PS
: All images credit and content copyright : KBS
Eun Ho
berlari mengejarnya dengan sangat yakin kalau dugaanya bahwa Song Dae Hwi
adalah X, menurutnya tak mungkin bisa tak mengetahuinya walaupun tak memakai
jaket. Saat itu Dae Hwi berhenti, Eun Ho panik dengan tiba-tiba mulutnya
dibekap dan ditarik ke sisi lain.
Pelaku X
membantunya bersembunyi sampai akhirnya Dae Hwi merasa tak ada yang
mencurigakan dibelakangnya, lalu berlari dengan beberapa orang yang ikut
mengejar. Eun Ho langsung melepaskan belakan tangan dan melihat dibalik jaket
adalah Tae Woon.
“Kau
benar-benar membuatku cemas.” Keluh Tae Woon kesal. Eun Ho benar-benar tak
percaya kalau memang Tae Woon yang melakukanya.
“Ya,
bodoh... Kau ini gigih juga rupanya dan Kau hampir saja membuatku tertangkap.”
Ucap Tae Woon.
“Kau... Kau
penirunya, 'kan? Apa kau meminjamnya dari
Duk Soo?” ucap Eun Ho sengaja mendekatkan wajah Tae Woon seperti tak percaya
kalau temanya itu adalah X yang dicari-cari selama ini.
[Episode 5 -Sesuatu yang Tidak Tercatat dalam
Evaluasi Siswa]
Keduanya
berjalan bersama, Tae Woon kesal dianggap Peniru dan menegaskan kalau tidak
melakukan sesuatu yang tidak orisinal serta tidak suka meniru-niru. Selain itu
juga tidak suka orang yang suka meniru. Eun Hoo menganguk mengerti saja tapi
dengan sengaja berteriak.
“Astaga.
X-nya ada di sini !” teriak Eun Ho. Tae Woon langsung menutup mulut Eun Ho
sambil mengumpat kalau sudah gila melakukan itu.
“Kenapa
banyak sekali yang meniru X? Memangnya kau anak-anak?” keluh Eun Ho.
Tae Woon
kesal memanggilnya lalu menatap ke arah kontainer didepannya. Eun Ho juga ikut
menatap sambil bertanya-tanya apa yang ada didalamnya.
Eun Ho
dibawa masuk ke dalam dan kaget melihat ada drone dengan gambar wajah Kepsek
Yang. Ia masih tak tak yakin kalau Tae Woon adalah X yang asli, walaupun masih
merasa tidak masuk akal. TaeWoon menegaskan bawhwa Tidak mempercayai orang,
adalah kebiasaan buruk.
“Kenapa
juga kau jadi X? X itu memperjuangkan keadilan, dan.. Dia juga tampan,
peringkatnya bagus.. Kenapa X-nya kau?” ucap Eun Ho masih tak percaya
“Aku masuk
ke dalam semua kriteriamu itu. Cocok sekali.” Kata Tae Woon bangga. Eun Ho
mengeluh mendengarnya lalu mengingat saat si X yang kabur dari jendela dan
meninggalkan darah. Ia lalu melihat di bagian tubuh Tae Woon tak ada luka.
“Kau
tidak punya luka di pinggangmu 'kan?” ucap Eun Ho yakin kalau bukan Tae Woon
pelakunya.
“Tentu
saja, lukanya bukan di pinggang. Tapi di bawah sini.Apa Kau mau lihat? Haruskah
aku buka celanaku?” ucap Tae Woon menunjuk kebagian bawah pinggang.
Eun Ho
langsung membalikan badan menolak untuk melihatnya dan Tae Woon mengumpat Eun
Ho yang mesum. Eun Ho kembali mastikan
kalau Tae Woon adalah si X. Tae Woon membenarkan. Eun Ho tetap tak yakin
mendorong Tae Woon seperti berbohong sebagai X dan ingin tahu alasan
melakukanya.
“Hanya karena
aku kesal dan bosan.” Ucap Tae Woon santai
“Kau
bilang 'Hanya karena' Bosan? Apa itu menyenangkan bagimu? Tanpa tahu apa-apa, aku
ke sana-kemari mencari X. Apa bagimu itu lucu? Apakah kau tidak menganggapku ini
bodoh dan menyedihkan?” ucap Eun Ho marah. Tae Woon mencoba menjelaskan tapi
Eun Ho kembali bicara.
“Aku
merasa benar-benar putus asa. Kau mungkin saja melakukannya.. karena kau kesal
dan bosan, tapi karena perbuatanmu itu, aku.. menderita sekali akhirnya” ungkap
Eun Ho
“Makanya
aku menyelamatkanmu.” Kata Tae Woon. Eun Ho masih tak terima karena Tae Woon menganggap sudah
Menyelamatkannya.
“Tae
Woon... Kalau mau main pahlawan-pahlawanan, main saja sendiri. Aku tahu
sekarang. Karena ini semua bukan masalah bagimu. Walaupun.. kau ketahuan, lagipula
ini sekolah ayahmu. Apa aku salah?” ejek Eun Ho marah
Tae Woon
terlihat marah dan merasa Eun Ho sudah keterlaluan. Saat itu terdengar suara
ketukan dari luar. Eun Ho pikir Kalaupun Tae Woon tertangkap maka akan
baik-baik saja dan ingin berteriak. Tae Woon langsung menutup mulut Eun Ho.
Petugas
Han merasa kalau bisa mendengar suara dari dalam. Guru Shim yang menemaninya
terlihat gugup merasa tak mendengar apapun, merasa kalau ini bukan tempatnya
tapi hanya tempat penyimpanan barang bekas.
“Tapi aku
punya firasat tentang tempat ini. Aku yakin.” Kata Petugas Han. Guru Shim
meminta agar petugas Han bisa mendengarnya, tapi petugas Han seperti tak
peduli.
“Apa kau
memang tidak pernah mendengarkan orang lain?” ucap Guru Shim. Petugas Han
membenarkan dengan terus mencoba membuka pintu.
Di dalam,
Eun Ho melepaskan tangan Tae Woon untuk berbicara. Tae Woon menyadarkan Eun Ho
Kalau mereka tertangkap sekarang, maka akan dianggap kaki tangan. Eun Ho pun
terdiam mendengarkan ucapan Tae Woon.
Sementara
di luar, Petugas Han menanyakan kunci kontainer apakah Guru Shim belum
menemukannya. Guru Shim menegaskan akalu sudah berusaha mencarinya dan merasa
yakin kalau bukan itu tempatnya. Petugas Han pikir akan dihancurkan
pintunya,lalu menuruni tangga.
Tae Woon
bisa menghela nafas melihat keduanya yang sudah pergi. Eun Ho akan keluar dan
Tae Woon menahanya. Eun Ho mengaku kalau sudah mengerti, Tae Woon pikir lebih
baik mereka hentikan sekarang. Eun Ho pikir Tae Woon yang harusnya berhenti melakukan hal kekanak-kanakan
itu. Tae Woon ingin mengumpat tapi ditahan.
“Brengsek
egois... Aku tidak mau melihatmu lagi.” Ucap Eun Ho marah berjalan keluar dan
Tae Woon hanya menatapnya.
“Laporkan
saja aku kalau begitu. Lakukan kalau itu memang maumu. Lagian aku juga mau
berhenti.” Kata Tae Woon menantang ikut keluar menemui Eun Ho.
“Ya, aku
memang mau melaporkanmu. Kau 'kan tidak takut pada apapun. Karena ayahmu, sekolah
ini seperti taman bermainmu, dan anak-anak lain adalah mainanmu, apa aku salah?”
kata Eun Ho mengejek.
“Ternyata
begitu.. Jadi kau anggap aku begitu. Kau betul-betul memahamiku. Kalau begitu
jaga kelakuanmu itu. Aku tahu kau kesal dan kebingungan, tapi kau cukup
mengatakan apa yang kau tahu.” Ungkap Tae Woon.
“Tentu
saja... mana berani aku bicara sembarangan tentang anak pemilik sekolah ini. Aku
juga tahu posisiku.” Balas Eun Ho
“Setidaknya
kau sekarang.. sadar siapa dirimu.” Ucap Tae Woon.
Tuan Hyun
membahas tentang Sistem pelaporan dan
pengurangan poin, makan siang berdasarkan peringkat, dan mengumumkan nilai di
depan umum, kalau semua sudah dilaporkan
ke Kementrian Pendidikan. Dengan begitu pihak sekolah dianggap melakukan
kekerasan terhadap anak-anak.
“Aku
tidak tahu mau mengatakan apalagi.” Ucap Kepsek Yang merasa bersalah.
“Kita
bisa membebaskan diri kali ini, tapi anak-anak zaman sekarang sesuatu sekali. Terutama
si kunyuk itu.” Ungkap Tuan Hyun. Tae Woon baru pulang memberikan hormat pada
keduanya.
“Benar,
aku akan melakukan apa saja yang bisa kulakukan untuk menangkap X.” Kata Kepsek
Yang.
“Dia
mungkin saja bukan siswa biasa. Kau harus mengungkap semua perbuatannya itu.. dan
meminta pertanggungjawabannya.” Tegas Tuan Hyun. Tae Woon yang mendengarnya
merasa tertekan.
Tae Woon
duduk di depan meja belajar melihat “Kupon
Ayam” teringat kembali dengan perkataan Eun Ho “Kau 'kan tidak takut pada
apapun. Sekolah ini adalah taman bermainmu, dan anak-anak lain adalah mainanmu,
apa aku salah?”
Sementara
Eun Ho mengambar wajah si pelaku mengingat perkataan Tae Woon “Kau bahkan tidak
tahu apa-apa. Aku tahu kau merasa kesal dan kebingungan, tapi katakan saja apa
yang kau tahu.”
Pagi hari
Dae Hwi
duduk di bus sambilk membaca buku, lalu melihat pacarnya naik bus dan
memberikan kursi padanya. Nam Joo menatap Dae Hwi yang terus membaca. Dae Hwi
langsung mengetahui yang dipikirkan Nam Joo "Dia membaca buku lagi."
Nam Joo mengaku kalau dirinya juga mengumpat "Kunyuk." Pada Dae Hwi.
Akhirnya keduanya duduk bersebelahan dan Dae Hwi ingin menjelaskan.
“Aku
tahu. Kau membacanya karena sebentar lagi ada evaluasi siswa. Kau harus
membacanya agar bisa mengisi semuanya.” Ucap Nam Joo suadh bisa mengerti
pacarnya.
“Sepertinya
tidak ada yang perlu kau cemaskan. Maksudku.. konsultanmu akan mengurus
semuanya. Termasuk evaluasimu.” Kata Dae Hwi, Nam Joo pikir seperti itu dengan
sedikit gugup.
“Apa kau
juga akan magang di perusahaan ayahmu? Bukankah perusahaan itu dulunya
didirikan oleh kakekmu? Sepertinya sejarahnya sudah lumayan panjang. Simgang
Logistics. Aku tahu sedikit saat sedang melakukan riset.” Ungkap Dae Hwi.
Nam Joo
terlihat sedikit panik mendengar Dae Hwi membahas keluarganya. Dae Hwi melihat
lalu bertanya apakah mencemaskan sesuatu, karena kelihatan tidak nyaman. Nam
Joo mengaku kalau dirinya baik-baik saja, walaupun diwajahnya terlihat sedikit
gelisah.
Guru Shim
membagikan lembaran evalusi, lalu memberitahu anak muridnya agar Bandingkan
dengan evaluasi tahun pertama merkea serta Tandai bagian yang harus dimasukkan
untuk tahun kedua karena Mungkin saja ada yang terlewatkan.
“Kalian tahu
'kan kalau tidak dibenarkan memberitahukan pada orang lain.. tentang evaluasi
semester kalian?” ucap Guru Shim memperingatkan. Semua terlhat mengeluh
mendengarnya.
“Penghargaan,
sertifikat, rencana pribadi.. Jangan
sampai ada yang terlewat. Buatlah rencana masa depan yang detail melebihi yang
sudah kalian buat tahun lalu. Kalian tahu 'kan kalau evalusi ini akan
menggambarkan siapa diri kalian. Buatlah yang bagus.” Ungkap Guru Shim semua
murid pun mengangguk mengerti.
“Kalau
ada yang perlu kalian konsultasikan, silakan temui Bapak.” Pesan Guru Shim lalu
keluar dari ruangan.
Byung Joo
melihat hasil evaluasi seperti tak percaya melihatnya, tertulis hasilnya
"Dia memiliki banyak pikiran dan selalu ceria." Seperti tak percaya
kalau dirinya banyak berpikir. Tae Woon yang mendengarnya menyuruh Byung Joo
agar Sebaiknya mulailah berpikir dari sekarang.
“
"Dia sangat terus terang dalam mengungkapkan pendapatnya." Itu 'kan
kau, Tae Woon.” Kata Byung Joo membaca lembaran hasil tes Tae Woon.
“ Ini Benar-benar
deskripsi yang parah.” Ucap Tae Woon lalu memilih untuk keluar dari ruang
kelas.
Petugas
Han mengikuti guru Shim menanyakan Evaluasi siswa itu untuk apa, karena
Anak-anak langsung heboh begitu mendengar soal itu. Guru Shim menjelaskan kalau
Itu sepert catatan kehidupan anak muridnya dan Mereka bisa masuk kuliah dengan
evaluasi itu.
“Mereka
bisa masuk kampus berdasarkan seberapa bagus evaluasi mereka ditulis.” Jelas
Guru Shim. Saat itu tiba-tiba Eun Ho datang menemui Guru Shim dengan wajah
lesu.
“Aku harus
bicara dengan Bapak. Evaluasiku memerlukan bantuan mendesak.” Ucap Eun Ho yang
membayangkan dirinya seperti dibawa ke UGD.
Eun Ho
sudah tak sadarkan diri dengan Guru Shim yang membawanya masuk ke ruang
operasi. Ayah dan ibu Eun Ho panik yang
terjadi pada anaknya, Guru Shim menegaskan kalau Evaluasinya sedang dalam
keadaan kritis dan mereka harus segera membawanya. Eun Ho pun masuk ruang
operasi dengan keluarga yang harus menunggu di luar.
“Dokter
mohon selamatkan anak kami. Dia harus masuk universitas bagaimanapun caranya.”
Ungkap Tuan Ra pada Kepsek Yang
“Percayalah
pada kami.” Ucap Kepsek Yang menenangkan.
“Dia
tidak begitu berbakat, tapi dia adalah anak yang baik dan makannya banyak. Mohon
selamatkan dia!” kata Ibu Eun Ho memohon pada gurunya.
Semua
guru berkumpul seperti sedang melakukan operasi untuk keadaan Eun Ho. Kepsek
Yang seperti ketua operasi melihat grafiknya, kalau Eun Ho sangat mengerikan
karena ada di kolom keenam dan Berada di kelompok enam tidak akan membuatnya
masuk universitas lalu ingin tahu Bagaimana dengan evaluasinya.
“Sama
sekali tidak membantu penerimaannya di universitas.” Kata Guru Goo.
“Benar-benar
nyaris kosong. Dia harus melakukan berbagai Aktivitas seperti memenangkan
penghargaan, magang dan membaca buku.” Kata Guru Shim.
“Sepertinya
dia tidak akan selamat. Dia ada di level 6 dan pengurangan poinnya juga banyak.
Kalau tidak hati-hati, dia bisa menghancurkan yang lain.” Ungkap Guru Jang
“Kegiatan
ekstrakulikuler-nya juga sama saja. Mustahil bisa menutupi semuanya.” Kata Guru
Park
“Sepertinya,
pendapat guru kelasnya adalah satu-satunya jalan keluar. Berapa lama lagi waktu
yang dia punya?” kata Kepsek Yang
“Ini
adalah semester pertama di tahun keduanya. Kalau tahun depan dia naik kelas
tiga, maka dia akan jadi sangat sibuk.” Ungkap Guru Koo
Kepsek
Yang mulai mengomel kalau Sudah bilang seharusnya sejak awal jangan terima Eun
Ho karena Catatan yang bagus biasanya hanya
milik anak-anak orang kaya, akhirnya mencoba melakukan bedah dan Eun Ho
terlihat ketakutan di atas meja operasi.
Petugas
Han pikir kalau itu bagus karena semua tidak berdasarkan pada peringkat,
menurutnya Kampus biasanya menerima
siswa.. berdasarkan berbagai cara, bisa dengan evaluasi dan bisa dengan
peringkat. Guru Shim juga pikir seperti itu.
“Mereka
akan menjelaskan sendiri apa bakat dan impian mereka.” Kata Guru Shim.
“Setiap
kalimatnya juga tergantung uangnya, Pak. Untuk bisa melakukan berbagai
kegiatan, kami harus ikut berbagai les privat.” Kata Eun Ho
“Lantas
apa lagi? Kau hanya perlu belajar sepanjang malam kalau kau mau masuk kuliah
lewat jalur peringkat. Tapi kalau kau ingin memiliki catatan bagus, maka kau
perlu banyak uang agar bisa diterima kuliah.” Ucap Petugas Han. Eun Ho
membenarkan dengan wajah melas.
“Menurutku
lebih baik, mereka masuk kuliah lewat jalur peringkat saja.” Komenta Petugas
Han.
Guru Shim
melihat kalau Catatan evaluasi Eun Ho sedikit berantakan. Eun Ho pikir kalau
seperti ini tidak akan bisa diterima di manapun. Guru Shim pikir membenarkan,
tapi menyakinkan Eun Ho kalau Masih ada waktu dan Sebaiknya jangan menyerah
serta pikirkan kembali soal ini. Eun Ho mengangguk mengerti.
“Omong-omong,
Pak Shim... Bukankah sekolah kita punya acara kontes menggambar?” kata Eun Ho
“Bapak
tidak tahu, Belum pernah dengar soal itu.” Ucap Guru Shim.
“Kalau
ada, aku bisa berusaha dengan sangat keras.” Kata Eun Ho menyakinkan. Guru Shim
pun berjanji akan cari tahu.
“Pokoknya,
jangan menyerah dengan evaluasimu. Mari kita lakukan segala cara, atau Cobalah
minta saran dari seniormu.” Kata Guru
Shim. Eun Ho pun memikirkan tentang seniornya.
Eun Ho
menelp Jong Geun oppa dengan Tae Woon
yang melihat gaya Eun Ho yang di buat manis. Eun Ho mengatakan ada yang ingin
ditanyakan, Soal evaluasi siswa dan
ingin datang ke kampus. Tapi Jong Geun mengatakan sedang pergi kemping bersama
Pacarnya.
“Apa
omong-omong kau sudah dapat pasangan kampusmu?” ucap Eun Ho kaget tapi akhirnya
terpaksa memberikan Selamat dan memilih untuk segera menutup telpnya.
“Dilihat
dari wajahnya saja aku sudah tahu dia itu pengkhianat. Seharusnya aku tidak
ikut campur waktu itu.” Ejek Tae Woon melihat wajah Eun Ho.
“Coba
Lihat siapa yang bicara. Aku harusnya bisa masuk Hanguk.. kalau tidak ada yang
menjebakku dan membuatku kena potongan poin.” Kata Eun Ho. Tae Woon makin
mengejek Eun Ho yang ingin masuk Hanguk.
“Kalau
saja waktu itu kau tidak ada di ruang guru..” kata Eun Ho marah.
“Itu juga
yang terakhir bagiku. Kalau bukan karena kau, maka aku pasti akan berhenti. Semua
karena kau.” Balas Tae Woon.
“Alasanmu
bahkan tidak masuk akal.” Ucap Eun Ho.
“Aku bisa
saja mengakhiri semuanya.. kalau saja kau tidak dengan bodohnya dituduh seperti
itu.” Kata Tae Woon.
“Kenapa
tidak kau akhiri saja? Kenapa tidak kau akhiri semuanya termasuk kau dan aku.”
Kata Eun Ho dengan nada tinggi.
“Bagaimana
aku bisa melakukan itu? Kau harus Dengar, Aku tidak akan menyesal kalau hanya
aku yang tertangkap dan dikeluarkan dari sekolah. Tapi kau 'kan punya teman dan
kau punya impian kampungan untuk jadi pembuat webtoon. Aku berpikir kau tidak
boleh sampai dikeluarkan, apa kau puas?” tegas Tae Woon.
Eun Ho
merasa kalau itu Tidak masuk akal. Tae Woon pikir harus Harus mengatakannya
keras-keras agar paham. Eun Ho menegaskan kalau dirinya belum memaafkannya
dengan memanggilnya Anaknya Pak Direktur, jadi akan memperhatikanmu selamanya,
maka berhati-hatilah. Tae Woon malah
tersenyum mendengarnya.
“Jadi..
kau mau ke mana?” ucap Tae Woon melihat Eun Ho sudah naik sepedanya. Eun Ho
heran kenapa Tae Woon menanyakannya.
“Kau
bilang mau terus mengawasiku. Kalau kau ingin melakukannya bukan begitu
caranya. Memang benar aku merasa bersalah padamu, jadi aku akan berusaha
bijaksana. Supaya kau bisa terus mengawasiku sepuasmu.” Ungkap Tae Woon.
“Tae
Woon. .. Sepertinya kau mengira dunia ini berputar mengitarimu.” Kata Eun Ho.
Tae Woon membenarkan dengan memalingkan wajahnya.
Tae Woon
mengeluh kalau Membaca komik itu kekanak-kanakan dan kenaap harus membaca
komik, menurutnya bau saja tidak enak.
Eun Ho menyuruh Tae Woon pergi saja. Tae
Woon menegaskan Tidak akan pergi. Akhirnya Eun Ho mencari sebuah komik bertanya
apakah Tae Woon sudah membcanya.
“Aku
nonton filmnya.” Kata Tae Woon. Eun Ho pikir kalau Tae Woon mau memakai topeng, setidaknya harus punya
jiwa pejuang seperti tokoh itu.
“Setidaknya
keinginan untuk menyelamatkan orang lain. Dan kerelaan untuk mengorbankan diri.
Bukankah begitu, X?” ejek Eun Ho. Tae Woon kesal mendengarnya.
“Kenapa
kau melakukan itu, X? Sebenarnya, kenapa kau melakukan semua itu?” tanya Eun
Ho. Tae Woon mengaku kalau hanya ingin saja dan terjadi begitu saja.
“Aku
merasa frustasi di sekolah, jadi aku ingin bersenang-senang sedikit.” Ungkap
Tae Woon.
Eun Ho
seperti tak yakin kalau hanya itu alasanya, Tae Woon yakin kalau memang hanya
itu. Eun Ho akhirnya memilih untuk memberikan buku komik saja pada Tae Woon.
Tae Woon mengeluh kalau Baca komik sama sekali bukan gayanya.
Tae Woon
membaca dengan tertawa lebar. Eun Ho menatap dengan tatapan mengejek. Tae Woon
mengaku kalau tertawa bukan karena ini lucu, tapi karena ceritanya sangat
kekanakan. Eun Ho tak peduli menurutnya karena ia sudah membuat Tae Woon
tertawa, maka lakukan sesuatu untuknya.
Tae Woon
diajak membagikan brosur untuk Eun Ho, sambil mengeluh kalau sangat panas. Eun
Ho langsung memperingatkan Tae Woon agar bisa tersenyum. Tae Woon merasa Ini namanya eksploitasi dan tidak
mau melakukannya.
“Baiklah
kalau begitu. Aku akan menemui ayahmu sekarang, kalau Tae Woon adalah..” kata
Eun Ho mengancam. Tae Woon langsung menutup mulut Eun Ho sebelum semua yang ada
dijalan mendengarnya.
“Apa kau
sebegitu senangnya bisa bersama denganku?” goda Tae Woon. Eun Ho menegaskan
kalau itu salah.
Tae Woon
terdiam melihat senyuman Eun Ho saat berkerja part time walaupun sudah lelah
berada disekolah. Saat itu Dae Hwi buru saja turun dari mobil bersama dengan
Hee Chan. Eun Ho menyapanya dengan wajah bahagia pada Dae Hwi.
“Kau
bekerja keras” komentar Dae Hwi yang melihat Eun Ho berkerja part time.
“ Apa
yang kau lakukan di sini?” tanya Hee Chan melihat Tae Woon bersama Eun Ho. Tae
Woon mengaku kalau itu apa saja lalu menatap sinis pada Dae Hwi.
“Apa Kau
masih melakukan itu?” sindir Tae Woon, Dae Hwi tak mengubrisnya mengajak Hee
Chan masuk. Hee Chan pun pamit pada keduanya. Eun Ho melambaikan tangan dengan
senyuman pada Dae Hwi.
Hee Chan
memberikan Dae Hwi kalau ibunya akan datang, Dae Hwi mengangguk mengerti dengan
wajah sedikit gugup menunggu lift. Hee
Chan lalu bertanya Apa Dae Hwi sudah menyelesaikan tugasnya. Dae Hwi
mengeluarkan berkas dari tasnya dan diberikan pada Hee Chan.
“Ini
untuk kesenian, Musik, sejarah.” Kata Dae Hwi memberikan semuanya. Hee Chan
mengucapkan terimakasih.
“Aku
tidak yakin, kau tidak punya waktu untuk belajar sendiri, kau bahkan
menyelesaikan semua PR-ku.” Komentar Hee Chan.
“Aku 'kan
tidak mengerjakannya dengan gratis.” Ungkap Dae Hwi memang dibayar untuk
melakukan semuanya.
Seorang
konsultan membaca Evaluasi Siswa Hee Chan, berkata kalau Keseimbangan dari
penggabungan alam dan ilmu pengetahuan,
adalah sesuatu yang sering ditanyakan dalam interview. Menurutnya Karena
pengalaman multikulturnya, tidak buruk tapi bisa jadi mudah tertebak kalau tidak
ditampilkan secara menonjol, malah bisa jadi nilai minus untuk Hee Chan.
“Aku tidak
tahu ini akan jadi minus.” Kata Ibu Hee Chan dan ingn bicara
“Waktunya
sudah habis dan Sejam sudah berlalu.” Kata Konsultan. Ibu Hee Chan memberikan
uang meminta waktu 10 menit lagi. Dae Hwi yang gugup sudah menunggu diluar.
Konsultan
melihat kalau Dae Hwi ada di peringkat atas sekolah Tapi menurutnya Seoyul
tetap berat serta Tidak ada yang istimewa dengan penghargaan yang diraih, jadi
harus merencanakan bagaimana caranya menghubungkan penghargaan yang diraih dengan
pendapat pribadimu dalam wawancara, tapi penghargaan sekolah Dae Hwi tidak cukup
banyak dan tidak akan berpengaruh.
“Maksudmu..
dibutuhkan semacam kompetisi di sekolah?” kata Dae Hwi terlihat kecewa.
“Sepertinya
itu akan membantu.” Ucap Si konsultan lalu matikan alaram karena waktunya
habis.
“Dae Hwi.
Berikan itu padaku dan keluarlah.” Kata Ibu Hee Chan, Dae Hwi keluar dengan
menahan wajah amarah.
Ibu Hee
Chan memberikan sebuah tas yang sesuai dengan musim panas, lalu memastikan
kalau Hee Chan akan diterima di Seoyul
tanpa masalah, konsultan membenarkan. Dae Hwi hanya bisa melihat dari
luar dengan wajah kecewa. Konsultana yakin karena Evaluasi siswanya luar biasa.
“Kau tahu
'kan kalau semuanya bergantung pada evaluasi siswa. Kalau kau tambahkan
kemenanganmu dalam kompetisi, maka akan lebih baik lagi.” Kata konsultanya.
“Sepertinya
sekolah akan mengadakan beberapa kompetisi.” Kata Ibu Hee Chan.
“Sebagai
pekerja magang, bidang kesehatan adalah yang terbaik. Sesuatu yang menyentuh
dan berbau pengorbanan diri. Nilainya akan jadi yang tertinggi” kata Konsultan.
“Itu
mudah. Paman dan bibinya semua dokter.” Kata Ibu Hee Chan.
Kepsek
Yang bertemu pada wali murid mengatakan Melibatkan orang tua dalam kegiatan
sekolah adalah sebuah bantuan besar bagi pihak sekolah. Ibu Bit Na pikir Ini
adalah hal yang wajar dan guru sudah mendidik anak mereka. Kepsek Yang berharap
semua orangtua seperti wali murid itu.
“Maksudku,
ada banyak orangtua yang tak peduli soal anaknya.” Kata Kepsek yang
“Tidak
semua orang berhak menjadi orangtua. Lagipula, mereka sudah kelas 2 sekarang.
Sudah waktunya menyempurnakan nilai evaluasi mereka.” Kata Ibu Hee Chan
“Ya.
Sebenarnya, aku berencana untuk membuat sebuah kompetisi sebelum semester
berakhir.” Kata Eun Ho
“Baguslah.
Mereka akan sangat sibuk kalau sudah kelas 3 nanti. Akan susah mengatur waktu untuk
evaluasi mereka..” Kata Wali murid lainya. Kepsek Yang menegaskan kalau akan
mengurus semua.
Hee Chan
berjalan pulang melihat lembaran Laporan Siswa dan ia berada di Peringkat 2 di
kelas dan Peringkat 2 di sekolah. Saat didalam mobil, Ibunya mengomel karena
Hee Chan tidak bisa sekalipun mengalahkan Dae Hwi. Hee Chan pikir sudah lebih
unggul karena Dae Hwi tidak akan bisa masuk Seoyul
“Apapun
itu, kalau kau peringkat kedua artinya kau kalah dari dia. Selanjutnya kau
harus menang, mengerti?” tegas Ibunya. Hee Chan hanya bisa menganguk mengerti
tanpa melawan.
“Dan ini,
Sebentar lagi akan ada kompetisi Matematika. Ibu sudah mengumpulkan beberapa contoh
soalnya.” Kata Ibu Hee Chan memberikan lembaran kertas.
Semua
guru diberikan berkas oleh Kepsek Yang, yang mengeluh mereka terlalu serius.
Guru Shim pikir dengan memberikan
kesempatan yang sama pada semua siswa adalah hal yang sewajarnya. Guru Park
merasa Guru Shim sangat keras kepala dan menyebalkan sekali jadi lebih baik
bagikan saja pada anak-anak
“Evaluasi
siswa adalah tentang fokus dan pemilihan. Beberapa anak memerlukan spesifikasi
khusus. Memberikan anak-anak pintar kesempatan yang lebih banyak itu adalah
kesetaraan yang sebenarnya.” Ungkap Guru
Koo.
“Tapi
tetap saja, kalau evaluasi kali ini berakhir akan susah bagi mereka untuk
berkembang lagi nantinya.” Ucap Guru Shim membela
“Walaupun
kita beri mereka kesempatan, mereka tetap tidak akan masuk kuliah.”komenta Guru
Jang
“Karena
sekolah terlalu mendiskriminasi, mereka juga jadi belajar bagaimana mendiskriminasi
di sekolah.” Balas Guru Jung.
Young
Gun. terlihat merokok dibelakang kelas dengan dua temanya, Bo Ra datang dengan
wajah ketakutan memberitahu kalau diminta oleh Guru Shim untuk menemuinya agar
konseling soal evaluasi. Seung Hyun pikir Boar
sudah berani mengadu macam-macam lagi pada Pak Guru.
“Aku
tidak bisa mempercayai apapun yang kau katakan.” Ungkap Seung Hyun marah
“Kau
sangat penurut.. pada guru, benarkan?” komentar Young Gun. sinis.
“Dia bilang
kalau kau tidak ke sana maka dia akan menyuruh Bu Soo Ji mendiskusikan tentang
pelanggaran waktu itu.” Kata Bo Ra. Young Gun pun berjalan sambil menabrak
pundak Bo Ra dengan kasar.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar