PS : All
images credit and content copyright : SBS
Raja Wang memerintahkan Wang So untuk pergi ke Dinasti Jin sebagai utusan untuk mencari tahu seberapa kuat pertahanan mereka. Ji Mong kaget lalu mengatakan kalau itu tugas yang sangat
berbahaya. Tapi Wang So memutusan akan menuruti
perintah Raja.
“Apa Kau bersedia pergi kesana?” tanya Raja tak percaya
“Ini perintah Yang Mulia. Jadi mana
berani aku menolaknya? Aku
akan meninggalkan Songak sesuai
keinginan Yang Mulia. Namun, tak ada tempat tinggal bagi Hae
Soo selain Damiwon. Aku mohon Tolong
kasihanilah dia.” Kata Wang So
“Apa kau masih saja berpihak
padanya?” ucap Raja
“Aku tak bisa membiarkan dia begitu saja. Aku akan... menjalankan tugasku sebagai utusan di Dinasti Jin.” Kata Wang So lalu berjalan pergi.
Raja langsung menyuruh Ji Mong agar mengusir Hae Soo
segera, Ji Mong kaget mendengarnya. Raja
memerintahkan Ji Mong untuk mengusir Hae Soo ke suatu tempat agar para pangeran tak bisa menemuinya.
“Jika Wang So
sendiri tak bisa
meninggalkannya... maka
ayahnya harus membantunya melupakannya.” Tegas Raja.
Hae Soo sedang duduk sedih di kamar Selir Oh, Ji Mong
datang memberitahu Selir Oh itu punya
martabat seperti
layaknya ratu... tapi
tak terlahir di bawah
bintang-bintang ratu. Hae Soo bertanya apakah itu
sebuah keberuntungan atau kesialan. Ji Mong pikir Jawabannya pasti sudah
jelas.
“Dia bertemu denganku dan akhirnya meninggal. Tentu saja itu kesialan.” Ucap Hae Soo
“Dia meninggalkan dunia ini tanpa dendam
ataupun kebencian. Jadi Dia
beruntung. Percayalah
hal itu. Sekarang Kau harus meninggalkan Damiwon. Kau tak boleh berpamitan atau menemui para pangeran lagi.” Kata Ji Mong, Hae Soo terlihat pasrah lalu bertanya
harus pergi kemana ia sekarang.
“Aku harus pergi kemana... supaya aku tak bisa bertemu mereka lagi?” kata Ha Soo seperti tak ingin berhubungan dengan
pangeran lagi.
Wang So sedang merapihkan seluruh barang-barangnya, lalu
melihat kotak make up yang diberikan Hae Soo, wajahnya tersenyum hanya
melihatnya. Hae Soo dengan kakinya yang sedikit diseret datang ke tempat Wang
So, keduanya saling menatap lalu berjalan di sekita danau istana.
“Bagaimana kondisimu?” tanya Wang So, Hae Soo mengatakan Seberapa sakitnya luka
hatinya sekarang, dunia ini takkan berhenti
berputar.
“Kurasa kalau aku menyibukkan
diri... maka aku mungkin bisa melupakan semua sakit yang
kurasakan ini.” kata Hae Soo
“Kau sebaiknya cepat-cepat
melupakannya. Semakin
berat cobaan, dengan banyak sibuk bekerja maka kau pasti semakin cepat melupakannya.” Ucap Wang So berjalan lebih dulu
“Yang Mulia, kau juga harus melupakanku.” Kata Hae Soo, Wang So meminta Hae Soo agar jangan
bicara seperti itu.
“Tunggulah aku di Damiwon sampai aku kembali dari tugasku.” Perintah Wang So, Hae Soo mengembalikan jepitan rambut
yang pernah diberikan Wang So padanya.
“Aku tak akan menunggumu. Ini semua terjadi karena kau
menolongku. Tadinya
kau sangat bahagia tinggal
di Istana. Aku masih
ingat itu. Kau tak
mau pergi, tapi kau
harus pergi. Itu semua
salahku. Aku mohon, sekarang kau harus membedakan mana pertemanan dan
cinta. Jika kau hanya
peduli dengan
satu orang maka
hidup akan menjadi sulit.” Ucap Hae Soo
“Kaulah malah yang terkena sial bila kau berada di sekitarku. Semua orang yang dekat denganku juga begitu. Tapi aku tetap saja takkan melepaskanmu. Dengan wajah sepertiku ini... yang mereka lakukan hanya mengutuknya saja.” Tegas Wang Soo
Hae Soo kaget saat tiba-tiba Wang So menariknya agar
lebih dekat, Wang So menatapnya lalu ingin menciumnya, Hae Soo memalingkan
wajahnya, Wang So mengejek Hae Soo itu bodoh karena sebelumnya sudah
berjanji akan
minta izin darinya. Hae So pun melepaskan
tangan Wang So dengan wajah gugup, Wang So menatapnya lalu mengecup bibir Hae
Soo dengan senyuman jahil mengatakan kalau perkataan itu bodoh.
“Aku pinjam ini sebagai jimat keberuntungan dan akan segera kembali.” Kata Wang So memegang jepitan rambut milik Hae Soo lalu
berjalan pergi.
“Aku tak akan
menunggumu. Walaupun kau mengorbankan nyawamu untukku, walaupun kau bilang aku ini milikmu...,tetap saja aku tak bisa menunggumu. Aku takut tiap kali kita bertemu. Aku tahu diriku mencintai orang
lain. Tapi kenapa sulit sekali mengabaikanmu?” gumam Hae Soo menatap Wang So yang berjalan pergi, Wang
So membalikan badanya dengan senyuman bahagia melambaikan tanganya dengan
memegang jepitan rambut ditanganya.
Hae Soo berjalan dengan menyeret kakinya dengan kesusahan
menaiki tangga, saat itu Wang Wook melihatnya tak bisa membantunya hanya diam
saja dan melangkah pergi. Hae Soo merasakan seperti langkah seseorang
didekatnya dan menengok melihat Wang Wook, tapi Wang Wook malah pergi begitu
saja.
Akhirnya Hae Soo dengan perasaan sedih memilih untuk
pergi saja, Wang Wook seperti merasa berat hati kembali menengok menatap Hae Soo,
seperti dalam pikiran Hae Soo seperti tak menyadari kedatanganya.
Beberapa kuda sudah disiapkan, Pangeran So sudah siap
dengan baju utusanya dan juga kudanya, sebelum pergi ia memakai kembali
topengnya untuk menutupi wajahnya, seperti ingin memperlihatkan kembali
identitasnya sebagai si anjing serigala.
Setelah Wang So pergi ke dinasti Jin, Hae Soo sudah
mengemas barang-barangnya dan pergi meninggalkan istana. Ji Mong yang
melihatnya merasa tak tega tapi karena perintah raja tak bisa melawanya.
Wang Wook menuliskan nama Hae Soo dalam selembar kertas,
Wang Jung datang memberitahu kakaknya kalau Hae Soo
menghilang dan tak ada
di Damiwon lalu berpikir kalau sudah diusir oleh
Raja. Wang Wook langsung keluar dari ruangan dan bergegas pergi.
Akhirnya Wang Wook sampai di kamar Hae Soo, sudah tak ada
Hae Soo didalamnya. Wang Wook berjalan lemas lalu menangis histeris tak rela
wanita yang di cintainya pergi begitu saja, jeritan pun terdengar dari istana
Damiwon. Hae Soo yang berjalan keluar istana sempat membalikan badanya
seolah-olah bisa mendengar suara jeritan Wang Wook.
Ratu Yoo minum teh bersama Yeon Hwa merasa bahagia karena
mengetahui Salah satu wanita incaranya itu akhirnya mati dan bertanya apakah itu semua ulah dari Yeon Hwa. Yeon
Hwa mengatakan kalau Ratu Yoo memang ingin Selir Oh mati seperti penuh dendam.
“Bicaramu itu... membuatku menganggap kau seperti anakku sendiri. Kita berdua akan menjadi rekan yang hebat.” Kata Ratu Yoo bangga.
“Itu takkan pernah terjadi...” ucap Yeon Hwa dingin, Ratu Yoo kaget mendengarnya.
“Aku baru ingat., waktu itu Ibuku dituduh karena
membuat dayang
istana keguguran lalu dia diasingkan. Dayang istana itu adalah Selir Oh ‘kan. Orang yang membunuh seseorang yang paling dicintai bagi Raja adalah
Yang Mulia Ratu sendiri. Jadi Yang
Mulia bisa saja diusir
kapan pun dan Mana mau
aku menjadi rekanmu.” Kata Yeo Hwa mau melawanya.
“ Jaga ucapanmu.... Kau itu kaki tanganku sekarang” kata Ratu Yoo
“Aku juga minum racun itu. Siapa orang yang akan
mencurigaiku? Orang Yang satu
tahu kenyataannya dan
yang satunya membantunya. Lalu Keduanya
sudah tiada sekarang. Jadi Yang
Mulia sendirian sekarang.” Ucap Yeon Hwa.
“Jangan pernah membuat ibuku berlutut lagi. Ratu Yoo..., sebaiknya jagalah sikapmu.” Ucap Yeon Hwa memperingatinya dengan mata sinisnya.
Ratu Yoo masih kaget melihat Yeon Hwa yang keluar dari
ruangan, Wang Yo keluar dari
persembunyianya merasa dugaanya itu benar kalau Yeon Hwa itu memang berbeda jadi mana mungkin kalau tak menyukainya. Ratu Yoo melihat Yeon Hwa itu sangat berbahaya.
“Dia lebih ambisius daripada kebanyakan pria.” Kata Wang Yo,Ratu Yoo meminta anaknya agar menjauhinya.
Wang Yo merasa dengan mendekati Yeon Hwa membuat hidupnya jadi lebih menarik
“Apa Kau sudah bertemu pamanmu Wang Shik Ryum?”
tanya Ratu Yoo
“Dia bilang akan
membantuku...kapan pun aku butuh bantuannya. Sekarang Ibu akan segera menjadi Ibu Suri.” Ucap Wang Yo
“Pamanmu biasanya tak pernah
melakukan apa pun tanpa imbalan. Apa
sebenarnya yang dia inginkan?” kata Ratu Yoo sudah
mengetahuinya
“Dia ingin memindahkan...Ibu Kota
Goryeo dari Songak menjadi Seoknyang. (zaman sekarang yang dimaksud adalah Pyongyang,
Korea Utara)” kata Wang Yo dengan mengambil sebuah
kain sutra ditanganya, Ratu Yoo kaget mendengarnya.
[Satu Tahun Kemudian - 26 Tahun Kepemimpinan Raja Taejo
Wang Geon]
Wang Yo masuk dengan beberapa orang, Wang Wook dan Wang
Jung berjalan beriringan, Wang Wook melihat tak biasanya keluarga
dari
pedesaan datang ke istana, lalu bertanya apakah
terjadi sebuah masalah.
“Raja mengeluarkan 10 perintah baru sebelum dia meninggal. Sekarang putra mana pun bisa mewarisi takhtanya. Mereka ini ingin membuat petisi untuk mendukungku.” Kata Wang Yo bangga, Wang Jung yang mendengar dengan
sini merasa tak percaya
“Bagaimana kabarmu? Aku dengan Kabarnya kau membasmi para
perompak. Kenapa
kau jarang menengok Ibu
kita? Dia merasa sangat sedih.” Kata Wang Yo dengan nada sinis
“Kabarku baik-baik saja jadi Hyungnim tak usah khawatir. Ibu kita 'kan mengandalkanmu” ucap Wang Jung dengan nada kesal
“Coba Lihatlah bicaramu itu. Kau sudah berubah sejak mulai bergaul dengan Wook.” Ejek Wang Yo lalu berjalan pergi, Wang Wook dan Wang
Jung hanya bisa diam saja membiarkan Wang Yo dan orang-orang berjalan ke tempat
tinggalnya.
Wang Moo duduk dikursinya membahas tentang perintah raja
kaalu siapa saja bisa mewarisi tahtanya maka semua saudara jadi mengincar
posisinya sekarang. Menurutnya Raja sudah mendorong ke dalam mulut harimau.
“Raja sengaja mengeluarkan 10 wasiat
itu dengan maksud... untuk
melihat siapa yang ada
di pihakmu, Putra Mahkota.” Kata Ji Mong
menenangkan
“Tapi aku takut dalam
keberlangsungan perintah itu..., maka semua orang yang kusayangi akan terluka.” Kata Wang Moo khawatir, Ji Mong hanya diam saja.
Woo Hee bermainkan pedangnya dengan semua dendamnya sudah
siap untuk menyerang raja, terlihat Raja Wang terkejut karena tiba-tiba
diserang oleh pedang.
Tapi kenyatanya Wang Soo sedang berlatih menari pedang,
Baek Ah yang memainkan alat musiknya memarahi Woo Hee karena beberapa kali
melakukan kesalahan . Woo Hee terlihat benar-benar mencoba berlatih, Baek Ah
kesal karena arah pedang Woo Hee menusuk ke arah depanya karena seharusnya membelokkan arah pedangnya.
“Kalau begini terus, kau hanya
mempermalukan dirimu saja nanti di acara perkumpulan persahabatan.” Kata Baek Ah kesal, Woo Hee mengajak mereka untuk
mencoba lagi, Baek Ah menolaknya, Woo Hee kaget mendengarnya.
“Aku ini bukan orang suruhanmu. Semua orang punya batasan. Coba kali lihat bibirku ini!!! Aku lelah
sekali sampai
bibirku kering begini.” Ucap Baek Ah menunjuk
bibirnya lebih dekat, Woo Hee terlihat gugup karena melihat bibir Baek Ah
sangat dekat.
“Lagipula Istriku sudah memasak untukku. Jadi Aku harus pergi sekarang.” Kata Baek Ah, Woo Hee kaget mendengarnya lalu bertanya
apakah Baek Ah memang sudah menikah.
“Kenapa? Apa Kau kesal kalau aku sudah menikah?” goda Baek Ah, Woo Hee menyangkalnya karena itu bukan
urusanya sekarang.
“Sudah berapa lamanya... kau menikah? Apa Kau sudah punya anak?” tanya Woo Hee penasaran
Baek Ah berpikir ingin mengingatnya, lalu mengatakan kalau sudah
20 tahun Dan punya
anak yang
sangat pintar. Woo Hee makin kaget, Baek Ah mengatakan
memang ada seorang istri, tapi yang dimaksud adalaha itu istri
ayahnya dan sekarang ibunya sudah menunggu jadi harus segera
pergi.
Woo Hee kesal karena Baek Ah berani bercanda padanya,
Baek Ah membalas kalau Woo Hee mau saja kena tipu dan percaya begitu saja.
Sebelu pergi Baek Ah memberikan pesan kalau Latihan
memang penting, tapi
jangan sampai terluka. Woo Hee bisa sedikit
tersenyum setelah Baek Ah pergi, seperti mulai menaruh hati pada pangeran ke 13
Sebuah buku di taruh diatas meja sebuah Karya
Mencius, Wang Eun yang melihatnya merasa sang istri itu sekarang sedang menguji kepintaran suaminya sendiri, lalu bertaruh dengan tanganya terserah pada istrinya
kalau ia sudah pernah
baca buku itu.
“Tangan ini milikku sekarang.”kata Soon Duk lalu mencoret tangan suaminya dengan
tinta, Wang Eun pun meminta buku berikutnya.
Beberapa saat kemudian wajah Wang Eun sudah penuh dengan
coretan bulatan bahkan di hidung, Dengan wajah kesal menyuruh Soon Duk untuk
mencoret saja semuanya sampai puas bahkan Tangan,
kaki, leher semua tubuhnya juga boleh. Soon Duk ingin mencoret
tangan kanan suaminya untuk memberikan hukuman.
Wang Eun menariknya menolak karena tanganya yang kirim
milik Hae Soo, Soon Duk terlihat cemberut mendengarnya, Wang Eun tak enak hati
mendekati istrinya dan memastikan kalau Soon Duk tak menangis. Soo Duk
tiba-tiba melihat sesuatu yang berbahaya, langsung melindunginya.
Sebuah pisau masuk dari celah pintu sempat tertusuk pada
Wang Eun, tapi Soon Duk bisa menghalangi dengan mendorong suaminya ke atas
meja, Pisaunya membuat ikatan rambut Soon Duk terlepas. Wang Eun gugup melihat
Soon Duk ada diatasnya dengan rambut terurai. Akhirnya Soon Duk berdiri
langsung memarahi ayahnya.
Panglima Park masih dengan posisi melempar pisau, lalu
melihat anaknya ternyata masih hidup dan sehat-sehat saja, lalu mengejek Wang Eun bertanya kenapa wajahnya seperti
itu dan berbaring di meja. Soon Do membela kalau suaminy itu kaget
karena takut
mati. Panglima Park mengejek hanya seperti itu saja kaget dan
bagaimana mungkin suami anaknya itu bisa
menjalani hidup yang keras ini.
Soon Duk terihat sayang dengan Wang Eun bertanya apakah
ada yang terluka dan akan meniupnya, Wang Eun langsung bangun seperti anak
kecil merasakan tanganya sakit dan meminta untuk ditiup. Panglima Park melonggo
melihat anaknya seperti berbeda dengan pasangan lainnya, dengan wanita lebih
melindungi prianya.
Wang
Yo menemui Yeon Hwa dengan memberikan sebuah cincin emas berjanji kalau nanti menjadi raja maka akan
menceraikan istri-istrinya lalu
menikahinya. Yeon Hwa mengingatkan kalau ayah mertua Wang Yo itu sekarang
adalah Perdana
Menteri Park Young Gyu.
“Aku takkan percaya janjimu itu
kalau kau akan memutuskan hubungan dengannya.”
Kata Yeon Hwa tak mau tertipu.
“Park Young Gyu sebenarnya berasal
dari Hubaekje. Aku hanya
membutuhkannya sampai
menjadi raja. Setelah
itu, dia cuma jadi penghambat
bagiku.” Kata Wang Yo menarik tangan Yeon Hwa lalu memasangkan
cincin permberianya
“Aku bisa menebak kelemahan seseorang. dan akhirnya bisa melihat sisi gelap mereka. Apa Kau tak lihat kalau kita ini memang sempurna?” ucap Wang Yo merayu adik Wang Wook.
Wang Wook masuk ruangan Wang Yo langsung melepaskan
tangan Yeon Hwa dan kembali duduk. Wang Woo melihat Wang Yo itu sedang datang
ke tempat adiknya, dan taku kalau nanti ada tersebar rumor lalu mengingatkan
kakak tirinya kalau mereka harus kelihatan seperti musuh.
“Jangan khawatir. Aku kesini bukan untuk menemuimu, tapi menemui Yeon Hwa dan 10 titah ayah kita memberiku hak
itu.” ucap Wang Yo
“Bagaimana kalau kita mulai
menyerang Raja
sekarang daripada menunggu begini? Jika
Putra Mahkota berhasil
menduduki takhta..., maka
semakin sulit bagi kita menyerangnya.” Kata Wang Yoo
“Tetap saja, aku takkan mau melakukan hal yang tak bermoral. Dan Mana mungkin seorang putra menyerang ayahnya?” kata Wang Wook
“Seorang ayah sendiri saja tak
segan-segan mau membunuh anaknya. Lalu
kenapa seorang anak tak bisa menyerang balik?” ucap Wang Yo, Wang Wook terdiam dan terlihat kaget,
Wang Yoo dengan senyuman liciknya mengataka kalau ia hanya bercanda saja.
“Jangan lupa janjimu yang mendukungku, bukan Putra Mahkota.” Kata Wang Yo, Wang Wook pun memastikan kalau memang
mendukungnya. Wang Yo pun pergi dengan sikap sombongnya.
Yeon Hwa merasa tak memahami kakaknya sekarang kenapa bukan Wang Wook saja yang
berusaha menjadi raja tapi malah bertindak
sebagai pionnya. Wang Wook mengatakan kalau
mereka menghabisi Putra Mahkota maka raja berikutnya akan menjadi pengkhianat.
“Tapi lain ceritanya jika... pengkhianat yang menggantikan pengkhianat lainya maka dia akan menjadi pahlawan Keputusan
yang baik kalau sementara ini kita menjadi pionnya Wang Yo Hyungnim. Sebagai Pion yang sangat setia.” Ucap Wang Wook
“Lalu bagaiaman Kalau dia mengkhianatimu ?”
kata Yeon Hwa, Wang Wook melihat cincin ditangan adiknya, Yeon Hwa langsung
menutupinya.
“Kau bisa membantuku” ucap Wang Wook, Yeon Hwa binggung. Wang Wook sengaja
memuji kalau Cincin itu Cocok sekali dengan adiknya. Yeon Hwa merasa kakaknya itu akan menjadinya
sebagai sandera sekarang.
“Rekan kerja, jaminan... atau Terserah kau mau menganggapnya
apapun itu. Kita saling berhutang yang amat besar satu sama lain Aku ingin kau melunasinya.” Kata Wang Wook, Yeon Hwa hanya bisa diam saja.
Para pelayan sedang mencuci baju disungai dengan memukulnhya
mengunakan batang kayu, Hae Soo pun ada disana ikut mencuci. Dua pelayan
membahas tentang Pangeran yang ada diistana, dengan mengatakan kalau
menyukai Pangeran
ke-8 lalu pelayan lain menceritakan Pangeran
ke-14 kabarnya juga memenggal perompak semudah orang memetik bunga dan Raja menjadikannya jenderal, merasa Pangeran ke 14 akan menjadi raja.
“Bagaimana Kalau Pangeran ke-8? Bukankah dia juga dekat dengan Raja? ” tanya pelayan yang menyukai Wang Wook,
“Makanya banyak keluarga yang berkuasa
yang punya anak perempuan. ingin
menikahkan anaknya dengan
dia.” Kata pelayan lain, Hae Soo yang mendengarnya hanya diam
saja seperti sudah tak memikirkan Wang Wook lagi.
“Hae Soo.... Kau 'kan pernah bekerja di
Damiwon dan pasti pernah melihat para pangeran. Siapa yang paling rupawan dan paling tampan di antara mereka?” tanya salah satu pelayan, Hae Soo hanya diam saja tak
mau menjawabnya.
“Hei.. Apa Kau tak mendengarku? Kau itu tuli!!” ucap si pelayan kesal, Hae Soo
menyarankan mereka tak
usah bicarakan pangeran karena mungkin mereka terkena
masalah.
“Jadi maksudmu pelayan pencuci
baju seperti kita tak boleh sebut-sebut nama mereka? Hei... Kau itu diusir darisana. Jangan
kira kau itu lebih baik daripada kami.” Kata Si
pelayan marah
“Aku hanya bilang, jaga perkataan
kalian.” Ucap Hae Soo
“Wah.. Dia bahkan tak mau membiarkan
kita membicarakan
pangeran. Aku pernah menyuruhnya menggambar wajah Pangeran ke-4... tapi dia
malah merobek kertasnya” kata sipelayan kesal, Hae
Soo tak memperdulikan memilih agar untuk membawa cucinya karena sudah selasai.
Salah satu pelayan dengan sengaja menyelengkat kakinya
karena Kaki Hae Soo terlihat masih berjalan dengan diseret. Hae Soo terlihat
tak bisa menahan amarahnya menatap sipelayan dengan mata melotot, sipelayan
langsung melempar Hae Soo dengan baju koto sambil mengumpat kalau ia itu sampah
dan sampah.
“Sudah kubilang hentikan.” Ucap Hae Soo membalas dengan melemparkan baju ke arah
wajah pelayan lainya.
“Aku dengan kau yang membuat atasanmu
mati. Kami
semua tahu kalau Dayang
Oh meninggal itu karena
kau. Dasar Kau itu memang pembawa sial. Semua orang bilang... kalau kau membawa nasib sial terhadap semua orang yang dekat denganmu. Aku tak tahan melihat dia.” Ucap Si pelayan lalu melempar kembali baju-baju yang
sudah cuci Hae Soo kesungai
Wang Wook dan Wang Jung sedang berjalan tak sengaja
melihat Hae Soo yang diperlukan buruk oleh semua pelayan. Semua pelayan dengan
sengaja membiarkan Hae Soo masuk ke dalam air sungai dengan mengejeknya pasti
segar. Hae Soo dengan kakinya yang sakit berusaha mengambil baju-baju sebelum
hanyut, sementara Wang Wook yang melihatnya memilih untuk pergi tak
memperdulikanya.
Keduanya kembali masuk istana, Wang Jung mengejar sang
kakak yang pergi begitu saja. Wang Woo merasa adiknya itu tadi salah mengambil
jalan dan bertanya apakah ia sengaja mencoba memperlihatkan keadaan Hae Soo
padanya. Wang Jung mengingatkan kalau sekarang sudah
hampir setahun.
“Apa kau akan membiarkannya
tinggal di sana?” kata Wang Jung tak percaya kakaknya membiarkan Hae Soo
begitu saja.
“Dia pelayan pencuci baju di
Gyobang. Itu
pekerjaan terendah yang ada di kerajaan. Kenapa aku harus peduli padanya?” kata Wang Wook dingin
“Aku tahu segalanya.... Kau itu mencintai Hae Soo, Pasti Ada alasan yang lainkau
seperti ini 'kan? Kalau tidak ada, kau takkan mungkin bersikap seperti ini.” kata Wang Jung bisa mengerti sikap kakaknya.
“Aku tak bisa mati demi dia dan Raja yang mengusir Hae Soo. Maka Aku tak bisa menentang Raja. Dan Kau juga harus berhati-hati... Istana... adalah tempat dimana satu
kesalahan bisa
membuatmu diusir.” Kata Wang Wook menasehati
adiknya.
Hae Soo duduk sendirian di pinggir sungai dengan makan
nasi yang sudah mengering, lalu melihat sosok orang yang datang. Wang Wook
diam-diam datang menemui Hae Soo dengan tatapan berkaca-kaca bertanya
apakah kakinya masih
sakit, karena Wang Jung bilang sudah kirim
obat.
“Kakiku akan terasa sakitnya kalau terlalu lama bekerja atau lama-lama di air. Tapi Aku baik-baik saja.” Kata Hae Soo dengan tatapan dinginya.
“Apa kau marah padaku?Apa kau... membenciku?” tanya Wang Wook seperti merasa menyesla karena tak bisa
berbuat apapun untuk membelanya.
“Aku tak bisa menjanjikan apa pun
padamu, Karena itulah aku tak bisa mengunjungimu Selain itu aku tak berdaya... Aku tak bisa melakukan apa pun untukmu. Kematian Selir Oh membuat Raja geram jadi Aku tak bisa membawamu kembali ke
Istana. Bahkan Aku tak berani meminta izinnya untuk menikahimu.” Kata Wang Wook menahan rasa sedihnya.
“Apa kau merindukanku? Pernahkah sekali saja....kau
rindu padaku?” tanya Hae Soo dengan mata berkaca-kaca
“Setiap hari.... Setiap saat aku merindukanmu...” kata Wang Wook mengakuinya
“Kalau begitu, semuanya baik-baik saja. Itu Sudah
cukup bagiku” ucap Hae Soo
“Sekarang... semua akan baik-baik saja. Jadi, nanti... saat aku sudah memperoleh banyak
kekuasaan...” kata Wang Wook langsung dipotong
oleh Hae Soo.
“Janganlah kau terlalu bekerja keras demi diriku. Jangan membahayakan dirimu
sendiri. Sudah
cukup aku melihat hal seperti itu terjadi.” Kata Hae
Soo
“Jangan sampai kau sakit dan Jangan buat aku merasa menyesal
dan bersalah lagi.” Ucap Wang Wook lalu
berjalan pergi, Hae Soo hanya menatap Wang Wook dengan kesedihanya.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar