Keduanya
mendengarnya dengan terlihat gugup, Nam Joo melihat keduanya sangat cemburu
karena melihat keduanya kembali dekat, Saat itu Tae Woon ikut melihatnya dari
belakang dan brtanya Apa pacarnya selalu semanis itu.
“Entahlah.
Aku tidak pernah melihatnya seperti itu.” Ucap Nam Joo dengan nada sinis lalu
masuk ke dalam ruangan. Dae Hwi melihatnya dan terlihat binggung.
“Aku
perlu bicara denganmu.” Kata Tae Woon mendekati Eun Ho. Eun Ho pikir Tae Woon
bisa mengatakanya langsung.
“Aku
ingin bicara berdua saja.” Kata Tae Woon, akhirnya Dae Hwi pun masuk ruangan
membiarkan keduanya. Eun Ho dengan wajah serius bertanya apa yang ingin
dikatakan Tae Woon.
“Bunga
apa yang kau suka?” kata Tae Woon. Eun Ho heran dengan pertanyaan Tae Woon dan
ingin tahu apakah memang penasaran soal itu. Tae Woon menganguk lalu berjalan
masuk ruangan. Eun Ho heran melihat sikap Tae Woon.
Eun Ho
terlihat serius mengambar di ruang rahasia, Di belakang Tae Woon memegang
earphone seperti ingin menaruh di telinga Eun Ho, tapi beberapa kali terlihat
sangat ragu. Eun Ho masih asyik mengambar dan tanpa sadar melihatnya. Tae Woon
yang kesal akhirnya memilih untuk melepaskan earphone dan mengunakan speaker
besar.
“Apa yang
kau lakukan?” ucap Eun Ho heran sambil menutup kupingnya .
“Aku
sedang dengar musik. Kenapa memangnya?” kata Tae Woon dengan nada tinggi.
“Pelankan
suaranya! Nanti kedengaran orang!” ucap Eun Ho
“Tidak
mau. Ini adalah caraku mendengarkan musik! Aku tidak pakai earphone
seperti pengecut!” teriak Tae Woon
melampiaskan amarahnya. Eun Ho heran melihat tingkah temanya, sementara Tae Woon
pikir pilihan lagunya itu bagus.
Kepsek
Yang kaget mendapatkan berita kalau diminta untuk turun dari posisinya. Tuan
Hyun menjelaskan bahwa Kementrian Pendidikan akan memeriks Kepsek Yang, jadi
meminta agar beristirahat dan juga akan membawanya kembali kalau suasananya
sudah membaik.
“Kita
harus menunjukkan kalau sekolah sedang menunjukkan penyesalan. dan berusaha
memperbaiki keadaan.” Jelas Tuan Hyun
“Tapi... tetap
saja, aku 'kan kepala sekolahnya.” Ucap Kepsek Yang
“Kau
selalu bilang kalau kita harus mengorbankan seseorang untuk menyelesaikan
masalah. Ini adalah saatnya berkorban. Mohon jadilah tumbal demi demi kebaikan
bersama. Tumbal yang dikorbankan. “kata Guru Park.
Anggap
saja ini adalah bentuk kecintaanmu pada sekolah. Bukankah harus ada seseorang yang
melakukannya?” ucap Tuan Hyun dan Kepsek Yang menatap tak percaya.
Eun Ho
menanyakan pendapat Sa Rang tentang X dengan gambarnya. Sa Rang mengaku kalau itu sangat keren. Byung
Goo kembali masuk ruangan memberitahu kalau
Kepala Sekolah dipecat. Semua terlihat tak percay dan ingin tahu
alasanya.
“Dia dilaporkan
dengan tuduhan diskriminasi.. dan manipulasi pada siswa, yang pasti semuanya. Jadi
dia dipecat.” Kata Duk Soo, Semua merasa kalau itu keren.
“Apa X
yang melaporkannya ke Kementrian Pendidikan?” pikir satu murid dan memuji Si X.
Tae Woon sedikit tersenyum mendengarnya, tapi Eun Ho terlihat khawatir.
Kepsek
Yang membereskan semua barang –barang diruangan dengan wajah kesal. Guru Park
membantu dan ada Ibu Sa Rang sedang
bertugas membersihkan ruangan sambil mendengar keduanya bicara. Guru Park
memberikan papan nama Kepsek Yang, Kepsek Yang pun terlihat marah.
“Sebelum
orangnya diganti, maka papan namanya harus diganti lebih dulu.” Kata Guru Park
lalu menaruh papan namanya “ Wakil Kepala Sekolah Park Myung Duk”Kepsek Yang
terlihat tak percaya mendengarnya.
“Sepertinya
kau sudah menantikan ini sejak lama.” Komentar Kepsek Yang
“Aku
bersumpah, aku tidak gila jabatan.” Komentar Guru Park. Kepsek Yang merasa
kalau semua sudah membuat malu saja.
“Untunglah,
Bapak hanya akan berada sementara di kantor baru. Tenangkan diri dan istirahat
sajalah di sana.” Kata Guru Park dan Kepsek Yang pun terlihat kesal keluar
ruangan.
Guru Park
dengan wajah bahagia duduk di kursi kepala sekolah dengan wajah bangga, mengaku
kalau selalu ingin duduk di kursi itu dan Ternyata sama menyenangkannya sama
dengan yang dibayangkanya.
“Hei..
Foto kepala sekolah itu juga harus diturunkan. Simpan di sudut yang gelap di
suatu tempat.” Perintah Guru Yang, Ibu Sa Rang pikir kalau itu adalah wajah
kepala sekolah mereka.
“Lagian
dia sudah tidak ada di sini.” Kata Guru Park.
Ibu Sa Rang pun hanya bisa mengeluh kalau menurutnya setelah kucing pergi, maka sekarang giliran
tikuslah yang bermain-main.
Kepsek Yang
membawa beberapa barang dan terlihat Eun Ho
menendang kaleng bekas, Kepsek Yang kesal memperingatkan agar Jangan
menendang sembarangan. Eun Ho mengumpat lalu berkata “Apa kau pernah merasa
panas dan berapi-api pada sesuatu?” dan berpura-pura merasa panas. Kepsek Yang
tak percaya Eun Ho berani bicara kasar padanya.
“Aku tidak
bicara dengan Bapak, Aku sedang mengulang puisi yang kami pelajari hari ini.”
Ucap Eun Ho. Guru Shim melihat Kepsek Yang mencoba untuk membantu membawakanya.
“Ini
Kebetulan sekali... Kenapa buktinya harus mengarah pada Bapak?” kata Guru Shim.
Kepsek Yang juga berpikir seperti itu.
“Etika di
sekolah ini sudah jatuh ke dasar jurang. Kelas 11-1.... Kau tangkap sajalah X
itu. Kalau hasil ujian akhir kelas kalian Jelek, maka kau akan menyesal nanti.”
Ucap Kepsek Yang mengancam.
“Bapaklah
yang harusnya merasa menyesal.” Kata Guru Shim mengembalikan kardusnya, Kepsek
Yang kesal menyuruh guru Shim untuk minggir. Eun Ho dan Guru Shim hanya bisa
tertawa. Kepsek Yang masuk ruangan yang kecil dan sempat hanya bisa mengomel
sendirian.
“X, dasar
kau si gendut jelek. Aku tidak akan memaafkanmu.” Kata Kepsek Yang marah.
Nam Joo
duduk didepan Dae Hwi yang terus menatap bukunya, lalu mengeluh karena pacarnya
itu bahkan tidak menatapnya sekalipun. Dae Hwi pun tersadar lalu meminta maaf.
Nam Joo pun bertanya apakah Dae Hwi tak lapar karena sudah masuk makan malam.
Dae Hwi
melihat jam tanganya dan tersadar kalau sudah malam, Nam Joo bertanya mereka mau
makan malam apa. Dae Hwi kembali meminta
maaf. Nam Joo sudah tahu kalau alasan Dae Whi pasti Kau harus belajar hari ini Dan besok juga.
Dae Hwi
merasa bersalah seperti tak memperdulikan Nam Joo. Nam Joo pikir tak masalah
karena sudah memiliki rencana lalu pamit pergi. Dae Hwi pun tak mengejarnya
karena memang harus belajar demi nilai yang bagus.
Nam Joo
dan Bit Na berjalan-jalan ke dalam sebuah Mall. Bit na mengaku benci
terus-terusan di sekolah. Nam Joo melihat Bit Na yang selalu saja beli sepatu,
mereka pun keluar masuk toko seperti Bit Na melampiaskan rasa bosanya.
Di depan
ruangan VVIP, Seorang pegawai meminta agar Bit Na menunjukan kartu IDNya. Bit
Na mencari dalam dompet dan tak menemukanya, karena tahu Nam Joo juga sebagai
anggota VVIP jadi meminta agar meminjamkanya. Nam Joo terlihat gugup mengaku tidak
bawa.
“Waktu
itu juga kau tidak bawa 'kan? Dan Kau juga hari ini lupa.” Kata Bit Na curiga.
Pegawai pikir mereka bisa mencari nama dalam data base. Bit Na pun menyebutkan
namanya dan sudah terdaftar dalam data base.
“Apa kau
juga anggota tetap? Kau bilang ibumu juga anggota di sini.” Ucap Bit Na seperti
ingin Nam Joo juga memberitahu namanya.
“Aku bisa
kena masalah kalau ibuku tahu aku ke sini. Aku tidak boleh belanja karena
nilaiku turun.” Kata Nam Joo mencoba mengelak.
“Dia
tidak akan tahu kalau kau cuma lihat-lihat.” Ucap Bit Na. Nam Joo pikir lebih
baik pulang saja karena juga ada janji ke salon. Bit Na malah makin sumringah,
kalau ia akan ikut denganya ke salon. Nam Joo pun terlihat binggung.
Nam Joo
pulang ke rumah melihat ayahnya membawa sesuatu dari taksinya, Tuan Hong melhat
anaknya yang pulang dengan bangga kalau menemukan rak buku karena sebentar lagi
naik kelas 3, jadi pasti memerlukannya.
Nam Joo kesal karena tak memintanya dan mereka itu seperti pengemis yang membawa
barang padahal orang sudah membuangnya.
“Kenapa
Ayah mengambil sampah orang lain?” ucap Nam Joo marah, Ayahnya berusaha
menjelaskan bukan seperti itu maksudnya.
Nam Joo mengaku sangat muak.
“Baiklah...
Ayah tidak akan membawanya pulang dan sekarang aku menaruhnya jadi Ayah tidak
akan mengambilnya.” Kata Tuan Hong menenangkan anaknya.
“Anakku
sayang, Tak ada masalah dengan temanmu yang waktu itu 'kan? Semuanya baik-baik
saja 'kan? Dia tampan dan pantas
mendapatkan anakku.” Kata Tuan Hong bangga.
“Jadi kenapa
Ayah datang ke sekolahku? Apa Hanya demi roti murahan itu?” ucap Nam Joo kesal,
Tuan Hong tahu kalau anaknya sangat suka roti itu.
“Bikin
malu saja. Kenapa ayah begini-begini saja? Kenapa Ayah tidak bekerja sekeras
orang tua yang lain? Kenapa Ayah selalu jadi orang yang menyedihkan begini? Aku
sudah muak sekali.” Kata Nam Joo terlihat iri dengan orang tua lain yang kaya
dan memilih segera masuk rumah.
Saat itu
Tuan Ra baru saja mengantar ayam goreng, melihat Nam Joo yang marah dan Tuan Ra
terlihat sedih berkomentar kalau Anak-anak zaman sekarang..memang susah
dipahami, bahkan anak mereka sendiri sekalipun.
Bapak
mentri dan anak buahnya memberitahu aklau Karena ada banyak sekali masalah,
jadi Kementrian Pendidikan berencana melakukan penyelidikan mendalam. Tuan Hyun
pun mempersilahkanya dan merasa yakin tidak akan menemukan masalah lain. Kepsek
Yang terlihat sangat marah karena bukan ia yang mendampinginya, tapi Guru Park.
Sementara
di dalam ruangan, Bit Na masuk dan terlihat mencari sesuatu dengan wajah panik,
lalu melihat Bo Ra dan langsung mengambil kotak pensi dan mencariinya. Bo Ra
heran melihat Bit Na yang tiba-tiba merampasnya.
“Sebelumnya
kau mengambil catatanku. Apa sekarang kau juga mengambil pulpenku? Apa kau tahu
berapa harganya itu?” ucap Bit Na langsung menuduh.
“Tidak.
Aku tidak mengambilnya, jadi Kembalikan itu.” Kata Bo Ra, Tapi Bit Na malah
menjatukan semua alat tulis milih Bo Ra dengan semena-mena.
Bo Ra tak
terima meminta Bit Na membereska semua barang-barangnya sekarang. Bit Na malah
makin menuduh Bo Ra dengan menanyakan dimana menyembunyikan pulpen miliknya. Bo
Ra mengaku tak tahu dan terjatuh karena didorong. Bit Na tak bisa menahan
amarah langsung menarik rambut Eun Ho dan keduanya pun berkelahi dengan saling
menjambak.
Guru Jang
masuk kelas melihat keduanya berkelahi menyuruh berhenti, tapi keduanya seperti
tak mendengar sampai akhirnya Mentri dan guru-guru masuk melihat keduanya
sedang berkelahi dan Guru Goo memukul kayu keatas meja sampai membuat keduanya
berhenti.
“Apa itu
darah? Terapkan aturan tentang kekerasan di sekolah sekarang juga. Kau harus
segera melaporkan jika ada kekerasan di sekolah.” Ucap Mentri. Tuan Hyun
memilih untuk pergi seperti merasa malu.
“Ya, tapi
itu hanyalah hal sederhana yang biasa terjadi di masa pertumbuhan..” kata Guru
Park mencoba membela. Guru Goo yang marah menyuruh keduanya segera ikut
denganya.
Bo Ra
hanya diam saja harus berhadapan dengan Bit Na dan juga Guru Shim. Guru Shim
terlihat sedikit gelisah meminta Bo Ra mau menatapnya dengan bertanya apakah
memang ia yang lebih dulu memukul Bit Na. Bit Na dengan gaya angguhnya
membenarkan kalau Bo Ra yang lebih dulu sambil mengeluh terus menanyakan pada
Bo Ra.
“Bapak
sudah dengar pendapatmu dan Sekarang gilirannya.” Ucap Guru Shim ingin tahu apakah yang
dikatakan Bit Na itu memang benar.
“Tidak..
Bit Na menjambak rambutku duluan.” Ucap Bo Ra. Bit Na terlihat sangat marah
dengan mengelak kalau ia yang tak melakuanya.
“Guru
Jang... Apa kau benar tidak melihat?” tanya Guru Shim. Guru Jang pikir sudah
menjelaskannya dan melihatnya tapi tidak dari awal.
“Saat aku
melihat mereka, bukan Bo Ra saja yang sedang dipukuli.” Kata Guru Jang.
“Tapi
tidak bisakah kau ceritakan lebih detail.” Kata Guru Shim, Guru Jang mengaku
tak tahu dan tidak lihat sambil mengeluh karena terus ditanyai.
Akhirnya
Guru Shim menyurh keduanya kembali ke kelas dan meminta agar jangan bertengkar.
Setelah itu kembali menemui Guru Jang memohon,
Guru Jang heran kenapa Guru Shim memohon padanya.
“Kau 'kan
wali kelasnya tahun lalu, jadi kau pasti tahu kalau Bo Ra bukan anak yang suka
memukul duluan. Dia pendiam dan lugu, kau
tahu itu.” Ucap Guru Shim yakin bukan Bo Ra yang melakukanya.
“Bagaimana
aku bisa tahu itu? Dia mungkin kelihatan lugu di depan kita, tapi bisa saja
berbuat kekerasan kalau kita tidak melihat.” Kata Guru Jang.
“Tapi
tetap saja. Kalau kau melihat keseharian anak-anak..” kata Guru Shim mencoba
membela tapi disela oleh Guru Jang.
“Bahkan
orangtua mereka saja pun tidak tahu anaknya seperti apa. Aku bukan ibu mereka.
Kenapa juga mereka mesti bertengkar di depanku?” kata Guru Jang kesal. Guru
Shim pun tak bisa berkata-kata lagi.
Bo Ra
berpapasan dengan guru Jang dengan tegas mengatakan kalau Jangan salah paham.
Guru Jang tak mengerti maksudnya karena selama ini berusaha menghindar dan
pura-pura tak tahu. Bo Ra
“Aku
tidak akan pernah meminta bantuan Ibu lagi. Aku sudah cukup belajar dari
kesalahanku dulu.” Ucap Bo Ra. Guru Jang tak percaya kalau Bo Ra berkata
seperti itu dan meminta agar menjaga mulutnya
“Aku tidak
berharap apapun dari Ibu, jadi jangan menatapku seolah Ibu takut.. aku akan
meminta bantuan pada Ibu lagi. Itu tidak akan terjadi lagi.” Kata Bo Ra.
Guru Shim
berkata kalau cerita mereka yang masih saling bertentangan, jadi mereka akan
menunda sidang untuk menentukan siapa yang bersalah. Ia berharap orang yang
salah akan lebih dulu minta maafdan yang satunya menerima dengan baik
permintaan maaf itu. Tapi menurutnya
kalau ini bukan perkara mudah.
“Bilang
saja aku yang memukulnya.” Kata Bo Ra terlihat pasrah, Guru Shim kaget
mendengarnya.
“Akulah
yang bersalah di sini. Apa gunanya bersikeras? Yang pasti ibunya Bit Na akan membawa
seorang pengacara mahal. Aku tidak akan bisa menang. Keluargaku tidak akan sanggup
mengatasi ini.” Kata Bo Ra.
“Memiliki
pengacara bukan berarti mereka akan menang.” Ucap Guru Shim. Bo Ra seperti tak
ingin membahasnya meminta izin untuk pergi saja.
Guru Shim
duduk gelisah sendirian, Petugas Na datang melihat rekan kerjanya itu risau dan
bertanya Apa ada masalah. Guru Shim merasa heran karena kelasnya tidak pernah
tenang, menurutnya itu karena dirinya adalah seorang pengecut.
“Mereka
bertengkar satu sama lain. Mereka bahkan berpasangan dan mengendap masuk ke
ruang guru.” Ucap Guru Shim seperti kecepolosan.
“Kau
bilang Mereka bahkan berpasangan dan mengendap masuk ke ruang guru? Hari itu
kau dengar sesuatu juga 'kan?” kata Petugas Han. Guru Shim pun tak bisa
mengelaknya dan ingin menceritakan.
Flash Back
Guru Shim
mendengar dari kegelapan seseorang yang mengetahui kedatanganya, lalu yang
satunya meminta agar diam saja agar tak membuat kegaduhan.
“Ada dua
siswa di sana. Yang satu perempuan, dan yang satunya adalah laki-laki. Sepertinya
mereka siswa dari kelasku, tapi aku tidak bisa memberitahu sekolah soal ini. Aku
tidak tahu apa yang harus kulakukan.” Ucap Guru Shim binggung.
“Kau
tentu harus menemukan mereka. Dan tanyakan apa yang mereka lakukan di sana. Tapi
kalau dia adalah siswa perempuan dari kelas 11-1, maka Ra Eun Ho lah yang akan
pertama dicurigai.” Kata Petugas Han, Guru Shim binggung kenapa harus Eun Ho
lagi.
“Apa Kau
tidak ingat? Waktu Di belakang sekolah, Di samping gudang.” Kata Petugas Han.
Eun Ho
bertemu dengan Si X lalu memutuskan agar bisa bersembunyi dibalik terpal,
Petugas Han pun baru saja datang seperti kehilangan arah dan bertanya apakah
melihatnya pada Eun Ho. Eun Ho pun menunjuk arah yang salah.
“Kita
sangat terburu-buru, jadi langsung menuju ke arah yang dia sebutkan.. tapi area
itu sangat luas. Aku tidak merasa X berhasil lolos, lebih masuk akal kalau Eun
Ho-lah yang menyembunyikannya. Aku terus mengawasinya karena itu mencurigakan, tapi
aku tidak dapat petunjuk apa-apa.” Ucap petugas Han
“Tapi aku
yakin bukan Eun Ho yang melakukannya. Dia sangat putus asa karena Difitnah,
Jadi Bukan dia.” Kata Guru Shim yakin
“Bisa
saja karena dia tidak punya pilihan lain. Mungkin dia punya alasan sendiri.” Kata
Petugas Han.
Eun Ho
melihat layar komputer menjerit bahagia karena Ada yang mengirim komentar. Dengan
menuliska dua kata "Seru juga.". Tae Woon pikir kalau pasti suka
sesuatu yang kekanakan. Eun Ho kesal Tae Woon yang selalu mengejeknya.
“Ini
adalah penggemar pertamaku. Aku harus membalas komentarnya.” Kata Eun Ho penuh
semangat lalu mengingat rambutnya dan ingin segera membalas.
Saat itu
Tae Woon mendekat dan melihat bagian leher Eun Ho yan terlihat seperti
jantungnya berdegup dengan kencang, dan langsung menarik karet rambut Eun Ho
agar tak memakainya. Eun Ho heran
menurutkan akan lebih nyaman. Tae Woon malah langsung mengacak-ngacak rambut Eun
Ho dan berkata kalau itu cocok dengan Sembunyikan wajahnya dan itu lebih
cantik. Eun Ho heran melihat tingkah Tae Woon yang menyebalkan.
Petugas
Han bertemu dengan ketua polisi di ruangan dengan memberikan hormat lebih dulu.
Ketua Polisi mengaku sudah mendengar ada sedikit masalah. Petugas Han pikir
Mereka adalah remaja yang hormonnya sedang meledak jadi yah begitu saja.
“Kau
pikir itu hanya sekadar "begitu"? Dengan Masuk tanpa izin ke ruang
guru, lalu Meretas ID kepala sekolah, Membongkar informasi rahasia. Dan Menghancurkan
mobil. Apa Kau sebut itu "begitu" saja? Direktur sepertinya sedang
kesulitan sekarang. Dia dan aku sangat dekat, jadi aku tidak tahu harus bersikap
bagaimana padanya.” Ucap Ketua Polisi
“Aku
sedang mengatasinya.” Kata Petugas Han terlihat gugup
“Cepat
selesaikan semua... Itu mungkin hanya ulah iseng anak-anak. Tapi itu menyakiti
harga diri kita.” Ucap Ketua polisi
“Kalau
kita bersikap keras, maka anak-anak mungkin akan terluka.” Pikir Petugas Han.
Ketua Polisi merasa kalau ini seperti mengingatkan Petugas han dengan masa
lalu. Petugas Han mengaku tak seperti itu.
Petugas
Han keluar dari kantor polisi dengan slogan yang dipasang (Percayakan Keamanan
dan Kebahagiaanmu Pada Polisi) Ia mengingat kembali ucapan Ketua Polisi “Temukan X
secepatnya. Direktur mungkin akan meminta untuk dilakukan investigasi resmi. Kalau
yang tertangkap adalah siswa, maka masalahnya akan lebih serius.”
Petugas
Han bertemu dengan Guru Goo meminta waktu agar bisa berbicara. Keduanya
berbicara diruang rapat. Petugas han memberitahu kalau harus melakukan pemeriksaan
terhadap seorang anak, terkait masalah yang sedang terjadi tapi merasa takut.
“Apa Kau
takut anak itu akan merasa terluka?” ucap Guru Goo. Petugas Han membenarkan.
“Aku
punya alasan kenapa mencurigainya. Sebagai polisi, aku tidak bisa mengabaikan
hal itu.” Kata Petugas Han.
“Ini
Mudah saja, kita Ikuti saja aturannya. Semakin kompleks, susah dan
memusingkannya situasi ini, maka kau tetap harus mengikuti aturan. Kalau kau
berpegang pada aturan dan tidak goyah, ka akau akan tahu kau benar atau tidak, atau
apakah kau melakukan kesalahan. Dan kalau kau membuat kesalahan, maka kau akan
tahu apa itu..” Ucap Guru Shim. Petugas Han mengangguk mengerti.
Tuan Hyun
berbicara pada Tae Woon meminta agar menganggap kepala sekolah yang
menawarkannya pertama kali jadi anaknya itu harus mengatakan tak tahu. Tae Woon mengangguk
mengerti. Tuan Hyun pikir kalau nanti
anaknya mendapatkan hukuman maka tunjukkan penyesalan supaya tidak ada murid
yang protes. Tae Woon mengangguk mengerti. Tuan Hyun melihat anaknya seperti
ada masalah dan menanyakannya.
“Pasti
akan cantik.. kalau dia mengikat rambutnya.” Ucap Tae Woon. Tuan Hyun hanya
bisa melonggo binggung.
Eun Ho
dengan nada mengejek berkata kalau Tae Woon diberkati dengan banyak pengurangan
poin dan juga hukuman. Tae Woon pikir dirinya akan berbagi berkat dengan Eun Ho.
Saat itu Petugas Han datang berkata kalau harus bicara. Eun Ho terlihat panik
begitu juga Tae Woon karena tiba-tiba di panggil.
Eun Ho di
dudukan bersama dengan Guru Goo dan juga Petugas Han di ruang rapat. Guru Goo
pun langsung menanyakan alasan Eun Ho masuk ke dalam ruang guru. Eun Ho
terlihat gugup. Petugas Han mengatakan kalau mereka punya bukti, jadi Berbohong
tidak akan menyelesaikan masalah.
“Kau
tidak sendirian 'kan?” kata Petugas Han. Eun Ho makin panik.
“Sekarang
Coba kutanya lagi. Siapa yang masuk ke ruang guru denganmu hari itu Siswa
laki-laki itu..” Tanya Guru Goo. Eun Ho kaget guru Goo bisa tahu kalau temanya
itu adalah seorang pria.
“Aku
tidak bisa mengatakannya.” Kata Eun Ho, Tae Woon gelisah mondar mandir didepan ruang
guru.
“Kalau
kau tidak mengatakan siapa yang bersamamu hari itu, maka kau harus menanggung
semuanya sendiri dan akan dikeluarkan dari sekolah.” Ucap Guru Goo.
“Ada saksi
dan kami juga punya bukti. Jadi mohon katakan saja sejujurnya.” Tegas Petugas
Han. Eun Ho terlihat kebingungan.
Eun Ho
keluar paling terakhir setelah Guru Shim dan Petugas Han keluar dari ruangan.
Saat itu Tae Woon masih menunggu di seberang lorong,bersandar pada dinding.
“Hei, Ra
Eun Ho... Apa yang mereka katakan?”ucap Tae Woon penasaran. Eun Ho hanya bisa diam.
Akhirnya
keduanya bertemu di belakang sekolah, Eun Ho pikir pihak sekolah tahu ada yang masuk ke ruang guru waktu itu.Tapi
mereka tidak tahu ituTae Woon atau Dae Hwi. Tae Woon pun ingin tahu apa yang
dikatakan Eun Ho tadi.
“Kubilang
aku tidak bisa mengatakannya.” Kata Eun Ho. Tae Woon terlihat kesal
mendengarnya.
“Harusnya
kau bilang saja kalau kau denganku atau Dae Hwi, atau siapalah Apa kau gila?
Kau akan dikeluarkan dari sekolah. Sekali ketahuan kau tidak akan bisa lolos..”
Kata Tae Woo kesal
“Jadi aku
harus bagaimana? Kau dan Dae Hwi juga akan habis kalau ketahuan.” Ucap Eun Ho
juga tak ingin mereka celaka.
“Hei, kau
bodoh... Apa kau mau mati hanya demi menyelamatkan kami?” ucap Tae Woon kesal.
Eun Ho mengaku dirinya juga frustasi.
“Jadi
Hentikanlah.. Lupakan dan Jangan lakukan apa-apa.” Kata Tae Woon. Eun Ho ingin
tahu apa yang dipikiran Tae Woon sekarang.
“Aku yang
akan mengurusnya.” Kata Tae Woon beranjak pergi. Eun Ho pun tak bisa berkata
apa-apa lagi.
Tae Woon
masuk ke dalam ruang rahasia mengingat
kembali saat Eun Ho dianggap menyelinap masuk ruang guru, dan semua anak
berpikir Eun Ho pelakunya dan dianggap sebagai Avengers, lalu Ia sangat yakin
kalau Eun Ho bukan pelakunya.
Dae Hwi
mengatakan “Anak-anak seperti aku, yang tidak punya apa-apa.. harus melakukan
segala yang kami bisa. Agar tidak diinjak-injak oleh brengsek sepertimu.”
Sementara
Dae Hwi dirumahnya menerima Penghargaan: Juara Pertama Kompetisi Matematika”.
Eun Ho dengan gelisah mengingat saat Tae Woon menyuruh agar mengatakan saja kalau
bersamanya atau Dae Hwi. Tae Woon juga
mengatakan “Kau akan dikeluarkan. Kau tidak akan bisa lolos kalau ketahuan.”
Eun Ho
gelisah di pakiran lalu melihat Tae Woon yang datang, lalu bertanya apa yang
direncanakanya. Tae Woon mengatakan kalau akan mengurusnya dan berjalan pergi, Eun Ho bertanya-tanya apa yang akan diurusnya
Tae Woon segera menemui guru Goo. Eun Ho pun hanya diam saja.
“Akulah
orangnya.” Ucap Tae Woon. Guru Shim tak mengerti maksud ucapanya.
“Akulah
orangnya. Siswa laki-laki yang masuk ke ruang guru bersama Ra Eun Ho.”kata Tae
Woon. Eun Ho melonggo tak percaya mendengar pengakuan itu dan saat itu Dae Hwi sedang
masuk dalam ruang guru.
Bersambung ke episode 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar