PS : All
images credit and content copyright : SBS
Hae Soo mengingat kalau Wang So bilang
tidak perlu menjadi raja asalkan mereka selalu
bersama tapi Sekarang, Wang tak pernah bilang begitu lagi. Wang So mengingat mereka
sudah janji tidak saling berbohong lagi.
“Aku memulai ini agar aku bisa
mengakhiri pertumpahan darah di antara saudara-saudaraku. Tapi... saat aku membangun istana baru di luar sana...aku
sadar bahwa dunia bisa berubah
jika rajanya berubah. Aku
tidak akan dikendalikan oleh siapapun. Dan
aku bisa menghentikan pertumpahan
darah di keluarga kami. Maka
menjadi raja... adalah
suatu keharusan bagiku.” Jelas Wang So. Hae Soo
hanya tertunduk diam.
“Kenapa? Apa Kau tidak suka aku jadi raja?” tanya Wang So
“Aku memang tidak suka. Tapi, aku lebih tidak suka jika harus berpisah darimu.” Ungkap Hae Soo, Wang So pun mengucapkan Terima
kasih.
“Kau akan menjadi raja.” Ucap Hae Soo menyakinkan, Wang So tahu akan hal itu.
“Tapi, kau tidak boleh... Kau tidak boleh membunuh
saudara-saudaramu. Kau
bisa berjanji padaku, 'kan?” kata Hae Soo, Wang So
memegang tangan Hae Soo menganggukan kepalanya.
Beberapa penjaga bertugas di depan istana, lalu salah
satu berteriak kalau Pangeran Wang So
datang dan Pasukan mereka sedang menyerang jadi memerintahkan agar menutup pintu gerbang istana.
Sementara Hae Soo terlihat gugup sampai tanganya gemetar ketika memberikan teh
pada Wang Yo.
“Kau... apa yang kau rahasiakan dariku? Apa kau meracuni tehnya?” ucap Raja menepis gelasnya, Hae Soo dengan wajah
ketakutan mengatakan tak seperti itu karena Dayang
yang lain juga sudah
mencicipinya.
“Karena kondisiku begini, kalau dipikir-pikir... semua ini bermula darimu.” Ucap Wang Yo menyalahkan Hae Soo, Hae Soo binggung.
“Moo Hyungnim, Eun, dan istrinya
Eun... Bahkan Raja Taejo. Semua orang mati itu mengganggu pikiranku. Itu semua salahmu. Aku sudah buat keputusan membunuh saudara-saudaraku dan menjadi
raja. Semua
karena kau... menyamarkan
bekas lukanya So dan
merampas kursiku. Karena
dia merampas apa yang
menjadi milikku...” ucap Wang Yo marah
Ratu Yoo datang masuk ke kamar anaknya, memberitahu kalau
Wang So menyerbu Istana dan melaksanakan
pemberontakan, lalu buru-buru mengambil kertas dan pena agar menuliskan wasiatnya sekarang.
“Tuliskan bahwa kau akan menyerahkan tahtamu untuk Jung. Cepat, sekarang.” Kata Ratu Yoo. Wang Yo bingung ibunya menyuruh
menuliskan surat padahal ia masih hidup.
“Kita tidak bisa kehilangan
takhta. Cepat.
Tuliskan bahwa Jung akan
menjadi raja baru. Maka
kita merencanakan masa
depan kita. Cepatlah” kata Ratu Yoo
“Lalu... bagaimana dengan aku? Apa aku ini bukan anak Ibu? Ibu, jadi menurutmu aku ini apa bagimu? Apa Hanya pion yang ada untuk menduduki kursi takhta? Apa Ibu tidak memerlukan anak yang tidak sanggup jadi raja
lagi?” ucap Wang Yo merasa kecewa
Ratu Yoo memohon agar anaknya tak bersikap seperti
itu, karena mereka akan
kehilangan segalanya kalau
sikapnya seperti ini dan meminta agar menyerahkan tahtanya pada Wang Jung
sekarang. Wang Yo merasa mengerti dengan perasaan Wang So sekarang lalu memerintah pengawal agar mengusir Ratu Yoo keluar dari
ruanganya. Ratu Yoo berteriak histeris saat dibawa oleh dua pengawal, Hae Soo
yang melihatnya hanya terdiam.
Yeon Hwa masuk ke dalam ruangan ibunya memberitahu Wang
Wook tidak ada dimanapun dan Park Soo Kyung berpihak
pada Wang So,
jadi Penjaga Istana tidak akan sanggup melawan mereka. Hwang Bo terlihat menatap dingin, Yeon Hwa binggung
melihat tatapan yang berbeda dari ibunya.
“Bergantung pada keputusanmu, aku juga akan setuju denganmu. Aku sadar setelah melihat kakakmu. Aku gagal dalam mendidik kalian. Jika kau ingin mengambil alih
istana, Maka kau harus mengorbankan sesuatu.”kata Ratu Hwang Bo, Yeon Hwa kaget melihat ibunya yang
berpihak padanya.
“Kau harus tentukan keputusanmu sekarang. Kau bisa memiliki seluruh dunia
tapi tak bisa merasakan cinta. Kau
bisa memiliki cinta tapi hidup
di dunia yang sangat kecil.” kata Hwang Bo
“Bagaimana kalau aku ingin seluruh isi dunia?” tanya Yeon Hwa
“Maka... Ibu akan menyingkirkan Wang Wook.”
Kata Hwang Bo
Panglima Park, Wang Soo dan Baek Ah sudah ada diatas kuda
dengan siap menyerang istana. Panglima Park tak percaya harus menyerang Istana yang selalu dilindungi selama ini. Wang So sudah siap mengeluarkan pedang dan
berperang
Tiba-tiba saat itu Yeon Hwa datang ke depan Wang So,
mengatakan akan membantu kakaknya masuk istana tanpa adanya
pertumpahan darah. Wang So pun mengatakan
berjanji tak akan melupakan kesetiaan Yeon Hwa padanya. Yeon Hwa pun tersenyum
licik mendengarnya.
Wang Yo tertawa seperti orang gila berjalan ke arah Hae
Soo yang ketakutan, Ia tahu Wang So akhirnya mendapatkan
semuanya lalu bertanya-tanya apa kesalahanya , karena ia juga takut akan disingkirkan
“Seperti So... Kupikir aku akan ditelantarkan. Ibu berkata padaku... aku ini sempurna dan bisa melakukan apa saja. Tapi... ini semua karenamu.... Karena kau ikut campur!” teriak Wang Yo lalu mendorong Hae Soo sampai terjatuh. Hae
Soo hanya bisa menatap ketakutan.
“Sekarang Pilihlah, Jadi Aku harus memberikan takhtaku pada siapa? Apakah pada Jung? Wook? Baek Ah atau So?” ucap Wang Yo mengambil kertas dan penanya. Hae Soo
benar-benar terlihat ketakutan memegang dadanya.
“Kau itu cerdas. Kenapa kau tidak pilih saja?” teriak Wang Yo, tiba-tiba terdengar keributan dan
teriaka untuk segera menemukan raja. Wang Yo pun buru-buru menuliskan wasiatnya
lalu memberikan pada Hae Soo.
“Aku hanya.... mencoba untuk
bertahan hidup.” Ucap Wang Yo lalu akhirnya
jatuh tak sadarkan diri. Hae Soo terkejut melihat Wang Yo yang meninggal
didepan matanya.
Wang So masuk dalam ruangan dengan baju besinya, melihat
Hae Soo yang ketakutan lalu menulis surat wasiat yang dituliskan kakaknya,
setelah itu bertanya apakah Hae Soo sudah membacanya. Hae Soo mengelengkan
kepalanya. Wang Soo pun langsung merobek kertas yang ditulis kakaknya.
Ratu Yoo masuk ke dalam kamar dengan menyuruh semua
minggir, dan bertapa terkejutnya melihat anaknya sudah tergeletak tak sadarka
diri. Ji Mong juga datang kaget melihat Wang Yo yang meninggal begitu saja. Tiba-tiba
Hae Soo langsung membungkuk memberikan salam pada Raja baru untuk Wang So.
“Apa maksudmu "Raja"?!!” jerit Ratu Yoo tak bisa terima, Wang So yang sempat
kaget menjelaskan pada ibunya.
“Yang Mulia memberikan takhtanya padaku sebelum dia meninggal. Dia menyerahkan takhtanya padaku.” Kata Wang Yo, Ratu Yoo tak bisa terima begitu saja tapi
Ji Mong dengan yang lainya langsung bersujud memberikan hormat.
“Salam, Yang Mulia.... Hidup! Hidup! Yang Mulia Raja!” ucap Ji Mong dan semua pengawal.
Dibuatkan acara pengangkatan raja baru yaitu Wang So,
dengan pakaian keberasan raja. Semua bagian keluar datang kecuali Wang Wook dan
Wang Jung terlihat sinis melihat Wang So yang akhirnya menjadi raja mengantikan
kakaknya. Lalu Wang So mengangkat benda seperti terbuat dari emas, sebagai
simbol dirinya yang menjadi raja. Soo Kyung pun memberikan penghormatan pada
raja baru.
Hae Soo menunggu didepan istana, melihat Wang So dengan
pakaian kerajaanya seperti sama dengan bayanganya selama ini yang dilihat.
“Gwangjong.... Dia Raja Goryeo ke-4... Dialah Gwangjong.... Sekarang, kau tidak akan lagi
dikenang dalam
sejarah sebagai raja bengis...Aku
akan membantumu.” Gumam Hae Soo menatap Wang
Soo.
Wang Wook termenung dalam ruangan bacanya, seperti sangat
kecewa mengingat perkataan ibunya “Sekarang, Keluarga Hwangbo akan menggunakan kekuatan kita untuk
mengambil posisi ratu, bukan raja. Aku sangat marah
melihat kau telah banyak berubah. Semakin jauh kau hilang akal, maka kau semakin
menderita. Alangkah baiknya kau menjauhkan diri dari keluarga kerajaan.”
Yeon Hwa datang menemui kakaknya bertanya alasan tidak
datang ke penobatan karena mungkin nanti ada
orang lain yang berpikiran macam-macam tentang keluarga mereka. Wang Wok menceritakan Saat tiba
di Seokyeong ternyata Wang Shik
Ryum telah meninggal.
“Aku langsung mengirim perintah untuk menemukan pengikut Pangeran
ke-4. Tapi
ternyata orang yang duduk di
kursi takhta sudah berubah. Seorang
pemberontak yang melakukan pengkhianatan dan menjatuhkan orang lain malah
menjadi pahlawan. Itu
kursi yang kuinginkan... tapi
Wang So duduk di sana. Kau
juga ingin aku jadi raja. Bukankah
ini terlalu kejam?” kata Wang Wook tak percaya
“Bantulah aku.... Aku akan menjadi ratu dan balas
dendam atas rasa
sakit yang kau alami. Aku
bersedia berbagi bebanmu yang telah
kau pikul selama ini. Bantulah
aku, Kakak... kau bisakan?” pinta Yeon Hwa memohon.
Wang Yo memulai perkerjaan barunya, membaca surat agar memindahkan ibukota
ke Seoknyeong. Baek Ah pun duduk didepanya. Wang Yo pun
memberikan perintah kalau putusan itu sudah
dibatalkan, serta Buruh kerja paksa yang mengungsi karena pembangunan
itu.. akan
digaji sesuai dengan lamanya
pelayanan mereka dan
akan diberangkatkan pulang ke kampung halamannya
masing-masing.
“Lalu bagaimana dengan mereka yang
sudah
mati saat pembangunan itu?” tanya Baek Ah
“Kabulkan saja keinginan keluarga
mereka. Jaminkan
mereka dengan pekerjaan atau
berikan uang
ganti rugi. Lakukan
hal yang sama untuk buruh yang luka-luka juga.” Perintah Wang So lalu bertanya apa tugas
kita sudah
selesai malam ini?
“Yang Mulia. Dayang Hae dari Damiwon sedang menunggumu.” Kata perdana mentri, Wang So bertanya apakah yang
dimaksud Hae Soo.
Hae Soo yang lelah menunggu akhirnya tertidur bersandar
ditempat tidur raja, Wang So datang bersama dengan Baek Ah dan juga perdana menetri
dan mendekati Hae Soo yang tertidur pulas. Hae Soo terbangun dari tidurnya
langsung berdiri dan membungkuk layaknya memberikan penghormatan pada raja.
“Kau sudah lama menungguku, ya? Maafkan aku.” Ucap Wang So dengan senyumanya, Hae Soo pun bisa
sedikit tersenyum. Baek Ah melihatnya sedikit gugup dengan perdana mentri
dibelakangnya.
Ketiganya akhirnya makan bersama, Wang So memberikan
daging di mangkuk Baek Ah karena tahu adiknya menyukai makanan itu. Baek Ah pun
mengucapkan terimakasih pada “Yang Mulia Raja” Wang So mengeluh dengan
panggilan itu karena hanya ada mereka bertiga jadi lebih baik panggil Hyungnim.
“Hanya kau yang boleh panggil aku seperti itu.” ucap Wang So, Baek Ah mengerti dan tetap memanggil Yang
Mulia seperti masih terasa canggung. Wang So pun kembali mengeluh Baek Ah kembali memanggilnya
yang mulia.
Hae Soo ingin menjahili Baek Ah dengan sedikit bergeser
lalu memberikan telur pada Baek Ah, Baek Ah yang tertunduk langsung berdiri
membungkuk mengucapkan terimakasih. Hae So dan Wang So langsung tertawa
melihatnya, Baek Ah binggung ternyata yang memberikan telur bukan Wang So tapi
Hae Soo.
“Ah, senangnya... Aku suka seperti ini. Sudah lama kudambakan makan bersama dengan kalian berdua.” Ucap Wang So tertawa bahagia, Baek Ah pun bisa tertawa
dan sedikit santai.
“Yah... Kami tahu itu. Kau juga harus makan sekarang. Kalau kau terus membuatku bicara
saat aku sedang lapar..., maka aku
takkan mau lagi makan
bersamamu.” Kata Hae Soo, mereka pun akhirnya makan
bersama.
Hae Soo melihat Wang So sudah tertidur dan menarik
selimutnya, tiba-tiba Wang So seperti mimpi buru dan langsung terbangun dengan
wajah kaget. Hae Soo juga ikut kaget melihat Wang Soo yang tiba-tiba terbangun.
Wang Soo memeluk Hae Soo karena berpikir akan meninggalkanya.
“Aku baru akan pergi setelah kau tidur. Pasti kau sangat kelelahan.” Ucap Hae Soo
“Kenapa kau harus repot-repot keluar masuk kamarku? Tidur saja bersamaku.” Kata Wang So lalu menarik Hae Soo untuk berbaring
disampinganya.
Keduanya saling menatap penuh cinta, tapi Hae Soo bangun
dari tidurnya. Wang So binggung kenapa Hae Soo seperti menolaknya. Hae Soo
membahas Wang So yang baru saja jadi raja jadi tak mau ada rumor buruk tentangnya maka berjanji akan datang besok.
“Aku butuh kau disini. Aku hanya merasa gelisah sendirian ditempat ini, Mungkin karena aku pernah melihat raja sebelumnya mati disini. Memikirkan diriku sendirian saja diruangan ini membuatku terasa sesak. Jadi Tinggallah disini bersamaku. bisakan?”
ucap Wang Yo merengek lalu membaringkan kepalanya di pangkuan Hae Soo.
“Apa Kau mau menceritakan kisah
padaku? Kita
masih lama disini.” Kata Wang So
“Kau tak bisa lihat bintang
dari sini... Bagaimana kalau kisah tentangmu, Yang Mulia?” tanya Hae Soo, Wang So binggung kisah tentangnya
seperti apa.
“Ada kisah Manusia Serigala
membunuh Gadis
Kecil Berkerudung Merah. Dahulu
kala..., ada
seorang anak Perempuan bermata besar sepertiku, yang disuruh ibunya mengantar makanan ke rumah neneknya...” cerita Hae Soo sambil menepuk punggung Wang So agar
bisa tidur dengan tenang. Wang So pun terlihat bisa tertidur dengan tenang
dipangkuan Hae Soo.
Hae Soo terbangun dari tidurnya dan sadar kalau ada
didalam ruangan Raja, tapi tak ada Wang So. Lalu bercerita pada Woo Hee Bahkan
setelah sehari pun baru menyadari kalau diirnya
itu sangat naif. Menurutnya sangat sulit menunggu padahal awalnay memang ingin
Wang So menjadi seorang raja.
“Tapi, sepertinya aku bisa menunggunya lebih lama lagi.” Ungkap Hae Soo kecewa
“Tetap saja, kau tidak boleh berkata hal seperti itu. Raja menikahi Putri Kyung Hwagung tapi dia menjadi biksu wanita. Posisi ratu masih kosong. Banyak orang akan memperhatikanmu, jadi kau harus berhati-hati.” Kata Woo Hee
Chae Ryung tiba-tiba datang dengan wajah panik memanggil
Hae Soo, seorang pelayan datang dengan sinis memberitahu kalau Ratu
Yoo ingin bertemu dengan Hae Soo.
Hae Soo menemui Ratu Yoo yang sudah bersama Wang Jung
dikamarnya dan memberikan salam lebih dulu. Ratu Yoo memberitahua kalau sengaja
memanggilnya karena ada yang ingin dikatakan lalu menyuruh Wanbg Jung
berbicara.
“Kertas ini ditemukan di kamar mendiang Raja. Sepertinya ini titah terakhir darinya.” Ucap Wang Jung
“ Aku yakin ini ada kaitannya dengan penerus tahta. Jika demikian, itu artinya tidak
mungkin namanya
So tertulis disitu. Katakan
padaku. Apa benar
mendiang Raja menyerahkan
takhtanya untuk So?” ucap Ratu Yoo. Hae Soo
terlihat gugup.
“Jika kau tidak bisa beritahu
karena takut, kami bisa
melindungimu. Jadi, kau
harus jujur. Apa benar
mendiang Raja menyerahkan
tahtanya pada So Hyungnim?” kata Wang Jung tak percaya.
Hae Soo membenarkan, Ratu Yoo tak percaya langsung
menuduh Hae Soo pasti berbohong, karena tahu Yo
orang seperti apa dan Tidak ada
orang yang tahu dia selain dirinya jadi anaknya itu takkan
pernah melepaskan tahtanya
pada So
“Jawab. Katakan padaku yang
sebenarnya!!!” teriak Ratu Yoo menguncang-guncangkan
tubuh Hae Soo. Wang So akhirnya datang
masuk ruangan.
“Cukup! Hentikan...” perintah Wang So lalu menarik Hae Soo untuk berdiri
disampingnya. Hae Soo benar-benar ketakutan mengenggam erat tangan Wang So
“Ibu bisa bertanya padaku, kenapa harus bertanya padanya?” kata Wang So, Ratu Yo pun mulai menyindir anaknya
kenapa tak bicara yang jujur saja kenapa malah merobek titah yang dituliskan
oleh anaknya.
“Kata siapa aku merobeknya? Aku tidak tahu alasan Yo Hyungnim
merobeknya dan hanya meninggalkan pesan terakhirnya. Dia menyerahkan tahtanya padaku dan hal itu tidak perlu diragukan
lagi.” Ucap Wang So melawan, Hae Soo mengengam erat tangan
Wang So takut kalau kebohongan itu sampai ketahuan.
“Dia punya seorang putra, lalu
kenapa dia mau
menyerahkan takhta pada adiknya?” ucap Wang
Jung tak percaya
“Kalau kau penasaran, Apa kau mau menanyakan padanya di
alam lain?” kata Wang Yo menyudutkanya.
“Ada baiknya dia turun tahta. Akan jadi apa nanti kalau aku terpaksa yang merebut
tahta? Mulai
sekarang Istana
akan dipenuhi oleh
darah Jung dan darah
saudara dan keponakanku
yang kubantai. Dan Ibu Suri,
kenapa Ibu tidak berdoa dan melakukan upacara peringatan saja untuk mendiang
raja? Aku akan
mengunjungi Ibu
sesering mungkin disana.” Ucap Wang So menyindir
Ratu Yoo tak sudi dipanggil Ibu Suri karena Wang So duduk
di atas takhta. Wang So mengingatkan kalau
ia adalah anak dari Ratu Yoo, maka jika ankanya jadi raja maka maka
secara otomatis Ibu adalah Ibu Suri. Ratu Yoo
mengumpat Wang Soo adalah pencuri yang yang
merampas takhta anaknya. Wang So pun memilih
untuk pergi dengan membawa Hae Soo. Sementara Ratu Yoo memerintahka pada Wang Jung
agar menyampaikan pada keluarganya di Chungju kalau ingin bertemu dengan mereka
Wang So menarik tangan Hae Soo keluar dari ruangan
ibunya, lalu melepaskan saat sudah ada didepan ruanganya. Dengan mata penuh
amarah memperingatkan Hae Soo kalau tidak perlu menemui mereka kalau mereka memanggilnya, Hae Soo mengerti.
“Siapa pun itu dan apapun
posisinya, kau perlu dapat izin dariku terlebih dahulu. Apa kau Paham?” ucap Wang So, Hae Soo mengerti dan ingin berbicara tapi
Wang So lebih dulu masuk ruangan dan Perdana mentri pun menghalanginya untuk
masuk.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar