Je Ha kaget melihat ada cahaya lampu diatap rumah lalu
berusaha menelp Mi Ran tapi si pegawal sedang tidur nyenyak dikamarnya. Ia
hanya bisa mengumpat karena tak bisa meminta bantuan akhirnya mencoba untuk
melompat ke bagian atas bagian rumah.
Wajahnya melonggo melihat sosok Anna duduk sendirian
sambil makan mie tanpa dimasak dan seekor kucing yang makan bersamanya, Je Ha
tak percaya ternyata hanya seekor kucing saja yang membuatnya panik. Si kucing
terlihat lahap makan dengan yang diberikan Anna.
Si kucing merengek meminta makan karena makanan sudah
habis, Anna berbicara kalau tak boleh makan mie itu karena terlalu
keras. Si kucing terus mengeong, akhirnya Anna melembutkan mie
dalam mulutnya lalu memberikan pada si kucing.
Je Ha melihat Anna seperti merasakan seperti dirinya yang
menyanyangi kucing, akhirnya ia bersadar di atap untuk memastikan Anna
baik-baik saja. Anna tiba-tiba menangis, teringat kembali saat masih kecil
memberikan botol obat dan membuatnya berpikir kalau ia yang membunuh ibunya. Je
Ha binggung melihat Anna yang tiba-tiba menangis.
Anna akhirnya kembali menuruni tangga atap, lalu melihat
CCTV yang ada dalam kamarnya lalu menarik alat penghangat tidur yang sengaja
ditaruh pada tempat tidurnya. Setelah itu berjalan masuk dan berbaring di
tempat tidurnya.
Je Ha mengikuti dengan lubang yang cukup kecil, lalu
melihat Anna yang sudah berbaring dikamarnya. Ia tersenyum melihat Anna yang
mengunakan penghangat tidur agar terlihat seperti ada orang yang berbaring.
Saat akan kembali melihat foto Tuan foto Se Joong dengan Anna dan istrinya saat
masih kecil. Je Ha seperti bisa tahu kalau itu adalah ibu Kandung Anna.
Sementara Anna yang tertidur terlihat sedih
Mi Ran akhirnya baru bangun dan mengecek ponselnya ada
miss call dari K2, wajahnya langsung panik tak percaya kalau Je Ha menelpnya
dimalam hari tapi malah ketiduran,
wajahnya sangat kesal karena harus menghilangkan sempatanya.
Bibi Pelayan binggung melihat Mi Ran keluar dari kamar
langsung berlari mencari sesuatu di dapur, Mi Ran akhirnya menemukan dua buah
kotak makan lalu meminta Bibi Pelayan agar mengisikan banyak makanan. Sementara
di ruangan CCTV sudah ada penganti si K1.
Mi Ran datang dengan pakaian wanita dengan rok mininya,
membawa makanan. K1 menyapa Mi Ran sebagai J4 dengan senyumanya. Mi Ran melirik
kesana kemari tak ada Je Ha dalam ruangan, akhirnya makanan yang dibawa oleh
K1.
K1 makan dengan lahap lalu melihat ke bagian kaki Mi Ran
yang mengunakan rok mini lalu menatap wajahnya, Mi Ran merasakan kalau K1 untuk
melihat ke arah yang berbahaya lalu melipat kakinya. K1 pikir Mi Ran juga harus
makan juga, Mi Ran hanya bisa menahan rasa kecewa karena tak bertemu dengan Je
Ha menyuruh K1 makan saja semuanya.
“Tapi, dimana K2,.. maksudku, orang yang berjaga saat shift malam?” ucap Mi Ran mencoba mencari tahu
“Oh, sepertinya dia ada urusan
mendesak. Dia sudah
absen pulang dan pergi.” kata K1, Mi Ran mengangguk
mengerti.
“Aku yakin dia pasti lelah kalau dia berjaga sepanjang
malam.” Ucap Mi Ran, K1 pikir memang seperti itu.
K1 lalu merasa kalau cuaca diluar itu masih panas, Mi Ran
binggung K1 menceritakan kalau semalam ta
memperhatikan CCTV dan
sepertinya Mi Ran kepanasan. Mi Ran kaget dan mengingat sebelumnya itu penah sengaja
membuka kancing bajunya agar bisa terlihat CCTV oleh Je Ha untuk mengodanya.
“Atau apa kau memang memiliki suhu
tubuh yang tinggi? Kau
pasti tahu, musim panas sudah berakhir
sekarang. Tapi
kenapa masih panas?” ucap K1 heran
“Hei... Kau seharusnya mengawasi ruangan
Nona Muda! Kenapa
kau mengawasiku?!!” teriak Mi Ran kesal lalu
keluar ruangan menyuruh agar K1 mencuci juga bekas tempat makananya.
Disebuah restoran yang sengaja disewa dengan beberapa
pengawal yang ketat, Gwan Soo seperti baru saja bermain sepak bola dengan
beberapa orang, salah seorang mengoa Gwan Soo makan apa saja selama ini tampaknya sangat
bersemangat. Gwan Soo malu-malu meminta agar tak
mengodanya
“Apa maksudmu pak? Kau bahkan mencetak dua gol hari
ini!” ucap si petinggi memujinya.
“Hei Kalau aku tidak bisa mencetak gol yang sengaja kalian berikan
padaku maka aku tidak akan pernah punya anak.” Kata Gwan Soo
“Kalau begini, kau akan menjadi seorang ayah di usia tuamu, Pak!” ejek teman yang lainnya.
“Bagaimana kalau merayakan pesta ulang tahun anak anda di
Blue House? Itu akan
menjadi peristiwa bersejarah!” saran Salah seorang
yang lainya.
Gwan Soo merasa kalau orang itu ingin dihajar olehnya,
semuanya tertawa seperti saling bersenda gurau sambil makan bersama. Salah
seorang menyuruh mereka untuk harus cepat makan, dan kemudian pergi ke pemandian
umum jangan terus mengoda Gwan Soo terus. Gwan Soo melihat
mereka semua terlihat lelah dan mengatakan akan memberikan vitamin D semuanya.
Setelah selesai semua menerima vitamin D dari Sek Gwan
Soo dengan berbaris didepan mobil. Salah satu orang menerimanya merasakan kalau
terlalu ringan dan bertanya apakah hanya ini saja, Sek mengatakan kalau akan
memberikan lagi nanti.
Pria lainya pun menerima kotak vitamin, saat membukanya
terlihat tumpukan uang 50ribu won lalu membuat agar meminta satu
lagi. Sek menolaknya karena tak ingin dipecat oleh Gwan Soo.
Si pria tetap meminta agar memberikanya karena nanti memberitahu langsung Gwan
Soo.
“Ya, berikan dia satu lagi. Parlemen Kim memiliki distrik
besar, jadi dia
akan memanfaatkannya dengan baik.” Ucap Gwan
Soo keluar dari restoran
Sekertaris pun memberitkan satu kotak tambahan, Parlemen
Kim bahagia langsung memberikan tanda cinta pada Gwan Soo lalu berjalan pergi.
Gwan Soo mengumpat anak buahnya itu memang serakah.
Sekertarisnya melapor baru saja
menerima kabar bahwa Ibu
Choi Sun Ja telah meninggal. Gwan Soo
mengingat-ingat nama Choi Sun Ja lalu bertanya apakah yang dimaksud adalah bibinya
Choi Yoo Jin. Sek membernarkan.
“Kalau begitu, suaminya... Yang bertanggung jawab atas kelompok keuangan internasional.” Ucap Gwan Soo, Sek membenarkan.
“Jadi Haruskah kita kesana?” tanya Gwan Soo, Sek pikir tidak perlu kesana karena Orang-orang itu tidak begitu
kaya.
“Aku tidak ingin melewatkan kesempatanku menonton semua ini.” ucap Gwan Soo mengajak mereka semua pergi,
Sek Binggung karena tidak menerima undangan jadi untuk
apa datang ke sana. Gwan Soo seperti tak peduli masuk ke dalam mobilnya dan
meninggalkan restoran. Di gedung sebelah terlihat Je Ha yang sengaja mengikuti
Gwan Soo ingin tahu apa saja yang dikerjakanya.
Sek Kim mendadani Yoo Jin dengan pakaian hitamnya, salah
seorang membawa gaun hitam, Sek Kim bertanya mana gaun yang disukainya. Yoo Jin
pikir semuanya sama saja karena semua pakaian itu terlihat seperti pakaian pemakaman. Sek Kim menyuruh pelayan membawakan pakain yang lain dan
kembali mendandani Yoo Jin.
“Apa orang-orang yang tidak
memiliki anak
semua berakhir seperti itu?” kata Yoo Jin, Sek Kim
diam merasa seperti Yoo Jin memikirkan dirinya sendiri.
“Aku membicarakan bibiku. Dia menikah dengan bergelimang
harta... tapi
akhirnya mati kesepian.” Ucap Yoo Jin
“Tetap saja, anda merawatnya
sampai akhir.” Kata Sek Kim menenangkanya.
“Aku hanya pura-pura agar bisa mendapatkan saham JB Grup
miliknya.” Ucap Yoo Jin
“Itu tidak benar. Aku mohon Tolong jangan berbicara seperti
itu. Anda
berdua peduli satu sama lain dengan tulus.
“Kita hanya kasihan satu sama
lain, itu saja. Tapi
dia bahkan tidak memiliki keponakan seperti aku. Dia akan terlihat lebih seperti
hantu hari ini karena
bahkan tidak bisa memakai make-up. Dia
akan memiliki dandanan pucat... untuk
digunakannya melawanku.” Kata Yoo Jin, Sek Kim pun
tak bisa berkata-kata lagi.
Je Ha datang menemui kepala Joo yang berjalan di lobby,
bertanya mau pergi kemana karena ada yang ingin dibicarakan, Kepala Joo
menyuruh Je Ha mengikutinya saja dan bicara di perjalanan, Je Ha binggung
kembali bertanya memangnya mereka mau kemana.
“Apa kau mendapatkan sesuatu yang
bagus?” tanya Kepala Joo seperti tahu kemana Je Ha pergi.
“Tidak, aku hanya melihat dia memberikan sejumlah uang. Itu saja.” Kata Je Ha
“Jangan buang terlalu banyak energi dan tunggu saja. Kau perlu mengulur waktumu kalau ingin balas dendam.” Kata kepala Joo lalu memberikan sebuah kain untuk
pelayat. Je Ha binggung kenapa memberikan itu padanya.
“Kau harus perlihatkan sopan santunmu ketika berada ke acara pemakaman.” Kata Kepala Joo, Je Ha kaget mereka akan datang ke
pemakaman.
Keduanya sampai di depa kuil, tapi semua penjaga hanya
berjejer didepan Kuil. Kepala Joo dan Je Ha turun dari mobil, Kepala Joo
bertanya pada Kepala Soo kenapa masih ada didepan kuil, Kepala Soo mengatakan
kalau Staf mereka tidak mengizinkan masuk. Kepala Joo kaget.
“Mereka mengatakan bahwa itu adalah permintaan dari keluarga mendiang. Semua orang asing tidak boleh
masuk. Hanya
mereka dengan undangan yang diperbolehkan masuk Dan hanya satu sopir dan satu asisten yang
diperbolehkan.” Jelas Kepala Soo, Kepala Joo
terlihat binggung tak bisa mengawal
masuk sampai ke dalam kuil.
Sebuah mobil lewat didepan semua pengawal, dan terlihat
memberian undangan pada biksu yang berjaga didepan pintu. Gwan Soo menyapa
Biksu dengan menanyakan keadaanya. Je Ha melihatnya seperti tak percaya kalau
mereka harus masuk dengan undangan.
Yoo Jin berangkat dengan suaminya, Se Joo merasa istrinya
itu pasti senang. Yoo Jin bertanya apa maksudnya itu karena bibinya meninggal
hari ini. Se Jooo mengatakan Karena Yoo Jin mendapatkan saham JB Group lebih
banyak dan merasa yakin kalau saham
bibinya akan diberikan kepada Yoo Jin saja
“Siapa tahu kalau pamanku dan
anaknya akan
memberikannya padaku begitu mudahnya?” kata Yoo
Jin
“Oh...tapi anak itu tidak ada hubungan darah dengan
bibimu.” Kata Se Joon
“Anak laki-laki cenderung sedikit
menyedihkan.”sindir Yoo Jin, Se Joon pun hanya bisa
diam saja.
Je Ha berjaga-jaga, sementara Kepala Soo memeriksa bagian
dalam kuil dengan drone, lalu melihat dengan kacamata keadaan didalam. Setelah
itu memberitahu Kepala Joo kalau itu seperti yang mereka prediksikan yaitu keluar dari Bibi Choi menyiapkanperimeter
keamanan yang ketat. Kepala Joo pun mulai
memikirkan lalu mendapatk laporan tamu VIP sudah datang.
Yoo Jin akhirnya sampai ke depan kuil, Kepala Joo masuk
lebih dulu memberitahu keduanya kalau mungkin harus pergi karena tak staff mereka
membiarkan orang-orang Yoo Jin masuk dan memiliki penjaga keamanan dari kelompok keuangan
internasional di dalam. Se Joon heran
“Apa kalian semua sedang syuting film gangster atau
apa ini semua?”
ucap Se Joon menyindirnya.
“Apa Mereka berpikir bahwa ini adalah bentuk perang psikologis
yang efektif? Dasar Memalukan.” Kata Yoo Jin tetap ingin masuk.
“Nyonya.... Anda harus mempertimbangkan apa yang mungkin bisa terjadi
padamu. Jika
serangan terjadi di sana, mungkin
sulit bagiku untuk melindungimu.” Kata
kepala Joo khawatir
“Mereka tidak akan mencoba
membunuhku, dan juga
ada suamiku disampingku.”ucap Yoo Jin menatap
suaminya.
Akhirnya Kepala Joo memerintakan Kepala Soo dan juga Je
Ha yang mendampingi Yoo Jin serta suaminya masuk ke dalam kuil. Yoo Jin sempat
melirik pada Je Ha yang mengawalnya.
Se Joon memberikan penghormatan beberapa kali,bersama
dengan Yoo Jin, lalu menyapa pamanya mendoakan agar bibi Choi beristirahat
dalam damai. Anaknya merasa kalau semua ini terjadi
karena tidak merawatnya lalu
menyapa Yoo Jin dan mengajak agar mereka bisa pergi bersama sekarang.
Mereka pun keluar dari kuil bersama, Je Ha melihat dari
kejauhan seperti memikirkan sesuatu lalu mendekati Yoo Jin kalau ada telp dari
rumah. Yoo Jin kaget melirik suaminya, berpikir mungkin Anna lalu menyuruh
suaminya agar pergi lebih dulu.
Je Ha langsung memasukan sesuatu pada tas Yoo Jin
memberitahu Jika merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres disana, tekan
satu kali. Maka mereka bisa
memantau situasinya. Yoo Jin terlihat kaget. Je
Ha pun meminta agar Yoo Jin menekan dua kali kalau berada
dalam bahaya. Yoo Jin bertanya apakah ia akan dalam
bahaya, Je Ha pikir mungkin bisa saja seperti itu.
Yoo Jin akhirnya masuk ke bagian bawah tanah terlihat di
papan nama [Ruang Suci Amitabha- Pertemuan
Keluarga dari Berduka] Yoo Jin masuk ruangan dan pintu pun langsung
dikunci, semua keluar Choi sudah berkumpul.
Sung Won juga menyapa kakaknya dengan wajah bahagia,
Ayahnya memperingataka anakanya menunjukkan rasa hormatnya, Sung Won mengerti. Se Joon sudah duduk berjejer
dengan keluarga paman Yoo Jin lalu menyuruh istrinya agar duduk disampingnya.
Kepala Soo bertanya pada Je Ha Apa yang diberikan pada Nyonya Choi, Je Ha mengataka kalau itu Hanya
pena. Kepala Soo tak percaya meminta Je Ha agar tak berbohong.
Je Ha menyakinkan kalau itu hanya pena lalu memanggil MJ-7081
“Itu bagus untuk menulis dan juga tidak perlu khawatir
dengan gangguan. Satu-satunya
kelemahannya itu tidak
bisa bekerja dalam jarak yang terlalu jauh. Aku sangat berharap bahwa tidak
akan harus menggunakan ini terlalu sering.” Ucap Je Ha
mencari radar untuk penanya.
Di dalam ruangan terlihat tegang, Pengacara memberitahu kalau Biasanya,
surat warisan dibacakan setelah
proses pemakaman selesai. Namun,
karena keluarga mendiang
mengatakan...sangat sulit bagi untuk meluangkan waktu bersama-sama dan karena fakta bahwa kondisi mendiang telah terpenuhi.
“Saya sekarang akan membacakan surat warisan tersebut pada anda
sekalian. Namun,
saya tidak memiliki kunci untuk tas ini. Saya yakin seseorang di sini
memiliki kunci
yang dipercayakan kepada mereka oleh mendiang. Tolong berikan kunci tersebut..”
Kata Pengacara memperlihat kopernya, semua hanya diam saja.
“Apa kau memilikinya, sayang?” ucap Se Joon pada istrinya, Yoo Jin akhirnya terpaksa
mengeluarkan dari tasnya. Yoo Jin pun memegang pena yang diberikan oleh Je Ha
padanya.
“Ini adalah surat warisannya...Saya akan membacanya sekarang. Aku, Choi Sun Ja akan menyumbangkan seluruh kekayaannyaku ke Yayasan Beasiswa
Pyeongchang.” Ucap Pengacara, semua yang mendengarnya
seperti sudah menduga sebelumnya.
Kepala Soo memangil Je Ha bertanya Kenapa
tidak menghormati atasannya, Je aHa menjawa Karena ia tidak menghormatinya. Kepala Soo menegaskan Menghormati atasannya dalam sebuah organisasi adalah bagian yang paling
mendasar. Je Ha mengaku kalau tidak memiliki etiket
dasar. Kepala Soo pun setuju dengan jawaban itu.
“Tapi yang ingin kuketahui adalah
kenapa kau bersikap seperti itu?” kata Kepala
Soo penasaran
“Sudah kubilang aku orang yang
kasar. Jadi jika
kau bertanya padaku mengapa aku kasar... Aku memberitahu itu hanya karena aku kasar.” Ucap Je Ha, Kepala Soo membenarkan, Je Ha bertanya
apaka sudah puas, Kepala Soo pun mengangguk.
Je Ha meminta agar jangan bicara padanya, Kepala Soo tak
percaya Je Ha akan
terus berbicara informal.
Didalam ruangan terlihat ada ketegangan, Pengacara pun
selesai membaca surat wasiat, Pria tua
seperti Ayah mertua Sung Won
berkomentar pada Anak Soo Ja kalau ibunya itu sangat
menyukai Yoo Jin akhirnya meminta agar
pengacara menunggu diluar. Pengacara
mengatakan akan kembali ke kantor sekarang. Ayah mertua Sung Won berteriak kalau meminta agar menungu diluar.
“Sebenarnya, kita disini bukan untuk mendengarkan hasil
ini. “Ayah mertua Sung Won, saat itu Yoo Jin menekan tombol pulpenya,
kepala Soo dan Je Ha kaget karena bisa mendengarkan suara dari dalam ruangan.
“Kita langsung saja. Apa
yang akan kau lakukan?” kata Ayah
mertua Sung Won
“Aku akan menghormati keinginan mendiang dan menggunakan uang tersebut
untuk yayasan.” Ucap Yoo Jin, Sung Won menyela pada
kakaknya, Ibu Sung Won pun menyuruh anaknya agar duduk diam.
“Yoo Jin.... Kau tidak bisa...menyimpan semua itu sendirian untuk
sekarang.” Kata Ibu Sung Won
“Jika Paman mengambil tindakan
hukum...aku kira bisa
memberikan bagian kecil.” ucap Yoo Jin sangati
“Tidak, aku sedang membicarakan
kau memiliki
keduanya, presiden dan JB Group.” Ucap Ibu
Sung Won
“Jadi Biarkan aku jujur, Yoo Jin. Semua orang tahu bahwa kau pemilik tunggal dari Yayasan itu. Dan kita juga tahu bahwa kau menggunakan JSS untuk memantau JB
Group.” Kata Ayah mertua Sung Won
“Itu bukan "memantau." Aku berpikir bahwa kata "inspeksi" lebih
cocok.” Kata Yoo Jin
Sung Won membela kalau kakaknya itu hanya mengawasinya,
karena khawatir akan
menodai nama ayahnya. Ayah
mertua Sung Won ingin tahu berapa banyak
jumlahnya yaitu Saham JB
Grup yang dimiliki Yayasa ditambah
saham yang diterima mendiang bibinya hari ini.
“Kau lebih baik Jual semua itu padaku. Aku tidak tertarik dengan JB
Group, jadi
jangan salah paham dengan niatku. Aku
berencana untuk memberikannya kepada
menantuku sebagai hadiah.” Kata Ayah
mertua Sung Won
“Oh, Ayah mertua. Kau tidak perlu melakukan itu.” kata Sung Won menolaknya.
“Aku akan membayar dua kali lipat. Aku yakin bahwa uang itu akan
lebih dari
cukup untuk memenangkan presiden.” Kata Ayah
mertua Sung Won
Yoo Jin hanya diam saja, Ayah
mertua Sung Won memberikan tawaran terakhirnya yaitu akan
memberikan tiga kali lipat. Se Joon berkomentar Sepertinya
itu bukan ide buruk karena Uang
sebanyak itu akan
membantu urusan mereka selain itu akan
menjadi jauh lebih mudah baginya untuk mendapatkan kursi
kepresidenan.
Sung Won setuju pada kakak iparnya, Yoo Jin
bertanya-tanya Bagaimana bisa menjual saham milik Yayasan ketika itu bukan miliknya. Ayah mertua Sung Won pikir tak ada yang sulit membuat keputusan ini,
tapi menurutnya hanya Yoo Jin hanya tidak ingin, jadi ia akan membantunya.
“Akan ada pertemuan darurat para direksi di Yayasan
segera. Tujuannya
akan memilih CEO yang baru.”kata Ayah
mertua Sung Won
Yoo Jin melotota kaget lalu berdiri dari tempat duduknya,
saat itu pulpenya melayang dan jatuh pada meja adiknya. Sung Won memegangnya
dan langsung menekan bagian atas pulpen. Yoo Jin panik karena dengan begitu tak
bisa lagi meminta pertolongan.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
satu minggu rasanya sanagt lelah untuk menunggu update drama ini. akhirnya muncul juga sinopsis nya, semakin penasaran sama kelanjutan ceritanya. untuk yang nulis,..
BalasHapusfighting onnie.
D tunggu part2 nya
BalasHapusPenasaran bngt sm kelanjutan ceritanya..
BalasHapusPenasaran bngt sm kelanjutan ceritanya..
BalasHapusSayang..part nya yoona or anna sedikit banget...btw.. tetap suka koq sama ceritanya...
BalasHapusSayang..part nya yoona or anna sedikit banget...btw.. tetap suka koq sama ceritanya...
BalasHapus