PS : All
images credit and content copyright : SBS
Wang So akhirnya kembali setelah diutus oleh ayahnya
bersama dengan Panglima Park. Raja bertanya tentang keadaan di
Dinasti Jin. Wang So masih dengan topengnya
memberitahu kalau Gaozu meninggal, dan keponakannya yang bernama Chundi menggantikan kedudukannya.
“Sepertinya mereka akan melawan
Kitan untuk
perebutan wilayah..., tapi
keabsahannya akan kedudukannya
sekarang dipertanyakan.” Kata Wang So
“Aku pikir Sepertinya Dinasti Jin takkan
berhasil. Berarti
Kitan semakin berkuasa sekarang. Jadi Pergilah
dan mata-matai Khitan.” Ucap Raja, Wang So langsung
menolaknya, semua yang ada dalam ruangan terlihat kaget.
“Yang Mulia mengingkari janjimu
saat aku pergi menuruti perintahmu. Maka
aku juga tak bisa menuruti
perintah raja lagi” kata Wang So dengan nada marah
“Apa kau masih saja menyukai
perempuan itu? Seorang
raja harus mampu... meninggalkan
siapa pun demi
negerinya! Kau
harusnya bersyukur aku
telah mengusir perempuan itu!” kata Raja marah
“Aku bukan raja dan tak akan menjadi raja. Jika Putra Mahkota membutuhkanku sebagai sekutunya maka biarkan aku bebas. Aku juga ingin hidup selayaknya manusia.” Tegas Wang So
Raja terlihat kaget mendengarnya dan Wang So pun pergi
meningalkan ruangan raja. Panglima Park menenangkan Raja kalau Anak-anak
memang suka membangkang dan
mengira tahu apa
yang terbaik jadi Jangan
terlalu khawatir dan Raja harus
jaga kesehatannya saja.
“Dia harusnya bersikap seperti itu dari awal.” Kata Raja tersenyum mendengarnya, Panglima Park dan Ji
Mong binggung melihat reaksi raja.
“Sekarang dia bisa melawan dan mengalahkan siapa pun. Dia harus seperti itu supaya aku bisa mati dengan tenang.” Kata Raja Wang
“Aku melihat Bintang Yang Mulia masih
bersinar terang. Kenapa
Yang Mulia berkata begitu?” ucap Ji Mong
“Terkadang, seorang pria akan menyadari apa yang jadi
takdirnya... sebelum
takdir itu
berkata duluan. Jadi Persiapkanlah
diri kalian semua.” Kata Raja terlihat bisa
tenang kalau Putra Mahkota tak akan digeser posisinya.
Hae Soo sedang menjemur seprai di luar, matanya melihat
ada sosok Wang So duduk dibalik seprai yang melambai karena tertiup angin, tapi
saat memperjelas lagi ternyata tak ada Wang So duduk dibalik sana. Hae Soo pun
berpikir kalau itu hanya bayang lalu kembali menjemur, tiba-tiba badanya
seperti kaku dan melihat Wang Soo sudah ada disampingnya.
“Kau tak pernah menuruti apa kata orang, yah? Aku sudah menyuruhmu, tetaplah
tinggal di Damiwon. Tapi,
kau memang paling cocok bekerja fisik daripada jadi dayang istana.” Ucap Wang Soo, Hae Soo hanya diam tak mau menatapnya.
“Aku merindukanmu.... Kau seharusnya tak boleh ada
disini.” Kata Wang Soo memeluk Hae Soo dari belakang.
“Kau lebih baik Pura-pura saja tak
melihatku.” Ucap Hae Soo melepaskan pelukan Wang
Soo
“Kau masih saja sama bagiku... Kau cantik...” goda Wang So, Hae Soo melihat Wang So yang mengunakan
topeng wajahnya terlihat panik.
“Kenapa... ...kau pakai topeng lagi? Apa kau lupa cara pakai riasan wajahnya? Apa bekas lukanya makin parah? Padahal kau benci pakai topeng
itu, lalu kenapa...” ucap Hae Soo panik, Wang So tersenyum seperti senang
Hae Soo mengkhawatirkanya.
“Aku memakai topeng ini agar takkan melupakanmu. Aku ingin kembali dan melihatmu
lagi.” Kata Wang Soo melepaskan topengnya dan wajahnya tak
terlihat ada bekas luka. Hae Soo bisa sedikit bernafas lega.
“Aku bukan dayang istana Damiwon
lagi tapi pencuci baju di Gyobang. Aku tak pantas menemuimu, Yang Mulia. Kau telah kembali dengan selamat Dan kau juga sudah lihat aku
baik-baik saja.Semuanya
baik-baik saja.” Ucap Hae Soo tertunduk lalu
berjalan pergi.
Wang So mengejar dan menariknya, Hae Soo berteriak
meminta agar Wang So bisa pergi darinya, karena tak
seharusnya berada di
tempat ini. Wang So mengajak agar Hae Soo ikut
denganya dan akan
bertanggung jawab dengan semuanya.
“Tinggalkan saja aku sendiri! Aku di sini... karena aku tak bisa hidup atau mati. Semua Karena aku, Dayang Oh meninggal... Kehidupan Istana membuatku sangat ketakutan. Tapi aku bisa melupakan semua
itu... kalau aku
sibuk bekerja keras disini.” Teriak Hae Soo, Wang So terdiam dan kaget melihatnya.
“Kau harus berhenti
peduli seperti ini lagi padaku.” Gumam Hae Soo tapi Wang So malah berjalan mendekatinya.
“Aku akan menjagamu sama seperti kau pernah menolongku. Selain itu Aku akan membantumu
melupakannya tanpa
harus bekerja keras.” Tegas Wang So tak mau
merelakan Hae Soo begitu saja.
“Kumohon, jangan
mengesampingkan kewajibanmu sebagai pangeran karena aku.” Gumam Hae Soo
“Orang yang paling ingin
kuhindari... adalah
kau, Yang Mulia. Tiap
kali kita bertemu maka ingatan
buruk itu muncul lagi. Jadi Pergilah. Aku baik-baik saja dan bisa bertahan ditempat ini. Yang
Mulia... Aku mohon Tolong, hiduplah dengan tenang. Jangan membenci atau menyimpan
dendam, Lupakanlah segalanya. Dengan begitu, takkan ada yang
terluka.” Kata Hae Soo berjalan pergi, Wang So hanya terdiam
seperti masih tak percaya mendengarnya.
Hae Soo duduk diam dalam ruangan dengan sebuah lilin,
lalu tiba-tiba Ji Mong datang hanya menatapnya. Hae Soo pun menatapnya terlihat
binggung, kenapa Ji Mong menemuinya di malam hari.
Raja yang terlihat mulai pucat dan lemah diperiksa oleh
tabib, dengan kekuatanya meminta tak perlu khawatir karena dirinya yang
paling tahu
kondisi kesehatannya. Ji Mong menuangkan teh
setelah tabib pergi memberitahu kalau itu
teh baru dari Damiwon.
“Semuanya tak ada yang kusuka.
Aku tidak mau makan minum apapun.” ucap Raja
seperti tak bisa melupakan cita rasa teh milik selir Oh.
“Dayang baru menciptakan formula teh yang baru. Setidaknya hiruplah aromanya.” Kata Ji Mong akhirnya Raja mencoba teh yang dibawa oleh
Ji Mong.
“Apa anak itu yang membuatnya?” tanya Raja seperti sudah bisa tahu cita rasa yang sama
dengan Selir Oh.
“Saya hanya ingin meningkatkan nafsu makan dan minum Yang Mulia
saja. Maafkan
saya.” Kata Ji Mong, Raja pun memerintahkan Ji Mong agar
menghadapkan anak itu padanya.
Yeon Hwa melihat cincin yang diberikan oleh Wang Yo
padanya, lalu datang ke tempat Wang So dan mengatakan kalau ingin dinikahi oleh
Pangeran ke empat. Wang So kaet merasa kalau salah mendengarnya dan bertanya
apa yang harus mereka lakukan tadi
“Selama ini Aku sudah memikirkan orang macam apa aku
ini. Walaupun
aku terlahir sebagai putrid dan
menerima kasih saying dari
Raja dan para pangeran tapi Masih
saja ada yang kurang bagiku. Aku
tak pernah puas. Ketika
semua keluargaku diasingkan, maka aku akhirnya sadar. Ternyata Aku butuh kekuasaan. Satu hal yang bisa memuaskan keinginanku
adalah.. tahta.” Kata Yeon Hwa
“Aku bukan orang macam itu. Aku... berbeda dari orang yang Kau inginkan.” Ucap Wang So tak ingin mengejar sebagai raja
“Ya, aku tahu itu... Karena itulah aku menjauhimu. Tapi... ada sesuatu yang tidak kusadari. Aku juga seorang wanita dan sudah lama mencintaimu. Aku ditakdirkan bersama denganmu.” Kata Yeon Hwa memberanikan mengeluarkan semua isi
hatinya.
“Waktu aku masih kecil ada orang yang bilang kalau aku ditakdirkan menjadi
raja. Tapi di
saat itulah wajahku terluka dan saat itu juga aku tak diperlakukan seperti
pangeran, apalagi diperlakukan seperti raja. Apa kau
masih bilang Kita ditakdirkan bersama?” ucap Wang So dengan sedikit menyindir
Wang So menegaskan tak pecaya dengan takdir lagipula ada
seseorang yang disukai. Yeon Hwa bisa menebak
wanita yang dimaksud itu adalah Hae Soo, lalu menegaskan kalau Wang So akan
menghancurkan masa depanya jika
bersama dengan perempuan pembawa sial itu.
“Aku bahkan tak punya masa depan kalau
bukan karena Soo. Karena
aku sudah mengucapkannya, maka sudah tahu pasti sekarang. Dan Tanpa dia, aku ini bukan apa-apa.” Ucap Wang So, Yeon Hwa pun tak bisa berkata apa-apa
lagi.
Hae Soo akhirnya datang menemui Raja, terlihat Raja Wang
seperti orang lemas dengan mata yang menghitam seperti orang sakit.
“Dari
pembawaannya... itu mengingatkanku pada kakekku
sebelum dia meninggal. Aku tak tahu tahun berapa Raja Taejo akan meninggal...tapi umurnya takkan panjang lagi.” Gumam Hae Soo menatap raja.
“Kau berpikiran hidupku takkan lama lagi ‘kan” kata Raja, Hae Soo kaget karena raja seperti
peramal yang bisa membaca pikiranya.
“Sebenarnya Darimana asalmu? Setelah Selir Oh meninggal,maka aku mencari tahu semua tentangmu. Mulai dariTeman lamamu dan kerabatmu. Aku bahkan menanyai semua pelayannya Wook dan aku hanya bisa menyimpulkan bahwa kau orang berbeda.” Kata Raja
“Perkiraanku kau itu sama seperti Ji Mong, yaitu Kau tahu masa depan yang tak kami ketahui Apa kau tahu Pangeran ke-4
terlahir dan ditakdirkan menjadi raja?” kata Raja, Hae Soo kaget kalau Wang So itu akan menjadi
Raja.
“Putra Mahkota Moo dan Wang So, tentu saja keduanya memang
ditakdirkan menjadi raja. Tapi tak
ada orang tahu apa yang
akan terjadi di Istana dan Kau pasti
akan tahu segalanya. Kalaupun
kau memang tahu nantinya, jangan
buat dirimu terlibat.” Kata Raja
“Tak bisakah Yang Mulia... mengusir saya jauh dari Istana ini? Saya tak sanggup hidup disini
lebih lama lagi.” Ucap Hae Soo ketakutan
“Tutuplah matamu atas hal yang tak bisa kau kendalikan. Jika kau tak bisa mengabaikan apa yang akan terjadi nantinya,
maka kau tetap saja akan mengalami hal yang sama, dimana pun kau berada. Jangan berfokus pada masa depan dengan mengorbankan apa yang kau miliki sekarang.” Ucap Raja
“Oh Soo Yeon menganggapmu sebagai
putrinya. Jadi Aku pun
akan menganggapmu sebagai putriku, karena itulah aku memberikan saran itu
padamu.” Kata Raja.
Hae Soo terdiam dengan mata berkaca-kaca karena Raja
benar-benar mencintai Selir Oh sampai sekarang mengangap dirinya sebagai anak.
Ia berjalan keluar istana, dengan melihat pelataran yang luas seperti bisa
mendengar akan ada banyak perang disana dan juga bunyi pedang lalu jatuh
berguguran orang-orang disana.
Wol Hee mulai kembali berlatih tapi tanganya terlihat
mulai lelah malah menjatuhkan pedang dan mengenai tanganya. Baek Ah terlihat
panik menanyakan keadaaanya, Wol Hee mengaku kalau ia baik-baik saja. Tapi Baek
Ah menarik tanganya dan melihat ada luka karena terkena pedang dan melihat ada
bekas sayatan di tangan Wol Hee seperti berusaha untuk bunuh diri, Wol Hee
langsung menarik tanganya.
“Apa yang terjadi? Apa Aku tak boleh bertanya?” tanya Baek Ah, Wol Hee mengelengkan kepalanya.
“Tapi kalau aku memelukmu, Apa boleh melakukanya?” ucap Baek Ah,Wol Hee mengelengkan kepalanya, tapi Baek
Ah langsung menarik dan memeluknya.
“Maaf karena aku tak ada menemanimu di saat kau kesulitan.” Ucap Baek Ah
“Lagipula, itu terjadi sebelum kita bertemu.” Kata Wol Hee
“Karena itulah aku merasa semakin menyesal Itulah yang paling membuatku
menyesal, di saat aku tak mengenalmu dulu. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Jadi Berbahagialah dan Percaya padaku.” Kata Baek Ah, Wol Hee langsung melepaskan pelukan Baek
Ah
“Siapa kau yang bisa menjamin
itu semua? Aku tak
pernah berharap apa
pun darimu.” Ucap Woo Hee kesal dan melangkah pergi.
Baek Ah berteriak memanggilnya, lalu terlihat menyesal
padahal masih ingin bicara untuk menyatakan perasaanku padanya.
Hae Soo berjalan ke arah taman, lalu melihat Woo Hee
duduk sendirian lalu menghampirinya. Ia berkomentar kalau Woo Hee itu terlihat
kesal dan bertanya kenapa terlihat
sangat murung, Keduanya
akhirnya duduk bersama. Hae So menduga kalau terjadi sesuatu pada Baek Ah. Woo
Hee bertanya darimana Hae So mengenal Baek Ah.
“Oh. Sebelum aku datang ke Istana, kami berpapasan di pasar. Dia kenal kakak sepupuku jadi Begitulah kami saling kenal.” Cerita Hae Soo
“Dia sepertinya orang yang baik.” Ucap Woo Hee, Hae Soo menjamin kalau Baek Ah
memang orang
yang baik
“Kalau aku masih seperti yang dulu maka aku pasti takkan pernah bertemu dengannya. Karena sekarang aku jadi penari, makanya aku sering bertemu
dengannya.” Ucap Woo Hee merasa dalam setahun
berubah karena Baek Ah
“Aku tak tahu harus memberikan saran apa, tapi yang
kutahu pasti, dia
datang ke sini hanya untukmu. Jangan
jauhi dia.” Pesan Hae Soo, Woo Hee langsung
menolaknya.
“Mulai sekarang, kami takkan dekat
lagi. Sebentar
lagi... aku akan
pergi.” ucap Woo Hee
Hae Soo binggung bertanya mau kemana Woo Hee pergi, Woo Hee bertanya apakah Hae Soo mengingat
hari pertama mereka bertemu, saat itu mereka berdua menjadi
dekat karena apa yang dialami sangat menyedihkan, dengan tak
saling bertanya kenapa
mereka mengalami hal itu. Jadi ia meminta Hae Soo untuk mulai sekarang dan seterusnya, tetaplah seperti itu, karena lebih baik mereka tidak saling tahu
“Dengan begitu, kau takkan kesulitan jika ada sesuatu
terjadi. Besok
perkumpulan persahabatannya dilaksanakan. Apa Kau mau mendandaniku?
ucap Woo Hee,
ucap Woo Hee,
“Kau akan menjadi gadis tercantik dari Gyobang.” kata Hae Soo dengan senang hati akan membantunya.
“Aku ingin semua orang hanya melihatku dan tak bisa melupakanku. Buatlah aku tampil mempesona. Aku ingin diingat seperti itu.” ucap Woo Hee bahagia.
Wang Yo bertemu
dengan Young Gyu menanyakan tentang gadis itu apakah sudah siap, karena Perkumpulan
persahabatan ini adalah kesempatan
terbaik mereka berdua. PM Park Young Gyu memberitahu gadis yang
dibawanya sangat
dendam kepada Raja jadi Wang Yo Jangan
khawatir.
“Rahasiakan ini dari ibuku. Meskipun dia benci kepada Raja, tapi dia juga masih menyayanginya.” Kata Wang Yo memulai kembali aksi liciknya demi naik
tahta sebagai raja.
Wang Yo dan Wang Wook menemui Raja di ruanganya, Ji Mong
merasa Raja seharusnya
tak usah hadir ke
perkumpulan itu karena wajahnya kelihatan
pucat.Wang Yo juga merasa seperti itu juga, karena Raja biasanya
tak pernah menghadiri
perkumpulan persahabatan.
“Yang Mulia hanya hadir ke acara
itu kalau ada
keluarga penguasa yang datang. Paman
Wang Sik Ryum akan
datang. Tapi aku
dan Pangeran ke-8 bisa
mengurusi itu. Jadi Yang
Mulia beristirahat saja.” Ucap Wang Yo
“Menurutku, Yang Mulia harus hadir. Tujuan utama datang ke
perkumpulan itu...adalah untuk menunjukkan bahwa Yang Mulia itu sehat-sehat
saja. Jadi dengan Yang Mulia menghadiri
sebentar saja disana akan
menangkal segala rumor itu.” kata Wang Wook sengaja
membuat saling bertolak belakang dengan kakaknya.
“Kau benar.... Aku tak bisa menunjukkan
kelemahanku pada
mereka. Aku harus
hadir di
perkumpulan itu.” kata Raja terlihat
benar-benar terlihat lemah. Saat itu Wang Yo terlihat senang menatap sang adik,
sementara Wang Wook dingin seperti menahan amarahnya.
Acara pun dimulai dengan tarian, semua Pangeran duduk
melihatnya berama dengan Raja. Sementara Wang So malah datang menemui Hae Soo,
lalu dengan mudahnya langsung mengajak Hae Soo untuk menikah
saja. Hae Soo kaget medengar Wang So tiba-tiba mengajaknya
menikah.
“Kalau kita menikah maka kau bisa meninggalkan Istana dan Gyobang. Jadi Kita
menikah saja.” Ucap Wang So, Hae Soo langsun
menolaknya mengakan kalau ia tak bisa melakukanya.
“Jika kau memang tak menyukaiku, maka kita bisa bercerai setelah pergi
dari Istana. Aku mau
melakukannya untukmu, jadi kita
pergi saja dulu.” Kata Wang So membujuknya.
“Banyak kewajibanmu disini, Yang
Mulia. Dan Kau tak perlu pergi lagi ke tempat ini, Selain itu Raja
juga... sangat
peduli dan
mengandalkanmu. Dia
selalu mencoba dan menguji anak-anaknya.”kata
Hae Soo
“Dia itu dengan mengutamakan menjadi raja daripada ayah Aku
tak mau berada di sisinya.” Ucap Wang Soo
“Bagaimana kalau kau juga akan menjadi raja, Yang Mulia? Apa kau tetap akan pergi dari
Songak?” ucap Hae Soo
“Jika aku menjadi raja... maukah kau pergi denganku? Sulit sekali bagiku menjadi
utusan..., tapi aku
diberi banyak kebebasan. Jdai Aku selalu memikirkanmu. Aku juga ingin kau merasa bebas seperti itu. Aku ingin bersamamu dalam kedamaian, dan tak ada yang mengganggu kita. Jika itu tak bisa terjadi menjadi raja atau apapun itu maka tak ada artinya bagiku kata Wang Soo dengan
mengembalikan jepitan yang diberikan pada Hae Soo.
“Jadi Ikutlah bersamaku. Bukannya kau itu orangku 'kan?”ucap Wang So, Hae Soo langsung mengembalikan jepitanya.
“Tidak... Aku tak bisa menikah denganmu hanya karena aku ingin meninggalkan Istana, Yang Mulia.” Ucap Hae So akan pergi, saat itu melihat Wang Wook
sudah ada didepanya.
Hae Soo pun memilih untuk cepat pergi, Wang So ingin
mengejarnya tapi Wang Woo sudah menahanya dengan tatapan dingin, mengejek kalau
Seorang pangeran mau menikahi pencuci baju dan memeperingatkan kalau Janganlah
coba-coba membodohi Hae Soo. Wang So menegaskan kalau memang ingin menikah maka
memang benar ingin menikah dan melepaskan tangan Wang Wook dari dadanya.
“Dia berada dalam bahaya... itu semua karenamu. Sebelumnya Dia diusir ke sini karena difitnah
terlibat dengan masalahmu dan ibumu. Jdai Kaulah yang memulai segalanya. Tapi sekarang kau mau
menikahinya? Aku tak
bisa memaafkanmu.” Ucap Wang Wook sinis
“Aku sudah memberitahumu... bahwa semuanya untuk membuktikan bahwa Hae So Soo tidak bersalah. Tapi kau tak berbuat apapun itu. Dan Ketidakmampuanmu
membuatku muak.” Ucap Wang So kesal
Wang Wook yang marah langsung mencengkram baju kakaknya,
keduanya pun akhirnya saling mencengkram penuh amarah.
Tarian pedang dimulai, Woo Hee sudah siap dengan pedangnya
dengan penari lainya. Wang Yo seperti bisa melihat tatapan Woo Hee penuh dendam
pada Raja yang terlihat lelah duduk di bangku paling depan. Baek Ah melihat
dari belakang orang-orang, saat itu Woo Hee melihat pakain yang dikenalkan Baek Ah, tanda sebagai pakaian dari seorang
Pangeran.
Ji Mong melihat keadaan Raja yang terlihat lemah, Woo Hee
mencoba terus menari dengan menatap lurus ke depan. Baek Ah melihat tatapan Woo
Hee seperti tertuju pada seseorang dan melihat ayahnya yang duduk dibangku singasana,
teringat kembali saat berlatih Woo Hee selalu mengarahkan pedangnya ke arah
depan.
Woo Hee masih terus menari dengan tatapan lurus ke arah
raja, Young Gyu dan Wang Yo tak sabar menunggu saat Woo Hee mencoba membunuh
raja. Woo Hee sudah siap untuk menusukan pedangnya, tapi tiba-tiba Baek Ah
langsung datang didepanya dan tertembus dengan pedangnya.
Sementara Dua kakak beradik masih saling mencengkram,
Wang Soo memperingatkan Wang Wook untuk Berhenti untuk pura-pura peduli padanya menurutnya dengan berpaling dari Hae Soo yang bisa
dilakukanya.
“Kau bukan lagi kakak iparnya, jadi Dia bukan urusanmu lagi.” Tegas Wang Soo, Wang Wook makin terlihat sangat marah
Woo Hee kaget karena yang tertusuk pedangnya malah Baek
Ah, Baek Ah mencoba untuk berdiri dan menatap Woo Hee seperti sengaja ingin
berkorban agar orang yang dicintainya tak akan mendapatkan masalah.
bersambung ke episode 13
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar