PS : All
images credit and content copyright : SBS
Wang So kembali duduk di singasananya, Ji Mong
memberitahu ada rumor yang
terdengar kala Mereka
percaya bahwa Kyung Chun Won Keun yang harusnya menjadi raja bahkan Menteri Luar Negeri Park Young
Gyu mengira Wang So berbohong
tentang permintaan terakhir mendiang raja.
“Bunuh saja dia.” Ucap Wang So marah, Ji Mong kaget Wang So seperti
bengis seperti dulu.
“Hukum siapapun yang sekiranya merencanakan pengkhianatan. Bahkan Pengikut-pengikut mendiang raja. Tangkap semua dayang dan tentara yang berada di
Cheondeokjeon. Siapa
saja yang meragukan titah
penerus takhta..., jangan
biarkan mereka
lolos. Tak satu
orang pun akan
terluput.” Tegas Wang So, Ji Mong terlihat shock
dengan sikap Wang So seperti tak ingin kedudukanya digeser.
Mentri Park menemui Woo Hee mengetahui kalau Raja bertekad untuk
menangkapnya. Woo Hee pikir itu salah Mentri Park
sendiri yang
memulai rumor bahwa titah mendiang raja itu hanyalah bohong belaka. Mentri Park pun mengancam kalau Woo Hee juga akan aman
dengan hal ini.
“Kalau
begitu aku sebaiknya mengungkapkan yang sebenarnya...bahwa kau memata-matai Pangeran
ke-4 dan Baek Ah. Apa Kau pikir cuma aku saja
yang akan mati sendiri? Dasar bodoh.” Ucap Mentri Park mengancam, saat membalikan
badanya. Woo Hee langsung menusuknya dengan pisau kecil yang disembunyikan
dalam gantunganya. Mentri Park pun mati seketika.
Woo Hee terdiam seperti merasa bersalah menatap
gantungan, Baek Ah datang mengambil gantungan dan merasa Sudah
lama tak melihat gantungan itu tapi terlihat
tambah usang jadi Woo Hee harus
ganti benangnya. Woo Hee langsung
mengambilnya karena tidak mau benda itu digantikan barang lain.
“Katamu benda itu dari pemberian orang tuamu, 'kan?” ucap Baek Ah, Woo Hee mengangguk.
“Sepertinya aku harus melakukan
sesuatu yang
tidak disukai oleh orang tuamu.” Kata Baek Ah, Woo Hee
bertanya apa itu.
“Sebelum kita menikah... Kupikir kita harus membuatmu
terdaftar sebagai anak angkat dari keluarga baik-baik.” Jelas Baek Ah
“Apa karena aku berasal dari Hubaekje, benarkan?”
ucap Woo Hee sedih
“Nenekku masih ingat sekali insiden yang terjadi di Gyunhwan. Keluarganya dibunuh di depannya. Dia selalu tak mau berurusan
dengan rakyat
asal Hubaekje. Tapi itu
terjadi sebelum kita lahir. Lagipula
tak apa hubungannya Gyunhwan denganmu. Tetap saja, aku ingin menghindari
masalah yang mungkin bisa saja terjadi. Aku akan ziarah ke makam orang
tuamu dan minta
maaf pada mereka.” Jelas Baek Ah tentang
rencananya.
Woo Hee terdiam teringat kembali kata-kata Mentri Park “Jika
hubunganmu dengan dia
terungkap..., maka Pangeran
Baek Ah juga takkan
aman.” Baek Ah bertanya apakah tak masalah untuk Woo Hee. Woo
Hee yang sempat terdiam berkata kalau Raja
Pendiri Goryeo membunuh orangtuanya dan rajanya membunuh keluarga Baek Ah, dengan nada khawatir berpikir kalau mereka
memiliki masalah kalau memang bersama.
“Woo Hee... Ini bukan salahku..., dan itu juga bukan salahmu. Pikirkan saja kita berdua. Kecuali kalau kau tak menyukaiku
lagi..., apapun
yang terjadi, kita
takkan pernah berpisah. Aku
tidak akan mengizinkannya.” Tegas Baek Ah. Woo Hee
hanya diam saja.
Ayah Sun Duk, Soo Kyung menemui Wang So mengatakan ingin
beristirahat sekarang dan
pulang ke kampung halamannya Wang So kaget karena
menurutnya sekarang lebih membutuhkan Soo Kyung
dan tidak mengerti kenapa bersikeras pergi dari istana.
“Kalau boleh jujur... Kondisi kesehatanku memburuk dan
aku muak
dengan keluarga kerajaan. Setiap
kali aku berkeliling di sekitar Istana... putriku... aku selalu dapat penglihatan tentang
putriku dan mendengar suaranya. Aku
berusaha berpura-pura kalau bukan itu yang terjadi. Aku tidak bisa menghilangkan
penglihatan dimana kau mengayunkan pedangmu, Yang Mulia. Itu sangat Berat bagiku.” Jelas Soo Kyung
“Jangan pergi....” kata Wang So memohon
“Yang Mulia. Demi bangsa dan rakyat bangsa ini... jadilah seorang raja yang baik dan bijaksana. Kau harus seperti itu.” pesan Soo Kyung lalu pergi meninggalkan istana.
Hae Soo datang ke tempat raja melihat Wang So duduk
sendirian lalu mendekatinya. Wang So memberitahu Park Soo Kyung telah pergi karena sakit dan muak dengan Istana ini Dan sekarang Soo Kyung seperti takut
padanya. Hae
Soo hanya diam saja.
“Kau juga ingin tahu nama siapa yang ditulis dalam titah mendiang
raja. Benar'kan? Kau bertanya-tanya apa aku mencuri tahta ini atau tidak.” Ucap Wang So
“Aku tidak berpikiran seperti itu sama sekali. Malah aku tidak mau tahu soal
itu.” kata Hae Soo
“Tak ada nama siapapun... Tak ada nama seseorang yang tertulis disitu.” Ucap Wang So yang melihat sendiri kalau tak ada tulisan
apapun di surat wasiat.
“Itulah alasan... Aku merobeknya, karena meninggalkan titah seperti itu akan menyebabkan kekacauan. Bagaimanapun juga, aku sudah mengambil alih Istana.” Tegas Wang So. Hae Soo merasa yang dilakukan Wang So itu
sudah benar.
“Park Soo Kyung meninggalkanku..., dan Baek Ah menganggapku hanya sebagai rajanya, bukan lagi kakaknya. Bagi Choi Ji Mong, aku
hanyalah penebus
kematian kakak
tertuaku. Lalu Jung menganggapku sebagai pembuhuh kakak-kakaknya. Ibuku sekalipun... menganggapku pencuri.” Kata Wang So
Hae Soo hanya terdiam dengan wajah sedih, Wang So pikir
perkataan Hae Soo benar kalau Takhta membuatnya takut dan kesepian. Hae Soo memegang tangan Wang So mengatakan kalau selalu
ada disisinya dan tidak
akan meninggalkannya, lalu duduk disebelah
raja dan menyandarkan kepalanya. Wang So menatap Hae Soo seperti masih ada rasa
keraguan.
Hae Soo dibantu oleh Chae Ryung pindah ke istana, lalu
merasa takjub melihat Istana Cheondeokjeon. Lalu ia mengatakan kalau memiliki sebuah permintaan. Hae
Soo menatap mantan pelayanya dulu. Chae Ryung menceritakan karena adanya
penobatan raja baru, maka mereka boleh
membebastugaskan beberapa dayang.
“Aku juga termasuk yang akan dibebastugaskan dan disuruh meninggalkan Damiwon.” Cerita Chae Ryung
“Berarti mulai sekarang kita bakal jarang bertemu. Lalu mau kemana tujuanmu?” tanya Hae Soo kaget.
“Agasshi, bisakah kau membantuku agar tetap tinggal dan hidup di
istana? Tolong
bujuklah Raja.” Ungkap Chae Ryung, Hae Soo sempat
terdiam lalu mengangguk.
Wang Won sudah menunggu didepan lorong, saat Chae Ryung
keluar menanyakan hasilnya. Chae Ryung mengatakan kalau Hae Soo akan membujuk Raja. Wang Won senang mendengarnya karena Chae Ryung harus
tetap tinggal di Damiwon karena bisa jadi
kesempatan mereka sekarang.
“Tak bisakah aku tinggal bersamamu, Yang Mulia? Aku tidak tahu kapan aku bisa keluar dari Istana lagi.” Ucap Chae Ryun memohon
“Chae Ryung, masih banyak yang
bisa kau lakukan
untuk membantuku di sini. Saat
waktunya telah tiba, maka aku
akan mengeluarkanmu dari sini.” kata Wang Won
menyakinkan.
Wang So sebagai Raja Goryeo ke-4,
Gwangjong duduk di atas singasana bertanya Apa
mengajukan otonomi Artinya Chungju bukan lagi bagian dari Goryeo. Wang Jung merasa kalau mencurigai cara Wang Soo bisa
naik tahta jadi mana mungkin mereka bisa melayani sebagai raja.
“Loyalitas hanya bisa didapat dari kepercayaan.” Tegas Wang Jung
“Aku juga dibesarkan sebagai
cucunya Tuan Yu
Geung Dal. Meski
begitu, apa seluruh keluarga itu berniat menentang aku, saat aku jadi
raja?” tanya Wang So menyindir
“Kau harus mempertimbangkan pendapat
keluarga lain ketika
raja bahkan tidak dapat
dukungan dari keluarganya sendiri.” Balas Wang
Jung membela diri
“Apa kau sekarang ini mau... memutuskan tali hubungan kita, Wang Jung?” ucap Wang So
“Jika memang keinginan mendiang
raja di saat terakhirnya sudah lebih
jelas maka kita
akan
segera tahu.” Tegas Wang Jung lalu pamit pergi.
Ji Mong merasa
mereka harus berbuat sesuatu pada pada keluarga Chungju Yu atau situasinya berada dalam bahaya dan juga harus menunjukkan pada
mereka apa pesan
terakhir mendiang raja atau
bersekutu dengan keluarga
yang sama kuatnya dengan mereka.
“Ternyata sampai akhir pun..., aku ini bukan anaknya.” Ucap Wang So tak menyangka keadaanya seperti ini.
Hae Soo dan Woo Hee sedang membuat makanan dalam bentuk
hiasan, Hae Soo melihat Woo Hee yang melamun sampai akhirnya menyadarkan. Woo
Hee tersadar lalu berkomentar kalau merasa yakin
Raja akan menyukai ini. Hae Soo bertanya apakah hadiah
yang diberikan ini terlalu sederhana dibandingkan ia dapat kamar baru darinya.
“Hae Soo..., jika aku berbuat salah pada
orang lain demi kebahagiaanku..., maka
aku akan dapat balasan dari perbuatanku, 'kan? Pasti perbuatanku takkan bisa
dimaafkan.” Kata Woo Hee.
“Yah.. benar... Kau tidak seharusnya
menyakiti seseorang demi
menyelamatkan hidupmu sendiri. Tapi... Kupikir kita berdua juga tak
perlu memikirkan hal yang membuat kita sedih. Banyak hal yang sudah kita alami. Bekas luka di pergelangan tangan
kita. Kita
hanya ingin secercah kebahagiaan... yang
bahkan nyaris tak menyamarkan
luka kita ini. Sepertinya
kita bisa dimaafkan... meskipun
jika kelakuan kita
sedikit egois. Aku akan
percaya hal itu.” kata Hae Soo
Hae Soo berjalan di lorong lalu melihat Wang Wook seperti
sudah menunggunya, akhirnya Hae Soo menyuruh pelayan agar membawa semua
barang-barangnya dalam kamar. Wang Soo berkomentar kalau Hae Soo akhirnya
memilih Wang So.
“Kau bilang aku serakah karena menginginkan takhta dan
cinta. Tapi sekarang
kau adalah kekasih Raja. Mana bisa aku terima kenyataan
itu?” “ucap Wang Wook dingin
“Setidaknya dia jujur padaku Dia bilang dia tidak ingin kehilangan
tahta maupun aku. Dia
mengakui itu semuanya untukku, bahkan keserakahannya. Aku tidak punya pilihan selain
mencoba memahaminya.” Tegas Hae Soo
“Aku selalu penasaran. Kenapa kau selalu bersikeras aku tidak bisa menjadi raja? Di matamu... apa aku tidak cukup untuk menjadi raja?”kata Wang Wook, Hae Soo menegaskan bukan itu maksudnya.
Wang Wook bertanya apa alasanya.
“Mereka bilang bintang raja selalu
bersinar di samping Pangeran Wang So. Raja
Taejo tahu tentang itu juga. Ini
bukan salahmu. Hukum
alam dan takdirlah yang
berkata begitu.” Jelas Hae Soo
Wang Wook tak percaya
dengan Bintang raja yang menurutnya
bintang yang tak seberapa itu,
bahkan Hukum alam dan takdir. Hae Soo hanya terdiam.
Wang Wook duduk dalam ruang bacanya, lalu menatap gelang
pemberian pada Hae Soo, sebelumnya ia memasangkan gelang agar menutupi luka Hae
Soo dan memintanya agar berjanji tidak akan melepasnya lalu memberikan kecupan di keningnya.
Sebelumnya mereka pun pernah berjalan di atas tumpukan
salju dan Hae Soo sengaja menginjak jejak kakinya dan akhirnya hampir terjatuh
karena sengaja membuat langkahnya yang lebar. Wang Wook membantu dengan
memegang tangan Hae Soo agar tak terjatuh
Wang Wook teringat dengan kata-kata Hae Soo Ini
bukan salahmu. Hukum
alam dan takdirlah yang
berkata begitu.” Lalu akhirnya dengan wajah
marah menghancurkan gelang yang diberikan pada Hae Soo dengan palu.
Yeon Hwa datang menemui kakaknya, Wang Wook berkata kalau
Yeon Hae akan menjadi ratu. Yeon Hwa kaget bertanya apakah kakaknya memang
benar ingin membantunya. Wang Wook
mengatakan Tidak ada orang yang bisa memiliki segalanya dan itu lebih adil. Yeon Hwa seperti masih tak percaya dengan keputusan
kakaknya.
Wang So menulis [AKu menunggu di tepi danau, namun, awan mulai mendung] dan Hae Soo mengambil lembaran yang sudah ditulis oleh
kekasihnya. Wang So mengeluh kenapa Hae Soo
menyuruhnya menulis
sebanyak ini. Hae Soo mengaku sengaja karena punya maksud tertentu.
“Kau bilang akan memberikanku sesuatu karena mempersiapkan
kamarmu. Tapi yang
kauberikan padaku cuma
nasi herbal.” Keluh Wang So
“Buktinya kau makan itu semua tanpa meninggalkan satu butir. Padahal aku juga ingin
memberikannya pada Baek Ah dan Ahli Perbintangan Choi Ji Mong.” Ejek Hae Soo
“Kau tak boleh memikirkan orang lain selain diriku. Kau milikku.” Tegas Wang So tersenyum
Hae Soo melihat wajah Wang So yang tak seperti biasanya
bertanya apakah ada yang terjadi sesuatu pada hari ini. Wang So mengatakan tak
ada dan balik bertanya kenapa Hae Soo berpikir seperti itu. Hae Soo melihat Wang Soo banyak
tersenyum hari ini dan hanya
khawatir.
“Jangan coba-coba sok tahu tentangku. Jika kau terus melakukannya saat
kita saja belum menikah, maka aku akan
melarikan diri darimu.” Ejek Wang So
“Itu karena aku menghabiskan
sepanjang hari menunggu
untuk kau, Yang Mulia. Apa
boleh aku tak bekerja siang hari di Damiwon? Meskipun aku memang tidak
melayani orang sendirian, ada banyak hal lain juga yang harus kukerjakan.” Ucap Hae Soo
“ Dan Juga, Soal Chae Ryung... Katanya dia akan dibebastugaskan
sebagai dayang
dari Damiwon. Tak
bisakah kau mengizinkan dia
tetap tinggal di Damiwon? Dia
tak tahu harus pergi kemana kalau
dia meninggalkan Istana.” Kata Hae Soo memberanikan
diri meminta pada Raja.
Wang So mengingat nama Chae
Ryung dan mengatakan tak tahu akan hal itu, Hae So mengaku butuh
Chae Ryung supaya tidak
kesepian dan merengek memohonnya. Akhirnya Wang So pun menyetujui
permintaan kekasihnya Tapi menurutnya Hae Soo tak akan kesepian lagi nantinya.
“Kita harus punya anak dan membesarkan mereka.” Kata Wang So, Hae Soo binggung Wang So tiba-tiba
membahas tentang anak.
“Besok Tabib Kerajaan akan
menemuimu. Kau harus
menjaga kondisi tubuhmu supaya
bisa punya anak.” Jelas Wang So
“Kita bahkan belum menikah. Tapi kau sudah menyuruhku merawat
kesehatanku dan bicara tentang anak.” Ucap Hae
Soo gugup
“Kau bilang Pernikahan? Kita bisa
menikah. Jadi Kapan kita harus menikah? Terserah kau maunya kapan waktunya” kata Wang So.
Hae Soo langsung menolak tak mau menikah, Wang So kaget
Hae Soo tak mau menikah. Hae Soo pikir Wang So harus
melamarnya dulu karena sebelumnya pernah bilang akan mengatakanya di
menara pengharapan. Wang So terdiam, Hae Soo
merasa Wang So berpikir dirinya itu bodoh karena tak mengetahui kalau akan
melamarnya ditempat itu.
Wang Soo tak tahu kapan waktunya mereka bisa pergi ke sana karena tak bisa meninggalkan Istana dengan mudah mulai sekarang. Hae Soo mengerti dengan wajah sedikit kecewa. Wang Soo
berpikir haruskan ia merencanakan lamaran yang bagus
agar menyenangkan hatimu jika mau menikah dengan Hae
Soo, lalu berkomentar Ternyata berurusan dengan Hae Soo jauh lebih sulit daripada
berurusan dengan politik
Tabib Kerajaan memeriksa denyut nada Hae Soo terlihat
seperti merasa gelisah. Hae Soo meminta apapun itu hasilnya tabib bisa jujur
denganya dan aka menyampaikan sendiri pada raja. Tabin melihat kalau lutut Hae Soo sekarang sangat
lemah.
“Saat kau dipenjara dan disiksa,
ternyata lututmu tidak diobati dengan benar Dan menyebakan penyakit kronis. Kau mungkin tidak sanggup berjalan suatu hari nanti.” Ucap Tabib, Hae Soo tahu.
“Aku akan berhati-hati mulai sekarang.” Kata Hae Soo, Tabib mengatakan kalau ada yang lebih
parah lagi dari keadaanya sekarang.
“Jantungmu. Saat kau kerja berlebihan atau
terkejut, apa
dadamu terasa sesak? Apa
kau pernah kehabisan napas hingga
kau pingsan?” kata Tabib, Hae Soo mengaku memang
pernah seperti itu.
“Kau memendam frustrasimu. Penyakit jantungmu membuat tubuhmu lemah. Kondisimu ini, aku tidak bisa
menjamin sampai
berapa lama kau akan bertahan hidup.” Jelas
tabib
Hae Soo sempat kaget bertanya apakah tabib tak bisa menjamin akan hal itu dan umurnya
tak panjang. Tabib hanya diam saja, akhirnya Hae Soo pikir ia akan baik-baik
saja agar membuat tabib merasa tak terbebani.
Hae Soo berdoa dengan menumpu dua batu dibawah pohon “Tolong beritahu aku
berapa lama lagi waktu yang kupunya? Aku akan merawat kesehatanku mulai sekarang Aku baru berusia dua puluhan. 10 tahun lagi
bagiku, itu tidak adil. Aku ingin hidup
lebih lama. Bersamanya... Aku ingin
menghabiskan waktu bersamanya sedikit lebih lama.”
Wang Jung tiba-tiba datang bertanya apa yang sedang di
doakan Hae Soo, apakah ia mendoakan So agar dia lama
memimpin kerajaan ini. Hae Soo mengatakan kalau ia
sedang berdoa agar Pangeran
ke-14 yang jantan dan baik hati menjadi temanku lagi.
“Katamu, kau tidak akan memihak siapa pun. Tapi, kau berpihak pada saudara keempatku. Aku merasa dikhianati.”ucap Wang Jung kesal
“Kau salah jika marah terhadapnya. Apa kau sudah lupa perbuatan mendiang raja... yang membunuh kakak tertuamu dan Pangeran ke-10? Wajar saja kalau Wang So menjadi raja.” Ucap Hae Soo menyadarkan
“Ya, kau mungkin benar. Tapi, aku masih percaya bahwa semua kesialan ini bermula saat So Hyungnim datang ke
Songak. Perebutan
takhta memang selalu
ada di Songak. Tapi
setelah So Hyungnim ikut terlibat, semuanya
jadi lebih rumit dan brutal. Memang
benar dia itu
mencuri tahta. Aku
khawatir semua
orang akan berada dalam bahaya. Apa
kau pikir kalau kau bisa menjadi ratu?” ucap Wang Jung
Hae Soo binggung dirinya akan menjadi ratu, tapi tak tahu
akan hal itu. karena tak
pernah memikirkan
hal itu. Wang Jung memberitahu kalau Seorang
ratu harus memanfaatkan koneksi keluarganya dan keluarga lain untuk mendukung
raja jadi Karena itulah Raja Taejo punya banyak istri dan dengan begitu Hae So hanya
akan menjadi
salah satu dari selir raja lalu bertanya apakah
Hae Soo ingin hidup seperti itu.
“Lalu bagaimana dengan impianmu
yang naik unta di gurun dan berlayar di lautan? Bukannya itu impianmu? Beritahu aku jika kau muak hidup di Istana. Jika kau memang ingin pergi maka aku punya jalan keluar.” Tegas Wang Jung
“Aku akan mengingat perkataanmu ini.” ucap Hae Soo sempat terdiam
Wang So sudah ada didalam ruangan, lalu kasim memberitahu
Pangeran
ke-8 ingin menemuinya. Wang So pun mengucapkan
selamat datang pada Wang Wook, Wang Wook mengatakan kalau datang
mewakili kaum
pemuka. Wang So binggung kenapa Wang Wook mewakili mereka.
“Pertama... Panglima Tinggi yang memimpin 300.000 prajurit harus ditunjuk berdasarkan pemilihan suara. Kedua... Tentu saja, pajak atas lahan
pertanian harus
ditangani oleh mereka juga. Adapun
hutang pajak kepada keluarga
kerajaa jika kau
setuju membiarkan mereka menangani apa yang tersisa dari uang pajak itu maka kau tidak akan lagi menempati ruangan ini sendirian. “ ucap Wang Wook
“Jadi, aku harus menyerahkan pasukan militer dan uangku... Kau ingin memotong kedua sayap raja. Jika kau pikir ancamanmu ini akan berhasil... maka kau keliru.” Tegas Wang So
“Jika kau ingin mempertahankan sayapmu... maukah kau menyerahkan hatimu? Keluarga Hwangbo dari Hwangju
ingin mengajukan
pernikahan denganmu, Yang Mulia.” Ucap Wang
Wook to the point semua yang ada diruangan terlihat kaget.
Yeon Hwa melihat kamar yang ditempati Hae Soo dengan sinis
berkomentar kalau itu kamar yang cukup indah dan sudah
mendekorasinya dengan bagus. Hae Soo meminta Yeon
Hwa mengatakan yang ingin dibicarakan saja. Karena akan
menoleransinya untuk hari ini
saja.
“Aku datang bukan untuk cari masalah denganmu. Aku datang untuk memperjelas apa yang kita berdua inginkan.” Kata Yeon Hwa
“Aku tidak menyadari bahwa kau
merasa kita saling berutang. Aku
tidak ingin apapun darimu,
Tuan Putri.” Tegas Hae Soo
“Kau bisa terus tinggal di sini jika itu maumu. Maksudku aku akan menerimamu sebagai kekasih Raja. Tapi kau tidak akan pernah menjadi selir kerajaan. Aku takkan ikut campur siapa yang melayani Raja siang dan malam.” Ucap Yeon Hwa. Hae Soo tidak
paham maksud
perkataannya.
“Apa yang kuinginkan adalah kehormatan dan pengakuan. Dan Juga, aku ingin putraku kelak menjadi raja. Aku akan menikah dengan Raja. Aku akan menjadi istri raja dan akan menjadi ratu.” Ucap Yeon Hwa, Hae Soo kaget mendengarnya.
Wang Wook memberikan penawaran kalau Wang Soo menikah
dengan Yeon Hwa maka semua
kaum keluarga akan berpihak pada raja, dengan
meyakinkan kalau Dukungan
Keluarga Hwangbo akan
menjadi kekuatannya. Wang So memperingatkan
adiknya agar jangan mencoba untuk mempengaruhinya.
“Aku boleh saja duduk di atas takhta. Tapi masih ada watak anjing serigala dalam diriku.” Ucap Wang So dengan mata serigalanya.
“Kau sedang duduk di atas kursi
yang sulit
didapatkan apalagi dipertahankan. Dari
tempatmu duduk itu sekarang, kau
bisa melihat dengan jelas bahwa
keluarga penguasa bagaikan
pedang bermata dua. Jika
kau ingin mempertahankan kursi
itu maka kau butuh mereka ada
di pihakmu.” Jelas Wang Wook
“Aku sudah berjanji akan menikahi orang lain.” Ucap Wang So
Wang Wook bertanya apakah maksudnya itu Hae Soo, lalu
memberitahu kalau Hae Soo tidak
bisa menjadi seorang ratu. Wang So menegaskan
kalau memang ingin menikahnya maka akan tetap akan
menikahinya. Wang Wook mengejek kakaknya itu sudah
lupa kalau Hae Soo,
pernah berusaha menolak menikah dengan mendiang
Raja Taejo dan melukai tangannya sendiri.
“Seorang wanita yang memiliki bekas luka tidak bisa menikah dengan raja.” Tegas Wang Wook, Wang So hanya terdiam karena
rencananya bisa gagal hanya dengan sedikit luka ditangan Hae Soo.
bersambung ke episode 18
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar