Dae Hwi
yang mengirimkan pesan pada Tae Woon “Lokasi pertemuannya berubah. Bukan di
aula, tapi di ruang musik.” Akhirnya Tae Woon berjalan pergi dan saat itu juga
bertemu dengan sosok yang sama mengunakan jaket yang sama. Dae Hwi lebih dulu
membuka penutup kepalanya lalu Tae Woon.
Keduanya
saling menatap dingin, Saat itu juga Dae Hwi terkena lampu senter dari petugas
keamanan sekolah lalu memberitahu kalau ada yang datang, Mereka pun bergegas
pergi dan bersembunyi didalam ruang kelas. Keduanya mencoba untuk tak bersuara
saat Petugas berjalan melewati ruangan.
Tae Woon
mengintip dari celah pintu memastikan si petugas sudah pergi, setelah itu
keduanya bisa bernafas lega. Tae Woon langsung mencengkram baju Dae Hwi
bertanya apa yang sedang dilakukanya. Dae Hwi meminta agar Tae Woon melepaskan
tanganya.
“Apa yang
kau lakukan sebenarnya?” ucap Tae Woon marah. Dae Hwi meminta Tae Woon agar
bisa melepaskanya. Akhirnya Tae Woon
melepaskan tanganya.
“Hee Chan
sudah tahu.” Ucap Dae Hwi duduk dibangku. Tae Woon tak percaya kalau Hee Chan
yang mengirim pesan.
“Lantas
apa kau kira tidak akan ada yang tahu siapa orang di balik aksi bodohmu selama
ini?” kata Dae Hwi. Tae Woon pun ingin tahu yang dilakukan Dae Hwi sekarang.
“Kenapa
kau pakai jaket ini? Jangan bilang..” ucap Tae Woon berpikir Dae Hwi
menyelamataknya.
“Jangan
salah paham kau. Aku hanya tidak mau berhutang budi padamu. Aku takut kau akan
membuat perjanjian besar karena apa yang terjadi di kompetisi Matematika waktu
itu. Eun Ho mungkin saja akan berada dalam bahaya karena kau.” Kata Dae Hwi
“Apa lagi
yang diketahui Kim Hee Chan? Apa dia sudah yakin, atau hanya ingin mengujiku?”
kata Tae Woon khawatir.
“Dia hampir
yakin kalau X memang kau. Sepertinya dia ingin mengujimu karena dia tidak punya
bukti. Dia langsung kaget waktu aku yang muncul. Tapi dia itu pintar, jadi dia
tak akan percaya dengan mudah. Dan jangan beritahukan apapun pada Eun Ho dan Jangan
buat dia cemas.” Ucap Dae Hwi. Tae Woon ingin tahu Sejak kapan Dae Hwi tahu. Dae Hwi pikir itu bukan urusan Tae
Woon. Akhirnya Tae Woon pergi lebih dulu
meninggalkan ruangan.
Dae Hwi
keluar dari ruangan dengan jaket hitam ditanganya, menatap ke arah kontainer
tempat Tae Woon bersembunyi.
Flash Back
Eun Ho,
Bo Ra dan Tae Woon keluar dari kontainer. Bo Ra seperti khawatir dengan Tae
Woon karena Sekolah sedang menggila untuk mencari X. Tae Woon tahu dan
menurutnya Alangkah bagusnya kalau
seseorang ya ng tidak ada yang membuat masalah dengan mengejek Eun Ho
“Benar-benar
tidak masuk akal kau ini. Siapa yang duluan main-main seperti ini memangnya?”
ejek Eun Ho.
Saat itu
Dae Hwi bersembunyi dibalik containter tahu kalau Tae Woon adalah X yang selama
ini dicari oleh Kepala sekolah.
Dae Hwi
berdiri di depan kontainer seperti terlihat gugup, saat itu pintu sudah
terbuka. Tae Woon mengaku sudah tahu kalau Dae Hwi selalu mengawasi tempat ini
dan menyuruhnya masuk saja. Dae Hwi
mengejek Tae Woon yang berani membuka pintu untuknya.
“Memangnya
aku selama ini kelihatan pemalu di matamu?” ucap Tae Woon membuka pintu
lebar-lebar.
“Apa yang
sedang kau lakukan sebenarnya? Apa yang ada..” kata Dae Hwi melihat semua
barang yang X gunakan dan melihat foto mereka bertiga diatas meja. Tae Woon
pikir itu bukan urusan Dae Hwi.
“Jangan
bilang.. ini karena Joong Gi.” Kata Dae Hwi. Tae Woon yang mendengarnya meminta
Dae Hwi agar diam saja.
“Apa kau
melakukan ini untuk menebus kejahatan yang sudah dilakukan oleh kau dan sekolah
ayahmu ini?” kata Dae Hwi. Tae Woon makin marah mendengarnya sambil mengummpat.
“Apa aku
salah? Ini supaya kau bisa merasa tenang, benar'kan pengecut?” kata Dae Hwi.
Tae Woon
tak bisa menahan amarah ingin memukul Dae Hwi dengan kepalan tanganya, tapi
mencoba ditahan. Dae Hwi pikir Tae Woon belum paham kalau Dulu dan sekarang
kepengecutan temanya selalu membuat orang
lain tersudut. Tae Woon menyuruh Dae Hwi agar tak banyak bicara lagi. “Memang
benar... Eun Ho jadi tersudut karena kau. kalau kali ini Ra Eun Ho terluka
lagi, maka kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri lagi.” Ucap Dae Hwi
“Urus
saja urusanmu sendiri. Lalu Siapa yang lebih dulu membuat Ra Eun Ho dalam
bahaya? Dia adalah Hee Chan, orang yang sama busuknya denganmu. Berani sekali..
Bagaimana bisa orang yang brengsek Sepertimu mencemaskan Eun Ho?” ejek Tae
Woon.
“Lantas
kenapa kau tidak mengaku saja kalau kaulah X-nya? Orang-orang sudah menganggap
Eun Ho sebagai kaki tangan. Pengakuanmu akan membuat hidupnya lebih tenang.”
Kata Dae Hwi lalu keluar dari ruangan.
Saat
keluar ruangan, Dae Hwi melihat ponselnya yang berdering dan itu telp dari Kim
Hee Chan, dengan wajah kesal memilih untuk tak mengangkat telpnya. Sementara
Tae Woon terdiam memikirkan ucapan Dae Hwi “Lantas kenapa kau tidak mengaku
saja kalau kaulah X-nya? Pengakuanmu.. akan
membuat hidupnya lebih tenang.” Lalu melihat pesan yang diterimanya dari Hee
Chan “Aku tahu kaulah X. Datanglah ke aula jam 10. Atau Ra Eun Ho yang akan
terluka.”
Esok pagi
Tae Woon
datang menemui Jung Il dengan tatapan dingin menanyakan keberadaan Hee Chan.
Jung Il dengan wajah ketakutan memberitahu kalau Hee Chan pergi dengan Dae Hwi
akhirnya Tae Woon pun memilih untuk keluar dari kelas.
Dae Hwi
bertemu Hee Chan di belakang sekolah,
Hee Chan mengejek mengetahui bahwa Dae Hwi benar-benar X. Dae Hwi pikir
Hee Chan sudah melihat sendiri. Hee Chan menegaskan tidak akan percaya itu,
karena Dae Hwi ada bersamanya sampai sore di hari saat hasil evaluasi mereka
dibongkar. Tae Woon diam-diam mendengar pembicaran keduanya
“Apa
hanya itu alasannya..” kata Dae Hwi. Hee Chan menegaskan Tentu saja tidak.
“Kau kira
aku siapa? Kau menjilatku supaya kau bisa.. membebaskan diri dari tempatmu yang
rendah itu. Kau adalah orang yang sangat memalukan. Bagaimana bisa kau yang
jadi X? Ini Sama sekali tidak masuk akal.” Ucap Hee Chan dengan sengaja
mendekat menarik dasi Dae Hwi
“Mungkin
aku melakukannya.. demi bisa menikammu dari belakang seperti ini.” Kata Dae Hwi
“Apa
menurutmu aku bisa percaya itu? Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau
membodohiku?” ucap Hee Chan marah
“Karena
kau tidak bisa merendahkanku setiap saat. Seperti yang kau bilang, aku harus
melindungi apa yang kumiliki. Aku setidaknya harus tahu satu saja kelemahanmu.”
Kata Dae Hwi
Hee Chan
tak percaya Dae Hwi yang Berani sekali sekarang. Dae Hi bertanya Kenapa harus
Ra Eun Ho dan apa yang akan didapatkan dengan mengganggu gadis lemah. Hee Chan
menegaskan karena iytu maka ingin menyiksanya dan Untuk mengajari Eun Ho apa
artinya kekuasaan itu.
“Berani
sekali dia bikin masalah denganku? Dia bukan apa-apa.” Kata Hee Chan.
“Apa kau
masih gugup dan ketakutan setengah mati saat menerima telepon dari ayahmu? Coba
saja kau ungkapkan semuanya. Aku akan menemui ayahmu dan membongkar semua
rahasiamu.” Tegas Dae Hwi. Hee Chan pun hanya diam saja mendengar ancaman Dae
Hwi.
Saat itu
Tae Woon agar beranjak pergi dan berpapasan dengan Dea Hwi. Dae Hwi seperti
kaget dan berpikir kalau Tae Woon pasti mendengar pembicaraan dengan HEe Chan.
Sementara Hee Chan seperti tak curiga.
Tae Woon
bertemu dengan Eun Ho meminta agar harus berhati-hati. Eun Ho bertanya apakah
itu Karena Hee Chan. Tae Woon menegaskan bahwa tidak ada salahnya berhati-hati.
Saat itu pria yang sebelumnya datang kembali menemui Eun Ho, Tae Woon
mengibaskan tanganya ingin Eun Ho tak menemuinya, tapi tak bisa melakukanya.
“Aku
sudah lihat hasil sidang Komite Kekerasan Sekolah. Aku senang kau menang.” Ucap
Si pria. Eun Ho tersenyum bahagia mendengarnya.
Si pria memberikan sekotak coklat pada Eun Ho.
“Terima
kasih... Ini ada suratnya juga. Apa Kau yang menulisnya? Aku sangat tersentuh.”
Ucap Eun Ho tersipu malu sambil mendoron si pria. Tae Woon terkabar api cemburu
mengeluh Eun Ho agar tak berlebihan.
“Siapa
kau ini? Kenapa kau mengekorinya ke mana-mana? Omong-omong. memangnya Eun Ho
sudah menerima cintamu ?” ejek Si pria. Tae Woon terdiam. Eun Ho mengaku belum
menerimanya.
“Jadi
kenapa kau berlebihan sekali?” ejek Si pria.
“Apa Kau
kira aku dan kau sama? Jangan muncul lagi di depannya.” Kata Tae Woon.
Si Pria
seperti tak peduli mengajak Eun Ho untuk
mau nonton film. Tae Woon seperti uring-uringan seperti mondar-mandir.
Sementara Eun Ho terlihat bahagia mendengarnya. Si pria mengetahui Ada banyak
film bagus yang sedang tayang, jadi akan beli tiketnya dan menghubunginya lagi
segera. Eun Ho mengangguk setuju dan terus menatap si pria yang pergi
meninggalnya lebih dulu. Tae Woon langsung menarik dagu Eun Ho agar bisa
menatapnya.
“Sudah
sejak lama aku tidak pernah nonton film lagi.” Kata Eun Ho senang
“Apa
Kalian akan menempel berdua di tempat gelap dan menonton film bersama?” ucap
Tae Woon panik
“Sepertinya
ini bukan urusanmu.” Kata Eun Ho lalu membuka coklat dan ingin memakanya tapi
Tae Woon langsung memakan semuanya.
“Hei..
Kenapa kau makan makanan milik orang lain?” kata Eun Ho kesal. Tae Woon
beralasan agar Jangan dimakan, karena Giginya bisa sakit.
“Jangan
berani kau pergi dengannya.” Kata Tae Woon lalu beranjak pergi tapi akhirnya
kembali lagi.
Tae Woon
ingin tahu kenapa tidak menjawab, Eun Ho bertanya menjawab apa maksudnya. Tae
Woon mengingatkan kalau ia yang lebih dulu
mengungkapkan perasaannya dari pada pria tadi dan kenapa Eun Ho tidak menjawab. Eun Ho terlihat gugup dan
bertanya balik Apa harus menjawab, Tae Woon menegaskan kalau memang harus. Eun Ho mengatak akan menjawab kalau
jawabannya sudah ketemu lalu bergegas pergi.
Semua
anak berkumpul melihat pengumuman, Eun Ho dkk melihat Pengumuman dari Komite Kekerasan Sekolah.
Mereka memuji Eun Ho yang keren karena dan juga Keputusan dalam kasusnya Bit Na
juga berubah. Bo Ra ikut tersenyum melihatnya. Jung Il dan Ho Young seperti tak
suka karena Bit Na terkena hukuman.
“Tidak
salah lagi, Keadilanlah yang akan menang. Melegakan sekali.” Ucap Dal Soo. Sa
Rang pikir ini namanya kesetaraan
Bit Na
datang melihat pengumuman, kalau ia
harus ikut Pelatihan kepekaan dan bantuan psikiater. Tatapan masih sinis pada
Bo Ra, lalu berjalan pergi dengan sengaja menyenggol Bo Ra, Jung Il dkk pun
mengikutinya pergi.
Eun Ho
dkk berjalan bersama, sampai akhirnya melihat Hee Chan yang sengaja berjalan
didepannya. Eun Ho memberitahu Hasil sidangnya sudah keluar lalu menyarankan
agar Hee Chan minta maaf. Hee Chan malah mengumpat Eun Ho yang bodoh, karena akan
melakukan pengaduan.
“Kita
masih belum dapat hasil yang benar. Jadi mau Minta maaf apa?” ucap Hee Chan
angkuh.
“Kau
benar-benar tak punya malu. Apa sebegitu susahnya bagimu untuk minta maaf?”
kata Eun Ho sinis
“Aku
tidak melakukan kesalahan.” Kata Hee Chan merasa selalu benar.
“Kau
terus saja membantah, tapi kesalahan yang kau lakukan tidak akan berubah jadi
benar, dan tidak akan bisa dilupakan begitu saja. Bagaimana bisa kau tidak tahu
caranya meminta maaf?” ucap Eun Ho marah
“Kalian
sungguh tahu.. bagaimana caranya membuat orang lain melakukan hal buruk.” Kata
Hee Chan lalu berjalan pergi. Sa Rang yang melihatnya mulai mengumpat dan
berharap mendapatkan semua balasannya.
Eun Ho pun mengajak dua temanya untuk tak
memperdulikan lagi.
Hee Chan
hanya tertunduk di rumah. Ibunya menyuruh aga melupakan semua dan fokus saja
pada belajarnya saja, dan apabila Hee Chan terus ada di peringkat kedua, itua
tidak berusaha cukup keras. Hee Chan mengerti dan berjalan pergi. Ibunya
mengeluh kalau semua seperti kurang dan membuatnya capek sekali.
“Aku juga
capek... Jadi Kumohon.. Kumohon berhentilah. Kenapa Ibu selalu meneriakiku? Aku
juga lelah. Aku sudah bertahan semampuku, kenapa?” ucap Hee Chan meluapkan
perasaan tertekannya.
“Aku
mencoba menyiapkan hidup yang sempurna untukmu.” Teriak Ibu Hee Chan dengan
nada tinggi
“Bagaimana
bisa sampah ini, Ibu sebut sempurna?Aku juga ingin hidup. Aku juga perlu
bernapas. Kenapa Ibu tidak mengizinkanku bernapas sedikit saja? Kenapa terus
mencekikku?” ucap Hee Chan sambil menangis. Ibu Hee Chan tak percaya anaknya
bisa berteriak marah sambil menangis.
“Aku juga
mau gila rasanya. Aku juga hampir kehilangan akalku!” kata Hee Chan.
Rapat
Guru
Guru Park
menegaskan Pokoknya anggap saja perubahan ini sebagai permulaan dari proses untuk
menegakkan keadilan di sekolah. Guru Jang seperti sudah tertunduk malu, dengan
nadan sinis pada Guru Shim mengucapkan Terima kasih banyak karena dapat
pemotongan 6 bulan gaji dan hukuman.
“Kau
sudah meninggalkan sesuatu di catatanku yang bersih ini.” Kata Guru Jang sinis
“Aku
menyesal, tapi tidak begitu menyesal.” Kata Guru Shim
“Jangan
hanya anak-anak yang dievaluasi. Guru-guru juga perlu dievaluasi. Untuk melihat
apa mereka sudah melakukan tugasnya dengan baik atau tidak.” Sindir Guru Jung.
Guru Jang terlihat kesal
“Dia
benar... Orangtua juga harusnya dievaluasi. Kantin sekolah juga harus
dievaluasi.” Kata Guru Koo dan saat itu seseorang masuk seperti ingin menemui
Guru Shim.
Pria itu
masuk ke kelas dengan tulisan di papan tulis “Percakapan tentang Impian”. Ia
mengatakan kalau yang terakhir ingin disampaikan yaitu berharap mereka lebih
fokus dalam mengejar impian daripada hanya fokus untuk mendapatkan pekerjaan
yang stabil. Eun Ho dan yang lainya pun mencoba untuk mendengarkan dengan wajah
serius.
“Kita
akan mendiskusikan tentang kampus mana yang ingin kalian masuki jadi pikirkan
juga tentang impian kalian.” Ucap Guru Shim setelah si bapak itu keluar dari
ruang kelas.
(Episode 11 - Impian, Bersinar namun
Melemahkan)
Eun Ho
melihat webtoonya dengan wajah bahagia kalau
Jumlah pembacanya naik dan berpikir kalau dirinya nanti akan terkenal.
Tae Woo mengejek kalau pembacanya hanya 13 orang. Eun Ho melihat Responnya
bagus, dengan membaca semua komentar yang masuk
"Seru gila Kece banget."
Tae Woon tersenyum mendengarnya.
“kira-kira
Siapa yang menulis ini ? Dia pasti adalah penggemar berat webtoon kita.” Ucap
Eun Ho
“Kau
bilang Penggemar.. Terserahlah, tapi Murahan sekali... yang bagus itu Pembaca
setia.” Kata Tae Woon dengan nada sinis.
“Hei,
Nice Guy...”kata Eun Ho, Tae Woon tiba-tiba menyahut. Eun Ho tertawa karena Tae
Woon menyahut. Tae Woon mencoba untuk tak terlihat gugup.
“Apa kau
kaget karena aku menangkap basah dirimu?” ejek Eun Ho. Teae Woon dengan gugup
mencoba menyangkal kalau itu bukan tertangkap. “Ayolah, Tuan Nice Guy.... Yang
benar saja.” Ejek Eun Ho. Tae Woo mengaku tak tahu akan mengatakan apa.
“Apa kau
tidak tahu harus bilang apa, Tuan Nice Guy?” ejek Eun Ho. Tae Woo menyuruh Eun
ho menghentikan dan merasak tak pernah menuliskanya.
“Pokoknya,
terima kasih... Penggemarku yang pertama.” Kata Eun Ho bahagia.
“Aku
sedang tidak ada kerjaan makanya menulis komentar.” Akui Tae Woon. Eun Ho
merasa tak peduli dengan semua alasan Tae Woon.
Eun Ho
pun bertanya apakah Tae Woon tidak punya impian. Tae Woon pikir kalau Impian itu hal yang kampungan. Eun Ho
melihat Tae Woon yang jago menggambar. Tae Woon sudah mengatakan sebelumnya
bahwa Di saat punya impian, maka itu
artinya kau kalah.
“Sepertinya
kau benar.” Kata Eun Ho dengan tatapan sedih. Tae Woon binggung Eun Ho seperti
pasrah dan ingin tahu alasanya.
Keduanya
keluar dari kontainer dan Tae Woon memberikan minuman. Eun Ho meneriman dan
membahas kalau Pembaca Webtoonya hanya
13, itulah kenyataannya dan Situs tempat mengunggah webtoon menerbitkan ratusan
cerita setiap harinya.
“Aku
harus bersaing dengan ratusan orang itu. Tapi sekarang.. aku ragu apakah aku
ini berbakat atau tidak.” Kata Eun Ho
“Begitulah
orang-orang meraih impian mereka Dengan kompetisi yang berat.” Ucap Tae Woon
mencoba memberikan semangat
“Aku
penasaran apa aku bisa bertahan? Apa yang kukuasai.. dengan apa yang kusukai,
mungkin adalah 2 hal berbeda. Bagaimana kalau aku hanya jadi pengikut dan kemudian
menghilang suatu saat? Ini benar-benar membuatku cemas.” Kata Eun Ho. Tae Woon
pun tak banyak berkata-kata.
Eun Ho
duduk di meja belajar dengan wajah gelisah, lalu melihat ada satu komentar
dibawa webtoonya.
“Keren
sekali. Penulisnya pasti sangat jenius. Ada satu kritik, karakter utama ceweknya
sepertinya tidak tahu, siapa orang yang dia sukai. Sepertinya karakternya akan
jadi lebih hidup. kalau kau mencoba berkencan dengan seseorang. -Nice Guy.-“
Eun Ho
bisa tersenyum membacanya karena tahu itu komentar yang dituliskan Tae Woon
untuknya.
Jung Il
memberikan sekotak hadiah pada Bit Na dan mengucapkan selamat ulang tahun
dengan Hak Joong. Nam Joo yang duduk dibelakang terlihat gugup. Bit Na membuka
kotak hadiah, dengan megejeknya kalau tak membawa hadiah maka habislah temanya
itu.
“Wah...
ini Cantik sekali... Terima kasih.” Ucap Bit Na melihat isi barang dari merek
yang mahal
“Apa
pestanya akan ditunda sampai ujian akhir?” tanya Jung Il. Bit Na menganguk.
Jung Il ingin tahu kali ini akan diadakan dimana. Bit Na dengan bangga kalau
akan diadakan di Hotel. Jung Il dan Hak Joong bahagai mendengarnya karena bisa
makan enak dan mahal.
Nam Joo
akhirnya memberiakn hadiah Bit Na. Bit Na memuji temanayang baik lalu
membukanya dan merasa heran karena isinya hanya Lilin aroma terapi bahkantidak
pernah lihat merek itu sebelumnya, lalu berpikir kalau itu dari Perancis. Nam
Joo terlihat binggung.
Hak Joong
yang langsung mencari di internet mengatakan kalau lilin itu banyak dijual dan
Hanya lilin murahan yang tidak bermerek dan berpikir Mungkin Nam Joo sedang
mencoba menghina Bit Na seperti Mengikuti jejaknya Bo Ra. Nam Joo mengaku Bukan
begitu.
“Kudengar
aromanya enak dan sangat terkenal.” Ucap Nam Joo membela diri
“Apa
keluargamu benar pemilik Shingang?” ucap Jung Il masih penasaran. Dae Hwi yang
duduk disamping ikut mendengarnya. Nam Joo pikir kenapa menanyakan hal itu
lagi.
“Kudengar
bosnya benar belum menikah. Aku penasaran apa mereka punya CEO baru.” Kata Jung
Il
“Mungkin
saja itu hanya gosip.Hei. Omong-omong, apa kau benar putus dengan Dae Hwi?”
kata Hak Joong
Bit Na tak percaya dan langsung menanyakan pada Dae Hwi apakah emang putus dengan Nam
Joo dan ingin tahu alasanya. Dae Hwi pikir tak ada urusanya dengan mereka. Nam
Joo ingin tahu apakah mereka berdua sudah putus. Dae Hwi mengaku kalau Sudah putus jadi
meminta mereka agar jangan ikut campur.
Nam Joo
yang mendengarnya terlihat sangat sakit hati,
Bit Na tak percaya mendengarnya dan langsung berpikir kalau Nam Joo
dicampakkan, padahal banyak pria yang mengejar-ngejarnya. Dua pria seperti tak
yakin kalau Nam Joo dicampakan, tapi Bit Na melihat wajah Nam Joo yakin kaalu
pasti dicampakkan oleh Dae Hwi.
Nam Joo
menuruni tangga melihat Dae Hwi langsung berteriak memanggilnya dan mengomel
karena menurutnya tak perlu Dae Hwi
mengatakannya pada semua orang. Dae Hwi mengaku kalau dirinya hanya berusaha jujur. Nam Joo dengan nada
mengejek membernakan ucapan Dae Hwi.
“Kau 'kan
suka kejujuran. Makanya kau tidak peduli kalau harga diri mantan pacarmu sedang
diinjak-injak.” Ucap Nam Joo marah
“Maaf...
Aku tidak bermaksud begitu.” Kata Dae Hwi merasa bersalah.
“Terima
kasih... Setidaknya kau tidak bermaksud begitu.” Kata Nam Joo lalu bergegas
pergi. Dae Hwi seperti merasa tak enak hati dengan mantan pacarnya.
Eun Ho
menahan Tae Woon yang akan keluar sekolah memastikan lebih dulu kalau Ayah Tae
Woon yang suka ayam dari toko oran tuanya. Tae Woon membenarkan. Eun Ho kembali
mengatakan, karena itu Tae Woon mau datang untuk belajar menggoreng ayam
Sekarang. Tae Woon membenarkan. Eun Ho menyuruh Tae Woon agar Pesan sajalah
dari rumah..
“Begitukah?
Haruskah aku pulang dan memesan ayam? Mungkin 5 ekor? Ahh.. Tidak. Aku punya
kupon, jadi mungkin 6 ekor.” Kata Tae Woon mengoda.
“Kau akan
memesan 6 ekor secara terpisah, 'kan?” ucap Eun Ho tahu sikap licik Tae Woon.
“Tentu
saja!... Sudah kubilang. Hobiku adalah memesan ayam.” Kata Tae Woon.
“Baiklah.
Satu ayam. Kau gorenglah satu ekor ayam kemudian pergilah dan dilarang melakukan pesan antar.” Tegas Eun
Ho, Tae Woon pun setuju.
Eun Ho
menerima pesanan ayam dari ibu yang harus diantar dan merengek agar bisa
menaikan uang jajanya. Ibunya mengeluh pada anaknya tapi berjanji akan
menaikanya. Lalu memberitahu Milik teman Eun Ho
mungkin akan sedikit lama. Tae Woon menunggu di depan restoran dengan
senyuman bahagia.
“Aku akan
berikan miliknya saat kembali nanti.” Ucap Eun Ho lalu berjalan pergi dan
berkata pada Tae Woon kalau akan segera kembali. Tae Woon bergegas menaiki
motornya.
“Ini
bukan punyamu. Apa kau mau pergi?” ucap Eun Ho binggung. Tae Woon mengaku kalau
mau mengantar ayam.
“Kenapa
kau melakukannya?” tanya Eun Ho. Tae Woon menegaskan Eun Ho yang tidak boleh
pergi sendirian karena Ada banyak orang aneh di luar sana.
“Seperti
cowok yang terus-terusan memesan ayam, mengerjaimu, meminta kupon.. Bagaimana
kalau kau bertemu pria seperti itu? Ini terlalu berbahaya, jadi Biar aku pergi
denganmu.” Ucap Tae Woon.
“Sepertinya
aku sudah ketemu dengan cowok seperti itudan aku kenal juga dengannya.” Ejek
Eun Ho. Tae Woon dengan bangga kalau pria itu ganteng. Keduanya hanya tertawa
dan akhirnya pergi mengantar ayam.
Sesampai
disebuah apartement, tiga orang remaja langsung terpana melihat Tae Woon yang
sangat keren, seperti tak percaya kalau u ada tukang antar seganteng Tae Woon
dan Mulai sekarang akan pesan ayam dari restoran Eun Ho saja.
Eun Ho
terlihat kesal melihat tiga wanita yang terkesima dengan ketampanan Tae Woon.
Tae Woon hanya bisa tersenyum puas melihat Eun Ho yang cemburu. Mereka pun
melihat sekolah Tae Woon di Geumdo, Eun
Ho langsung menutupi name tag nama Tae Woon.
Ketiganya
masih memuji Tae Woon keren sekali. Tae Woon yang percaya diri mengaku sudah
sering mendengarnya dan memohon agar pesanlah ayam yang banyak, lalu pamit
pergi. Eun Ho langsung menarik Tae Woon agar pergi.
Ketiga
remaja tak mau melepaskan Tae Woon begitu saja sampai mengantar ke depan
apartement. Eun Ho terlihat kesal melihatnya dan mengejak Tae Woon pasti senang
ada yang memujinya. Tae Woon membalas kalau Eun Ho cemburu melihatnya. Eun Ho menyangkalnya.
“Kau
cemburu. Kenapa? Melihat cewek-cewek cantik dan lucu itu terpesona padaku apa
kau jadi marah? Apa Kau kesal?” goda Tae Woon.
“Aku tidak
peduli kalau mereka imut. Kau Kencani saja mereka.. Silahkan.. Kencani cewek
yang mungil-mungil itu... Pergilah.” Ucap Eun Ho tak peduli.
“Bagaimana
bisa kau mengatakan itu? Kau pikir Kenapa aku mau mengantar ayam jam segini? Karena
aku ingin bertemu denganmu. Karena aku ingin kau selalu di sampingku dan selalu
melihatmu.” Ucap Tae Woon dan langsung mengajak Selfie Eun Ho yang sedang
cemberut.
Setelah
itu ia dengan bangga kalau akan akan menyimpannya sendiri. Eun Ho berteriak
mengejarnya agar bisa melihat foto yang diambilnya. Tae Woon enggan
memberikanya karena lebih ingin menyimpanya sendiri.
Keduanya
menaiki motor untuk kembali pulang, tapi tiba-tiba motor Tae Woon seperti tak
berjalan semestinya. Eun Ho bertanya ada apa dengan motornya. Tae Woon pun
menyuruh Eun Ho untuk turun lebih dulu. Tae Woon binggung karena Motor sekarang
tidak mau menyala.
Keduanya
akhirnya sampai bengkel, Si montir memberitahu kalau Karena ini suku cadangnya impor jadi sepertinya
butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Tae Woon memohon agar bisa memperbaiki
secepatnya. Si montir pikir Setidaknya butuh waktu 3 hari dan menyuruh Tae Woon
melihat bengkel saja karena akan menghubungi pabrik.
Eun Ho
sudah melihat motor gede dan duduk diatasnya, Tae Woon merasa kalau Sudah lama
sekali tidak ke bengkel itu. Eun Ho
merasa motor didalam itu keren Semuanya kelihatan beda. Tae Woon mengaku kalau
itu Tentu saja karena Semuanya punya model yang berbeda.
“Inilah
motor pria sejati. Ini dibuat.. saat mesin pertama kali dikembangkan tahun
1909. Silindernya miring 45 derajat. Dan Kau pasti pernah melihat ini.” Ucap
Tae Woon. Eun Ho binggung.
“Di musim
panas orang-orang tua yang berjaket kulit.. menyetir seperti stang motor yang
lebih tinggi” cerita Tae Won. Eun Ho mulai mengerti.
“Aku tahu
ada tulisan Meme "Min Shik, apa itu kau?"” kata Eun Ho. Tae Woon
malah bingung siapa Min Shik berpikir kalau itu Teman satu sekolah mereka
“Ya,
sebenarnya tapi Yang ini keren. Setiap komponennya dibuat dengan tangan. Satu
hal yang tidak begitu kusukai. Kalau aku yang membuatnya, maka aku akan
menaikkan dudukannya dan membuatnya kelihatan seksi. Dan Juga menurunkan
sedikit pegangannya, dan membuat seolah-olah kau sedang memeluk motornya. Tapi,
keseimbangannya jadi akan sedikit hilang.” Ucap Tae Woon terus mengoceh tentang
motor. Eun Ho melihat Tae Woon tersenyum bahagia melihatnya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar