PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 08 Desember 2016

Sinopsis The Man Living In Our House Episode 14 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

Duk Bong menemui ayahnya melihat sang ayah duduk disofa dalam ruang rawat, lalu menyindir kalau berpikir ayahnya takut jadi tinggal di rumah sakit. Ibunya sedang mengupas kulit apel tak percaya anaknya bisa bicara pada ayahnya yang sedang sakit. Tuan Kwon mengaku kalau ia tak takut.
“Apa itu sebabnya kau diperintahkan untuk memulai pembangunan? Kau tahu bahwa tanah itu milik Na Ri.” Kata Duk Bong
“Itu tanahku. Aku ditipu.. Hong Sung kyu datang kepadaku dan menunjukkan dokumen, menuntut uang. Yang aku lakukan adalah membayar. Ternyata Dokumen itu palsu dan dia lari.” Ucap Tuan Kwon
“Kau bilang  Hong Sung Kyu? Ayah Na Ri?” kata Duk Bong kaget, Tuan Kwon memberitahu kalau ayah dan kaki tanganya itu adalah penipu!
“Istrinya tidak akan menyerahkan sertifikatnya, jadi dia lari bersama putrinya!” ucap Tuan Kwon
“ Dia lari bersama putrinya? maksudnya Dengan Na Ri? Kenapa dia bisa menculik putrinya hanya karena tanah?” ucap Duk Bong tak percaya
“Kalau dia bukan putrinya, maka dia sudah masuk penjara karena penculikan!” ucap Tuan Kwon kesal
Duk Bong melihat ayahnya yang  kelihatan baik-baik saja seperti yang diharapkan jadi memilih untuk pamit pergi. Ibunya pikir Duk Bong tak  bisa pergi begitu saja. Tapi Duk Bong tetap pergi  meninggalkan ruangan ayahnya.
“Pergi ke Seulgi-ri.” Ucap Tuan Kwon, Istrinya kaget tak percaya kalau ia harus pergi ke desa sekrang.
“Cari tahu apa yang terjadi... antara Duk Bong dan Hong Na Ri.” Perintah Tuan Kwon, Ibu Duk Shim seperti tak bisa menolaknya. 



Beberapa pelanggan pun keluar dari restoran selesai makan, Nan Gil kembali pulang ke restoran melihat Na Ri yang sedang membereskan meja bertanya apa yang sedang dilakukannya, Na Ri sengaja mampir dan  melihat semua sibuk, jadi membantunya.
“Lalu kau pergi kemana?” tanya Na Ri, Nan Gil binggung. Na Ri meminta agar Na Ri menjawabnya.
“Ini tidak akan berhasil di antara kita. “ ucap Na Ri lalu bergegas pergi masuk  ke dalam rumah. Nan Gil akhirnya mengikuti Na Ri masuk ked alam rumah.
“Apa kau akan terus melakukan itu? Apa kau akan gugup setiap kali aku pergi ke suatu tempat? Kau bisa memberitahu aku ke mana kau pergi.” Ucap Na Ri kesal
“Aku pergi untuk menemui ayahmu. Dia mengatakan untuk datang sendirian.” Ucap Nan Gil, Na Ri binggung.
“Dia ingin tahu siapa aku. Dan ingin datang ke sini.” Ucap Nan Gil  berbohong, Na Ri heran karena ayahnya  tidak menelepon selama 20 tahun.
 “Apa Sekarang, dia ingin bersikap seperti seorang ayah? Apa yang dia katakan?” kata Na Ri penasaran
Nan Gil pikir dirinya akan mati. Na Ri panik bertanya apa yang ayahnya lakukan,  Nan Gil memberitahu ayah Na Ri memasukan seluruh clementine ke mulutnya dan hampir tercekik. Na Ri melonggo mendengarnya, Nan Gil tersenyum memberitahu kalau ayahnya bersikap baik padanya.
“Dia mengatakan untuk merahasiakan bahwa aku menemuinya. Sekarang karena aku sudah mengatakannya kepadamu, hati nuraniku merasa terganggu.” Ungkap Nan Gil
“Lalu kenapa kau mengatakannya kepadaku?” komentar Na Ri
“Berjaga-kaga kalau kau berpikiran aneh dan merasa gugup.” Tegas Nan Gil
“Itu normal saat seorang pria dan wanita mulai berkencan.” Kata Na Ri bisa mengerti lalu masuk ke dalam kamarnya. 


Nan Gil duduk sendirian direstoran, mengingat kembali perkataan Tuan Hong “ Kau putra Bae Byung Woo, kan? Aku tidak bisa tinggal di rumah itu bersamamu.” Duk Bong datang melihat kalau lampunya masih menyala padahal papan sudah tertulis tutup jadi sengaja datang.
“Ayahku ada di rumah sakit. Ancamannya berhasil. Dia pergi ke rumah sakit saat dia merasa takut. Jadi Serahkan masalah tanah Na Ri kepadaku mulai sekarang.” Ucap Duk Bong, Nan Gil hanya diam saja.
“Sepertinya kau juga memiliki banyak pikiran. Aku mendengar kalian akan berkencan seperti pasangan normal.” Kata Duk Bong, Nan Gil mengeluh dengan Na Ri yang  memberitahu temannya semua itu

“Nan Gil... Kau tidak menunjukkan dirimu kepada Na Ri... sebelum ibunya meninggal, kan? Kenapa begitu?” ucap Duk Bong penasaran, Nan Gil pikir Duk Bong terlalu ingin tahu tentangnya.
“Kau tidak pernah berpikir tentang masa depan dengan dia. Ah.. Tidak, aku yakin kau bahkan tidak pernah bermimpi tentang hal itu. Kau sendiri tahu dengan terlalu baik. Na Ri sepertinya juga memikirkannya. Apa kau bahkan bisa membagi masalahmu dengan yang lain? Kenapa kalian tidak bersama-sama sekarang? Kalian tidak cocok, dan tidak bisa menangani satu sama lain.” Ucap Duk Bong sengaja membuat agar Nan Gil menyerah. 


Duk Shim memakai jaket sekolahnya, tiba-tiba dikagetkan dengan sosok ibunya yang masuk ke dalam kamar. Ibu Duk Shim merasa anaknya seperti melihat ibunya yang bangkit dari kematian, karena tatapan seperti orang yang ketakutan. Duk Shim bertanya kenapa ibunya ada didesa.
Ibu Duk Shim mengambil barang-barang yang berserakan merasa kamar anaknya seperti kandang babi. Duk Shim mengeluh kalau ibuny mengatakan hal yang sama setiap kali datang. Ibu Duk Shim tak percaya melihat kamar anaknya yang berantakan dengan membereskan barang-barangnya didekat tempat tidur.
“Apa yang terjadi antara kakakmu dan Hong Na Ri?” ucap Ibu Duk Shim, Duk Shim sengaja menutup mulut dengan wajah terkejut.
“Kau terlihat seperti tahu segalanya, tapi apa kau tidak akan memberitahuku?” ucap Ibu Duk Shim, Duk Shim menjelaskan  tidak bisa mengatakannya.
“Aku akan membawamu ke Seoul.” Kata ibu Duk Shim mengancam
“Cinta sepihak.” Kata Duk Shim dengan cepat, Ibunya berpikir kalau Na Ri yang menyukai kakaknya, Duk Shim mengatakan Tidak karena Duk Bong menyukainya.

Duk Bong masuk kamar adiknya dengan berteriak, Duk Shim ketakutan begitu juga Nyonya Kwon melihat anaknya yang datang lalu menyapa dengan senyuman. Ia memberitah kalau Ketua Kwon menemukan jawabannya jadi memintanya untuk datang.
“Haruskah aku bertemu Na Ri?” ucap Ibu Duk Shim, Duk Bong dengan nada marah mengatakan tidak dan Duk Shim pun seperti menahan ibunya agar tak melakukan itu.
“Jangan melakukan apapun.” Tegas Duk Bong dengan wajah penuh amarah. 

Nan Gil mencoba isi dari dumpling, lalu berkomentar milik Yong Kyu  terlalu basah dan Joon, terasa kering sementara Ha Ni seperti tak bisa memberikan komentar karena binggung. Jadi ia akan mengulangnya dan Merefleksikan apa yang salahDan terus mengulangnya.
“Kenapa kau menjadi seperti ini? Yang kau butuhkan adalah satu orang ahli. Begitulah caranya.” Keluh Yong Kyu heran
“Tidak ada alasan. Lanjutkan sekarang.”tegas Duk Bong, semua pun  menjawab mengerti tanpa membantah.
“Bos yang menakutkan... Semuanya akan habis bahkan sebelum kau buka.” Sindir Na Ri datang ke restoran
Nan Gil melihat Na Ri berpakaian rapih bertanya mau kemana, Na Ri memberitahu mau pergi berkerja untuk membahas cutinya. Nan Gil bertanya kenapa. Na Ri menjelaskan ini untuk membahas “Apa yang kau lakukan? Apa kau akan kembali bekerja?" Nan Gil pun mengerti lalu berpkir Na Ri sudah memikirkan hal itu
“Kau tahu apa yang kau suka dan yang paling bisa dilakukan. Kau akan mengatakan akan kembali, kan?” ucap Nan Gil berbicara dengan tangan dibelakang.,

“Kau terlihat seperti orang tua, bukan pacar yang normal. Dan Jangan berdiri seperti itu.” Kata Na Ri melihat Nan Gil yang menaruh tangan didepanya.
“Aku akan kembali. Kita sangat tidak normal.” Ucap Na Ri berjalan pergi. 
Nan Gil menghela nafas melihatnya, Yong Kyu langsung berlari menghampiri Nan Gil karena ingin bertanya dengan serius, apakah Nan Gil itu  takut kepada putrinya. Nan Gil yang ingin mengelak pertanyaan menegur Yong Kyu malah keluar dari dapur dan bertanya apakah sudah  selesai mengisinya.

“Jangan bersikap keras terhadap yang lemah. Itu membuatku sedih.” Ucap Yong Kyu merengek, Nan Gil menyuruh anak buahnya itu segara masuk ke dalam dan kembali membuat dumpling. 

Duk Bong langsung masuk ke dalam rumah sakit dengan wajah penuh amarah, terlihat ayahnya sedang dengan beberapa orang dan memberikan tanda tanganya. Tuan Kwon mengeluh anaknya yang cara masuknya berisik, lalu mengingatkan kalau ini adalah rumah sakit dan menyuruh semua anak buahnya keluar dari ruangan.
“Apa yang kau mau dari Na Ri?” tanya Duk Bong
“Aku menyelidikinya karena kau mengatakan bahwa itu adalah tanahnya. Aku akan membangun sebuah resort mewah di tanah itu dan memasang patungku. Ini semua untuk kalian! Jadi tidak ada yang tidak akan menghormatimu!” tegas Tuan Kwon ingin selalu disegani.
“Apa itu akan mengubur apa yang kau lakukan kepada kampung halamanmu?” sindir Duk bong
“Itu lebih dari 40 tahun yang lalu. Dasar Kau pecundang, membiarkan seorang gadis mengendalikanmu. Nikahi saja dia kalau begitu. Itu akan menjadi solusi yang bagus.” Ucap Tuan Kwon
“Jangan campuri kehidupan pribadiku.” Tegas Duk Bong lalu keluar dari ruangan. 

Yeo Joo baru saja selesai  dari bagian kasir dengan senyuman bahagia, Duk Bong baru keluar tak sengaja berpapasan. Yeo Joo melihat Duk Bong yang menakutkan, jadi akan pergi saja. Duk Bong menahanya, mengetahui kalau sekarang  terlihat menakutkan tapi Yeo Joo seperti terlihat senang.
“Tagihan rumah sakit berkurang dari yang diharapkan.” Kata Yeo Joo, Duk Bong mengaku iri pada Yeo Joo, Yeo Joo binggung sepertinya harusnya ia yang mengatakan itu dan meminta agar Jangan mengganggu.
“Tidak heran kau akrab dengan Duk Shim.” Komentar Duk Bong
“Aku tidak pernah mendengar bahwa aku akrab dengan seseorangMeskipun aku tidak pernah berharap untuk menjadi seorang remaja..” Balas Yeo Joo dengan wajah cemberut seperti remaja yang sedang marah

“Coba Lihat? Kau juga bersikap seperti seorang remaja.” Ejek Duk Bong
“Apa aku kelihatan seperti adik bayi untukmu? Apa kau ingin melindungiku? Apa aku lucu dan menggemaskan?” goda Yeo Joo
“Tak satu pun dari itu semua yang berlaku untuk Duk Shim. Aku hanya khawatir tentang ke mana dia akan menghilang nantinya.” Kata Duk Bong
Yeo Joo memperingatkan Duk Bong agar Jangan bersikap seperti ini padanya, Duk Bong binggung apa maksudnya.  Yeo Joo menegaskan kalau Seorang kakak yang khawatir tentang adiknya kelihatan keren jadi memiliki lebih banyak hal untuk ditulis setiap kali melihatnya dan pamit pergi dengan menitipkan salam pada adiknya itu. 


Pegawai dikantor Na Ri berpikir kalau Na Ri lebih baik kembali berkerja dan karena itulah memintanya agar datang. Na Ri terlihat diam, Si pegawai merasa Na Ri terlalu muda untuk pensiun dan lebih baik untuk bekerja beberapa tahun lagi, Na Ri memutuskan akan memikirkannya.

Na Ri baru keluar melihat Yeo Joo seperti sudah menunggunya, Yeo Joo mengaku sengaja mengubah jadwal penerbangannya untuk menemui Na Ri setelah melakukan pertemuan. Na Ri binggung, Yeo Joo langsung memaksa agar Na Ri me luangkan sedikit waktu untuknya dan menariknya pergi. Keduanya pun duduk dicafe bersamaan.
“Jadi... Aku tidak pernah berusaha sangat keras untuk seorang wanita sebelumnya. Kau kelihatan cerdas, jadi kau cari tahu saja kenapa.” Ucap Yeo Joo
“Apa kau pikir bekerja keras untukku? Aku bukanlah seorang kolega senior ataupun wanita untukmu. Aku hanya penghubung antara kau dan Duk Bong, dan kau harus ramah kepadaku. Apa aku salah?” ucap Na Ri
“Kau bukan penghubung dan Kau salah kali ini. Aku ingin memberikan peringatan.” Ucap Yeo Joo, Na Ri heran peringatan apa maksudnya.

“Berhenti bersikap dingin Kalau seseorang seperti Duk Bong mengatakan dia menyukaimu, terima saja. Coba tutup matamu dan kirim Nan Gil ke Seoul. Kau pergi ke tempat pangsit, dan Nan Gil ada disana. Kemudian kau akan berpikir, "Pria yang lucu dan membuat pangsit yang enak." Kau akan makan pangsit itu dan pergi.” Kata Yeo Joo seperti ingin menjodohkan Na Ri dengan Duk Bong
“Hei, Yeo Joo.. Apa kau pikir Nan Gil itu lucu?” ucap Na Ri dengan nada cemburu, Yeo Joo menjelaskan kalau  Bukan itu masalahnya sekarang.
“Aku kesal karena akan melihatmu lagi kalau kembali bekerja.” Keluh Na Ri sinis
Yeo Joo mengaku Terkadang ingin meminta maaf kepadanya, tapi setiap kali melihat Na Ri niatnya itu diurungkan. Na Ri heran melihat Yeo Joo  begitu jujur ​​sekarang, lalu menyuruh agar mengakui saja kalau menyukai Duk Bong dan itu pasti selesai dan akhirnya pamit pergi karena  harus pergi ke suatu tempat. Yeo Joo hanya melonggo binggung karena rencanya sia-sia. 


Na Ri pergi ke Rumah Perawatan Gyeonggi-do menemui ayahnya,  sambil makan jeruk memberitahu akan mempersiapkan kamarnya, Tuan Hong mengatakan tidak akan pergi merasa harus memiliki hati nurani agar bisa berakhir di tempat yang baik saat mati.
“Bagaimanapun, seseorang harus melindungi rumah itu. Kita saling memiliki sama lain hanya di dunia ini. Nan Gil menjalankan restoran pangsit itu, jadi kau tidak akan bosan.” Kata Na Ri menyakinkan
“Apa Dia tidak memberitahumu? Aku tidak bisa hidup bersamanya.” Ucap Tuan Hong, Na Ri kaget kenapa ayahnya tak bisa melakukanya.
“Dia melakukan ini kepada mataku... dan aku tahu bagaimana dia hidup. Bagaimana bisa aku hidup bersamanya?” ucap Tuan Hong menyalahkanya.

“Ini dimulai dari kau... Kau tidak bertanggung jawab dengan meninggalkan Ibu dan akudan tinggal dalam persembunyian. Seharusnya kau bertanggung jawab, sementara Nan Gil terseret dalam masalah ini karena kau.” Ucap Na Ri menyalahkan ayahnya.
“Aku hanya mencoba untuk bertahan hidup.” Ucap Tuan Hong membela diri.
“Kau ingin bertahan hidup sendirian, apa jadi kau melimpahkan hutang besar itu kepada ibu dan aku? Kalau kau menolak untuk tinggal bersamanya, Aku akan memberitahu Nan Gil untuk memilih... karena dia orang yang melindunginya. Aku akan mengunjungi kau sesekali.” Kata Na Ri dengan wajah marah meninggalkan ayahnya, Tuan Hong terdiam melihat sikap anaknya yang berbeda. 


Na Ri keluar dari rumah sakit dengan wajah kesal dan tak percaya dengan yang dilakukan ayahnya, teringat kembali saat pertama kali datang kerumah ibunya dan ada Nan Gil tinggal disana.
Flash Back
Nari menyuruh Nan Gil keluar dari rumanya dan milik ibunya, Nan Gil menegaskan kalau rumah ini miliknya, jadi tidak bisa pergi. Na Ri ingin tahu siapa Nan Gil yang  berani mengatakan bahwa rumah ibunya itu jadi miliknya. Nan Gil berjalan mendekat membuat Na Ri sedikit ketakutan dan memberitahu kalau ia adalah ayah tirinya. 

Di rumah kaca
Keduanya berjongkok didepan tanaman selada, Na Ri pikir mereka tidak perlu menjadi keluarga supaya bisa bersama. Nan Gil menolaknya, lalu saat mereka melakuan perjalan bersama Nan Gil mengakui perasaanya “Aku mencintaimu.”
“Bahkan jika aku tidak pernah bisa mengatakannya lagi, aku akan mencintaimu.” Ucap Nan Gil
Na Ri panik melihat wajah Nan Gil yang penuh luka, Nan Gil langsung memeluknya meminta agar diam dan Jangan mengatakan sepatah kata pun lalu meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Sebelum pergi meninggalkan restoran, Na Ri dengan ketus merasa kalau hubungan tidak akan berhasil di antara mereka. 


Tiga anak  buahnya mencoba membuat kulit pangsit dengan menguleni adonan dan membantingnya, Nan Gil menghentikanya memberitahu kalau caranya bukan hanya tentang kekuatan dan mulai mengajari cara menguleni. Na Ri datang ke restoran, Nan Gil terlihat bahagia menanyakan hasilnya.
“Sudah aku katakan kalau akan memikirkannya.” Ucap Na Ri, Nan Gil seperti bahagia mendengarnya, Tiga orang anak buahnya tersenyum mengoda melihat sikap Nan Gil seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta. 

“Kalian Pasti merasa sangat sulit, menyesuaikan dengan bos yang kasar dan harus datang sangat pagi. Jadi mari kita melakukan MT dulu dan membangun hubungan kita.” Ucap Na Ri mengumpulkan semua pegawai, semua binggung
“Hei... Aku bosnya. Kenapa kau yang memutuskan?” keluh Nan Gil, Semua pun mengelu-elukan kalau mereka ingin pergi liburan bersama,
“Kita mendapatkan uang karena acara itu, kan? Lalu apa kita bisa naik pesawat?” kata Yong Kyu bersemangat mengikuti MT. Na Ri menanyakan pada Duk Shim
“Aku bisa pergi kalau itu akhir pekan.” Kata Duk Shim, Na Ri pun memberikan tugas karena ada sesuatu yang ingin dilakukanya. 

Duk Bong masuk ke dalam kamar kakaknya, Duk Bong menyuruhnya keluar dengan mengeluh kenapa harus ikut acara MT restoran Hong. Duk Shim menjelaskan kalau ia masih di bawah umur dan perlu wali. Duk Bong tak percaya adiknya menganggap dirinya sebagia wali sekarang. Duk Shim menyakinkan kalau yang dikatakan kali ini serius
“Kau akan mengatakan apapun untuk bisa ikut MT” kata Duk Bong dengan helaan nafas. 
“Pastikan Greenland mau mensponsori. “ ucap Duk Shim memohon, Duk Bong merasa adiknya itu  pasti bercanda denganku.
“Na Ri memintaku untuk melakukannya. Dia benar-benar ingin kau ada disana. Aku sudah mengatakan kau akan menjadi waliku, jadi beri aku tumpangan, dan pesan resort Kalau kau tidak pergi, maka semua akan gagal.” Ucap Duk Shim, Duk Bong tersenyum seperti tak percaya kalau Na Ri mengatakannya. 

Na Ri dan Nan Gil duduk bersama dimeja makan, Na Ri memberitahu kalau  menemui ayahnya setelah rapat di tempat kerja. Nan Gil berpikir kalau Na Ri akan meminta agar pindah ke rumahnya. Na Ri mengatakan pada ayahnya akalu akan mengunjunginya sesekali.
“Kenapa kau tidak memberitahuku, kalau dia menolak untuk tinggal bersamamu?” kata Na Ri berpura-pura tak mengetahuinya.
“Kita anggap saja bahwa aku mengerti bagaimana perasaannya.”ucap Nan Gil seperti tak inginmembahasnya.
“Menurutmu akan bagaimana hidupmu... kalau hal ini tidak terjadi pada ibuku dan aku?” tanya Na Ri
“Aku mungkin akan bekerja di tempat pangsit. Aku akan mengunjungi ibumu sesekali dan mengeluh tentang pangsitnya.” Pikir Nan Gil
“Kau pasti akan menjadi pria biasa yang menguleni adonan.... Maaf.” Ucap Na Ri, Nan Gil binggung untuk apa meminta maaf.

“Saat aku melihatmu terluka, aku tahu itu karena diriku, tapi aku sangat terkejut dan gugup sampai aku marah. Masih sangat berat bagimu sampai kau tidak bisa bernapas saat kau memikirkan tentang hari-hari itu, tapi kau tetap bertahan karena aku. Ini pasti sulit, tapi aku hanya memikirkan diriku sendiri.” Ucap Na Ri dengan mata berkaca-kaca
“Itu pilihan aku karena aku mencintaimu. Aku tidak pernah menyesalinya, dan itu semua sudah diurus.” Kata Nan Gil
“Jangan meminta maaf kepadaku lagi. Kau tidak punya alasan untuk menyesal.” Pikir Na Ri
“Aku sudah sembuh dari penyakit Ko Nan Gil-ku. Aku tidak membutuhkan obatku lagi dan benar-benar baik-baik saja.” Ucap Nan Gil

Na Ri merasa  tidak pernah mengatakan in dengan wajah serius mengucapakn terima kasih sudah menjadi ayah tirinya. Nan Gil tersenyum mendengarnya karena sudah selesai berkerja jadi mengajaknya untuk  pergi kencan dan akan menunjukkan kepadamu bahwa sudah lebih baik. Jadi mereka bisa pergi ke suatu tempat yang sangat berisik. Na Ri pun meraih tangan Nan Gil untuk pergi bersama.
Nan Gil dan Na Ri pergi ke arcade, dengan memainkan banyak games mulai dari bola basket, tembak-tembakan dan juga memukul drum. Keduanya seperti menghabiskan masa remaja yang tak bisa mereka lakukan bersama. 


Esok harinya, dua mobil pergi ke bagian resort Greenland yang sangat mewah. Duk Bong turun dari mobil dengan setelan jas yang sangat rapih layaknya seorang pemimpin perusahana. Semua melihat mewahnya, tempa tinggal mereka hanya bisa melonggo.
“Bersenang-senanglah dan Beritahu aku kalau kau butuh sesuatu.” Ucap Duk Bong ingin melayani semuanya,  Semua terlihat benar-benar bahagia. Duk Bong melihat adiknya seperti tak percaya bisa melihat senyuman bahagia Duk Shim karena pergi berlibur dengan teman kerjanya. 

Bibi Kim masuk ke dalam ruangan dengan koper besar dan juga berapa barang, Tuan Hong binggung kenapa Bibi Kim datang dengan koper beresar. Bibi Kim pikir Hanya dengan melihat tas ini seharusnya membiarkan Na RI  tahu bahwa akan tinggal di rumah itu dengan ayah Na Ri selama sisa hidupnya.
“Aku tidak akan pindah!” ucap Tuan Hong sudah memutuskan tak akan kembali ke rumah milik istrinya

Semua mulai mempesiapakan BBQ untuk makan malam, Na Ri dan Duk Shim menatap kearah danau yang ada didepanya. Nan Gil mencoba untuk menyalakan panggangan dengan api. Duk Bong datang dengan gaya style yang berbeda. Duk Shim tak percaya melihat gaya pakaian kakaknya.
“Apa dia mencoba untuk terlihat seperti Nan Gil?” ucap Duk Shim heran, Na Ri yang melihatnya malah tersenyum
Duk Bong mendekati Nan Gil bertanya apakah sudah berhasil menyalakan bara apinya. Nan Gil mengatakan sedang mencoba. Duk Bong memberitahu kalau harus memasukannya dengan mengejeknya kalau hanya tahu cara mengaduk adonan saja. Nan Gil menatap sinis karena Duk Bong bisa membuatnya geram. 

Yong Kyu membawakan beberapa  udang panggan dan memberikan pada Duk Shim agar jangan hanya makan daging. Duk Shim mengeluh dengan Yong Kyu yang begitu muda bertingkah seperti orang tua. Duk Bong meminjam capitan daging pada Joon yang sedang memanggang lalu mengambil beberapa potong daging.
“Na Ri, makan beberapa daging.” Ucap Duk Bong sengaja ingin mengambil hati Na Ri, Na Ri pun mengucapkan terimakasih, Nan Gil yang melihatnya tak mau kalah.
“Cobalah dengan saus bawang putih ini. Aku membuatnya sendiri.” Ucap Nan Gil, Na Ri mencobanya dan langsung memuji sausnya itu enak. Duk Bong kesal karena hanya dengan Bawang putih dikalahkan begitu saja. 

Semua pegawai melakuan pemaian Mandu, Duk Bong melirik sinis melihat Nan Gil dan Na Ri yang mengobrol hanya berdua saja. Na Ri menannyaka alasan Nan Gil yang mengajari mereka bagaimana membuat isian belakangan ini, Nan Ri pikir Sudah saatnya mereka belajar. Na Ri mengatakan kalau itu salah dan bukan itu alasanya.
“Kau berencana untuk pergi setelah berbicara dengan ayahku. Aku tidak bisa membayangkan Pangsit Hong tanpamu.” Ucap Na Ri
“Apa Kau pikir akan baik kalau aku pergi. Bukankah dengan kau melakuan MT ini adalah hadiahmu kepadaku?” kata Nan Gil, Na Ri membenarkan.

“Coba hidup sebagai Ko Nan Gil, bukan ayah tiriku atau pemilik Pangsit Hong. Kemudian anggaplah kau  setelah MT adalah awal yang sebenarnya dari kehidupan Ko Nan Gil. Bagaimana kau akan memulainya?” ucap Na Ri
“Setelah aku pergi, maka aku akan menjalani hidup normal. Aku akan mendapatkan pekerjaan dan berjalan-jalan. Setelah aku mendapatkan keberanian, maka aku akan mendapatkan pacar baru.” Kata Nan Gil yang langsung menerima lirikan sinis dari Na Ri
“Hong Na Ri di Seoul yang tidak aku kenal.” Ucap Nan Gil, Na Ri bisa tersenyum karena Nan Gil itu sudah mencintainya untuk waktu yang sangat lama Jadi Hong Na Ri di Seoul akan menunggu.


Duk Bong masih terlihat sinis melihat keduanya, lalu menerima telp dari Song Rye, Song Rye duduk di kursi Duk Bong memberitahu Ketua mengubah tata letak resort dan ia  sudah tidak tahan lagi. Duk Bong kaget mendengarnya. Duk Shim tiba-tiba menarik Na Ri ke arah kakaknya dan mengaku kalau melakukan semua yang bisa lalu pergi meninggalkanya.
“Aku jadi bersemangat, memikirkan kau sedang berlari ke arahku. Pada saat seperti ini, tidak buruk memiliki saudara perempuan.” Ucap Duk Bong melihat adiknya yang membantu. 

Keduanya berjalan ditaman, Na Ri bertanya pada temanya apakah terjadi suatu masalah, Duk Bong menmberitahu harus pergi ke Seoul dan melawan ayahnya, tapi tak percaya kalau berada di situasi semacam ini. Ia dulu berada disisi ayahnya tapi sekarang sedang bersama  Na Ri
“Ini tidak seperti aku bisa mendoakan keberuntungan untukmu dalam melawan ayahmu.” Kata Na Ri merasa tak enak
“Tidak masalah. Doakan saja aku.” Kata Duk Bong, Na Ri pun memberikan semangat agar Duk Bong bisa berhasil.
“Apa kau memiliki kenangan tentang ayahmu?” tanya Duk Bong, Na Ri pikir tidak juga
“Yang aku tahu adalah... bahwa penerbangan pertamaku adalah bersama ayahku. Aku berencana untuk bertanya kepadanya sejak aku bertemu dengannya.” Cerita Na Ri
Duk Bong kaget karena Na Ri bertemu dengan ayahnya, saat itu Nan Gil datang membawakan selimut. Na Ri melihat keduanya saling menatap dingin langsung berlari ingin masuk ke kamar karena udaranya sangat dingin.  Duk Bong pun bertanya apakah Na Ri sudah menemukan ayahnya. Nan Gil membenarkan.
“Semua ayah memang luar biasa.Aku mendengar kalau ayah Na Ri...adalah seorang penipu yang menculiknya karena tanah. Bagaimana dia bisa menunjukkan wajahnya lagi kepada Na Ri?” ucap Duk Bong tak percaya
“Siapa yang mengatakan itu?” tanya Nan Gil kaget, Duk Bong menyebut nama ayahnya “Ketua Kwon.” Nan Gil terdiam mengingat kejadian saat dirumah sakit. 


Flash Back
Na Ri pikir Ibu mungkin akan terluka kalau mendengar ini, tapi tidak membenci ayahnya. Ia menceritakan  Pertama kali naik pesawat adalah bersama ayahnya karena  masih terlalu kecil untuk mengingat banyak kenangan, tapi mengingat kalau terkejut dengan betapa besarnya pesawat itu.
“Aku bertanya-tanya kenapa ibu tidak pergi bersama kami. Kemana aku pergi sendirian bersama ayahku? Aku penasaran.” Ungkap Na Ri
“Pasti tidak menyenangkan karena kau tidak bisa mengingatnya. Aku yakin itu.” Komentar Nan Gil
“Ayahku cukup lucu. Semua orang di kota menyukainya. Tapi setiap kali aku mengatakan tentang itu kepada ibuku, dia berkata kalau aku tidak pernah terbang bersama ayahku meskipun aku ingat dengan pasti. Aku yakin.” Kata Na Ri 

Semua pun sudah berkemas berada didepan hotel, Nan Gil memastikan kalau mereka sudah mengemas semua barang. Joon dkk mengatakan sudah dengan senyuman bahagia, Nan Gil meminta mereka Beristirahatlah untuk hari ini dan bertemu lagi besok. Mereka pun berpisah dengan Nan Gil dan Na Ri yang naik mobil bersama dengan Duk Bong dan juga Duk Shim.
Dalam perjalanan, Duk Bong menatap kaca spion melihat Na Ri yang tertidur dikursi belakang dengan adiknya. Nan Gil melihatnya sempat sinis dan keduanya sama-sama memalingkan wajah keluar jendela.  Duk Bong pun bertanya kapan Nan Gil akan pergi, Nan Gil heran karena Duk Bong bisa mengetahuinya.
“Apa kau pikir aku tidak tahu? Bahkan Duk Shim bisa tahu kau akan pergi.” Kata Duk Bong
“Setelah aku menyelesaikan masalah tanah.” Ucap Nan Gil
“Terlepas dari hal lainnya, itu adalah keputusan yang baik demi kehidupanmu.” Ucap Duk Bong mendukungnya dengan senyuman
“Apa kau tidak bisa sedikit merasa sedih? Kau sepertinya terlalu senang.” Sindir Nan Gil
“Aku ingin kau memiliki kehidupan yang baik. Itu sebabnya, lebih baik Tinggalkan Seulgi-ri dan hidup bebas.” Kata Duk Bong,  Nan Gil hanya diam saat itu Na Ri membuka matanya menatap keluar jendela dengan tatapan sedih mendengarnya. 


Semua turun dari mobil, Na Ri kaget melihat ayah dan bibi Kim sudah ada didepan rumah dengan membawa koper besar.  Bibi Kim menyapa semuanya bertanya darimana saja mereka karena tak ada yang menjaga rumah,  dan memberitahu kalau Ayah Na Ri kedinginan karena menunggu sepanjang hari. Duk Bong melirik sinis menatap Tuan Hong yang datang dengan bibi Kim.
Nan Gil terdiam menatap Na Ri dengan mengingat ucapan Duk Bong sebelumnya “Aku mendengar kalau ayah Na Ri... adalah seorang penipu yang menculiknya karena tanah.” Wajahnya terlihat kebinggungan memikirkanya nasib tanahnya. 
bersambung  ke episode 15

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar