PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 20 Desember 2016

Sinopsis Hwarang Episode 1 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

A Ro berjalan sempoyongan, pria yang melihatnya bisa mencium bau yang sangat menyengat. A Ro tak percaya kalau pria itu berani menyebutnya pencuri, lalu merasa pandanganya kalau tanah dibawahnya itu sangat dekat dan meminta untuk menyingkir.
Ia melihat dua anak sedang didepan pedagang kue beras dan langsung mengambil beberapa potong langsung kabur. A Ro mengejarnya tapi langkahnya yang sepoyongan membuatnya menabrak seseorang dan hampir terjatuh. Moo Myung langsung menahan A Ro agar tak terjatuh, keduanya saling menatap dan sepatu A Ro terlihat melayang diudara.
Moo Myung binggung melihat tatapan A Ro seperti tak biasanya, A Ro yang sedang mabuk menatapnya sedikit memincingkan matanya., Moo Myung  tak peduli dan langsung melepaskanya begitu saja. A Ro menarik kaki Moo Myung meminta tolong agar bisa mengambilkan sepatunya, karena tidak bisa berdiri.
Ia pun menunjuk tempat sepatunya jatuh, Moo Myung seperti masih kejar-kejar menyuruh agar melepaskanya. A Ro memberitahu kalau adalah satu-satunya sepatu yang dimilikinya dan bukan permintaan yang sulit. Moo Myung tetap tak peduli dengan mendorongnya agar menjauh. A Ro hanya bisa mengumpat kesal pada Moo Myung si ular berhati dingin.

A Ro akhirnya berdiri mencoba mencari sepatunya yang terlepas.  Saat itu terdengar hentakan suaran kuda yang menyuruh semua orang untuk minggir. Moo Myung melihat A Ro dibelakang berada ditengah jalan, akhirnya dengan terpaksa kembali menyelamatkanya. A Ro kembali menatap wajah Moo Myung lebih dekat lagi.
“Apakah ini sebabnya mereka mengatakan untuk tidak minumdengan perut kosong?” gumam A Ro dengan menatap ke arah Moo Myung, sementara Moo Myung ingn mengetahui keadaanya.
“Kau sangat tampan.” Ungkap A Ro yang mabuk, Moo Myung menegaskan kalau Ini tidak bisa membantu bahkan jika kau tidak baik-baik saja dan langsung melepaskanya, lalu berjalan pergi.
“Apakah sesulit itu untuk mengambil sepatuku?Dasar tidak pengertian.” Ungkap A Ro kesal 

Akhirnya ia berjalan di sebuah rumah dan langsung membaringkan dirinya diatas rempah-rempah yang sedang dikeringkan. Di dalam terdengar suara jeritan kesakitana, seorang pria sedang diobati oleh tabib. An Ji Gong mengatakan kalau sudah selesai melakukan pengobatanya.
“Itu akan menjadi berbahaya jika lukanya menjadi lebih dalam. Kau bisa bangun sekarang” kata Ji Gong.
“Penjual keliling sepertiku, mendapat pukulan dan terluka sepanjang waktu. Terima kasih karena selalu merawatku.” Ungkap si pria, Ji Gong pun ingin tahu tentang anak itu.
“Itu juga bukan dia. Dia jauh lebih muda dari putramu... dan tidak pernah tinggal di ibukota.” Kata Si pria, Ji Gong seperti sedih tapi bisa mengerti dan mengucapkan Terima kasih sudah mencobanya.
“Aku yakin kau akan menemukannya. Tidak ada tempat yang... tidak kau cari selama 10 tahun. Dia akan segera muncul.” Ungkap si pria kembali memakai bajunya. Ji Gong pun merasa yakin dengan menatap kosong. 

Maek Jong adalah Raja Silla Ke-24 dengan sebutan “Raja Jinheung” menaiki tangga istana dan berjalan masuk tempat biasa seorang raja duduk di singgasana untuk berkerja pada rakyat. Saat itu terdengar suara dengan nada menyindir “ Kenapa kau harus datang kesini”  Maek Jong melihat ibunya Ratu Ji adala didepanya. 

Flash Back
[Tahun ke-27 Raja Bupheung, 11 tahun yang lalu]
Ratu Ji sedang ada ada dikamar melihat Maek Joo yang sedang tertidur lelap. Saat itu pelayan datang dengan terburu-buru menyampaikan berita,  kalau Raja sudah meninggal.
“Apapun yang perlu dilakukan, maka Kita harus melindungi keturunan Keluarga  Kerajaan yang terakhir. Dan Panggil Pa Oh sekarang!”kata Ratu Ji dengan pedangnya melindungi anaknya. Pelayan itu pun keluar kamar dan Pa Oh pun datang menghadap ratu.
“Harap lindungi Putra Mahkota. Kau harus membuat dia tetap hidup.” Perintah Ratu Ji 

Maek Jong melihat ibunya yang  tidak berubah sama sekali. Ratu Ji menegaskan kalau bertanya kenapa Maek Jang datang ke istana, lalu berpikir kalau sengaja datang karena  tidak bisa mempercayainya. Maek Jong balik bertanya apakah terasa aneh kalau ia ada di istana, tapi menurutnya aneh kalau sampai dirinya tak ada di istana.
“Masih banyak orang di ibukota yang menginginkannyawamu. Apakah kau tidak tahu bahwa kita tidak bisa mempercayai satupun prajurit atau pekerja yang masuk kedalam istana?” ungkap Ratu Ji
“Bagaimana bisa aku tidak tahu? Dengan Bisa berjalan-jalan berkeliling dan hidup dengan bebas semuanya berkat perhatianmu.  Akan tetapi, apakah kau tahu perkataan ini? Kau bisa menangkap 10 pencuri yang bersembunyi digunung, tapi kau tidak bisa menangkap salah satu pencuri didalam hatimu. Aku sudah menghabiskan banyak waktu dengan berbagai hal yang salah, dan hanya memperlajari bagaimana mencurigai orang lain.” Ungkap Maek Jong.
“Apakah kamu takut jika aku mencoba untuk  mencuri takhtamu? Apakah kau tidak mempercayaiku?” kata Ratu Ji
“Apakah kepercayaan adalah permasalahan sebenarnya? Aku hanya... ingin melihat... bagaimana aku menggunakan takhtaku. Aku merasa seperti itu... Jika tidak maka aku akan melupakan siapa diriku.” Ungkap Maek Jong
“Dasar Orang yang lemah, Aku harus memutuskan kapan kau akan  diperkenalkan kepada dunia. Sampai saat itu, hiduplah dengan tenang.” Tegas Ratu Ji 

Saat itu di sisi lain, Park Young Sil mengetahui kalau  gerbang kota terbuka tadi malam. Ho Kong juga memberitahu kalau  Tidak ada prajurit yang menjaga gerbang. Young Sil mengartinya seseorang masuk kedalam kotapada saat itu.
“Apa yang dibawa oleh Ratu secara diam-diam?Aku pikir bisa mengetahuinya” kata Young Sil memegang sebuah kalung yang ujungnya mirip dengan milik Mak Moon.
“Apakah kau pikir Raja masuk kedalam?” kata Ho King, Young Sil pikir siapa lagi lalu bertanya-tanya apa yang harus mereka lalukan sekarang. Ho Kong mengatakn akan mencari pembunuh bayaran sekarang juga, Young Sil pun akan melihat kepala siapa yang akan digulingkan.

Maek Jong sedang duduk dipenginapan sendirian, memegang gelang yang dipakai olehnya. Saat itu Mak Moon sudah menunggu ditempat pertemuanya dengan Moo Myung tapi temanya itu belum juga datang dan terlihat gelisah berharap aga cepat datang.
Tiba-tiba ia melihat sosok pria berbaju hitam melewati dinding penginapan, dengan wajah melonggo binggung mengetahui kalau itu bukan Moo Myung yang datang. Si pria berbaju hitam pun masuk ke sebuah ruangan dan melihat seseorang berbaring diatas tempat tidur dan langsung menusukan pedangnya, tapi ternyata di balik selimut hanya berisikan bantal.
“Apakah kau pencuri?” ucap Maek Jong keluar dari persembunyianya. Si pria pun mencoba memukulnya tapi Maek Jong lebih dulu memukulnya.

“Jika kau bukan pencuri, kamu adalah pembunuh bayaran. Kemampuan pedangmu sangat buruk Dan pedangmu berkarat.” Ucap Maek Jong berhasil membuat tangan si pria terpelintir.
“Kau sangat takut membunuh pria yang  sedang tertidur Jadi berapa harga dari nyawaku? Siapa yang  akan tahu? Aku mungkin akan membayarmu lebih dari harga nyawaku.” Kata Maek Jong
“Dia mengatakan jika aku membunuh seorang  bangsawan, maka dia akan memberikan ku tiga karung beras.” Kata si pria yang sudah tercekik lehernya.
Saat itu Maek Jong melepaskanya dan bertanya Apakah mendengarnya pada Pa Oh, kalau imbalanya adalah 3 karung beras. Saat itu pengawal ratu yang datang dan menanyakan keadaan raja lebih dulu dan langsung membunuh si pria dengan pedang. 
Sementara Mak Moon yang penasaran berjalan masuk ke bagian depan penginapan ingin mengetahui yang terjadi didalam, sementara Maek Jong yang melihat pengawal Ratu membunuh si pria langsung menatap sinis.
“Dia adalah seorang petani yang tidak mengetahui apapun. Apakah kau harus membunuhnya?” ucap Maek Jong sinis, Pengawal mengatakan kalau pria tadi sudah melihat wajahnya.
“Siapa yang berpikir dia akan membunuh Raja untuk 3 karung beras?” ungkap Maek Jong
“Itu adalah perintah Yang Mulia Ratu.” Kata  Pengawal dan saat itu Pa Oh pun datang melihat seorang pria yang sudah terbunuh dikamar Maek Jong.
“Kau bilang "Perintah Yang Mulia Ratu". Kalau begitu, kau tidak punya pilihan karena Kerajaan Suci adalah miliknya.” Ungkap Maek Jang lalu keluar dari ruangan. 


Saat itu Maek Jong yang penasaran melihat sosok pria ada didepan pintu. Pengawal datang dan langsung memanggil “Yang Mulia”, Maek Jong menghentikan langkah pengawalnya, Mak Moon yang mendengar panggilan “Yang Mulia” langsung melonggo dan kabur.
Pengawal pun langsung mengejarnya, Pa Oh pun baru keluar ruangan seperti tak bisa berbuat apa-apa. Mak Moon berlari sekuat tenaga menghindai sebelum tertangkap. Pengawal mengejarnya mengunakan kuda dengan cepat, tiba-tiba Mak Moon ditarik seseorang yang membuatnya menjerit ketakutan.
Moo Myung memberitahu kalau ia yang menariknya lalu menyuruhnya untuk diam. Mak Moon pun bisa bernafas lega dengan mulut yang tertutup. Si pengawal mondar mandir mencari sosok pria yang melihat wajah Maek Jong, tapi akhirnya kembali ke penginapan karena tak berhasil menemukanya. Keduanya pun bisa bernafas lega karena tak tertangkap. 

Mak Moon dan Moo Myung bermalam di gudang jerami, lalu Mak Mook merasa kalau melihat Raja. Moo Myung kaget, Mak Moon ingat saat pengawal memanggil "Yang Mulia." Dan bisa mendengar dengan jelas.  Mak Myung mengartikan kalau  di dalam ibukota, Raja tidur dimana saja.
“Kenapa Raja tidur di penginapan dan  bukan di istana? Kau sangat frustasi.” Ejek Moo Myung tak percaya
“Hei.... Aku memberitahumu kalau memang benar....  Dia terlihat... Ah.. Bagaimana aku mengatakannya? Dia terlihat seperti kebanyakan... Raja.” Kata Mak Moon, Moo Myung langsung memukulnya merasa temanya itu pasti sedang bercanda.
Moo Myung pikir yang didengar temanya itu  bukan "Yang Mulia." Dan mengusulkan untuk memukulnya agar membuatnya sadar. Mak Moon mengaku kalau ia bersungguh-sungguh. Moo Myung tak ingn membahasnya meminta agar Mak Myung memberikan kalung itu padanya. Mak Moon binggung kenapa harus memberikanya.
Moo Myung pikir mungkin orang itu  akan mencarinya karena terlalu tinggi dan mencolok jadi akan mencari melalui kalungnya. Mak Moon pun menanyakan nasibnya nanti. Moo Myung memberitahu  Saat matahari terbit,mengajak bertemu didepan Okta itu.

Esok paginya, Moo Myung berjalan ke pasar mencari tahu tentang kalung Mak Moon, Apakah mengetahui sesuatu tentang kalung ini dan terus mencari untuk menemukan sebuah petunjuk. Saat itu teringat kembali dengan jalan yang dilalui sebelumnya, ia teringat saat itu menolong A Ro yang meminta agar mengambilkan sepatu untuknya, lalu memujinya sangat tampan. Moo Myung sempat tersenyum bahagia dan kembali berwajah serius untuk mencari pemilik kalung Mak Moon. 

Malam hari
Seperti sebuah tempat pertemuan para bangsawan dizaman Silla. Mak Moon berdiri melongggo melihat para pria tampan dan wanita sedang berkumpul bersama. Beberapa wanita seperti mengajak para pria masuk ke dalam dan Mak Moon tersenyum seperti berharap bisa diajak masuk oleh para Gisaeng.
Saat itu ia melihat A Ro yang berjalan dengan seorang wanita dan menatap ke arah lehernya kalau kalung yang dipakainya sangat mirip dengan miliknya. Mak Moon berusaha mengikutinya dan ingin masuk ke dalam, tapi dua pengawal sudah menghadangnya untuk tak masuk, A Ro sempat menengok dan masuk ke dalam ruangan. Maek Moo mengatakan harus bertanya mengenai kalungnya.

Pertunjukan tarian dan masuk pun dimulai, mereka mulai menari-nari seperti sebuah club dizaman Silla. Seorang wanita berteriak kalau  Ban Ryu pria berambut panjang dang berdiri tegang datang masuk ke dalam ruangan, setelah itu mereka juga berteriak kalau Soo Ho juga datang. Pria berlesum pipit pun tersenyum pada semua wanita yang menatapnya. Ban Ryu yang berjalan didepanya melihat Soo Ho yang datang dibelakangnya.
“Apakah ada sebuah cara untuk tidak melihat wajahnya? Melihat dia membuatku ingin memuntahkan... semua yang aku makan.” Keluh Soo Ho sinis
“Melihat mereka berdampingan, Soo Ho pastinya terlihat lebih baik. Dan Tentu saja. Itu tidak perlu dikatakan lagi.” Ungkap seorang wanita berkomentar, Soo Ho pun tersenyum bangga karena mendapatkan pujian.
“Tidak mungkin... Ban Ryu... adalah yang terbaik diantara para bangsawan terbaik.” Ungkap wanita lainya, Mereka pun semua merasa kalau Ban Ryu benar-benar yang terbaik. Soo Ho yangmendengarnya mulai mengumpat kalau ini sangat menjengkelkan.

Sementara Maek Jong duduk sendirian dalam ruangan dengan melihat bayangan wajahnya digelas. Beberapa wanita sudah berkumpul seperti tak sabar menunggu, sampai akhirnya seorang wanita datang mengatakan kalau Ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh para wanita, yaitu Waktu untuk menjahit meminta A Ro yang diduduk dibelakangnya mulai menjahit.
“Oke, kalau begitu... Haruskah aku mengambil sebuah jarum?” ungkap A Ro dengan wajah serius.

Saat itu diluar terlihat beberapa orang memasukan beberapa makanan dan juga minuman ke dalam, Mak Moon pun mencari kesempatan agar bisa masuk ke dalam ruangan dengan membawakan sekotak minuman dalam guci. Ah Ro mulai bercerita pada semua wanita dengan wajah serius.
“Dia dibutakan oleh kecemburuannya dan hatinya sedang terbakar. Menekan semangatnya dengan kuat, maka dia setuju untuk menghabiskan malam yang panas  di tempat terpencil, Di tengah malam... Di Najeong.. ” Ucap A Ro.
Maek Jong bisa menndengar dari ruangan sebelah hanya bisa menahan tawan mendengarnya, sementara So Ho dkk melonggo mengetahui tempatnya di Najeong, lalu bertanya Dimana Park Hyeokgeose lahir. So Ho merasa ini Sungguh cerita yang mengejutkan Untuk memanfaatkan tempat menakutkan  seperti itu.

Sementara tiga teman Ban Ryu tertawa mendengarnya, Kang Sung berkomentar kalau harus minum sehingga menuangkan beberapa dibeberapa tempat nantinya. Dengan tawa mengejek kalau Ceritanya cukup bagus dan bisa melihat sebelumnya, dan wajahnya juga cukup bagus. Ban Ryu hanya diam dengan membaca kertas didepanya.
Alkohol mereka pun habis dan teman satunya ingin mengambilnya, Ban Ryu langsung menyuruh Kang Sung untuk pergi mengambilkanya, Kang Sung binggung kenapa ia yang harus mengambilkanya.  Ban Ryu bertanya warna jubah dari ayah Kang Sung.
“Itu pasti biru karena dia adalah pejabat tingkat enam. Ayah tiriku adalah pejabat tertinggi dan ayahku adalah tingkat tiga. Ayah Gi Bo dan Shin adalah pejabat tingkat lima dan empat. Jadi Tentu saja, warna jubah mereka adalah burgundy. Hanya karena kita berkumpul bersama, Kau seharusnya tidak berpikir bahwa kauu sama.” Kata Ban Ryu, Kang Sung seperti menahan amarah lalu keluar dari ruangan. 

Moo Myung pergi menemui Joo Ki dicafenya, bertanya apakah tidak pernah melihat kalung itu sebelumnya, Joo Ki merasa terlihat cukup akrab dan mengingat-ngingat dimana  pernah melihat itu sebelumnya. Moo Myung meminta agar Joo Ki bisa berpikir lebih keras lagi.
“Dia salah satu yang paling tinggi atau  yang paling rendah. Itu sangat membingungkan.”gumam Joo Ki melihat penampilan Moo Myung lalu mengaku tidak yakin dengan kalung yang di lihatnya.
“Dia pastinya jelek. Kenapa juga dia mengenakan itu dikepalanya?” gumam Joo Ki yang tak melihat wajah Moo Myung dengan rasa yakin.
“Jika kamu meninggalkan itu bersamaku,  maka aku bisa mencari tahu. Kau bisa meninggalkannya.” Ucap Joo Ki terdengar licik
Moo Myung mengangkat sediki topinya, Joo Ki bergumam kalau dugaanya salah karena Moo Myung terlihat tampan. Moo Myung menegaskan karena ini bukan miliknya tapi adalah barang berharga milik temanku,  jadi tidak bisa meninggalkannya dan memintanya agar mencari dengan baik. Jadi dika menemukan siapapun yang mengetahui barang ini...

Mak Moon berhasil masuk dan hanya bisa melonggo melihat wanita cantik dengan pria tampan, lalu mencoba mengintip dari celah pintu dan melihat sosok A Ro sedang bercerita didalam ruangan.
“Menghirup udara dingin Najeong di tengah malam, dia mencoba untuk menenangkan hatinya yang terbakar.” Cerita A Ro penuh semangat, sementara Mak Moon yakin kalau kalung yang dipakain A Ro sama dengan yang dimilikinya.
 Tiba-tiba Kang Sung yang marah membawa segelas minuman, Mak Moon berjalan mundur tak melihatnya dan membuat menjatuhkan gelasnya. Kang Sung melihat pakaian dan wajah Mak Moon bertanya siapa pria itu, Mak Moon terlihat binggung dan ingin menyentuh Kang Sung agar membersihkan pakaian yang terkena minuman.,
“Kau bukan berasal dari sini, kan? Tunjukkan padaku ijin masukmu” ucap Kang Sung, Mak Moon milih untuk berjalan pergi, tapi Kang Sung dengan cepat menahanya.
“Kau tidak bisa mengatakan siapa ‘kan? Apakah kau tidak tahu sedang ada dimana?” ucap Kang Sung, Mak Moon meminta agar Kang Sung melepaskanya.
“Aku sedang merasa kesal, jadi merasa beruntung.” Ungkap Kang Sung dengan memelintir tangan Mak Moon. 

A Ro masih bercerita kalau Setiap detik terasa seperti 1,000 tahun. Pria  itu sedang terbakar nafsu. dan ingin melompat masuk, tapi hampir tidak bisa memegangnya dan berusaha menahannya...Segera setelah wanita itu datang, dia menariknya masuk kedalam hutan Najeong.
“Dia melemparkannya ke pohon pinus...dan menahannya dengan tangannya. Lalu dia mengatakan, "Kau...membuatku bergairah”  Dua orang bernafsu saling berciuman... dan akhirnya, tanpa keraguan...” kata A Ro seperti membuka baju dan membuat semua wanita menjerit.
Sementara diluar, Kang Sung seperti sedang melampiaskan amarahnya dengan memukul Mak Moon berkali-kali. Soo Ho keluar dari ruangan terlihat kesal karena terjadi kegaduhan pada saat di klimaksnya, lalu dengan sinis melihat itu adalah si sampah Ban Ryu. Akhirnya Ban Ryu keluar dari ruangan bertanya apa yang terjadi pada temanya.
“Dasar Sialan. Dari semua keberuntungan, Aku harus melihatmu dua kali dalam sehari.” Keluh Soo Ho sinis
“Jika kau kekurangan keberuntungan,  setidaknya kau memiliki keberuntungan yang bagus. Jangan menyentuhku... jika kau mau pulang kerumah dengan wajah utuh.” Ucap Ban Ryu memperingatinya, Soo Ho ingin melawan tapi dua temanya menahanya. 

Salah seorang wanita berlari masuk ke dalam ruangan memberitahu tahu semua wanita kalau Soo Ho dan Ban Ryu sedang bertarung. Mereka pun bergegasl pergi untuk melihatnya karena  tidak bisa ketinggalan pertarungan yang bagus. A Ro hanya bisa melonggo karena ditinggalkan begitu saja.
Tiba-tiba Maek Jong masuk ke dalam ruangan dan lilin yang menerangi ruangan langsung mati, A Ro terlihat ketakutan dan hanya menutup matanya dengan berjalan mundur. Maek Jong heran, apa yang akan dilakukan sampai A Ro  menutup matanya.  A Ro bertanya siapa pria yang datang ke kamarnya.
“Kau tanya Siapa aku? Apakah itu penting saat ini?” ucap Maek Jong, A Ro langsung menutup badanya dengan mata terus tertutup.
“Sayang sekali. Itu setelah 4 hari.” Ungkap Maek Jong, A Ro bertanya apa maksudnya itu. Maek Jong pun meminta agar A Ro segera membuka matanya. A Ro bertanya kenapa melakukan hal ini.
“Kau tanya kenapa? Karena disini sangat gelap. Ini terpencil dan juga tempat yang bagus. Lalu Apa yang terjadi selanjutnya?” kata Maek Jong menarik pinggang A Ro agar lebih dekat, A Ro pun membuka mata dan melihatnya dalam-daama., 

Kang Sung menginjak kepala Mak Moon yang sudah berdarah, memberitahu kalau pria ini tidak memiliki ijin masuk jadi bukan kejahatan untuk membunuh seorang pria tanpa ijin masuk. Ban Ryu menatap Mak Moon yang sudah tergeletak tak berdaya.
“Jadi aku mungkin bisa membunuh tikus ini, kan? Apa Kau tidak menghormati sistem martabat  Bangsawan Silla dan berani merangkak kesini? Tikus sepertimu...  harus mati seperti tikus jalanan.” Ucap Kang Sung sudah siap dengan pedangnya.
Saat itu sebuah daun terlempar ke arah kepaal Kang Sung, Kang Sung berteriak marah pada orang yang berani melempar pada kepalanya. Moo Myung masuk dengan topi capingnya, mengatakan percaya hidup merupakan keberuntungan, tapi menurutnya Kang Sung tidak beruntung hari ini, dengan mengambil dan dadu dan mengangkat topinya. Kang Chul bertanya siapa pria itu.
“Kau semacam gangguan.” Ungkap Moo Myung, Kang Sung kembali bertanya siapa pria yang berani datang ke tempat bangsawan.
“Ini Bukan urusanmu.” Ucap Moo Myung lalu menanyakan keadaan Mak Moon yang tergeletak. Mak Moong mengatakan kalau ia baik-baik saja.Moo Myung mengatakan kalau ia yang tidak baik-baik saja.
Pertarungan pun dimulai, Moo Myung bisa mengambil pedang yang ada ditangan Kang Sung. So Ho yang melihatnya merasa kalau  itu tidak buruk. Moo Myung membuat lingkaran di lantai dengan pedangnya, sempat membuat semua wanita ketakutan.
“Jika hukummu adalah membunuh orang-orang yang masuk kedalam ibukota, maka hukumku adalah memukul bangsawan yang melewati garis ini. Jika kau ingin membunuhnya,  maka lewati garis ini. Aku akan menghadapimu.” Tegas Moo Myung tak kenal takut.
Bersambung ke episode 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


3 komentar: