PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 02 Agustus 2017

Sinopsis School 2017 Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS

Eun Ho berlari mengejarnya dengan sangat yakin kalau dugaanya bahwa Song Dae Hwi adalah X, menurutnya tak mungkin bisa tak mengetahuinya walaupun tak memakai jaket. Saat itu Dae Hwi berhenti, Eun Ho panik dengan tiba-tiba mulutnya dibekap dan ditarik ke sisi lain.
Pelaku X membantunya bersembunyi sampai akhirnya Dae Hwi merasa tak ada yang mencurigakan dibelakangnya, lalu berlari dengan beberapa orang yang ikut mengejar. Eun Ho langsung melepaskan belakan tangan dan melihat dibalik jaket adalah Tae Woon.
“Kau benar-benar membuatku cemas.” Keluh Tae Woon kesal. Eun Ho benar-benar tak percaya kalau memang Tae Woon yang melakukanya.
“Ya, bodoh... Kau ini gigih juga rupanya dan Kau hampir saja membuatku tertangkap.” Ucap Tae Woon.
“Kau... Kau penirunya, 'kan?  Apa kau meminjamnya dari Duk Soo?” ucap Eun Ho sengaja mendekatkan wajah Tae Woon seperti tak percaya kalau temanya itu adalah X yang dicari-cari selama ini. 


[Episode 5 -Sesuatu yang Tidak Tercatat dalam Evaluasi Siswa]
Keduanya berjalan bersama, Tae Woon kesal dianggap Peniru dan menegaskan kalau tidak melakukan sesuatu yang tidak orisinal serta tidak suka meniru-niru. Selain itu juga tidak suka orang yang suka meniru. Eun Hoo menganguk mengerti saja tapi dengan sengaja berteriak.
“Astaga. X-nya ada di sini !” teriak Eun Ho. Tae Woon langsung menutup mulut Eun Ho sambil mengumpat kalau sudah gila melakukan itu.
“Kenapa banyak sekali yang meniru X? Memangnya kau anak-anak?” keluh Eun Ho.
Tae Woon kesal memanggilnya lalu menatap ke arah kontainer didepannya. Eun Ho juga ikut menatap sambil bertanya-tanya apa yang ada didalamnya. 

Eun Ho dibawa masuk ke dalam dan kaget melihat ada drone dengan gambar wajah Kepsek Yang. Ia masih tak tak yakin kalau Tae Woon adalah X yang asli, walaupun masih merasa tidak masuk akal. TaeWoon menegaskan bawhwa Tidak mempercayai orang, adalah kebiasaan buruk.
“Kenapa juga kau jadi X? X itu memperjuangkan keadilan, dan.. Dia juga tampan, peringkatnya bagus.. Kenapa X-nya kau?” ucap Eun Ho masih tak percaya
“Aku masuk ke dalam semua kriteriamu itu. Cocok sekali.” Kata Tae Woon bangga. Eun Ho mengeluh mendengarnya lalu mengingat saat si X yang kabur dari jendela dan meninggalkan darah. Ia lalu melihat di bagian tubuh Tae Woon tak ada luka.
“Kau tidak punya luka di pinggangmu 'kan?” ucap Eun Ho yakin kalau bukan Tae Woon pelakunya.
“Tentu saja, lukanya bukan di pinggang. Tapi di bawah sini.Apa Kau mau lihat? Haruskah aku buka celanaku?” ucap Tae Woon menunjuk kebagian bawah pinggang.

Eun Ho langsung membalikan badan menolak untuk melihatnya dan Tae Woon mengumpat Eun Ho yang mesum.  Eun Ho kembali mastikan kalau Tae Woon adalah si X. Tae Woon membenarkan. Eun Ho tetap tak yakin mendorong Tae Woon seperti berbohong sebagai X dan ingin tahu alasan melakukanya.
“Hanya karena aku kesal dan bosan.” Ucap Tae Woon santai
“Kau bilang 'Hanya karena' Bosan? Apa itu menyenangkan bagimu? Tanpa tahu apa-apa, aku ke sana-kemari mencari X. Apa bagimu itu lucu? Apakah kau tidak menganggapku ini bodoh dan menyedihkan?” ucap Eun Ho marah. Tae Woon mencoba menjelaskan tapi Eun Ho kembali bicara.
“Aku merasa benar-benar putus asa. Kau mungkin saja melakukannya.. karena kau kesal dan bosan, tapi karena perbuatanmu itu, aku.. menderita sekali akhirnya” ungkap Eun Ho
“Makanya aku menyelamatkanmu.” Kata Tae Woon. Eun Ho masih  tak terima karena Tae Woon menganggap sudah Menyelamatkannya.
“Tae Woon... Kalau mau main pahlawan-pahlawanan, main saja sendiri. Aku tahu sekarang. Karena ini semua bukan masalah bagimu. Walaupun.. kau ketahuan, lagipula ini sekolah ayahmu. Apa aku salah?” ejek Eun Ho marah
Tae Woon terlihat marah dan merasa Eun Ho sudah keterlaluan. Saat itu terdengar suara ketukan dari luar. Eun Ho pikir Kalaupun Tae Woon tertangkap maka akan baik-baik saja dan ingin berteriak. Tae Woon langsung menutup mulut Eun Ho.


Petugas Han merasa kalau bisa mendengar suara dari dalam. Guru Shim yang menemaninya terlihat gugup merasa tak mendengar apapun, merasa kalau ini bukan tempatnya tapi hanya tempat penyimpanan barang bekas.
“Tapi aku punya firasat tentang tempat ini. Aku yakin.” Kata Petugas Han. Guru Shim meminta agar petugas Han bisa mendengarnya, tapi petugas Han seperti tak peduli.
“Apa kau memang tidak pernah mendengarkan orang lain?” ucap Guru Shim. Petugas Han membenarkan dengan terus mencoba membuka pintu. 

Di dalam, Eun Ho melepaskan tangan Tae Woon untuk berbicara. Tae Woon menyadarkan Eun Ho Kalau mereka tertangkap sekarang, maka akan dianggap kaki tangan. Eun Ho pun terdiam mendengarkan ucapan Tae Woon.
Sementara di luar, Petugas Han menanyakan kunci kontainer apakah Guru Shim belum menemukannya. Guru Shim menegaskan akalu sudah berusaha mencarinya dan merasa yakin kalau bukan itu tempatnya. Petugas Han pikir akan dihancurkan pintunya,lalu menuruni tangga. 

Tae Woon bisa menghela nafas melihat keduanya yang sudah pergi. Eun Ho akan keluar dan Tae Woon menahanya. Eun Ho mengaku kalau sudah mengerti, Tae Woon pikir lebih baik mereka hentikan sekarang. Eun Ho pikir Tae Woon  yang harusnya berhenti melakukan hal kekanak-kanakan itu. Tae Woon ingin mengumpat tapi ditahan.
“Brengsek egois... Aku tidak mau melihatmu lagi.” Ucap Eun Ho marah berjalan keluar dan Tae Woon hanya menatapnya.
“Laporkan saja aku kalau begitu. Lakukan kalau itu memang maumu. Lagian aku juga mau berhenti.” Kata Tae Woon menantang ikut keluar menemui Eun Ho.
“Ya, aku memang mau melaporkanmu. Kau 'kan tidak takut pada apapun. Karena ayahmu, sekolah ini seperti taman bermainmu, dan anak-anak lain adalah mainanmu, apa aku salah?” kata Eun Ho mengejek.
“Ternyata begitu.. Jadi kau anggap aku begitu. Kau betul-betul memahamiku. Kalau begitu jaga kelakuanmu itu. Aku tahu kau kesal dan kebingungan, tapi kau cukup mengatakan apa yang kau tahu.” Ungkap Tae Woon.
“Tentu saja... mana berani aku bicara sembarangan tentang anak pemilik sekolah ini. Aku juga tahu posisiku.” Balas Eun Ho
“Setidaknya kau sekarang.. sadar siapa dirimu.” Ucap Tae Woon. 


Tuan Hyun membahas tentang  Sistem pelaporan dan pengurangan poin, makan siang berdasarkan peringkat, dan mengumumkan nilai di depan umum,  kalau semua sudah dilaporkan ke Kementrian Pendidikan. Dengan begitu pihak sekolah dianggap melakukan kekerasan terhadap anak-anak.
“Aku tidak tahu mau mengatakan apalagi.” Ucap Kepsek Yang merasa bersalah.
“Kita bisa membebaskan diri kali ini, tapi anak-anak zaman sekarang sesuatu sekali. Terutama si kunyuk itu.” Ungkap Tuan Hyun. Tae Woon baru pulang memberikan hormat pada keduanya.
“Benar, aku akan melakukan apa saja yang bisa kulakukan untuk menangkap X.” Kata Kepsek Yang.
“Dia mungkin saja bukan siswa biasa. Kau harus mengungkap semua perbuatannya itu.. dan meminta pertanggungjawabannya.” Tegas Tuan Hyun. Tae Woon yang mendengarnya merasa tertekan. 

Tae Woon duduk di depan meja belajar melihat  “Kupon Ayam” teringat kembali dengan perkataan Eun Ho “Kau 'kan tidak takut pada apapun. Sekolah ini adalah taman bermainmu, dan anak-anak lain adalah mainanmu, apa aku salah?”
Sementara Eun Ho mengambar wajah si pelaku mengingat perkataan Tae Woon “Kau bahkan tidak tahu apa-apa. Aku tahu kau merasa kesal dan kebingungan, tapi katakan saja apa yang kau tahu.” 

Pagi hari
Dae Hwi duduk di bus sambilk membaca buku, lalu melihat pacarnya naik bus dan memberikan kursi padanya. Nam Joo menatap Dae Hwi yang terus membaca. Dae Hwi langsung mengetahui yang dipikirkan Nam Joo "Dia membaca buku lagi." Nam Joo mengaku kalau dirinya juga mengumpat "Kunyuk." Pada Dae Hwi. Akhirnya keduanya duduk bersebelahan dan Dae Hwi ingin menjelaskan.
“Aku tahu. Kau membacanya karena sebentar lagi ada evaluasi siswa. Kau harus membacanya agar bisa mengisi semuanya.” Ucap Nam Joo suadh bisa mengerti pacarnya.
“Sepertinya tidak ada yang perlu kau cemaskan. Maksudku.. konsultanmu akan mengurus semuanya. Termasuk evaluasimu.” Kata Dae Hwi, Nam Joo pikir seperti itu dengan sedikit gugup.
“Apa kau juga akan magang di perusahaan ayahmu? Bukankah perusahaan itu dulunya didirikan oleh kakekmu? Sepertinya sejarahnya sudah lumayan panjang. Simgang Logistics. Aku tahu sedikit saat sedang melakukan riset.” Ungkap Dae Hwi.
Nam Joo terlihat sedikit panik mendengar Dae Hwi membahas keluarganya. Dae Hwi melihat lalu bertanya apakah mencemaskan sesuatu, karena kelihatan tidak nyaman. Nam Joo mengaku kalau dirinya baik-baik saja, walaupun diwajahnya terlihat sedikit gelisah. 


Guru Shim membagikan lembaran evalusi, lalu memberitahu anak muridnya agar Bandingkan dengan evaluasi tahun pertama merkea serta Tandai bagian yang harus dimasukkan untuk tahun kedua karena Mungkin saja ada yang terlewatkan.
“Kalian tahu 'kan kalau tidak dibenarkan memberitahukan pada orang lain.. tentang evaluasi semester kalian?” ucap Guru Shim memperingatkan. Semua terlhat mengeluh mendengarnya.
“Penghargaan, sertifikat,  rencana pribadi.. Jangan sampai ada yang terlewat. Buatlah rencana masa depan yang detail melebihi yang sudah kalian buat tahun lalu. Kalian tahu 'kan kalau evalusi ini akan menggambarkan siapa diri kalian. Buatlah yang bagus.” Ungkap Guru Shim semua murid pun mengangguk mengerti.
“Kalau ada yang perlu kalian konsultasikan, silakan temui Bapak.” Pesan Guru Shim lalu keluar dari ruangan. 

Byung Joo melihat hasil evaluasi seperti tak percaya melihatnya, tertulis hasilnya "Dia memiliki banyak pikiran dan selalu ceria." Seperti tak percaya kalau dirinya banyak berpikir. Tae Woon yang mendengarnya menyuruh Byung Joo agar Sebaiknya mulailah berpikir dari sekarang.
“ "Dia sangat terus terang dalam mengungkapkan pendapatnya." Itu 'kan kau, Tae Woon.” Kata Byung Joo membaca lembaran hasil tes Tae Woon.
“ Ini Benar-benar deskripsi yang parah.” Ucap Tae Woon lalu memilih untuk keluar dari ruang kelas. 

Petugas Han mengikuti guru Shim menanyakan Evaluasi siswa itu untuk apa, karena Anak-anak langsung heboh begitu mendengar soal itu. Guru Shim menjelaskan kalau Itu sepert catatan kehidupan anak muridnya dan Mereka bisa masuk kuliah dengan evaluasi itu.
“Mereka bisa masuk kampus berdasarkan seberapa bagus evaluasi mereka ditulis.” Jelas Guru Shim. Saat itu tiba-tiba Eun Ho datang menemui Guru Shim dengan wajah lesu.
“Aku harus bicara dengan Bapak. Evaluasiku memerlukan bantuan mendesak.” Ucap Eun Ho yang membayangkan dirinya seperti dibawa ke UGD. 

Eun Ho sudah tak sadarkan diri dengan Guru Shim yang membawanya masuk ke ruang operasi.  Ayah dan ibu Eun Ho panik yang terjadi pada anaknya, Guru Shim menegaskan kalau Evaluasinya sedang dalam keadaan kritis dan mereka harus segera membawanya. Eun Ho pun masuk ruang operasi dengan keluarga yang harus menunggu di luar.
“Dokter mohon selamatkan anak kami. Dia harus masuk universitas bagaimanapun caranya.” Ungkap Tuan Ra pada Kepsek Yang
“Percayalah pada kami.” Ucap Kepsek Yang menenangkan.
“Dia tidak begitu berbakat, tapi dia adalah anak yang baik dan makannya banyak. Mohon selamatkan dia!” kata Ibu Eun Ho memohon pada gurunya. 

Semua guru berkumpul seperti sedang melakukan operasi untuk keadaan Eun Ho. Kepsek Yang seperti ketua operasi melihat grafiknya, kalau Eun Ho sangat mengerikan karena ada di kolom keenam dan Berada di kelompok enam tidak akan membuatnya masuk universitas lalu ingin tahu Bagaimana dengan evaluasinya.
“Sama sekali tidak membantu penerimaannya di universitas.” Kata Guru Goo.
“Benar-benar nyaris kosong. Dia harus melakukan berbagai Aktivitas seperti memenangkan penghargaan, magang dan membaca buku.” Kata Guru Shim.
“Sepertinya dia tidak akan selamat. Dia ada di level 6 dan pengurangan poinnya juga banyak. Kalau tidak hati-hati, dia bisa menghancurkan yang lain.” Ungkap Guru Jang
“Kegiatan ekstrakulikuler-nya juga sama saja. Mustahil bisa menutupi semuanya.” Kata Guru Park
“Sepertinya, pendapat guru kelasnya adalah satu-satunya jalan keluar. Berapa lama lagi waktu yang dia punya?” kata Kepsek Yang
“Ini adalah semester pertama di tahun keduanya. Kalau tahun depan dia naik kelas tiga, maka dia akan jadi sangat sibuk.” Ungkap Guru Koo
Kepsek Yang mulai mengomel kalau Sudah bilang seharusnya sejak awal jangan terima Eun Ho karena  Catatan yang bagus biasanya hanya milik anak-anak orang kaya, akhirnya mencoba melakukan bedah dan Eun Ho terlihat ketakutan di atas meja operasi. 


Petugas Han pikir kalau itu bagus karena semua tidak berdasarkan pada peringkat, menurutnya  Kampus biasanya menerima siswa.. berdasarkan berbagai cara, bisa dengan evaluasi dan bisa dengan peringkat. Guru Shim juga pikir seperti itu.
“Mereka akan menjelaskan sendiri apa bakat dan impian mereka.” Kata Guru Shim.
“Setiap kalimatnya juga tergantung uangnya, Pak. Untuk bisa melakukan berbagai kegiatan, kami harus ikut berbagai les privat.” Kata Eun Ho
“Lantas apa lagi? Kau hanya perlu belajar sepanjang malam kalau kau mau masuk kuliah lewat jalur peringkat. Tapi kalau kau ingin memiliki catatan bagus, maka kau perlu banyak uang agar bisa diterima kuliah.” Ucap Petugas Han. Eun Ho membenarkan dengan wajah melas.
“Menurutku lebih baik, mereka masuk kuliah lewat jalur peringkat saja.” Komenta Petugas Han. 


Guru Shim melihat kalau Catatan evaluasi Eun Ho sedikit berantakan. Eun Ho pikir kalau seperti ini tidak akan bisa diterima di manapun. Guru Shim pikir membenarkan, tapi menyakinkan Eun Ho kalau Masih ada waktu dan Sebaiknya jangan menyerah serta pikirkan kembali soal ini. Eun Ho mengangguk mengerti.
“Omong-omong, Pak Shim... Bukankah sekolah kita punya acara kontes menggambar?” kata Eun Ho
“Bapak tidak tahu, Belum pernah dengar soal itu.” Ucap Guru Shim.
“Kalau ada, aku bisa berusaha dengan sangat keras.” Kata Eun Ho menyakinkan. Guru Shim pun berjanji akan cari tahu.
“Pokoknya, jangan menyerah dengan evaluasimu. Mari kita lakukan segala cara, atau Cobalah minta saran dari seniormu.” Kata  Guru Shim. Eun Ho pun memikirkan tentang seniornya. 

Eun Ho menelp Jong Geun oppa dengan  Tae Woon yang melihat gaya Eun Ho yang di buat manis. Eun Ho mengatakan ada yang ingin ditanyakan,  Soal evaluasi siswa dan ingin datang ke kampus. Tapi Jong Geun mengatakan sedang pergi kemping bersama Pacarnya.
“Apa omong-omong kau sudah dapat pasangan kampusmu?” ucap Eun Ho kaget tapi akhirnya terpaksa memberikan Selamat dan memilih untuk segera menutup telpnya.
“Dilihat dari wajahnya saja aku sudah tahu dia itu pengkhianat. Seharusnya aku tidak ikut campur waktu itu.” Ejek Tae Woon melihat wajah Eun Ho.

“Coba Lihat siapa yang bicara. Aku harusnya bisa masuk Hanguk.. kalau tidak ada yang menjebakku dan membuatku kena potongan poin.” Kata Eun Ho. Tae Woon makin mengejek Eun Ho yang ingin masuk Hanguk.
“Kalau saja waktu itu kau tidak ada di ruang guru..” kata Eun Ho marah.
“Itu juga yang terakhir bagiku. Kalau bukan karena kau, maka aku pasti akan berhenti. Semua karena kau.” Balas Tae Woon.
“Alasanmu bahkan tidak masuk akal.” Ucap Eun Ho.
“Aku bisa saja mengakhiri semuanya.. kalau saja kau tidak dengan bodohnya dituduh seperti itu.” Kata Tae Woon.
“Kenapa tidak kau akhiri saja? Kenapa tidak kau akhiri semuanya termasuk kau dan aku.” Kata Eun Ho dengan nada tinggi.
“Bagaimana aku bisa melakukan itu? Kau harus Dengar, Aku tidak akan menyesal kalau hanya aku yang tertangkap dan dikeluarkan dari sekolah. Tapi kau 'kan punya teman dan kau punya impian kampungan untuk jadi pembuat webtoon. Aku berpikir kau tidak boleh sampai dikeluarkan, apa kau puas?” tegas Tae Woon. 

Eun Ho merasa kalau itu Tidak masuk akal. Tae Woon pikir harus Harus mengatakannya keras-keras agar paham. Eun Ho menegaskan kalau dirinya belum memaafkannya dengan memanggilnya Anaknya Pak Direktur, jadi akan memperhatikanmu selamanya, maka  berhati-hatilah. Tae Woon malah tersenyum mendengarnya. 
“Jadi.. kau mau ke mana?” ucap Tae Woon melihat Eun Ho sudah naik sepedanya. Eun Ho heran kenapa Tae Woon menanyakannya.
“Kau bilang mau terus mengawasiku. Kalau kau ingin melakukannya bukan begitu caranya. Memang benar aku merasa bersalah padamu, jadi aku akan berusaha bijaksana. Supaya kau bisa terus mengawasiku sepuasmu.” Ungkap Tae Woon.
“Tae Woon. .. Sepertinya kau mengira dunia ini berputar mengitarimu.” Kata Eun Ho. Tae Woon membenarkan dengan memalingkan wajahnya. 

Tae Woon mengeluh kalau Membaca komik itu kekanak-kanakan dan kenaap harus membaca komik,  menurutnya bau saja tidak enak. Eun Ho menyuruh Tae Woon pergi saja.  Tae Woon menegaskan Tidak akan pergi. Akhirnya Eun Ho mencari sebuah komik bertanya apakah Tae Woon sudah membcanya.
“Aku nonton filmnya.” Kata Tae Woon. Eun Ho pikir kalau Tae Woon  mau memakai topeng, setidaknya harus punya jiwa pejuang seperti tokoh itu.
“Setidaknya keinginan untuk menyelamatkan orang lain. Dan kerelaan untuk mengorbankan diri. Bukankah begitu, X?” ejek Eun Ho. Tae Woon kesal mendengarnya.
“Kenapa kau melakukan itu, X? Sebenarnya, kenapa kau melakukan semua itu?” tanya Eun Ho. Tae Woon mengaku kalau hanya ingin saja dan terjadi begitu saja.
“Aku merasa frustasi di sekolah, jadi aku ingin bersenang-senang sedikit.” Ungkap Tae Woon.
Eun Ho seperti tak yakin kalau hanya itu alasanya, Tae Woon yakin kalau memang hanya itu. Eun Ho akhirnya memilih untuk memberikan buku komik saja pada Tae Woon. Tae Woon mengeluh kalau Baca komik sama sekali bukan gayanya. 


Tae Woon membaca dengan tertawa lebar. Eun Ho menatap dengan tatapan mengejek. Tae Woon mengaku kalau tertawa bukan karena ini lucu, tapi karena ceritanya sangat kekanakan. Eun Ho tak peduli menurutnya karena ia sudah membuat Tae Woon tertawa, maka lakukan sesuatu untuknya. 



Tae Woon diajak membagikan brosur untuk Eun Ho, sambil mengeluh kalau sangat panas. Eun Ho langsung memperingatkan Tae Woon agar bisa tersenyum.  Tae Woon merasa Ini namanya eksploitasi dan tidak mau melakukannya.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan menemui ayahmu sekarang, kalau Tae Woon adalah..” kata Eun Ho mengancam. Tae Woon langsung menutup mulut Eun Ho sebelum semua yang ada dijalan mendengarnya.
“Apa kau sebegitu senangnya bisa bersama denganku?” goda Tae Woon. Eun Ho menegaskan kalau itu salah.
Tae Woon terdiam melihat senyuman Eun Ho saat berkerja part time walaupun sudah lelah berada disekolah. Saat itu Dae Hwi buru saja turun dari mobil bersama dengan Hee Chan. Eun Ho menyapanya dengan wajah bahagia pada Dae Hwi.
“Kau bekerja keras” komentar Dae Hwi yang melihat Eun Ho berkerja part time.
“ Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Hee Chan melihat Tae Woon bersama Eun Ho. Tae Woon mengaku kalau itu apa saja lalu menatap sinis pada Dae Hwi.
“Apa Kau masih melakukan itu?” sindir Tae Woon, Dae Hwi tak mengubrisnya mengajak Hee Chan masuk. Hee Chan pun pamit pada keduanya. Eun Ho melambaikan tangan dengan senyuman pada Dae Hwi. 

Hee Chan memberikan Dae Hwi kalau ibunya akan datang, Dae Hwi mengangguk mengerti dengan wajah sedikit gugup menunggu lift.  Hee Chan lalu bertanya Apa Dae Hwi sudah menyelesaikan tugasnya. Dae Hwi mengeluarkan berkas dari tasnya dan diberikan pada Hee Chan.
“Ini untuk kesenian, Musik, sejarah.” Kata Dae Hwi memberikan semuanya. Hee Chan mengucapkan terimakasih.
“Aku tidak yakin, kau tidak punya waktu untuk belajar sendiri, kau bahkan menyelesaikan semua PR-ku.” Komentar Hee Chan.
“Aku 'kan tidak mengerjakannya dengan gratis.” Ungkap Dae Hwi memang dibayar untuk melakukan semuanya. 

Seorang konsultan membaca Evaluasi Siswa Hee Chan, berkata kalau Keseimbangan dari penggabungan alam dan ilmu pengetahuan,  adalah sesuatu yang sering ditanyakan dalam interview. Menurutnya Karena pengalaman multikulturnya, tidak buruk tapi bisa jadi mudah tertebak kalau tidak ditampilkan secara menonjol, malah bisa jadi nilai minus untuk Hee Chan.
“Aku tidak tahu ini akan jadi minus.” Kata Ibu Hee Chan dan ingn bicara
“Waktunya sudah habis dan Sejam sudah berlalu.” Kata Konsultan. Ibu Hee Chan memberikan uang meminta waktu 10 menit lagi. Dae Hwi yang gugup sudah menunggu diluar. 

Konsultan melihat kalau Dae Hwi ada di peringkat atas sekolah Tapi menurutnya Seoyul tetap berat serta Tidak ada yang istimewa dengan penghargaan yang diraih, jadi harus merencanakan bagaimana caranya menghubungkan penghargaan yang diraih dengan pendapat pribadimu dalam wawancara, tapi penghargaan sekolah Dae Hwi tidak cukup banyak dan tidak akan berpengaruh.
“Maksudmu.. dibutuhkan semacam kompetisi di sekolah?” kata Dae Hwi terlihat kecewa.
“Sepertinya itu akan membantu.” Ucap Si konsultan lalu matikan alaram karena waktunya habis.
“Dae Hwi. Berikan itu padaku dan keluarlah.” Kata Ibu Hee Chan, Dae Hwi keluar dengan menahan wajah amarah.
Ibu Hee Chan memberikan sebuah tas yang sesuai dengan musim panas, lalu memastikan kalau Hee Chan akan diterima di Seoyul  tanpa masalah, konsultan membenarkan. Dae Hwi hanya bisa melihat dari luar dengan wajah kecewa. Konsultana yakin karena Evaluasi siswanya luar biasa.
“Kau tahu 'kan kalau semuanya bergantung pada evaluasi siswa. Kalau kau tambahkan kemenanganmu dalam kompetisi, maka akan lebih baik lagi.” Kata konsultanya.
“Sepertinya sekolah akan mengadakan beberapa kompetisi.” Kata Ibu Hee Chan.
“Sebagai pekerja magang, bidang kesehatan adalah yang terbaik. Sesuatu yang menyentuh dan berbau pengorbanan diri. Nilainya akan jadi yang tertinggi” kata Konsultan.
“Itu mudah. Paman dan bibinya semua dokter.” Kata Ibu Hee Chan. 


Kepsek Yang bertemu pada wali murid mengatakan Melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah adalah sebuah bantuan besar bagi pihak sekolah. Ibu Bit Na pikir Ini adalah hal yang wajar dan guru sudah mendidik anak mereka. Kepsek Yang berharap semua orangtua seperti wali murid itu.
“Maksudku, ada banyak orangtua yang tak peduli soal anaknya.” Kata Kepsek yang
“Tidak semua orang berhak menjadi orangtua. Lagipula, mereka sudah kelas 2 sekarang. Sudah waktunya menyempurnakan nilai evaluasi mereka.” Kata Ibu Hee Chan
“Ya. Sebenarnya, aku berencana untuk membuat sebuah kompetisi sebelum semester berakhir.” Kata Eun Ho
“Baguslah. Mereka akan sangat sibuk kalau sudah kelas 3 nanti. Akan susah mengatur waktu untuk evaluasi mereka..” Kata Wali murid lainya. Kepsek Yang menegaskan kalau akan mengurus semua.

Hee Chan berjalan pulang melihat lembaran Laporan Siswa dan ia berada di Peringkat 2 di kelas dan Peringkat 2 di sekolah. Saat didalam mobil, Ibunya mengomel karena Hee Chan tidak bisa sekalipun mengalahkan Dae Hwi. Hee Chan pikir sudah lebih unggul karena Dae Hwi tidak akan bisa masuk Seoyul
“Apapun itu, kalau kau peringkat kedua artinya kau kalah dari dia. Selanjutnya kau harus menang, mengerti?” tegas Ibunya. Hee Chan hanya bisa menganguk mengerti tanpa melawan.
“Dan ini, Sebentar lagi akan ada kompetisi Matematika. Ibu sudah mengumpulkan beberapa contoh soalnya.” Kata Ibu Hee Chan memberikan lembaran kertas. 



Semua guru diberikan berkas oleh Kepsek Yang, yang mengeluh mereka terlalu serius. Guru Shim pikir  dengan memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa adalah hal yang sewajarnya. Guru Park merasa Guru Shim sangat keras kepala dan menyebalkan sekali jadi lebih baik bagikan saja pada anak-anak
“Evaluasi siswa adalah tentang fokus dan pemilihan. Beberapa anak memerlukan spesifikasi khusus. Memberikan anak-anak pintar kesempatan yang lebih banyak itu adalah kesetaraan yang  sebenarnya.” Ungkap Guru Koo.
“Tapi tetap saja, kalau evaluasi kali ini berakhir akan susah bagi mereka untuk berkembang lagi nantinya.” Ucap Guru Shim membela
“Walaupun kita beri mereka kesempatan, mereka tetap tidak akan masuk kuliah.”komenta Guru Jang
“Karena sekolah terlalu mendiskriminasi, mereka juga jadi belajar bagaimana mendiskriminasi di sekolah.” Balas Guru Jung. 


Young Gun. terlihat merokok dibelakang kelas dengan dua temanya, Bo Ra datang dengan wajah ketakutan memberitahu kalau diminta oleh Guru Shim untuk menemuinya agar konseling soal evaluasi. Seung Hyun pikir Boar  sudah berani mengadu macam-macam lagi pada Pak Guru.
“Aku tidak bisa mempercayai apapun yang kau katakan.” Ungkap Seung Hyun marah
“Kau sangat penurut.. pada guru, benarkan?” komentar Young Gun. sinis.
“Dia bilang kalau kau tidak ke sana maka dia akan menyuruh Bu Soo Ji mendiskusikan tentang pelanggaran waktu itu.” Kata Bo Ra. Young Gun pun berjalan sambil menabrak pundak Bo Ra dengan kasar.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar