PS : All
images credit and content copyright :MBC
Louis duduk dipantai dengan Bok Sil, memandang dengan
senyuman sambil bergumam “Aku tidak mau menyembunyikan
perasaanku... padamu.”
“Bok Sil... Aku sangat menyukaimu. Kapanpun aku memikirkanmu maka hatiku berdebar. Jadi Sebesar apa kau menyukaiku?” tanya Louis, Bok Sil hanya diam dengan senyumanya.
“Louie bertanya padaku... seberapa besar rasa sukaku
padanya.” Gumam Bok Sil seperti belum bisa menjawabnya.
[Episode 10: Sinar Bulan yang
Menerangi Hatiku]
Louis menceritakan pada Pelayan Kim kalau menyukai
Bok Sil. Pelayan Kim menceritakan Louis juga
cukup menyukainya saat
masih di Prancis. Louis tak percaya menurutnya
Pelayan Kim itu bukan tipenya.
“Apa Kau tidak ingat ketika kau dulu selalu mengikutiku?” ejek Pelayan Kim, Louis mengelengkan kepala
“Apa aku punya banyak teman?” tanya Louis, Pelayan Kim mengatakan tidak begitu
banyak. Louis kaget mendengarnya.
“Kenapa aku tidak punya teman? Aku pikir diriku populer.” Kata Louis kecewa
“Masalahnya bukan kau tapi Masalahnya adalah caramu
dibesarkan. Kau adalah
contoh dari anak yang
terlalu dilindungi. Dan itu adalah bagaimana
sesuatu terjadi seperti sekarang. “
“Kalau begitu apa yang paling bisa
kulakukan?” tanya Louis pelayan Kim pikir Louis tak
perlu bertanya tentang hal itu.
“Tentu saja kau hebat dalam hal
belanja. Apa Kau tidak ingat julukanmu adalah Raja Belanja, Louie?” kata Pelayan Kim, Louis mengelengkan kepala karena tak
mengingatnya Tapi tetangganya
memanggil dengan julukan seperti itu. Pelayan Kim
mengerti.
“Oh, benar. Koboshi....Aku ingat Koboshi...” ucap Louis binggung, pelayan Kim menceritakan kalau
Louis sangat menyukainya jadi
sudah pasti hal pertama yang diingatnya.
Louis bertanya keberadaan Koboshi sekarang, Pelayan Kim
terlihat sedih, bertanya apakah Louis tidak ingat kalau mereka menguburnya di Kastil Bron Berlen empat tahun
lalu. Louis seperti baru mengingat kalau anjingnya itu sudah
mati dengan wajah sedih. Pelayan Kim menghiburnya Sebagai seekor anjing, Koboshi memiliki usia yang cukup panjang dan sangat menyayanginya.
“Apa kau ingat kotak harta karun? Kau selalu membawanya saat kau
masih kecil.” ucap Pelayan Kim karena mengingat Louis
menyimpan dalam lantai dan melihatnya dalam kamar Louis
“Kotak harta karun? Apa itu sesuatu yang penting?” tanya Louis seperti tak mengingatnya.
“Jika kau mengingatnya, akulah orang pertama yang harus
kau beritahu. Kau harus berjanji” ucap pelayan Kim,
Louis berjanji Pelayan Kim pun menyuruh
Louis harus tidur karena
sudah larut.
Louis tidur di tempat tidurnya, Pelayan Kim dengan
menepuk tanganya bisa membuat lampu mati. Louis seperti terpana ingin
mencobanya, lampu kembali menyala. Pelayan Kim tersenyum kembali mematikan
lampu hanya dengan menepuk tanganya.
“Pelayan Kim.... Bukankah
kau bilang kalau mobil yang kukendarai
terbakar... dalam
kecelakaan itu? Kalau
begitu, bukankah
itu berarti... ada orang
lain yang mati menggantikanku?” kata Louis
memikirkanya, Pelayan Kim hanya diam saja.
Bok Sil bertanya
dimana keberadaan adiknya selama ini, tapi akhirnya tak ingin Detektif Nam
menjawabnya karnea ingin tahu dari adiknya langsung dan akan memberinya pelajaran sambil mengumpat adiknya si Pembuat
masalah dan akan memukulnya ratusan kali. Detektif Nam hanya bisa diam saja.
“Apa kau tahu kalau dia pernah melewatkan makan? Apa dia sehat? Ah Lagipula aku akan segera bertemu
dengannya.” Ucap Bok Sil berbicara sendiri.
Detektif Nam mengajak Bok Sil ke sebuah tempat seperti
bukit. Bok Sil bertanya apakah tempat adiknya masih jauh. Detekif Nam terlihat
serius menatap Bok Sil karena akan memberitahumu sesuatu, tapi harus mempersiapkan diri dulu
sebelumnya. Bok Sil terlihat binggung.
“Bok Nam... Dia sudah meninggal. Dia adalah pria yang meninggal
karena kecelakaan
yang terjadi pada mobil Louis” kata Detektif Nam, Bok Sil benar-benar kaget mendengarnya.
Bok Sil langsung menangis diatas tempat dimakamkan
adiknya, sambil menangis memanggil adiknya. Teringat kembali senyuman adiknya
yang bahagia menerima jaket yang dibelika lalu makan daging bersama.
“Bok Nam-ku... Kau tidak bisa melakukan ini padaku.... Aku sangat ingin
menemukanmu. Aku
sangat merindukanmu.” Ucap Bok Sil menangis
“Bok Nam, aku tidak akan pernah.. memarahimu lagi Aku tidak akan memukulmu lagi. Kembalilah padaku, kumohon!! Aku ingin memasak untukmu. Aku juga akan memanjakanmu. Kenapa kau ada disini sendirian di tanah yang dingin?” tangis Bok Sil mengingat saat kebersaaman adiknya yang
merengek meminta ponsel, diatas nisan tertulis nama Kang Ji Sung.
Hye Joo masuk ke dalam ruangan sambil berteriak panik
kalau adan Berita
besar dan meminta agar tak terkejut. Semua terlihat penasaran,
tapi Ma Ri terlihat santai. Hye Joo memberitahu kalau Cucu Ny
Choi masih hidup. Semua melonggo tak percaya,
hanya Ma Ri tak tertarik karena sudah mengetahuinya lebih dulu
“Bukankah dia tewas dalam
kecelakaan?” ucap Mi Young binggung
“Pokoknya, ada kemungkinan dia akan kembali bekerja di perusahaan. Aku benar-benar ingin tahu siapa cucunya itu.” kata Hye Joo penasaran
“Mungkin, dia mungkin seseorang yang kau
kenal.” Komentar Ma Ri memberikan kode. Semua terkejut.
“Apa kita pernah melihatnya? Siapa dia?” tanya Do Jin makin penasaran, Kyung Kook pikir itu
pasti bukan Wang Louis,
“Aissh..Dia mengkhayal karena dia pernah dipuji oleh Louie.” Ejek Mi Young, Ma Ri hanya diam saja membiarkan semua
penasaran siapa orangnya.
Louis datang ke tempat Tuan Baek, sementara Tuan Baek
terlihat sedikit gelisah bertanya alasan datang ke ruanganya tiba-tiba. Louis
mengatakan datang untuk bertanya sesuatu padanya. Tuan Baek pun bertanya apa yang ingin ditanyakan.
“Ketika kau melihatku di lobby, kenapa
kau berpura-pura tidak mengenalku? Kau melihatku saat aku dating membawa bubur. Aku bahkan mengucapkan salam.” Ucap Louis masih mengingat saat bertemu Tuan Baek di
lobby untuk Bok Sil bertemu Tuan Baek, tapi Tuan Baek hanya diam saja padahal
sempat berbicara juga.
“Ji Sung.... Kami kira kau sudah meninggal... Kami bahkan menggelar
pemakamanmu. Itulah
kenapa aku kira kau hanyalah orang
yang mirip denganmu. Tapi
tetap saja aku curiga dan Akulah
orang yang mencarimu. Kau
jadi kaya lagi setelah hidup
sebagai orang miskin. Itu
semua berkatku, kau mengerti’kan ?” jelas Tuan Baek menyakinkan.
“Ya, terima kasih...Tapi... aku tidak hidup sebagai orang
miskin.” Kata Louis, Tuan Baek hanya berkomentar lega
mendengarnya.
Ma Ri masuk ke dalam ruangan ayahnya, Louis melihatnya
dan mengingat perempuan yang menabraknya adalah Ma Ri dan sekarang datang
didepanya. Ma Ri berakting dengan mata berkaca-kaca langsung memeluk Louis
memanggilnya dengan panggilan Ji Sung, Louis ingin melepaskanya tapi Ma Ri
tetap ingin memeluknya.
“Apa kau benar-benar Ji Sung? Aku tidak percaya kalau kau masih
hidup. Aku
menangis saat tahu kalau
kau sudah meninggal. Harusnya
aku menampung air mataku di
dalam botol. Dengan
begitu, aku bisa menunjukkan padamu
seberapa besar perasaanku padamu.” Ucap Ma Ri
yang berbicara sesuatu dengan yang dituliskan.
“Apa kau sangat dekat denganku?” tanya Louis binggung tak mengingat sama sekali dengan
Ma Ri
“Tentu saja... Kalian sudah bersahabat sejak
kecil.” kata Tuan Baek
Flash Back
Louis dan Ma Ri bermain bersama, keduanya saling
berebutan mainan mengaku itu sebagai miliknya. Ma Ri akhirnya mendorong Louis
dengan kasar, Louis pun hanya bisa menangis dan Ma Ri pun meninggalkan begitu
saja.
Tuan Baek menceritakan
keduanya sangat dekat dan
berpikir mereka akan menikah. Louis mengernyit dahinya karena tak mengenal
sosok Ma Ri sama sekali.
Flash Back
Ma Ri dengan bangga mengatakan Ayahnya adalah direktur perusahaan. Louis tak mau kalah kalau Neneknya adalah pemilik perusahaan. Ma Ri mengejek Louis yang tidak
memiliki ibu tapi ia punya ibu dan berlari memanggil
ibunya. Louis hanya bisa menangis.
“Aku dengar kau kehilangan
ingatanmu. Sebenarnya, kita lebih dari seorang teman.” Ungkap Ma Ri, Louis kaget dan tak percaya. Tuan Baek
mengamati keduanya agar bisa saling mengingatkan .
“Saat aku masih berduka karena
kematianmu, aku
tiba-tiba melihatmu di jalan. Aku
sangat terkejut saat itu. Tapi
ketika kau menutup telponku, aku
merasa begitu hancur.” Ungkap Ma Ri kembali
berbohong.
Louis mengingat saat itu Ma Ri menelp merasa kalau
mungkin aneh dan meminta agar bisa bertemu besok. Tapi Louis mengatakan dengan sinis “Apa Kau sangat ingin
melihatku? Kau boleh menyukaiku, tapi aku tidak menyukaimu. Aku sedang tidak
dalam suasana hati yang bagus, jadi
jangan menghubungiku lagi.” Lalu
menutup telpnya. Louis pun membenarkan kalau ia yang menutup telpnya lebih
dulu.
“Aku langsung memberitahu Ayah
tentangmu dan juga
mencarimu.” Kata Ma Ri, Louis pun mengucapkan
terimakasih
“Aku menyukai Bok Sil sekarang,
jadi jangan bertingkah seperti kau
mengenalku. Dan juga
jangan bilang kalau kita lebih
dari sekedar teman.” Tegas Louis tak ingin di
pegang oleh Ma Ri
Ma Ri dan Tuan Baek terdiam melihat tanggapan Louis tak
ingin dekat, Louis duduk dikursi bertanya apakah memiliki kopi Maxim
Gold. Tuan Baek terlihat binggung, tapi akhirnya seperti
ketakutan akan mengambilkan untuk Louis.
Bibi Hwang dan In Sung membawa celana dalam Louis yang
memiliki mata berlian dan meminta agar melihatnya. Si pemilik toko perhiasan
mengeluh kalau tak mungkin ada yang menjahit berlian
pada pakaian dalam, jadi sudah pasti palsu.
“Coba Lihatlah dulu. Apa kau tahu pakaian
dalam seperti apa ini?” kata Bibi Hwang, In Sung
memberitahu kalau Itu milik Gold Group. Bibi Hwang menyuruh anaknya agar menutup mulutnya. Si
pemilik pun mau melihatnya lalu terkejut
“Ini
memang asli.” Kata si
pemilik tak percaya, dua ibu dan anak itu terlihat gembira, Bibi Hwang Berapa
harga ini semua.
“Tapi.... Kenapa ada banyak goresan? Di dalamnya juga ada bulu. Apa ini belum pernah diperiksa?” kata Si pemilik. In Sung mengaku belum pernah dengan
malu.
“Kalau begitu aku tidak bisa memberimu banyak uang. Aku akan memberimu 1 juta won” ucap Si pemilik. Bibi Hwang dan In Sung tak
percaya kalau bisa menjual celana dalam 1 juta Won.
Keduanya akhirnya mencari di bagian saluran pembuangan
air, Bibi Hwang bertanya apakah anaknya itu yakin berliannya
ada dua buah. In Sung yakin menurutnya Akan jadi aneh kalau hanya
ada satu. Bibi Hwang pun mengajak mereka akan
segara mencarinya.
Tiba-tiba Bibi Hwang melihat sesuatu yang mengkilat saat
membersihkan pipa saluran, In Sun melihatnya dan keduanya berteriak gembira
kalau mereka menemukan batu rubi. In Sung tiba-tiba teringat akan sesuatu dengan batu
itu, lalu melihat mahkota yang sering dipakai Louis, dan ternyata itu hanya
hiasan di makhota yang lepas. Bibi Hwang akhirnya dengan wajah kecewa menyuruh
anaknya agar mencari di mesin cuci.
“Bok Sil and kami tidak pernah mengira kalau itu berlian asli.Ahh... itu Sangat
disayangkan sekali”keluh bibi
Hwang
Joong Won duduk sendirian di ruangan mengingat saat
Detektif Nam memberikan informasi padanya. “Orang
yang tewas menggantikan Louie... memang
benar Bok Nam.”
Teringat kembali saat mengetahui Bok Sil tinggal dengan Louis
bertanya Berapa
lama lagi akan tinggal
bersamanya. Bok Sil mengatakan Sampai
menemukan Bok Nam.
“Bagaimana kalau kau tidak
menemukannya?” kata Joong Won, Bok Sil marah karena
Joong Won malah berbicara seperti itu.
Joong Won tersadar dari lamunan menyadarkan kalau tak
mungkin melakukan sesuatu lalu keluar ruangan.
Louis berjalan ke lorong tempat Bok Sil kerja, Joong Won
melihat kursi Bok Sil yang kosong lalu melihat Louis yang datang. Louis
menyapanya lebih dulu. Joong Won bertanya apa tujuanya datang dengan bahasa
formal. Louis kaget karena Joong Won baru saja menggunakan bahasa formal padanya.
“Apa kau datang untuk belajar tentang manajemen bisnis?” tanya Joong Won, Louis mendengar Joong Won yang bicara
formal menurutnya itu lebih cocok.
“Bok Sil ada di dalam, kan?”kata Louis ingin masuk, Joong Won menghalanginya
memberitahu Bok Sil sedang dalam perjalanan bisnis.
“Jangan mencarinya. Jangan menghubunginya, oke?!!” kata Joong Won, Louis bertanya kenapa tak boleh
menghubunginya.
“Louis... Kau
ingat apa yang pernah kukatakan padamu? Aku mengatakan padamu kalau... orang dewasa menyembunyikan rasa
sakit mereka. Kau harus
tahu... kapan
untuk tidak bertanya tentang bagaimana
perasaan orang lain. Itu
jugalah yang dilakukan orang dewasa.” Tegas
Joong Won, Louis pun hanya diam saja.
Bok Sil duduk sendirian di dalam rumahnya, lalu mengingat
kembali penjelasan dari Detektif Nam tentang adiknya.
“Sebelum kecelakaan
itu, Bok Nam mengambil mobil dan pakaian Louie. Aku
rasa Bok Nam berteman dengan beberapa preman di Seoul. Dia tidak beruntung. Saat mobilnya
meledak, dia ada di dalamnya.”
“Kenapa kau melakukan itu, Bok
Nam?”ucap Bok Sil sambil menangis.
Saat itu terdengar pintu diketuk, Bok Sil menghapus air
matanya lalu membuka pintu, pelayan Heo dan Nenek Choi masuk. Bok Sil binggung
karena tak mengenalinya, pelayan Heo memberitahu kalau Nyonya Choi adalah
pemilik dari Gold Group. Bok Sil menyapanya, Nenek
Choi meminta maaf karena sudah mengangunya.
Bok Sil menatap wajah Nenek Choi, teringat saat pergi ke
busan menanyakan tempat bertanya “Apa cucu anda pergi ke suatu tempat?” lalu Nyonya Choi menceritakan dengan wajah sedih “Aku mengirimnya ke
tempat yang jauh, supaya dia bisa hidup dengan panjang, tapi dia...malah pergi terlalu jauh.”
Nenek Choi ingat dengan Bok Sil gadis dari Pulau Dongbaek. Bok Sil juga melonggo kaget bisa bertemu dengan nenek
yang sebelumnya pernah ditemuinya. Ketiganya akhirnya duduk dalam ruangan,
Nenek Choi mengaku tidak percaya kalau teman yang diceritakan Bok Sil adalah Louie. Bok Sil juga merasa itu kebetulan sekali.
“Terima kasih.... Terima kasih karena sudah menjaga
Louie.” Kata Nenek Choi dengan mata berkaca-kaca.
“Tidak apa-apa. Jika adikku tidak merampok Louie, maka Louie tidak mungkin melewati itu
semua. Aku minta
maaf...” kata Bok Sil membungku meminta maaf.
“Adikmulah yang tewas... Jangan meminta maaf.” Ucap Nyonya Choi
“Nenek... Sejujurnya, hatiku terasa sakit. Aku harus meminta maaf duluan... ketika adikku satu-satunya
meninggal. Aku
merasa sangat terluka. Bok
Nam adalah anak yang baik.” Ucap Bok Sil menangis,
Nenek Choi langsung memeluknya.
“Aku tahu betapa sakitnya... kehilangan keluargamu lebih baik dari siapapun. Untuk saat ini, jangan pikirkan apapun
dan menangislah sepuasmu. Apapun
alasannya, tidak ada
rasa sakit yang lebih besar
daripada kehilangan... keluargamu.” Kata Nenek Choi, Bok Sil pun menumpahkan rasa sedihnya
pada Nenek Choi.
Akhirnya Bok Sil pun sudah terlihat tenang, Nenek Choi
mulai berbicara serius, meminta agar Jangan tersinggung dengan
apa yang akan
dikatakan. Bok Sil menatap nenek Choi dengan mata berkaca-kaca.
“Jika kau terus bertemu Louis, itu bisa semakin menyakitkan... untukmu dan Louie. Bagimu, melihat Louie akan mengingatkanmu
pada adikmu dan
menghancurkan hatimu. Sementara Bagi
Louie, dia akan merasa bersalah dan
itu juga akan menghancurkan hatinya. Jadi akan
sangat mengerikan bagi dua orang yang
saling melukai untuk
menghabiskan waktu bersama. Kau
mengerti maksudku, kan?” kata Nenek Choi
“Aku tahu bagaimana perasaanmu. Aku... merasa sangat bahagia karena Louis. Aku merasa terlalu bahagia tanpa
tahu... kalau
adikku sudah meninggal.” Ungkap Bok Sil seperti
merasa menyesal.
Nyonya Hong menyap suaminya yang sudah pulang dan
mendengar Louis yang mendatangi perusahaan hari ini. Tuan Baek menyuruh istrinya menyiapkan makan karena
belum sempat makan, Nyonya Hong mengerti tapi sebelum pergi suaminya berbicara
lagi.
“Aku akan membiarkan Ma Ri menikah
dengan Louie.” Kata Tuan Baek, Nyonya Hong kaget
anaknya akan menikah
“Ini akan baik untuk mereka
berdua...Cepat lakukan selagi Ibu masih
hidup.” Perintah Tuan Baek
Nyonya Hong terlihat masih shock, Tuan Baek berubah
pikiran memperingatkan istrinya agar jangan melakukan apapun mulai
sekarang. Nyonya Hong tak percaya suaminya bisa
bersikap seperti itu lagi.
Rumah Bok Sil sudah terlihat bersih dan tak berpenghuni,
pagi sekali Bok Sil sudah ada didepan rumah Bibi Hwang menyelipkan sebuah note
didepan pintu “Terima kasih untuk
semuanya, Ahjumma. Aku akan kembali ke kampung halamanku. Tolong jangan beritahu Louie.”
Bok Sil pergi ke ruangan Joong Won lalu menaruh surat
pengunduran diri dan juga amplop pink untuk suratnya, “Tuan Cha, aku berterima kasih padamu karena kau adalah orang pertama yang menyadari
bakatku. Aku tidak akan melupakannya. Aku minta maaf karena tidak bisa mengucapkan
perpisahan secara langsung.” Setelah itu
Bok Sil melihat meja kerjanya selama ini dan merabanya
“Meja pertama yang
kumiliki untuk pertama
kalinya dalam hidupku. Selamat tinggal. Goldline,
perusahaan yang mempekerjakanku untuk pertama kalinya dalam hidupku. Selamat tinggal.” Gumam Bok
Sil lalu masuk ke dalam lift.
Louis masih tertidur pulas dan Bok Sil mengirimkan
pesannya. (Bok
Sil: Aku akan
pergi. Jangan mencariku.
Jaga diri.)
Bok Sil menaiki bus melewati tempat bersejarah di korea,
lalu melihat tangga tempat pertama kali bertemu dengan Louis yang mengira kalau
itu adiknya, lalu ia pun mengucapkan selamat tinggal pada semuanya.
Joong Won akhirnya sampai kantor melihat ada surat
pengunduran diri lalu membuka surat yang ditinggalkan Bok Sil. Dengan wajah
kesal mencoba menelp tapi tak aktif,dan bertanya-tanya kemana Bok Sil itu
sekarang.
Louis duduk dimeja makan dengan ditemani dua pelayan
terlihat hanya mengaduk nasinya. Pelayan Kim melihat Louis tidak
memiliki selera makan. Louis sedih karena Bok
Sil meninggalkan untuk pergi sendirian jadi tidak punya selera makan dan hanya merindukan Bok Sil. Pelayan Kim terlihat kebinggungan.
“Seorang Gelandangan yang Bok Sil rawat... ternyata adalah pewaris Gold
Group. Siapapun
akan terkejut karena itu. Bok
Sil mungkin tidak bisa mengekspresikannya, tapi aku yakin dia merasa
terbebani.” Jelas Pelayan Heo, Pelayan Kim setuju, Louis
pikir itu benar juga.
“Jadi, kau harus memberi waktu pada Bok
Sil... untuk
memikirkannya dan menerimanya.” Kata Pelayan Heo
Louis tetap sedih memikirkan Bok Sil, pelayan Heo merayu
Louis agar bisa makan sedikit saja. Louis pikir Bok Sil juga
pasti ingin ia makan, Dua pelayannya membenarkan. Akhirnya Louis pun dengan
terpaksa memakanya, Pelayan Kim berbisik mengucapkan terimakasih, Pelayan Heo
membalasnya dengan kedipan mata. Pelayan Kim terlihat terkejut melihatnya.
Nyonya Shin terpesona saat masuk ke rumah Nyonya Hong
karena ternyata rumahnya sangat indah dan bertanya apakah ia menikah
dengan seorang pewaris
perusahaan. Nyonya Hong mengaku Suaminya adalah direktur Gold Group. Nyonya Shin kaget mendengarnya.
“Anakku adalah ketua tim dari
Goldline.com.” kata Nyonya Shin, Nyonya Hong tak
percaya kalau Joong Won adalah anak Nyonya Shin.
“Putriku adalah manajer
perencanaan di
Goldline.com. Dia
mendapat MBA di Harvard.” Kata Nyonya Shin tak kalah
terkejut
Nyonya Hong teringat saat Ma Ri datang kerumah mengaku
beruntung mendapat pekerjaan di Goldline setelah
lulus lalu bertanya apakah namanya
Baek Ma Ri. Nyonya Hong makin kaget bertanya apakah
Nyonya Hong mengenal putrinya. Keduanya terlihat benar-benar tak menyangka ternyata anak
mereka saling mengenal satu sama lain.
“Suamiku ingin... Ma Ri menikah dengan Louis. Tapi aku ingin Ma Ri menikah dengan
seseorang yang dia cintai.” Ungkap Nyonya Hong
“Maksudmu... putraku, Joong Won?” tanya Nyonya Shin memastikan, Nyonya Hong membenarkan.
“Kalau begitu kita bisa menikahkan
mereka.” Kata Nyonya Shin bangga.
Nyonya Hong seperti tak yakin, Nyonya Shin bertanya
apakah Tn Baek terus merendahkan Nyonya Hong selama ini, dan ingin tahu pendapatnya apa
itu alasanya. Nyonya Hong mengingat saat pertemuan terakhir di kantor suaminya
“Bagaimana bisa detektif
menemukanmu di toko bukumu?” tanya Tuan Baek,
Nyonya Hon mengaku tak tahu.
“Kenapa kau tidak menanyakan pertanyaan sepenting itu?” teriak Tuan Baek kesal.
Nyonya Hong menceritakan suaminya terus
merendahkannya sejak
hari itu. Nyonya Shin mengatakan akan
memecahkan masalah ini. Nyonya Hong pun bertanya
bagaimana caranya, Nyonya Shin akan bertanya
pada detektif itu menurutnya tak ada yang
sudah , lalu menyuruh Nyonya Hong Traktir
semua orang di kantornya. Nyonya Hong pun bergegas
mencari ponselnya untuk memesan makanan.
Nyonya Hong dan Nyonya Shin sudah ada di kantor polisi,
semua anggota tim terlihat bahagia menerima banyak makana diatas meja. Salah
satu teman mengoda Detektif Nam itu punya penggemar wanita dan sangat iri padanya. Detektif Nam merasa tidak
memiliki klub penggemar.
Dua wanita yang paruh baya pun melambaikan tangan pada
detektif Nam, detektif Nam yang terkejut langsung tersedak, lalu meminum air
putih. Keduanya terlihat terpesona dengan cara minum Detektif Nam sepert
melihat malaikat yang sangat tampan.
Detektif Nam akhirnya selesai makan dengan mengucapkan
terimakasih lalu bertanya apa tujuan Nyonya Hong sampai datang ke kantor polisi
dengan makanan
sebanyak itu. Nyonya Hong terlihat binggung seperti
masih terpana dengan ketampan Detektif Nam. Nyonya Hong dari jauh melihatnya langsung
mengirimkan pesan “Tanya padanya sekarang.”
“Aku ingin berterima kasih padamu karena sudah menemukan Louie. Itulah kenapa aku mampir kesini. Ngomong-ngomong, bagaimana bisa kau menemukanku dan toko bukuku?” ucap Nyonya Hong
“Di dalam buku catatannya, Louie menulis kotak musik dari Ulang
Tahun Ke-30 Pusat Perbelanjaan Gold. Kolegaku
memberitahuku... dia
ingat pernah melihat kotak music itu
di toko bukumu, Jae Sook-ssi.” Jelas Detekif Nam yang
memanggil Nyonya Hong dengan namanya.
Nyonya Hong seperti mendengar dengan suara mengema dan
terlihat gugup. Detektif Nam malah khawatir menanyakan keadaanya. Nyonya Hong
mengaku kalau ia baik-baik saja. Detektif Nam mengatakan hanya melakukan tugas sebagai polisi dan mengucapkan Terima kasih untuk makan siangnya, serta Sebagai gantinya, beritahu jika membutuhkan bantuan di toko
buku karena akan melakukan yang terbaik untuk
membantunya. Nyonya Hong mengangguk mengerti.
In Sung sedang mengepel lantai, Bibi Hwang hanya duduk sambil
melamun, In Sung pun menyuruhnya untuk minggir, bibi Hwang hanya mengeser
sedikit bokongnya. In Sung meminta agar ibunya pindah ke sisi lainya karena
ingin dipel.
“Kenapa Bok Sil kembali ke
kampungnya?” kata Bibi Hwang heran
“Kenapa dia meminta kita untuk tidak memberitahu Louie?” kata In Sung juga binggung
“ Ada sesuatu yang aneh. Dia punya masa depan yang cerah, tapi kenapa dia menyerah begitu
saja?” keluh Bibi Hwang khawatir.
“Apa Bok Sil adalah anakmu? Kau harusnya lebih
memperhatikanku daripada
dia.” Keluh In Sung kesal
“Bok Sil jauh lebih baik darimu.” Tegas Bibi Hwang
Bok Sil akhirnya sampai ke rumah yang selama ini
ditingalinya, dengan menghirup udara pedesaan yang sangat alami, senyumanya
terlihat. Lalu ia masuk ke dalam rumah mulai membereskan lantai,menyapu
halaman, menjemur bahan makana dan tak lupa membersihkan dapur.
Saat itu ia melihat ada toples yang terbuka, dan
bertanya-tanya Kenapa
ini terbuka dan Apakah ada seseorang yang datang, lalu menutupnya kembali.
Louis mencoba menelp Bok Sil tapi tak juga aktif, matanya
menghitam seperti tak tidur semalaman memikirkan Bok Sil. Ia mengeluh Kenapa
Bok Sil tidak mengangkat telponnya dan apakah
harus pergi terlalu lama dan berpikir ada sesuatu yang terjadi.
“Tuan, kau harus makan dulu. Kau belum makan apapun hari ini.” kata pelayan Kim, Louis mengatakan kalau Makan
tidak penting saat ini.
“Kau harus tidur kalau begitu. Kau sama sekali tidak tidur akhir pekan kemarin.” Kata pelayan Kim, Louis menegaskan Tidur tidak penting saat ini dan terus bertanya kenapa Bok Sil tak mengangkat
telpnya.
Akhirnya Louis datang ke rumah Bok Sil dan sangat cepat
berlari menaiki tangga, Pelayan Kim yang mengikutinya binggung kenapa Louis
bisa sangat cepat, sementara ia baru beberapa langkah sudah kelelahan. Louis
masuk ke dalam rumah dan melihat semua kosong, lalu menemukan ponsel yang
ditinggalkan Bok Si.
Louis akhirnya menarik In Sung ke atap rumah, merasa
tetangganya tahu keberadaan Bok Sil sekarang dan meminta agar memberitahunya
segera. In Sung kebinggungan karena Bok Sil menyuruu
untuk tidak mengatakannya
pada Louis. Louis tetap meminta agar memberitahunya sekarang.
Louis langsung berlari menuruni tangga dan ingin masuk
mobil, Pelayan Kim langsung menahanya, melarang tidak
boleh menyetir. Louis memberitahu harus pergi ke Gangwon-do dan mendengar Bok Sil ada disana. Pelayan Kim memohon
Louis tak menyetir sendiri,
“Tidak mungkin dia meninggalkanku. Aku tahu ada sesuatu yang
terjadi.” Ucap Louis yakin
“Aku akan membawamu kesana, Kau tidak tahu jalan kesana.” Kata Pelayan Kim, Louis pun pindah ke pintu sampingnya.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar