah serius seperti itu... Aku tidak akan begadang semalaman memikirkanmu, menangis, dan tidak makan berhari-hari. Aku punya pekerjaan dan merawat Ibuku, Ada banyak sekali hal dalam pikiranku.” Jelas Ji Woo
“Di usia 20-an, cinta adalah segalanya dan membuatnya seperti masalah besar. Aku tidak seperti dulu lagi... Maafkan jika kau membuatmu merasa tidak enak, tapi kau juga sedikit bertanggung jawab... Kau bisa Hidup sebanyak itu, mengerti?” kata Ji Woo. Dae Young tetap diam. 

Dae Young menatap kemeja yang sudah disetrika Ji Woo, teringat kembali kenanganya.
Flash Back
Dae Young menelp Ji Woo ingin tahu keberadaanya, karena baru pulang dan lapar jadi mengajaknya makan. Ji Woo baru pulang kerja mengaku  masih di rumah sakit jadi tak bisa makan bersama, saat itu Dae Young melihat Ji Woo yang berbohong lalu berjalan pergi meninggalkan rumah.
“Aku tidak mau kita putus.” Kata Ji Woo saat berjalan dengan Dae Young, Dae Young binggung apa maksudnya.
“Kita ini teman... Teman bisa menjadi teman selamanya... Jadi jangan pernah berpisah... Berjanjilah.” Kata Ji Woo
“Apa Kau ini mabuk? Tapi Baik. Kita tidak boleh berpisah.” Ucap Dae Young 


Ji Woo berbaring di tempat tidur. Seo Yeon pikir Ji Woo sakit lagi dan mendengar Ji Woo sedang menangis.  Ji Woo akhirnya bangun dari tempat duduknya mengaku akau umurnya sudah 34 tahun dan tak ingin ada rasa sakit seperti saat umur 20 tahun.
“Tapi meskipun aku 34 tahun, ditolak seperti ini ternyata menyakitkan.” Uacp Ji Woo.
“Apa maksudmu? Bagaimana kau ditolak?” tanya Seo Yeon kaget dan binggung.
“Aku...bilang pada Dae Young kalau aku menyukainya.” Akui Ji Woo. Seo Yeon kaget tapi memuji kalau itu kerja bagus.
“Begitulah caramu mengatasinya, Kau melakukan semua yang kau bisa... Kenapa aku mengambil semua yang Dae Young berikan dan membuat mereka tumbuh? Pertama, Kacang lalu perasaanku padanya.” Ucap Ji Woo sedih. 


Seo Yeon duduk diam di depan rumahnya, lalu mengeluh pada anjing Ji Wo yang mulai mengigit sepatunya kembali dengan sabar meminta agar  jangan lakukan itu padanya dan mengaku kalau itu salahnya. Dae Young baru pulang heran melihat Seo Yeon duduk di depan rumahnya.
“Aku menunggumu.” Kata Seo Yeon, Dae Young binggung kenapa menunggunya.
“Aku harus minta maaf karena sesuatu dan ada yang mau kuberitahukan. Offside yang ingin kau pertahankan dengan sangat buruk... Aku sudah lama menyeberanginya.” Ucap Seo Yeon memberikan kode.  Dae Young hanya diam saja.

Ji Woo mencuci wajahnya yang bengkak karena menangis, pesan dari Dae Young masuk “Ayo kita bertemu di taman.” Ia lalu menatap berpikir kalau  matanya terlihat bengkak karena menangis. Dae Young sudah menunggu ditaman sambil minum bir dan memberikan Ji Woo yang akhirnya datang.
“Kenapa kau tidak memberitahuku? Seo Yeon sudah memberitahumu tentang pacarku yang sebenarnya.” Kata Dae Young
“Kurasa itu salah untuk menunjukkan bahwa aku tahu sesuatu yang bahkan tidak kau katakan. Aku tidak memberitahumu bahwa aku menyukaimu karena sudah tahu. Seperti yang kukatakan, aku tidak mau kita...” kata Ji Woo disela oleh Dae Young.
“Aku tahu... Terima kasih banyak karena  pura-pura tidak mengetahui sampai sekarang Dan maafkan aku, Karena menyembunyikannya... Kurasa aku menjadi dingin sepanjang waktu setelah kecelakaan itu. Tapi setelah kita bertemu, sedikit demi sedikit,. Maka aku mendapat keberanian untuk maju. Itu sebabnya aku memulai bisnis ini. Saat ini, sukses dalam bisnis ini adalah yang paling penting.” Cerita Dae Young
“Aku sudah mengerti maksudmu... Kau tidak harus menolakku panjang lebar.” Kata Ji Woo
“Aku tidak menolakmu. Tapi Bisakah kau...memberi aku waktu? Mungkin butuh waktu lebih lama dari yang kau pikirkan.” Ucap Ji Woo
“Tidak apa-apa... Tapi jika aku mendapat  orang lain sementara itu, maka bukan salahku... Aku sudah bilang, kalau aku sudah mengakuinya jadi sudah tidak perlu menahan diri lagi.” Kata Ji Woo. Keduanya bisa tersenyum lalu saling bersulang dan minum bir. 



Menu makanan ikan sudah ada diatas meja, Dae Young, Ji Woo, Seo Yeon dan Sun makan bersama.  Dae Young pikir Sun yang sudah  membantunya  lebih dari siapa pun, jadi ingin mentraktir sesuatu yang bergizi. Sun pikir ini Ini sesuai dengan seseorang  yang memulai bisnis baru.
“Ikan Rempela adalah "jeoneo" dalam  bahasa Korea, yang berarti "ikan uang" karena rasanya sangat enak dan karena itu laris manis.” Ucap Sun
“Tapi hari ini, kau memesan ikan rempela muda. Siapa pun yang ingin meninggalkan rumah akan menyerah setelah mencicipi ini. Orang-orang mengira ikan rempela ada di musim gugur, tapi jika kau memakan mentah atau tanpa tulang, sebaiknya dimakan di musim panas.” Jelas Dae Young. Ji Woo menganguk setuju.
“Ikan rempela menumbuhkan rasa saat tumbuh besar,. tapi bisa lebih sulit untuk makan tanpa tulang.” Kata Dae Young
“Maka akan lebih enak kalau dimakan dengan doenjang. Itu akan sesuai dengan tekstur dan aroma tulang.” Ucap Ji Woo
“Aku suka kalau dipanggang. Rasa ini adalah yang terkuat ketika kau memakannya. Jadi Tidak ada yang perlu dibuang.” Kata Sun.
“Jadi Berapa banyak Shiksyanim di sini? Jangan berkomentar lagi dan ayo makan.” Keluh Seo Yeon sedari tadi hanya melihat ketiganya bicara.
Mereka akhirnya mulai makan, dari ikan mentah lebih dulu. Ji Woo membungkusnya dengan rumput laut. Seo Yeon mengucapkan  Terima kasih sudah mentraktir. Setelah itu memulai makan ikan bakar, Sun terlihat bersemangat memakannya.
Dae Young mencoba makan salad dengan ikan, Sun ikut memakannya tapi malah menjauhkan dan mencari tissue. Seo Yeon langsung memberikanya. Sun mengucapkan dengan terimakasih dengan senyuman bahagia, lalu membalas dengan memotong kecil-kecil potongan ikan untuk Seo Yeon.
“Dae Young bahkan membawa kembali selera makan Seo Yeon. Dia memang Shiksyanim... Ini adalah pilihan yang luar biasa.” Kata Ji Woo memuji.
“Kenapa berkat dia, Seo Yeon bisa makan dengan baik? Padahal Aku yang memisahkan tulang ikan untuknya.” Kata Sun tak terima
Kau benar. Ini semua karena pengabdianmu... Mungkin kita harus  memanggilmu Seo Yeon Woo Sun.” Goda Dae Young. Sun pikir seperti  itu. Seo Yeon gugup memilih untuk  makan ikan saja
“Kita selesaikan ini... Bagaimana dengan sup pedas?” kata Dae Young. Ji Woo ingin makan bibimbap lalu memesan sup dan dua mangkuk nasi.
Dae Young membuat sup ikan agar menyerap sementara Ji Woo membuat bibimbap dengan sayuran dan ikan menurutnya Bibimbap rempela mentah adalah makanan penutup yang sempurna. Mereka mulai makan dan merasakan semua enak dan asam, walaupun supnya terasa pedas.
-THE END-



 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 14 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Dae Young berkomentar kalau  Seo Yeon tidak punya niat untuk membuka hatinya dan mengasihani Sun agar menyerah. Sun bertanya Apakah Seo Yeon  membutuhkan sesuatu, dan ingin memberikan hadiah.
“Kenapa kita tidak tidur bersama saja?” ucap Seo Yeon berdiri dari tempat duduknya.  Dae Young dan Sun kaget.
“Kau terus berkunjung dan memberikan hadiah untuk memenangkan hatiku, hanya untuk tidur denganku. Jadi Kenapa membuang waktu? Lewatilah batas sekarang dan buatlah dirimu bosan.” Ucap Seo Yeon menantang. Sun akhirnya menarik Seo Yeon keluar, Dae Young kebingungan melihat keduanya. 

Ji Woo baru saja berjalan-jalan dengan anjing melihat Dae Young baru pulang.  Dae Young pun menyapa Ji Woo yang baru jalan-jalan bersama Kacang. Ji Woo bertanya kemana Seo Yeon karena tadi ikut pergi bersama Dae Young.  
“Itu... Dia ada janji... “ kata Dae Young terlihat gugup dan memberikan alasan lain.
“Aku hanya berharap dia tidak membangunkanku di malam hari setelah mabuk.” Komentar Ji Woo.
“Aku ragu dia akan kembali malam ini.” Ucap Dae Young, Ji Woo heran kenapa Dae Young bisa tahu.
“Itu hanya perasaanku saja.” Kata Dae Young dan mengalihkan ucapan Ji Woo untuk mengajak makan saja.
“Boleh.... Aku akan membawa Kacang ke dalam dan segera keluar.” Ucap Ji Woo penuh semangat. 

Keduanya sudah duduk di restoran daging babi rebus, menatap meja disamping dengan sup mulai panas. Ji Woo heran Kenapa galbi yang direbus dan punya banyak sekali kaldu. Dae Young berkomentar kalau Akhirnya, rasa meja makan sudah berubah. Ji Woo terlihat binggung.
“Mentor makananku, foodie karismatik, akhirnya akan belajar sesuatu dariku.” Kata Dae Young bangga.
“Itu galbi rebus, hidangan tradisional Jeonju. Itu rebusan yang dimasak dengan iga babi, mie bening, dan tauge.” Jelas Dae Young. Ji Woo menganguk mengerti.
“Aku telepon Sun dan minta dia untuk bergabung dengan kami. Dia sepertinya agak depresi belakangan ini.” Kata Ji Woo akan mengeluarkan ponselnya.
“Dia pasti sibuk, jadi jangan kau menelpnya” ucap Dae Young. Ji Woo pikir tetap harus menelepon. Dae Young ingin melarang tapi Ji Woo sudah menelp Sun. 

Ji Woo berbicara dengan Sun di telp. Sun menjawab dengan nafas terengah-engah. Ji Woo heran Sun yang berbicara  dengan nafas terengah-engah. Dae Young mengerutkan dahi karena berpikir Sun dan Seo Yeon sedang bersama.
“Jadi Kau sedang jogging? Tapi Aku mau bertanya, apa kau mau makan.” Ucap Ji Woo lalu mengirimkan pesan untuk alamat restorannya. Dae Young seperti masih panik.
“Apa Sun Woo Sun sedang jogging? Kau yakin?” tanya Dae Young seperti tak percaya.
“Ya, dia ada di Sungai Han, jadi dia akan mampir.” Kata Ji Woo. Dae Young binggung memikirkan Apa yang sedang terjadi. 

Sun baru saja selesai berlari mengelilingi sungai Han, lalu masuk ke dalam mobil melihat ada anting Seo Yeon yang terjatuh di kursi sampingnya.
Flash Back
Sun menarik Seo Yeon sampai ke hotel lalu menariknya ke atas tepat tidur. Seo Yeon sedikit gugup saat Sun mulai mendekat, tapi mulai memberanikan diri untuk membuka kancing bajunya. Sun menatapnya, lalu langsung menarik selimut untuk Seo Yeon.
“Kudengar kau tidur di lantai di rumah Guru Ji Woo . Aku yakin kau sedang pusing, jadi Istirahatlah.” Kata Sun. Seo Yeon terlihat binggung.

“Kau capek, dan itu sebabnya kau berbicara omong kosong. Jadi Sekarang istirahatlah.” Kata Seo Yeon lalu keluar dari kamar.
Sun mengingat yang dikatakan Ji Woo tentang Seo Yeon “Dia bertindak seolah dia kuat, tapi dia takut ditinggalkan sehingga memutuskan, meninggalkan cinta pertamanya Itulah dia jadi takut dan trauma.”
“Seberapa traumatisnya dia?” tanya Sun masih penasaran dengan sikap Seo Yeon. 


Menu makanan daging iga rebus touge dan bihun sudah ada diatas meja. Sun akhirnya datang merasa tepat waktu, lalu berkomentar kalau rasa daging iga lebih enak saat dipanggang dan bukan penggemar daging rebus. Dae Young mulai mengerutkan dahi karena Sun yang menganggap Daging rebus dan mengejek Sun itu bodoh.
“Kau berpikir bahwa daging seharusnya hanya dipanggang. Hidangan ini akan mengubah persepsimu yang salah. Ini bukan seperti sup daging sapi.” Jelas Dae Young
“Dagingnya tidak dimasak hanya untuk kaldunya yang layak. Hidangan itu dibuat sehingga seluruh keluarga bisa menikmati daging selama masa-masa sulit. Kesegaran dari tauge itu seperti darah, keringat, dan air mata orang tua yang mau anak-anak mereka makan dengan berlimpah-limpah.” Ucap Dae Young yang membuat Ji Woo tersenyum semantara Sun cemberut.

“Bukan seperti daging yang dipanggang, daging dalam hidangan ini dibiarkan menciut untuk menghasilkan rasa yang bersih. Itu sebabnya rasanya lebih kaya dan dalam. “ kata Dae Young
“Itu tergantung pada preferensi.” Balas Sun dan melihat  Taogenya sudah layu jadi perlu diaduk. Dae Young langsung mengambil capitan dan juga gunting.
“Sekarang waktunya memotong daging agar bisa meresap sausnya.” Ucap Dae Young
“Coba Dilihat dari warnanya, kita harus makan mie terlebih dahulu.” Kata Ji Woo.
“Tentu saja kau tahu waktu yang tepat untuk makan.” Ucap Dae Young. Ji Woo pun memberikan mie ke mangkuk Sun lebih dulu
“Guru Ji Woo , makanlah daging yang tidak menempel di tulang.” Kata Sun ingin mengambil daging untuk Ji Woo 


Tapi Ji Woo sudah makan daging langsung dari tulang, Dae Young kembali memuji Ji Woo yang tahu cara memakannya, Ia tahu kalau Ketika makan daging,   seharusnya tidak pernah meninggalkan daging di tulang. Ji Woo makin cemberut mendengarnya.
“Aku akan memberitahumu tentang itu. Kolagen di tendon yang menempelkan daging ke tulang berubah menjadi gelatin saat direbus. Itu menyedot 10 kali lebih banyak air, dan itu membuatnya lembut dan lembab. Itu tidak bisa dianggap makan galbi kecuali kau memakannya.” Ucap Dae Young
“Aku tahu semua itu. Tapi Aku hanya tidak mau dia terganggu.” Kata Sun membela diri
“Terserah... Kau lebih baik Lakukan saja sesuatu tentang mie beningnya yang telah berubah menjadi lembek.” Ejek Dae Young.
Akhirnya Sun mulai makan mie yang diberikan Ji Woo,  mereka mulai makan dengan lahap sup iga pedas, Sun menyarankan agar makan daging dibungkus lobak. Ji Woo mengikutinya, Dae Young pun bisa mencoba kaldu dari daging. Sun pun sangat menikmati makanan iga pedas didepanya.
“Bukankah tadi kau bilang tidak suka daging rebus?” ejek Dae Young, Sun mengaku kalau ini enak.
“Kita harus selesaikan makanan kita dengan nasi goreng seperti biasa. Apa tiga porsi cukup?” ucap Ji Woo
“Kita masih punya sisa daging, jadi kita pesan dua saja dan pesan makguksu.” Jelas Dae Young.
Akhirnya Ji Woo membuat nasi goreng pada kaldu daging, sementara Dae Young mengaduk mie makguksu. Ji Woo membuat nasi goreng dengan telur goreng diatasnya, Sun heran dengan cara Ji Woo masak. Dae Young memuji Ji Woo yang memang teliti.
“Aku perhatikan bagaimana nasinya agak lembek ketika disajikan sebelumnya. Dengan membuat lubang di tengah untuk membantu ini menguap, maka nasi goreng bisa dimasak lebih teliti.” Jelas Ji Woo yang membuat nasi seperti bentuk donat.
“Kalian berdua ternyata saling akrab. Orang lain mungkin mengira kalian sudah menikah selama 10 tahun.” Komentar Sun.
“Itu karena kami sudah berteman sejak lama.” Ucap Ji Woo lalu pamit ke toilet dulu.


Dae Young menatap Sun dengan penuh rasa penasaran. Sun pikir kalau Dae Young bisa menanyakan apa yang terjadi antara dirinya dan Seo Yeon, karena tahu kaalu ingin menanyakan itu padanya. Dae Young mengatakan kalau Yang ingin ditanyakan, "Apakah kau benar-benar tidak mau bekerja denganku?"

“Kalian sudah dewasa, jadi aku tahu kau bisa mengurusnya sendiri. Aku bukan tipe orang yang melanggar batas urusan pribadi.  Apa kau yang ingin menanyakan sesuatu padaku? Kau bisa memberitahuku jika kau membutuhkan saranku. Jangan hanya berbaris di hotel.” Komentar Dae Young

“Siapa yang pergi ke hotel?” tanya Ji Woo datang mendengar kata hotel
“Itu, hotel dan restoran juga. Dia harus memasukkan mereka ke dalam bisnisnya.” Ucap Sun panik memberikan kode pada Dae Young agar bisa merahasiakanya.
“Kenapa kau berkedip? Apa ada sesuatu di matamu? Apa Mau aku tiup untukmu?” ucap Dae Young mengoda. Sun mencoba untuk mengelak tapi terus berkedip. Dae Young makin mengoda dengan meniup mata Sun yang terus berkedip. 



Seo Yeon tertidur pulas dikamar hotel bahkan sambil mendengkur, lalu terbangun panik melihat sudah lewat tengah malam. Sun menunggu di restoran hotel melihat Seo Yeon berjalan di lorong lalu memanggilnya, Seo Yeon kaget melihat Sun menunggunya.
“Apa tidurmu nyenyak?” tanya Sun melihat Seo Yeon akhirnya keluar dari kamarnya.
“Kenapa kau di sini? Kupikir kau pergi dari tadi,  Apa Kau menungguku selama ini?” tanya Seo Yeon merasa tak enak hati.
“Tidak, aku kembali memberimu tumpangan untuk pulang. Kalau kau bangun larut malam atau pagi buta, dan itu akan berbahaya bagimu untuk pulang sendiri.” Ucap Sun khawatir.
“Lupakan. Aku bisa pulang sendiri.” Kata Seo Yeon menolak diantar oleh Sun.
“Kau akan pulang jam segini karenaku. Jadi Aku mau bertanggung jawab. Ini tidak melewat batas apa pun, kan?” ucap Sun akan menyiapkan mobil lebih dulu. 


Seo Yeon pulang ke rumah duduk sendirian dikamar Ji Woo mengingat kembali saat mengetahui Sun menyukainya.
Flash Back
Seo Yeon kaget karena Sun berpikir akan bunuh diri jadi mencarinya. Sun menceritakan kalau Seo Yeon memposting tulisan di media sosial, mengatakan semuanya sia-sia dan akan menyerah. Sun juga pernah membawakan semangkuk kimchi sujebi.
“Ini yang kubutuhkan sekarang... Obat kesembuhanku.” Ucap Seo Yeon terharu memakannya lalu Sun menciumnya. Lalu pertemuan mereka di cafe.
“Aku menyukaimu, dan aku akan menunggumu... Tidak, aku akan mencoba agar kau akan menyukaiku.” Ucap Sun mengakui perasaan pada Seo Yeon yang sudah meninggalkan rumahnya.
Ketika mereka makan bersama dirumah Ji Woo, Seo Yeon mengatakan kalau mereka tidak akan bertemu lagi. Tapi Sun mengatakan kalauharus terus melihat Seo Yeon dan akan terus menyukainya.
Seo Yeon tertidur di lantai mengingat yang dikatakan Sun saat di kamar hotel “Kudengar kau tidur di lantai di rumah Guru Ji Woo,  Aku yakin kau sedang pusing.. Istirahatlah.” Wajah Seo Yeon tersenyum bahagia mengingat kenangan dengan Sun. 


Ji Wo datang menemui ibunya meminta maaf karena terlmbat dan akan mencuci rambutnya. Mi Sook menganguk mengerti,  Tapi Ji Woo mencium rambut ibunya berpikir kalau sudah mencuci rambutnya karena sudah harum. Mi Sook berpikir kalau ia yang mencucinya.
“Kapan? Siapa yang mencuci rambut Anda?” tanya Ji Woo. Mi Soo yang lupa mengaku tidak tahu. Ji Woo memeriksa tempat sampah yang sudah bersih.
“Di mana Anda mendapat sandal ini?” tanya Ji Woo melihat sandal ibunya dibawah tempat tidur.
“Aku bangun dan melihatnya di sana.” Kata Mi Sook. Ji Woo bertanya darimana ibunya mendapatkan majalah yang ada ditanganya.
“Aku juga melihat ini ketika bangun tidur.” Kata Mi Sook seperti punya kebahagiaan membaca majalah. 

Seo Yeon masuk kamar dengan wajah bahagia dan dikagetkan dengan Ji Woo ternyata datang menemui ibunya. Ji Woo langsung menatap sinis lalu menarik keluar dari ruangan, dan menegaskan kalau sudah memberitahu untuk tidak datang.
“Itu, aku hanya ingin melihat wajahnya ketika dia tertidur.” Ucap Seo Yeon
“Jangan membuatnya bingung.” Tegas Ji Woo marah. Seo Yeon mengaku kalau Mi Sook itu memang ibunya.
“Dan siapa yang membuatnya seperti itu sejak awal? Lalu aku harus apa? Aku merindukannya... Aku terus memikirkannya dan merindukannya.” Ucap Seo Yeon sambil menangis. Ji Woo masih terlihat marah dan tak percaya
“ Aku bisa lihat kau tidak mempercayaiku tanpa sorotan itu. Jadi Aku akan pergi.” Kata Seo Yeon lalu bergegas pergi meninggalkan Ji Woo. 


Seo Yeon masuk ruangan mengambil tas, Mi Sook melihat Seo Yeon bertanya pada Ji Woo siapa wanita yang ada didepanya mengenalnya. Ji Woo yang baru masuk menatap Seo Yeon, lalu Seo Yeon mengaku kalau hanya lewat tapi Ji Woo menyela.
“Dia adikku.” Kata Ji Woo, Seo Yeon kaget melihatnya. Ibu Ji Woo tak percaya mendengarnya.
“Jika dia adikmu, maka dia juga adikku... Kau Tunggu, aku harus memberikan sesuatu pada pengunjungku. Apa yang kau suka? Aku akan memasaknya untukmu.” Kata Ibu Ji Woo penuh semangat.
“Kimchi sujebi.” Ucap Seo Yeon sambil menangis. Ibu Ji Woo heran melihat Seo Yeon yang menangis.
“Apa Kau sangat lapar? Aku akan segera memasak.” Ucap Ibu Ji Woo turun dari tempat tempat tidur.
“Kami baru saja makan. Jadi Ayo kita jalan-jalan.” Kata Ji Woo menuntun ibunya. Seo Yeon hanya diam saja. Ji Woo memanggil Seo Yeon agar bergegas mengikutinya. 

Ji Woo mendengar bunyi bel rumahnya, melihat Sun yang datang dan bertanya kenapa datang ke rumahnya. Sun merasa  tak enak karena pertama datang dengan tangan kosong, lalu memberikan sebuket bunga. Ji Wo pikir kalau Sun tidak perlu melakukannya dan menyuruhnya duduk untuk minum kopi.
“Seberapa besar tempat ini?” tanya Sun melihat sekeliling rumah. Ji Woo menjawab 56 m².
“Bukankah di sini lembab saat musim panas tanpa dehumidifier? Akan lebih buruk lebih dekat di lantai.” Kata Sun melihat  membuka ruangan di rumah Ji Woo
“Apa ventilasi kamar mandinya bagus? Jamur biasanya tidak baik untuk sistem pernapasan.” Ucap Sun membuka pintu kamar mandi. Ji Woo menatap sinis.
“Oh, pemilik kafe di lantai pertama itu seorang pria. Apa dia biasanya naik ke atas?” ucap Sun panik.
“Katakan yang sebenarnya. Kau di sini untuk memeriksa, apakah tempat ini aman untuk Seo Yeon ‘kan?” keluh Ji Woo
“Sejak kau tahu, aku akan melewati batas.” Kata Sun lalu mencoba mengukur dibagian kamar. Ji Woo binggung apa yang akan dilakukan Sun.
“Tidak ada ruang yang cukup untuk tempat tidur lain. Haruskah aku memberimu tempat tidur berukuran besar? Kalian bisa tidur bersama.” Kata Sun
“Kenapa kau tidak memberi kami tempat tidur susun?” saran Ji Woo menyindir. Tapi Sun pikir Ji Woo memperbolehkanya.
“Tapi Itu bisa berbahaya jadi biarkan Seo Yeon tidur di ranjang bawah.” Kata Sun khawatir.
“Kenapa kau tidak pindah ke sini? Lalu Seo Yeon dan aku akan tinggal di rumahmu.” Saran Ji Woo
Sun terlihat binggung, tapi menurutnya itu bisa menjadi pilihan. Ji Woo tak percaya dengan sikap Sun dan memastikan kalau memang sangat menyukai Seo Yeon. Sun mengakuinya. Ji Woo pikir kalau keadaan ini terlalu sulit.
“Kurasa dia tidak ingin terbuka padamu.” Pikir Ji Woo

“Apa kau tahu, kapan itu yang terburuk? Itu Ketika aku menolak perasaanku dan mencoba mendorongnya. Itu mengerikan, Namun saat ini menyenangkan.” Ungkap Sun
“Apa Melakukan ini menyenangkan?” tanya Ji Woo tak percaya. Sun membenarkan.
“Bel tidak akan berbunyi sampai seseorang membunyikannya, dan lagu bukanlah lagu sampai lagu itu dinyanyikan. Kurasa cinta itu sama. Itu bukan cinta namanya sampai kau memberikannya kepada orang lain.  Menyembunyikannya jauh di dalam itu bukan namanya cinta.” Kata Sun. Ji Woo hanya bisa terdiam. 

Ji Woo terdiam di depan rumah sambil minum bir, seperti ucapan Sun masih terpikir dalam otaknya. Saat itu Seo Yeon dan Dae Young datang mengejek Ji Woo yang sudah tahu kalau  mereka akan membeli ayam goreng. Ji Woo mencoba tersenyum melihat keduanya. Akhirnya mereka makan ayam goreng sambil minum bir.
“Kau tidak tidur sama sekali semalam. Apa Kau tidak capek?” tanya Ji Woo
“Aku memang capek tapi ini capek terbaik buatku. Aku melakukan apa yang kuinginkan sehingga tidak terlalu sulit.” Ucap Dae Young penuh semangat.
“Tidurlah lebih awal malam ini. Besok kau akan pergi ke Mukhohang.”saran Seo Yeon
“Jika pemilik restoran kimchi sujebi terus meminta uang muka, haruskah aku menyerah?” tanya Dae Young.
“Kau bisa Pikirkan cara lain... Tapi makanannya rasanya persis seperti milik Ibu.” Ucap Seo Yeon.
Ji Woo mendengarnya seperti tak percaya kalau rasanya sama, dan berpikir kalau harusnya mencobanya saat mereka bisa membawakan untuknya. Dae Young pikir Ji Woo bisa ikut karena besok hari liburmnya. Ji Woo seperti tak enak hati.
“Apa aku tidak akan menghalangi jalanmu besok?” kata Ji Woo. Dae Young pikir tidak.
“Kau mungkin akan mendapatkan ide lain setelah mencobanya.” Kata Dae Young. Ji Woo pun berpikir kalau haruskah bergabung dengan mereka. 


Esok pagi, Seo Yeon dan Ji Woo keluar dari rumah. Dae Young pun turun dari rumahnya. Seo Yeon meminta agar memberikan kuncinya, karena akan menyetir dan Dae Young bisa tidur. Dae Young pikir tak masalah kalau akan menyetir mobil.
“Aku melakukan ini untuk perusahaan kita dan Banyak yang harus kita lakukan. Presdir kami perlu menjaga tingkat energinya. Jadi Berikan aku alamatnya.” Ucap Seo Yeon.  Dae Young mencari disaku celananya.
“Ponselku pasti ketinggalan di rumahku... Kau Tunggu di sini.” Ucap Dae Young lalu kembali ke dalam rumah. 

Ji Woo dan Seo Yeon akhirnya masuk mobil lebih dulu.  Seo Yeon mulai mengatur kursi dengan memundurkanya. Ji Woo pikir kalau Seo Yeon mendorong jok terlalu jauh dan meminta agar menarik lebih depan. Seo Yeon pikir tak masalah untuknya.
“Itu tidak akan baik untuk Dae Young... Dia capek dan butuh ruang untuk beristirahat.” Kata Ji Woo.
Akhirnya Seo Yeon menarik kembali kursinya bertanya apakah itu sudah baik. Ji Woo pikir Seo Yeon bisa sedikit lebih maju lagi, dan terus melihat kebelakang agar Seo Yeon terus memajukan kursinya.
“Hei, bagaimana aku mau mengemudi seperti ini?” teriak Seo Yeon kesal karena tak ada jarak antara stir dengan tubuhnya. Ji Woo hanya bisa tersenyum melihatnya. 

Ji Woo melihat wajah Dae Young dari kaca spion, lalu meminta agar menyebarkan AC-nya sedikit ke belakang. Seo Yeon mengikutinya dengan membuka bagian AC, Ji Woo mendengar suara Dae Young terbatuk. Ji Woo panik meminta Seo Yeon agar mengurangi sedikit Ac-nya.
“Kau bilang padaku untuk menyebarkan udara dingin ke belakang untuk Dae Young.” ucap Seo Yeon
“Kapan aku mengatakan itu untuk Dae Young? Di depan terlalu dingin jadi biarkan disebar ke belakang. Kita menyesuaikan suhunya.” Kata Ji Woo membela diri.
“Kenapa kau tidak duduk di belakang dan membiarkan dia berbaring di pangkuanmu?” ejek Seo Yeon kesal. Ji Woo menyangkal bukan seperti itu maksudnya.
“Hei... Mengemudilah di tempat teduh.” Ucap Ji Woo melihat Dae Young terkena sinar matahari. Seo Yeon kesal karena mereka  sedang di jalan raya.

Mereka akhirnnya makan direstoran Kimchi Sujebi. Seo Yeon mencoba lebih dulu lalu meminta pendapat Ji Woo yang ikut mencobanya. Dae Young pun menunggu pendapat Ji Woo dengan sup Kimchi. Ji Woo mengaku kalau Rasanya benar-benar seperti milik ibuknya.
“Bagaimana rasanya semirip ini?” tanya Ji Woo heran. Seo Yeon pikir itu memang benar.
“Dari awal aku terkejut.” Ucap Seo Yeon. Ji Woo ingin tahu dimana pemiliknya.
“Apa menurutmu dia kenal ibuku?” ucap Ji Woo. Dae Young pikir si bibi sedang ada didapur. 

Mereka pergi ke dapur dan kaget melihat Sun sedang membantu membuat kimchi.  Dae Young kaget melhat Sun ada didapur, Sun mengaku kalau Seo Yeon bilang Dae Young kesulitan menandatangani kontrak, jadi ingin membantu.
“Jadi kau melakukan apa  yang kulakukan di restoran chogyetang untuk membantu?” sindir Dae Young. Sun mengakuinya dengan wajah tertunduk malu.
“Ini namanya cinta sejati... Sun si Pecinta Batas terus melewati batas untuk Seo Yeon.” Ejek Dae Young. Sun berusaha mengelak, Seo Yeon terdiam melihat sikap Sun.
“Aku sering tidur denganmu dan merasa tidak enak karena mempekerjakanmu lalu berhenti dari proyek dan aku merasa tidak enak, Seperti itulah... Aku tidak akan melewati batas dan membuat wanita merasa tidak enak.” Jelas Sun membela diri.
“Dia selalu seperti itu ketika berbohong. Dia membuat alasan tanpa akhir ketika dia tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya..” Ejek Ji Woo mengetahui sikap Sun yang belum berubah.
“Lalu Di mana pemiliknya?” tanya Dae Young. Sun menjawab kalau bibi sedang pergi.
Dae Young mencoba menelp tapi Si bibi tidak mengangkatnya dan berpikir mungkin akan menghindarinya. Sun ingin tahu alasan si bibi melakukan itu? Dae Young menjelaskan si bibi menginginkan uang dari awal jadi Sun tidak bisa memenangkan orang seperti itu dengan cara seperti sebelumnya.
“Uang adalah satu-satunya solusi.” Tegas Dae Young
“Harusnya kau memberitahuku lebih dulu.” Keluh Sun merasa sia-sia sambil melemaskan otot-ototnya. 


Mereka keluar dari restoran, Ji Woo pikir akan menyetir untuk kembali ke Seoul. Dae Young menolak karena tadi tidur nyenyak di jalan jadi sudah merasa baik. Sun pun pamit pergi lebih dulu dan berpesan agar mereka bisa Hati-hati.
“Aku akan pergi dengan Sun.” Kata Seo Yeon lalu mengikuti Sun. Dae Young dan Ji Woo saling menatap seperti tak percaya. 

Seo Yeon langsung masuk ke mobil dibelakang kemudi, Sun terlihat binggung. Seo Yeon rasa Sun pasti capek membuat kimchi hari ini, karean tadi memijat leher dan tangannya. Sun tak percaya kalau Seo Yeon mengkhawatirkannya.
“Aku tidak mau kau sakit saat membantu bisnis kita.” Ucap Seo Yeon membela diri. Ji Woo terdiam seperti ingin tersenyum.
“Apa? Jika aku melewati batas, maka aku akan naik di mobil Dae Young.” kata Seo Yeon akan keluar mobil. Ji Woo menahanya mengaku Seo Yeon tidak melewati batas sambil mengeluh kalau badanya terasa lelah. 

Dae Young dan Ji Woo naik mobil bersama, membahas tentang Seo Yeon tidak sepenuhnya menentang Sun. Ji Woo pikir juga seperti itu,  menurutnya Tindakan Sun agak tidak masuk akal, tapi jadi cemburu dan kagum pada tindakan mantan anak muridnya itu.
“Tidak mudah untuk  menempatkan diri di luar kebiasanya” pikir Ji Woo.
“Kenapa kau tidak pacaran juga? Apa tidak ada orang yang kau sukai?” tanya Dae Young. Ji Woo terdiam terlihat binggung dengan pertanyaan Dae Young.
Ji Woo teringat dengan ucapan Sun “Bel tidak akan berbunyi sampai seseorang membunyikannya, dan lagu bukanlah lagu sampai lagu itu dinyanyikan. Kurasa cinta itu sama. Itu bukan cinta sampai kau memberikannya kepada orang lain. Menyembunyikannya jauh di dalam. itu bukan cinta.”
“Dae Young.... Ada yang mau kukatakan padamu.” Kata Ji Woo dengan wajah serius.
Tapi tiba-tiba Dae Young menghentikan mobilnya secara mendadak, Ji Woo binggung menanyakan keadaan Dae Young dan ingin tahu apakah mencari sesuatu. Dae Young mencari di kolong mobil bertanya apakah melihat cincinnya. Ji Woo terlihat kaget mendengarnya.
“Di mana aku menaruhnya? Wahh... Bisa gila aku... Apakah aku meninggalkannya di toilet restoran?”ucap Dae Young bingung. 


Ji Woo sudah turun dari mobil. Dae Young meminta karena tidak bisa mengantarnya. Ji Woo pikir tak masalah menyuruh Dae Young pergi saja karena tadi sudah menelepon Sun dan akan segera datang. Dae Young kembali meminta maaf lalu memutar balik mobilnya. Ji Woo hanya bisa menangis melihat kepergian Dae Young.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09