Episode 8: Aku menangis bukan
karena Dia,
tapi karenamu
Do Kyung dan Hae Young akhirnya duduk didalam cafe. Hae
Young pikir telah bertindak dengan baik dengan cukup membodohi diri berpikir
bahwa dirinya tidak menyedihkan, tapi ia merasa tak bisa menipu Do Kyung.
“Aku telah meneguhkan prinsip ini
untuk seluruh
hidupku. Jadi aku
tidak berpikir bisa berhenti melakukan hal itu. Kau
bisa Lihat lagi ‘kan?
Aku tersenyum lagi” ucap Hae Young
“Apa yang ku maksud adalah Aku akan menikah kamu tidak
peduli apapun itu.” Kata Do Kyung, Hae Young mengartikan itu karena merasa
kasihan padanya.
“Kasihan adalah emosi Aku merasakannya terhadap orang
yang ku suka. Aku
kasihan kakak dan adikku juga, Karena
aku menyukai mereka.” Jelas Do Kyung
“Aku tidak suka menjadi dikasihani. Terutama dari orang yang kucinta.” Kata Hae Young
“Baiklah, memang itu lebih baik, kau
meninggalkanku.” Ucap Do Kyung, Hae Young
menghela nafas mendengarnya.
Ia menegaskan kalau
mengatakan hal itu bukan untuk menyalahkan Do Kyung, atau harus
kembali ke hubungan mereka yang dulu, menurutnya dengan Mengingat
orang yang dicintai
telah mati sebagai
memori yang tak terpikirkan dan mengerikan tapi
ternyata tidak bisa melakukan itu.
“Aku berharap kita bisa saja
menjadi asing
dengan satu sama lain. Sehingga
kita berdua tidak marah setiap
kali kita berpikir tentang satu sama lain.” Kata Hae
Young
“Kita adalah orang-orang asing
satu sama lain.” Tegas Do Kyung
“Jika kita bertemu di jalan-jalan,
bisakah kau acuh tak acuh denganku dan
berjalan pergi? Kau pasti tidak
bisa. Rupanya
orang bisak mengingatkan emosi mereka terakhir. Mari kita membuat saat-saat
terakhir kita lagi.” Kata Hae Young
Do Kyung mengangkat wajahnya, Hae Young mengajak Do Kyung
untuk bermain tenis meja bersama-sama dengan hanya bermain 10 kali saja. Do Kyung meminta agar
tak mencoba untuk memulai sesuatu. Hae Young menegaskan kalau ia tak berpikir seperti itu
karena mengingat saat mereka bermain 10 kali tenis meja, setelah itu minum bir bersama dan
melakukan semau mereka. Do Kyung hanya diam saja.
Hae Young menegaskan dirinya itu tidak
akan bergantung padanya, karena Ada
beberapa pasangan yang
seperti dirinya dan
ingin lepas dari perasaan seseorang seperti berkencan lalu
berpisah Tapi ia ingin mengatasi perasaan untuk Do Kyung sebelum
pindah kelain hati. Do Kyung menatapnya dalam-dalam.
Keduanya berdiri didepan cafe di pinggir danau, Hae Young
merasa aroma tubuh Do Kyung hanya dengan berdiri didepanya, lalu tersenyum
merasa dirinya itu sangat emosional. Do Kyung menatap Hae Young dengan mata berkaca-kaca
“Aku senang kita bertemu lagi, Kita harusnya melakukan ini lebih
cepat. Ini sangat menyenangkan” ungkap Hae Young lalu pamit
pergi. Do Kyung mengangguk lalu menatap Hae Young yang pergi lebih dulu dan
berjalan ke arah yang berlawanan.
Flash Back
Hae Young dan Do Kyung main tenis meja bersama dan nampak
sangat serius, sampai akhirnya Hae Young memberikan pukulan kerasnya, Do kyung
tak bisa membalasnya. Hae Young pun memutar-mutar meja dengan wajah bahagia
karena bisa kembali menang dengan mudah. Do Kyung mengeluh dengan nafas
terengah-engah meminta agar diberi kesempatan untuk menang satu kali saja.
“Kira-kiraa Apa yang harus aku inginkan untuk hari ini???.... Mari
kita pergi ke pantai.” Ucap Hae Young membungkan
badan disamping Do Kyung, lalu mengajaknya untuk cepat ganti baju dan segera
pergi. Do Kyung hanya bisa tersenyum mendengarnya, setuju untuk pergi. Hae
Young pun merangkul tangan Do Kyung untuk pergi bersama.
Di hari berikutnya, Do Kyung kembal dikalahan oleh Hae
Young dengan mudah. Hae Young duduk diatas meja pingpong, mengutarakan
keinginan yaitu ingin mendengar Do Kyung menyanyi untuknya. Do Kyung memohon untuk memberikan kesempatan yang terakhir. Hae Young merengek agar Do Kyung menyanyikan untuknya
sekali saja. Tapi Do Kyung tetap meminta untuk di berikan kesempatan
yang terakhir. Hae Young setuju kesempatan Hanya
satu kali permainan.
Do Kyung berlatih dengan pelatih profesional bisa
mengembalikan bola dari arah dan pukulan manapun. Ketika bertemu pacarnya kembali,
Hae Young nampak kewalahan dengan pemainan Do Kyung, akhirnya untuk pertama
kalinya kalah dari Do Kyung. Dengan wajah bahagia Do Kyung berbaring di lantai
dengan senyuman bahagia.
Hae Young pun berbaring disampingnya memuji Do Kyung yang
begitu mengesankan karena bisa
menang, lalu minta untuk memberitahu keinginannya. Dengan nada terengah-engah
Do Kyung mengatakan “Mari kita... menikah.” Hae Young melotot kaget merasa tak percaya, tapi Do
Kyung menyakinkan kalau yang dikatakan itu serius.
Do Kyung berjalan didepan air mancur, dengan mengingat
saatnya paling bahagia ketika mengajak Hae Young menikah, lalu ponselnya pun
bergetar. Jin Sang menelpnya merasa tak
percaya kalau Han Tae
Jin itu benar-benar keluar dari penjara.
“Tapi bagaimana kamu tahu ? Apakah dia meneleponmu atau
sesuatu yang dilakukanya? Kalau tidak bagaimana kau bisa tahu?” ucap Jin Sang heran, Do Kyung hanya diam saja lalu
menutup telpnya.
Tiba-tiba matanya kembali melihat sosok Hae Young
menyebrangi jalan tanpa menghiraukan mobil yang lalu lalang dan menyalakan
klakson, seperti sudah siap ditabrak oleh ditengah jalan. Ia pun menelp
kakaknya.
Sementara Soo Kyung sedang rapat memilih untuk
menelungkupkan ponselnya ketika adiknya menelp. Si cantik Hae Young sedang
memprestasikan menu baru yaitu “Roti salad.”
“Karena hidangan Korea umumnya pedas dan asin, jadi kita kekurangan kesegaran dan manis. Beberapa mungkin berpikir,
"Mengapa melayani roti
di Restoran Korea?" Tapi
salad roti dan castellan akan baik
diingat oleh generasi
yang lebih tua juga. Salad
roti dipenuhi buah segar. Lalu Tidak
bisakah menjadi Hidangan khas di Meja musim semi?” kata Hae Young, Direktur Choi berkomentar menu itu Sangat
baik dan semua memberikan tepuk tangan.
Soo Kyung menyuruh anak buahnya unuk memulai presentasi,
Hae Young pun berdiri didepan dengan awalnya memberitahu Sup
yang paling dicintai Korea, yaitu Sup
daging sapi dan rumput laut dan Sup
daging sapi dan lobak.
“Tapi tidak ada restoran apapun yang mengkhususkan diri dalam
ini. Sebagai
sebuah restoran keluarga Korea Jika
kami menyajikan hidangan yang baik seperti
yang disiapkan oleh ibu kita. Bukankah Meja
dengan menu khusu musim
akan membuat nilainya naik juga?” kata Hae Young, Direktur Choi berkomentar apakah ada
yang ingin memakan makanan itu dan membayarnya. Hae Young hanya diam saja.
Soo Kyung memukul tangan di dinding menyuruh Hae Young
berhenti dengan dengan nasi tapi
sekarang membawa menu nasi sup, menurutnya Hae Young mencoba
untuk memulai perkelahian dengannya.
“Beras dan sup sangat penting dalam masakan Korea Dan lauk pauk yang lainya” kata Hae Young
“Apakah orang-orang datang kembali
ke Korea Restoran
keluarga untuk makan sup dan nasi?” ucap Soo
Kyung berjalan berlawanan arah.
“Pertama kita harus tetap
berpegang pada dasar-dasar.” Tegas Hae Young
“Jadi...Apakah kau mengatakan kita bahkan tidak tahu
dasar-dasar? Kau
mungkin berpikir tidak bisa segera beradaptasi dengan rekan kerja yang trendi
dan belajar di luar negeri. Maka, kau berkata kalau kau orang
yang kukuh dan percaya pada satu hal saja ? Apa kau berusaha menciptakan
gambaran dirimu sendiri ?” ucap Soo Kyung, Hae Young
hanya bisa menghela nafas panjang.
“Ini Tidak akan berhasil. Pelajari
trend yang ada. Segera
pelajari, Kecuali kau minta dipecat. “ tegas Soo Kyung sambil membunyikan suara dari seperti
bunyi detak bunyi jam lalu pergi.
Soo Kyung masuk ruangan memberitahu Mulai
sekarang, Tim Sung
Jin keluar dari
tim menu baru sambil melemparkan berkas ke dadanya.
Sung Jin kaget dan mengikuti Soo Kyung ingin berbicara, Soo Kyung dengan sinis
bertanya apa yang ingin dikatakanya.
“Membuka restoran keluarga Korea
adalah ide Wakil Oh. Disaat yang lain membuka restoran
keluarga ala Barat, hanya Wakil Oh yang menyarankan restoran Keluarga Korea
makanya kita bisa sejauh ini.” jelas Sung Jin membela
Hae Young
“Semua orang bisa punya ide. Tapi tim manajemen yang
memutuskan. Jangan pikir karena sudah
memberikan ide dan sejenisnya, maka akan dapat perlakuan khusus.” Ucap Soo Kyung sinis
“Tapi, Wakil Oh sama sekali tidak
pernah menyombongkan diri kalau semua ini idenya
bahkan Tidak sekalipun. Jika
dia sombong dan memamerkan hal itu, dia
tidak akan jadi satu-satunya yang tidak dapat promosi. Dia
sangat profesional. Setidaknya aku harus memamerkan
hal ini untuk Wakil Oh. ” Ucap Sung Jin dengan nada bergetar. Soo Kyung meminum
air putihnya dengan sedikit memaikanya.
“Dia perlu, berusaha untuk dirinya
sendiri dan Kau pikirkan saja dirimu sendiri...
mengerti ?” tegas Soo Kyung nampak
tak peduli.
Hae Young berjalan keluar kantor dengan tatapan kosong,
namanya di panggil. Ternyata si cantik Hae Young yang memanggilnya, sambil
mengandeng tanganya bertanya apakah Hari ini tidak ada janji dan mengajaknya untuk minum bersama. Hae Young menolak
mengaku sudah punya
janji. Si cantik Hae Young sedih memdengarnya lalu mengajknya Besok
saja minum bersama. Hae Young bertanya alasan si Hae Young ingin
minum sama-sama.
“Aku hanya ... Ingin minum
bersama.” Kata si cantik Hae Young nampak gugup, Hae Young
kembali bertanya alasannya.
“Meskipun situasi kita saat ini
agak aneh, ini bukan salah siapa-siapa. Di
kantor juga begitu begitu juga soal Do Kyung.
Kemarin sore, aku
sempat bertemu dengan Do Kyung” cerita si cantik
Hae Young
“Kenapa kau cerita ini padaku ?” tanya Hae Young dingin
“Aku kira kalau kau dengar ini
dari Do Kyung, maka kau
akan sakit hati. Kami
berencana untuk saling bertemu untuk beberapa saat. Ada yang harus diselesaikan oleh ia dan aku. Apa akan baik-baik saja untukmu?” kata Si cantik Hae
Young
“Aku tak akan baik-baik ” tegas Hae Young lalu pergi
meninggalkanya. Si cantik Hae Young hanya bisa menatap sedih ke arah Hae Young.
Soo Kyung mengomel adiknya karena terus menelp padahal ia
sedang rapat, Do Kyung seperti bertanya apa yang sedang dipakaian Do Kyung,
mata Soo Kyung melihat si cantik Hae
Young berdiri didepanya.
“Kenapa kau tanya apa yang digunakan Oh Hae
Young hari ini ? Apa
kalian berkencan ?” ucap Soo Kyung, Do Kyung
seperti memastikan pakaian yang dilihatnya sama dengan yang dipakai Hae Young.
Mata Soo Kyung berpindah pada Hae Young dan membenarkan
kalau yang dipakai kemeja warna biru dan bertanya balik kenapa. Do Kyung tak
menjawab hanya bisa mengatakan sudah mengerti, ketika menutup telpnya
tatapannya nampak kosong.
Hae Young menjerit kesal mengingat kejadian semalam,
sampai orang yang ada disebelahnya kaget dan memilih pergi. Ia mengetuk-ngetuk
sepatunya untuk menenangkan diri dan menurunkan rasa amarahnya, sebuah mobil
sedan putih berhenti.
Tae Jin turun dari mobil dengan setelan jas yang rapih,
melihat Hae Young yang duduk sendirian di halte. Hae Young menengok, langsung
melonggo melihat Tae Jin berdiri tak jauh darinya. Tae Jin berjalan mendekat,
Hae Young pun berdiri seperti sudah menyadari kalau itu bukan mimpi. Keduanya
kembali saling menatap dan Tae Jin sempat tersenyum lalu menyapa lebih dulu
karena mereka sudah Lama tak jumpa.
Hae Young pun membalasnya dengan mengatakan Senang
bertemu dengannya. Tae Jin bertanya apakah Hae Young
baik-baik saja, Hae Young mengatakan kalau dirinya itu sama saja kalau ia Baik-baik
saja. Keduanya tiba-tiba diam dan nampak canggung, Hae Young
pun pamit pulang.
“Kapan-kapan, kita bisa makan ...” kata Hae Young lalu terdiam merasa kurang nyaman nantinya.
“Ayo makan bersama....” ajak Tae Jin memulai lebih dulu, Hae Young
mengatakan tidak perlu karena Tidak ada maksud lain mengatakan itu hanya keceplosan
jadi tak perlu dipikirkan.
“Nanti kutelpon... Kita makan bersama.” Ucap Tae Jin lalu kembali ke mobil. Hae Young terpaku
melihat di dalam mobil ada seorang
wanita disamping Tae Jin, matanya langsung berkaca-kaca.
Hae Young menatap kosong ke depanya duduk sendirian di
restoran mengingat kejadian sebelumnya.
Flash Back
Tae Jin menyarankan mereka membatalkan
pernikahannya, lalu meminta maaf dengan alasan merasa tidak
cukup mencintaimu. Hae Young bertanya apakah ia
melakukan kesalahan. Tae Jin mengatakan Tidak, Hae Young bertanya lalu alasanya itu apa.
“Aku tidak tahan dengan cara
makanmu.” Kata Tae Jin
“Gantinya, boleh aku bilang aku
yang membatalkan pernikahan ? Ijinkan
aku bilang ke orang kalau aku yang membatalkannya. Itu
sudah cukup. Aku malu sekali. “ ucap Hae Young sambil
menangis.
Hae Young mengingat kenangan menyedihkan yang terakhir
kalinya membuatnya meminum soju untuk menghilangkan rasa sakitnya.
Si wanita bule yang dibawa Tae Jin sedang membereskan
pakaian Tae Jin dari dalam koper. Sementara Tae Jin menatap ke luar jendela
sambil menghela nafas. Seorang pria masuk berkomentar toiletnya
besar juga, lalu bertanya pada si wanita nomor telp
Tae in masih aktif kan,
Si wanita pun memberikan ponsel milik Tae Jin sebelum
masuk penjara mengatakan sudah aktifkan kembali. Si pria memuji
kerjanya bagus dan menyuruhnya untuk pergi.
“Apa kau tahu Ibumu ada disini ?” udap si pria
“Perhatikan omonganmu nanti, Bilang saja aku baru pulang liburan.” Tegas Tae Jin tak ingin ketahuan kalau masuk penjara.
“Aku mengerti, bocah. Kalau
tahu kau akan keluar secepat ini, harusnya
kau minta Hae Young menunggumu
saja. “ keluh Si pria merasa keputusan Tae Jin itu salah lalu
mengembalikan ponsel pada Tae Jin.
Do Kyung terdiam didalam mobil, dalam pengelihatanya bisa
melihat Hae Young berjalan di tengah jalan tanpa peduli dengan klakson mobil,
mata Do Kyung bisa melihat tulisan “Volv” di gedung, lalu mencari di ponselnya
informasi tentang gedung Volv.
Ia pun sampai di gedung yang pertama Volv, lalu melihat
sekeliling menurutnya gedungnya tak sama dengan yang dilihatnya. Hae Young
nampak setengah sadar berdiri ingin menyebarang jalan. Hae Young sampai digedung
kedua, melihat bayangan yang sama dengan yang dilihatnya, lalu melihat
sekeliling tak melihat Hae Young.
Dua orang pria pergi dari Halte dan Hae Young terlihat
sedang menunggu untuk menyeberang. Tanpa ada rasa takut, Hae Young berjalan
tanpa menunggu rambut untuk penjalan kaki, semua menjerit memanggilnya tapi Hae
Young terus berjalan tanpa peduli Mobil yang memberikan klakson untuk minggir.
Do Kyung pun akhirnya menengok melihat Hae Young yang berjalan ditengah jalan.
Hae Young terus saja berjalan, Do Kyung berteriak
memanggil namanya, Hae Young tetap berjalan, Do Kyung kembali berteriak
memanggilnya. Hae Young seperti tersontak
ketika mobil berhenti sambil membungkuk meminta maaf lalu kembali
berjalan. Do Kyung berusaha menyebrang jalan tapi nyalinya tak seberani Hae
Young yang menyebarang jalan.
Beberapa kali Do Kyung kembal mundur karena mobil yang
melaju cepat sampai akhirnya mengejar Hae Young yang berjalan sendirian ditaman
dan menariknya, lalu bertanya mau kemana sekarang. Hae Young seperti habis
terhipnotis tak tahu apapun.
Do Kyung kembali bertanya mau kemana sekarang.Hae
Young melihat sekeliling dan nampak tempat yang asing untuknya, lalu mengatakan
ingin makan dan bertanya dirinya akan makan apa.
Hae Young makan daging babi tanpa henti, sampai mulutnya
penuh. Soo Kyung melihat cara makan Hae Young yang sangat cepat dari biasanya.
Hae Young mula makan dengan mengerogoti kaki babi tanpa peduli imagenya seorang
wanita, Do Kyung melihatnya terlihat Hae Young seperti wanita yang rakus. Setelah
selesai, Hae Young makan bihun semangkuk penuh.
“Berhentilah makan.” Kata Do Kyung, Hae Young menyuruh Do Kyung ikut makan
karena rasanya sangat enak, Do Kyung mengambil mangkuk b bihun menyuruh Hae
Young untuk Berhenti makan.
Hae Young pun memilih untuk meminum segelas soju.
“Tapi ... Apa kau tahu kalau sikapmu aneh ? Kau bilang tidak suka aku. Tapi
kenapa duduk disini ? Makanya
aku jadi bingung.” Ucap Hae Young
“Kau sepertinya sedang banyak
beban.” Kata Do Kyung
“Banyak beban bagaimana ? Kenapa kau mengira aku banyak
beban ? Apa Kau tahu ?” ucap Hae Young lalu menatap mata Do Kyung seperti
mengetahuinya.
“Apa kau menaruh alat pendengar
dibadanku ? Meskipun
begitu ... tidak
mungkin kau tahu suara siapa itu. Apa
sebenarnya ini?”kata Hae Young
“Aku kebetulan melihatnya di
jalan. Apa Kau
mau mati dengan menabrakkan diri ? Sadarkan
dirimu.” Ucap Do Kyung
“Aku kira berjalan saat lampunya hijau. Tapi ini Bukan
masalah besar.” Kata Hae Young kembali menuangkan
sojunya.
Do Kyung kembali melihat bayangan Hae Young dengan
pakaian yang sama mengatakan “Aku
bertemu lelaki yang nyaris kunikahi.” lalu
meminum sojunya dan sekarang terjadi didepanya, Hae Young menjatuhkan gelas
sojunya yang sudah habis.
“Dihari aku hanya berpakaian
begini ... bahkan aku belum
keramas ... Ini benar-benar memalukan....” ucap Hae
Young lalu mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal, tapi setelah itu langsung
tertawa sendiri
“Dia mengajakku makan. Bajingan
yang mencampakkanku karena tidak suka dengan caraku makan, sekarang Mengajakku makan.” Cerita Hae Young sambil menopang kepalanya, Do Kyung
hanya melihat Hae Young yang kembali minum soju.
Hae Young langsung ada tepat didepan toilet untuk muntah
berkali-kali, dari kamar Do Kyung mendengar Hae Young yang terus muntah tanpa
berhenti-henti. Hae Young sempat berhenti sejenak dengan berjongkok di depan
toilet, tapi ia kembali memuntahkan isi semuanya setelah minum banyak alkohol.
Do Kyung hanya diam saja mendengarnya.
Seperti Hae Young sudah mengeluarkan semua isi perutnya
dengan berjalan sepoyongan kembali ke kamarnya, tapi badanya malah terjatuh
lemas. Do Kyung terus mendengarkanya dari balik pintu. Hae Young berusaha
sampai ke atas tempat tidurnya sambil menjerit kesal. Do Kyung pun keluar dari
kamarnya.
Akhirnya Hae Young berhasil naik ke atas tempat tidur,
mematikan lampu kamarnya dan berkata “selamat malam” lalu memindahkan posisi
tidurnya. Do Kyung kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar Hae Young menaruh
obat anti mabuk meminta untuk minum sebelum tidur. Hae Young seperti belum
tidur mendengar Do Kyung yang datang ke kamarnya membawakan obat membuatnya
menangis.
Soo Kyung kembali duduk di restoran dengan sedikit mabuk,
berbicara dengan bahasa prancis sendirian. Pelayan datang membawa pesanan Soo
Kyung bertanya kenapa tak datang kemarin karenaLelaki
itu kemarin datang.
“Lelaki yang dulu sering kemari
denganmu. Kemarin dia disini sendiri sampai
larut. Katanya dia akan imigrasi dan
kemari untuk terakhir kalinya dan akan
pindah ke Brazil minggu depan.” Ucap si pelayan. Soo
Kyung terdiam mendengar kalau saat tak datang malah pria yang ditunggunya
selama ini datang. Matanya berkaca-kaca dan dadanya terasa sesak.
Soo Kyung berjalan pulang sambil menangis menjerit-jerit
di depan dinding, mobil Jin Sang lewat akhirnya kembali mundur dan mengenali
orang yang membuat keributan saat mabuk, sambil menutup hidungnya mendekati
kakak Do Kyung.
“Sebelumnya kau tidak pernah
muntah ! Berarti Kau sudah mulai tua. Tubuhmu
tidak tahan lagi, jadi Berhenti
minum setiap hari. “ ucap Jin Sang berusaha
menepuk punggung Soo Kyung berpikir sedang muntah
“Kemarin aku tidak minum ! Harusnya kemarin aku minum. Harusnya
aku minum tiap hari.” Ucap Soo Kyung dengan bahasa
prancisnya, Jin Sang binggung tak percaya ternyata Soo Kyung menangis.
“Ah, kenapa ? Apa Nuna dipukul orang ?” tanya Jin Sang khawatir
“Bajingan itu akan pergi dari
negara ini… Bukan ke
Jepang... Bukan ke Cina. Kenapa
malah ke Brazil ?” jerit Soo Kyung berbahasa
prancis. Jin Sang melepaskan kacamatanya meminta Soo Kyung Berhenti
meracau dan bertanya ada apa sebenarnya.
“Dia tidak mau bertemu denganku Tapi aku rindu sekali padanya.” Kata Soo Kyung dengan bahasa prancisnya lalu berlari
dan kembali seperti menelp seseorang.
“Kalau memang rindu ... temui saja, Ajak dia bertemu.” Ucap Jin Sang membalas dengan Bahasa
Perancis, Soo Kyung melonggo karena Jin Sang bisa mengerti
ucapanya, lalu Jin sang mengunakan bahasa korea “Kalau kau
rindu, harusnya ajak dia bertemu.” Soo Kyung
bertanya ada apa sebenarnya dengan Jin Sang.
“Bahasa keduaku adalah Perancis
dan Aku fasih berbahasa Perancis. Selama ini, nuna sepertinya tidak
ingin dimengerti. Jadi, aku pura-pura tidak
mengerti omonganmu, Aku tahu semua kisah cinta nuna..” Jelas Jin Sang bersandar di dinding. Soo Kyung mulai
mengumpat marah.
“ Lelaki
yang yang sempat kau pacari saat sekolah di Paris. Kopi
buatan lelaki
itu rasanya paling enak. Setiap kali dia tersenyum,
tubuhmu serasa meleleh. Setelah
kembali ke Korea, kalian sempat pacaran sebentar. Tapi
masalahnya, dia sudah
menikah. “ ucap Jin Sang mondar mandir
menceritakan semua yang didengarnya selama ini.
Soo Kyung menjerit histeris sambil berlari kembali, Jin
Sang menahan kepala Soo Kyung yang ingin membenturkan ke dinding. Soo Kyung
terus menjerit, Jin Sang menyadarkan kalau ini tak perlu merasa malu kalau Soo
Kyung tidak bisa memilih siapa yang dicintai. Soo Kyung mulai tenang dan berjongkok dengan bersandar
di dinding.
“Nuna.... Temui saja.... Temui saja, setidaknya sebelum
dia pergi.... jangan
menangis.” Ucap Jin Sang berjongkok sambil
mengeringkan wajah Soo Kyung yang menangis.
“Aku rindu padanya ... Jin
Sang.... Ayo kita ngobrol sambil minum.” Kata So Kyung, Jin Sang menolak mengajak untuk pulang
saja, Soo Kyung merengek agar mereka bisa minum sekali saja.
Anna dan Park Hoon berjalan di pinggir pantai, Park Hoon
mengeluh kakaknya itu nyaris membunuhnya karena pergi ke pantai Eurwangni
untuk merekam, tapi kenapa mereka harus pergi ke pantai
Eurwangni lagi.
“Bagaimana mau ke pantai timur
kalau kita tidak punya uang ! Semakin
dia menyiksamu, kau harus lebih pandai.
Jangan
menyerah ! Tetap kuat ! Dengan
begitu, orang lain akan lelah dan berhenti mengganggumu !” jerit Anna mengoyangkan tubuh Park Hoon Lalu Anna
berlari masuk ke air dengan wajah bahagia, Park Hoon hanya melongo.
“Katanya lautnya sedang berombak
besar hari ini ! Aku
akan senang-senang !” teriak Anna lalu menyuruh
Park Hoon mendekat bukan diam saja. Park Hoon pikir sekarang akan mengila lalu
menjerit dan ikut berlari masuk air untuk bersenang-senang.
“Park Do Kyung, disini laut timur
!” teriak Park Hoon melupakan rasa amarahnya.
“Park Do Kyung, disini Hawai !” teriak Anna tak mau kalah. Lalu keduanya main air
bersama
Park Hoon pun memasang alat perekam disisi pantai untuk
merekam dan duduk di tempat Anna yang sudah menyiapkan makanan. Anna
menceritakan dulu sering datang di pantai ini, Park Hoon bertanya dengan siapa,
Anna pikir tak mungkin bisa ingat semua lelaki yang pergi
dengannya.
“Jadi Kau pergi dengan lelaki
berbeda-beda ?” ucap Park Hoon menutupi rasa kaget.
“Tentu ! Harus berbeda. Buat apa ketempat sama dengan
lelaki yang sama ?” kata Ann
“Lalu Kau ... pacaran dengan berapa
lelaki ?” kata Park Hoon nampak cemburu, Anna menghitung dengan
jarinya menurutnya sekitar 15.
“Usia 21 tahun sudah pacaran
dengan 15 lelaki artinya kau sudah pacaran tiap
tahun sejak kau lahir ?” komentar Park Hoon tak
percaya
“Itu Karena tidak ada yang bertahan
lama.” Ucap Anna, Park Hoon bertanya kenapa sebentar apakah
Anna diputuskan oleh pacarnya Atau Anna yang memutuskan
“Hmm..
dua-duanya. Semua lelaki, tidak ingin
melakukan yang ingin kulakukan di perayaan hari jadi ke 100.” Jelas Anna, Park Hoon bertanya apa yang di inginkanya.
Anna mengatakan Selalu berbeda.
“Sesekali
waktu, aku ajak keliling dunia dengan jalan kaki. Diwaktu
lainnya, aku ajak ke kuil Baekdam untuk bersujud 3000x. dan Yang lainnya lagi, aku ajak buat
tato sama-sama. Tapi Katanya sakit. Jadi
tidak ada yang mau. Lalu kami putus.” Cerita Anna sambil memperagakanya.
“Lagipula kenapa kau meminta semua
itu ?” tanya Park Hoon terbata-bata
“Aku ingin memastikan motto hidup
mereka sesuai dengan motto hidupku atau tidak. Motto hidupku "Mencoba
Segalanya! Apa
saja"” jelas Hae Young membentangkan tanganya.
Park Hoon merasa khawatir apa yang akan diminta Anna saat
di hari ke 100 mereka sambil meminum sojunya. Hae Young menjawab ingin tinggal
bersama, Park Hoon langsung memuncratkan minumnanya dan terbatuk-batuk karena
keselek . Anna mengutarkan keinginan ingin tinggal bersama Park Hoon dan kalau
tak mau maka akan memutuskanya. Park Hoon pikir itu tak masuk akal.
“Kenapa tidak ?! Aku sudah 21 tahun. Lalu
di dalam hidupmu, aku yang paling muda, paling seksi, dan paling lembut. Ini
usia primaku ! Jangan pikirkan omongan orang. Aku ingin hidup dengan penuh
gairah dan saling berdampingan !” ucap Anna mengoda
dan akhirnya berteriak memegang tangan pacarnya.
“Yaa, yaa, ajak aku menikah saja.” Kata Park Hoon mengerti tujuanya.
“Aku tidak mau menikah. Itu Tidak
enak. .. Masih banyak waktu sebelum
perayaan 100 hari kita jadi pikirkan
baik-baik.” Ucap Anna sambil mengelus rambut
pacarnya, Park Hoon tetap mengatakan kalau tak bisa .
“Kalau begitu, mau putus sekarang
?” ucap Anna mengancam sambil mencengkram baju pacaranya, Park
Hoon ketakutan, Anna pun menyuruh untuk Park Hoon minum saja menuruni rasa
tegangnya bahkan menyuapi ikan mentah juga.
Park Hoon dengan ponselnya mengambil foto Anna dengan
gaya yang sangat cantik dan terlihat sexy, lalu mengoda bertanya apakah ia
pernah jadi idol wanita, Anna berputar-putar seperti penari balet. Park Hoon
terus mengambil foto dan memuji seperti putri duyung.
Beberapa saat kemudian, Park Hoon berbaring dipantai
sambil mengambil gambar memuji kalau terlihat cantik, memberitahu kalau burung
camar yang berterbangan di langit sangat cantik. Anna pun berada didepan
camera.
“Apa kita akan mulai tinggal bersama di perayaan 100 hari kita Atau putus ?” ucap Anna, Park Hoon melonggo mendengarnya. Anna
berteriak menyuruh Park Hoon berhenti foto, Park Hoon nampak binggung karena
Anna itu terlihat sangat berani dibanding yang dipikirkanya.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama
kok blm update yah,ditunggu nie,smgt ya
BalasHapus