Mahkamah Agung
Pria bernama Ahn Dan Tae berada dalam ruang sidang
berbicara pada Hakim untuk membela.
“Yang mulia, apa yang dilihat oleh kebanyakan
pasien di ruang gawat darurat, tepat
sebelum mereka meninggal adalah wajah
dokter mereka di ruang gawat darurat. Dokter
mereka adalah harapan terakhir. Mereka
mungkin bergantung pada dokter karena perasaan
putus asa.” Ucap Dan Tae lalu membalikan badan ke
arah orang-orang yang menonton sidang
“Pengadilan ini, juga, adalah
ruang gawat darurat untuk
yang lemah.” Kata Dan Tae, Seorang anak kecil
membuka bungkus biskuitnya tapi malah jatuh bergelinding dan mata Dan Tae
tertuju padanya, lalu kembali berbicara pada Hakim.
“Ini adalah pasienmu, yang duduk
tepat di depanmu. Dia
dengan putus asa mencari untuk keadilan darimu. Jangan berpaling dari orang ini. Kami berharap untuk mendengar
keputusan yang bijaksana darimu. Terima
kasih, Yang Mulia.” Kata Dan Tae menyudahi
pembelaaanya.
Hakim pun memberitahu Pengadilan
akan mencapai putusan akhir pada tanggal
26 Mei, pukul
14:00. Dan Tae sempat mendatangi seperti istri terdakwa dengan
anaknya, ketika membungkuk mengambil biskuit yang jatuh, si anak menatapnya.
Dan Tae meniupnya untuk menghilangkan debu-debu lalu langsung memakanya dengan
senyuman bahagia. Semua orang heran melihat Dan Tae makan biskuit yang sudah
terjatuh. Si anak menangis melihat Dan Tae keluar dari ruangan sidang sambil
makan biskuitnya.
Dan Tae berjalan dengan celana pendek, sandal jepit dan
hooddie, dengan memegang selembar note ditanganya. Seorang wanita berambut
pendek dan berponi, bernama Gong Shim menatap bunga di kamarnya lalu keluar
membawanya. Dan Tae terus berjalan menyusuri taman dengan senyuman seperti
tanpa beban.
Gong Shim menaruh bunga dipinggir atap rumahnya. Dan Tae
berhenti dibawah dengan melihat alamat ditanganya (Penthouse 1031, Pyeongchang-Ro, Jongno-Gu,
Seoul) lalu menatap ke atas.
Deretan pot bunga yang ada di pinggir atap dengan
pita-pita, “Ini adalah pot-pot
bunga untuk teman-teman senior dan juniorku di sekolah. Aku membuat semuanya sendiri sebagai hadiah pindah rumah untuk mereka. Aku pergi ke pernikahan mereka. Tapi aku tidak
diundang ke pesta pindah rumah mereka. Itu sebabnya mereka masih di sini. Mereka semua, Aku berharap mereka menjalani kehidupan yang
baik.”
Gong Shim melepaskan otot-otot punggungnya lalu menutup
wajahnya ketika menyilaukan matanya, melihat hari
cerah yang sempurna untuk melakukan selfie, lalu
merapihkah rambutnya dan mulai selfie dengan kameranya.
Dan Tae keluar dari mini market sambil memakan es krim,
di depan ada seorang anjing, dengan baik hatinya Dan Tae memberikan ditanganya.
Tiba-tiba ia merasakan sensasi geli karena dijilat-jilat oleh anjing. Gong Shim
diatap masih asyik selfie, Mata dan telinga Dan Tae seperti merasakan sesuatu
peringatan tanpa sengaja tanganya menyenggol pot bunga dan membuatnya terjatuh.
Gong Shim panik melihat pot bunganya jatuh, Dan Tae sudah
bisa menduganya langsung menendang pot agar menjauh darinya lalu menunjuk ke
lantai atas karena melihat Gong Shim dilantai atas. Gong Shim ketakutan
langsung bersembunyi. Dan Tae tak terima melihat pelaku bersembunyi berpikir
ini seperti aksi tabrak lari lalu
berlari menaiki tangga.
Gedung Ilshin
Gong Shim berlari turun kebawah karena tahu akan
mendapatkan masalah, Dan Tae akan sampai di lantai atap dan bertemu dengan Gong
Shim, dengan nada marah memperingatinya
tak boleh pergi karena hampir saja membunuhnya.
“Aku tidak melarikan diri, tapi Aku sedang dalam perjalanan untuk
memeriksa apakah kau baik-baik saja.” Ucap Gong
Shim membela diri.
“Jika kau tidak melihatku datang
ke sini, kau pasti sudah kabur.” Kata Dan Tae sengaja
naik satu langkah untuk mendesaknya.
“Itu tidak benar, walaupun begitu... apa kau
baik-baik saja?” ucap Gong Shim, Dan Tae
menyindir seharusnya Gong Shim bertanya lebih cepat sambil memakan habis es krimnya setelah itu membuang
sticknya dan langsung naik ke atap.
Gong Shim mengejarnya bertanya apa yang dilakukan Dan Tae
menyelonong masuk ke lantai atap. Dan Tae melepaskan tangan Gong Shim yang memegangnya
lalu berjalan ke pinggir atap merasa Sekarang tahu apa yang
terjadi.
“Kau mengambil salah satu pot
bunga ini dan
mengarahkannya begitu saja secara acak kepada seseorang. Kau menjatuhkannya dengan
sengaja.” Ucap Dan Tae melihat banyak deretan pot
“Tidak, itu ketidak sengajaan. Kenapa aku harus melakukan itu?” kata Gong Shim menyangkal
“Apa Kau pikir aku mengarangnya? Sudah jelas bahwa wajahmu penuh
dengan keluhan terhadap dunia. Ini
adalah kejahatan terhadap orang-orang di sekitarmu.” Ucap Dan Tae menunduh
“Itu tidak benar. Aku mengambil foto selfie di
sebelah pot, dan aku
mendorongnya secara tidak sengaja, Aku
minta maaf jika itu membuatmu takut. Aku
benar-benar menyesal.” Kata Gong Shim sambil
menundukan kepala meminta maaf. Dan Tae seperti masih bisa terima
“Tidak aman untuk bermain sendiri
di atap seperti itu. Bergaul
dengan teman-temanmu di kafe atau sesuatu Dan gaya rambutmu cukup...” komentar Dan Tae melihat rambut Gong Shim yang kaku
dengan tawa mengejek.
Dan Tae lalu berjalan ke depan pintu, Gong Shim
memanggilnya. Dan Tae menatapnya
berpikir Gong Shim tidak
perlu meminta maaf lagi dan mempersilahkan untuk pergi
sekarang. Setelah itu mengetuk pintu bertanya
apakah ada orang didalam.
Gong Shim bertanya apa yang diinginkan Dan Tae karena ia
yang tinggal di rumah itu, Dan Tae tersenyum mengetahui kalau Gong Shim
ternyata yang tinggal diatap. Gong Shim kembali bertanya apa sebenarnya yang
dilakukan Dan Tae. Dan Tae tahu Gong Shin yang memasang
iklan secara online untuk Menyewakan ruangan atap
dan sengaja datang untuk melihatnya lalu membuka pintu yang ternyata tak
dikunci.
Ia langsung melihat-lihat sekeliling ruangan, Gong Shim
panik masuk ke dalam rumannya dan menyembunyi bra yang sedang dijemur di balik
lemari, sambil memarahi Dan Tae yang masuk sembarang ke dalam rumah dan
seharusnya menelpnya lebih dulu. Dan Tae pikir Gong Shim itu ingin
cepat menyewakannya Tapi
ternyata semua barang-barangnya masih didalam rumah.
“Tidak akan lama untuk berkemas. Kapan kau akan pindah?” tanya Gong Shim
“Mungkin besok? Tapi ruangan ini tidak cukup
besar.” Kata Dan Tae melihat ruangan
“Ini cukup besar untuk satu orang. Kau akan hidup sendiri, kan?” ucap Gong Shim
“Tidak ada wastafel Dan juga tidak ada cukup ruang
untuk kompor.” Komentar Dan Tae
Gong Shim mengatakan kalau sudah
menjelaskan bahwa tidak ada dapur di sini dan pasti
Dan Tae tak membacanya. Dan Tae
pikir ia juga tak akan memasak jadi mungkin tidak perlu
wastafel dan kompor, lalu takjub melihat lukisan
Gong Shim sebuah pemandangan dari atap lalu bertanya apakah Gong Shim yang mengambarnya. Gong
Shim mengambilnya dengan sinis bertanya apakah Dan Tae sudah
selesai melihat-lihat.
“Apa kau benar-benar menyesali tentang apa yang kau lakukan kepadaku hari ini?”ucap Gong Shim berdiri tepat didepan Gong Shim, tapi
Gong Shim merasa sudah meminta maaf sebelumnya.
“Kalau begitu sewanya adalah 200
dolar per bulan.” Kata Dan Tae dengan mata
melotot dengan jarak semakin dekat.
“Itu tidak mungkin. Aku sudah
membayar 2.500 dolar di muka, Sewanya
adalah 250 dolar per bulan. Aku
tidak boleh kehilangan uangku atau Kau
harus mencari tempat lain.” Kata Gong Shim
mendorong Dan Tae untuk keluar.
“Tunggu dulu.... Kau hampir membunuhku. Jadi
dengan mempertimbangkan itu, Bagaimana
kalau 230 dolar? Aku
akan melupakan apa yang kau lakukan kepadaku tadi.” Kata Dan Tae memberikan penawaran
“Itu tidak ada hubungannya dengan harga sewa. Harganya tidak bisa lebih rendah
dari 250.” Tegas Gong Shim
Dan Tae mencoba melototinya agar bisa menakutinya, tapi
Gong Shim tak mau kalah dengan melotot menantangnya. Dan Tae mengeluh Gong Shim
itu keras
kepala dan mengajak untuk langsung tandatangan kontraknya karena akan pindah besok jadi Kosongkan ruangan dengan tepat waktu.
Gong Shim tiba-tiba menarik Dan Tae yang akan keluar
sambil menadahkan tanganya meminta uang deposit, Dan Tae
nampak binggung. Gong Shim memberitahu Depositnya
adalah 25 dolar, dari
10 persen dari harga sewa. Dan Tae mengerti karena
tak memilih uang tunai jadi hanya memiliki kartu saja dengan memperlihatkan
kartu di saku celananya.
“Bukankah ini kartu metro untuk
transportasi umum?” ucap Gong Shim melihat
kartu yang diperlihatkan Dan Tae
“Apa kau memiliki masalah dengan
itu? Aku bisa
membeli apapun di setiap toko dengan ini. Coba lihat
dengan baik. Ini adalah kartu VIP, Benda
ini sangat langka dan berharga.” Kata Dan Tae
“Itu bukan urusanku, jadi silakan pergi. Ada banyak orang yang ingin
melihat tempat ini.” ucap Gong Shim
“Apakah sepenting itu untuk
membayar deposit di muka?” ucap Dan Tae kesal
Gong Shim membenarkan dan ia tidak
punya waktu untuk bercanda seperti ini, Dan Tae
menegaskan dirinya itu bukan bangkrut Hanya
saja tidak punya uang tunai sekarang. Gong Shim
terlihat tak peduli menyuruh Dan Tae keluar karena akan berganti baju, Dan Tae
mengerti lalu keluar dari kamar.
Telp disebuah rumah yang cukup besar berdering, seorang
wanita tua meminta pelayan agar ia saja yang mengangkat telpnya. Terdengar
seorang pria berbicara di telp bertanya “Apakah
ini rumah
Seok Joon Pyo?”
si wanita nampak kaget mendengarnya lalu
memastikan siapa yang dicari oleh pria itu dan bertanya Apa
yang dikatakan.
“Apakah ini rumah... Seok Joon Pyo?” kata si pria, wanita tua itu langsung membenarkan.
“Ya, ini adalah rumah Joon Pyo.
Apakah kau mengenal Joon Pyo? Aku
nenek dari Joon Pyo.” Kata Nyonya dengan mulut
bergetar
“Aku memohon padamu. Aku tidak akan menyalahkanmu atau
apa pun. Kau Hanya beritahu kami di mana Joon
Pyo sekarang. Aku tidak
akan membencimu. Yang
aku inginkan adalah untuk menemui Joon Pyo lagi. Aku mohon padamu. Dimana dia? Apakah dia masih hidup?” ucap Si nyonya sambil berlutut
Sepasang suami istri menuruni tangga, melihat Nyonya Nam
Soon Chun bertanya siapa yang diajak bicara oleh ibu mertuanya. Nyonya Nam
memberitahu Seseorang menelepon dan bertanya apakah ini adalah
rumah Joon Pyo. Tuan Song nampak kaget, Sang
istri Nyonya Yunm Tae Hee, bertanya apa lagi yang dikatakan pria itu.
“Dia terdengar sudah cukup tua, Suaranya gemetar. Dia jelas bertanya apakah tempat
ini adalah rumah Suk Joon
Pyo.” Kata Nyonya Nam
“Ya ampun.... Ada telepon juga seperti itu
antara 7 sampai 8 tahun yang lalu. Orang
yang menipu kita dengan mengatakan dia akan membantu kita bertemu Joon Pyo. Tapi dia lari membawa uangnya.” Kata Tuan Song nampak geram
“Tidak.... Kali ini berbeda. Aku punya perasaan bahwa Joon Pyo
masih hidup.” Ucap Nyonya Nam merasa yakin dan duduk
dengan wajah panik
“Apakah dia mengatakan bahwa Joon
Pyo masih hidup?” tanya Nyonya Yum nampak
ketus
“Aku bertanya lagi dan lagi. Lalu
dia menutup teleponnya. Jika
dia benar-benar menginginkan uang kita, Dia mungkin sudah mengklaim bahwa
dia tahu di mana Joon Pyo sekarang.
“Aku yakin dia hanya mencoba untuk
membuatmu percaya kepadanya. Dia
akan menelepon lagi besok, lalu Dia
akan memberitahumu bahwa Joon Pyo masih hidup dan meminta uang. Tolong berhenti menjawab
panggilan telepon seperti itu. Ini
sudah membuang-buang uang.” Ucap Nyonya Yum mengeluh
“Jadi Kau pikir Joon Pyo sudah mati, kan? Bukankah itu yang kau inginkan?” kata Nyonya Nam marah , Nyonya Yun heran ibunya bisa
berkata seperti itu menginginkan hal seperti itu.
“Tolong tenanglah, Ibu. Sudah 25 tahun sejak dia diculik,
memang akan bagus sekali jika dia masih
hidup. Tapi kita
terima saja kenyataannya.” Kata Tuan Song
“Apakah kau peduli jika dia mati
atau hidup? Dia bukan
anak biologismu.” Teriak Nyonya Nam
Tuan Song merasa tetap menganggap Joon Pyo itu anaknya
juga dan mendiang ayah Joon Pyo adalah
kakeknya jadi saling terhubung, tapi akhirnya meralat kalau mereka tidak
terhubung secara langsung, walaupun begitu ia adalah pamanya jadi tak mungkin
berpikiran seperti itu.
Nyonya Yun memberitahu kalau Nyonya Nam memiliki
cucu yang tampan dirumah jadi meminta agar
memikirkanya, karena bisa mencintai Joon Soo sebagai
gantinya. Joon Soo meminta ibunya untuk tenang,
lalu berbicara pada neneknya akan mencari tahu nomor yang menelp ke rumah besok dan akan segera memberitahunya.
“Aku bersumpah. Kali ini berbeda, Joon Pyo masih hidup. Cari tahu siapa yang menelepon
dan beritahu secepat mungkin, Joon Soo.” Kata
Nyonya Nam yakin, Joon Soo berjanji akan melakukan perintahnya.
Nyonya Nam masuk ke dalam ruang kerjanya kembali melihat
selembaran dengan foto anak kecil yang sedang tersenyum (Mencari anak yang hilang) Nyonya Nam menangis sambil memanggil nama Joon Pyo
bertanya dimana keberadaan cucunya itu.
Diatap
Gong Shim mengendong Gong Mi dipunggungnya, melakukan
pereganga ototnya. Gong Mi mengaku Rasanya enak dan sudah merasa cukup, Gong Shim pun menurunkanya.
Setelah itu keduanya duduk dimeja, Gong Mi meminta Gong Shim untuk memegang
kakinya dengan benar lalu mulai mencium lututnya.
“Eonni, bisakah kau membantuku? Bisakah kau meminjamkan uang
untuk biaya lesku?” kata Gong Shim pada
kakaknya,
“Bukankah karena itu kau
menyewakan atapmu?” ucap Gong Mi, Gong Shim
pikir akan tetap tinggal diatap.
“Aku menanggung biaya hidupku dan
menyisihkan untuk ibu dan ayah. Aku
bahkan membayar hutang ayah, jadi Aku
tidak bisa menanggung biaya akademismu sekarang.”
Jelas Gong Mi, Gong Shim bisa mengerti.
“Aku sudah menduganya dan Aku minta
maaf karena menjadi sudah membebanimu.” Ucap Gong
Shim tertunduk sedih.
Gong Mi bertanya untuk apa uang yang di pinjam
adiknya, Gong Shim mengatakan ingin
belajar bahasa Italia. Gong Mi tak bisa menahan
tawanya lalu bertanya alasan adiknya perlu belajar
bahasa Italia, sambil mengejek Apakah
ada seorang pria Italia tampan yang mampir di SPBU. Gong Shim hanya terdiam, lalu pamit pergi karena harus
membuat sarapan.
Foto seorang wanita yang mengunakan selempang pemenang,
dengan mahkota dikepalanya di tahun 89.
Disampingnya ada foto keluarga Gong, nampak Gong Shim yang tak ceria
berdiri dibelakang ayahnya. Nyonya Joo Jae Boon membaca koran diruang tengah,
sementara Tuan Gong Hyuk berusaha ikut membaca dengan mengintipnya, tapi
istrinya malah melirik sinis seperti tak ingin suaminya ikut membaca.
Gong Shim membuat jus tomat lalu membawakan ke kamar
kamar kakaknya yang sedang menghias diri. Setelah itu menyiapkan seluruh
makanan sup kedelai dengan memulai memotong labu dan tahu lalu
mencicipnya. Setelah itu ia menyiapkan
makanan meja sendirian untuk makan empat orang.
“Apakah kau sudah mendapat kabar
dari perusahaan tempatmu
melamar, Gong Shim? Apakah
kau akan dipanggil untuk wawancara?” tanya ibunya duduk dimeja setelah semua makanan siap.
“Kurasa aku tidak berhasil melalui
pemeriksaan dokumen.” Kata Gong Shim membawa sup
ke atas meja.
“Apakah kau tahu sebutan untuk hal seperti ini? Kita bisa mengatakan bahwa dia
dieliminasi secepat kilat.” Komentar Tuan Gong
“Kau sangat pintar.... Kau sangat pintar sampai akhirnya
kau menjadi penunggak kredit, kan?” sindir Nyonya Joo pada suaminya, Tuan Gong pun tak bisa
berkata-kata lagi, terlihat sangat takut dengan istrinya lalu memanggil anak
sulungnya untuk sarapan bersama.
“Apakah kau pikir belajar bahasa
Italia akan membuatmu mendapatkan
pekerjaan?” tanya Gong Mi pada sang adik saat
sampai di meja makan. Nyonya Joo heran apa sebenarnya yang dikatakan anak
sulungnya.
“Apakah kau memiliki uang untuk
itu? Apakah
kau meminta kakakmu untuk membayarimu lagi?” kata
Nyonya Joo terdengar tak menyukainya.
“Tidak, aku akan menggunakan uang
sewa atap saja.” Ucap Gong Min. Nyonya Joo
mengeluh memang sejak awal Gong
Mi itu tak harus hidup di atap.
“Kamarnya digunakan sebagai ruang
baju kakaknya. Itu
sebabnya dia memutuskan untuk membayar tempatnya sendiri.” Ucap Tuan Gong membela
“Dia bisa tidur di ruang baju
kakaknya dan Terlebih lagi, dia pengangguran. Apakah dia mendapatkan satu sen?
Dia bisa tidur di mana saja. Kau
benar-benar gadis yang aneh.”ejek Nyonya Joo seperti
sangat tak menyukai Gong Min layaknya anak tiri.
“Aishhh.... Dia yang aneh, mengambil dua kamar untuk ruang
bajunya.” Kata Gong Min kesal
“Jangan berani-berani menyamakan
dirimu dengan kakakmu, karena Kakakmu yang memberi kita makan. Siapa yang membayar sewa untuk
rumah ini? Bagaimana
dengan hutang untuk pinjaman dan pension ayah? Kau harus bersyukur, jadi Perhatikan sikapmu.” Kata Nyonya Joo
Gong Mi meminta agar ibunya tetap tenang karena terlalu
berlebihan dan masih pagi. Ibunya langsung menurut, lalu melayani anak sulungnya
dengan memberikan daging. Tuan Gong pun ikut menyuapi Gong Shim dengan ikan
asin.
Dikamar atapnya, Gong Shim menatap cermin lalu membuka
wignya terlihat ada bulatan di bagian kepalanya, seperti mulai mengalami
kebotokan.
Flash Back
Dokter melihat kebotakan yang dialami oleh Gong Shim
dibagian kepalanya, sambil bertanya apakah Gong Shim sedang mengalami banyak tekanan.
Gong Shim membenarkan karena ingin
sekali mendapatkan pekerjaan secepatnya.
“Kau memiliki masalah rambut rontok
sebagian. Stres
adalah alasan utama untuk hal itu.” Jelas
Dokter setelah melihat seperti pitak di kepala Gong Shim
“Apakah
Rambutnya akan tumbuh lagi setelah aku mendapatkan pekerjaan?” ucap Gong Shim sendirian sambil mengoleskan salep di
tempat kebotakanya.
Setelah itu ponselnya berbunyi, ada pesan masuk [Aku ingin melihat
atapmu.] Wajah Gong Shim tersenyum bahagia
sambil membalas pesannya “Ada seseorang yang sudah melihat tempat itu. Tetapi jika kau membayar sewa terlebih dahulu, aku bisa menandatangani kontrak.” Setelah itu pesan kembali masuk [Aku bisa membayar
hari ini.]
Dan Tae sedang bermain basket dilapangan dengan beberapa
orang pria, beberapa kali ia bisa mencetak angka. Gong Shim berjalan ke taman,
melihat pria yang dikenalnya kemarin menerobos rumahnya, dengan berpikir pria
itu tingal di lingkunganya juga.
“Benar-benar
pertunjukan yang bagus.” Ejek Gong Shim
dalam hati melihat Dan Tae dkk gembira karena bisa menang.
“Tapi kenapa dia
tidak muncul?” gumam Gong Shim
mencari-cari orang yang akan menyewa atap.
Tiga orang pria bermotor dengan wajah menakutkan datang
ke lapangan, Dan Tae mendekatinya lalu bertanya apakah mereka sudah
membawa uangnya. Gong Shim yang melihatnya
berpikir kalau Dan Tae itu mengambil uang dari orang-orang itu.
“Aku bertanya apakah kau sudah
membawa uangnya.” Ucap Dan Tae, salah satu
pria ingin memberika pejelasan tapi Dan Tae menyelanya.
“Terserahlah, Berikan saja uangnya kepadaku.” Kata Dan Tae tak peduli.
Akhirnya tiga pria itu memberikan uang masing-masing 70
dollar, Gong Shim melirik sinis berpikir Dan Tae itu pengganggu. Dan Tae lalu menyuruh ketiganya untuk segera pergi saja.
Ketiganya nampak binggung, Dan Tae seperti seorang preman menyuruh ketiganya
untuk segera pergi saja. Gong Shim merasa seharusnya tidak
terlibat dengan pengganggu itu lalu berjalan melewati
Dan Tae dengan menutup wajahnya dengan tangan.
Dan Tae bisa melihat Gong Shim langsung berteriak
memanggilnya, Gong Shim sempat berhenti tapi berusaha untuk tak
memperdulikanya. Dan Tae akhirnya mengikuti Gong Shim berjalan sambil
memanggilnya “ wanita yang melemparkan pot bunga.” Gong Shim menjerit dalam hati agar tak mendekat, tapi
akhirnya Dan Tae bisa menariknya dan Gong Min Shim pun berhenti berjalan.
“Kenapa kau pergi? Kau harus mengambil uangmu, biaya
sewa.” Ucap Dan Tae,
“Biaya sewa apa maksudmu? Apakah kau orang yang mengirim
pesan teks kepadaku?” kata Gong Shim
menduganya.
Dan Tae membenarkan dan membayar uang sewa sebesar 250
dollar, Gong Min memulangkanya, karena kamarnya tidak
disewakan. Dan Tae denga tatapan dingin, berpikir
kalau Gong Shim itu sedang bercanda lalu kembali tersenyum agar Gong Shim mengambil
uangnya saja, setelah itu mengeluarkan ponselnya untuk foto.
Gong Shim terlihat kesal heran apa yang dilakukannya, Dan
Tae mengatakan mereka tidak menulis kontrak apapun, jadi ia memerlukan semacam bukti untuk
berjaga-jaga dan menyuruh untuk Gong Shim untuk
memegang uangnya kalau ia sudah membayar uang sewa. Gong Shim menurunkan
ponselnya karena tidak ingin hal seperti itu.
Dan Tae pikir dirinya juga tak mau, tapi Dunia adalah tempat yang
menakutkan jadi butuh
bukti, lalu menyuruhnya untuk mendekat agar bisa foto bersama.
Gong Shim menutupi wajahnya, Dan tae bisa melihatnya dan menyuruh agar
tangannya turun segera. Dan Tae tersenyum dengan foto sebagai bukti membayar
uang sewa, dengan beberapa kali gaya.
Setelah menemukan foto yang Kelihatannya
cukup baik sebagai sebuah kontrak lalu
bertanya siapa namanya. Gong Shim menyebutkan namanya. Dan Tae mengetik nama “Kong
Shim” akhirnya Gong Shim kembali menyebut namanya dengan benar, keduanya pun
mengulang berkali-kali sambil saling menatap. Dan Tae kembali menuliskan nama
di ponselnya
“Aku tidak punya
pilihan karena aku benar-benar membutuhkan uang sekarang.” Gumam Gong Shim tak punya pilihan lain,
Dan Tae selesai menuliskan nama Gong Shim dengan tulisan “Khong Shim” setelah itu ponselnya bergetar. Lalu sedikit menjauh
mengangkat telpnya dengan kalimat “Dasar
Kau kurang ajar. Apakah kau ingin kubunuh? Beraninya kau mengabaikan
teleponku!!” Gong Shim yang mendengarnya langsung
melotot kaget lalu mengeleng-gelengkan tak percaya.
“Apakah kau super sibuk? Apakah kau ingin tahu seperti apa
rasanya sibuk di wajahmu? Itu
akan terasa sakit.” Ucap Dan Tae di telp lalu
berbicara pada Gong Shim yang masih menunggunya.
“Permisi... Pastikan kau mengosongkan
ruangan ini pukul 10:00 besok pagi.” Pinta Dan
Tae pada Gong Shim, Gong Shim mengerti dan Dan Tae kembali ke lapangan sambil
menelp.
Gong Shim akan pergi melihat seorang bapak tua yang menarik
gerobak terlihat kesusahan, lalu membantu dengan mendorongnya. Melihat Dan tae
dkk terlihat tak peduli mengumpat dalam hati “pria rendahan”
Suasana sangat cerah sekali, Gong Shim berjalan menyusuri
sungai, lalu terlihat kesusahan melewati jalan di antara pasangan yang berjalan
sambil bergandengan.
“Apakah orang-orang
ini tidak punya otak? Bagaimana bisa kalian bergandengan di jalan
sempit seperti ini?” umpat Gong
Shim kesal sendiri.
Akhirnya Gong Shim mengeluarkan bel sepeda dan sengaja
mengangkat dan membunyinya, orang-orang didepanya langsung minggir memberikan
jalan. Beberapa orang berkomentar kalau Gong Shim itu bukan
sepeda dan merasa sudah pasti
gila. Ia terus menyalakan bel sepeda sambil terus berjalan
tanpa peduli tatapan orang padanya.
Gong Shim sudah ada dikelas bahasa italia, Gurunya bernama
Tony Pacino dari Roma dengan
fasih bahasa italia, mengajarkan mulai-mulai kalimat saa-sapaan, Gong Shim
nampak serius mengikuti kalimat Selamat pagi, Selamat malam dalam bahasa Italia.
Joon Soo minum sendirian di bar, wajahnya nampak lesu,
teringat kembali dengan kejadian sebelumnya.
Flash Back
Joon Soo melapor pada neneknya setelah memeriksa
penelepon semalam yaitu panggilan
yang dibuat dari Manila di Filipina dan berasal
dari telepon umum. Nyonya Nam
binggung karena telpnya itu Orang
Filipina. Joon Soo membenarkan.
“Ada banyak pembohong dan penipuan
melalui telepon belakangan ini. Kurasa
kau bisa mengabaikan telepon itu.” Kata Joon
Soo
“Apa kau
bilang Mengabaikannya?!!! Apakah
kau pikir kau tetap akan menjadi cucuku jika Joon Pyo ada di sini? Apakah kau tidak tahu kenapa
anakku dan menantuku meninggal? Dan Apakah
kau tidak tahu kenapa cucuku satu-satunya diculik? Itu
semua karena pesta ulang tahunmu, Joon Soo. Bagaimana
bisa kau berkata seperti itu?”teriak Nyonya Nam tak
terima
Joon Soo kembali menuangkan winenya, setelah itu
meninggalkan bar. Tak sengaja tubuhnya bertabrakan dengan seorang pria yang
akan keluar juga dari tempat duduknya. Pria itu nampak marah, Joon Soo pun
mengangkat tangan tanda meminta maaf lalu pergi. Pria itu pun ditahan temanya
agar tak cari masalah.
Dan Tae membuka microwave wajahnya terlihat sumringah melihat
ayam pedas yang dibelinya, lalu makan di dalam minimarket dengan minuman jus.
Ponselnya bergetar, terlihat pesan kalau ia ada pesanan untuk Hannam-dong. Lalu ia
memastikan dengan menelp orang yang memesan sopir penganti untuk ke Hannam-dong.
Gong Shim memakan mie ramennya dengan udara yang cukup
dingin, sebuah mobil mewah datang, Gong Shim menyapa dengan ramah dan bertanya Berapa banyak bensin yang di inginkanya. Nyonya dengan sinis menjawab
untuk mengisi sampai penuh. Gong Shim pun mengerti dan memasukan selang bensin
ke dalam mobil.
“Nyonya. Maaf, tapi bisa kau
mematikan mesinnya sebentar saja?” kata Gong Shim
kembali mendekati jendela.
“Tidak masalah... Isikan saja.” Kata si wanita sinis. Gong Shim meminta agar hanya
akan sebentar saja.
Nyonya nampak kesal mengambil bekas minuman dan tissue
lalu menyuruh untuk membuangnya. Gong Shim nampak binggung, lalu kembali
meminta Nyonya untuk mematikan mesin mobil karena ada dalam
Undang-undang Kebakaran dan pom bensin harus
membayar denda jika tertangkap. Nyonya tak mengubrisnya
menyuruh Gong Shim untuk membuang sampahnya segera.
Gong Shim mengucapkan sendiri kalau kelalukan wanita itu
tidak baik. Si wanita langsung melemparkan bekas minumnya ke wajah Gong Shim,
langsung sengaja membuka pintu sampai Gong Shim terbentur, setelah itu
berteriak tak terima dengan yang dikatakn Gong Shim sambil mendorong-dorong
terlihat semena-mena, layaknya orang kaya yang sombong.
“Aku tidak menyumpah Dan jangan memukulku.” Kata Gong Shim, si Nyonya malah menoyornya. Gong Shim
melotot tajam pada wanita yang semena-mena padanya.
“Beraninya kau menatap langsung ke
mataku? Kau dalam
masalah. Apakah
kau tahu siapa aku?” ucap si Nyonya
“Berhenti menunjuk ke arahku!!” kata Gong Shim tak terima
“Beraninya kau! Jangan menjawabku, Dasar... Kau anak kurang ajar.” Teriak si wanita langsung memukul kepala Gong Shim dan
langsung mendorongnya.
Gong Shim terjatuh, Si wanita terus menoyor kepala Gong
Shim sambil berteriak marah, Gong Shim hanya bisa menutup kepalanya tanpa bisa
melawan. Manager SPBU, datang menahan si nyonya agar bisa tetap tenang dan
menyuruh Gong Shim untuk segera masuk. Si nyonya memarahi Manager SPBU yang tak
becus mengajarkan anak buahnya. Gong Shim pun hanya bisa menangis menerima
perlakukan semena-mena.
Joon Soo berjalan ke parkiran mobil, pria yang sebelumnya
tak sengaja di tabrak Joon Soo mendatangia merasa tak bisa terima dan harus
memberikan pelajaran. Dua anak buahnya pun sudah memegang tangan Joon Soo untuk
tak melawan.
“Jika kau menyesal, jangan mengangkat tanganmu. Kau harus meminta maaf dengan
mulutmu. Apa kau
mengerti?” ucap si pria, tapi Joon Soo nampak tak
peduli memilih untuk melepaskan tanganya.
Si pria makin marah dan langsung memberikan pukulan pada
perutnya, sampai akhirnya terjatuh. Dan Tae berteriak menanyakan apakah ada
orang yang memanggil supir panggilan, Si pria berhenti saat akan menendang Joon
Soo.
“Permisi.... Apakah ada yang meminta supir
untuk ke Hannam-dong?” kata Dan Tae dengan
tersenyum seperti berusaha berpura-pura tak melihat kejadian sebelumnya.
“Tidak, di sini tidak ada yang memanggil sopir penganti, Lebih
baik kau pergi jika tidak ingin terluka.” kata si
pria
“Itu tidak benar. Dia menyuruhku
untuk parkir di sini.” Ucap Dan Tae mengeluarkan
ponselnya untuk menelp.
Ia mendengar ada bunyi ponsel bergetar dan mendekati Joon
Soo yang terkapar dan mengambil ponsel Joon Soo di dalam jas. Dan memastikan
kalau memang itu telp darinya, kalau Joon Soo adalah pelangannya. Si pria
langsung menarik Dan Tae memperingatkan pergi
selagi memiliki kesempatan. Dan Tae mengatakan kalau Joon Soo itu pelanggannya jadi tidak bisa pergi begitu saja.
“Dia mabuk, Tidak adil untuk laki-laki
yang sehat seperti kalian berempat untuk
memukuli dia. Sebaiknya
kau pergi.” Kata Dan Tae sambil menepuk pundak si
pria. Si pria nampak kesal memberikan pukulan, Dan Tae kembali bisa melihat
arahnya dan hanya diam saja terlihat bisa menghindarinya.
“Dengarkan dengan seksama. Apakah kau ingin melakukannya
dengan hokum atau
dengan tinju?” kata Dan Tae memperingati
Pria itu kembali ingin memberikan tinjuan dengan tangan
kirinya, Dan Tae pun bisa menghindarinya. Pria lain mencoba melawan, Dan Tae
dengan mudah menangkap tangan lalu menendang kakinya lalu terjatuh. Pria lain
juga di pelintir dan dorong kearah dinding. Terakhir Dan Tae bisa membanting
pria yang akan memukulnya.
Setelah itu mendekati Joon Soo mengulurkan tanganya untuk
membantunya bangun dan menanyakan keadaanya. Joon Soo sempat hanya menatapnya
tapi setelah itu meraih tangan Dan Tae agar bangun. Tiba-tiba pria dibelakang
mereka mengeluarkan pistol, Dan Tae memeluk Joon Soo untuk menghindar lalu bisa
menangkap pisau dengan tanganya dan membuangnya. Ia kembali memastikan Joon Soo
itu baik-baik saja dan tak ada yang terluka. Joon Soo mengatakan ia baik-baik
saja.
Pria itu berteriak, Joon Soo memberitahu ada botol yang
terlempar. Dan Tae kembali bisa merasaka dan langsung memukul botol dengan
tanganya, Empat pria itu binggung melihat Dan Tae terlihat aneh. Akhirnya ke
empatnya kembali berkelahi. Dengan seketika, Dan Tae pun bisa melumpuhkan
semuanya.
Dan Tae mengambil ponsel dan jas yang masih tergeletak
dilantai, mengembalika ponsel Joon Soo lalu bertanya apakah harus ke dokter.
Joon Soo pikir tak perlu karena baik-baik saja. Dan Tae pun meminta Joon Soo
untuk memberikan kuncinya karena akan menyetir mobil ke Hannam-dong
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
ditunggu lanjutannya Dyah deedee ssi ,, ghamsahabnida
BalasHapusmin judul lagunya apa,kayakya pernah denger.
BalasHapusost drama apa?
di jawab ya min,please...!
jonghyun(SHINee)~ beautiful lady ost. oh my venus
Hapus