Joon So dan Gong Mi sampai di restoran ketika anak masuk
parkiran mobilanya diberhentikan, Joon So pikir restoran
kehabisan tempat parker dan pasti ada
banyak pelanggan. Gong Mi melihat tempat itu adalah
restoran yang cukup populer. Joon Soo pikir seperti itu.
Gong Mi menatap ke luar jendela dan melihat adiknya
dengan Dan Tae berjalan sambil membungkuk masuk restoran. Gong Shim menyuruh
Dan Tae untuk tak mengejeknya dan ingin membungkuk. Dan Tae malah dengan
sengaja mengikuti kata-kata Gong Shim. Wajah Gong Mi panik kalau nanti sampai
bertemu dengan adiknya didalam restoran sedang berjalan dengan Joon Soo.
Gong Shim melihat buku menu dan harganya 200
dolar, 150 dolar dan melihat sekeliling ruangan hanya mereka berdua, mata
Gong Shim melotot menurutnya harga makananya luar
biasa mahal. Dan Tae menyuruh Gong Shim untuk memilih
saja yang diinginkanya.
Pelayan datang ingin menanyakan pesanan pelangganya, Gong
Shim tiba-tiba menjerit kesakitan sambil megang perutnya. Dan Tae melihat Gong
Shim kesakitan panik dan menyuruhnya duduk, Pelayan juga ikut panik melihat
Gong Shim yan kesakitan, Gong Shim ingin cepat-cepat pergi.
“Ya ampun, kau harus duduk diam. Katakan kepadaku yang kau
rasakan. Bagaimana rasa sakitnya? Haruskah aku menghubungi 911?” ucap Dan Tae panik
“Rasanya menyakitkan!” jerit Gong Shim, pelayan pun bertanya keadan Gong Shim
yang terus mengerit kesakitan.
Dan Tae dan Gong Shim akhirnya keluar restoran dari pintu
samping, Gong Shim berjalan membungkuk sambi mengaduh kesakitan, Dan Tae meminta
Gong Shim mengatakan apa yang dirasakanya, Gong Shim hanya mengatakan pokoknya
menyakitkan.
“Kita harus pergi ke rumah sakit.
Apakah rasanya sangat sakit? Apakah
kau baik-baik saja?” kata Dan Tae panik, Gong
Shim mengajak Dan Tae untuk cepat pergi.
Di depan restoran, Gong Mi melihat dari kejauhan adiknya
dan Dan Tae keluar dar restoran. Joon Soo datang mengajak Gong Mi untuk masuk.
Gong Mi yang fokus melihat adiknya pergi sangat kaget melihat Joon Soo sudah
ada didepanya. Joon Soo meminta maaf karena berpikir telah membuatnya kaget,
Gong Mi merasa tak perlu dipikirkan, petugas parkir memanggil Dan Tae meminta
untuk menitipkan mobilnya. Joon Soo pun memberikan kunci mobil pada petugas
parkir.
Dan Tae makin panik dan berjalan cepat agar Gong Shim tak
mengaduh kesakitan, Gong Shim tiba-tiba langsung berdiri dengan tegak
mengatakan sudah merasa jauh lebih baik sekarang. Dan Tae binggung bertanya apa sebenarnya yang sedang
dilakukan Gong Shim.
“Apa kau tidak melihat menunya? Rata-rata harganya adalah 100
dolar untuk setiap orang. Apakah
kau sudah gila?” kata Gong Shim
“Astaga, Kau
anggap aku ini apa?!! Aku punya uang untuk membayarnya. Ayo kita kembali ke restoran.” Ucap Dan Tae menariknya, Gong Shim tiba-tiba menjerit
kesakitan di lengannya.
“Kau tidak bisa menipuku kali ini.” kata Dan Tak tak ingin di tipu lagi dengan mengjulurka
lidah mengejeknya, Gong Shim mengatakan kalau ini memang benar-benar
menyakitkan.
“Kenapa kau begitu ceroboh? Kau selalu memberiku masalah.” Keluh Gong Shim kesal, Dan Tae pun akhirnya tertunduk
meminta maaf. Gong Shim pun mengajak mereka pergi saja, Dan Tae menurut dengan
menuntun Gong Shim mengikutinya berjalan sambil membungkuk.
Semua jenis sushi ditaruh diatas meja, Joon Soo mengaku tidak
tahu ternyata Gong Mi itu terkenal dan pernah melihatnya di TV, lalu mengetahu kalau
profesi Gong Mi itu seorang pengacara. Gong Mi
tersenyum malu, karena Joon Soo ternyata sudah mengenalinya, padahal ia mencoba menolak untuk
tidak tampil di TV
“Ya, itu memang aku yang kau lihat
di TV. Semua
orang mengatakan kepadaku kalau
aku terlihat berbeda di TV. Aku
terkejut karena kau mengenaliku.” Ucap Gong
Mi merendah
“Jujur saja aku tidak melihat
banyak perbedaan.” Komenta Joon Soo, Gong Mi
tersenyum bahagia lalu memberikan kartu namanya dengan memperkenalkan namanya.
“Namaku Suk Joon Soo.... Maaf, aku tidak punya kartu nama.” Ucap Joon Soo seperti tak ingin membuka identitasnya
sebagai pegawa Star Grup.
Gong Mi pura-pura tak perlu mengetahuinya, karena
sebelumnya Joon Soo berkata bekerja di dekat tempat kursus mereka. Joon Soo membenarkan dan akan membuka restoran baru
di dekat Tempat kursus. Gong Mi mengodanya kalau
Joon Soo itu seorang koki. Joon Soo
tersenyum mengelengkan kepala kalau bukan
koki dan mengaku hanya seorang manajer, bahkan tidak bisa memasak.
Seorang manager restoran datang ingin menyapa, tapi Joon
Soo memberikan kode untuk tak menyapanya, lalu mengajak Gong Mi untuk mulai
makan. Gong Mi menegaskan dari awal lebih dulu kalau mereka sekarang akan bayar
masing-masing. Joon Soo setuju.
“Apakah kau terkejut?” tanya Gong Mi, Joon Soo mengaku sedikit terkejut.
“Saat aku fokus pada sesuatu, Aku benar-benar bisa tenggelam di
dalamnya dan
menyelesaikannya. Aku
minta maaf jika membuatmu merasa terintimidasi.”
Cerita Gong Mi, Joon Soo pikir tak perlu mengkhawatirkanya.
“Kemarin saat hujan, kau memberiku tumpangan. Aku tidak bisa berhenti
memikirkan tentangmu setelah itu. Kurasa
kau orang yang baik Kita
juga memiliki selera yang sama. Aku
merasa baik tentang kau.” Ungkap Gong Mi terlihat
berani terus terang, Joon Soo terlihat tak enak hati mengaku juga seperti itu.
“Aku juga... merasa baik... tentang kau. Permasalahannya adalah, jika kau membandingkan dirimu
dengan seorang pelari cepat, Aku
lebih seperti pelari marathon yang berusaha
santai dalam menggunakan waktuku. Aku
mengatur langkah dan menyelesaikannya sampai akhir.” Jelas Joon Soo
“Bolehkah aku menganggapnya... itu sebagai jawaban atas
pertanyaanku?” kata Gong Mi
“Akan lebih baik jika kau berpikir
bahwa kau baru saja mendapatkan... seorang
teman baik.” Ucap Joon Soo
“Jadi aku baru saja ditolak... dan mendapat teman baik pada
waktu yang sama. Benarkan?” kata Gong Mi dengan terlihat sedikit bercanda, Joon Soo
tak menjawab. Gong Mi mengalihkan suasana dengan memulai makan yang terlihat
sangat nikmat.
Gong Shim dan Dan Tae berjalan sambil membungkuk dan
memegang pinggangnya. Gong Shim menyuruh Dan Ta tak perlu mengoloknya seperti
itu karena Dan Tae lah yang membuatnya jadi harus berjalan membungkuk. Dan Tae
hanya tersenyum, Gong Shim mengingat malam sebelumnya harus mengendong Dan Tae
karena mabuk berat.
“Berhenti mengejekku.” Teriak Gong Shim kesal, tiba-tiba kakinya terselengkat
kakinya sendir dan akan jatuh dengan wajah menyentuh aspal. Dan Tae yang bisa
melihat kejadian selanjutanya langsung menahan dadanya, beberapa centi sebelum
wajah Gong Shim menyentuh aspal.
Gong Shim panik menatap Dan Tae yang menahanya, lalu Dan
Tae pun membantu Gong Shim untuk berdiri kembali. Gong Shi langsung mendorong
Dan Tae untuk menjauh sambil memegang pinggangnya.
“Jika aku tidak menangkapmu, maka kau bisa saja melukai hidungmu.” Tegas Dan Tae sombong, Gong Shim pun mengucapakan
terimakasih dengan nada menyindir. Dan Tae pun mengangkat jempolnya dengan rasa
bangga.
Gong Shim mengeluh melihat tali sepatunya yang lepas
ketika ingin membungkuk pinggangnya terasa sangat sakit. Dan Tae melihatnya
langsung berjongkok ingin memperbaikinya, Gong Shim menarik kakinya merasa tak
perlu Dan Tae melakukanya karena ia bisa melakukannya sendiri. Dan Tae menyuruh Gong Shim tak perlu banyak bergerak dan
memperbaiki tali sepatunya yang lepas karena tahu Gong Shim itu tidak
bisa membungkuk ke depan.
“Apa yang harus kita makan untuk
makan malam? Jokbal
baik untuk sakit di otot.” Kata Dan Tae, Gong Shim terlihat
percaya begitu saja.
“Aku tidak tahu, aku hanya melihat Ada
tempat penjual jokbal di sini.” Kata Dan Tae melihat
toko daging babi didepannya.
“Jika kau tidak menjadi pengacara, kau pasti sudah menipu.” Keluh Gong Shim, Dan Tae mengangguk setuju, mengajak
Dan Tae untuk cepat pergi saja karena sudah kelaparan.
Sepiring Jokbal bawang putih sudah
tersedia diatas meja, Dan Tae pun berterima kasih
lalu memasangkan celemek lebih dulu pada Gong Shim sebelum makan. Gong Shim
mengeluh yang dilakukan Dan Tae, tapi Dan Tae seperti merasa bersalah dengan
menuangkan segelas air minum juga, lalu meminta Gong Shim mengulurkan tanganya
dengan menaruh sumpit ditangan Gong Shim dengan benar.
“Apakah kau pikir bisa menggunakan
sumpitmu?” tanya Dan Tae khawatir
“Tentu saja aku bisa. Kalau tidak,
aku akan mati kelaparan.” Kata Gong Shim kesal
“Karena aku menyebabkanmu sakit, kau bisa melampiaskan kemarahanmu
kepadaku semaumu.” Kata Dan Tae lalu
memilihakn Potongan daging
akan terasa lebih enak dan menaruh di piring Gong
Shim untuk memulai memakanya.
“Kau bersikap terlalu baik.” Komentar Gong Shim terlihat tak nyaman
“Apa maksudmu? Aku harus menjagamu karena sudah
membuatmu seperti itu.” Kata Dan Tae menyuruh Gong
Shim untuk segera makan.
Gong Shim meminum air lebih dulu tapi malah membuatnya
kelesek dan terbatuk-batuk. Dan Tae tersenyum melihat wig Gong Shim yang naik
turun saat terbatuk lalu menurunkan wig yang bentuknya bergeser dan
memperbaikinya, setelah selesai memuji Gong Shim yang sudah terlihat
cantik. Gong Shim memegang hidungnya.
Dan Tae melihat hidung Gong Shim yang meler lalu
mengambil tissue dan langsung mendekat, Gong Shim mengumpat Dan Tae itu sudah
gila. Dan Tae tetap menaruh tissu dihidung Gong Shim seperti anak kecil yang
mengelap hidungnya. Setelah selesai wajahnya terlihat senang.
Gong Shim memperbaiki wignya dengan wajah kesal mulai
makan daging babinya. Dan Tae melihat rambut Gong Shim yang menyentuh piring
makannya karena terlalu membungkuk. Gong Shim mulai mengunyahnya mengatakan
sangat enak. Dan Tae mencari sesuai di dekat meja kasir.
“Mari kita ikat rambutmu untuk kali
ini.” ucap Dan Tae sudah memegang karet gelang untuk mengikat
rambut Gong Shim
“Apa yang kau lakukan?” teriak Gong Shim kesal menghindari tangan Dan Tae yang
ingin menyentuh rambutnya.
“Aku melihat rambutmu terkena
makanannya. Apa kau
tidak menyadarinya? Kau
tidak bisa memegangi rambutmu karena bahumu sakit. Jadi lebih baik kita mengikatnya.” Kata Dan Tae menguncir dua rambut Gong Shim setelah itu
menyuruhnya untuk makan sebanyak yang dinginkanya.
Gong Shim mengoyangkan kepala yang sudah di ikat dua,
terdengar bunyi lonceng, Dan Tae seperti terhipnotis oleh kecantikan wajah Gong
Shim. Gong Shim bertanya apalagi sekarang yang Dan Tae lihat dalam dirinya,
berpikir pasti berusaha untuk mengejeknya dan meminta untuk tak melakukanya
lagi.
“Aku tidak tahan hanya melihatnya.” Ucap Dan Tae, Gong Shim tak mengerti maksudnya.
“Aku yakin Jook Soo akan senang
melihatmu sekarang.” Kata Dan Tae
“Kenapa kau tiba-tiba menyebutkan
namanya? Jangan
menyebutkan kalau kita sedang bersama-sama.” Kata Gong Shim dingin, Dan Tae mengatakan kalau hanya
bercanda saja.
“Bahkan jika itu hanya bercanda, jangan menyebutkan namanya saat kita bersama-sama. Aku serius.” Tegas Gong Shim, Dan Tae mengangguk mengerti lalu
menatap Gong Shim yang terlihat sedih.
Gong Mi duduk dimeja kerjanya sambil mengingat kata-kata
Joon Soo saat direstoran.
“Akan lebih baik jika kau berpikir
bahwa kau mendapatkan... seorang
teman baik.”
Sepertinya Gong Mi tampak tak percaya ternyata Joon Soo
tak menanggapi perasaanya untuk bisa lebih dekat dan dianggap sebagai teman
wanita yang terdekat.
Dan Tae sedang sarapan didepan minimarket, Gong Shim baru
keluar rumah berjalan dengan cepat. Dan Tae mendekatinya sambil mengaku tidak
berharap untuk bertemu didepan rumah, lalu bertanya
apakah Gong Shm akan pergi kerja. Gong Shim menyuruh Dan Tae tak menganggunya
karena sudah terlambat. Tapi Dan Tae terus mengikutinya dari sampai ke taman.
“Bagaimana dengan sakit pinggangmu?”
tanya Dan Tae, Gong Shim mengatakan baik-baik saja dan Jangan mengkhawatirkannya, menyuruhnya untuk pulang saja karena Masih
terlalu dini untuk mendengar
leluconnya.
“Aku juga sedang dalam perjalanan
untuk bekerja.” Kata Dan Tae, Gong Shim kaget kalau Dan Tae akan datang ke perusahaan
tempatnya berkerja. Dan Tae membenarkan.
“Jadi Kau mendapat pekerjaan di
perusahaan kami? Kenapa
kau terus mengunjungi perusahaan kami?” jerit Gong
Shim heran
“Ini karena masalah yang
kusebabkan dan Aku masih
menangani masalah itu.” Akui Dan Tae
“Apa yang kau lakukan... sampai kau harus terus datang ke
perusahaan kami?” tanya Gong Shim penasaran
“Aku sebenarnya... mengores mobil ketua dan
membuatnya rusak.”kata Dan Tae terdengar
dengan rasa bangga, Gong Shim menjerit kaget.
“Astaga.... Kau membuatku tidak bisa
berkata-kata. Bagaimana
kau bisa sampai menggores mobil jika kau tidak memiliki satu pun?” keluh Gong Shim lalu teringat kalau sudah terlambat
sambil mengomel karena berbicara dengan Dan Tae dan memperingatkan agar tak
mengikutinya lagi.
Gong Shim berlari dengan cepat ketika melihat busnya
datang agar tak tertinggal, tapi kakinya kembali tersengkal dan akhirnya
membuat wajahnya sukses mencium aspal seperti gambar korban kecelakaan di TKP,
ia menjerit kesakitan. Orang-orang yang menunggu di halte menertawakan Gong Shim
yang terjatuh begitu juga orang-orang yang ada di dalam bus. Gong Shim akhirnya
memilih untuk menelungkupkan wajahnya untuk menutupi rasa malunya, lalu
berharap agar busnya cepat pergi dan tak perlu memperdulikanya.
Tiba-tiba wajahnya terangkat, Dan Tae sudah
mengangkatnya, Gong Shim seperti superman yang siap terbang. Semua menjerit dan
memberikan tepuk tangan, Dan Tae pun
dengan bangga mengangkat badan Gong Shim sampai didepan pintu bus. Gong Shim
menutup wajahnya karena malu, Dan Tae menurunkan Gong Shim dan mendorongnya
untuk segera masuk ke dalam bus.
Semua penumpang didalam bus merasa terpana dengan
memujinya itu sangat keren. Dan Tae ikut naik bus melambaikan tangga bangga.
Supir meminta untuk membayar dua kali, Dan Tae pun setuju karena Gong Shim
belum membayar busnya. Gong Shim langsung turun dari pintu belakang, semua
menjerit melihat Gong Shim yang melarikan diri. Dan Tae pun ikut turun dan langsung masuk taksi yang
diberhentikan Gong Shim.
Dan Tae tertawa bahagia berhasil
menaikannya ke bus tapi merasa heran
kenapa harus turun dari bus, padahal ia hampir saja akan naik sendirian lalu
menanyakan lutut Gong Shim yang terluka. Gong Shim kesal melihat Dan Tae ingin
memegang lututnya.
“Apakah kau bangga pada dirimu
atas apa yang sudah dilakukan tadi?”kata
Gong Shim, Dan Tae mengangguk menurutnya tak ada yang salah dengan merasa bangga.
“Bukankah aku sudah melakukannya
dengan baik? Coba kau perhatikan Kau berlari seperti ini dan kemudian
kau jatuh. Lalu aku
mengangkatmu seperti ini... dan
menaikkanmu di dalam bus.” Cerita Dan Tae dengan
memperagakan mengunakan jari dan telapak tanganya.
“Apakah kau tidak tahu kenapa aku
turun untuk naik taksi yang mahal? Aku
malu dan Aku sedang menunggunya pergi karena malu. Kenapa
kau harus menjemputku dan memaksaku masuk?” jerit Gong
Shim
Dan Tae bertanya apakah ia melakukan
kesalahan lagi. Gong Shim membenarkan lalu menyuruh
untuk mulai menjaga jarak sekarang. Dan Tae pun mundur, karena tubuhnya yang
tinggi ketika mobil berguncang kepala terbentur. Gong Shim hanya bisa mengeleng
dan Dan Tae menahan rasa sakit sambil mengusap-ngusap kepalanya.
Sesampai dilobby, Dan Tae mengucapkan salam perpisahan.
Gong Shim menatap sinis. Dan Tae berharap Semoga
harim Gong Shim menyenangkan di tempat kerja. Gong Shim ingat kalau Dan Tae mengatakkan ada urusan
dikantornya.
“Apakah kau tidak mengadakan
pertemuan?” tanya Gong Shim
“Ya... Tentu
saja... Tapi aku
datang dua jam lebih awal,
sepertinya Aku harus pergi menunggu di sebuah kedai kopi.” Ucap Dan Tae
Gong Shim mengeluh menyuruh Dan Tae itu membuka matanya
dan cepat sadar dari tidurnya lalu beranjak pergi. Dan Tae mengikuti gaya
bicara Gong Shim yang mengejeknya.
Joon Soo baru keluar dari lobby melihat Gong Shim ingin
menyapanya dengan senyuman. Gong Shim dengan dingin hanya membungkuk lalu masuk
ke dalam kantor, Joon Soo binggung tiba-tiba Gong Shm bersikap dingin. Dan Tae
melihatnya teringat dengan kata-kata Gong Shim saat minum bersama.
“Masih... lebih menyakitkan... karena Joon Soo. Sangat memalukan untuk
mendengar... bahwa dia
hanya baik padaku... karena
dia mengasihaniku. Aku
sangat bodoh.”
Kantor firma hukum
Gong Mi terlihat kaget lalu berbicara pada Direktur Song
kalau ia tidak bersalah karena tidak pernah memalsukan barang
buktinya. Direktur Song berteriak tak percaya
karena Pengacara Choi baru saja mengaku. Gong Mi tak percaya Pengacara Choi bisa melakukan hal
ini padanya dan ingin tahu alasanya melakukan hal yang tidak
benar.
“Mari kita jujur saja... Kau dan aku memalsukan bukti... untuk kasus pembajakan merek
dagang. Aku punya
bukti... kau
menyingkirkan desain merek dagang secara sengaja.”
Kata Pengacara Choi
“Aku membuangnya karena pengacara Choi berkata kita tidak
membutuhkannya.” Ucap Gong Mi membela dir
“Apa yang kau bicarakan? Kau sudah
tahu apa itu. Aku sudah
mengatakannya kepadamu kalau kita memanipulasi bukti.” Kata Pengacara Choi merasa tak bersalah
“Astaga... Apakah kau tidak tahu firma hukum
kita harus tutup... jika
mereka menyelidiki dugaan pemalsuan bukti? Apakah kau ingin menghancurkan
perusahaan kita?” kata Direktur Song
“Ini surat pengunduran diriku. Jika kita mau bertanggung jawab
atas apa yang terjadi, itu
tidak akan membahayakan perusahaan. Maafkan
aku.” Kata Pengacara Choi memberikan surat pengunduran diri
lalu pergi.
Gong Mi tetap merasa benar-benar
tidak bersalah. Direktur Song merasa Gong Mi
itu tidak mendengar Pengacara Choi kalau itu adalah tanggung jawabnya dan tidak
ada hubungannya dengan perusahaan. Gong Mi tak
bisa menerima keputusan begitu saja, Direktur Choi menyuruh Gong Mi menyerahkan surat
pengunduran dirinya sekarang,
tapi akhirnya mengubah kalau Gong Mi dipecat lalu menyuruhnya untuk segera
keluar ruanganya segera.
Didepan ruangan
Gong Mi bertanya pada Pengacara
Choi. Apakah dengan keadaan ini
membuatnya merasa lebih baik. Pengacara Choi sudah menegaskan dari awal kalau ia tidak
akan meninggalkannya
sendirian.
“Aku tidak perlu bekerja di sebuah
firma hukum dan akan
melakukan apa pun untuk menghancurkanmu. Keluargamu tidak akan mampu
membantumu mendirikan firma
hokum sendiri. Aku akan mendirikan firma hukumku
sendiri. Jika kau
tidak punya tempat untuk pergi, aku bisa mempekerjakanmu.” Ucap Pengacara Choi tersenyum licik lalu menepuk Gong
Mi dan pergi.
Di ruangan Nyonya Nam
Nyonya Nam berteriak marah untuk apa datang ke tempat
itu, Joon Soo menjelaskan kalau ini pembukaan restoran jadi harus datang. Nyonya Nam mengatakan itu restoran Joon Soo jadi tak ada
hubungan denganya.
“Ini adalah restoran untuk
mengembangkan produk dengan label kita sendiri dan
itu bukan restoranku, Ini
restoran perusahaan kita.” Ucap Joon Soo
“Apa kau
bilang? Beraninya
kau mengatakan itu milik kita? Ini Sangat
tidak pantas.” Teriak Nyonya Nam, Joon Soo terlihat
sedih mendengarnya.
Dan Tae baru datang, Sek Nyonya Nam minta Dan Tae untuk
menunggu sebentar, Dan Tae pun berdiri didepan ruangan terdengar teriakan
Nyonya Nam dari dalam ruangan.
“Kenapa kau salah paham dalam
menerimanya? Aku
hanya...” kata Joon Soo berusaha untuk tenang
“Kau... seperti keluargamu. Kalian semua... mendaftarkan kematian Joon Pyo. Seluruh keluargamu sudah menyusun
rencana untuk mencuri kekayaanku. Aku
tidak menganggap mu sebagai cucuku.” Tegas
Nyonya Nam sinis
“Kalau begitu aku tidak akan.. menunggumu pada saat pembukaan.” Kata Joon Soo pasrah dengan menahan rasa sedihnya.
Dan Tae masih menunggu diluar, Joon Soo melihat Dan Tae
ada didepan pintu memilih untuk berjalan begitu saja karena sedang merasa
sedih. Dan Tae memikirkan tentang masalah Joon Soo dengan neneknya, Joon Soo
memilih untuk menenangkan diri diatap menatap langit luas.
Nyonya Nam pun menyambut Dan Tae sebagai pengacara, mengatakan sudah memberi lebih banyak waktu karena Dan Tae memintanya, jadi harus sekarang saat memberinya jawaban
“Aku memintamu... untuk menemukan cucuku Joon Pyo
untukku. Apa Kau akan melakukannya?” tanya Nyonya Nam terlihat sangat berharap
“Maaf, nyonya.... Menurutku
itu bukan pekerjaan yang bisa aku lakukan. Karena Ini
bukan sesuatu yang sesuai bidangku.” Kata Dan
Tae
“Apakah itu jawabanmu?” tanya Nyonya Nam terlihat kecewa
“Maafkan aku.... Aku yakin kau sudah mencoba untuk
menemukannya secara profesional, tapi
akan lebih baik jika kau menemukan seseorang yang lebih baik dibandingkan aku... untuk membantumu.” Ucap Dan Tae
“Aku sudah mencoba segalanya. Terakhir kali aku melihatnya... adalah saat... dia berusia empat tahun.” Cerita Nyonya Nam mengingatnya dengan wajah sedih
Flash Back
[26 tahun lalu]
Nyonya Yum menyapa semua tamu yang datang diacara ulang
tahun anaknya, Suk Joon Soo nampak masih kecil digendong oleh Tuan Suk.
“Ibu Joon Pyo membawa
Joon Pyo... ke acara pesta ulang tahun Joon Soo. Itu terakhir kalinya.”
Joon Pyo memegang tangan ibunya keluar dari lift terlihat
sangat bersemangat. Nyonya Yum yang melihat Joon Pyo dengan ibunya datang
terlihat tak begitu nyaman, lalu berjalan mendekatinya.
“Apa yang membawamu kemari?” tanya Nyonya Yum mendekati keduaya.
“Apa maksudmu? Tentu saja kita harus datang ke
ulang tahun Joon Soo.” Kata ibu Joon Pyo lalu meminta
anaknya untuk menyapa Nyonya Num sebagai bibinya. Joon
Pyo pun membungkuk badannya lalu melihat ada badut, lalu
berkumpul dengan teman-teman yang lain. Ibu Joon Pyo berpesan untuk tak lari
karena mungkin akan jatuh.
“Tae Hee.... Jangan terlalu sedih tentang... Ibu dan Ayah yang tidak datang.” Kata Ibu Joon Pyo menyampaikan pesan
“Ini bukan Abad Pertengahan. Aku tahu suamiku lahir di luar
nikah, tapi
mereka memperlakukan kami seperti kami tidak ada. Sulit bagiku untuk memahaminya tapi Bagaimanapun, terima kasih sudah
datang.” Kata Nyonya Yum
“Ahh... Tidak masalah.... kau harus pergi dan menyapa
tamumu.” Ucap Ibu Joon Pyo. Nyonya Yum pun pergi meninggalkanya dan Ibu Joon Pyo
mencari-cari anaknya yang tadi ingin melihat badut.
Nyonya Nam sedang ada dirumah menerima telp, seorang pria
bertanya Apakah ini rumah Joon Pyo. Nyonya Nam membenarkan kalau ini adalah rumahnya.
“Jika kau ingin dia kembali, persiapkan 100 ribu dolar.” Kata si pria mengancam, Nyonya Nam duduk lemas disofa
mendengarnya.
“Apakah dia baik-baik saja?” tanya Nyonya Nam khawatir
Saat itu Joon Pyo terlihat berjalan digandeng oleh
seorang pria dengan melihat ada sebuah tiang penunjuk bus kota. Ibu Joon Pyo
berteriak memanggil anaknya yang tak ada di dalam ruangan, Nyonya Yum juga
mengikutinya dari belakang.
Bus kota lewat di seberang jalan, Ibu Joon Pyo melihat
anaknya yang dibawa oleh seorang pria. Setelah bus berjalan pergi, Ibu Joon Pyo
berlari menyebarang dengan berteriak histeris. Joon Pyo melihat ibunya,
ternyata pria yang membawanya adalah Dae Chul. Tiba-tiba truk melaju kencang
dari belakang, ibu Joon Pyo mencoba terus berlari.
Joon Pyo melihat ibunya saat itu matanya bisa melihat
kejadian pelahan, Ibunya pun tertabrak truk dan langsung terpelanting lalu tergeletak
di aspal dengan kepala yang penuh darah. Joon Pyo langsung tak sadarkan diri,
Dae Chul langsung mengendong Joon Pyo dengan wajah panik. Nyonya Yum diseberang
jalan panik melihat adiknya yang membaca Joon Pyo.
Ibu Joon Pyo melihat tatto kupu-kupu ditangan pria yang
membawa anaknya. Dae Chul dan Nyonya Yum memilih untuk cepat pergi berpura-pura
tak mengetahu yang terjadi. Semua orang langsung mengerubungi Ibu Joon Pyo
terlihat masih sadarkan diri, salah seorang berteriak meminta untuk segera
menelp ambulance. Ibu Joon Pyo masih bisa memanggil nama anaknya dan kupu-kupu,
setelah itu meninggal ditempat.
“Setiap kali aku melihat anak-anak
pergi ke tempat penitipan anak, aku
bertanya-tanya apakah Joon Pyo pergi ke tempat penitipan anak Setiap kali aku melihat siswa
yang mengenakan seragam, aku
bertanya-tanya apakah Joon Pyo juga bersekolah. Setiap kali aku melihat anak-anak
muda, aku
bertanya-tanya apakah dia tumbuh menjadi orang yang baik.” Cerita Nyonya Nam sedih
“Kau akan berasumsi bahwa
orang-orang lupa... seiring
waktu, benarkan? Tidak ada satu hari pun... aku lupa tentang dia. Seperti itulah anak-anak” ungkap Nyonya Nam
Dan Tae yang bisa mendengarnya nampak bisa merasakan
kesedihan, Nyonya Nam mengatakan kalau memang ia seorang
wanita tua, tapi selalu mengingatnya selama
bertahun-tahun. Dan telah bertemu ribuan orang jika tidak memiliki pandangan terhadap
orang-orang, itu
berarti ia menjalani hidupku dengan salah.
“Pengacara Ahn, tolong pikirkan kembali? Aku tidak akan meminta kepadamu
lagi. Tapi... tolong jangan katakan kepada
siapapun... Aku
memintamu untuk menemukan Joon Pyo.” Ucap Nyonya
Nam penuh harapan, Dan Tae pun bisa mengerti.
Joon Soo sibuk di ruanganya, sampai tak menyadari Dan Tae
masuk ke ruangan. Dan Tae mendekati Joon
Soo dengan berdiri sangat dekat dengan melihat berkas yang sedang dikerjakan
temanya. Joon Soo sangat kaget melihat Dan Tae sangat dekat denganya, lalu
keduanya sama-sama tersenyum sumringah.
“Aku sudah selesai bertemu dengan
ketua, tapi Aku bisa kembali nanti jika kau
sedang sibuk.” Ucap Dan Tae
“Tidak... Silahkan duduk. Aku
ingin mendiskusikan sesuatu denganmu.” Kata Joon
Soo lalu mengajaknya duduk disofa, Dan Tae pun meminta izin untuk bertanya lebih dulu.
“Apa... Gong Shim... mengabaikanmu?” tanya Dan Tae, Joon Soo mengaku juga tak mengerti.
“Ini adalah masalah dari kalian
semua orang kaya. Bagaimana
bisa kau tidak mengerti? Itu tidak menarik.” Keluh Dan Tae lalu kebingungan untuk mengatakan dalam
kata-kata yang lebih halus.
“Apa yang aku katakan maksudnya, saat Gong Shim melihatmu, bukankah dia bertindak
seolah-olah kau tidak ada dan
mencoba untuk menghindarimu?” ucap Dan Tae, Joon Soo
membenarkan
“Aku melihatnya pagi ini dan
seperti itu sikapnya. Tapi... bagaimana kau tahu itu?” kata Dan Tae Heran, Joon Soo mengaku kalau ia memilih keahlian.
“Itu karena kalian tinggal di
gedung yang sama. Benarkan?”
tebak Joon Soo mengoda, Dan Tae pikir seperti itu lalu kembali kebinggungan
untuk mengatakan tapi menurutnya Yang terbaik adalah dengan
langsung kepada intinya.
“Joon Soo... Apakah kau pernah mengatakan hal
ini kepada Shim? Apakah
kau mengatakan kepadanya bahwa kau baik kepadanya... karena kau kasihan kepadanya?” ucap Dan Tae
Joon Soo pikir itu tak mungkin dan bertanya balik kenapa
Dan Tae mengatakan itu. Lalu
mengingat kembali saat diruangan ayahnya ia berbicara dengan ibunya.
Flash Back
“Itu karena kau terlalu baik, maka dari itu sebabnya perempuan dengan
latar belakang yang buruk mengejarmu. Apa
aku salah?” ucap Nyonya Yum Sinis, Joon Soo
membenarkan kata-kata ibunya
“Jangan melakukannya karena
kasihan, Kau tidak perlu merasa menyesal Oke?” kata Ibunya, Joon Soo mengerti dan tanpa sadar ternyata
ada Gong Shim dikolong meja mendengarnya.
Joon Soo pun menduga kalau Gong Shim bisa mendengrnya,
Dan Tae merasa Gong Shim itu salah paham, bahkan kesalahpahaman
yang besar, lalu bertanya-tanya darimana Gong Shim
mendengarnya, apakah dikolong meja. Joon Soo pikir dicelah pintu yang tak
tertutup rapat, dengan wajah panik bertanya bagaimana cara menembus kesalahanya
dan ingin segera menemuinya saja.
“Apa pendapatmu tentang dia?” tanya Dan Tae dengan wajah penasaran, Joon Soo tak
mengerti maksudnya.
“Apa yang kau... pikirkan tentang dia?” ucap Dan Tae
“Dia manis Dan dia membuatku bahagia saat
aku melihatnya, lalu Bagaimana denganmu?” tanya Joon
Soo balik
“Aku belum memikirkan tentang hal
itu. Dia
seperti adikku dan Seseorang
yang tidak pernah mendengarkanmu.” Ucap Dan
Tae seperti menutup perasannya.
“Dan Tae.... Aku juga ingin memberitahukan
sesuatu kepadamu.” Kata Joon Soo dengan wajah
serius. Dan Tae pun mempersilahkanya.
Di atap gedung.
Joon Soo pikir Dan Tae itu sudah
mendengar apa yang dikatakan nenek kepadany di
depan ruangan. Dan Tae membenarkan, tapi bukan itu tujuanya
datang tapi tak sengaja mendengarnya. Joon Soo menceritakan hubungan dengan
neneknya tidak terlalu baik.
“Bahkan Tidak pernah baik. Apa kau pernah mendengar tentang
Joon Pyo... dari dia?” tanya Joon Soo
“Aku mendengar bahwa kau pernah
memiliki sepupu yang lebih tua.” Kata Dan Tae
“Alasan kenapa hubunganku
dengannya tidak terlalu baik... adalah
karena satu hal. Dia adalah Joon
Pyo. Dia
berpikir bahwa Joon Pyo
hilang karena aku. Itu
sebabnya...aku berharap... dia
akan kembali hidup. Jika
itu terjadi, kurasa
hubunganku akan baik... dengan
Joon Pyo dan nenekku.” Kata Joon Soo dengan sangat
berharap dan wajah sedihnya, Dan Tae hanya diam tanpa memberikan tanggapan,
hanya memegang pundaknya agar bisa tenang.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Di tunggu part 2 nyaa...
BalasHapusGomawo
Makasih mba buat sinopsisnya... sdh ditunggu2 dr kmrn. Ini aja bangun tidur lgsg ngecek gong shim. He3...
BalasHapusMakasih mba buat sinopsisnya... sdh ditunggu2 dr kmrn. Ini aja bangun tidur lgsg ngecek gong shim. He3...
BalasHapusDi tunggu part 2 nyaa...
BalasHapusGomawo
mba yang episode 2 & 4 kok gak bisa dibuka ya...
BalasHapus