PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 04 Oktober 2016

Sinopsis Scarlet Heart Ryeo Episode 12 Part 1

PS : All images credit and content copyright : SBS

Raja Wang memerintahkan Wang So untuk pergi ke  Dinasti Jin sebagai utusan untuk mencari tahu seberapa kuat pertahanan mereka. Ji Mong kaget lalu mengatakan kalau itu  tugas yang sangat berbahaya. Tapi Wang So memutusan akan menuruti perintah Raja.
“Apa Kau bersedia pergi kesana?” tanya Raja tak percaya
Ini perintah Yang Mulia.  Jadi mana berani aku menolaknya? Aku akan meninggalkan Songak sesuai keinginan Yang Mulia. Namun,  tak ada tempat tinggal bagi  Hae Soo selain Damiwon. Aku mohon Tolong kasihanilah dia.” Kata Wang So
Apa kau masih saja berpihak padanya?” ucap Raja
Aku tak bisa membiarkan dia begitu saja. Aku akan... menjalankan tugasku sebagai utusan di Dinasti Jin.” Kata Wang So lalu berjalan pergi. 

Raja langsung menyuruh Ji Mong agar mengusir Hae Soo segera,  Ji Mong kaget mendengarnya. Raja memerintahkan Ji Mong untuk mengusir Hae Soo ke suatu tempat agar para pangeran tak bisa menemuinya.
Jika Wang  So sendiri tak bisa meninggalkannya... maka ayahnya harus membantunya melupakannya.” Tegas Raja. 

Hae Soo sedang duduk sedih di kamar Selir Oh, Ji Mong datang memberitahu Selir Oh itu  punya martabat seperti layaknya ratu... tapi tak terlahir di bawah bintang-bintang ratu. Hae Soo bertanya apakah itu sebuah keberuntungan atau kesialan. Ji Mong pikir Jawabannya pasti sudah jelas.
Dia bertemu denganku dan akhirnya meninggal. Tentu saja itu kesialan.” Ucap Hae Soo
Dia meninggalkan dunia ini tanpa  dendam ataupun kebencian. Jadi Dia beruntung. Percayalah hal itu. Sekarang Kau harus meninggalkan Damiwon. Kau tak boleh berpamitan atau menemui para pangeran lagi.” Kata Ji Mong, Hae Soo terlihat pasrah lalu bertanya harus pergi kemana ia sekarang.
Aku harus pergi kemana... supaya aku tak bisa bertemu mereka lagi?” kata Ha Soo seperti tak ingin berhubungan dengan pangeran lagi. 

Wang So sedang merapihkan seluruh barang-barangnya, lalu melihat kotak make up yang diberikan Hae Soo, wajahnya tersenyum hanya melihatnya. Hae Soo dengan kakinya yang sedikit diseret datang ke tempat Wang So, keduanya saling menatap lalu berjalan di sekita danau istana.

Bagaimana kondisimu?” tanya Wang So, Hae Soo mengatakan  Seberapa sakitnya  luka hatinya sekarang, dunia ini takkan berhenti berputar.
Kurasa kalau aku menyibukkan diri... maka aku mungkin bisa melupakan semua sakit yang kurasakan ini.” kata Hae Soo
Kau sebaiknya cepat-cepat melupakannya. Semakin berat cobaan, dengan  banyak sibuk bekerja maka kau pasti semakin cepat melupakannya.” Ucap Wang So berjalan lebih dulu
Yang Mulia, kau juga harus melupakanku.” Kata Hae Soo, Wang So meminta Hae Soo agar jangan bicara seperti itu.
Tunggulah aku di Damiwon sampai aku kembali dari tugasku.” Perintah Wang So, Hae Soo mengembalikan jepitan rambut yang pernah diberikan Wang So padanya.
Aku tak akan menunggumu. Ini semua terjadi karena kau menolongku. Tadinya kau sangat bahagia tinggal di Istana. Aku masih ingat itu. Kau tak mau pergi, tapi kau harus pergi. Itu semua salahku. Aku mohon, sekarang kau harus membedakan mana pertemanan dan cinta. Jika kau hanya peduli dengan satu orang maka hidup akan menjadi sulit.” Ucap Hae Soo
Kaulah malah yang terkena sial bila kau berada di sekitarku. Semua orang yang dekat denganku juga begitu. Tapi aku tetap saja takkan melepaskanmu. Dengan wajah sepertiku ini... yang mereka lakukan hanya mengutuknya saja.” Tegas Wang Soo
Hae Soo kaget saat tiba-tiba Wang So menariknya agar lebih dekat, Wang So menatapnya lalu ingin menciumnya, Hae Soo memalingkan wajahnya, Wang So mengejek Hae Soo itu bodoh karena sebelumnya sudah berjanji  akan minta izin darinya. Hae So pun melepaskan tangan Wang So dengan wajah gugup, Wang So menatapnya lalu mengecup bibir Hae Soo dengan senyuman jahil mengatakan kalau perkataan itu bodoh.
Aku pinjam ini sebagai jimat keberuntungan dan akan segera kembali.” Kata Wang So memegang jepitan rambut milik Hae Soo lalu berjalan pergi.

Aku tak akan menunggumu. Walaupun kau mengorbankan nyawamu untukku, walaupun kau bilang aku ini milikmu...,tetap saja aku tak bisa menunggumu. Aku takut tiap kali kita bertemu. Aku tahu diriku mencintai orang lain. Tapi kenapa sulit sekali mengabaikanmu? gumam Hae Soo menatap Wang So yang berjalan pergi, Wang So membalikan badanya dengan senyuman bahagia melambaikan tanganya dengan memegang jepitan rambut ditanganya. 

Hae Soo berjalan dengan menyeret kakinya dengan kesusahan menaiki tangga, saat itu Wang Wook melihatnya tak bisa membantunya hanya diam saja dan melangkah pergi. Hae Soo merasakan seperti langkah seseorang didekatnya dan menengok melihat Wang Wook, tapi Wang Wook malah pergi begitu saja.
Akhirnya Hae Soo dengan perasaan sedih memilih untuk pergi saja, Wang Wook seperti merasa berat hati kembali menengok menatap Hae Soo, seperti dalam pikiran Hae Soo seperti tak menyadari kedatanganya. 

Beberapa kuda sudah disiapkan, Pangeran So sudah siap dengan baju utusanya dan juga kudanya, sebelum pergi ia memakai kembali topengnya untuk menutupi wajahnya, seperti ingin memperlihatkan kembali identitasnya sebagai si anjing serigala.
Setelah Wang So pergi ke dinasti Jin, Hae Soo sudah mengemas barang-barangnya dan pergi meninggalkan istana. Ji Mong yang melihatnya merasa tak tega tapi karena perintah raja tak bisa melawanya. 

Wang Wook menuliskan nama Hae Soo dalam selembar kertas, Wang Jung datang memberitahu kakaknya kalau Hae Soo menghilang dan tak ada di Damiwon lalu berpikir kalau sudah diusir oleh Raja. Wang Wook langsung keluar dari ruangan dan bergegas pergi.
Akhirnya Wang Wook sampai di kamar Hae Soo, sudah tak ada Hae Soo didalamnya. Wang Wook berjalan lemas lalu menangis histeris tak rela wanita yang di cintainya pergi begitu saja, jeritan pun terdengar dari istana Damiwon. Hae Soo yang berjalan keluar istana sempat membalikan badanya seolah-olah bisa mendengar suara jeritan Wang Wook. 

Ratu Yoo minum teh bersama Yeon Hwa merasa bahagia karena mengetahui Salah satu wanita incaranya itu akhirnya mati dan bertanya apakah itu semua ulah dari Yeon Hwa. Yeon Hwa mengatakan kalau Ratu Yoo memang ingin Selir Oh mati seperti penuh dendam.
Bicaramu itu... membuatku menganggap kau seperti anakku sendiri. Kita berdua akan menjadi rekan yang hebat.” Kata Ratu Yoo bangga.
Itu takkan pernah terjadi...” ucap Yeon Hwa dingin, Ratu Yoo kaget mendengarnya.
Aku baru ingat., waktu itu Ibuku dituduh karena membuat dayang istana keguguran lalu dia diasingkan. Dayang istana itu adalah Selir Oh ‘kan. Orang yang membunuh seseorang yang paling dicintai bagi Raja adalah Yang Mulia Ratu sendiri. Jadi Yang Mulia bisa saja diusir kapan pun dan Mana mau aku menjadi rekanmu.” Kata Yeo Hwa mau melawanya.
Jaga ucapanmu.... Kau itu kaki tanganku sekarang” kata Ratu Yoo
Aku juga minum racun itu. Siapa orang yang akan mencurigaiku? Orang Yang satu tahu kenyataannya dan yang satunya membantunya. Lalu Keduanya sudah tiada sekarang. Jadi Yang Mulia sendirian sekarang.” Ucap Yeon Hwa.
Jangan pernah membuat ibuku berlutut lagi. Ratu Yoo..., sebaiknya jagalah sikapmu.” Ucap Yeon Hwa memperingatinya dengan mata sinisnya. 


Ratu Yoo masih kaget melihat Yeon Hwa yang keluar dari ruangan,  Wang Yo keluar dari persembunyianya merasa dugaanya itu benar kalau Yeon Hwa itu  memang berbeda jadi mana mungkin kalau tak menyukainya. Ratu Yoo melihat Yeon Hwa itu sangat berbahaya.
Dia lebih ambisius daripada kebanyakan pria.” Kata Wang Yo,Ratu Yoo meminta anaknya agar menjauhinya. Wang Yo merasa dengan mendekati Yeon Hwa membuat hidupnya jadi lebih menarik
“Apa Kau sudah bertemu pamanmu Wang Shik Ryum?” tanya Ratu Yoo
Dia bilang akan membantuku...kapan pun aku butuh bantuannya. Sekarang Ibu akan segera menjadi Ibu Suri.” Ucap Wang Yo
Pamanmu biasanya tak pernah melakukan apa pun tanpa imbalan. Apa sebenarnya yang dia inginkan?” kata Ratu Yoo sudah mengetahuinya
Dia ingin memindahkan...Ibu Kota Goryeo dari Songak menjadi Seoknyang. (zaman sekarang yang dimaksud adalah Pyongyang, Korea Utara)” kata Wang Yo dengan mengambil sebuah kain sutra ditanganya, Ratu Yoo kaget mendengarnya. 

[Satu Tahun Kemudian - 26 Tahun Kepemimpinan Raja Taejo Wang Geon]
Wang Yo masuk dengan beberapa orang, Wang Wook dan Wang Jung berjalan beriringan, Wang Wook melihat tak biasanya keluarga  dari pedesaan datang ke istana, lalu bertanya apakah terjadi sebuah masalah.
Raja mengeluarkan 10 perintah baru sebelum dia meninggal. Sekarang putra mana pun bisa mewarisi takhtanya. Mereka ini ingin membuat petisi untuk mendukungku.” Kata Wang Yo bangga, Wang Jung yang mendengar dengan sini merasa tak percaya
Bagaimana kabarmu? Aku dengan Kabarnya kau membasmi para perompak. Kenapa kau jarang menengok Ibu kita? Dia merasa sangat sedih.” Kata Wang Yo dengan nada sinis
Kabarku baik-baik saja jadi Hyungnim tak usah khawatir. Ibu kita 'kan mengandalkanmu” ucap Wang Jung dengan nada kesal
“Coba Lihatlah bicaramu itu. Kau sudah berubah sejak mulai bergaul dengan Wook.” Ejek Wang Yo lalu berjalan pergi, Wang Wook dan Wang Jung hanya bisa diam saja membiarkan Wang Yo dan orang-orang berjalan ke tempat tinggalnya. 

Wang Moo duduk dikursinya membahas tentang perintah raja kaalu siapa saja bisa mewarisi tahtanya maka semua saudara jadi mengincar posisinya sekarang. Menurutnya Raja sudah mendorong ke dalam mulut harimau.
Raja sengaja mengeluarkan 10 wasiat itu dengan maksud... untuk melihat siapa yang ada di pihakmu, Putra Mahkota.” Kata Ji Mong menenangkan
Tapi aku takut  dalam keberlangsungan perintah itu..., maka semua orang yang kusayangi akan terluka.” Kata Wang Moo khawatir, Ji Mong hanya diam saja. 

Woo Hee bermainkan pedangnya dengan semua dendamnya sudah siap untuk menyerang raja, terlihat Raja Wang terkejut karena tiba-tiba diserang oleh pedang.
Tapi kenyatanya Wang Soo sedang berlatih menari pedang, Baek Ah yang memainkan alat musiknya memarahi Woo Hee karena beberapa kali melakukan kesalahan . Woo Hee terlihat benar-benar mencoba berlatih, Baek Ah kesal karena arah pedang Woo Hee menusuk ke arah depanya karena seharusnya  membelokkan arah pedangnya.
Kalau begini terus, kau hanya mempermalukan dirimu saja nanti di acara perkumpulan persahabatan.” Kata Baek Ah kesal, Woo Hee mengajak mereka untuk mencoba lagi, Baek Ah menolaknya, Woo Hee kaget mendengarnya.

Aku ini bukan orang suruhanmu. Semua orang punya batasan. Coba kali lihat bibirku ini!!! Aku lelah sekali sampai bibirku kering begini.” Ucap Baek Ah menunjuk bibirnya lebih dekat, Woo Hee terlihat gugup karena melihat bibir Baek Ah sangat dekat.
“Lagipula Istriku sudah memasak untukku. Jadi Aku harus pergi sekarang.” Kata Baek Ah, Woo Hee kaget mendengarnya lalu bertanya apakah Baek Ah memang sudah menikah.
Kenapa? Apa Kau kesal kalau aku sudah menikah?” goda Baek Ah, Woo Hee menyangkalnya karena itu bukan urusanya sekarang.
Sudah berapa lamanya... kau menikah? Apa Kau sudah punya anak?” tanya Woo Hee penasaran

Baek Ah berpikir ingin mengingatnya,  lalu mengatakan kalau sudah 20 tahun Dan punya anak yang sangat pintar. Woo Hee makin kaget, Baek Ah mengatakan memang ada seorang istri, tapi yang dimaksud adalaha itu istri ayahnya dan sekarang ibunya sudah menunggu jadi harus segera pergi.
Woo Hee kesal karena Baek Ah berani bercanda padanya, Baek Ah membalas kalau Woo Hee mau saja kena tipu dan percaya begitu saja. Sebelu pergi Baek Ah memberikan pesan kalau Latihan memang penting, tapi jangan sampai terluka. Woo Hee bisa sedikit tersenyum setelah Baek Ah pergi, seperti mulai menaruh hati pada pangeran ke 13

Sebuah buku di taruh diatas meja sebuah Karya Mencius, Wang Eun yang melihatnya merasa sang istri itu  sekarang sedang menguji kepintaran suaminya sendiri, lalu bertaruh dengan tanganya terserah pada istrinya kalau ia sudah  pernah baca buku itu.
Tangan ini milikku sekarang.”kata Soon Duk lalu mencoret tangan suaminya dengan tinta, Wang Eun pun meminta buku berikutnya.
Beberapa saat kemudian wajah Wang Eun sudah penuh dengan coretan bulatan bahkan di hidung, Dengan wajah kesal menyuruh Soon Duk untuk mencoret saja semuanya sampai puas bahkan Tangan, kaki, leher semua tubuhnya juga boleh. Soon Duk ingin mencoret tangan kanan suaminya untuk memberikan hukuman.
Wang Eun menariknya menolak karena tanganya yang kirim milik Hae Soo, Soon Duk terlihat cemberut mendengarnya, Wang Eun tak enak hati mendekati istrinya dan memastikan kalau Soon Duk tak menangis. Soo Duk tiba-tiba melihat sesuatu yang berbahaya, langsung melindunginya.

Sebuah pisau masuk dari celah pintu sempat tertusuk pada Wang Eun, tapi Soon Duk bisa menghalangi dengan mendorong suaminya ke atas meja, Pisaunya membuat ikatan rambut Soon Duk terlepas. Wang Eun gugup melihat Soon Duk ada diatasnya dengan rambut terurai. Akhirnya Soon Duk berdiri langsung memarahi ayahnya.
Panglima Park masih dengan posisi melempar pisau, lalu melihat anaknya ternyata masih hidup dan sehat-sehat saja, lalu mengejek Wang Eun bertanya kenapa wajahnya seperti itu dan berbaring di meja. Soon Do membela kalau suaminy itu kaget karena takut mati. Panglima Park mengejek hanya seperti itu saja kaget dan bagaimana mungkin suami anaknya itu  bisa menjalani hidup yang keras ini.
Soon Duk terihat sayang dengan Wang Eun bertanya apakah ada yang terluka dan akan meniupnya, Wang Eun langsung bangun seperti anak kecil merasakan tanganya sakit dan meminta untuk ditiup. Panglima Park melonggo melihat anaknya seperti berbeda dengan pasangan lainnya, dengan wanita lebih melindungi prianya. 

Wang Yo menemui Yeon Hwa dengan memberikan sebuah cincin emas berjanji kalau nanti menjadi raja maka akan menceraikan istri-istrinya lalu menikahinya. Yeon Hwa mengingatkan kalau ayah mertua Wang Yo itu sekarang adalah  Perdana Menteri Park Young Gyu.
Aku takkan percaya janjimu itu kalau kau akan memutuskan hubungan dengannya.” Kata Yeon Hwa tak mau tertipu.
Park Young Gyu sebenarnya  berasal dari Hubaekje. Aku hanya membutuhkannya sampai menjadi raja. Setelah itu, dia cuma jadi penghambat bagiku.” Kata Wang Yo menarik tangan Yeon Hwa lalu memasangkan cincin permberianya
Aku bisa menebak kelemahan seseorang. dan akhirnya bisa melihat sisi gelap mereka. Apa Kau tak lihat kalau kita ini memang sempurna?” ucap Wang Yo merayu adik Wang Wook. 

Wang Wook masuk ruangan Wang Yo langsung melepaskan tangan Yeon Hwa dan kembali duduk. Wang Woo melihat Wang Yo itu sedang datang ke tempat adiknya, dan taku kalau nanti ada tersebar rumor lalu mengingatkan kakak tirinya kalau mereka harus kelihatan seperti musuh.
Jangan khawatir. Aku kesini bukan untuk menemuimu, tapi menemui Yeon Hwa dan 10 titah ayah kita memberiku hak itu.” ucap Wang Yo
Bagaimana kalau kita mulai menyerang Raja sekarang daripada menunggu begini? Jika Putra Mahkota berhasil menduduki takhta..., maka semakin sulit bagi  kita menyerangnya.” Kata Wang Yoo

Tetap saja, aku takkan mau melakukan hal yang tak bermoral. Dan Mana mungkin seorang putra menyerang ayahnya?” kata Wang Wook
Seorang ayah sendiri saja  tak segan-segan mau membunuh anaknya. Lalu kenapa seorang anak  tak bisa menyerang balik?” ucap Wang Yo, Wang Wook terdiam dan terlihat kaget, Wang Yoo dengan senyuman liciknya mengataka kalau ia hanya bercanda saja.
Jangan lupa janjimu yang mendukungku, bukan Putra Mahkota.” Kata Wang Yo, Wang Wook pun memastikan kalau memang mendukungnya. Wang Yo pun pergi dengan sikap sombongnya. 

Yeon Hwa merasa tak memahami kakaknya sekarang kenapa bukan Wang Wook saja yang berusaha menjadi raja tapi malah  bertindak sebagai pionnya. Wang Wook mengatakan kalau mereka   menghabisi Putra Mahkota maka raja berikutnya akan menjadi pengkhianat.
Tapi lain ceritanya jika... pengkhianat yang menggantikan pengkhianat lainya maka dia akan menjadi pahlawan Keputusan yang baik kalau sementara ini kita menjadi pionnya Wang Yo Hyungnim. Sebagai Pion yang sangat setia.” Ucap Wang Wook

“Lalu bagaiaman Kalau dia mengkhianatimu ?” kata Yeon Hwa, Wang Wook melihat cincin ditangan adiknya, Yeon Hwa langsung menutupinya.
Kau bisa membantuku” ucap Wang Wook, Yeon Hwa binggung. Wang Wook sengaja memuji kalau Cincin itu Cocok sekali dengan adiknya. Yeon Hwa merasa kakaknya itu akan menjadinya sebagai sandera sekarang.
Rekan kerja, jaminan... atau Terserah kau mau  menganggapnya apapun itu. Kita saling berhutang yang amat besar satu sama lain Aku ingin kau melunasinya.” Kata Wang Wook, Yeon Hwa hanya bisa diam saja. 


Para pelayan sedang mencuci baju disungai dengan memukulnhya mengunakan batang kayu, Hae Soo pun ada disana ikut mencuci. Dua pelayan membahas tentang Pangeran yang ada diistana, dengan mengatakan kalau menyukai  Pangeran ke-8 lalu pelayan lain menceritakan Pangeran ke-14 kabarnya juga memenggal perompak semudah orang memetik bunga dan Raja menjadikannya jenderal, merasa Pangeran ke 14 akan menjadi raja.
“Bagaimana Kalau Pangeran ke-8? Bukankah dia juga dekat dengan Raja? ” tanya pelayan yang menyukai Wang Wook,
Makanya banyak keluarga yang  berkuasa yang punya anak perempuan. ingin menikahkan anaknya dengan dia.” Kata pelayan lain, Hae Soo yang mendengarnya hanya diam saja seperti sudah tak memikirkan Wang Wook lagi.
Hae Soo.... Kau 'kan pernah bekerja di Damiwon dan pasti pernah melihat para pangeran. Siapa yang paling rupawan dan paling tampan di antara mereka?” tanya salah satu pelayan, Hae Soo hanya diam saja tak mau menjawabnya.

“Hei.. Apa Kau tak mendengarku? Kau itu tuli!!” ucap si pelayan kesal, Hae Soo menyarankan mereka  tak usah bicarakan pangeran karena mungkin mereka terkena masalah.
Jadi maksudmu pelayan pencuci baju seperti kita tak boleh sebut-sebut nama mereka? Hei... Kau itu diusir darisana. Jangan kira kau itu lebih baik daripada kami.” Kata Si pelayan marah
Aku hanya bilang, jaga perkataan kalian.” Ucap Hae Soo
“Wah.. Dia bahkan tak mau membiarkan kita membicarakan pangeran.  Aku pernah menyuruhnya menggambar wajah Pangeran ke-4... tapi dia malah merobek kertasnya” kata sipelayan kesal, Hae Soo tak memperdulikan memilih agar untuk membawa cucinya karena sudah selasai. 

Salah satu pelayan dengan sengaja menyelengkat kakinya karena Kaki Hae Soo terlihat masih berjalan dengan diseret. Hae Soo terlihat tak bisa menahan amarahnya menatap sipelayan dengan mata melotot, sipelayan langsung melempar Hae Soo dengan baju koto sambil mengumpat kalau ia itu sampah dan sampah.
Sudah kubilang hentikan.” Ucap Hae Soo membalas dengan melemparkan baju ke arah wajah pelayan lainya.
“Aku dengan kau yang membuat atasanmu mati. Kami semua tahu kalau Dayang Oh meninggal itu karena kau. Dasar Kau itu memang pembawa sial. Semua orang bilang... kalau kau membawa nasib sial terhadap semua orang yang dekat denganmu. Aku tak tahan melihat dia.” Ucap Si pelayan lalu melempar kembali baju-baju yang sudah cuci Hae Soo kesungai

Wang Wook dan Wang Jung sedang berjalan tak sengaja melihat Hae Soo yang diperlukan buruk oleh semua pelayan. Semua pelayan dengan sengaja membiarkan Hae Soo masuk ke dalam air sungai dengan mengejeknya pasti segar. Hae Soo dengan kakinya yang sakit berusaha mengambil baju-baju sebelum hanyut, sementara Wang Wook yang melihatnya memilih untuk pergi tak memperdulikanya. 


Keduanya kembali masuk istana, Wang Jung mengejar sang kakak yang pergi begitu saja. Wang Woo merasa adiknya itu tadi salah mengambil jalan dan bertanya apakah ia sengaja mencoba memperlihatkan keadaan Hae Soo padanya. Wang Jung mengingatkan kalau sekarang sudah hampir setahun.
Apa kau akan membiarkannya tinggal di sana?” kata Wang Jung tak percaya kakaknya membiarkan Hae Soo begitu saja.
Dia pelayan pencuci baju di Gyobang. Itu pekerjaan terendah yang  ada di kerajaan. Kenapa aku harus peduli padanya?” kata Wang Wook dingin
Aku tahu segalanya.... Kau itu mencintai Hae Soo, Pasti Ada alasan yang lainkau seperti ini 'kan? Kalau tidak ada, kau takkan mungkin bersikap seperti ini.” kata Wang Jung bisa mengerti sikap kakaknya.
Aku tak bisa mati demi dia dan Raja yang mengusir Hae Soo. Maka Aku tak bisa menentang Raja. Dan Kau juga harus berhati-hati... Istana... adalah tempat dimana satu kesalahan bisa membuatmu diusir.” Kata Wang Wook menasehati adiknya. 

Hae Soo duduk sendirian di pinggir sungai dengan makan nasi yang sudah mengering, lalu melihat sosok orang yang datang. Wang Wook diam-diam datang menemui Hae Soo dengan tatapan berkaca-kaca bertanya apakah  kakinya masih sakit, karena Wang Jung bilang sudah kirim obat.
Kakiku akan terasa sakitnya kalau terlalu lama bekerja atau lama-lama di air. Tapi Aku baik-baik saja.” Kata Hae Soo dengan tatapan dinginya.
Apa kau marah padaku?Apa kau... membenciku?” tanya Wang Wook seperti merasa menyesla karena tak bisa berbuat apapun untuk membelanya.
Aku tak bisa menjanjikan apa pun padamu, Karena itulah aku tak bisa mengunjungimu Selain itu aku tak berdaya... Aku tak bisa melakukan apa pun untukmu. Kematian Selir Oh membuat Raja geram jadi Aku tak bisa membawamu kembali ke Istana. Bahkan Aku tak berani meminta izinnya untuk menikahimu.” Kata Wang Wook menahan rasa sedihnya.

Apa kau merindukanku? Pernahkah sekali saja....kau rindu padaku?” tanya Hae Soo dengan mata berkaca-kaca
Setiap hari.... Setiap saat aku merindukanmu...” kata Wang Wook mengakuinya
Kalau begitu, semuanya baik-baik saja. Itu Sudah cukup bagiku” ucap Hae Soo
Sekarang... semua akan baik-baik saja. Jadi, nanti... saat aku sudah memperoleh  banyak kekuasaan...” kata Wang Wook langsung dipotong oleh Hae Soo.
Janganlah kau terlalu bekerja keras demi diriku. Jangan membahayakan dirimu sendiri. Sudah cukup aku melihat hal seperti itu terjadi.” Kata Hae Soo
Jangan sampai kau sakit dan Jangan buat aku merasa  menyesal dan bersalah lagi.” Ucap Wang Wook lalu berjalan pergi, Hae Soo hanya menatap Wang Wook dengan kesedihanya. 
bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar